PENGARLII IR.\DIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHA':\ PLB ANGGREK Dendrobium lasianthera (JJ.Smith) SECARA liv VITRO FITRO ADI CAHYO A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARLII IR.\DIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHA':\ PLB ANGGREK Dendrobium lasianthera (JJ.Smith) SECARA liv VITRO FITRO ADI CAHYO A"

Transkripsi

1 PENGARLII IR.\DIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHA':\ PLB ANGGREK Dendrobium lasianthera (JJ.Smith) SECARA liv VITRO FITRO ADI CAHYO A DEPARTE~lEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skirpsi berjudul Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara in vitro adalah benar-benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantum dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor Bogor, Januari 2015 Fitro Adi Cahyo NIM A

3 ABSTRACT FITRO ADI CAHYO. The Effect of gamma ray-irradiation on the growth of PLB Dendrobium lasianthera ( JJ. Smith ) in vitro. Supervised by Diny Dinarti This research aimed to learn the effect of gamma ray-irradiation on protocorm like bodies (plb) Dendrobium lasianthera and determined Lethal dosage (LD) 30 and 50. The irradiation has done at the Center of Technology Application of Isotops and Radiation, Nuclear Energy Agency (PATIR-BATAN), the research started from February 2014 to July The research implemented the completely randomized design (CRD) with a single factor that gamma rayirradiation dosage were 0 Gy, 20 Gy, 40 Gy, 60 Gy, 80 Gy, and 100 Gy. Each dose of gamma ray-irradiation treatment was repeated 5 times, of which there were 30 units of the experiment and each experimental unit consisted of five culture bottles were individually planted 4 plb Dendrobium lasianthera. The results of this research showed that the effect of gamma ray-irradiation dose significantly decreased the percentage of live plb, percentage of plb germination, number of leaves, number of roots, the percentage of rooted plant. Plantlets changes observed among other wide leaves, and the spiral leaves. Lethal dose 30% (LD 30 ) was at Gy irradiation dose and LD 50 was at Gy irradiation dose. Keywords: Dendrobium lasianthera, gamma ray-irradiation, in vitro, Lethal Dosage (LD), mutation ABSTRAK FITRO ADI CAHYO. Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara in vitro. dibimbing oleh Diny Dinarti. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan protocorm like bodies (plb) anggrek Dendrobium lasianthera serta menentukan Lethal dose (LD) 30 dan 50. Proses iradiasi dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-BATAN). Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2014 hingga Juli Penelitian disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu dosis iradiasi sinar gamma 0 Gy, 20 Gy, 40 Gy, 60 Gy, 80 Gy, dan 100 Gy. Setiap dosis perlakuan iradiasi sinar gamma diulang 5 kali, seluruhnya terdapat 30 satuan percobaan dan setiap satuan percobaan terdiri dari lima botol kultur yang masing-masing ditanam 4 plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis iradiasi sinar gamma berpengaruh nyata menurunkan persentase hidup plb, persentase plb berkecambah, jumlah daun, jumlah akar, dan persentase plb berakar. Perubahan planlet in vitro yang teramati antara lain daun melebar, dan daun spiral. Lethal dosis 30% (LD 30 ) berada pada dosis iradiasi Gy dan untuk LD 50 berada pada dosis irradiasi Gy. Kata kunci: Dendrobium lasianthera, in vitro, iradiasi sinar gamma, Lethal Dose (LD), mutasi

4 PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN PLB ANGGREK Dendrobium lasianthera (JJ.Smith) SECARA IN VITRO FITRO ADI CAHYO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

5

6 Judul Skripsi : Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara in vitro Nama : Fitro Adi Cahyo NIM : A Disetujui oleh Dr Ir Diny Dinarti, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Disetujui:

7 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan Februari 2014 hingga bulan Juli 2014 dengan judul Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara in vitro. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr.Ir.Diny Dinarti, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta membantu dalam pendanaan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. BUD kementerian agama RI yang telah membantu dalam pendanaan selama masa studi. Dr.Ir Sudrajat MS selaku pembimbing akademik atas arahan, masukan, dan dukungan selama pelaksanaan studi. Orang tua dan saudara-saudara penulis yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi, staf pengajar dan staf komisi pendidikan Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. keluarga CSS MoRA IPB yang telah membantu dan memberi semangat serta teman-teman penulis yang telah bersedia membantu selama pelaksanaan penelitian. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukan. Bogor, Januari 2015 Fitro Adi Cahyo

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani Anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) 2 Kultur Jaringan Anggrek 3 Keragaman Somaklonal 4 Induksi Mutasi dengan Iradiasi Sinar Gamma 4 METODE PENELITIAN 5 Lokasi dan Waktu 5 Bahan dan Alat 5 Prosedur Percobaan 5 Pengamatan 6 Analisis Data 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Persentase Hidup Plb 8 Persentase Plb berkecambah 9 Multiplikasi Tunas 10 Jumlah Daun 12 Jumlah Akar 13 Lethal Dose (LD) 15 Keragaman Planlet 15 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18

9 vi DAFTAR TABEL 1. Persentase hidup plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma 8 2. Persentase berkecambah plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma Rata-rata jumlah multiplikasi plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma Rata-Rata Jumlah daun per-planlet anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma Persentase planlet berakar per-botol anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma Rata-Rata jumlah akar per-botol anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada Berbagai Dosis Iradiasi sinar Gamma Morfologi daun anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma pada 22 MST Morfologi akar planlet anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma pada 22 MST 17 DAFTAR GAMBAR 1. Morfologi anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) 3 2. Kondisi plb hasil iradiasi sinar gamma 9 3. Kriteria Plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) yang berkecambah Multiplikasi anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma Nilai LD 30 serta LD 50 berdasarkan persentase hidup plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) Keragaman bentuk daun anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma Bentuk planlet anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma 17

10 PENDAHULUAN Latar Belakang Dendrobium merupakan genus anggrek yang banyak tersebar di daratan Asia seperti Indonesia dan Filipina, serta Kepulauan Pasifik dan Australia. Di Kalimantan diperkirakan terdapat 143 jenis anggrek Dendrobium, dan sebagian besar ditemukan di hutan pada lokasi dengan ketinggian antara m di atas permukaan laut (m dpl), hampir semuanya epifit, pertumbuhan simpodial dengan tangkai yang berdaging, dan daun dengan berbagai bentuk (Sabran et al. 2003). Dendrobium merupakan komoditas yang paling banyak digemari masyarakat karena sifatnya yang relatif lebih tahan lama dan memiliki warna bunga yang bervariasi, sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan karena memliki nilai ekonomis ekspor maupun pasar dalam negeri (Widiastoety et al. 2000). Spesies anggrek Dendrobium banyak terdapat di kawasan timur Indonesia, seperti Papua dan Maluku (Widiastoety et al. 2010). Salah satu anggrek Dendrobium yang berasal dari Indonesia adalah Dendrobium lasianthera (JJ. Smith). Anggrek jenis ini merupakan anggrek yang hidup di Papua dan Papua New Guinea. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 3 m, dengan panjang tangkai bunga cm diduga jumlah kuntum bunga dapat mencapai 30 kuntum bunga yang letaknya saling berdekatan (Yusuf et al. 2012). Habitus tanaman yang terlalu tinggi dan beratnya tandan bunga yang memiliki begitu banyak kuntum bunga akan memudahkan tanaman menjadi rebah saat terkena angin kencang dan mengakibatkan bunga menjadi rusak. Selain itu akibat ukuran tanaman yang terlalu besar dapat membatasi tempat peletakan tanaman. Oleh sebab itu, perbaikan sifat genetik tanaman dirasa perlu untuk mendapatkan morfologi tanaman yang lebih baik. Menurut Soedjono (2003) perbaikan sifat agronomik dan genetik dapat dilakukan secara konvensional, yakni dengan persilangan antar spesies, varietas, genera, atau kerabat yang memiliki sifat yang diinginkan, akan tetapi metode pemuliaan tanaman konvensional memiliki keterbatasan. Menurut Lamadji et al. (1999) pemuliaan tanaman secara konvensional memerlukan waktu yang cukup lama, sulit memilih dengan tepat gen-gen yang menjadi target seleksi untuk diekspresikan pada sifat-sifat morfologi atau agronomi. Rendahnya frekuensi individu hasil pemuliaan yang berada dalam suatu populasi yang besar sehingga menyulitkan kegiatan seleksi untuk mendapatkan hasil yang valid secara statistik, dan pautan gen antara sifat yang diinginkan sulit dipisahkan saat melakukan persilangan. Cara lain untuk menginduksi keragaman genetik selain dengan persilangan adalah dengan pemberian mutagen, baik mutagen fisik (sinar X, sinar α, sinar β, sinar γ) ataupun mutagen kimia (EMS, NMU, NTG) (Poespodarsono 1998). Mutasi adalah proses perubahan pada materi genetik suatu mahluk yang terjadi secara tiba-tiba dan acak serta merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup yang bersifat terwariskan (Soeranto 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Soedjono et al. (1996) menunjukkan adanya perubahan warna pada Dendrobium ekapol panda hasil iradiasi sinar gamma, semakin tinggi dosis iradiasi dimulai

