STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT EMPAT JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL ANITA ARUMSARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT EMPAT JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL ANITA ARUMSARI"

Transkripsi

1 STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT EMPAT JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL ANITA ARUMSARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Empat Jenis Kayu Sangat Kurang Dikenal adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya ilmiah saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Anita Arumsari NIM E

4 i ABSTRAK ANITA ARUMSARI. Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Empat Jenis Kayu Sangat Kurang Dikenal. Dibimbing oleh IMAM WAHYUDI dan KRISDIANTO. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur anatomi dan kualitas serat empat jenis kayu yaitu Aceratium sericeum AC Sm., Colona javanica Burr., C. scabra Burr., dan C. serratifolia Cav. yang tergolong dalam kelompok kayu yang sangat kurang dikenal dalam rangka memprediksi kegunaannya yang paling tepat. Pengamatan struktur anatomi dilakukan secara makro dan mikroskopis, sedangkan kualitas serat dievaluasi melalui nilai turunan dimensi serat dan panjang serat hasil pengamatan preparat maserasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pembeda utama keempat jenis kayu yang diteliti adalah keberadaan lingkaran tumbuh, pernoktahan di bidang silang antara pori-pori dengan jari-jari kayu, keberadaan kristal prismatik dan tilosis sklerotik, serta komposisi penyusun sel jari-jarinya. Serat kayu A. sericeum dan C. javanica masuk dalam Kelas Mutu II, sedangkan serat kayu C. scabra dan C. serratifolia masuk Kelas Mutu III. Keempat jenis kayu juga berpotensi digunakan sebagai bahan baku produk komposit menggantikan peran kayu Sengon, Jabon dan Meranti Merah. Kata Kunci: Aceratium sericeum, Colona javanica, C. scabra, C. serratifolia, struktur anatomi ABSTRACT ANITA ARUMASARI. Anatomical Structure and Fiber Quality of the Four Wood Species belonged to the Least Known Species. Under supervising of IMAM WAHYUDI dan KRISDIANTO. Anatomical structure and fiber quality of Aceratium sericeum AC Sm., Colona javanica Burr., C. scabra Burr., and C. serratifolia Cav. belonged to the least known wood species have been studied in order to determine their proper utilization. Observation the anatomical structure was conducted macro- and microscopically, while fiber morphology was observed through the macerated specimen. Result showed that the main distinguished anatomical characteristics among them are growth rings, cross-field pitting, prismatic crystal and tyloses, as well as the composition of wood rays. Moreover, wood fiber of A. sericeum and C. javanica belonged to quality class of II, while wood fiber of C. scabra and C. serratifolia belonged to quality class of III. All species are also potential to be utilized as raw material for bio-composite products, and to replace the function of several conventional woods such as Sengon, Jabon, and Red Meranti. Keywords: Aceratium sericeum, Colona javanica, C. scabra, C. serratifolia, anatomical structure

5 ii STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT EMPAT JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL ANITA ARUMSARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016

6 iii

7 iv Judul Skripsi: Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Empat Jenis Kayu Sangat Kurang Dikenal Nama NIM : Anita Arumsari : E Disetujui oleh: Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS Ketua Krisdianto, SHut., MSc, PhD. Anggota Diketahui oleh: Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 v PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Empat Jenis Kayu Sangat Kurang Dikenal. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS dan Krisdianto, SHut., MSc., PhD atas bimbingan, arahan, dan saran yang telah diberikan, juga kepada almarhumah Dra. Sri Rulliaty, MSc dan laboran di Laboratorium Anatomi Tumbuhan Puslitbang Hasil Hutan, Bogor atas bantuan dan kerjasamanya. Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan kakak yang telah mendukung dan menyemangati penulis, kepada Ikatan Keluarga Mahasiswa Pati (IKMP) atas bantuannya, teman-teman seperjuangan di DHH 49 atas persahabatan dan cinta yang telah diberikan, serta kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran studi penulis. Walaupun skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dibidang teknologi hasil hutan khususnya ilmu kayu, dan bermanfaat bagi penulis sendiri maupun semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Juni 2016 Anita Arumsari

9 vi DAFTAR ISI DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN... 1 Tujuan... 1 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 2 Ciri Anatomi Kayu... 2 Pulp dan Kertas... 7 Taksonomi Kayu yang Diteliti... 8 BAHAN DAN METODE PENELITIAN... 9 Tempat dan Waktu... 9 Alat dan Bahan... 9 Metode Penelitian... 9 Penyajian Data HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Anatomi Kayu Potensi untuk Penggunaan Lain SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran Daftar Pustaka LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL Tabel 1 Nomor koleksi, nama ilmiah, nama lokal, dan asal kayu sampel... 9 Tabel 2 Nilai rata-rata dan standar deviasi dimensi serat keempat jenis kayu yang diteliti 15

10 vii Tabel 3 Hasil uji beda nyata panjang serat keempat jenis kayu yang diteliti berdasarkan sebaran t student pada selang kepercayaan 95% Tabel 4 Nilai rata-rata dan standar deviasi nilai turunan dimensi serat keempat jenis kayu yang diteliti Tabel 5 Scoring penentuan kelas mutu serat DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Preparat mikrotom siap untuk didokumentasikan Gambar 2 Struktur anatomi kayu A. sericeum Gambar 3 Struktur anatomi kayu C. javanica Gambar 4 Struktur anatomi kayu C. scabra Gambar 5 Struktur anatomi kayu C. serratifolia DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rekapitulasi ciri mikroskopis empat jenis kayu yang diteliti Lampiran 2 Nilai dan standar deviasi dimensi pembuluh keempat jenis kayu yang diteliti Lampiran 3 Nilai dan standar deviasi dimensi serat keempat jenis kayu yang diteliti Lampiran 4 Nilai dan standar deviasi dimensi serat keempat jenis kayu yang diteliti Lampiran 5 Parameter turunan dimensi dan kelas serat Lampiran 6 Perhitungan uji beda nyata... 39

11

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hingga saat ini di Xylarium Bogoriense 1915 sudah terkumpul spesimen contoh kayu autentik yang terdiri dari 3001 jenis, 591 marga dan 94 suku. Koleksi tersebut sudah dimanfaatkan sesuai dengan tujuan didirikannya xylarium, yaitu untuk bahan penelitian dan bahan rujukan identifikasi kayu (Mandang 2012). Data terakhir memperlihatkan bahwa dari jumlah contoh kayu autentik tersebut masih ada sekitar 800 jenis (251 marga dari 77 suku) yang belum pernah diteliti. Jenis-jenis tersebut diistilahkan sebagai jenis kayu sangat kurang dikenal atau the least known wood species (Rulliaty dan Damayanti 2008). Sebelum keberadaan pohon-pohon penghasil kayu yang tergolong the least known wood species ini semakin berkurang dan bahkan punah, penelitian tentang identifikasi dan sifat-sifat kayu tersebut perlu segera dilakukan. Apalagi mengingat tujuan penggunaan suatu jenis kayu sangat bergantung pada sifat-sifat yang dimiliki oleh kayu itu sendiri. Sifat dan karakter suatu jenis kayu sangat ditentukan oleh struktur anatomi sel-sel penyusun kayu disamping komponen kimiawi dinding selnya (Wahyudi 2013). Oleh karena ini kajian akan struktur anatomi merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Selain kajian terhadap struktur anatomi kayu, pengetahuan tentang morfologi (bentuk dan ukuran) sel serat sebagai komponen terbesar penyusun kayu juga sangat diperlukan. Struktur anatomi berkaitan dengan tipe atau jenis sel penyusun dan tanda-tanda khusus yang dimilikinya, sedangkan morfologi serat berkaitan dengan dimensi serat. Dengan pemahaman yang benar akan struktur anatomi dan morfologi serat suatu jenis kayu maka tujuan akhir penggunaan dan tipe proses yang harus dikerjakan dapat ditetapkan dengan pasti. Khusus untuk penggunaan kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas, maka cocok tidaknya suatu jenis kayu dapat diprediksi dari nilai turunan dimensi seratnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukanlah penelitian tentang struktur anatomi dan kualitas serat terhadap empat jenis kayu yang tergolong kedalam kelompok kayu sangat kurang dikenal khususnya dari famili Tiliaceae. Selain bermanfaat bagi penentuan tujuan akhir (jenis produk) yang dihasilkan, dan proses pengolahan yang paling tepat, hasil penelitian juga bermanfaat bagi negara sebagai dasar penetapan provisi hasil hutan berdasarkan identifikasi jenis kayu. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mempelajari struktur anatomi dan kualitas serat empat jenis kayu yaitu A. sericeum AC Sm., C. javanica Burr., C. scabra Burr., dan C. serratifolia Cav. yang tergolong dalam the least known wood species dan 2. Memprediksi potensi penggunaan keempat jenis kayu tersebut berdasarkan nilai turunan dimensi serat dan kajian pustaka.

