BAB V. INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES"

Transkripsi

1 BAB V. INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blume. AKSESI BENGKULU MENGGUNAKAN IRADIASI SINAR GAMMA DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI SECARA IN VITRO (INDUCED MUTATION OF PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) OF Spathoglottis plicata Blume. ORCHID ACCESSION BENGKULU THROUGH GAMMA IRADIATION AND MORPHOLOGICAL CHARACTERIZATION OF IN VITRO CULTURES) Abstract Spathoglottis plicata Blume is one type of orchids with low level of genetic diversity, especially in flower color compared to the other ochids. The experiment aimed (1) to induce the genetic diversity of S. plicata accession Bengkulu using gamma irradiation to the protocorm like bodies (plbs), (2) to determine a lethal dose 50% (LD 50 ) of plbs through gamma irradiation, and (3) to identify the genetic variability of S. plicata mutants base on morphological characters of vegetative growth phase during in vitro culture. The experiment used Completely Randomized Design with 11 doses gamma irradiation (0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, and 100 Gy). The result revealed that the increase of genetic variability of orchid plbs after gamma-ray irradiation treatment with doses ranged Gy. The LD 50 of percentage of plb survival was Gy, seven months after gamma irradiated. The LD 50 of percentage of new plb formation was Gy. There were some color changes of plbs produced after gamma irradiation, which were bright purple, albino and chimeric plbs. Beside, the diversity was also produced of plantlets such as variegated green leaves, curly leaves, spiral shaped leaves, variegated purple leaves and albino leaves planlets. Keywords : Spathoglottis plicata, orchid, mutant, gamma irradiation, variegation, protocorm like bodies

2 52 Pendahuluan Keragaman genetik anggrek Spathoglottis sp. sangat rendah dibandingkan dengan jenis anggrek lain, khususnya untuk bentuk dan warna bunga. Upaya peningkatan keragaman genetik secara konvensional menggunakan teknik persilangan sudah dilakukan oleh Balithi, namun sampai saat ini baru tiga varitas baru yang sudah dilepas oleh menteri pertanian. (Kartikaningrum et al. 2007). Ketiga varietas yang sudah dilepas tersebut masih menjadi koleksi Balithi Segunung dan tanamannya belum bisa didapat pada berbagai tempat penjualan anggrek besar di Indonesia seperti di Taman Anggrek Taman Mini Indonesia Indah maupun di Taman Anggrek Ragunan. Upaya lain untuk meningkatkan keragaman genetik dapat menggunakan iradiasi sinar gamma (van Harten 2002). Metode mutagenesis merupakan metode cepat yang dapat menghasilkan mutan-mutan yang memiliki keunggulan tertentu. Penggunaan mutagen sinar gamma akan lebih efektif bila menggunakan materi yang tepat, misalnya kalus, planlet, biji, umbi, stek, dan bahan perbanyakan lainnya. Iradiasi pada kalus yang banyak digunakan untuk menciptakan keragaman genetik sudah banyak dilaporkan oleh beberapa peneliti diantaranya adalah iradiasi sinar gamma pada plb dan planlet anggrek Dendrobium cv. Sonia (Sheela et al. 2006). Senevere dan Wijessundara (2007) juga melaporkan keberhasilan induksi mutasi kalus tanaman Firts African Violet (Saintpaulia ionanth) dan telah berhasil mendapatkan mutan warna bunga stabil yang berbeda dibandingkan dengan tipe liarnya. Mutan stabil hasil iradiasi kalus dan tunas mikro pada beberapa jenis tanaman sudah banyak dihasilkan melalui induksi mutasi fisik menggunakan sinar gamma, seperti yang dilaporkan oleh Seneviratne et al. (2002) pada tanaman Didymocarpus humboldtianus dan pada tanaman Crysanthemum (Datta et al. 2005). Tanaman mandul jantan serta perubahan warna dan bentuk petal dihasilkan setelah dilakukan iradiasi sinar gamma pada umbi tanaman Cyclamen menggunakan dosis 8-16 Gy (Sugiyama et al. 2008). Menurut Aly (2010), mutan Eryngium foetidum L. didapat setelah dilakukan iradiasi dengan dosis antara 0-40 Gy. Peningkatan konsentrasi senyawa fenol dihasilkan pada dosis 40 Gy, konsentrasi flavonol menurun seiring dengan bertambahnya dosis iradiasi, konsentrasi vitamin C,

3 53 thiamine, riboflavin dan asam nikotinat bertambah pada dosis iradiasi 10 Gy, demikian pula dengan konsentrasi asam folat, terjadi peningkatan pada konsentrasi Gy. Pendeteksian awal terjadinya mutasi antara lain dapat dilakukan menggunakan penanda morfologi seperti perubahan warna, bentuk dan ukuran dari bahan yang iradiasi (Ismachin 2007). Penanda morfologi umumnya ditujukan pada karakter kualitatif seperti karakter bentuk dan warna akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Karakter kualitatif dikendalikan oleh gen sederhana (satu atau dua gen) dan sedikit dipengaruhi oleh lingkungan (Talhinhas et al. 2006). Perbedaan karakter morfologi pada organ akar, batang dan daun dapat diamati dengan membandingkannya dengan tanaman kontrol sebagai pembanding (Tjitrosoepomo 2005). Pengamatan mutan hasil iradiasi pada karakter morfologi secara in vitro juga sering dilakukan sebagai deteksi dini terjadinya mutan. Pengamatan karakter in vitro yang diamati pada kultur ray floret Chrisanthemum yang sudah diradiasi selanjutnya di tumbuhkan pada medium in vitro antara lain adalah persentase pertumbuhan ray floret membentuk kalus dan perkembangannya membentuk embrio, semua perubahan bentuk dan warna kalus maupun planlet diamati secara visual. Perbedaan pada fase kalus umumnya akan berkembang membentuk planlet yang berbeda dengan tipe liarnya. Warna dan bentuk bunga diamati setelah semua planlet hasil iradiasi di aklimatisasi baik yang berbeda karakter vegetatif in vitro maupun tidak (Datta et al. 2005) Percobaan ini bertujuan untuk menginduksi keragaman genetik anggrek S. plicata aksesi Bengkulu menggunakan iradiasi sinar gamma pada protocorm like bodies (plb), menentukan radiosensitivitas plb menggunakan kriteria lethal dosis 50% (LD 50 ) dan mengidentifikasi keragaman genetik mutan anggrek S. plicata berdasarkan karakter morfologi fase vegetatif secara in vitro.

