BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO
|
|
- Devi Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO 3.1 Sinyal Video Sinyal video dihasilkan dari kombinasi antar sinyal-sinyal elektronik dan merupakan standar televisi. Sinyal video yang dinyatakan dalam gelap-terang disebut sebagai sinyal luminansi (Y). Sinyal luminan yang mengandung informasi kecerahan dihasilkan dengan menggabungkan sinyal merah, hijau, biru dari tabung kamera TV dan pada pengkodean, dengan perbandingan yang sesuai dengan kemampuan mata manusia untuk melihat warna putih. Perbandingan tersebut adalah 30% merah, 59% hijau, dan 11% biru. Sinyal (Y) harus 100% (R+G+B) = 30% + 59% + 11% = 100%. RED + BLUE + GREEN = WHITE ER = EG = EB = 1.0 Sinyal Luminan (Y) = 0.30 ER EG EB = 0.3 x x x 1.0 =
2 32 Sinyal video juga dilengkapi dengan sinyal pemadaman (blanking) dan sinkronisasi yang menghasilkan sinyal video komposit (Ycomp). Sedangkan sinyal krominan itu sendiri diperoleh melalui cara khusus dengan menggunakan sinyal selisih warna dari sinyal luminan yaitu : Merah dikurangi luminan (ER-Y), Hijau dikurangi luminan (EG-Y), Biru dikurangi luminan (EB-Y). Sehingga : (ER-EY) = = 0 (EG-EY) = = 0 (EB-EY) = = 0 Dari hasil perhitungan dapat dikatakan bahwa sinyal video yang sesuai dengan standart ITU adalah mempunyai level tegangan = 1 Volt dengan nilai level sinyal white = 0.7 Volt dan sinyal sinkronisasi (sync) 0.3 Volt. Gambar 3.1. Sinyal Video
3 Dasar Sinyal Video Gambar 3.2. Bagian dasar sinyal video Pada gambar 3.2 diatas merupakan bagian-bagian dasar pada sebuah sinyal video yang terdiri dari : Sinyal Colour Bar. White Peak yaitu level video maksimum pada saat scanning gambar putih, dimana putih bukan sinyal warna. Black Level yaitu daerah level yang membatasi daerah level sinyal video dengan daerah level sinkronisasi. Sinyal Sync yaitu isyarat yang berguna untuk mengemudikan kembali tiap-tiap mula perjalanan garis scanning / pengulasan. Sync Level yaitu besarnya tegangan sinyal sinkronisasi (0.3 Vp-p). Sync Tip yaitu batas terbawah sinyal sinkronisasi.
4 34 Front Porch yaitu daerah kosong sinyal video yang berguna untuk persiapan datangnya horisontal Re-trace. Back Porch yaitu daerah kosong sinyal video yang berguna untuk persiapan datangnya horisontal trace. 3.3 Frame Synchronizer Frame synchronizer atau biasa disingkat framesync sering ditemui sebagai bagian dari peralatan broadcast. Sesuai dengan namanya, frame sync adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan sinkronisasi frame. Alat tersebut biasa digunakan apabila ada suatu peralatan yang tidak mempunyai input reference dan outputnya akan dimasukan kedalam sistem yang sudah mempunyai reference sendiri. Contohnya apabila kita mau memasukan keluaran dari komputer kedalam sistem. Sebelum dimasukan kedalam sistem, maka output dari komputer tersebut dimasukan dulu kedalam input framesync (tergantung output dari komputernya, bisa composite, component atau SDI), setelah itu output framesync yang sudah diberi input reference dimasukan kedalam sistem. Apabila tidak dilewatkan dahulu kedalam framesync, maka yang terjadi adalah apabila input video tersebut di take, maka videonya tidak sync, sehingga tampilan video programnya berkedeip (tidak normal). Hal tersebut karena sync-nya terputus. Framesync ini sendiri dalam pertelevisian atau teknik penyiaran, merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam menghasilkan kualitas gambar sinyal video yang maksimal. Pada stasiun televisi, framesync sering digunakan sebagai konsumen peralatan video ke sistem peralatan lainnya, ataupun dapat digunakan untuk menstabilkan sinkronisasi video apapun. Karena
5 35 framesync pada dasarnya mengambil gambar pada setiap frame dari video yang masuk dan segera mensinkronisasikan sinyal yang keluar untuk mencocokkan dengan sistem video yang ada. Gambar 3.3. Gambar berkedip (tidak ada sinyal sync) 3.4 Kinerja Sistem Pada Frame Synchronizer Pada prinsipnya Framesync FA-9100 hampir sama dengan framesync jenis lain, yaitu digunakan sebagai antarmuka (interface) pada sistem-sistem yang ada di stasiun televisi, seperti dari suatu perangkat sistem yang berasal dari luar (eksternal) yang akan memasuki sistem lainnya (internal), dimana yang satu dengan yang lainnya masing-masing mempunyai perbedaan penguatan, sub carrier (SC), fase serta waktu (timing). Dan pada alat ini juga kita bisa melakukan fungsi delay audio secara analog milisecond dan mengatur tingkat level audio sesuai dengan kebutuhan Standard broadcast.