11 2 dari dosis 50 Gy maka warna plb akan semakin pucat akibat adanya kerusakan pada sel. Iradiasi sinar gamma pada penelitian ini digunakan untuk menginduksi keragaman genetik anggrek Dendrobium lasianthera (JJ.Smith) terutama perubahan genetik yang diekspresikan terhadap bentuk morfologi tanaman khususnya pada tinggi tanaman. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan Protocorm Like Bodies (plb) serta mendapatkan Lethal Dose (LD) 30 dan 50 dari proses iradiasi sinar gamma pada anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith). Hipotesis Iradiasi sinar gamma berpengaruh terhadap pertumbuhan plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) serta LD 30 dan LD 50 diperoleh pada salah satu dosis perlakuan iradiasi sinar gamma. TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) Lebih dari 1200 spesies Dendrobium merupakan tanaman asli dari daerah tropis Asia Pasifik. Papua New Guinea memiliki lebih dari 500 spesies, salah satunya adalah Dendrobium lasianthera (JJ. Smith). Anggrek ini merupakan anggrek yang hidup di Indonesia tepatnya di Papua dan Papua New Guinea. Menurut Yusuf et al. (2012) anggrek ini dapat tumbuh hingga mencapai 3 meter panjang tangkai bunga cm diduga jumlah kuntum bunga dapat mencapai 30 kuntum bunga yang letaknya saling berdekatan. Panjang bunga berukuran 6.5 cm dengan petalnya melintir serta saling berdekatan. Warna bunga merah gelap, merah muda, merah keunguan, merah jingga (gambar 1). Menurut Sastrapradja et al anggrek ini memiliki daun berbentuk lonjong dengan panjang 15 cm. daun daun tersebut tersusun berselang seling dalam 2 deretan, tekstur daunnya kaku. Gagang perbungaan tegak dan kaku dan pembungaan muncul pada bagian ujung batang. Tanaman ini umumnya tumbuh baik didataran rendah agak teduh tapi berhawa panas. Batang anggrek dibedakan berdasarkan tipe pertumbuhannya yakni simpodial dan monopodial. Menurut Handayani (2007) anggrek yang memiliki batang tipe simpodial adalah anggrek yang memiliki pertumbuhan ujung batang yang terbatas. Batang Dendrobium termasuk dalam tipe simpodial dan umumnya beruas ruas, termasuk batang anggrek Dendrobium Lasianthera (JJ. Smith) yang tingginya dapat mencapai 3 meter.

12 3 a b Gambar 1. Morfologi anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith). Sumber foto a) Flona Serial, b). Lembaga Biologi Nasional-LIPI Kultur Jaringan Anggrek Kultur jaringan adalah teknik menumbuhkembangkan bagian tanaman baik berupa sel, jaringan maupun organ, dalam kondisi aseptik secara in vitro (Marlina dan Rusnandi 2007). Fatimah (2008) menjelaskan lebih rinci bahwa kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian tersebut dalam media buatan secara aseptis yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup dan tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Kemampuan sel untuk berdiferensiasi disebut totipotensi. Kearah mana sel-sel tanaman dapat diinduksi untuk mengekspresikan totipotensi-nya, sangat tergantung pada sejumlah variabel termasuk faktor eksplan, komposisi media, zat pengatur tumbuh, dan stimulus fisik, seperti cahaya, suhu, dan kelembaban. Setiap variabel dapat berbeda pengaruhnya terhadap setiap organ tanaman tertentu dan berdasarkan tujuan pengkulturan. Diantara faktor-faktor tersebut, lima variabel utama harus diperhatikan, yaitu seleksi bahan tanam, teknik sterilisasi eksplan, komposisi medium dasar, keterlibatan zat pengatur tumbuh, serta faktor-faktor lingkungan dimana kultur diletakkan (Zulkarnaen 2009) Pada era ini penelitian tentang kultur jaringan anggrek berbagai spesies telah banyak dilakukan baik diluar negeri maupun di Indonesia yang ditujukan untuk mempercepat produksi anggrek melalui kultur in vitro hingga pembentukan anggrek-anggrek varietas baru melalui induksi mutasi. Menurut Panjaitan (2005) salah satu alternatif untuk melestarikan keanekaragaman anggrek adalah dengan melakukan perbanyakan melalui kultur jaringan yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional. Kelebihan tersebut diantaranya dapat menghasilkan anggrek dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat, serta memiliki sifat yang sama dengan induknya, serta pertumbuhannya relatif seragam. Media dasar yang digunakan dalam kultur jaringan bermacam-macam diantaranya adalah media Vacin dan Went (VW). Media ini termasuk salah satu

13 4 media terbaik dan banyak dipakai sebagai media dasar untuk kultur jaringan anggrek termasuk anggrek Dendrobium. Menurut Gunawan (1992) media Vacin dan Went adalah media khusus dan paling baik untuk digunakan sebagai media kultur jaringan anggrek. Keragaman Somaklonal Skirvin et al. (1993) mendefinisikan keragaman somaklonal sebagai keragaman genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan. Keragaman tersebut dapat berasal dari keragaman genetik eksplan yang digunakan atau yang terjadi dalam kultur jaringan. Menurut Yunita (2009) keragaman somaklonal yang terjadi dalam kultur jaringan merupakan hasil kumulatif dari mutasi genetik pada eksplan dan yang diinduksi pada kondisi in vitro. Keragaman somaklonal merupakan perubahan genetik yang bukan disebabkan oleh segregasi atau rekombinasi gen, seperti yang biasa terjadi akibat proses persilangan. Kragaman somaklonal dapat dikelompokkan menjadi keragaman yang diwariskan (heritable), yaitu yang dikendalikan secara genetik, dan keragaman yang tidak diwariskan, yakni yang dikendalikan secara epigenetik. Keragaman somaklonal yang dikendalikan secara genetik biasanya bersifat stabil dan dapat diturunkan secara seksual ke generasi selanjutnya. Keragaman epigenetik biasanya akan hilang bila diturunkan secara seksual (Skirvin et al. 1993). Menurut Ahloowalia dan Maluszynski (2001), terjadinya keragaman somaklonal dapat mengakibatkan berbagai macam perubahan diantaranya adalah defisiensi klorofil, aneuploidi, resistensi terhadap penyakit atau terkadang muncul variasi yang sebelumnya tidak ada di alam. Selain itu keragaman juga dapat terjadi pada sifat seperti tinggi tanaman, luas daun, panjang daun, ketebalan batang, vigor, pembungaan, fertilisasi, dan hasil. Induksi Mutasi dengan Iradiasi Sinar Gamma Mutasi adalah perubahan susunan atau konstruksi dari gen maupun kromosom suatu individu tanaman, sehingga memperlihatkan penyimpangan (perubahan) dari individu asalnya dan bersifat baka (turun temurun). Mutasi dapat terjadi secara alamiah tetapi frekuensinya rendah, yaitu 10-6 pada setiap generasi (Herawati dan Setiamihardja 2000). Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi secara tiba-tiba dan acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup yang bersifat terwariskan. Mutasi dapat terjadi secara spontan di alam (spontaneous mutation) dan dapat juga terjadi melalui induksi (induced mutation). Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami dan mutasi hasil induksi. Kedua cara tersebut dapat menimbulkan variasi genetik untuk dijadikan dasar seleksi tanaman, baik seleksi secara alami (evolusi) maupun seleksi secara buatan (pemuliaan) (Soeranto 2003). Secara umum, mutasi dihasilkan oleh segala tipe perubahan genetik yang mengakibatkan perubahan fenotipe yang diturunkan, termasuk keragaman kromosom, sehingga menyebabkan terjadinya keragaman genetik (Soeranto 2003). Salah satu cara untuk menginduksi terjadinya mutasi adalah dengan iradiasi sinar gamma. Menurut Lehninger (1994) bahwa sinar gamma