4 54 Bahan dan metode Waktu dan Tempat Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, dari bulan Oktober 2008 hingga Februari Bulan Oktober 2008-Juni 2009 dilakukan produksi liniklon, bulan Juni dilakukan iradisi sinar gamma di PATIR Batan Jakarta menggunakan bahan iradiasi lini klon plb anggrek S. plicata. Bulan Juni 2010 sampai Februari 2012 dilakukan pemeliharan dan pengamatan plb yang telah diradiasi. Metode Percobaan Bahan iradiasi yang digunakan adalah lini klon plb anggrek S. plicata yang berumur 6 minggu setelah sub kultur yang keempat, menggunakan medium MS padat dengan penambahan air kelapa sebanyak 75 ml L -1. Setiap botol dipilih plb yang seragam pertumbuhannya sebanyak 25 plb per botol. Botol yang berisi plb selanjutnya diradiasi akut menggunakan alat Irradiator Gamma Chamber 4000A. Laju dosis saat pelaksanaan iradiasi adalah krad/jam dan aktivitas cobalt-60 di dalam iradiator pada bulan Juni 2010 adalah ci. Perhitungan waktu penyinaran bahan iradiasi di dalam gamma chamber menggunakan rumus : Waktu penyinaran = Dosis Perlakuan laju dosis C (dikonversi ke menit dan detik) Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuannya adalah 11 taraf dosis iradiasi sinar gamma yang terdiri dari : D0 (kontrol) tanpa diradiasi, D1 = 10 Gy (0' 41''), D2 = 20 Gy (1' 22''), D3 = 30 Gy (2' 03''), D4 = 40 Gy (2' 45''), D5 = 50 Gy (3' 59''), D6 = 60 Gy (4' 07''), D7 = 70 Gy (4' 48''), D8 = 80 Gy (5' 29''), D9 = 90 Gy (6' 10''), D10 = 100 Gy (6' 52''). Setiap dosis perlakuan diulang sebanyak 10 kali atau sebanyak 10 botol yang setara dengan 250 plb, sehingga total plb yang diradiasi adalah sebanyak plb. Setelah diradiasi plb disub kultur ke medium MS padat dengan penambahan 75 ml L -1 air kelapa berselang seling dengan medium MS dengan penambahan BA 20 μm dan 2% arang aktif dan dikarakterisasi secara in vitro. Skema bagan alir penelitian disajikan pada Gambar 8.

5 55 Lini klon plb S. plicata Sub Kultur I Iradiasi sinar gamma (11 dosis) 0 Gy,10 Gy, 20 Gy, 30 Gy, 40 Gy, 50 Gy, 60 Gy, 70 Gy, 80 Gy, 90 Gy, 100 Gy Sub Kultur II Uji F 5% UJBD 5% Best Curve Fit Analysis Data kuantitatif Data kualitatif Ditampilkan dalam bentuk foto Sub Kultur III PLB dan Plantlet Mutan Gambar 8. Skema bagan alir penelitian induksi mutasi dengan iradiasi sinar gamma pada plb anggrek S. plicata Pengamatan dilakukan setiap minggu untuk persentase plb hidup, persentase plb mati, dan jumlah plb baru. Sub kultur dilakukan setiap 8 minggu dengan tujuan supaya plb dapat tumbuh baik pada medium yang selalu segar. Pengamatan yang dilakukan pada akhir penelitian terhadap persentase plb hidup, persentase plb mati, persentase plb baru, persentase populasi akhir, dan tinggi planlet. Data kuantitatif hasil pengamatan dianalisis menggunakan Uji F pada taraf α 5%, bila terdapat pengaruh nyata dianjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan s (UJBD) pada taraf α 5%. Data persentase plb hidup, persentase plb mati, persentase populasi akhir, dan persentase plb baru dianalisis menggunakan Best Curve Fit Analysis untuk mendapatkan model kurva dan nilai LD 50 (Finney dan Philip 2005, Findlay dan Dillard 2007).