6 36 Pada gambar 3.4 akan memperlihatkan bagaimana posisi konfigurasi Frame Synchronizer FA-9100, sebagai antarmuka (interface) pada studio control fungsi on-air studio dengan receiver, sistem downlink dan distribusi sinyal video RECEIVER (DOWNLINK) Penerima 5 SNG VAN Stasiun Relay Teresterial FRAME SYNCH FA STUDIO CONTROL ROOM MCR UPLINK Stasiun Relay Teresterial TRANSMISSION LINE Teresterial Gambar 3.4. Frame Synchronizer sebagai pengaturan kualitas video sistem downlink yang dikirim oleh SNG (Satellite News Gathering) pada siaran langsung Berikut ini adalah blok diagram Siaran Langsung dengan SNG stasiun televisi SUN TV : 1. SNG mengirim sinyal video dan sinyal audio ke satelit, sinyal dikirim dalam frekuensi tinggi (Uplink) 6 GHz dan frekuensi turun (downlink) dipakai 4GHz. 2. Satelit meneruskan audio dan video ke pusat penerima gambar menuju stasiun bumi. 3. melalui sinyal elektromagnetik diteruskan ke studio, diterima dengan downlink receiver.
7 37 4. Dari downlink diteruskan ke framesync, semua sinyal video akan di adjust (setting) kualitas level video dan audionya sebelum dikirim ke sistem subcontrol studio. 5. Dari subcontrol studio, sinyal video dan audio dikirim ke master control (ruang kendali siar) melalui media kabel atau fiber optik untuk kemudian diteruskan ke pemancar satelit atau pemancar teresterial sebelum akhirnya diteruskan ke antena teresterial (rumah). Pada gambar 3.5. memperlihatkan sistematika kerja dari frame synchronizer FA-9100 sebagai parameter pengendali serta pengaturan kualitas video pada studio on-air.. Gambar 3.5. Frame Synchronizer sebagai parameter pengendali serta pengaturan kualitas video pada studio on-air Berdasarkan gambar 3.5, Frame Synchronizer digunakan sebagai pengatur kualitas gambar Studio On-Air. Dimana fungsi dari dari framesync tersebut adalah sebagai pengaturan sinkronisasi sinyal output video yang diterima dari sistem downlink dan output dari video mixer, sebelum dikirimkan
8 38 ketransmitter. Jadi bisa dikatakan semua output dari kamera dan beberapa sumber gambar lain dikirim ke unit switcher (video mixer) untuk dipilih salah satu menjadi output program untuk On-Air. Video mixer merupakan suatu perangkat yang menggabungkan atau menyatukan beberapa output source video, untuk dikombinasikan menjadi satu output video. Fungsi video mixer adalah menggabungkan beberapa output source video, baik dari kamera, VTR, CG, downlink dan server-server lainnya. Output0output dari berbagai sumber ini akan dimasukkan ke setiap inputan video mixer untuk di kombinasikan, sehingga sinyal outputnya menjadi sebuah sinyal video yang baru. Output sinyal video mixer ini nantinya akan didistribusikan ke VTR untuk di rekam dan ke Master Control untuk kirim ke transmitter untuk dipancarkan. Namun sebelum didistribusikan ke master control, harus dimasukan ke framesync. Karena didalam framesync terdapat fungsi Sync adder (unit penambah pulsa sync ke sinyal gambar) yang mampu mencampur dan menambahkan pulsa-pulsa sinkronisasi, agar didapat suatu sinyal gambar yang lengkap atau Composite Video Signal (CVS). CVS adalah signal yang sudah lengkap mengandung informasi gambar, blanking dan sinyal sync. Digunakannya frame synchronizer karena setiap perangkat yang digunakan sebagai sumber video mempunyai frekuensi sama, namun timing/phase yang kemungkinan berbeda. Hal ini disebabkan pada saat menghidupkan (On) setiap peralatan tidak mungkin dilakukan dalam waktu yang bersamaan (dalam skala waktu mikro atau mili second). Sehingga untuk menyeragamkan /
9 mensinkronkan timing sync pulse ini, digunakan metoda generator locking atau sering disingkat Gen-Lock Perangkat Frame Synchronizer FA-9100 Pada gambar 3.6 dibawah ini akan memperlihatkan tampilan dan block diagram dari frame Synchronizer FA Gambar 3.6. Tampilan depan dan belakang Frame Synchronizer FA-9100 Gambar 3.7. Fungsi umum Frame Synchronizer FA-9100
10 Gambar 3.8. Block Diagram Frame Synchronizer FA
11 3.6 Parameter-parameter Pengaturan Kualitas Sinyal Gambar Pada Frame Synchronizer FA Pengaturan proses penguatan (Process Control) Pada gambar 3.6. memperlihatkan bagian dari pengaturan proses control. Dimana knob F1, F2, F3, F4 memiliki tombol unity, yang apabila di-on-kan akan berupa nilai preset atau nilai standart. Dan apabila di-off-kan akan menampilkan nilai dari processing control yang diinginkan (sesuai dengan setting yang diinginkan / sesuai standart). Dimana masing-masing knob berfungsi untuk mengatur / merubah nilai settingan. Adapun knob-knob tersebut pada saat menu process control adalah : F1 : Video Level F2 : Chroma Level F3 : Black level F4 : Chroma Phase Gambar 3.9. Bagian pengaturan Process Control
12 Penguatan Video Pada posisi tombol unity di-on-kan penguatan diset pada nilai penguatan standar dengan pengkalibrasian sendiri (internal calibration). Sedangkan pada posisi tombol unity di-off-kan, penguatan video dialokasikan berkisar pada 3 db pada sinyal input. Pada posisi ini kita dapat mengatur penguatan serta penurunan sinyal video sehingga memenuhi standar ITU-R yaitu 1 Vp-p. dengan demikian kita mendapatkan kualitas sinyal video yang baik/normal, seperti terlihat pada gambar 3.8. dibawah ini. Gambar Sinyal Video Gain Standar ITU-R Penguatan Warna (Chroma Gain) Sistem penguatan warna hampir sama dengan sistem penguata video (dalam hal pengoperasiannya), tetapi disini yang berubah adalah kepekatan dari tampilan warna, sehingaga sinyal warna menjadi pucat / krominan level rendah
13 43 atau sebaliknya sinyal warna menjadi lebih pekat / krominan level tinggi. Dengan mengatur parameter chroma gain, maka kita akan mendapatkan sinyal warna yang sesuai dengan standar sinyal yang direkomendasikan ITU-R. Dapat dilihat pada gambar 3.9. Gambar Sinyal Standar Chroma gain Fase Warna (Chroma Phase) Secara teknis pengoperasian parameter tetap sama dengan parameter diatas sebelumnya, hanya pada parameter ini fase warna sangat mempengaruhi kedudukan warna pada sinyal bayangan yang dihasilkan oleh lensa kamera, sehingga presisi warna pada aslinya akan menjadi berubah akibat dari bergesernya fase warna dari posisi yang telah ditentukan pada sistem PAL sesuai dengan standar ITU-R Lihat gambar 3.10.
14 44 Gambar Sinyal Chroma Phase Black Level Parameter yang diatur pada Black Level adalah menjaga sinyal ini tetap pada tegangan Nol volt yang berada diantara batas sinyal sinkronisasi dengan sinyal video, dimana sinyal tersebut harus tepat berimpit pada posisi 30% dari keseluruhan sinyal video dan sinyal synchronisasi, yang keseluruhannya bernilai 1Vp-p. Efek dari ketidak presisian tersebut akan berpengaruh pada terang gelapnya kualitas sinyal video yang terlihat dilayar monitor menjadi blur / tidak fokus. Lihat gambar Gambar 3.13.a. Sinyal Standar Black Level
15 45 Gambar 3.13.b. Sinyal Black level yang mengalami perubahan Medan gambar (Field) Laju pengurangan gambar sebesar 30 setiap detik masih belum cukup cepat untuk mengatasi kedip pada level-level cahaya yang dihasilkan oleh layar tabung gambar. Penyelesaiannya sama dengan gambar bergerak, dimana setiap kerangka dibagi menjadi dua bagian, sehingga 60 pandangan adegan disajikan ke mata setiap detik. Dalam televisi, gambar direproduksi satu elemen pada satu saat. Sebaliknya efek yang sama diperoleh dengan menjalin garis-garis bernomor ganjil dan yang lain dengan garis-garis bernomor genap. Setiap kelompok garis-garis ganjil atau genap disebut median (field). Laju pengulangan medan-medanadalah 60 setiap detik, karena dua medan discanning selama satu periode kerangka selama 1/30 detik. Dalam cara ini 60 pandangan gambar diperlihatkan selama satu detik. Laju pengulangan ini adalah menghilangkan kedip.
16 Frame Freeze Suatu proses dalam televisi untuk mereproduksi gerak dalam adegan, bukan hanya setiap gambar yang terpotong-potong menjadi banyak elemen gambar tersendiri, akan tetapi layar discanning cukup cepat agar memberikan gambar-gambar lengkap setiap detik guna memberikan illusi gerak. Akan tetapi sebagai pengganti laju kecepatan setiap 24 kerangka setiap detik yang digunakan dalam praktek gambar bergerak, laju pengulangan kerangka adalah 25 setiap detik dalam sistem televisi. Laju pengulangan ini memberikan kontinuitas gerak yang diperlukan. Demikian juga hal yang terjadi dengan frame freeze, dimana setiap elemen gambar akan terlihat seperti posisi still setelah melewati proses ini. 3.7 Pengaturan Waktu dan Pengosongan (Timing Control and Blanking Control) Seperti yang terlihat pada gambar 3.12., interval yang ditandai dengan H adalah waktu yang diperlukan untuk men-scanning satu garis lengkap termasuk penjajakan dan pengulangan jejak. Dengan demikian waktu untuk H adalah 1/15625 detik atau 64 µs. Pulsa pemadaman horizontal lebarnya hanya 0.14 H sampai 0.18 H. Jika nilai rata-rata sebesar 16 persen maka waktu pengosongan horizontal adalah : 0,16 x 64 µs = 10,24 µs Sekarang dikurangkan nilai dari harga H sebesar 64 µs, sehingga : 64 µs 10,24 µs = 53,76 µs
17 47 Nilai ini adalah waktu yang diperlukan untuk scanning visibel, tanpa pengosongan dalam masing-masing garis horizontal. Untuk mengosongkan H diperlukan 10,24 µs agar waktu lagi untuk pengulangan scanning / pengulasan. Yang diletakkan diatas pulsa-pulsa pemadaman H adalah pulsa-pulsa penyelarasan H yang lebih sempit. Sedangkan pulsa-pulsa pengosongan vertikal mengubah amplitudo sinyal video menjadi hitam sehingga berkas scanning dikosongkan (blanked out) selama pengulangan jejak vertikal. Lebar pulsa pemadaman vertikal adalah 0,05 V sampai 0,08 V, dimana V adalah 1/50 s. jika sebagai maksimum sebesar 8%. Waktu pengosongan vertikal adalah : 0,08 x 1/50 s = 1600 µs. Waktu sebesar 1600 µs adalah waktu yang cukup lama untuk mencakup banyaknya garis scanning horisontal yang sebesar 625 garis. Maka jumlah garis yang dikosongkan pada saat vertikal blanking untuk 1 field adalah : 1600µs/64µs = 25 garis Gambar 3.14.a. Blanking Control