13 2 Manfaat Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai struktur anatomi kayukayu yang diteliti sehingga dapat mengarahkan proses pengolahan dan tujuan penggunaan yang paling tepat, disamping memberikan informasi tentang kecocokan keempat jenis kayu sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas. TINJAUAN PUSTAKA Ciri Anatomi Kayu Struktur anatomi kayu dapat diamati melalui pengamatan secara makroskopis, mikroskopis, maupun submikroskopis. Ciri makroskopis kayu adalah karakteristik yang terlihat tanpa menggunakan mikroskop. Biasanya dilakukan dengan bantuan lup perbesaran kali (Tsoumis 1991). Ciri makroskopis kayu dapat memberikan petunjuk tentang kondisi tumbuh suatu pohon, sifat-sifat fisiknya, dan dapat membantu dalam pengenalan kayunya (Haygreen dan Bowyer 1996). Ciri makroskopis penting meliputi: a. Warna. Warna kayu disebabkan oleh adanya pigmen tertentu (Wahyudi 2013). Warna dapat berubah menjadi biru atau hitam karena serangan jamur khususnya pada kayu-kayu yang cerah. Warna yang telah berubah tersebut tidak dapat dijadikan sebagai penetapan warna kayu (Mandang dan Pandit 2002). b. Tekstur. Tekstur kayu menyatakan halus kasarnya permukaan kayu, yang ditentukan oleh besar kecilnya diameter sel-sel penyusun kayu (sel pembuluh atau pori pada hardwood, dan sel trakeida pada konifer). Bila diameter sel-sel tersebut kecil (pori < 100 µm; trakeida < 35 µm), kayu dikatakan bertekstur halus; dan bila berukuran besar (pori > 200 µm; trakeida > 45 µm), kayu dikatakan berserat kasar (Wahyudi 2013). Kayu bertekstur halus apabila ukuran sel-sel dominannya sangat kecil, sedangkan bertekstur kasar apabila ukuran selnya lebih besar (Mandang dan Pandit 2002). c. Arah serat. Arah serat berhubungan dengan orientasi longitudinal sel-sel dominan penyusun kayu terhadap sumbu batang. Bila orientasi sel-sel tersebut sejajar terhadap sumbu batang, kayu dikatakan berserat lurus; dan sebaliknya bila membentuk sudut terhadap sumbu batang, maka kayu dikatakan berserat miring. Serat miring dapat dibedakan atas serat berpadu, serat terpilin, serat berombak dan serat diagonal. Pada umumnya kayu berserat lurus lebih diminati, meski untuk keperluan artistik, kayu dengan arah berpadu lebih disukai (Tsoumis 1991). Menurut Mandang dan Pandit (2002), kayu berserat lurus apabila orientasi sel-sel dominan searah dengan sumbu batang; dan berserat miring apabila orientasi sel-sel dominan membentuk sudut terhadap sumbu batang. d. Kilap. Kilap kayu merupakan kesan yang menunjukkan kemampuan permukaan kayu untuk memantulkan cahaya. Secara umum, ada kayu yang berkilap dan ada juga yang buram. Umumnya kilap kayu di bidang radial lebih menarik dibandingkan yang di bidang tangensial (Wahyudi 2013). Kayu dikatakan mengkilap apabila permukaannya memantulkan cahaya. Ada

14 3 beberapa jenis kilap kayu yaitu kayu yang kusam, agak mengkilap, dan sangat mengkilap (Mandang dan Pandit 2002). e. Kesan raba. Kesan raba dipengaruhi oleh zat ekstraktif. Kayu yang berlilin seperti jati menghasilkan kesan raba yang licin dan tidak lengket, sedangkan kayu yang berminyak menghasilkan kesan basah dan lengket (sticky). Kayu yang bertekstur halus dan berberat jenis tinggi memiliki kesan raba yang licin. Kesan licin juga dapat bertambah jika kayu mengandung lilin (Mandang dan Pandit 2002). f. Bau. Bau juga dipengaruhi oleh kandungan zat-zat ekstraktif yang mudah menguap (Wahyudi 2013). Umumnya kayu memiliki bau tertentu sewaktu masih segar, namun hanya beberapa jenis yang memiliki bau yang mudah dikenal (Mandang dan Pandit 2002). g. Kekerasan. Kekerasan kayu secara kualitatif ada beberapa macam yaitu sangat lunak, lunak, agak lunak, agak keras, keras, dan sangat keras. Penetapannya dilakukan dengan menyayat kayu tegak lurus serat. Semakin keras kayu maka akan semakin sulit disayat dan menimbulkan bekas yang jelas (Mandang dan Pandit 2002). h. Lingkaran tumbuh. Lingkar tumbuh adalah batas antara sel-sel yang dibentuk akibat perubahan musim namun tidak mesti dalam satu tahun. Lingkar tumbuh berbeda dengan lingkaran tahun dalam hal waktu pembentukannya. Lingkaran tahun adalah lingkaran tumbuh yang terbentuk setiap satu tahun (Prehantoro 2011). Pengelompokan jenis kayu berdasar lingkaran tumbuh atau lingkaran tahun ada dua, yaitu: (i) Lingkaran tumbuh jelas apabila perubahan struktur jelas pada batas antara kayu awal dan kayu akhir. (ii) Lingkaran tumbuh tidak jelas atau tidak ada yaitu kayu yang perubahan struktur yang berangsur-angsur pada pola tertentu atau tidak terlihat dengan jelas (Wheeler et al. 1989). Ciri mikroskopis adalah karakteristik kayu yang baru jelas terlihat dengan bantuan mikroskop cahaya (beberapa hingga ratusan kali). Pada umumnya ciri ini terkait dengan susunan (organisasi) sel-sel penyusun kayu. Ciri mikroskopis umumnya bersifat struktural dan lebih objektif dibandingkan ciri makroskopis (Wahyudi 2013). Ciri mikroskopis penting adalah: a. Sel pembuluh. Sel pembuluh atau pori-pori kayu hanya terdapat pada kayu daun lebar (Tsoumis 1991). Karakteristik pembuluh seperti sebaran, susunan, diameter, frekuensi, bentuk bidang perforasi, dan isinya berbeda antar jenis (Mandang & Pandit 2002). Karakteristik sel pembuluh yang digunakan untuk identifikasi menurut Wheeler et al. (1989) adalah: (i) Sebaran pori (porositas). Ada tiga kelompok, yaitu: a) Tata lingkar (ring porous) apabila letak pori besar terpisah dengan pori kecil dalam satu riap tumbuh sehingga terlihat jelas batas perbedaannya. b) Semi tata lingkar apabila letak pori besar dengan pori kecil dalam satu riap tumbuh tidak jelas batas perbedaannya. c) Tata baur (diffuse porous) apabila pori besar dan kecil tersebar merata pada permukaan kayu.

15 4 (ii) Susunan pori. Ada tiga macam: a) Tersusun tangensial apabila pori tegak lurus jari-jari sehingga membentuk pita panjang maupun pendek. b) Tersusun diagonal atau radial apabila pori mengarah radial atau semi antara radial dan tangensial. c) Tersusun dendritik apabila pori bercabang atau dalam pola seperti lidah api. (iii)pengelompokan pori. Ada tiga macam: a) Hampir seluruhnya soliter: apabila 90% atau lebih dari pori secara keseluruhan terpisah satu sama lain karena dikelilingi jaringan lain. b) Berganda (berkelompok) dan bergabung: apabila pori saling berdekatan satu dengan lainnya. Dikatakan berkelompok apabila dinding singgung antar pori melengkung; dan dikatakan bergabung apabila dinding singgung antar pori datar. c) Bergerombol: apabila pori mengelompok atau bergabung sesamanya sehingga pada penampang lintang tampak ada daerah yang tidak berpori dan ada yang berpori membentuk grup-grup dan terjadi kontak baik pada bidang radial maupun tangensial. (iv) Bidang perforasi. Ada beberapa macam, yaitu: a) Sederhana: apabila berbentuk lubang tunggal bulat hingga oval. b) Tangga: apabila berbentuk lubang memanjang kesamping dan tersusun bertingkat ke bawah seperti tangga. c) Retikulat: apabila terdiri dari lubang-lubang kecil yang menyerupai jala. d) Foraminat: apabila berbentuk bulat atau elips dan terdapat lubanglubang seperti bentuk ayakan. Biasanya dinding pori lebih tebal dari pada dinding retikulat. e) Tipe lain, dengan bentuk yang kompleks. (v) Noktah (ceruk), meliputi: a) Noktah antar pembuluh (diantara elemen pembuluh), terdiri dari: i. Bentuk tangga, yaitu noktah memanjang atau seperti deretan anak tangga. ii. Berhadapan, yaitu noktah antar pembuluh yang tersususun barisan panjang sampai pendek atau baris arah melintang panjang pembuluh. iii. Selang-seling, yaitu noktah anrtar pembuluh yang tersusun berupa deretan diagonal. iv. Selang-seling bentuk poligonal, yaitu garis luar noktah bersegi lebih dari empat sisi pada arah longitudinal. b) Noktah persilangan antara pembuluh dengan jari-jari: i. Dengan halaman jelas, apabila terdapat persamaan dalam ukuran dan bentuk dengan noktah pada seluruh sel jari-jari. ii. Dengan halaman dipersempit sampai terlihat sederhana, noktah bundar atau bersudut. iii. Dengan halaman dipersempit sampai tampaknya sederhana, noktah horizontal, noktah tangga atau jala sampai vertikal. iv. Dengan dua macam ukuran atau tipe yang jelas dalam sel yang sama.

16 5 v. Bergabung searah (> 10 µm). vi. Terbatas pada sisi marginal. (vi) Diameter lumen pembuluh. Pengukuran pembuluh harus mewakili semua ukuran sel pembuluh yang ada. Diameter lumen tangensial tidak termasuk dinding selnya yang diukur. Pengukuran minimal harus dilakukan sebanyak 25 kali. (vii) Jumlah frekuensi pembuluh per mm². Jumlah pembuluh per satuan luas permukaan lintang dapat memiliki nilai yang cukup besar dalam identifikasi kayu. Setiap pembuluh dihitung sebagai satuan individu. (viii) Rata-rata panjang sel pembuluh. Pengukuran dilakukan melalui preparat maserasi. (ix) Tilosis dan bahan endapan dalam pori. Tilosis ada apabila terdapat gelembung atau tonjolan yang keluar dari dinding pori yang berasal dari sel parenkim jari-jari maupun parenkim aksial melalui noktah, sehingga dapat menyumbat lumen pori. Tilosis sering terdapat pada bagian kayu teras. b. Serat. Sel-sel penyusun kayu yang berbentuk panjang langsing dikenal dengan nama serat. Serat dikatakan berdinding sangat tebal jika lumen atau rongga selnya hampir seluruhnya terisi dengan lapisan-lapisan dinding. Dari ciri inilah dapat dipahami bahwa serat berfungsi sebagai penguat batang pohon (Mandang dan Pandit 1997). Serat mempunyai lebar yang sempit menyerupai sel trakeida kayu akhir. Panjang serat sangat bervariasi. Ujung serat kebanyakan runcing kadang-kadang berbentuk garpu; dindingnya bisa tipis dan bisa tebal, dengan lumen yang sempit dan lebar (Toumuis 1991). Ciri serat yang digunakan untuk identifikasi menurut Wheeler et al. (1989) adalah: (i) Jaringan dasar serat. Pengamatan terhadap bentuk dan distribusi dari noktah serat dapat dilakukan pada bidang radial dan tangensial. (ii) Serat bersekat, yaitu serat dengan dinding tipis dan tidak bernoktah. Sekat terjadi setelah dinding sekunder telah terbentuk sehingga serat tidak berhubungan dengan lamela tengah. (iii)tebal dinding serat. Ada tiga macam: a) Sangat tipis, apabila diameter lumen tiga kali atau lebih dari tebal dua kali tebal dinding seratnya. b) Tipis sampai tebal, apabila diameter lumen kurang dari tiga kali atau lebih dari tebal dua kali tebal dinding seratnya. c) Sangat tebal, apabila lumen hampir tertutup. Kemungkinan pemanfaatan suatu jenis kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas dapat dinilai dari dimensi serat dan nilai turunannya (Casey 1980). Dimensi serat meliputi panjang, diameter, dan tebal dinding serat; sedangkan nilai turunannya terdiri dari: (i) Runkel ratio (RR), yaitu perbandingan antara dua kali tebal dinding serat dengan diameter lumen serat. (ii) Felting power (FP), yaitu perbandingan antara panjang serat dengan diameter serat. (iii)muhlsteph ratio (MR), yaitu perbandingan antara luas penampang dinding serat dengan luas penampang lintang serat.