6 56 Hasil dan Pembahasan Hasil uji F terhadap semua data kuantitatif pada 7 bulan setelah diradiasi (bsi) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata terhadap semua peubah kuantitatif yang diuji yaitu jumlah plb akhir, jumlah plb baru dan tinggi planlet. Pertumbuhan plb anggrek S. plicata tanpa diradiasi sinar gamma dijadikan kontrol pembanding pertumbuhan dan perkembangan plb yang diradiasi dengan sebelas taraf dosis iradiasi sinar gamma. Persentase plb hidup pada tanaman kontrol mencapai 99.21% pada 7 bsi dengan jumlah plb akhir mencapai tiga kali lipat. Perlakuan iradiasi sinar gamma dengan dosis Gy terlihat adanya pengaruh yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan dan multiplikasi plb. Semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamma, kemampuan hidup plb, pembentukan plb baru, jumlah populasi akhir dan tinggi tanaman semakin rendah. Semakin tinggi dosis iradiasi, pemulihan kerusakan sel akibat paparan dosis sinar gamma juga semakin lama. Jumlah plb anggrek S. plicata yang hidup terus menurun sampai bulan keenam, mulai pada 7 bsi kondisi plb sudah mulai pulih, dapat tumbuh dengan stabil dan mulai terjadi multiplikasi plb. Pertumbuhan dan multiplikasi plb anggrek S. plicata terbaik dapat diketahui dari hasil uji lanjut menggunakan UJBD pada taraf α 5% terhadap semua peubah yang berbeda nyata (Tabel 7). Plb hanya mampu bertahan hidup sampai dengan dosis sinar gamma 70 Gy. Peningkatan dosis paparan yang lebih tinggi ( Gy) semua plb tidak ada yang mampu bertahan hidup. Plb yang diradiasi sinar gamma Gy hanya mampu bertahan hidup sampai umur 2 bulan saja, dengan persentase yang sangat rendah yaitu sekitar 2-3.4%. Plb yang diradiasi sinar gamma 100% hanya mampu bertahan hidup selama 1 bulan, dengan persentase plb hidup 4.8%, pada 7 bsi semua plb menghitam dan tidak yang mampu tumbuh kembali. Kematian plb dapat diamati mulai dari 2 minggu setelah diradiasi, terutama untuk plb yang diradiasi dengan dosis tinggi. Gejala kematian dimulai dengan menguningnya plb, selanjutnya plb menjadi coklat dan menghitam. Massa plb terlihat berwarna hitam sebagai tanda terjadi kematian sel akibat iradiasi sinar gamma. Bila kerusakan sel sangat besar maka plb tidak mampu melakukan pemulihan dan bertahan hidup, sementara untuk sel-sel

7 57 yang mampu memulihkan diri akan membelah dan berkembang menjadi plb baru. Sebagian sel-sel telah mengalami perubahan akibat iradiasi selanjutnya akan berkembang menjadi tanaman mutan. Bila hanya sebagian sel saja yang berubah maka akan terbentuk jaringan maupun organ kimera. Tabel 7. Pengaruh sebelas dosis iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan dan perkembangan plb pada 7 bsi. Dosis (Gy) Jumlah plb awal Jumlah plb akhir Jumlah planlet akhir Tinggi Planlet (cm) plb hidup (%) plb mati (%) a 449 a 7.40 a b 246 b 8.90 a c 55 d 6.40 a c 101 c 5.60 ab d 31 e 5.40 ab d 31 e 4.90 ab d 20 e 3.00 bc e 4 f 2.60 c f 0 g 0 d f 0 g 0 d f 0 g 0 d Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada UJBD pada taraf α = Fenomena yang berbeda untuk jumlah plb yang mampu bertahan hidup terlihat pada dosis rendah. Plb yang diradiasi dengan dosis 10 Gy terlihat mengalami gejala klorosis bahkan nekrosis pada beberapa bagian jaringan plb. Kematian plb terus meningkat sampai bulan ketiga setelah diradiasi, namun sebagian plb mampu bertahan hidup dan pada bulan keempat plb mampu bermultiplikasi membentuk plb baru sehingga pada bulan ketujuh jumlah plb yang terbentuk mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah plb awal. Sementara plb yang dipaparkan dengan dosis yang lebih tinggi (20-30 Gy), kematian plb terus terjadi sampai bulan keenam, namun persentasenya belum mencapai 50%. Plb mulai pulih pada bulan keenam dan mulai bermultiplikasi pada bulan ketujuh. Jumlah plb hidup setelah diradiasi dengan dosis Gy juga menunjukkan fenomena yang sama, namun kematian plb sampai dengan bulan keenam setelah diradiasi lebih dari 50%. Pemulihan plb juga mulai terlihat mulai dari bulan keenam

8 58 setelah diradiasi. Bukti terjadinya pemulihan antara lain adalah terbentuknya plb baru dan berkembangnya plb menjadi planlet. Kurva jumlah plb hidup 1-7 bsi disajikan pada Gambar plb hidup (%) Gy 10 Gy 20 Gy 30 Gy 40 Gy 50 Gy 60 Gy 70 Gy 80 Gy 90 Gy 100 Gy Bulan setelah iradiasi Gambar 9. Kurva jumlah plb anggrek S. plicata yang hidup pada 1-7 bsi dengan 11 taraf dosis iradiasi sinar gamma. Pembentukan plb baru sangat penting untuk memperbanyak plb terutama plb mutan hasil iradiasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan plb setelah diradiasi, antara lain tingkat kerusakan sel yang terjadi tidak terlalu besar, sehingga plb dapat melakukan regenerasi sel-selnya membentuk sel-sel yang baru dan terus berkembang membentuk massa sel yang selanjutnya akan berkembang menjadi plb baru (Kim et al. 2003). Selain itu media pendukung pertumbuhan plb harus sesuai dengan kebutuhan plb, sehingga mampu memenuhi kebutuhan plb untuk terus tumbuh dan berkembang (Martin et al. 2003). Media tumbuh harus mengandung nutrisi dan zat pengatur tumbuh dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bahan eksplan yang ditanam (Dewir et al. 2007). Pertumbuhan terbaik tunas krisan setelah diradiasi terjadi pada medium MS dengan penambahan 10 mg L - 1 BA (Datta et al. 2005). Multiplikasi plb anggrek S. plicata menggunakan medium

9 59 MS dengan penambahan 75 ml L -1 air kelapa serta pada medium MS dengan penambahan 20 μm BA dengan kriteria jumlah plb akhir dan jumlah planlet akhir tertinggi, jumlah akar terbanyak dan tinggi tanaman tertinggi serta penampilan visual yang sangat prima (Romeida 2011). Pemulihan plb terjadi pada bulan keenam dan sudah tidak ada lagi plb yang mati pada bulan ketujuh. Oleh karena itu, maka pengambilan data untuk dianalisis menggunakan Best Curve fit analysis untuk plb anggrek S. plicata sebaiknya dilakukan pada bulan keenam atau ketujuh. Gambar 10. Kurva hubungan dosis iradiasi sinar gamma dengan (a) persentase plb hidup, (b) persentase plb mati, (c) persentase plb akhir, (d) persentase populasi akhir anggrek S. plicata pada 7 bsi. Hasil analisis data menggunakan Best curve fit analysis terhadap pertumbuhan vegetatif plb pada bulan ketujuh setelah diradiasi, didapatkan bahwa persentase plb hidup menghasilkan model kurva Polynomial Fit (y = x x x 3... ), LD 30 = Gy, LD 50 = Gy, dan LD 70 = Gy. Persentase plb mati menghasilkan model kurva Gaussian Model (y=10.31*exp((-( x)^2)/(2*33.64^2)), LD 30 = Gy, LD 50 = Gy, dan LD 70 = Gy. Persentase plb baru menghasilkan model kurva Polynomial Fit (y =