14 5 merupakan jenis iradiasi yang biasa digunakan dalam berbagai bidang karena bermuatan netral, panjang gelombang pendek dan daya tembus paling tinggi sehingga energi sinar gamma yang dipancarkan sumber terhadap target dapat menimbulkan perubahan pada sel target. Perubahan dapat terjadi secara acak dan tiba-tiba. Besar kecilnya perubahan pengaruh iradiasi sinar gamma tergantung dari energi dan waktu sumber radio aktif. Dosis iradiasi dibagi tiga yaitu, tinggi (>10 kgy), sedang (1-10 kgy), rendah (<1 kgy). Perlakuan dosis tinggi akan mematikan bahan yang dimutasi atau mengakibatkan tanaman steril. Pada umumnya dosis rendah dapat mempertahankan daya hidup bahan yang dimutasi atau tunas, dapat memperpanjang waktu pemasakan pada buah-buahan dan sayuran, serta meningkatkan kadar pati, protein, dan kadar minyak pada biji jagung, kacang, dan biji bunga matahari ( Micke et al. 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2004) menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma dengan dosis 10 Gy 20 Gy merupakan dosis iradiasi sinar gamma yang sesuai untuk menginduksi keragaman Phalenopsis hinamatsuri x Dtps. Modern Beauty secara in vitro. Sulistianingsih et al. (2006) menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma 20 dan 25 Gy yang diberikan pada tanaman anggrek bulan Phalenopsis amabilis menunjukkan adanya perubahan secara morfologi lebih beragam, sedangkan pada dosis 35 Gy tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan pada biji. Penelitian lain yang dilakukan oleh Romeida (2013) menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma dengan dosis Gy telah mampu meningkatkan keragaman genetik plb anggrek Spatoglotis plicata aksesi Bengkulu. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pemberian perlakuan iradiasi dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-BATAN). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Juli Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Protocorm Like Bodies (PLB) anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith). Media yang digunakan pada penelitian ini adalah media dasar Vacin and Went (VW) yang ditambahkan dengan ekstrak tomat, pisang ambon, dan arang aktif. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat standar laboratorium kultur jaringan dan Gamma Chamber 4000A Prosedur Percobaan Pembuatan media Vacin and Went (VW) pada umumnya dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan sebagai berikut: Ca 3 (PO 4 ) 2, KNO 3, KH 2 PO 4,

15 6 MgSO 4 7H 2 O, (NH 4 ) 2 SO 4, MnSO4,2H2O, Fe(C 4 H 4 O 6 ) 3 dalam bentuk larutan stok. Pembuatan larutan stok dilakukan untuk masing-masing bahan yang akan digunakan dengan pemekatan 50 kali. Media dibuat dengan memipet larutan stok sesuai dengan konsentrasi yang ditetapkan. Semua bahan dilarutkan dengan aquadest kemudian ditambahkan gula 20 g L -1, ekstrak tomat 30 ml L -1, pisang ambon 30 g L -1, setelah semuanya tercampur kemudian ditambahkan aquadest sampai batas tera. Derajat keasaman (ph) media diatur hingga mencapai dengan penambahan HCl jika ph terlalu tinggi dan penambahan KOH jika ph terlalu rendah. Arang aktif 2 g L -1 dan agar-agar 8 g L -1 ditambahkan ke dalam larutan media dan dipanaskan sambil diaduk. Setelah media mendidih kemudian dibagi sesuai dengan banyaknya botol percobaan. Botol yang telah berisi media disterilkan dengan autoclave pada suhu 121 o C selama 20 menit. Media diinkubasi di dalam ruang kultur selama 1 minggu sebagai proses seleksi untuk mendapatkan media yang steril yang siap dipakai. Plb Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) ditanam pada media VW yang telah disiapkan dan dibagi sesuai dengan banyaknya dosis iradiasi yang akan diaplikasikan. Selanjutnya botol kultur yang berisi plb diiradiasi di BATAN sesuai dengan dosis perlakuan yang telah dirancang. Plb yang telah diiradiasi kemudian dipindahkan ke media baru dengan komposisi media yang sama dan ditanam 4 plb untuk setiap botol. Subkultur dilakukan setiap 3 bulan sekali pada media yang sama. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap minggu dimulai 1 minggu setelah tanam (MST) hingga kultur berumur 22 MST. Peubah yang diamati yaitu, persentase hidup, presentase berkecambah, jumlah tunas, jumlah daun, presentase planlet berakar, jumlah akar. Semua peubah tersebut diamati pada setiap minggunya. Kemudian peubah bentuk daun dan ukuran akar diamati pada minggu terakhir. 1. Persentase hidup, dilakukan dengan menghitung jumlah plb hidup kemudian dilakukan perbandingan antara plb hidup dengan jumlah seluruh plb yang ditanam. 2. Persentase berkecambah, dilakukan dengan menghitung jumlah plb yang berkecambah kemudian dilakukan perbandingan antara jumlah plb berkecambah dengan jumlah plb yang ditanam. 3. Jumlah tunas, dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah tunas yang terbentuk selanjutnya dikurangi satu tunas per-plb sebagai kecambah awal. 4. Jumlah daun, dilakukan dengan menghitung seluruh daun yang terbentuk pada planlet 5. Persentase planlet berakar, dilakukan dengan menghitung banyaknya planlet yang berakar kemudian dilakukan perbandingan antara jumlah planlet yang berakar dengan jumlah plb yang ditanam. 6. Jumlah akar, dilakukan dengan menghitung seluruh akar yang terbentuk pada planlet. 7. Morfologi daun, dilakukan dengan mengamati secara visual bentuk daun seperti apa yang terbentuk pada planlet serta menghitung berapa banyak jumlah daun tertentu yang terbentuk 8. Morfologi akar, dilakukan dengan mengamati secara visual kemudian menghitung jumlah akar besar, sedang, kecil yang terbentuk.