17 6 (iv) Flexibility ratio (FR), yaitu perbandingan antara diameter lumen dengan diameter serat. (v) Coefficient of rigidity (CR), yaitu perbandingan antara tebal dinding serat dengan diameter serat. c. Parenkim. Parenkim merupakan jaringan yang berfungsi untuk menyimpan dan mengatur bahan makanan cadangan. Parenkim dibedakan menjadi 2 yaitu parenkim aksial yang tersusun vertikal, dan parenkim jari-jari yang tersusun horizontal (Pandit dan Ramdan 2002). Jenis parenkim yang digunakan untuk identifikasi menurut Wheeler et al. (1989) adalah: (i) Parenkim aksial apotrakeal, yaitu parenkim aksial yang tidak berhubungan dengan pembuluh, terdiri dari parenkim aksial baur (diffuse) dan parenkim aksial kelompok baur (diffuse in agregate). (ii) Parenkim aksial paratrakeal, yaitu parenkim aksial yang berhubungan dengan pembuluh atau trakeida vaskular. Terdiri dari parenkim aksial paratrakeal jarang, parenkim aksial vasisentrik, parenkim aksial aliform (ketupat dan bersayap), parenkim aksial konfluen, dan parenkim aksial paratrakeal sepihak. (iii)parenkim aksial bentuk pita, terdiri dari parenkim bentuk pita dengan lebar lebih dari tiga sel, parenkim bentuk pita tipis satu sampai tiga sel, parenkim aksial bentuk jala (retikulat), parenkim aksial bentuk tangga (scalariform), dan parenkim marginal atau menyerupai pita-pita marginal. (iv) Untaian parenkim, yaitu sel-sel parenkim aksial yang terbentuk melalui pembagian secara transfersal terhadap satu sel kambium fusiform awal. d. Jari-jari. Jari-jari berfungsi sebagai jalan angkutan bagi cairan pohon dalam arah horizontal dari dan ke lapisan phloem. Sel jari-jari diproduksi dari pembelahan sel induk jari-jari (Haygreen dan Bowyer 1996). Ciri jari-jari yang digunakan untuk identifikasi menurut Wheeler et al. (1989) yaitu: (i) Berdasar lebar jari-jari: a) Jari-jari seluruhnya uniseri b) Lebar jari-jari 1-3 seri c) Lebar jari-jari 4-10 seri d) Lebar jari-jari 10 seri e) Jari-jari dengan bagian multiseri, dengan lebar sama dengan bagian uniseri (ii) Berdasarkan tinggi jari-jari. Jari-jari > 1 mm termasuk jari-jari yang berkategori tinggi. (iii)jari-jari yang terdiri dua ukuran. Jari-jari membentuk dua populasi yang tegas dalam lebar maupun tinggi jika dilihat pada penampang tangensial. (iv) Komposisi sel jari-jari, terdiri dari: a) Seluruhnya sel baring, sel baring yaitu sel parenkim pada jari jari yang dimensi panjannya kearah radial jika dilihat dari bidang radial jika dilihat dari bidang radial. b) Semua sel tegak dan atau bentuk persegi, sel tegak jari-jari yaitu sel panjang jari-jari yang dimensi panjangnya kearah aksial jika dilihat dari bidang radial. Sedangkan sel persegi jari-jari yaitu suatu sel

18 7 parenkim yang terlihat berbentuk hampir bujur sangkar jika dilihat dari bidang radial. c) Bidang jari-jari berupa sel-sel baring dengan satu sel marginal yang berupa sel tegak dan atau bersegi. d) Badan jari-jari berupa sel-sel baring dengan umumnya mempunyai dua sampai empat baris sel marginal yang berupa sel tegak dan atau sel persegi. e) Badan jari-jari berupa sel-sel baring pang biasanya memiliki lebih dari empat baris sel marginal yang berupa sel tegak atau sel persegi. f) Jari-jari terdiri dari sel-sel campuran antara sel baring, persegi, dan sel tegak. (v) Sel seludang, yaitu sel jari-jari yang terletak di sepanjang kedua sisi jarijari yang besar (> 3 seri), dapat dilihat pada bidang tangensial. Umumnya lebih besar dari sel jari-jari bagian tengahnya. e. Inklusi mineral, terdiri dari: (i) Kristal prismatik, yaitu kristal-kristal yang berbentuk rhomboidal atau oktahedral dan tersusun dari kalsiium oksalat. Jika dilihat dari sinar polarisasi memantulkan warna berkilauan. (ii) Butir silika, yaitu butir yang tersusun dari silikon oksida yang berbentuk bindar atau tidak teratur. Pulp dan Kertas Kertas tersusun oleh material berlignoselulosa. Perkembangan produksi dan konsumsi kertas dan serat di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pulp kayu merupakan bahan yang terbanyak dikonsumsi untuk memproduksi kertas dan produk serat lainnya (Departemen Perindustrian 1982). Persyaratan kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas bermutu tinggi adalah berserat panjang, dengan nilai bilangan Runklenya rendah (< 0.25), berkadar lignin rendah, dan ekstraktif rendah, tetapi memiliki kandungan serat (kadar selulosa) yang cukup. Kayu dengan berat jenis (BJ) lebih disukai. Kayu konifer secara umum lebih disukai karena berserat panjang, persentase seratnya tinggi dan memiliki struktur yang homogen, namun tidak berarti bahwa kayu daun lebar tidak cocok apabila dijadikan bahan baku pulp dan kertas. Kayu daun lebar biasanya digunakan untuk menghasilkan pulp campuran. Hal ini karena pada prinsipnya semua bahan berlignoselulosa dapat dijadikan bahan baku pulp dan kertas. Beberapa jenis kayu yang biasa digunakan sebagai bahan baku yaitu pinus, agathis dan jamuju (kelompok konifer), serta mangium, sengon, bakau, gmelina, perupuk dan kayu-kayu lain yang berwarna terang (kelompok kayu daun lebar) (Wahyudi 2013). Kualitas lembaran kertas pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan bakunya teruatama berat jenis, dimensi serat dan turunannya, serta sifat kimia lainnya (Fitriasari dan Euis 2006).

19 8 Taksonomi Kayu yang Diteliti Aceratium sericeum Smith ( Kingdom : Plantae (tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Ordo : Oxalidales Family : Elaeocarpaceae Genus : Aceratium Spesies : Aceratium sericeum Kekuatan dan keawetan kayu A. sericeum masuk dalam Kelas Awet V dan Kelas Kuat III (Oey Djoen Seng 1964). Colona javanica Burr. ( Kingdom : Plantae (tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Ordo : Malvales Famili : Tiliacae Genus : Colona Spesies : Colona javanica Colona javanica merupakan pohon yang kecil yang dipanen atau diambil dari hutan belantara yang umumnya digunakan untuk membuat tali, jala maupun jerat. Jenis ini dijumpai di daerah Jawa, semenanjung Malaysia, Thailand, hingga Laos. Habitatnya di tanah yang berbatu kapur. Serat kayu termasuk Kelas Kualitas II untuk pulp dan kertas (Krisdianto 2004), dengan Kelas Awet V dan Kelas Kuat III (Oey Djoen Seng 1964). Colona scabra Burr. ( Kingdom : Plantae (tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Ordo : Malvales Famili : Tiliaceae Genus : Colona Spesies : Colona scabra Kayu masuk dalam Kelas Awet V dan Kelas Kuat III-IV (Oey Djoen Seng 1964). Colona serratifolia Cav. ( Kingdom : Plantae (tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Ordo : Malvales Famili : Tiliaceae Genus : Colona Spesies : Colona serratifolia Colona serratifolia tersebar di Peninsular Malaysia (terutama Pahang dan Johor), Philippines (Babuyan, Luzon, Mindanao dan Palawan), Sulawesi dan Borneo.