10 x x x 3... ), LD 30 = Gy, LD 50 = Gy dan LD 70 = Gy. Persentase populasi akhir pada bulan ketujuh setelah plb diradiasi menghasilkan model kurva Quadratic Fit (y= x x^2), LD 30 = Gy, LD 50 = Gy, dan LD 70 = Gy. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa LD 50 untuk masing-masing peubah plb anggrek S. plicata berbeda-beda, berkisar antara Gy Gy (Gambar 10). Beberapa hasil penelitian induksi mutasi dengan iradiasi sinar gamma telah menghasilkan mutan terbanyak pada dosis iradiasi sekitar LD 50. Aisyah et al. (2009), melaporkan bahwa LD 50 untuk stek pucuk anyelir yang diradiasi dengan sinar gamma berkisar antara Gy. Mutasi fisik dengan iradiasi sinar gamma telah mampu menciptakan 106 mutan dari 5 nomor anyelir. Herison et al. 2008, mendapatkan LD 50 beberapa galur jagung hasil iradiasi sinar gamma berkisar antara Gy, tergantung dari sensitivitas galur yang diradiasi. Induksi mutasi dengan sinar gamma pada Thai Tulip (Curcuma alismatifolia) mendapatkan LD 50 pada dosis sekitar 25 Gy, pada dosis tersebut terjadi perubahan perkembangan bunga, mutasi klorofil dan alterasi morfologi tanaman sehingga menghasilkan beberapa mutan (Abdullah et al. 2009). Lamseejan et al. (2000), melaporkan bahwa dosis iradiasi sinar gamma yang optimum menghasilkan mutan yang diinginkan pada krisan klon ungu berada pada kisaran gray, dengan nilai LD 50 sekitar 14 Gy. Hasil seleksi secara in vitro pada plb yang sudah diradiasi pada sebelas taraf dosis iradiasi sinar gamma menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan morfologi pada beberapa fase pertumbuhan plb dan pada beberapa bagian plb dan planlet hasil perkembangan dari plb yang telah diradiasi. Perubahan yang teramati antara lain terbentuknya plb variegata pada dosis Gy. Plb albino banyak ditemukan pada plb yang telah diradiasi dengan dosis Gy. Fenomena plb variegata maupun albino disebabkan oleh karena sel kehilangan kemampuan pembentukan klorofil pada sebagian maupun semua bagian sel yang terpapar sinar gamma. Selain itu, juga ditemukan plb yang berwarna ungu pada dosis 30 Gy. Pengaruh negatif akibat iradiasi terhadap plb juga terbentuknya kalus kompak yang tidak terkendali. Kalus kompak tersebut setelah dibelah dan disub kultur tetap tumbuh menjadi kalus kompak yang tidak terkendali, sampai dua kali

11 61 sub kultur kalus kompak tersebut belum menunjukkan perkembangannya menjadi organ tanaman (Gambar 11). Gambar 11. Pertumbuhan dan perkembangan plb pada 7 bsi : a. plb normal (0-10 Gy), b. multiplikasi plb tinggi (20 Gy), c. Kimera plb variegata dan plb ungu (30 Gy), d. plb membentuk kalus dan pembentukan planlet kimera (50 Gy), e. planlet albino (70 Gy), f. plb berkembang menjadi kalus kompak (60 Gy), g. plb ungu dan variegata (40 Gy), h. pertumbuhan plb kimera menjadi plb normal, ungu, albino (40 Gy) (Bar 1 mm). Hasil pengamatan pertumbuhan plb yang diradiasi dengan dosis 50 Gy dan 60 Gy juga teridentifikasi adanya kimera. Pertumbuhan dari satu plb selanjutnya berkembang membentuk dua plb yang berbeda warnanya, yang satu berwarna ungu cerah dan yang lain membentuk plb variegata. Multiplikasi plb warna ungu akan tetap ungu, sementara pertumbuhan plb yang variegata selanjutnya dapat berkembang menjadi plb normal, plb variegata dan plb albino (Gambar 11). Perubahan yang teramati setelah plb berkembang menjadi planlet antara lain terbentuknya daun variegata, daun albino, daun melintir seperti spiral dan

12 62 daunkeriting. Variasi warna plantlet yang diperoleh antara lain planlet albino, planlet berwarna ungu termasuk batang dan daunnya serta planlet kimera (Gambar 12). Gambar 12. Penampilan planlet hasil perkembangan plb pada 7 bsi : a-b. variegata, c. albino, d. keriting, e. kimera, f. albino, g. daun melintir, h. kimera, i. planlet ungu. Umumnya mutan planlet yang dihasilkan sudah dapat diprediksi dengan pengamatan mulai dari pembentukan plb. Namun mutan yang berdaun keriting (40 Gy) dan daun melintir (30 Gy) baru diketahui setelah plb berkembang membentuk planlet selanjutnya terjadi multiplikasi planlet. Kimera yang dihasilkan dalam percobaan ini diduga merupakan kimera meriklinal. Salah satu ciri dari kimera meriklinal adalah terbentuknya mutan yang tidak stabil baik melalui perbanyakan vegetatif berasal dari bagian sel kimera yang mengalami mutasi maupun melalui perbanyakan generatif. Hasil penetian ini menunjukkan adanya daun variegata yang belum stabil baik pola bentuk maupun warnanya. Boertjes dan van Harten (1988), melaporkan terjadinya mutan klorofil pada tanaman Abelia, Begonia, Ficus, Guzmania, Hoya dan Tulipa pada beberapa