16 7 Analisis Data Rancangan lingkungan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu dosis iradiasi sinar gamma. Terdapat 6 taraf dosis iradiasi sinar gamma yaitu 0, 20, 40, 60, 80, dan 100 Gy. Setiap dosis perlakuan iradiasi sinar gamma diulang 5 kali. Seluruhnya terdapat 30 satuan percobaan dan setiap satuan percobaan terdiri 5 botol kultur yang masing-masing ditanam 4 plb anggrek Dendrobium lasianthera. Model statistik yang digunakan sebagai berikut : Yij = µ + τ i + ε ij Yij : Respon pengamatan pada perlakuan iradiasi sinar gamma ke-i, dan ulangan ke-j µ : Nilai tengah umum τ i : pengaruh iradiasi gamma ke-i ε ij : pengaruh galat percobaan perlakuan iradiasi sinar gamma ke-i dan ulangan ke-j Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada selang kepercayaan 95% (α = 5%). Apabila terdapat pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT), serta dilakukan analisis LD 30 dan LD 50. Cara menentukan LD 50 dan LD 30 menggunakan persamaan garis menurut Harmita dan Radji (2008). Y= a+bx Y= % kematian X= log dosis HASIL DAN PEMBAHASAN Terbentuknya keragaman genetik dapat terjadi secara alamiah tetapi frekuensinya rendah, yaitu 10-6 pada setiap generasi (Herawati dan Setiamihardja 2000) selain itu keragaman genetik dapat diinduksi dengan pemberian mutagen, baik mutagen fisik (sinar X, sinar α, sinar β, sinar γ) ataupun mutagen kimia (EMS, NMU, NTG) (Poespodarsono 1998). Peneletian ini menggunakan mutagen fisik (sinar gamma) sebagai bahan untuk menginduksi keragaman terhadap anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith). Respon plb berbeda nyata pada setiap peubah yang diamati terlihat hampir pada setiap minggu pengamatan mulai dari minggu ke-6 kecuali pada peubah persentase hidup yang baru terlihat pada minggu ke-9. Hasil penelitian selama enam bulan dan analisis data yang telah dilakukan terhadap semua peubah yang diamati didapatkan bahwa semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamma yang diberikan kepada plb maka mengakibatkan kemampuan hidup plb akan semakin menurun. Kemampuan hidup plb dengan perlakuan iradiasi menjadi lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan tanpa iradiasi. Iradiasi sinar gamma juga mempengaruhi kemampuan plb dalam membentuk daun, semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan maka jumlah daun yang dihasilkan akan semakin menurun. Peubah jumlah akar juga menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan maka kemampuan planlet untuk membentuk akar akan semakin menurun. Kontaminasi

17 8 yang dialami pada penelitian ini sebagian besar disebabkan oleh cendawan, dan muncul mulai minggu pertama setelah tanam hingga minggu ke 22 pun masih ada yang mengalami kontaminasi. Keadaan tersebut diduga karena ruang kultur sudah tidak begitu steril. Persentase Hidup Plb Dosis radiasi sinar gamma nyata berpengaruh menurunkan persentase hidup plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith), mulai dari 9 MST hingga 22 MST. Persentase hidup plb sebelum 9 MST belum nyata dipengaruhi iradiasi. Pada minggu pertama hingga minggu ke-6 sebagian besar plb masih dapat bertahan dari kerusakan sel yang diakibatkan oleh iradiasi sinar gamma yang diterima, setelah masuk minggu ke-9 hingga ke-22 plb anggrek mengalami penurunan daya hidup terutama pada iradiasi 80 Gy dan 100 Gy (Tabel 1). Tabel 1 Persentase hidup plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma Dosis MST (Gy) a 75a 73a 74a 76a b 67ab 68ab 64ab 64ab ab 64bc 68ab 63ab 63ab bc 63bc 60b 59b 58b c 50d 50cd 35c 35c bc 56cd 43d 25c 19d KK(%) Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α=5% Kematian plb terbesar yang diakibatkan oleh iradiasi sinar gamma ditunjukan pada perlakuan dosis 80 dan 100 Gy. Pada minggu ke-15 kematian yang dialami oleh plb dengan dosis iradiasi 80 Gy mencapai 50%, dan pada minggu ke-22 rata-rata plb anggrek yang hidup hanya tinggal 35%. Plb dengan dosis iradiasi 100 Gy mengalami kematian lebih dari 50% pada minggu ke-15 dan minggu ke-22 rata-rata hanya tinggal 19%. Keadaan tersebut menunjukan bahwa dosis iradiasi sinar gamma yang diberikan mengakibatkan kerusakan sel yang cukup besar dan plb yang tidak mampu memulihkan diri hanya akan bertahan kurang lebih selama 9 minggu saja setelah itu akan mengalami kematian, sesuai dengan pernyataan Romeida et al. (2013) bahwa peningkatan dosis paparan yang lebih tinggi mengakibatkan plb anggrek Spatoglotis plicata hanya mampu bertahan hidup selama 2 bulan saja. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2004) menyebutkan bahwa plb anggrek Phalaenopsis himatsuri x Doritaenopsis modern beauty yang diberikan perlakuan dosis iradiasi sinar gamma 40 Gy hanya dapat bertahan hidup 10% - 20%. Dosis iradiasi 40 Gy menyebabkan sebagian besar planlet tersebut mengalami kelambatan pertumbuhan, berwarna coklat dan akhirnya mati.

18 9 a b Gambar 2. Kondisi plb hasil iradiasi sinar gamma a) Plb mati, b) Plb hidup Kematian plb yang disebabkan iradiasi sinar gamma ditunjukkan dengan perubahan warna plb. Pada awalnya plb yang berwarna hijau akan berubah menjadi kekuningan selanjutnya plb mulai berubah menjadi kecoklatan dan akhirnya menghitam dan mati (Gambar 2). Perubahan warna plb tersebut juga teradi pada penelitian yang dilakukan oleh Romeida et al. (2013) yang menjelaskan bahwa gejala kematian plb anggrek Spatoglotis plicata blum hasil iradiasi sinar gamma dimulai dengan menguningnya plb selanjutnya plb menjadi coklat dan menghitam. Massa plb Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) terlihat berwarna hitam tanda terjadi kematian sel akibat paparan sinar gamma. Kejadian tersebut terjadi pada semua plb hasil iradiasi yang tidak mampu melakukan pemulihan kembali pada kerusakan sel yang dialami. Plb yang mampu melakukan pemulihan dan berhasil bertahan hidup maka memungkinkan untuk menjadi tanaman mutan. Persentase Plb berkecambah Semakin besar dosis radiasi sinar gamma yang diberikan maka persentase plb berkecambah nyata akan semakin menurun. Persentase plb berkecambah didapatkan dari perbandingan antara jumlah total plb yang berkecambah dengan jumlah total plb yang ditanam. Plb yang terkena iradiasi dengan dosis tinggi terutama pada dosis 80 dan 100 Gy memiliki laju perkembangan yang jauh lebih lambat dibandingkan dengan dosis lain (Tabel 2). Royani et al. (2012) menyebutkan bahwa pertumbuhan tanaman obat sambiloto dengan perlakuan iradiasi sinar gamma termasuk lambat, hal tersebut diakibatkan adanya pengaruh iradiasi yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut menjadi lambat. Sampai minggu ke-6 tidak terlihat perbedaan nyata pada setiap dosis iradiasi yang diaplikasikan mulai dari dosis 20 hingga 100 Gy. Pada perlakuan dosis iradiasi 80 dan 100 Gy persentase plb berkecambah terus mengalami penurunan setelah minggu ke-6 hingga minggu ke-22. Keadaan tersebut diduga diakibatkan karena plb yang terkena iradiasi sinar gamma tidak mampu melakukan pemulihan akibat besarnya kerusakan sel yang dialami dan akhirnya mengalami kematian.