20 9 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2015 di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Hasil Hutan Bogor. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan diantaranya adalah mikrotom, cutter, gelas obyek, gelas penutup, gelas piala, waterbath, tabung film, pipet, mikroskop, cawan petri, tabung reaksi, dan kamera foto. Bahan penelitian utama adalah empat jenis kayu autentik koleksi Xylarium Bogoriense 1915 sebagaimana Tabel 1. Bahan lainnya terdiri dari air destilata (akuades), alkohol, gliserin, safarin, carboxylol, toluena, asam asetat glasial 60% dan hidrogen peroksida 30%, kertas lakmus dan kertas saring. Tabel 1 Nomor koleksi, nama ilmiah, nama lokal, dan asal kayu sampel No. Nama Nama Ilmiah Koleksi Lokal Asal Sampel Aceratium sericeum AC Sm. - Maluku 2172 Colona javanica Burr. Kaloempang Telukbetung, Lampung Colona scabra Burr. Boenoet Buru, Maluku 3292 Colona serratifolia Cav. Taboekang Makassar, Sulawesi Metode Penelitian Pembuatan preparat maserasi dan pengukuran dimensi serat Preparat maserasi dibuat mengikuti prosedur standar Forest Products Laboratory Method: sampel kayu dipotong kecil-kecil sebesar batang korek api lalu dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan asam asetat glasial 60% dan hidrogen peroksida 30% dengan perbandingan 1:1 sampai kayu terendam. Tabung berisi sampel kemudian dipanaskan dalam waterbath suhu 80 C selama 1-2 jam sampai kayu lunak (warna kayu berubah jadi putih pucat). Setelah itu contoh uji dicuci dengan akuades sampai bebas asam. Serat-serat yang telah bebas asam kemudian dipindahkan ke dalam tabung film dan ditetesi larutan safranin selama 3-6 jam. Setelah bebas safranin, serat kemudian dipindahkan ke atas gelas obyek dan ditutup dengan cover glass (mounting), dan siap untuk diamati dibawah mikroskop, diukur dimensinya dan didokumentasikan. Jumlah serat yang diukur sebanyak 60 sel individu. Dimensi serat yang diukur meliputi panjang dan diameter serat serta diameter lumen serat. Tebal dinding serat ditetapkan sebagai setengah dari selisih diameter serat terhadap diameter lumennya. Hasil pengukuran dimensi serat kemudian digunakan untuk mengukur nilai turunan dimensi serat yang terdiri dari Runkel ratio, felting power, Mulhstep ratio, flexibility ratio, dan coefficient of rigidity. Hasil perhitungan nilai turunan yang

21 10 diperoleh kemudian ditabulasi per jenis dan diberi score sebagaimana Rachman dan Siagian (1976) untuk menentukan kelas mutu serat. Pembuatan preparat mikrotom untuk pengamatan struktur anatomi Struktur anatomi yang diamati meliputi ciri makro- dan mikroskopisnya. Ciri makroskopis seperti keberadaan lingkaran tumbuh, tekstur, arah serat, kesan raba, kekerasan, kilap, bau dan proporsi bagian teras dilakukan secara langsung menggunakan kaca pembesar 15-25X terhadap masing-masing contoh kayu, sedangkan ciri mikroskopisnya diamati melalui preparat mikrotom dengan bantuan mikroskop. Pembuatan preparat mikrotom diawali dengan menyiapkan contoh uji berukuran 1.5 cm x 1.5 cm x 1.5 cm untuk setiap bidang pengamatan (lintang, tangensial dan radial). Contoh uji kemudian dilunakan dengan cara direbus dalam air selama 3-5 hari tergantung jenis kayu lalu dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan gliserol (perbandingan alkohol dan gliserin 1:1) selama 2-3 hari. Setelah lunak dilakukan penyayatan untuk masing-masing bidang menggunakan mikrotom geser untuk menghasilkan preparat dengan ketebalan µm. Preparat terbaik kemudian dicuci dengan aquades untuk menghilangkan kotoran dan sisa gliserol, lalu direndam dalam safranin selama 2-6 jam untuk pewarnaan. Selanjutnya dilakukan dehidrasi bertingkat menggunakan alkohol 30, 50, 70, 90% dan absolut masing-masing selama 5 menit. Kemudian preparat direndam dalam larutan carboxylol dan toulena 5-10 menit, dimounting dan siap untuk diamati dibawah mikroskop (Gambar 1) dan didokumentasi. Ciri mikroskopis yang diamati adalah sebagaimana menurut International Association of Wood Anatomist. Gelas obyek Label Gambar 1 Preparat mikrotom siap untuk didokumentasikan Penyajian Data Data kualitatif disajikan dalam bentuk foto dan dideskripsikan, sedangkan data kuantitatif (dimensi pori-pori, serat dan nilai turunan dimensi serat) dihitung nilai rata-rata dan simpangan baku dengan menggunakan analisis t-student pada tingkat kepecayaan 95%, dengan persamaan sebagai berikut: µ = y ± t (α/2.df) Cover glass

22 11 Keterangan: µ = nilai tengah rata-rata y = rata-rata sampel t(α/2.df) = nilai sebaran t pada tingkat kepercayaan 95% α = tingkat nyata s = standar deviasi n = jumlah sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Anatomi Kayu Aceratium sericeum AC Sm. Ciri makroskopis kayu A. sericeum adalah sebagai berikut: warna kuning terang kecoklatan, tekstur halus, arah serat lurus, permukaan tidak mengkilap, kesan raba hangat namun tidak licin, agak keras, serta tidak berbau dan tidak berasa. Adapun ciri mikroskopisnya (Gambar 2) adalah: lingkar tumbuh jelas; porositas tata baur, sebaran pembuluh dalam pola diagonal atau pola radial, pengelompokan pembuluh soliter dominan namun ada juga yang berganda 2-5 sel (2a), bidang perforasi sederhana, noktah antar pembuluh selang-seling, pernoktahan pembuluh jari-jari berhalaman, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan noktah antar pembuluhnya, dan berisi tilosis sklerotik; jaringan serat dasar dengan noktah sederhana sampai berhalaman yang sangat kecil, dan memiliki serat bersekat dengan dinding yang sangat tipis; parenkim aksial tipe apotrakeal tersebar, dan paratrakeal vasisentrik, dengan 3-6 sel per untai; lebar jari-jari satu sampai dua seri namun satu seri lebih dominan, komposisi sel jari-jari terdiri dari sel baring dan sel tegak (2b), namun lebih dominan sel tegak, tidak dijumpai adanya susunan bertingkat pada jari-jari kayu. Kristal prismatik ada di dalam sel tegak dan sel baring, namun lebih banyak dalam sel tegak. Rata-rata panjang pembuluh ± µm, frekuensi 28.10±5.65 sel per mm² dan ukuran noktah 11.66±0,89 µm. Rata-rata tinggi jari-jari ±36.44 µm, dengan frekuensi rata-rata 5.20±1.14 sel per mm. Panjang serat rata-rata ±47.99 µm. Colona javanica Burr. Ciri makroskopis kayu C. javanica adalah sebagai berikut: warna kuning terang kecoklatan, tekstur halus, arah serat lurus, permukaan tidak mengkilap, kesan raba hangat namun tidak licin, agak keras, serta tidak berbau dan tidak berasa. Adapun ciri mikroskopisnya (Gambar 3) adalah: lingkar tumbuh tidak jelas; porositas tata baur, sebaran pembuluh dalam pola diagonal atau pola radial (3a), pengelompokan pembuluh soliter dominan namun ada juga yang berganda 2-5 sel dan berkelompok 2-4 sel; bidang perforasi sederhana, noktah antar pembuluh selang-seling, pernoktahan pembuluh jari-jari berhalaman sempit sampai sederhana atau noktah bundar, dan berisi tilosis sklerotik ; jaringan serat dasar dengan noktah sederhana sampai berhalaman yang sangat kecil, dan memiliki serat bersekat dengan dinding yang sangat tipis; parenkim aksial tipe apotrakeal tersebar, dan paratrakeal vasisentrik, dengan 5-11 sel per untai; lebar

23 12 jari-jari multiseriate, komposisi sel jari-jari terdiri dari sel baring dan sel bujur, namun lebih dominan sel baring; tidak dijumpai adanya susunan bertingkat pada jari-jari kayu. Kristal prismatik ada di dalam sel tegak dan sel baring, namun lebih banyak dalam sel tegak. Rata-rata panjang pembuluh ±45.82 µm, dengan frekuensi 24.4±3.5 sel per mm² dan ukuran noktah 13.17±0.44 µm. Rata-rata tinggi jari-jari ± µm, dengan frekuensi rata-rata 7.40±1.00 sel per mm. Panjang serat rata-rata ± µm. a b c d Gambar 2 Struktur anatomi kayu A. sericeum : a) penampang lintang, b) penampang radial, c) penampang tangensial, dan d) penampang makroskopis a b c d Gambar 3 Struktur anatomi kayu C. javanica : a) penampang lintang, b) penampang radial, c) penampang tangensial, dan d) penampang makroskopis Colona scabra Burr. Ciri makroskopis kayu C. scabra adalah sebagai berikut: warna kuning terang kecoklatan, tekstur kasar, arah serat lurus, permukaan tidak mengkilap, kesan raba hangat dan agak dingin namun tidak licin, agak keras, serta tidak berbau dan tidak berasa. Adapun ciri mikroskopisnya (Gambar 4) adalah: lingkar tumbuh tidak jelas; porositas tata baur, sebaran pembuluh dalam pola diagonal atau pola radial, pengelompokan pembuluh soliter dominan namun ada juga yang berganda 2-3 sel dan berkelompok; bidang perforasi sederhana, noktah antar pembuluh selang-seling, pernoktahan pembuluh jari-jari berhalaman sempit sampai sederhana atau noktah bundar, dan berisi tilosis sklerotik; jaringan serat dasar dengan noktah sederhana sampai berhalaman yang sangat kecil, dan memiliki serat bersekat dengan dinding yang sangat tipis; parenkim aksial tipe