13 63 jaringan daun setelag diradiasi dengan berbagai dosis sinar gamma. Ilustrasi terjadinya kimera pada jaringan apek tanaman yang terpapar iradiasi sinar gamma disajikan pada Gambar 13. Gambar 13. Ilustrasi terjadinya kimera pada tanaman hasil mutasi (Datta dan Chakrabarty 2009). Fenomena tanaman variegata juga telah dilaporkan oleh beberapa peneliti yang menggunakan iradiasi sinar gamma untuk induksi mutasi. Datta dan Chakrabarty (2009) mendapatkan jaringan daun krisan yang variegata klorofil akibat diradiasi sinar gamma 1.5 dan 2.0 krad pada cvs. Maghi and Lilith. Regenerasi menggunakan jaringan vegetatif yang variegata akan mampu mendapatkan tanaman yang stabil dan tetap variegata. Selain pada jaringan daun juga dilaporkan terdapat warna bunga yang variegata dan terjadi perubahan bentuk dan warna bunga cv. Maghi setelah diradiasi dengan dosis sinar gamma Gy. Aisyah et al. (2009) juga melaporkan adanya kimera pada bagian vegetatif (tunas albino) tanaman anyelir hasil iradiasi pucuk pada genotipe setelah diradiasi dengan dosis 30 Gy. Perubahan bentuk dan ukuran daun akibat iradiasi sinar gamma juga dilaporkan oleh Schwaiger dan Horn (1988) pada tanaman Kalanchoe, terjadi perubahan permukaan daun yang kasar menjadi licin, ukuran daun juga berkurang dan dihasilkan tanaman yang kerdil. Brachycome multifida Berkurangnya jumlah anakan daun pada (Walther dan Sauer 1986), terbentuk daun trifoliat pada mutan tanaman Zinia (Venkatachalam dan Jayabalan 1992).

INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blume. AKSESI BENGKULU PADA SEBELAS TARAF DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blume. AKSESI BENGKULU PADA SEBELAS TARAF DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blume. AKSESI BENGKULU PADA SEBELAS TARAF DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA Atra Romeida 1,*, Surjono Hadi Sutjahjo 2, Agus Purwito 2,

Lebih terperinci

ABSTRACT ATRA ROMEIDA. Induced Mutation by Gamma-ray Irradiation for the Development of Superior Orchid Clones Spathoglottis plicata

ABSTRACT ATRA ROMEIDA. Induced Mutation by Gamma-ray Irradiation for the Development of Superior Orchid Clones Spathoglottis plicata v ABSTRACT ATRA ROMEIDA. Induced Mutation by Gamma-ray Irradiation for the Development of Superior Orchid Clones Spathoglottis plicata Blume. Accession Bengkulu. Supervised by Surjono Hadi Sutjahjo, Agus

Lebih terperinci

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA Latar Belakang IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA MELALUI IRADIASI TUNGGAL PADA STEK PUCUK ANYELIR (Dianthus caryophyllus) DAN UJI STABILITAS MUTANNYA SAMPAI GENERASI MV3 Pendahuluan Perbaikan sifat

Lebih terperinci

Analisis Data Y= a+bx HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Data Y= a+bx HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Analisis Data Rancangan lingkungan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu dosis iradiasi sinar gamma. Terdapat 6 taraf dosis iradiasi sinar

Lebih terperinci

Agricultural University), Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga 16680, Indonesia

Agricultural University), Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga 16680, Indonesia SELEKSI POPULASI PLANTLET MUTAN ANGGREK SPATHOGLOTTIS PLICATA BLUME. HASIL IRADIASI SINAR GAMMA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN Population Selection of Spathoglottis plicata Blume Orchid Mutant

Lebih terperinci

INDUKSI MUTASI PLANLET ANGGREK

INDUKSI MUTASI PLANLET ANGGREK BAB VI. INDUKSI MUTASI PLANLET ANGGREK Spathoglottis plicata Blume. MENGGUNAKAN IRADIASI SINAR GAMMA DAN KARAKTERISASI BERDASARKAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF DI RUMAH KAWAT INDUCED MUTATION LINE

Lebih terperinci

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i ABSTRACT ERNI SUMINAR. Genetic Variability Induced

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Proliferasi Kalus Embriogenik Kalus jeruk keprok Garut berasal dari kultur nuselus yang diinduksi dalam media dasar MS dengan kombinasi vitamin MW, 1 mgl -1 2.4 D, 3 mgl -1 BAP, 300

Lebih terperinci

4 PENINGKATAN KERAGAMAN IN VITRO LILI DENGAN INDUKSI MUTASI

4 PENINGKATAN KERAGAMAN IN VITRO LILI DENGAN INDUKSI MUTASI 31 4 PENINGKATAN KERAGAMAN IN VITRO LILI DENGAN INDUKSI MUTASI 4.1 Peningkatan keragaman genetik in vitro lili dengan sinar Gamma Abstrak Keragaman tanaman lili dapat diperoleh melalui induksi mutasi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Kondisi laboratorium tempat dilakukan percobaan memiliki suhu berkisar antara 18-22 0 C dan kelembaban mencapai 90%. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang

Lebih terperinci

Induksi Keragaman dan Karakterisasi Dua Varietas Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) dengan Iradiasi Sinar Gamma secara In Vitro

Induksi Keragaman dan Karakterisasi Dua Varietas Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) dengan Iradiasi Sinar Gamma secara In Vitro J. Hort. Indonesia 4(1):34-43. April 2013. Induksi Keragaman dan Karakterisasi Dua Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) dengan Iradiasi Sinar Gamma secara In Vitro The Variation Induction and Characterization