19 10 Tabel 2 Persentase berkecambah plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma Dosis MST (Gy) a 77a 75a 73a 74a 76a 20 56b 62b 67b 68a 64ab 64ab 40 56b 59bc 64b 66a 63ab 63ab 60 56b 57bc 62b 60ab 59b 58b 80 51b 49c 49c 48b 35c 35c b 48c 48c 31c 25c 19d KK(%) Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α=5% Menurut Romeida et al. (2013) bila plb hasil iradiasi sinar gamma mengalami kerusakan sel yang sangat besar maka plb tidak akan mampu melakukan pemulihan dan bertahan hidup, sementara sel-sel yang mampu memulihkan diri akan membelah dan membentuk plb baru dan mungkin berkembang menjadi tanaman mutan. Gambar 3. Kriteria Plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) yang berkecambah Kriteria plb yang berkecambah dilihat dari plb yang telah mengalami penonjolan dan kemudian merekah pada ujung plb anggrek dimana setelah proses tersebut selanjutnya akan mucul bakal daun pada hasil rekahan yang telah terbentuk (gambar 3). Siska et al. (2013) menuliskan bahwa munculnya tunas ditandai dengan membengkaknya plb yang kemudian diikuti dengan merekahnya ujung eksplan sehingga membentuk nod (bakal tunas). Calon tunas mikro dapat terbentuk pada rekahan tersebut yang ditandai dengan munculnya ujung helai daun. Multiplikasi Tunas Hasil pengamatan yang telah dilakukan hingga minggu ke-22 didapatkan hasil bahwa hampir semua plb yang hidup pada semua perlakuan dosis iradiasi

20 11 sinar gamma mampu menghasilkan tunas baru/bermultiplikasi. Bahkan pada pemberian dosis iradiasi sinar gamma tertentu menghasilkkan jumlah multiplikasi lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah multiplikasi pada Plb tanpa dosis iradiasi (Tabel 3). Tabel 3. Rata-rata jumlah multiplikasi plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma Dosis MST (Gy) cd 0.84cd b 1.84b b 1.96b a 2.84a c 1.04c d 0.6d KK(%) Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α=5% Plb mulai bermultiplikasi pada minggu ke-4 pada dosis iradiasi 0 hingga 60 Gy dengan rata-rata jumlah multiplikasi 0.12 hingga Multiplikasi pada dosis iradiasi 80 Gy teramati pada minggu ke-6 dan pada dosis iradiasi 100 Gy teramati baru pada minggu ke-7. Laju multiplikasi pada minggu ke-12 nyata meningkat pada dosis iradiasi 20 hingga 60 Gy dibandingkan dengan dosis tanpa iradiasi, sedangkan pada dosis iradiasi 80 dan 100 Gy nyata tidak meningkatkan laju multiplikasi dan masih memiliki nilai yang sama dengan dosis iradiasi 0 Gy. Pada akhir pengamatan (22 MST) laju multiplikasi plb masih mengalami peningkatan pada semua taraf dosis iradiasi. Pengaruh iradiasi sinar gamma yang mampu meningkatkan jumlah plb yang bermultiplikasi tertinggi ada pada dosis 60 Gy yakni dengan rata-rata jumlah multiplikasi Pada dosis iradiasi 80 dan 100 Gy walaupun mengalami peningkatan rata-rata jumlah multiplikasi tetapi nilainya tidak nyata dengan dosis iradiasi 0 Gy. Kemampuan plb untuk bermultiplikasi walaupun telah mengalami proses iradiasi diduga disebabkan karena dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan mampu merangsang sintesis hormon endogen (sitokinin maupun auksin). Pada dosis iradiasi 100 Gy meski tetap mampu bermultiplikasi akan tetapi laju multiplikasinya masih lebih lambat dibandingkan dengan dosis iradiasi 0 Gy hingga 80 Gy. Menurut Lestari et al. (2010) dosis iradiasi sinar gamma Gy yang diaplikasikan pada tanaman Artemisia mengakibatkan pertumbuhan tanaman mulai terhambat, tetapi tingkat multiplikasi masih relatif tinggi. Devy dan sastra (2006) menyebutkan bahwa dosis iradiasi sinar gamma 12.5 Gy menghasilkan persentase bertunas paling tinggi yang disebabkan karena dosis tersebut mampu memicu meningkatnya pembelahan sel sehingga terbentuk tunas baru.

21 12 a b Gambar 4. Multiplikasi anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma. a) Planlet primer, b) Planlet skunder Jumlah Daun Perlakuan dosis iradiasi sinar gamma yang diberikan berpengaruh sangat nyata menurunkan jumlah daun yang terbentuk pada planlet anggrek. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka kemampuan planlet anggrek untuk membentuk daun semakin rendah. Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-22 planlet anggrek hasil iradiasi memiliki rata-rata jumlah daun lebih rendah dibandingkan dengan planlet anggrek tanpa iradiasi (Tabel 4). Tabel 4 Rata-Rata Jumlah daun per-planlet anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma Dosis MST (Gy) a 1.6a 2.44a 2.44a 2.83a 4.1a ab 1.2ab 1.6b 1.9ab 2.4ab 2.9b ab 1.1ab 1.29b 1.82ab 1.9bc 2.6bc ab 1.06ab 1.15b 1.6bc 1.88c 2.23c ab 0.64b 1.12b 1.3bc 1.4c 1.45d b 0.6b 1b 1c 1.3c 1.3d KK(%) Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α=5% Rata-rata jumlah daun per-planlet anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) memiliki perbedaan yang nyata pada beberapa taraf dosis iradiasi (Tabel 4). Pada minggu ke-6 seluruh perlakuan dosis iradiasi sinar gamma tidak menunujukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun kecuali pada dosis 0 Gy. Perbedaan yang nyata antar perlakuan baru terlihat pada minggu ke-9 terutama pada dosis iradiasi 80 dan 100 Gy yang nyata memiliki rata-rata jumlah daun lebih sedikit dibandingkan dengan dosis iradiasi 20 hingga 60 Gy. Ketiga dosis tersebut menunjukkan pertumbuhan daun yang lebih cepat dibandingkan dengan dosis iradiasi 80 dan 100 Gy sehingga jumlah daun yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa dosis iradiasi 20 hingga 60 Gy memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan dengan dosis iradiasi 80 dan 100 Gy, selain itu dosis iradiasi 80 dan 100 Gy yang diaplikasikan kepada plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith)

22 13 menyebabkan besarnya kerusakan sel pada tanaman sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan plb termasuk pertumbuhan daun. Penelitian yang dilakukan oleh Devy dan Sastra (2006) menunjukkan bahwa kultur jahe hasil iradiasi sinar gamma yang telah bertunas tidak semuanya dapat membentuk daun. Kurniati (2004) menyebutkan bahwa dosis iradiasi sinar gamma 40 Gy yang diaplikasikan pada anggrek Phal. hinamatsuri x Dtps. Modern beauty menyebabkan sel yang terkena paparan iradiasi sinar gamma mengalami kematian, sehingga terjadi hambatan pembentukan organ planlet, termasuk daun. Jumlah Akar Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa persen plb berakar menunjukan respon yang nyata menurun akibat perlakuan dosis iradiasi sinar gamma. Berdasarkan data pada Tabel 5 semakin tinggi dosis iradiasi yang diterapkan maka kemampuan planlet untuk membentuk akar akan semakin kecil. Perlakuan dosis iradiasi 20 Gy yang diaplikasikan pada planlet anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) menghasilkan rata-rata persentase jumlah planlet berakar yang cukup tinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis iradiasi lain selain kontrol. Keadaan tersebut diduga diakibatkan karena kerusakan yang disebabkan oleh dosis iradiasi 20 Gy tidak begitu besar sehingga sebagian besar planlet masih mampu memulihkan diri lebih cepat dan akhirnya mampu tumbuh secara normal. Sementara itu pada perlakuan dosis iradiasi 40 Gy dan 60 Gy memiliki rata-rata persentase planlet berakar lebih rendah dibandingkan dengan dosis iradiasi 20 Gy. Perlakuan dosis iradiasi 80 dan 100 Gy memiliki rata-rata persentase planlet berakar paling rendah. Terbentuknya akar pada perlakuan dosis tersebut baru terlihat pada minggu ke-12 dengan rata-rata planlet berakar sebesar 1%. Keadaan tersebut diduga diakibatkan karena pemberian dosis iradiasi sinar gamma yang terlalu tinggi mengakibatkan besarnya kerusakan sel pada plb sehingga mengakibatkan banyaknya plb yang mati dan pada plb yang mampu bertahan hidup akan mengalami pertumbuhan yang sangat lambat. Tabel 5 Persentase planlet berakar per-botol anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma Dosis MST (Gy) a 21a 54a 56a 69a 76a 20 0b 5b 37b 55a 58a 64b 40 0b 2bc 11c 23b 40b 51c 60 0b 2bc 10c 16bc 31b 39d 80 0b 0c 1c 6cd 8c 11e 100 0b 0c 1c 3d 4c 6e KK(%) Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α=5% Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis iradiasi memberi pengaruh sangat nyata menurunkan rata-rata jumlah akar pada planlet. Semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan maka jumlah akar yang dihasilkan akan semakin sedikit (Tabel 6). Menurut Gonzales (2007) bahwa dosis iradiasi