24 13 apotrakeal tersebar, dan paratrakeal vasisentrik, dengan 5-6 sel per untai; lebar jari-jari lima seri, komposisi sel jari-jari terdiri dari sel baring dan sel bujur, namun lebih dominan sel baring; tidak dijumpai adanya susunan bertingkat pada jari-jari kayu. Kristal prismatik: tidak ada. Rata-rata panjang pembuluh ±29.43 µm, frekuensi 29.80±1.93 sel per mm² dan ukuran noktah 2.49±0.23 µm. Rata-rata tinggi jari-jari ± µm, dengan frekuensi ratarata 6.20±0.39 sel per mm. Panjang serat rata-rata ±54.18 µm. a b c d Gambar 4 Struktur anatomi kayu C. scabra: a) penampang lintang, b) penampang radial, c) penampang tangensial, dan d) penampang makroskopis Colona serratifolia Cav. Ciri makroskopis kayu C. serratifolia adalah sebagai berikut: warna kuning terang kecoklatan, tekstur halus, arah serat lurus, permukaan tidak mengkilap, kesan raba hangat namun tidak licin, agak keras, serta tidak berbau dan tidak berasa. Adapun ciri mikroskopisnya (Gambar 5) adalah: lingkar tumbuh jelas; porositas tata baur, sebaran pembuluh dalam pola diagonal atau pola radial, pengelompokan pembuluh soliter dominan namun ada juga yang berganda 2-5 sel dan berkelompok; bidang perforasi sederhana, noktah antar pembuluh selangseling, pernoktahan pembuluh jari-jari berhalaman jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan noktah antar pembuluhnya, dan berisi tilosis sklerotik dan tilosis umum; jaringan serat dasar dengan noktah sederhana sampai berhalaman yang sangat kecil, dan memiliki serat bersekat dengan dinding yang sangat tipis; parenkim aksial tipe apotrakeal tersebar, dan paratrakeal vasisentrik, dengan lebih dari 8 sel per untai; lebar jari-jari satu sampai dua seri namun satu seri dan multiseriate, komposisi sel jari-jari terdiri dari sel baring dan sel bujur, namun lebih dominan sel bujur sangkar atau tegak; tidak dijumpai adanya susunan bertingkat pada jari-jari kayu. Kristal prismatik ada di dalam sel tegak dan sel baring, namun lebih banyak dalam sel tegak; kristal bentuk lain dijumpai dalam bentuk stiloid atau memenjang. Rata-rata panjang pembuluh ±39.14 µm, frekuensi 13.90±1.74 sel per mm² dan ukuran noktah 57.19±2.33 µm. Rata-rata tinggi jari-jari ± µm, dengan frekuensi rata-rata 6.20±0.96 sel per mm. Panjang serat rata-rata ±60.48 µm.

25 14 a b c d Gambar 5 Struktur anatomi kayu C. serratifolia: a) penampang lintang, b) penampang radial, c) penampang tangensial, dan d) penampang makroskopis Hasil penelitian memperlihatkan adanya keragaman atau variasi ciri anatomi baik antar jenis mau pun terhadap telaah pustaka yang diacu. Rekapitulasi ciri anatomi empat jenis kayu yang diteliti disajikan pada Lampiran 1. Secara umum perbandingan struktur anatomi yang ditemukan adalah sebagai berikut: 1. Kayu C. javanica dan C. scabra tidak memiliki batas lingkar tumbuh, atau batas lingkar tumbuhnya tidak jelas. Hal ini sesuai menurut Metcalfe dan Chalk (1950), porositas famili Tiliaceae secara umum adalah semi tata lingkar, yang berarti memiliki batas lingkar tumbuh jelas sampai kurang jelas. 2. Pernoktahan di bidang silang antara pembuluh dan jari-jari (crossfield pitting) pada kayu C. javanica dan C. scabra berhalaman sempit sampai sederhana, sedangkan pada kayu C. serratifolia dan A. sericeum berhalaman jelas. 3. Jari-jari kayu C. javanica dan C. scabra lebih dominan tersusun oleh sel baring, sedangkan pada kayu A. sericeum dan C. serratifolia tersusun oleh sel bujur sangkar atau sel tegak. Hasil ini sesuai dengan Metcalfe dan Chalk (1950) dan juga Ogata et al. (2008). 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jari-jari kayu keempat jenis yang diteliti cenderung dua ukuran. Hasil ini sesuai dengan Metcalfe dan Chalk (1950) dan juga Ogata et al. (2008). 5. Sel ubin dijumpai pada kayu C. javanica dan C. serratifolia, sedangkan kristal prismatik tidak dijumpai pada C. scabra. Menurut Metcalfe dan Chalk (1950), famili Tiliaceae pada umumnya memiliki kristal yang bergerombol dan/atau soliter. 6. Pada keempat jenis kayu tidak terlihat adanya penebalan ulir (spiral thickening) maupun jari-jari agregat. Keragaman ciri sebagaimana disebutkan di atas adalah hal yang lumrah akibat perbedaan faktor genetis, lingkungan (kondisi tempat tumbuh, iklim, kesuburan tanah dan perlakuan silvikultur), dan faktor tingkat kedewasaan sel. Bahkan secara eksplisit kayu juga memiliki variasi baik antarjenis, antargenus dalam satu famili, antar pohon sejenis, maupun dalam satu batang pohon. Ciri anatomi kayu juga dipengaruhi oleh umur pohon (Zobel dan Buijtenen 1989).

26 15 Dimensi dan Nilai Turunan Dimensi Serat Nilai rata-rata dan standar deviasi dimensi serat keempat jenis kayu yang diteliti disajikan pada Tabel 2, sedangkan rata-rata nilai turunan dimensi seratnya pada Tabel 4. Tabel 2 Nilai rata-rata dan standar deviasi dimensi serat keempat jenis kayu yang diteliti Jenis Kayu Panjang (µm) Diameter (µm) Diameter Lumen (µm) Tebal Dinding (µm) A. sericeum ± ± ± ±1.06 C. javanica ± ± ± ±1.07 C. scabra ± ± ± ±0.73 C. serratifolia ± ± ± ±1.47 Tabel 2 memperlihatkan bahwa panjang serat, diameter serat, diameter lumen, dan tebal dinding serat keempat jenis kayu tersebut bervariasi. Hasil uji bedanya (Tabel 3) memperlihatkan bahwa panjang serat keempat jenis kayu tersebut berbeda satu dengan lainnya. Panjang serat berkisar antara hingga µm, diameter serat antara hingga µm, diameter lumen antara hingga µm, dan tebal dindingnya antara 4,89 hingga 9.89 µm. Dari segi panjang serat dan ketebalan dindingnya, maka kayu C. javanica merupakan kayu yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas karena lebih mudah digepengkan (karena lebih tipis) sehingga menghasilkan bidang singgung yang lebih luas, dan memiliki anyaman yang lebih baik (karena lebih panjang) sehingga akan menghasilkan lembaran pulp dan kertas dengan kekuatan yang lebih besar sebagaimana Tamolang dan Wangaard (1961) dalam Pasaribu dan Tampubolon (2007). Tabel 3 Hasil uji beda nyata panjang serat keempat jenis kayu yang diteliti berdasarkan sebaran t student pada selang kepercayaan 95% Jenis Kayu A. sericeum C. javanica C. scabra C. serratifolia A. sericeum C. javanica C. scabra C. serratifolia Tabel 4 Nilai rata-rata dan standar deviasi nilai turunan dimensi serat keempat jenis kayu yang diteliti Jenis Kayu A. sericeum C. javanica C. scabra C. serratifolia Runkel ratio 0.36± ± ± ±0.07 Muhlsteph ratio 45.28± ± ± ±3.99 Daya tenun 22.87± ± ± ±2.84 Flexibility ratio 0.74± ± ± ±0.03 Koefisien kekakuan 0.13± ± ± ±0.02

27 16 Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai turunan dimensi serat keempat jenis kayu juga bervariasi. Hasil uji bedanya (Lampiran 7) memperlihatkan bahwa seluruh nilai turunan dimensi serat berbeda antarjenis. Runkel rasio berkisar antara 0.36 hingga 0.74, Muhlsteph rasio antara hingga 59.51%, daya tenun antara hingga 69.12, flexibility ratio antara 0.62 hingga 0.74, dan koefisien kekakuan antara 0.13 hingga Dari segi nilai Runkel rasio, Muhlsteph rasio, flexibility ratio, dan koefisien kekakuan, maka kayu A. sericeum merupakan kayu yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas, sedangkan dari segi daya tenun, kayu C. javanica merupakan kayu yang potensial. Hal ini sesuai dengan Fitriasari dan Euis (2006). Dengan nilai Runkel rasio, Muhlsteph rasio, dan koefisien kekakuan yang paling rendah, serta nilai flexibility ratio yang paling besar maka lembaran pulp dan kertas yang dibuat dari serat kayu A. sericeum akan lebih kuat dibandingkan ketiga jenis kayu lainnya dan tidak mudah sobek. Begitu pula halnya dengan kayu C. javanica karena nilai daya tenun yang paling tinggi karena lebih lentur dan memiliki ikatan antar serat yang tinggi. Dalam rangka menetapkan kelas mutu seratnya sebagai bahan baku pulp dan kertas, maka data dimensi dan nilai turunan serat keempat jenis kayu ditabulasi dan di-scoring sebagaimana Tabel 5 mengikuti Kelas Mutu Serat Rachman dan Siagian (1976) yang dilampirkan (Lampiran 5). Berdasarkan Tabel 5 dapat dikatakan bahwa dibandingkan dengan kayu C. scabra dan C. serratifolia, maka kayu A. sericeum dan C. javanica lebih cocok digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas karena serat kayu kedua jenis tersebut masuk dalam Kelas Mutu II. Serat dengan Kelas Mutu II mencirikan kayu agak ringan hingga sedang, dan sel penyusun berdinding tipis hingga sedang dengan lumen (rongga sel) agak lebar. Hal ini sesuai dengan hasil kajian terhadap struktur anatominya. Tabel 5 Scoring penentuan kelas mutu serat Parameter Kayu-1 Nilai Kayu-2 Nilai Kayu-3 Nilai Kayu-4 Nilai PS (µm) RR MR (%) DT FR KK Total Kelas Mutu II II III III Keterangan: PS = panjang serat, RS = Runkel rasio, MR = Muhlsteph rasio, DT = data tenun, FR = flexibility ratio, KK = koefisien kekakuan; kayu-1 = A. sericeum, kayu-2 = C. javanica, kayu-3 = C. scabra, dan kayu-4 = C. serratifolia. Potensi untuk Penggunaan Lain Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat kayu A. sericeum dan C. javanica masuk dalam Kelas Mutu II, sedangkan serat kayu C. scabra dan C. serratifolia Kelas Mutu III. Mutu pulp dan kertas yang terbuat dari serat kayu A. sericeum dan