18 48 Gambar 3.14.b. Blanking Control Fase Coarse dan Fine Horizontal (Coarse and Fine Horizontal Phase) Sinyal crominan termodulasi ditentukan oleh sudut fasenya yang berubah-ubah berkenaan dengan sudut fase yang konstan dari burst sinkronisasi chroma (coarse & fine). Pada gambar 3.13, diperlihatkan bahwa corak burst sinkronisasi sesuai dengan kuning hijau. Bila informasi dari coarse ini sedang pada saat proses scanning, sudut fase dari sinyal chrominan memiliki sudut fase berbeda. Seberapa banyak sudut fase berbeda dengan fase burst sinkronisasi, menentukan bagaimana corak tersebut berbeda dari kuning hijau. Pada gambar tersebut, sudut fase dari sinyal chrominan menunjukkan corak dari ungu, merah antara sudut-sudut untuk biru dan merah. Sudut fase ini diperoleh dari hasil penjumlahan modulasi U + V. Sudut-sudut fase corak ditunjukkan dalam cara-cara yang berbeda. Ukuran estándar dari sudut-sudut yang dicacah, berlawanan arah jarum jam sebagai arah positif dari nol (gambar 3.13). maka, B Y adalah pada 0º dan burst
19 49 sinkronisasi dan chroma adalah pada 180º. Akan tetapi karena fase burst merupakan acuan, sering sudut-sudut fase corak dicacah searah jarum jam dari sinyal burst. Maka fase B Y adalah 180º. Pada sumbu-sumbu demodulasi penerima pada gambar 3.13, sudut-sudut ditunjukkan oleh beberapa banyak mereka berada diluar sumbu horizontal dan vertikal. Metoda ini memperlihatkan selisih sudut (angular) anatara sumbu-sumbu chroma yang berbeda. Gambar 3.15 Sumbu chroma yang digunakan untuk pemodulasian pada pesawat penerima Gambar Sumbu Chroma yang dibagi dalam 4 kuadran
20 Fase Pengendali Warna (Burst Phase) Sebelum dipancarkan frekuensi sub carier terlebih dahulu ditekan untuk menghindari pola yang tidak diinginkan pada tabung gambar, yang dipancarkan hanya informasi side band. Dengan demikian pesawat penerima tidak mengetahui fase side band yang dipancarkan. Untuk mengatasi permasalahan ini dipancarkan cycle frekuensi sub carier selama interval back forch sesudah pulsa sinkronisasi, seperti terlihat pada gambar pada pesawat penerima, burst dari sub carier membuka dan menyamakan fase lokal osilator agar bekerja pada frekuensi 4,43 MHz. Fungsi lain dari burst ini adalah untuk meng-invert sinyal V yang terjadi apabila bernilai positif atau negatif, dari garis ke garis berikutnya. Pesawat penerima akan mengetahui garis yang mana yang mengandung sinyal V yang di-invert atau tidak di-invert. Fase sinyal burst juga berubah sesuai dengan perubahan sinyal V, perubahan tersebut +45ºdari sumbu U. Gambar Pulsa penyelarasan / Sinkronisasi
21 51 Selama pulsa sinkronisasi vertikal tidak ada back porch, sehingga tidak perlu memancarkan burst, jadi dikosongkan untuk 9 garis sesudah akhir dari bingkai seperti terlihat pada gambar urutan tersebut telah dipilih apabila burst muncul kembali setelah interval pulsa vertikal sinkronisasi selalu pada fase +V. Gambar Sinyal Burst / Sinyal pengendali Warna
BAB II TEORI DASAR TELEVISI
BAB II TEORI DASAR TELEVISI 2.1 Sistem Televisi Pada dasarnya sebuah gambar pada layar pesawat televisi adalah suatu susunan dari banyaknya daerah-daerah kecil. Setiap daerah kecil dari gambar tersebut
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK : 6 ISA MAHFUDI NIM KELAS / Abs : JTD-2A / 13
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK Oleh : 3 ISA MAHFUDI NAMA ISA MAHFUDI : ISA MAHFUDI NIM. 1141160018 NIM (NIM. 1141160018) : 1141160018 KELAS / Abs : JTD-2A / 13 KELOMPOK : 6 Kelompok
Lebih terperinciDisplay Analog. Max resolution(x-px Y-px Z-Hz) 1 RCA, BNC,TV Aerial Plug, Mini-VGA,DIN 5- pin [2] Composite video.