23 14 yang diberikan pada tiga spesies anggrek tanah menyebabkan penurunan terhadap jumlah akar mulai dari dosis 10 Gy dan pertumbuhan semakin terhambat pada dosis yang lebih tinggi. Kerusakan sel yang diakibatkan oleh iradiasi yang diberikan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin sedikit jumlah akar yang dihasilkan oleh tanaman akibat kerusakan sel tanaman yang semakin besar. Menurut Kurniati (2004) bahwa dosis iradiasi 10 Gy dan 20 Gy adalah dosis yang masih sesuai untuk pertumbuhan akar dan pertumbuhan daun pada anggrek Phalaenopsis hinamatsuri x Dtps. Modern beauty. Tabel 6 Rata-Rata jumlah akar per-botol anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada Berbagai Dosis Iradiasi sinar Gamma Dosis MST (Gy) a 1.08a 3.72a 5.88a 7.72a 11.28a 20 0b 0.2b 2.76b 5.16a 7.4a 9.56a 40 0b 0.08bc 1.4cd 2.36b 4.32b 6.88b 60 0b 0.08bc 1.8c 2.12b 4.24b 5.8b 80 0b 0c 1.04d 1.24c 1.6c 1.88c 100 0b 0c 1.04d 1.24c 1.6c 1.84c KK(%) Keterangan : Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf α=5% Pada minggu ke-6 belum terlihat adanya pembentukan akar pada semua eksplan yang diradiasi kecuali pada dosis 0 Gy, pertumbuhan akar pada dosis iradiasi 20, 40 dan 60 Gy baru terjadi pada minggu ke-9. Pada perlakuan dosis iradiasi 20 hingga 60 Gy masih memiliki rata-rata jumlah akar cukup banyak. Pada perlakuan dosis iradiasi 80 dan 100 Gy memiliki rata-rata jumlah akar perbotol sangat sedikit. Keadaan tersebut diduga diakibatkan karena banyaknya planlet anggrek yang mati serta terhambatnya pertumbuhan planlet akibat pemberian iradiasi sinar gamma dengan dosis yang terlalu tinggi. Akibatnya planlet tidak mampu membentuk akar dengan baik. Menurut Wattimena (1990) proses pembentukan akar dimulai dari sel meristem yang secara terus menerus membelah membentuk sekelompok sel-sel kecil (primordia akar) yang terus menerus berkembang. Sel meristem yang terkena iradiasi sinar gamma dengan dosis yang terlalu tinggi maka akan terjadi kerusakan yang besar termasuk pada sel meristem dan selanjutnya pertumbuhan planlet akan terhambat dan planlet tidak akan mampu berkembang membentuk akar maupun daun. Planlet yang tidak berakar pada percobaan ini terjadi pada perlakuan dosis iradiasi 80 dan 100 Gy. Kedua dosis iradiasi ini mengakibatkan kerusakan sel yang terlalu besar sehingga mengakibatkan banyaknya plb yang mati pada fase awal, dan plb yang masih dapat bertahan hidup selanjutnya tidak dapat berkembang dengan baik dan menghambat pertumbuhan daun serta akar pada planlet. Menurut Devy dan Sastra (2006) terjadinya penghambatan pertumbuhan akar pada tanaman jahe hasil iradiasi sinar gamma diduga diakibatkan karena adanya gangguan aktivitas auksin endogen yang terjadi setelah proses iradiasi sehingga konsentrasi endogen berkurang dan akarpun tidak terbentuk.

24 Persentase Plb Hidup 15 Lethal Dose (LD) Hasil analisis LD 30 dan LD 50 pada plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) yang sudah diiradiasi pada 6 taraf dosis iradiasi sinar gamma menghasilkan kurva Polynomial Fit dengan persamaan (y= x x x 3 ) dan didapatkan nilai LD 30 pada dosis iradiasi dan untuk LD 50 pada dosis iradiasi (Gambar 5). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan mutan putative terbanyak yang akan didapatkan berada diantara dosis iradiasi hingga karena pada rentang dosis tersebut kematian yang diakibatkan oleh proses iradiasi sinar gamma masih dibawah 50 persen. S = r = LD 30 = LD 50 = Dosis Iradiasi Gamma Gambar 5. Nilai LD 30 serta LD 50 berdasarkan persentase hidup plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2004) pada plb anggrek Phalaenopsis hinamatsuri x Doritaenopsis modern beauty didapatkan nilai LD Penelitian yang dilakukan oleh Romeida et al. (2013) didapatkan bahwa mutan terbanyak yang dihasilkan pada proses iradiasi sinar gamma pada plb anggrek Spatoglotis plicata Blum dihasilkan pada dosis sekitar LD 50. Nilai LD 50 yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Romeida et al. (2013) berdasarkan persentase plb hidup adalah dan nilai LD 30 yang didapatkan adalah Nilai LD 50 dari kedua penelitian tersebut berbeda dengan nilai LD 50 yang diperoleh pada penelitian iradiasi sinar gamma pada plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith). Perbedaan besarnya nilai LD 50 tersebut diduga disebabkan karena perbedaan sensitivitas plb dalam menerima radiasi sinar gamma. Sensitifitas tersebut diduga diakibatkan karena perbedaan jenis anggrek atau perbedaan umur plb yang diberikan paparan sinar gamma sehingga mengakibatkan berbedanya ketebalan dari dinding sel. Keragaman Planlet Iradiasi sinar gamma dapat menyebabkan terjadinya perubahan di semua bagian tanaman termasuk daun dan akar. Pada daun pengaruh iradiasi sinar gamma dapat menyebabkan berubahnya ukuran dan bentuk daun. Pada perlakuan iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan mengakibatkan beberapa daun berubah bentuk diantaranya adalah munculnya daun yang berbentuk melebar dan berbentuk spiral (Tabel 7). Data yang didapatkan menunjukkan bahwa bentuk

25 16 memanjang masih sangat dominan dibandingkan dengan bentuk daun yang lain. Perubahan bentuk daun yang teramati terdapat hampir pada setiap perlakuan iradiasi dengan persentase yang tidak terlalu besar. Bentuk daun yang paling beragam ada pada perlakuan dosis iradiasi 60 Gy dan 80 Gy. Penelitian yang dilakukan oleh Royani et al.(2012) mendapatkan bentuk daun spiral pada tanaman obat sambiloto hasil iradiasi sinar gamma cobalt 60. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Romeida et al. (2013) menghasilkan daun spiral pada tanaman anggrek Spatoglotis plicata blume hasil iradiasi sinar gamma dengan dosis 30 Gy. Menurut Kurniati (2004) keragaman bentuk daun pada anggrek Phalaenopsis hinamatsuri x Doritaenopsis modern beauty muncul sebagai akibat adanya abnormalitas sel mutan yang berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda dari sel asalnya. Tabel 7 Morfologi daun anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma pada 22 MST Perlakuan Persentase (Gy) Memanjang Melebar Spiral (normal) (122/122) (125/127) (2/127) (108/113) 4.42 (5/113) (88/109) (20/109) 0.92 (1/109) (51/55) 3.64 (2/55) 3.64 (2/55) (25/30) (5/30) 0 *Data dalam kurung menunjukkan banyaknya bentuk daun tertentu per total jumlah daun Bentuk daun normal pada planlet anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) adalah memanjang dengan ujung yang runcing. Perubahan bentuk daun yang teramati yakni bentuk melebar dan spiral (Gambar 6). a b c Gambar 6. Keragaman bentuk daun anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma. (a) Daun memanjang (normal), (b) Daun melebar, (c) Daun spiral Perlakuan dosis iradiasi sinar gamma juga berpengaruh terhadap petumbuhan akar. Ukuran akar pada setiap dosis iradiasi menunjukkan adanya perbedaan yang terjadi karena dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan maka kerusakan yang dialami oleh tanaman akan lebih besar