28 17 C. javanica akan lebih baik dibandingkan dengan yang terbuat dari serat kayu C. scabra dan C. serratifolia. Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan diketahui bahwa keempat jenis kayu tersebut masuk dalam kelompok kayu dengan Kelas Kuat III (BJ = ) (Oey Djoen Seng 1964). Dengan demikian maka keempat jenis kayu yang diteliti dapat juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan kayu lapis, kayu lamina, papan partikel, dan/atau produk komposit lainnya karena ditunjang oleh tekstur kayu yang halus dan serat yang lurus. Tekstur kayu yang halus mengindikasikan proses keterekatan yang tergolong baik, sedangkan serat lurus, dan BJ = mengindikasikan bahwa proses pembuatan vinir tidak akan mengalami kesulitan yang berarti. Disamping sebagai bahan baku produk komposit, keempat jenis kayu yang diteliti juga berpotensi sebagai pengganti fungsi kayu dengan kelas kuat yang sama yang sudah lebih dahulu diperdagangkan, seperti Sengon (Falcataria moluccana), Jabon (Anthocephalus spp.), Meranti Merah (Shorea spp.) dan lain sebagainya. Hasil kajian pustaka juga memperlihatkan bahwa keempat jenis kayu tersebut masuk dalam kelompok kayu yang memiliki Kelas Awet V (tidak awet). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keempat jenis kayu tersebut memiliki ciri utama sebagai berikut berwarna cerah namun kurang mengkilap, tekstur halus, serat lurus, lingkaran tahun jelas hingga kurang jelas, berat kayu tergolong sedang, porositas tata baur, pengelompokan pori soliter sampai berganda radial 2-5 sel, berisi tilosis, bidang perforasi sederhana, dan noktah antar pembuluh selang seling. Khusus A. sericeum, C. javanica, dan C. serratifolia memiliki kristal prismatik. Serat kayu A. sericeum dan C. javanica masuk dalam Kelas Mutu II, sedangkan serat kayu C. scabra dan C. serratifolia masuk dalam Kelas Mutu III. Keempat jenis kayu juga berpotensi untuk menggantikan fungsi jenis kayu yang sudah lebih dahulu diperdagangkan seperti Sengon, Jabon dan Meranti Merah untuk berbagai tujuan penggunaan. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sifat mekanis, kandungan kimiawi, dan silvikultur dari keempat jenis kayu tersebut untuk mendukung penggunaannya di masa depan. Selain itu perlu juga dilakukan penelitian terkait dengan sifat pengeringan dan pengawetannya. Kayu yang terdapat di Xylarium Bogoriense 1915 yang masih belum diteliti sebaiknya segera diteliti.

29 18 Daftar Pustaka Casey JP Pulp and Paper: Chemistry and Chemical Technology. New York (US): Willey and Sons Inc Departemen Perindustrian Perkembangan Industri Kertas dan Pulp di Indonesia Bagian A. Jakarta (ID) : Departemen Perindustrian. Fitriasari W dan Euis H Analisis Morfologi Serat dan Sifat Fisis Kimia Beberapa Jenis Bambu sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas. Laporan Teknik Akhir Tahun. UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial, LIPI, Bogor GBIF GBIF Backbone Taxonomy [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2015 september 5]. Tersedia pada: GBIF GBIF Backbone Taxonomy [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2015 september 5]. Tersedia pada: GBIF GBIF Backbone Taxonomy [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2015 september 5]. Tersedia pada: GBIF GBIF Backbone Taxonomy [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2015 september 5]. Tersedia pada: Haygreen JG dan Bowyer JL Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. HA Sutjipto, Penerjemah. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Press. Krisdianto Anatomi dan Kualitas Serat Tujuh Kayu Kurang Dikenal Dari Jawa Barat [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2015 September 5]. Tersedia pada: H%20JENIS%20KAYU%20KURANG%20DIKENAL%20DARI%20JAW A%20BARAT.pdf Mandang YI Xylarium Bogoriense dan peranannya dalam penelitian anatomi dan pengenalan aneka jenis kayu di Indonesia [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2015 Mei 12]. Tersedia pada: Xylarium_Bogoriense pdf. Mandang YI, IKN Pandit Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan. Bogor (ID) : Yayasan PROSEA Indonesia. Mandang, Y.I dan I.K.N Pandit Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Yayasan Prosea. Bogor. Metcalfe CR, L Chalk Anatomy of the Dicotyledons. Vol I. Oxford (GB): At The Clarendon Press Oey Djoen Seng Berat Jenis dari Jenis-jenis kayu Imdonesia dan Pengertian Beratnya Kayu Untu Keperluan Praktek. Pengumuman No 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor Ogata K, T Fujii, H Abe, P Bass Identification of the Timbers Southeast Asia and the Western Pasific. Japan (JP) : Kaiseisha Press

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi herbarium yang dilakukan mempertegas bahwa ketiga jenis kayu yang diteliti adalah benar burmanii Blume, C. parthenoxylon Meissn., dan C. subavenium Miq. 4.1

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat

III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dari bulan Pebruari hingga Juni 2009. Identifikasi herbarium dilakukan di Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, sementara pengamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Ikan Tradisional Menurut Nomura dan Yamazaki (1975) dalam Prasetyo (2008), kapal ikan merupakan kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan, mencakup aktivitas penangkapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Tectona grandis Linn. f. atau jati merupakan salah satu tumbuhan yang masuk dalam anggota famili Verbenaceae. Di Indonesia dikenal juga dengan nama deleg, dodolan, jate,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pohon dengan famili Sapindacaeae. Rambutan adalah tanaman tropis yang

TINJAUAN PUSTAKA. pohon dengan famili Sapindacaeae. Rambutan adalah tanaman tropis yang TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Deskripsi Tanaman 1. Rambutan (N. lappaceum) Rambutan (N. lappaceum) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Rambutan adalah tanaman tropis

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES/CONTOH SOAL UJIAN

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES/CONTOH SOAL UJIAN KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES/CONTOH SOAL UJIAN MATA KULIAH ANATOMI DAN IDENTIFIKASI KAYU (HHT 212) DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT KAYU NORMAL, KAYU TARIK, DAN KAYU OPPOSITE DARI JENIS KAWISTA

KAJIAN STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT KAYU NORMAL, KAYU TARIK, DAN KAYU OPPOSITE DARI JENIS KAWISTA KAJIAN STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT KAYU NORMAL, KAYU TARIK, DAN KAYU OPPOSITE DARI JENIS KAWISTA (Limonia acidissima L.) ASAL BIMA NUSA TENGGARA BARAT DIDINT DWI PREHANTORO S. DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI LIMA JENIS KAYU KELOMPOK SANGAT KURANG DIKENAL ANGGOTA FAMILI ULMACEAE DAN STERCULIACEAE EFAN FATRA JAYA

STRUKTUR ANATOMI LIMA JENIS KAYU KELOMPOK SANGAT KURANG DIKENAL ANGGOTA FAMILI ULMACEAE DAN STERCULIACEAE EFAN FATRA JAYA STRUKTUR ANATOMI LIMA JENIS KAYU KELOMPOK SANGAT KURANG DIKENAL ANGGOTA FAMILI ULMACEAE DAN STERCULIACEAE EFAN FATRA JAYA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik TINJAUAN PUSTAKA Ekaliptus Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Division Sub Divisio Class Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospoermae : Dicotyledone : Myrtiflorae : Myrtaceae

Lebih terperinci

SIFAT ANATOMI DAN KUALITAS SERAT JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL: SUKU CAPPARIDACEAE, CAPRIFOLIACEAE, CHLORANTHACEAE DAN COMPOSITAE

SIFAT ANATOMI DAN KUALITAS SERAT JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL: SUKU CAPPARIDACEAE, CAPRIFOLIACEAE, CHLORANTHACEAE DAN COMPOSITAE Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 4, Desember 2014: 341-354 ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 SIFAT ANATOMI DAN KUALITAS SERAT JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL: SUKU CAPPARIDACEAE,

Lebih terperinci

DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PER LINGKARAN TUMBUH KAYU SUNGKAI (Peronema canescens Jack) DARI KULON PROGO, YOGYAKARTA

DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PER LINGKARAN TUMBUH KAYU SUNGKAI (Peronema canescens Jack) DARI KULON PROGO, YOGYAKARTA C9 DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PER LINGKARAN TUMBUH KAYU SUNGKAI (Peronema canescens Jack) DARI KULON PROGO, YOGYAKARTA Oleh : Harry Praptoyo, S.Hut 1), Edy Cahyono 2) 1) Staf Dosen Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

(Anatomical Structure of Surian Wood (Toona sinensis Roem))

(Anatomical Structure of Surian Wood (Toona sinensis Roem)) (Anatomical Structure of Surian Wood (Toona sinensis Roem)) Atmawi Darwis 1), Imam Wahyudi 2), Ratih Damayanti 3) 1) Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung 2) Departemen Hasil Hutan,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAYU KI ACRET (Spatholdea campanulata Beauv) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP KERTAS MELALUI UJI TURUNAN DIMENSI SERAT

PEMANFAATAN KAYU KI ACRET (Spatholdea campanulata Beauv) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP KERTAS MELALUI UJI TURUNAN DIMENSI SERAT PEMANFAATAN KAYU KI ACRET (Spatholdea campanulata Beauv) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP KERTAS MELALUI UJI TURUNAN DIMENSI SERAT Irawati Azhari Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU Abstract The aim of

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan kayu yang diteliti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan kayu yang diteliti 4.1 Sifat Makroskopis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan makroskopis meliputi warna, corak, tekstur dan arah serat kayu disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Karakterisitik makroskopis pada enam potongan

Lebih terperinci

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM C10 DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PADA BEBERAPA VARIASI UMUR POHON DAN LETAK RADIAL BATANG Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Benth. DARI DESA KEDUNGPOH, GUNUNGKIDUL Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIFAT ANATOMI KAYU TUSAM (Pinus merkusii) ALAMI DAN TANAMAN

PERBANDINGAN SIFAT ANATOMI KAYU TUSAM (Pinus merkusii) ALAMI DAN TANAMAN PERBANDINGAN SIFAT ANATOMI KAYU TUSAM (Pinus merkusii) ALAMI DAN TANAMAN SKRIPSI Oleh: FRISKA EVALINA GINTING 081203048/ TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI KAYU DAUN LEBAR (HARDWOODS) dan KAYU DAUN JARUM (SOFTWOODS)

STRUKTUR ANATOMI KAYU DAUN LEBAR (HARDWOODS) dan KAYU DAUN JARUM (SOFTWOODS) KARYA TULIS STRUKTUR ANATOMI KAYU DAUN LEBAR (HARDWOODS) dan KAYU DAUN JARUM (SOFTWOODS) Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh.