Compo Display Analog Signal standard name Composite video SCART S-Video(a.k.a. separate video, split video, supervideo, and Y/C) Connector Max resolution(x-px Y-px (i) @ Z-Hz) 1 RCA, BNC,TV Aerial Plug,
Lebih terperinciBAB IV ANALISA KUALITAS VIDEO VIRTUAL STUDIO. Video virtual studio merupakan perpaduan antara video dan graphis,
BAB IV ANALISA KUALITAS VIDEO VIRTUAL STUDIO Video virtual studio merupakan perpaduan antara video dan graphis, dimana background dengan warna biru di studio diganti dengan gambar dari komputer graphis,
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan
Lebih terperinciCara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat
Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Yogo Tri Saputro 17411549 Teknik Elektro Latar Belakang Pada dasarnya pemancar
Lebih terperinciPemancar&Penerima Televisi
Pemancar&Penerima Televisi Pemancar Bagian yg sangat vital bagi stasiun penyiaran radio&tv agar tetap mengudara Pemancar TV dibagi 2 bagian utama: sistem suara&sistem gambar Diubah menjadi gelombang elektromagnetik
Lebih terperinciWaktu : 4 x 50 Menit Topik : Pengenalan Televisi Kode : 05/ELK-ELA166/2008 Judul : Colour Matrix dan Vidio Amplifier
LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI DISPLAY DAN TELEVISI OLEH : MUHAMMAD HUSIN 2005 / 66350 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK TEKNIK ELEKTRONIKA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2008 A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima
Lebih terperinciMenyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal
Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal dua macam sumber informasi, yaitu ide-ide yang bersumber dari
Lebih terperinciPEMBACAAN & PENYAJIAN GAMBAR
TELEVISI Paul Nipkow mengembangkan teknologi berputar-disc untuk mengirim gambar pada tahun 1884. Ia menemukan gagasan membedah gambar dan mengirimnya secara berurutan. Penemuan tabung sinar katode (1897)
Lebih terperinciVIII. PRINSIP PER-TELEVISI-AN
V. PRNSP PER-TELEVS-AN V.1 BANDWDTH DAN PENGERTAN KANAL TV Sebagaimana diketahui sinyal TV terdiri atas : 1. Sinyal video yang lazim disebut sebagai sinyal gambar 2. Sunyal audio yang merupakan sinyal
Lebih terperinciMODUL PEMBELAJARAN. Memperbaiki Sistem Penerima Televisi HAMDANI TEKNIK ELEKTRONIKA (AUDIO-VIDEO)
MODUL PEMBELAJARAN Memperbaiki Sistem Penerima Televisi HAMDANI TEKNIK ELEKTRONIKA (AUDIO-VIDEO) SMK-TR PANCA BUDI MEDAN 2016 TEKNIK DASAR TELEVISI SINYAL VIDEO COMPOSITE DAN FUNGSINYA Video Composite
Lebih terperinciBAB III SISTEM VIDEO VIRTUAL STUDIO. Di dalam dunia pertelevisian atau broadcasting proses pengambilan
BAB III SISTEM VIDEO VIRTUAL STUDIO 3.1 STUDIO VIRTUAL Di dalam dunia pertelevisian atau broadcasting proses pengambilan gambar tidak terlepas dari adanya sebuah studio, karena dari studio itulah adegan
Lebih terperinciBAB IV SATELLITE NEWS GATHERING
BAB IV SATELLITE NEWS GATHERING Satellite News Gathering (SNG) adalah peralatan yang mentransmisikan sinyal informasi yang bersifat sementara dan tidak tetap dengan menggunakan sistem stasiun bumi uplink
Lebih terperincimenggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan sinyal-sinyal suara dan sinyal-sinyal gambar
X. BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Sistem Alat yang dibuat merupakan pemancar televisi berwama dengan menggunakan sistem PAL (Phase Alternating Line), pemancar televisi digunakan untuk mengirimkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 169 /DIRJEN/2002 T E N T A N G
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 169 /DIRJEN/2002 T E N T A N G PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEVISI SIARAN SISTEM ANALOG DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI Menimbang
Lebih terperinciStasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran
Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran Stasiun Relay Fungsi stasiun relay : menerima gelombang elektromagnetik dari stasiun pemancar, kemudian memancar luaskan gelombang itu didaerahnya.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUKURAN
BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUKURAN 4.1 Hasil Pengukuran Pada bab ini akan membahas hasil pengukuran band frekuensi yang digunakan dengan teknologi CWDM dengan metode sebelumnya yang menggunakan point
Lebih terperinci1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO
1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari
Lebih terperinciBAB II SISTEM KOMUNIKASI
BAB II SISTEM KOMUNIKASI 2.1 Sistem Komunikasi Digital Dalam mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus dihubungkan dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk menyebarkan
Lebih terperinciSistem Pemancar Televisi
Akhmad Rudyanto Putu Rio Aditya Linda Wulandari Yuli Fitriani 2207.100.624 2207.100.638 2207.100.645 2207.100.649 1 Sistem Pemancar Televisi Memancarkan sinyal RF (audio & video) melalui gelombang elektromagnetik
Lebih terperinciBAB VI TELEVISI. Gambar 6.1 Pengiriman Gambar secara Berurutan. Gambar 6.2 Penguraian Gambar dengan Jumlah Titik yang Berbeda
706 6.1 Prinsip Pengiriman Gambar BAB VI TELEVISI 6.1.1 Penguraian Gambar dan Penyusunan Gambar Dengan mata, kita dapat melihat sebuah gambar dalam sekali pandang. Dalam pesawat televisi, sebagai media
Lebih terperinciPendahuluan 1.1 Latar Belakang. Dasar Teori
Televisi Hitam Putih Danang Dwi D, Deni Ade P, Hilda K, Yunianto Panji N Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang Abstrak Televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dikenal sama sekali. Komunikasi disebut juga sebagai proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting namun juga kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek FUNGSI PIM (Program Input Monitoring) DALAM TRANSMISI TELEVISI PADA STASIUN RELAY TRANS TV SEMARANG
Makalah Seminar Kerja Praktek FUNGSI PIM (Program Input Monitoring) DALAM TRANSMISI TELEVISI PADA STASIUN RELAY TRANS TV SEMARANG Afrizal Mohamad Riandy ( 21060110120024 ), Rizal Isnanto, (197112181995121001)
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek
Makalah Seminar Kerja Praktek FUNGSI PIM-PIE (PROGRAM INPUT MONITORING-PROGRAM INPUT EQUIPMENT) DALAM SISTEM TRANSMISI SIARAN PADA STASIUN RELAY TRANS TV SEMARANG Oleh : M. Azwar Abdul Ghaffar N. L2F008055
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor RF (Radio Frekuensi) Sensor RF (Radio Frekuensi) adalah komponen yang dapat mendeteksi sinyal gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh sistem komunikasi untuk mengirim
Lebih terperinciANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000
SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Mulia Raja Harahap, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciModul ke: Direktorat Teknik. Fakultas FIKOM. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting.