26 17 sehingga menghambat pertumbuhan tanaman termasuk pertumbuhan akar (Tabel 8). Tabel 8 Morfologi akar planlet anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) hasil iradiasi sinar gamma pada 22 MST Perlakuan Besar Sedang Kecil (Gy) (84/342) (91/342) (167/342) (53/294) (85/294) (156/294) (29/215) (79/215) (107/215) (26/193) 34.2 (66/193) 52.3 (101/193) (23/83) (60/83) (20/85) (65/85) *Data dalam kurung menunjukkan banyaknya ukuran akar tertentu per total jumlah akar Akar berukuran kecil pada setiap perlakuan dosis iradiasi memiliki persentase yang labih besar dibandingkan dengan akar dengan berukuran sedang dan besar. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pengaruh dosis iradiasi pada dosis tinggi mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan planlet anggrek sehingga akar sulit untuk tumbuh menjadi besar. Hasil penelitian ini didapatkanbahwa akar berukuran besar sama sekali tidak terbentuk pada perlakuan dosis iradiasi 80 Gy dan 100 Gy. Gambar 7. Bentuk planlet anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) pada berbagai dosis iradiasi sinar gamma Iradiasi sinar gamma mempengaruhi kemampuan tumbuh tanaman semakin tinggi dosis iradisi sinar gamma yang diberikan maka kemampuan tumbuh tanaman akan semakin terhambat. Pengamatan secara visual memperlihatkan bahwa dosis iradiasi 80 dan 100 Gy memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan dosis iradiasi lain. Planlet terlihat menjadi lebih pendek dibandingkan dosis iradiasi 0 hingga 60 Gy (Gambar 7).

27 18 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Iradiasi sinar gamma bepengaruh nyata menurunkan pertumbuhan plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) berdasarkan peubah persentase plb hidup, persentase plb berkecambah, jumlah daun, jumlah akar, jumlah multiplikasi, dan persentase plb berakar serta ukuran akar. Semakin tinggi dosis iradiasi yang dihasilkan maka semakin rendah kemampuan hidup dan pertumbuhan plb anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith). Dosis iradiasi sinar gamma yang menghasilkan pertumbuhan plb paling lambat adalah dosis iradiasi 80 dan 100 Gy. Perubahan bentuk daun yang teramati yakni munculnya daun berbentuk melebar dan berbentuk spiral pada planlet hasil iradiasi. Planlet hasil iradiasi sinar gamma yang memiliki keragaman paling tinggi ada pada dosis iradiasi 60 dan 80 Gy. Lethal dose 30% (LD 30 ) berada pada dosis iradiasi dan untuk LD 50 berada pada dosis iradiasi Saran Penelitian lanjutan perlu dilakukan hingga fase generatif sehingga seluruh perubahan tanaman akibat proses iradiasi sinar gamma dapat diidentifikasi dan dilihat kestabilan genetiknya. DAFTAR PUSTAKA Ahloowalia BS, Maluszynski M Induced mutation A new paradigm in plant breeding. Euphytica. 118: Devy L, Sastra DR Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap kultur in vitro tanaman jahe. J. Sains dan Teknologi Indonesia. 8(1) : 7-14 Fatimah N Teknologi kultur jaringan. Surabaya(ID): PBT Pertama BBP2TP Gonzales MA Radiosensitivity of three species of ground orchid (Spatoglotis plicata, S. kimballiana var. angustifolia and S. tomentosa) to acute gamma radiation. Tesis. Philippines (PH) : Central Luzon State University Gunawan LW Teknik kultur jaringan tanaman. Bogor(ID). Departemen Pendidikan dan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antara Universitas Bioteknologi IPB. Handayani F Mengenal dan bertanam anggrek. Bandung (ID). Amico Handoyo F Anggrek hibrida ragam dan perawatannya. Jakarta (ID) : Flona Serial Harmita, Radji M Buku ajar analisis hayati edisi 3. Jakarta (ID): Buku kedokteran ECG Herawati T dan Setiamihardja R, Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Diktat kuliah. Fakultas Pertanian. Bandung (ID). Universitas padjajaran Kurniati R Induksi keragaman genetik Phalaenopsis hinamatsuri x Doritaenopsis modern beauty dan Phalaenopsis amabilis x Phalaenopsis

Analisis Data Y= a+bx HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Data Y= a+bx HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Analisis Data Rancangan lingkungan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu dosis iradiasi sinar gamma. Terdapat 6 taraf dosis iradiasi sinar

Lebih terperinci

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara In Vitro

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara In Vitro Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Anggrek Dendrobium lasianthera (JJ. Smith) secara In Vitro The Effects of Gamma Ray-Irradiation on The Growth of Protocorm Like

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan 13 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 hingga bulan Februari 2012 di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA Latar Belakang IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA MELALUI IRADIASI TUNGGAL PADA STEK PUCUK ANYELIR (Dianthus caryophyllus) DAN UJI STABILITAS MUTANNYA SAMPAI GENERASI MV3 Pendahuluan Perbaikan sifat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan iradiasi

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO ABSTRAK Ernitha Panjaitan Staf Pengajar Fakultas Pertanian UMI Medan Percobaan untuk mengetahui respons

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor anggrek maupun masyarakat pada umumnya. Anggrek menjadi daya tarik tersendiri karena bunganya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggrek merupakan jenis tanaman hias yang digemari konsumen. Jenis anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan Phalaenopsis dari Negara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya keanekaragaman tanaman khususnya anggrek. Anggrek yang ada di Indonesia dikategorikan terbesar kedua didunia setelah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk Bahan tanam awal (eksplan) merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Eksplan yang baik untuk digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil

I. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian Indonesia, terutama pada tanaman hias tropis. Permintaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Jones dan Luchsinger (1979), tumbuhan anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari sekian banyak tumbuhan berbunga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRACT ATRA ROMEIDA. Induced Mutation by Gamma-ray Irradiation for the Development of Superior Orchid Clones Spathoglottis plicata

ABSTRACT ATRA ROMEIDA. Induced Mutation by Gamma-ray Irradiation for the Development of Superior Orchid Clones Spathoglottis plicata v ABSTRACT ATRA ROMEIDA. Induced Mutation by Gamma-ray Irradiation for the Development of Superior Orchid Clones Spathoglottis plicata Blume. Accession Bengkulu. Supervised by Surjono Hadi Sutjahjo, Agus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi fosfor dalam media kultur

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur

Lebih terperinci

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii Croat.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA DARI 60 Co SECARA IN VITRO

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii Croat.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA DARI 60 Co SECARA IN VITRO INDUKSI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii Croat.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA DARI 60 Co SECARA IN VITRO SRI IMRIANI PULUNGAN A24051240 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PRAKATA. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan. hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan

PRAKATA. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan. hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan laporan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Bubur

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Kondisi laboratorium tempat dilakukan percobaan memiliki suhu berkisar antara 18-22 0 C dan kelembaban mencapai 90%. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang

Lebih terperinci

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358) Tugas Akhir (SB091358) PENGARUH JENIS MEDIA DAN KONSENTRASI NAA (Naphthalene Acetic Acid) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BIJI Dendrobium capra J.J SMITH SECARA IN VITRO Puput Perdana Widiyatmanto

Lebih terperinci

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i ABSTRACT ERNI SUMINAR. Genetic Variability Induced

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i FAKTA INTEGRITAS... ii LEMBAR PERSYARATAN GELAR... iii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv LEMBAR PERSETUJUAN... v PEDOMAN PENGGUNAAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA

PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA PENGARUH BEBERAPA MEDIA KULTUR JARINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK PHALAENOPSIS BELLINA Astri Oktafiani*, Melia Puspitasari, Titiek Purbiati, Destiwarni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 205 ISBN: 978-602-8962-5-9 PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA DAN BUBUR PISANG PADA MEDIA MS TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK KELINCI (Dendrobium antennatum Lindl.) SECARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki tingkat keanekaragaman anggrek yang sangat tinggi dan diperkirakan ada sekitar 6 000 jenis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Proliferasi Kalus Embriogenik Kalus jeruk keprok Garut berasal dari kultur nuselus yang diinduksi dalam media dasar MS dengan kombinasi vitamin MW, 1 mgl -1 2.4 D, 3 mgl -1 BAP, 300

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO Zohiriah 1, Zulfarina 2, Imam Mahadi 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari April 2016.

Lebih terperinci

INDUKSI MUTASI KROMOSOM DENGAN KOLKISIN PADA TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) KLON ZWEETENERS SECARA IN VITRO

INDUKSI MUTASI KROMOSOM DENGAN KOLKISIN PADA TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) KLON ZWEETENERS SECARA IN VITRO INDUKSI MUTASI KROMOSOM DENGAN KOLKISIN PADA TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) KLON ZWEETENERS SECARA IN VITRO Oleh: ASEP RODIANSAH A34302032 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM

Lebih terperinci

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT ` ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP Anna Rufaida 1, Waeniaty 2, Muslimin 2, I Nengah Suwastika 1* 1 Lab.Bioteknologi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Anggrek, Kebun Raya Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 hingga Juni 2011. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan varietas berbagai tanaman hortikultura, salah satunya adalah tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dan varietas berbagai tanaman hortikultura, salah satunya adalah tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keragaman jenis dan varietas berbagai tanaman hortikultura, salah satunya adalah tanaman anggrek. Dari 20.000 spesies

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bunga adalah salah satu komponen aspek estetika yang merupakan bagian dari hidup manusia. Salah satu bunga yang telah menarik perhatian adalah anggrek. Bunga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai bentuk dan penampilan yang indah (Iswanto, 2002). Tanaman

Lebih terperinci

Induksi Keragaman dan Karakterisasi Dua Varietas Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) dengan Iradiasi Sinar Gamma secara In Vitro

Induksi Keragaman dan Karakterisasi Dua Varietas Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) dengan Iradiasi Sinar Gamma secara In Vitro J. Hort. Indonesia 4(1):34-43. April 2013. Induksi Keragaman dan Karakterisasi Dua Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) dengan Iradiasi Sinar Gamma secara In Vitro The Variation Induction and Characterization

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO Imam Mahadi, Sri Wulandari dan Delfi Trisnawati Program

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO Delfi Trisnawati 1, Dr. Imam Mahadi M.Sc 2, Dra. Sri

Lebih terperinci

KULTUR JARINGAN TANAMAN

KULTUR JARINGAN TANAMAN KULTUR JARINGAN TANAMAN Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi victoria@uny.ac.id FAKULTAS MATEMATIKA DA/N ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 Kultur Jaringan Tanaman Pengertian

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen

Lebih terperinci

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA oleh Purwati A34404015 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 15 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman, Pusat Antar Universitas (PAU) Bioteknologi, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium Pisang merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Coelogyne asperata dan Coelogyne pandurata Indonesia terletak di daerah katulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropika yang sampai saat ini dikenal sebagai tipe

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang diyakni merupakan anggrek terbesar yang pernah ada. Anggrek ini tersebar

Lebih terperinci

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro 11 agar. Zat pengatur tumbuh yang digunakan antara lain sitokinin (BAP dan BA) dan auksin (2,4-D dan NAA). Bahan lain yang ditambahkan pada media yaitu air kelapa. Bahan untuk mengatur ph yaitu larutan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 1 faktor perlakuan, yaitu penambahan sukrosa dalam media

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN PEMBAGIAN KULTUR JARINGAN Kultur organ (kultur meristem, pucuk, embrio) Kultur kalus Kultur suspensi sel Kultur protoplasma Kultur haploid ( kultur anther,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A34403064 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFEK IRRADIASI SINAR-X PADA BUAH TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERKEMBANGAN BIJI ANGGREK Spathoglottis plicata Blume

EFEK IRRADIASI SINAR-X PADA BUAH TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERKEMBANGAN BIJI ANGGREK Spathoglottis plicata Blume 48 Jurnal Biologi Vol 5 No 7 Tahun 2016 EFEK IRRADIASI SINAR-X PADA BUAH TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERKEMBANGAN BIJI ANGGREK Spathoglottis plicata Blume THE EFFECT OF X-RAY IRRADIATION ON POD TO THE GERMINATION

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Perbanyakan P. citrophthora dan B. theobromae dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH:

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH: UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH: Dinda Marizka 060307029/BDP-Pemuliaan Tanaman PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro Endah Wahyurini, SP MSi Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas 1 I. PENDAHULUAN Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas 25.000-30.000 spesies yang tersebar ke dalam 800 genus (Trenggono dan Wiendi, 2009). Menurut Iswanto (2001) Phalaenopsis adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor interaksi antara konsentrasi kolkhisin 0%, 0,05%, 0,10%, 0,15% dan lama perendaman kolkhisin 0 jam, 24 jam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi: Substitusi Media Murashige dan Skoog/MS dengan Air Kelapa dan Pupuk Daun Majemuk pada Pertumbuhan Anggrek Dendrobium secara in vitro (In Vitro Growth of Dendrobium Orchids under Substitution Murashige

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D. Selama masa inkubasi, kalus mulai terlihat tumbuh pada minggu ke-5. Data hari tumbuhnya kalus seluruh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO SKRIPSI Oleh: Uswatun Khasanah NIM K4301058 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Maret

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1

PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1 PEMBAHASAN Analisis Diskriminan terhadap Tanaman M-1 Perlakuan irradiasi sinar gamma menyebabkan tanaman mengalami gangguan pertumbuhan dan menunjukkan gejala tanaman tidak normal. Gejala ketidaknormalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. Dari berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HORMON IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg secara IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN HORMON IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg secara IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN HORMON IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg secara IN VITRO Devi Media Siska 1, Imam Mahadi 2, Zulfarina 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN Laporan Pratikum Dasar-Dasar Bioteknologi Tanaman Topik 1 PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN Oleh : Arya Widura Ritonga ( A24051682 ) Agronomi dan Hortikultura 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kultur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi lingkungan tumbuh. Selain itu anggrek Dendrobium memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kondisi lingkungan tumbuh. Selain itu anggrek Dendrobium memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek Dendrobium adalah salah satu genus anggrek favorit bagi pecinta anggrek. Hal ini dikarenakan anggrek ini mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Kondisi Umum Penelitian Eksplan buku yang membawa satu mata tunas aksilar yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tunas adventif yang berumur 8 MST. Tunas adventif disubkultur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO 11 Buana Sains Vol 9 No 1: 11-16, 2009 UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO Ricky Indri Hapsari dan Astutik PS Agronomi,

Lebih terperinci

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Nikman Azmin Abstrak; Kultur jaringan menjadi teknologi yang sangat menentukan keberhasilan dalam pemenuhan bibit. Kultur jaringan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau kombinasi TDZ dan BAP (Tabel 1) dapat membentuk plb, tunas, atau plb dan tunas (Gambar 4). Respons eksplan terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, yang sangat banyak menarik perhatian konsumen. Selain mempunyai nilai estetika yang

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada Bulan November 2015 hingga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. III. BAHA DA METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. Jendral Besar Dr. Abdul Haris asution Gedung Johor Medan Sumatera Utara, selama

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti Asia, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti Asia, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, terdiri dari 800 genus dan 25.000 hingga 30.000 spesies yang tersebar di seluruh dunia kecuali daerah Antartika (Latifa et

Lebih terperinci