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kayu a. Taksonomi Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh. Pohon Mindi menyukai cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran dan tahan terhadap salinitas

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU SUKUN ( Artocarpus communis FORST) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA. Oleh: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada INTISARI

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU SUKUN ( Artocarpus communis FORST) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA. Oleh: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada INTISARI STRUKTUR DAN SIFAT KAYU SUKUN ( Artocarpus communis FORST) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA Oleh: Fanny Hidayati dan P. Burhanuddin Siagian Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada INTISARI Kebutuhan

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Anatomi, Dimensi Serat dan Microfibril Angle (MFA) Samama (Anthocephalus Macrophyllus)1

Beberapa Sifat Anatomi, Dimensi Serat dan Microfibril Angle (MFA) Samama (Anthocephalus Macrophyllus)1 Beberapa Sifat Anatomi, Dimensi Serat dan Microfibril Angle (MFA) Samama (Anthocephalus Macrophyllus)1 Tekat Dwi Cahyono2 1) Judul Naskah, disampaikan pada Seminar Nasional Penguatan Pembangunan Berbasis

Lebih terperinci

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula) PADA 3 KLAS DIAMETER YANG BERBEDA

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula) PADA 3 KLAS DIAMETER YANG BERBEDA ANATOMI DAN SIFAT DASAR KAYU VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula) PADA 3 KLAS DIAMETER YANG BERBEDA Harry Praptoyo Bagian Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) dalam Utomo (2008) E. urophylla

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) dalam Utomo (2008) E. urophylla TINJAUAN PUSTAKA Kayu Eucalyptus urophylla Menurut Djapilus dan Suhaendi (1978) dalam Utomo (2008) E. urophylla termasuk dalam famili Myrtaceae, terdiri atas 500 jenis dan 138 varietas. Pohon ekaliptus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 16 TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa sawit Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Plantae

Lebih terperinci

Fakultas Kehutanan, Universitas Negeri Papua, Jl. Gn. Salju Amban, Manokwari

Fakultas Kehutanan, Universitas Negeri Papua, Jl. Gn. Salju Amban, Manokwari Sifat Anatomi Kayu Flindersia pimenteliana F. Muell asal Teluk Wondama Papua Barat (Anatomical Properties of Flindersia pimenteliana F. Muell from Wondama Bay West Papua) Renny Purnawati 1), Imam Wahyudi

Lebih terperinci

Gambar (Figure) 1. Bagan Pengambilan Contoh Uji (Schematic pattern for wood sample collection)

Gambar (Figure) 1. Bagan Pengambilan Contoh Uji (Schematic pattern for wood sample collection) H3 Ujung (Thrunk) 2 cm 2 cm 2 cm Sampel kayu untuk mikrotom (Sample for microtom) H2 Tengah (Middle) Sampel kayu untuk maserasi (Sample for maserasion) H1 Pangkal (Bottom) D1 D2 D3 D4 Empulur (Pith) Kulit

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung. 22 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sifat Anatomi Bambu 4.1.1 Bentuk Batang Bambu Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Selain itu, bambu juga memiliki buku (node) yang memisahkan antara 2 ruas (internode).

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT ENAM JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL (THE LEAST KNOWN WOOD SPECIES) DARI FAMILI LEGUMINOSAE AGUNG PRASETYO

STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT ENAM JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL (THE LEAST KNOWN WOOD SPECIES) DARI FAMILI LEGUMINOSAE AGUNG PRASETYO STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT ENAM JENIS KAYU SANGAT KURANG DIKENAL (THE LEAST KNOWN WOOD SPECIES) DARI FAMILI LEGUMINOSAE AGUNG PRASETYO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU KARYA TULIS PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU TREMBESI ( Samanea saman MERR) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU TREMBESI ( Samanea saman MERR) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA STRUKTUR DAN SIFAT KAYU TREMBESI ( Samanea saman MERR) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA Fanny Hidayati dan P. Burhanuddin Siagian Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Abstrak Kebutuhan akan kayu semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sengon merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh yang dipilih dalam program pembangunan hutan tanaman industri (HTI) karena memiliki produktivitas yang tinggi dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Cinnamomum burmanii. Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna

TINJAUAN PUSTAKA. : Cinnamomum burmanii. Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kayu Manis berikut : Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001), sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Sub kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Gymnospermae

Lebih terperinci

KAITAN POLA PENYEBARAN SALURAN GETAH

KAITAN POLA PENYEBARAN SALURAN GETAH TEKNIK PENYADAPAN GETAH JELUTUNG YANG EFEKTIF DAN RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENGHASILKAN LATEKS BERMUTU TINGGI KAITAN POLA PENYEBARAN SALURAN GETAH DENGAN TEKNIK PENYADAPANNYA IMAM WAHYUDI 1), RUDI HARTONO

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI DAN SIFAT FISIS SERTA ALTERNATIF TUJUAN PENGGUNAAN TIGA JENIS KAYU ASAL KALIMANTAN GILANG TEGUH RAHARJO

STRUKTUR ANATOMI DAN SIFAT FISIS SERTA ALTERNATIF TUJUAN PENGGUNAAN TIGA JENIS KAYU ASAL KALIMANTAN GILANG TEGUH RAHARJO STRUKTUR ANATOMI DAN SIFAT FISIS SERTA ALTERNATIF TUJUAN PENGGUNAAN TIGA JENIS KAYU ASAL KALIMANTAN GILANG TEGUH RAHARJO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGENALAN JENIS KAYU Manfaat Pengenalan Jenis Kayu

PENGENALAN JENIS KAYU Manfaat Pengenalan Jenis Kayu PENGETAHUAN DASAR TENTANG KAYU Materi perkuliahan KRIYA KAYU Drs. Yadi Rukmayadi, M.Pd. PENGENALAN JENIS KAYU Manfaat Pengenalan Jenis Kayu Kegiatan penentuan jenis kayu (identifikasi jenis kayu) merupakan

Lebih terperinci

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) KARYA TULIS KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) Disusun oleh : RUDI HARTONO, S.HUT, MSi NIP 132 303 838 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Iwan Risnasari : Kajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan hutan alam di Indonesia periode antara tahun 1985-1997 mencapai 1,6 juta ha setiap tahunnya. Pada periode antara tahun 1997-2000 kerusakan hutan mencapai rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Data hasil pengujian sifat fisis kayu jabon disajikan pada Tabel 4 sementara itu untuk analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% ditampilkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu adalah suatu material yang merupakan produk hasil metabolisme organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Volume Pohon Secara alami, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang paling lazim dipakai sebagai dasar penaksiran,

Lebih terperinci

4 STRUKTUR ANATOMI SALURAN RESIN PADA PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH

4 STRUKTUR ANATOMI SALURAN RESIN PADA PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH 50 4 STRUKTUR ANATOMI SALURAN RESIN PADA PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH 4.1 Pendahuluan Hasil analisis morfogenetika (Bab 3) menunjukkan bahwa produksi getah dipengaruhi oleh faktor genetika dan terdapat

Lebih terperinci

Oleh: Merryana Kiding Allo

Oleh: Merryana Kiding Allo Corak Indah Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) CORAK INDAH KAYU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243, telp. (0411)

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI DAN SIFAT FISIS KAYU REAKSI PADA KAYU TERAP (ARTOCARPUS ODORATISSIMUS) ASAL KALIMANTAN SELATAN TRISTIANA DWI NURDHITA SARI

STRUKTUR ANATOMI DAN SIFAT FISIS KAYU REAKSI PADA KAYU TERAP (ARTOCARPUS ODORATISSIMUS) ASAL KALIMANTAN SELATAN TRISTIANA DWI NURDHITA SARI STRUKTUR ANATOMI DAN SIFAT FISIS KAYU REAKSI PADA KAYU TERAP (ARTOCARPUS ODORATISSIMUS) ASAL KALIMANTAN SELATAN TRISTIANA DWI NURDHITA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI KAYU TAHONGAI (Kleinhovia hospita Linn)

STRUKTUR ANATOMI KAYU TAHONGAI (Kleinhovia hospita Linn) Ulin J Hut Trop 1(2): 113-119 pissn 2599 125, eissn 2599 1183 September 217 STRUKTUR ANATOMI KAYU TAHONGAI (Kleinhovia hospita Linn) Kusno Yuli Widiati Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda-Kaltim

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES MATA KULIAH HASIL HUTAN SEBAGAI BAHAN BAKU (HHT 211) DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

Kayu. Umum. TKS 4406 Material Technology I. (wood or timber)

Kayu. Umum. TKS 4406 Material Technology I. (wood or timber) TKS 4406 Material Technology I Kayu (wood or timber) Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Umum Kayu merupakan hasil hutan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang mengakibatkan peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kehilangan Berat (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keawetan Alami Hasil perhitungan kehilangan berat ke empat jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 4. Data hasil pengukuran disajikan pada Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku.