Lebih terperinci

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan iradiasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR MUTAN KACANG TANAH HASIL IRADIASI SINAR GAMMA

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR MUTAN KACANG TANAH HASIL IRADIASI SINAR GAMMA 21 UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR MUTAN KACANG TANAH HASIL IRADIASI SINAR GAMMA (YIELD EVALUATION OF PEANUT MUTAN CULTIVARS GENERATED FROM IRADIATION GAMMA RAYS) A. Farid Hemon 1 dan Sumarjan 1) 1) Program

Lebih terperinci

PENGARLII IR.\DIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHA':\ PLB ANGGREK Dendrobium lasianthera (JJ.Smith) SECARA liv VITRO FITRO ADI CAHYO A

PENGARLII IR.\DIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHA':\ PLB ANGGREK Dendrobium lasianthera (JJ.Smith) SECARA liv VITRO FITRO ADI CAHYO A PENGARLII IR.\DIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHA':\ PLB ANGGREK Dendrobium lasianthera (JJ.Smith) SECARA liv VITRO FITRO ADI CAHYO A24100156 DEPARTE~lEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA UNTUK PENGEMBANGAN KLON UNGGUL ANGGREK Spathoglottis plicata Blume AKSESI BENGKULU ATRA ROMEIDA

INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA UNTUK PENGEMBANGAN KLON UNGGUL ANGGREK Spathoglottis plicata Blume AKSESI BENGKULU ATRA ROMEIDA i INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA UNTUK PENGEMBANGAN KLON UNGGUL ANGGREK Spathoglottis plicata Blume AKSESI BENGKULU ATRA ROMEIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 iii

Lebih terperinci

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara In Vitro

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara In Vitro Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara In Vitro The Effects of Gamma Ray-Irradiation on The Growth of Protocorm Like

Lebih terperinci

Proliferasi Kalus Awal, Induksi Mutasi dan Regenerasi

Proliferasi Kalus Awal, Induksi Mutasi dan Regenerasi 53 PEMBAHASAN UMUM Peningkatan kualitas buah jeruk lokal seperti jeruk siam Pontianak merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing buah lokal menghadapi melimpahnya buah impor akibat tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggrek merupakan jenis tanaman hias yang digemari konsumen. Jenis anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan Phalaenopsis dari Negara

Lebih terperinci

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi: Substitusi Media Murashige dan Skoog/MS dengan Air Kelapa dan Pupuk Daun Majemuk pada Pertumbuhan Anggrek Dendrobium secara in vitro (In Vitro Growth of Dendrobium Orchids under Substitution Murashige

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan 13 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 hingga bulan Februari 2012 di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN STEK PUCUK KRISAN. Ita Dwimahyani

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN STEK PUCUK KRISAN. Ita Dwimahyani PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP Ita Dwimahyani Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN, Jakarta ABSTRAK PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN STEK PUCUK KRISAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lili (Lilium L.) merupakan tanaman hias yang dibudidayakan untuk produksi umbi, bunga potong, tanaman pot dan taman (Straathof 1994). Tanaman ini memiliki nilai ekonomi

Lebih terperinci

Induksi Mutasi pada Stek Pucuk Anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) melalui Iradiasi Sinar Gamma

Induksi Mutasi pada Stek Pucuk Anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) melalui Iradiasi Sinar Gamma Induksi Mutasi pada Stek Pucuk Anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) melalui Iradiasi Sinar Gamma Induced Mutations in Cutting of Carnation (Dianthus caryophyllus Linn.) through Gamma Rays Irradiation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA PADA MANGGIS IN VITRO. Abstrak

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA PADA MANGGIS IN VITRO. Abstrak IV. INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA PADA MANGGIS IN VITRO Abstrak Peningkatan keragaman genetik tanaman manggis dapat dilakukan dengan induksi mutasi pada kultur in vitro. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA

PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA Astri Oktafiani*, Melia Puspitasari, Titiek Purbiati, Destiwarni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Kondisi Umum Penelitian Eksplan buku yang membawa satu mata tunas aksilar yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tunas adventif yang berumur 8 MST. Tunas adventif disubkultur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor anggrek maupun masyarakat pada umumnya. Anggrek menjadi daya tarik tersendiri karena bunganya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi karena tingginya kandungan gula pada bagian batangnya.

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO Zohiriah 1, Zulfarina 2, Imam Mahadi 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk Bahan tanam awal (eksplan) merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Eksplan yang baik untuk digunakan

Lebih terperinci

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR

PROGRAM INSENTIF RISET DASAR PERAKITAN KULTIVAR UNGGUL JAGUNG TOLERAN KEMASAMAN: SELEKSI IN VITRO MUTAN IRADIASI SINAR GAMMA DAN VARIAN SOMAKLON Surjono Hadi Sutjahjo, Dewi Sukma, Rustikawati PROGRAM INSENTIF RISET DASAR Bidang Fokus

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya keanekaragaman tanaman khususnya anggrek. Anggrek yang ada di Indonesia dikategorikan terbesar kedua didunia setelah

Lebih terperinci

daun, panjang daun, dan lebar daun), peubah morfologi (warna daun, tekstur daun, warna batang, dan indeks warna hijau relatif daun), anatomi daun

daun, panjang daun, dan lebar daun), peubah morfologi (warna daun, tekstur daun, warna batang, dan indeks warna hijau relatif daun), anatomi daun 93 PEMBAHASAN UMUM Perbaikan sifat genetik dari tanaman dapat melalui pemuliaan, baik konvensional maupun modern (Soedjono 2003). Bahan tanaman yang digunakan didapatkan dengan cara meningkatkan keragaman

Lebih terperinci

7 DETEKSI KERAGAMAN IN VITRO PLANLET LILI (Lilium, L) HASIL MUTASI DENGAN ISOZIM

7 DETEKSI KERAGAMAN IN VITRO PLANLET LILI (Lilium, L) HASIL MUTASI DENGAN ISOZIM 59 7 DETEKSI KERAGAMAN IN VITRO PLANLET LILI (Lilium, L) HASIL MUTASI DENGAN ISOZIM Abstrak Keragaman genetik tanaman hasil mutasi dapat dibedakan menggunakan penanda isozim. Tujuan penelitian ini ialah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i FAKTA INTEGRITAS... ii LEMBAR PERSYARATAN GELAR... iii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv LEMBAR PERSETUJUAN... v PEDOMAN PENGGUNAAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis pada Perbanyakan Mikro Toona sinensis

Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis pada Perbanyakan Mikro Toona sinensis Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis Perbanyakan Mikro Toona sinensis Explant Avaibility, Axillary Buds and Callugenesis in Toona sinensis Micropropagation BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

Penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan

Penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan PEMANFAATAN KOMBINASI PEMBERIAN MUTAGEN DAN KULTUR IN VITRO UNTUK PERAKITAN VARIETAS UNGGUL BARU Penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan penyakit maupun cekaman lingkungan merupakan

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO ABSTRAK Ernitha Panjaitan Staf Pengajar Fakultas Pertanian UMI Medan Percobaan untuk mengetahui respons

Lebih terperinci

KERAGAMAN KLON PHALAENOPSIS HASIL RADIASI SINAR GAMMA : PERUBAHAN FENOTIF FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF

KERAGAMAN KLON PHALAENOPSIS HASIL RADIASI SINAR GAMMA : PERUBAHAN FENOTIF FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF 37 Buana Sains Vol 12 No 1: 37-42, 2012 KERAGAMAN KLON PHALAENOPSIS HASIL RADIASI SINAR GAMMA : PERUBAHAN FENOTIF FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF Astutik Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Lebih terperinci

III. INDUKSI DAN PERBANYAKAN POPULASI KALUS, REGENERASI TANAMAN SERTA UJI RESPON KALUS TERHADAP KONSENTRASI PEG DAN DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

III. INDUKSI DAN PERBANYAKAN POPULASI KALUS, REGENERASI TANAMAN SERTA UJI RESPON KALUS TERHADAP KONSENTRASI PEG DAN DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA III. INDUKSI DAN PERBANYAKAN POPULASI KALUS, REGENERASI TANAMAN SERTA UJI RESPON KALUS TERHADAP KONSENTRASI PEG DAN DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi

Lebih terperinci

Radiosensitivitas dan Seleksi Mutan Putatif Jeruk Keprok Garut (Citrus reticulata L.) berdasarkan Penanda Morfologi

Radiosensitivitas dan Seleksi Mutan Putatif Jeruk Keprok Garut (Citrus reticulata L.) berdasarkan Penanda Morfologi Radiosensitivitas dan Seleksi Mutan Putatif Jeruk Keprok Garut (Citrus reticulata L.) berdasarkan Penanda Morfologi Radiosensitivity and Selection Putative Mutans Mandarin cv. Garut Based on Morphological

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek Vanda tricolor merupakan jenis tanaman endemik di kawasan lereng Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah keunguan ini banyak

Lebih terperinci

INDUKSI MUTASI KRISAN STANDAR UNTUK PERBAIKAN KARAKTER KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT KARAT MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA

INDUKSI MUTASI KRISAN STANDAR UNTUK PERBAIKAN KARAKTER KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT KARAT MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA INDUKSI MUTASI KRISAN STANDAR UNTUK PERBAIKAN KARAKTER KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT KARAT MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA MUTATION INDUCTION ON STANDARD CHRYSANTHEMUM TO IMPROVE RESISTANCE TO RUST USING GAMMA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis anggrek asli Indonesia yang penyebarannya meliputi daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A34403064 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian secara keseluruhan terbagi dalam tiga percobaan sebagai berikut: 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 2. Studi Keragaan Karakter Agronomis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai

Lebih terperinci

Formulir 1 Data dan Informasi Hasil Kegiatan Penelitian [tahun ] Puslit Bioteknologi LIPI

Formulir 1 Data dan Informasi Hasil Kegiatan Penelitian [tahun ] Puslit Bioteknologi LIPI Formulir 1 Data dan Informasi Hasil Kegiatan Penelitian [tahun 2013-2014] Puslit Bioteknologi LIPI Tahun Anggaran 2013-2014 Sumber Dana DIPA MEATPRO Bidang kegiatan Peternakan Judul kegiatan penelitian

Lebih terperinci

iii ABSTRACT ABDUL KADIR. Induction of somaclone variation through gamma irradiation and in vitro selection to obtain drought tolerance patchouly.

iii ABSTRACT ABDUL KADIR. Induction of somaclone variation through gamma irradiation and in vitro selection to obtain drought tolerance patchouly. iii ABSTRACT ABDUL KADIR. Induction of somaclone variation through gamma irradiation and in vitro selection to obtain drought tolerance patchouly. Under the supervision of Surjono H. Sutjahjo as a Promotor,

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama penduduk Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan penduduk (Sinar Tani 2011). Beras merupakan bahan

Lebih terperinci

BAB IX PEMBAHASAN UMUM

BAB IX PEMBAHASAN UMUM 120 BAB IX PEMBAHASAN UMUM Salah satu penyebab rendahnya produktivitas serat abaka antara lain karena adanya penyakit layu Fusarium atau Panama disease yang ditimbulkan oleh cendawan Fusarium oxysporum

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 15 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman, Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke atas itulah mengapa orang-orang menyebutnya bunga matahari. Bunga ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke atas itulah mengapa orang-orang menyebutnya bunga matahari. Bunga ini 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) Bunga matahari merupakan tanaman introduksi yang berasal dari daerah Amerika. Bunga matahari memiliki keindahan pada kelopaknya yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus. 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 STUDI 1: REGENERASI TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DARI KALUS YANG TIDAK DIIRADIASI SINAR GAMMA Studi ini terdiri dari 3 percobaan yaitu : 1. Percobaan 1: Pengaruh

Lebih terperinci

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1 Ilmu Pertanian Vol. 12 No.1, 2005 : 51-55 PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE Yekti Maryani 1, Zamroni 1 ABSTRACT The study on crisan s

Lebih terperinci

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT ` ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP Anna Rufaida 1, Waeniaty 2, Muslimin 2, I Nengah Suwastika 1* 1 Lab.Bioteknologi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Nenas (Ananas comosus (L) Merr) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai manfaat ganda, baik sebagai makanan segar, bahan industri makanan seperti pizza, rempah,

Lebih terperinci

INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO

INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO SKRIPSI INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO Oleh: Erni Noviana 11082200690 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN

Lebih terperinci

Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma

Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma The Change of Agronomy Characters of Shallots (Allium ascalonicum

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN PEMBAGIAN KULTUR JARINGAN Kultur organ (kultur meristem, pucuk, embrio) Kultur kalus Kultur suspensi sel Kultur protoplasma Kultur haploid ( kultur anther,

Lebih terperinci

Tentang Kultur Jaringan

Tentang Kultur Jaringan Tentang Kultur Jaringan Kontribusi dari Sani Wednesday, 13 June 2007 Terakhir diperbaharui Wednesday, 13 June 2007 Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan penghasil beras sejak jaman prasejarah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, yang sangat banyak menarik perhatian konsumen. Selain mempunyai nilai estetika yang

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH:

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH: UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH: Dinda Marizka 060307029/BDP-Pemuliaan Tanaman PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 15 Tabel 8 Daftar komposisi media pada kultur mangga Komponen A B C D E Unsur makro ½ MS B5 B5 B5 ½B5 Unsur mikro MS MS MS MS MS Fe-EDTA ½MS MS MS MS MS Vitamin dan asam amino MS MS MS MS MS Asam askorbat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi fosfor dalam media kultur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.

I. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan. I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Ketertarikan masyarakat terhadap tanaman anggrek, sebagian besar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai stroberi modern (komersial)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau kombinasi TDZ dan BAP (Tabel 1) dapat membentuk plb, tunas, atau plb dan tunas (Gambar 4). Respons eksplan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki tingkat keanekaragaman anggrek yang sangat tinggi dan diperkirakan ada sekitar 6 000 jenis

Lebih terperinci

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010 No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010 Perakitan Varietas dan Teknologi Perbanyakan Benih secara Massal (dari 10 menjadi 1000 kali) serta Peningkatan Produktivitas Bawang merah (Umbi dan TSS) (12

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nenas merupakan buah tropika ketiga setelah pisang dan mangga yang diperdagangkan secara global (Petty et al. 2002) dalam bentuk nenas segar dan produk olahan. Hampir

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS BIBIT PISANG KEPOK MELALUI RADIASI SINAR GAMMA SECARA IN VITRO

PENINGKATAN KUALITAS BIBIT PISANG KEPOK MELALUI RADIASI SINAR GAMMA SECARA IN VITRO 69 Buana Sains Vol 9 No 1: 69-75, 2009 PENINGKATAN KUALITAS BIBIT PISANG KEPOK MELALUI RADIASI SINAR GAMMA SECARA IN VITRO Astutik PS Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Lebih terperinci

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc. PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc. PENDAHULUAN Metode kultur jaringan juga disebut dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love Tanaman Anthurium Wave of Love termasuk ke dalam famili Araceae, berbatang sukulen dan termasuk tanaman perennial. Ciri utama famili

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 205 ISBN: 978-602-8962-5-9 PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA DAN BUBUR PISANG PADA MEDIA MS TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK KELINCI (Dendrobium antennatum Lindl.) SECARA

Lebih terperinci

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian- Institut Pertanian Bogor, Jl.Meranti Kampus IPB *

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian- Institut Pertanian Bogor, Jl.Meranti Kampus IPB * IRADIASI SINAR GAMMA PADA KALUS LILI ORIENTAL cv. SORBON UNTUK MENGINDUKSI KERAGAMAN IN VITRO (Gamma Irradiation of Oriental Lilium Cv. Sorbon for Induce In Vitro Variation) Ridho Kurniati 1*, Agus Purwito

Lebih terperinci

disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek

disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dengan keragaman varietas dan jenis tanaman hortikultura, misalnya tanaman anggrek. Anggrek merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anthurium berasal dari bahasa Yunani yaitu anthos yang berarti bunga dan oura yang berarti ekor. Tanaman asli Amerika Selatan ini sekerabat dengan Aglonema dan Keladi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong, Tangerang. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons pertumbuuhan tertinggi diperoleh pada eksplan biji panili yang ditanam dalam medium tomat. Pada perlakuan tersebut persentase rata-rata

Lebih terperinci

Pengaruh Komposisi Media dalam Perbanyakan Protocorm Like Bodies, Pertumbuhan Planlet, dan Aklimatisasi Phalaenopsis amabilis

Pengaruh Komposisi Media dalam Perbanyakan Protocorm Like Bodies, Pertumbuhan Planlet, dan Aklimatisasi Phalaenopsis amabilis Pengaruh Komposisi Media dalam Perbanyakan Protocorm Like Bodies, Pertumbuhan Planlet, dan Aklimatisasi Phalaenopsis amabilis Media Composition Effect on PLBs multiplication, Plantlets Growth, and Acclimatization

Lebih terperinci

MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland')

MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland') MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland') Oleh Farah Meilavia Faradilla A34404018 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PRAKATA. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan. hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan

PRAKATA. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan. hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan laporan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Bubur

Lebih terperinci