Modul ke: Direktorat Teknik Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Departemen On Air Penyiaran On Air Broadcast atau Master Control Room stasiun televisi atau
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN TRANSMISI DATA KOMPUTER PADA MONITOR DENGAN SISTEM WIRELES
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TRANSMISI DATA KOMPUTER PADA MONITOR DENGAN SISTEM WIRELES Wincoko, ST Latar Belakang Kemajuan teknologi memungkinkan manusia bertambah maju, khususnya dibidang komputer. Penggunaan
Lebih terperinciDESAIN DAN UJI COBA SINK SEPARATOR SEBAGAI PENGKONDISI SINYAL UNTUK SISTEM PENDETEKSI KEJERNIHAN VIDEO PADA TELEVISI ANALOG
DESAIN DAN UJI COBA SINK SEPARATOR SEBAGAI PENGKONDISI SINYAL UNTUK SISTEM PENDETEKSI KEJERNIHAN VIDEO PADA TELEVISI ANALOG Herti Miawarni 1*, Dwi Edi Setyawan 2, Eko Setijadi 2 1 Program Studi Teknik
Lebih terperinciBAB IV SISTEM VIDEO PADA PENYIARAN TELEVISI DI SCTV
BAB IV SISTEM VIDEO PADA PENYIARAN TELEVISI DI SCTV 4.1 Pengertian Video Video atau gambar dalam Bahasa Indonesianya adalah gambar dalam sinyal televisi, baik yang bergerak ataupun diam yang pada awalnya
Lebih terperinciI. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A
I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung
Lebih terperinciDasar-dasar Penyiaran
Modul ke: Dasar-dasar Penyiaran Gelombang Electro Magnetic & Pengaturan Frekuensi Fakultas Ilmu Komunikasi Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi Broadcasting Gelombang Electro Magnetic Gelombang
Lebih terperinciLAPISAN FISIK. Pengertian Dasar. Sinyal Data
LAPISAN FISIK Pengertian Dasar Lapisan Fisik (physical layer) adalah lapisan terbawah dari model referensi OSI, lapisan ini berfungsi untuk menentukan karekteristik dari kabel yang digunakan untuk menghubungkan
Lebih terperinciDASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng
DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGOLAHAN SINYAL VIDEO PADA EXCITER NEC PCU-1120SSP/1 DI STASIUN TRANSMISI TRANS TV SEMARANG
MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGOLAHAN SINYAL VIDEO PADA EXCITER NEC PCU-1120SSP/1 DI STASIUN TRANSMISI TRANS TV SEMARANG M. Hidayat Al Rizqy (L2F008056), Yuli Christiyono, S.T., M.T. (1968071197021001)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1
PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Rangkaian Elektronika Dalam eknologi Audio Visual yang mencakup: teknik pemancar dan penerima audio, serta pemancar dan penerima audio-video.
Lebih terperinciJenis-jenis monitor. Monitor TFT LCD
Jenis-jenis monitor Monitor Catoda Ray Tube (CRT) Monitor ini merupakan monitor yang mempunyai tabung yang memproduksi elektron untuk menembak layar, sehingga tercipta gambar di layar seperti cara kerja
Lebih terperinciBUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG
721 6.2. Mata dan Warna 6.2.1 Spektrum warna Radiasi cahaya tampak menempati pita frekuensi relatif pendek pada spektrum energi gelombang elektromagnetik-kira-kira antara 400nm dan 700nm. Sebagai contoh,
Lebih terperinciTEKNIK MODULASI. Kelompok II
TEKNIK MODULASI Kelompok II Pengertian Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal berfrekuensi rendah Contoh
Lebih terperinciAnalisis Processor Utama IC STV 2286 Pada Televisi Berwarna Polytron MX / 20323
1 Analisis Processor Utama IC STV 2286 Pada Televisi Berwarna Polytron MX / 20323 Toni Suhartanto *, Darjat **, Ajub Ajulian Z. ** Abstrak Televisi berwarna merupakan sebuah peralatan elektronik yang terdiri
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram
Lebih terperinciPertemuan 11 TEKNIK MODULASI. Dahlan Abdullah, ST, M.Kom Website :
Pertemuan 11 TEKNIK MODULASI Dahlan Abdullah, ST, M.Kom Email : dahlan.unimal@gmail.com Website : http://www.dahlan.web.id PENDAHULUAN Sebuah sistem komunikasi merupakan suatu sistem dimana informasi disampaikan
Lebih terperinciBAB III PENGGUNAAN SAW FILTER SEBAGAI FILTER SINYAL IF
BAB III PENGGUNAAN SAW FILTER SEBAGAI FILTER SINYAL IF 3.1. Pendahuluan Fungsi SAW Filter sendiri dalam unit IF pada televisi adalah untuk memberikan bentuk respon sinyal IF yang dihasilkan dari tuner
Lebih terperinciSTUDIO PRODUKSI TELEVISI PROGRAM CONTINUITY
STUDIO PRODUKSI TELEVISI OB VAN PROGRAM CONTINUITY R.PENYIAR MASTER CONTROL VTR Pemancar TV STUDIO PROD TV OB VAN R.SUB CONTROL TV PROGRAM CONTINUITY R.PENYIAR MASTER CONTROL TV VTR STUDIO PRODUKSI TELEVISI
Lebih terperinciDASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI
DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran
Lebih terperinciOperasional Stasiun Penyiaran
Modul ke: Operasional Stasiun Penyiaran Fakultas KOMUNIKASI Studio Penyiaran dan Perangkatnya (Lanjutan-2) Syaefurrahman Al-Banjary, SH. M.Si Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Tata Cahaya/lighting
Lebih terperinciJenis media transmisi
Media Transmisi Media transmisi adalah media yang menghubungkan antara pengirim dan penerima informasi (data), karena jarak yang jauh, maka data terlebih dahulu diubah menjadi kode/isyarat, dan isyarat
Lebih terperinciPOLITEKNIK NEGERI JAKARTA
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau
7 BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau komponen yang digunakan, antara lain teori tentang: 1. Sistem Monitoring Ruangan 2. Modulasi Digital
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari Data digital, sinyal digital - Merupakan bentuk paling sederhana dari pengkodean digital - Data digital ditetapkan satu level tegangan untuk biner satu
Lebih terperinciDiode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.
Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena
Lebih terperinciSINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung
SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 1. Perumusan Masalah Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengidentifikasian
Lebih terperinciPEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT
PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT 1 Hilridya Sagita, 2 Eri Prasetyo dan 3 Arifin 1,2 Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Jakarta 3 STMIK Bidakara,
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK PENGATURAN MULTIMODE EXCITER ( MEX ) PADA SISTEM PEMANCAR DI PT. SURYA CITRA TELEVISI ( SCTV ) JAKARTA
LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGATURAN MULTIMODE EXCITER ( MEX ) PADA SISTEM PEMANCAR DI PT. SURYA CITRA TELEVISI ( SCTV ) JAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1
Lebih terperinciRijal Fadilah. Transmisi & Modulasi
Rijal Fadilah Transmisi & Modulasi Pendahuluan Sebuah sistem komunikasi merupakan suatu sistem dimana informasi disampaikan dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya tempat A yang terletak ditempat yang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.
BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO
RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO Ryandika Afdila (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen
Lebih terperinciANALISIS PARAMETER BER DAN C/N DENGAN LNB COMBO PADA TEKNOLOGI DVB-S2
ANALISIS PARAMETER BER DAN C/N DENGAN LNB COMBO PADA TEKNOLOGI DVB-S2 Wahyu Pamungkas 1 Eka Wahyudi 2 Anugrah Ahmad Fauzi 3 123 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 1 Wahyu@stttelematikatelkom.ac.id,
Lebih terperinciTeknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa
Lebih terperinciDalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik
Lebih terperinciVIDEO By y N ur N ul ur Ad A h d ay a a y n a ti t 1
VIDEO By Nurul Adhayanti 1 VIDEO teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan antenna saat ini semakin berkembang terutama untuk system komunikasi. Antenna adalah salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis. Perancangan
Lebih terperinciPRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu
TEKNIK MODULASI PRINSIP UMUM PRINSIP UMUM Bagian dari komunikasi Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu PRINSIP UMUM Modulasi merupakan suatu proses dimana informasi, baik berupa sinyal audio,
Lebih terperinciPRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ
PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ UMUM Radio communication transceiver adalah pesawat pemancar radio sekaligus berfungsi ganda sebagai pesawat penerima radio yang digunakan untuk keperluan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SFN
BAB III PERANCANGAN SFN 3.1 KARAKTERISTIK DASAR SFN Kemampuan dari COFDM untuk mengatasi interferensi multipath, memungkinkan teknologi DVB-T untuk mendistribusikan program ke seluruh transmitter dalam
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH WARNA ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER C/N PADA APLIKASI DVB-S
ANALISIS PENGARUH WARNA ANTENA PARABOLA TERHADAP PARAMETER C/N PADA APLIKASI DVB-S Wahyu Pamungkas 1, Eka Wahyudi 2, Achmad Nasuha 3 1,2,3, Program Studi D3 Telekomunikasi, Akatel Sandhy Putra Purwokerto53147
Lebih terperinciSistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 1 Pendahuluan
TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 1 Pendahuluan Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009 1 P
Lebih terperinciProduksi Media PR Audio-Visual
Modul ke: Produksi Media PR Audio-Visual Kamera ENG EFP - Studio Fakultas FIKOM Eppstian Syah As ari Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id KAMERA ENG KAMERA EFP KAMERA STUDIO ENG (ELECTRONIC
Lebih terperinciCRO (Cathode Ray Oscilloscope)
CRO (Cathode Ray Oscilloscope) CRO (Cathode Ray Oscilloscope) merupakan salah satu piranti pengukuran yang mampu: - memvisualisasikan bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dari suatu rangkaian elektronik
Lebih terperinciBAB III STASIUN TELEVISI
BAB III STASIUN TELEVISI 3.1 Stasiun Televisi Stasiun televisi adalah stasiun penyiaran yang menyebarkan siarannya dalam bentuk audio dan video secara bersama-sama ke televisi penerima. Stasiun televisi
Lebih terperinciKalau di liat dari singkatannya MCR itu adalah Master Control Room, MCR itu ada salah satu unit
Key Informant Bapak Dr. Hidayat Muchtar, SE, M.si. (Kepala MCR) Tanggal : Rabu, 05 Agustus 2015 Tempat : Tv Edukasi Apasih pak MCR itu? Kalau di liat dari singkatannya MCR itu adalah Master Control Room,
Lebih terperinciBab III Perangkat Pengujian
Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu
Lebih terperinciImage Formation & Display
Image Formation & Display Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban (0403100596) SEKOLAH TINGGI SANDI NEGARA BOGOR 2007 1 Pendahuluan Image adalah suatu uraian bagaimana suatu parameter yang bervariasi dari suatu
Lebih terperinciMODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta
MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari
Lebih terperinciTeknik Telekomunikasi
Teknik Telekomunikasi Konsep Dasar Telekomunikasi Jenis-jenis Telekomunikasi Sinyal Modulasi Pengkodean Dosen Pengampu : Muhammad Riza Hilmi, ST. Email : rizahilmi@gmail.com Konsep Dasar Telekomunikasi
Lebih terperinciNomor Dokumen F.1 PPK 02. Nomor Revisi 0.0. Tanggal Terbit
1 dari 5 FT Padang Lembaran : Job Sheet Jurusan : PT. Elektronika Mata Kuliah : Teknologi Display & TV Waktu : 4 x 50 Topik : Pengenalan Televisi Kode : 01/PTE-ELA166/2008 Judul : Blok Diagram TV 1. Tujuan
Lebih terperinciAnalisis Parameter Ber Dan C/N Dengan Lnb Combo Pada Teknologi Dvb-S2
Analisis Parameter Ber Dan C/N Dengan Lnb Combo Pada Teknologi Dvb-S2 Wahyu Pamungkas 1, Eka Wahyudi 2, Anugrah Ahmad Fauzi 3 123 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto 1 wahyu@st3telkom.ac.id,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA
BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA Pengukuran terhadap antena dilakukan setelah antena dirancang. Pengukuran dilakukan untuk dua buah antena yaitu antena mikrostrip array elemen dan antena mikrostrip
Lebih terperinciEnergi dan Ketenagalistrikan
ANALISIS KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA TELEVISI CRT DAN LED Tri Anggono dan Khalif Ahadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru dan Terbarukan anggono_tri@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci
Lebih terperinciPraktikum Sistem Komunikasi
UNIT V Modulasi BPSK dan DPSK 1. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui perbedaan komunikasi analog dengan komunikasi digital 2. Mengetahui jenis-jenis format data coding 3. Mampu memahami sistem komunikasi digital
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui dan menunjukkan hasil kerja dari keseluruhan sistem yang telah dirancang dan direalisasikan. Pengujian alat yang dilakukan meliputi
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Pengujian ini termasuk pengujian masing-masing bagian secara terpisah dan pengujian
BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat. Secara garis besar, terdapat 3 macam pengujian, yaitu: 1. Pengujian hardware (troubleshooting).
Lebih terperinciOsiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.
OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN VIDEO dan ANIMASI
MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN VIDEO dan ANIMASI LABORATORIUM TEKNIK MULTIMEDIA & JARINGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MODUL XIII TIP DAN TRIK Bab ini akan membahas berbagai tips dan trik yang biasa
Lebih terperinciBlok Diagram Sebuah Osiloskop
OSILOSKOP BAB VI Kegunaan Osiloskop Untuk mengamati secara visual tingkah tegangan bolak balik dan tegangan searah. Sebagai alat ukur: tegangan searah dan tegangan bolak balik. : tegangan (Vpp) berbagai
Lebih terperinciBAB IV SINYAL DAN MODULASI
DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah
Lebih terperinciSinkronisasi Sinyal RADAR Sekunder Untuk Multi Stasiun Penerima Pada Sistem Tracking 3 Dimensi Roket
Sinkronisasi Sinyal RADAR Sekunder Untuk Multi Stasiun Penerima Pada Sistem Tracking 3 Dimensi Roket Wahyu Widada dan Sri Kliwati Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jln. Raya LAPAN Rumpin Bogor
Lebih terperinciSWITCHER (ROUTER) VIDEO/ AUDIO 4x2
SWITCHER (ROUTER) VIDEO/ AUDIO 4x2 Dalam sistem pemancar televisi, khususnya yang bersifat relay transmisi, sinyal informasi yang diterima dari sumber akan dikuatkan dan kemudian diteruskan ke tujuan selanjutnya.
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Konversi Data Digital ke Sinyal Digital. Karakteristik Line Coding. Tujuan Line Coding
Konversi Data Digital ke Sinyal Digital Pada transmisi digital, data yang dihasilkan oleh transmitter berupa data digital dan ditransmisikan dalam bentuk sinyal digital menuju ke receiver (penerima). Pada
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA. OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz
BAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz 4.1 Umum Setelah melakukan proses perancangan dan pembuatan antena serta pengukuran atau pengujian antena Omnidirectional 2,4 GHz,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PSD Bab I Pendahuluan 1
BAB I PENDAHULUAN Pengolahan Sinyal Digital (Digital Signal Processing, disingkat DSP) adalah suatu bagian dari sain dan teknologi yang berkembang pesat selama 40 tahun terakhir. Perkembangan ini terutama
Lebih terperinciMOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot
ACTION TOOLS OUTPUT INFORMATION MEKANIK MOTOR MOTOR DRIVER CPU SISTEM KENDALI SENSOR Gambar 1 Bagian-bagian Robot Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian robot secara garis besar. Tidak seluruh bagian ada pada
Lebih terperinciRUNNING TEXT Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd, M.Sn
RUNNING TEXT Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd, M.Sn Disusun Oleh : Tetty Ikawati 13148136 Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media
Lebih terperinci