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku. 4 Tabel 1 Rancangan pemberian MeJA 750 mm secara berulang. Induksi / Pengamatan Perlakuan (hari ke-) Induksi 0 10 25 50 75 M1 * * * * M2 * * * M3 * * M4 * Keterangan : = pemberian * = pengamatan M1= Perlakuan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNAN SERAT KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Willd)

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNAN SERAT KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Willd) Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN 1412-4645 PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNAN SERAT KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Willd) Influence Of Soil Type On

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Microfibril Angle (MFA) Contoh uji persegi panjang diambil dari disk dan dipotong menjadi segmen dengan ukuran 5 cm x 1,5 cm x 1 cm dari empulur hingga kulit dan diberi nomor mulai dari empulur

Lebih terperinci

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU SENGON (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) DARI 2 JENIS PERMUDAAN YANG BERBEDA

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU SENGON (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) DARI 2 JENIS PERMUDAAN YANG BERBEDA VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU SENGON (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) DARI 2 JENIS PERMUDAAN YANG BERBEDA Harry Praptoyo 1 dan Reni Puspitasari 2 1 Staf Pengajar Bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom lentur. Kolom merupakan elemen struktur yang menahan gaya aksial dan momen 2.1.1. Pengertian dan prinsip dasar kolom Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame)

Lebih terperinci

MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI

MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI MEMAHAMI ANTIKLINAL DAN PERIKLINAL DALAM PROSES PERTUMBUHAN POHON DAN KUALITAS KAYU MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Antiklinal adalah tahapan pembelahan

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI ENAM JENIS KAYU BAHAN BAKU PEMBUATAN KAPAL IKAN TRADISIONAL SILVANTO REKSO UTOMO E

STRUKTUR ANATOMI ENAM JENIS KAYU BAHAN BAKU PEMBUATAN KAPAL IKAN TRADISIONAL SILVANTO REKSO UTOMO E STRUKTUR ANATOMI ENAM JENIS KAYU BAHAN BAKU PEMBUATAN KAPAL IKAN TRADISIONAL SILVANTO REKSO UTOMO E24080005 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ANATOMICAL STRUCTURE

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku BABII TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku laporan tugas akhir dan makalah seminar yang digunakan sebagai inspirasi untuk menyusun konsep penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, [ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN KUALITAS SERAT LIMA JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT ASAL JAWA BARAT DAN BANTEN

IDENTIFIKASI DAN KUALITAS SERAT LIMA JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT ASAL JAWA BARAT DAN BANTEN Penelitian Hasil Hutan Vol. 32 No. 4, Desember 2014: 297-312 ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 IDENTIFIKASI DAN KUALITAS SERAT LIMA JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT ASAL JAWA BARAT

Lebih terperinci

SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu

SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu KARYA TULIS SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tampilan Kayu Pemadatan kayu menghasilkan warna yang berbeda dengan warna aslinya, dimana warnanya menjadi sedikit lebih gelap sebagai akibat dari pengaruh suhu pengeringan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Menurut Hadi (2004), klasifikasi botani kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 16 BAB III BAHAN DAN METODE 3. 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai April 2008 November 2008 yang dilaksanakan di Laboratorium Peningkatan Mutu dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan Departemen

Lebih terperinci

Karakteristik dan Sifat-Sifat Dasar Kayu Jati Unggul Umur 4 dan 5 Tahun Asal Jawa Barat

Karakteristik dan Sifat-Sifat Dasar Kayu Jati Unggul Umur 4 dan 5 Tahun Asal Jawa Barat Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), April 2014 Vol. 19 (1): 50 56 ISSN 0853 4217 Karakteristik dan Sifat-Sifat Dasar Kayu Jati Unggul Umur 4 dan 5 Tahun Asal Jawa Barat (Characteristics and Basic Properties

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu perlu diperhatikan untuk pengembangan penggunaan kayu secara optimal, baik dari segi kekuatan maupun keindahan. Beberapa sifat fisis kayu yang harus diketahui

Lebih terperinci

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Kayu lapis untuk kapal dan perahu Standar Nasional Indonesia Kayu lapis untuk kapal dan perahu ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah, definisi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, 2015

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, 2015 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, 2015 SINTESIS ANTARA RPPI 8 PENGOLAHAN HASIL HUTAN SINTESIS RENCANA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis 4.1.1 Kadar air BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata nilai kadar air (KA) kayu surian kondisi kering udara pada masing-masing bagian (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mawar adalah salah satu tanaman bunga yang memiliki ciri khusus yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya. Tanaman bunga Mawar merupakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb. KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.) FARIKA DIAN NURALEXA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN KELAS DIAMETER TERHADAP PROPORSI SEL KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Wild) Oleh/By AHMAD JAUHARI

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN KELAS DIAMETER TERHADAP PROPORSI SEL KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Wild) Oleh/By AHMAD JAUHARI PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN KELAS DIAMETER TERHADAP PROPORSI SEL KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mangium Wild) Oleh/By AHMAD JAUHARI Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

Oleh/By: Yeni Aprianis & Syofia Rahmayanti ABSTRACT

Oleh/By: Yeni Aprianis & Syofia Rahmayanti ABSTRACT DIMENSI SERAT DAN NILAI TURUNANNYA DARI TUJUH JENIS KAYU ASAL PROVINSI JAMBI (Fiber Dimensions and Their Derived Values of Seven Wood Species from Jambi Province) Oleh/By: Yeni Aprianis & Syofia Rahmayanti

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Sri Rulliaty. Keywords: Anatomical properties, fibre quality, pangsor, jengkol, petai, manii, balsa

Sri Rulliaty. Keywords: Anatomical properties, fibre quality, pangsor, jengkol, petai, manii, balsa ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT LIMA JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT ASAL CARITA BANTEN (Anatomical Properties and Fibre Quality of Five Locally

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika TINJAUAN PUSTAKA Oriented Strand Board (OSB) Awalnya produk OSB merupakan pengembangan dari papan wafer (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika pada tahun 1954. Limbah-limbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat TINJAUAN PUSTAKA Bambu Tali Bambu sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki kandungan lignoselulosa melimpah di Indonesia dan berpotensi besar untuk dijadikan sebagai bahan pengganti kayu

Lebih terperinci

SIFAT ANATOMI BAMBU AMPEL (Bambusa vulgaris Schrad.) PADA ARAH AKSIALDAN RADIAL

SIFAT ANATOMI BAMBU AMPEL (Bambusa vulgaris Schrad.) PADA ARAH AKSIALDAN RADIAL SIFAT ANATOMI BAMBU AMPEL (Bambusa vulgaris Schrad.) PADA ARAH AKSIALDAN RADIAL Harry Praptoyo 1 dan Aditya Yogasara 2 1 Staf Pengajar Bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Lapis Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa, kayu lapis (plywood) adalah sebuah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran vinir atau merekatkan lembaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN. Jenis sekolah. Kurikulum : 2013

3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN. Jenis sekolah. Kurikulum : 2013 3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN Jenis sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester : SMA : Biologi : XI / 2 (dua) Kurikulum : 2013 Kompetensi Dasar : 3.3 Menerapkan konsep tentang keterkaitan

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN SKRIPSI FRANS JANUARI HUTAGALUNG 051203045 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVESITAS SUMATERA UTARA 2010 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

oleh/by Krisdianto Abstract

oleh/by Krisdianto Abstract ANATOMI DAN KUALITAS SERAT TUJUH JENIS KAYU KURANG DIKENAL DARI JAWA BARAT (Anatomy and Fiber Quality of Seven Lesser Known Wood Species from West Java) oleh/by Krisdianto Abstract One of the possible

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR POHON Acacia auriculiformis DARI WANAGAMA I TERHADAP KUALITAS PULP INTISARI

PENGARUH UMUR POHON Acacia auriculiformis DARI WANAGAMA I TERHADAP KUALITAS PULP INTISARI C4 PENGARUH UMUR POHON Acacia auriculiformis DARI WANAGAMA I TERHADAP KUALITAS PULP Oleh : Yustinus Suranto Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM INTISARI Formis (Acacia auriculiformis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit dan Tandan Kosong Sawit Kelapa sawit (Elaeis quineensis, Jacq) dari family Araceae merupakan salah satu tanaman perkebunan sebagai sumber minyak nabati, dan merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN. vii

DAFTAR ISI HALAMAN. vii DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Dasar dan Keawetan Alami Kayu Sentang A.1. Anatomi kayu Struktur anatomi kayu mencirikan macam sel penyusun kayu berikut bentuk dan ukurannya. Sebagaimana jenis kayu daun

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAYU MEDANG BERDASARKAN MORFOLOGI SERAT, NILAI TURUNAN DIMENSI SERAT, SUDUT MIKROFIBRIL DAN SIFAT FISISNYA IGNATIUS HANDOKO PRAMANA

PEMANFAATAN KAYU MEDANG BERDASARKAN MORFOLOGI SERAT, NILAI TURUNAN DIMENSI SERAT, SUDUT MIKROFIBRIL DAN SIFAT FISISNYA IGNATIUS HANDOKO PRAMANA PEMANFAATAN KAYU MEDANG BERDASARKAN MORFOLOGI SERAT, NILAI TURUNAN DIMENSI SERAT, SUDUT MIKROFIBRIL DAN SIFAT FISISNYA IGNATIUS HANDOKO PRAMANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian. Manglid (Manglieta glauca Bl.))

Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian. Manglid (Manglieta glauca Bl.)) Kandungan Kayu Gubal dan Teras pada Dolog dan Papan Gergajian Manglid (Manglieta glauca Bl.) (Sapwood and Heartwood Contents on the Logs and Sawn Boards of Manglid (Manglieta glauca Bl.)) Balai Penelitian

Lebih terperinci

STEREOM ( KOLENKIM DAN SKLERENKIM)

STEREOM ( KOLENKIM DAN SKLERENKIM) STEREOM ( KOLENKIM DAN SKLERENKIM) Judul praktikum : Stereom ( kolenkim dan sklerenkim ) Tanggal praktikum : 26 Februari 2014 Tujuan praktikum : 1. Mengidentifikasi jaringan kolenkim (kolenkim angular,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

PELUANG BENUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP

PELUANG BENUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP PELUANG BENUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP The Potential of Benuang Bini (Octomeles sumatrana Miq) as Raw Material for Pulp Nurmawati Siregar Balai Penelitian Teknologi Perbenihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS ( 12 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 - Juni 2017. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, dan Workshop Fakultas

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Seminar Nasional XVIII MAPEKI

Seminar Nasional XVIII MAPEKI Seminar Nasional XVIII MAPEKI Studi Kualitas Kayu Akasia Hibrida (Acacia hybrid) Hasil Persilangan Acacia mangium dengan Acacia auriculiformis dari Aspek Sifat Anatomi dan Fisika Kayu Harry Praptoyo* Bagian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

CIRI ANATOMI DAN LAJU PENGERINGAN ALAMI TIGA JENIS KAYU CINNAMOMUM ANDIANTO

CIRI ANATOMI DAN LAJU PENGERINGAN ALAMI TIGA JENIS KAYU CINNAMOMUM ANDIANTO CIRI ANATOMI DAN LAJU PENGERINGAN ALAMI TIGA JENIS KAYU CINNAMOMUM ANDIANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 31 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci