BAB IV ANALISA KUALITAS VIDEO VIRTUAL STUDIO. Video virtual studio merupakan perpaduan antara video dan graphis,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA KUALITAS VIDEO VIRTUAL STUDIO. Video virtual studio merupakan perpaduan antara video dan graphis,"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA KUALITAS VIDEO VIRTUAL STUDIO Video virtual studio merupakan perpaduan antara video dan graphis, dimana background dengan warna biru di studio diganti dengan gambar dari komputer graphis, sehingga video yang dihasilkan dalam monitor video virtual adalah mixing dari 3 layer yaitu bagian depan atau foreground layer berisi downstream keyer, bagian tengah adalah obyek kamera yang diambil dan bagian paling belakang adalah background layer yang berisi warna background yang bisa digantikan dengan berbagai obyek dari komputer graphis ataupun video. Layer belakang Layer tengah Layer depan Monitor video Gambar 4.1 Layer monitor video Untuk layer depan biasanya diisi dengan template atau graphis nama dan aneka animasi font atau huruf, sedangkan pada bab ini yang akan dianalisa adalah perpaduan antara layer tengah dan belakang dengan background virtualnya. 54

2 Analisa Rangkaian Video Virtual Untuk melihat kualitas video virtual dengan vidiotek vtm 200 maka langkah pertama adalah mengetahui rangkaian video virtual yang akan di analisa untuk rangkaian video virtual secara lengkap ada pada lampiran sedangkan untuk rangkaian yang akan dijadikan titik pengukuran kualitas video dengan alat pengukur videotek vtm 200 adalah sebagai berikut seperti dalam gambar diagram di bawah ini. Gambar 4.2 Diagram rangkaian pengukuran video virtual

3 56 Pada gambar 4.2 diatas yang merupakan output video virtual adalah output program dari video mixer phillips dd10 dimana pada pengukuran kualitas video virtual nanti mengambil output program 2 dari 2 output program yang ada pada mixer video tersebut. Sebagai pembandingnya maka ada pengukuran kualitas video di bagian input mixer pula. Ada 4 titik pengukuran kualitas video pada rangkaian video virtual diatas, yaitu dari titik 1, 2, 3 dan 4. semua titik pengukuran tersebut diukur dengan videotek vtm 200. adapun videotek vtm 200 memiliki 4 input video pengukuran, ch A dan B untuk analog video dan ch C dan D adalah digital video, sedangkan pada pengukuran bab ini menggunakan ch C yang merupakan digital video. Adapun yang diukur adalah output dari base station atau bs kamera 1 dan 3 yaitu kondisi sudut phase sinkronisasi dan juga level barsnya. Kemudian diukur pula video output dari komputer graphis SGI sebagai backgroundnya. Dan terakhir adalah bagian pengukuran video output pada bagian mixer video. Adapun parameter yang digunakan pada alat pengukur videotek vtm 200 adalah sebagai berikut gain :1x, Flat : 5 µs, sweep : 2 H, ref : Ext dan frame 625/ Analisa kualitas video kamera pada Vidiotek vtm 200 Videotek vtm 200 merupakan standar pengukur kualitas video pada stasiun rcti di semua control room studio. Khususnya untuk control room studio videotek vtm 200 dipakai untuk mengetahui hasil akhir dari kualitas video virtual tersebut.

4 57 Namun untuk bisa mengetahui perbedaannya maka videotek vtm 200 dipakai pula untuk pengukuran video input-inputnya sebagai pembandingnya. Berikut adalah pengukuran video bars dari bs kamera 1 dan 3 di studio pada titik pengukuran 1 dan 2. Gambar 4.3 Titik pengukuran 1 base station kamera 1 Gambar 4.4 Titik pengukuran 2 base station kamera 3

5 58 Dari gambar 4.3 maupun gambar 4.4 tersebut sinyal colour bars pada bs kamera di dapatkan hasil yang sama yaitu sebagai berikut : Dilihat dari level barsnya yaitu : Gambar 4.5 Video Level pengukuran titik 1 dan 2 bs kamera Sinyal luminansi atau Y dalam volt pada gambar 4.5 dari hasil pengukuran diatas adalah : Tabel 4.1 Hasil pengukuran Colour bars titik 1 dan 2 Warna Y (volt) Putih 1.0 Kuning 0.98 Abu abu 0.96 Hijau 0.89 Oranye 0.79 Merah 0.75 Biru 0.58 Hitam 0.0

6 59 Dari pengukuran diatas diketahui nilai Y dari tiap-tiap warna, Sedangkan pada titik pengukuran sudut phase dari keduanya juga sama yaitu dilihat pada vectorscope pada videotek vtm 200 untuk lebih jelasnya berikut gambar keduanya dalam satu frame di bawah ini. Gambar 4.6 Vectorscope pengukuran titik 1 dan 2 Untuk lebih jelasnya dari gambar tersebut maka bisa dilihat dalam skala derajad videotek dibawah ini : Gambar 4.7 Phase diagram videotek dari bs kamera 1 dan 3 Dari gambar 4.7 diatas bisa diketahui sudut phase sinkronisasi colour barsnya dari titik pengukuran satu dan dua adalah sama, yaitu pada sudut -130 o dan 140 o, kedua garis sinkronisasi tersebut membentuk sudut 90 o dari range

7 o -140 o = 40 o dan range 180 o -130 o = 50 o, karena pada standard video di videotek vtm 200 sudut phase sinkronisasi harus pada sudut 45 o untuk level positifnya dan sudut -45 o level negatifnya, serta dari keduanya membentuk sudut 90 o, maka hal ini menunjukkan bahwa untuk output kamera 1 dan 3 dari bs systemnya terjadi beda phase terhadap standar pengukuran yang ada pada videotek vtm 200. Adapun besar beda phase yang terjadi adalah Beda phase θ positif = (180 o -45 o ) + (180 o o ) = (135 o ) + (50 o ) = 185 o Beda phase θ negatif = 45 o o = 185 o Jadi pada kedua sudut phase sinkronisasinya terjadi pergeseran phasa ke arah kanan sejauh 185 o dan itu berarti terjadi perputaran sinyal crhoma sejauh 185 o juga, berikut hasil pengukuran dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Beda phase titik pengukuran 1 dan 2 Sudut phase Videotek Hasil pengukuran Beda phase θ Positif + 45 o -130 o 185 o θ Negatif - 45 o +140 o 185 o

8 61 Namun untuk mengetahui sejauh mana kualitasnya maka dilakukan perbandingan pengukuran pada titik output dari sistem video virtualnya yaitu pada output mixer video yang terletak pada titik pengukuran 4, adapun yang akan diukur yang pertama adalah output bs kamera 1 setelah melalui mixer video virtual yang akan ditampilkan pada gambar 4.8 dibawah ini. Gambar 4.8 Hasil pengukuran titik 4 Output bs kamera 1 Dari gambar 4.8 tersebut di videotek vtm 200 ditemukan indikator EDH menyala merah, EDH disini adalah error detection here, artinya dalam sinyal video yang berupa colour bars ini ditemukan adanya kesalahan, jika diamati lebih detail maka kesalahan tersebut terletak pada sudut phase sinkronisasinya yang bisa terlihat pada vectorscope pada vtm 200 diatas, dibawah ini gambar perbandingan antara sebelum dan sesudah masuk mixer video virtual.

9 62 Gambar 4.9 Beda phase output bs kamera 1 setelah lewat mixer video Pada gambar 4.9 terlihat jelas bahwa terjadi perputaran phase setelah melewati mixer video virtual, hal ini tentunya menyebabkan tidak sinkronnya video, dilihat pada sudut phasenya bisa digambarkan dalam skala derajad sudut dibawah ini : Gambar 4.10 Beda phase output video virtual bs kamera 1

10 63 Pada gambar 4.10 tersebut bisa diketahui besarnya beda phase yang terjadi, sedangkan untuk lebar sudut phase sinkronisasinya tetap yaitu sebesar 90 o dari (143 o -53 o = 90 o ). Beda phase (θ ) yang terjadi pada hasil pengukuran titik 4 diatas adalah Beda phase θ positif = (143 o 45 o ) = 98 o Beda phase θ negatif = (45 o + 53 o ) = 98 o Dan berikut hasil pengukurannya dalam tabel 4.3 Tabel 4.3 Beda phase titik pengukuran 4 output bs kamera 1 Sudut Phase Standar Videotek Hasil pengukuran Beda phase θ Positif +45 o +143 o 98 o θ Negatif -45 o +53 o 98 o Dari hasil pengukuran terjadi perputaran phase sebesar 98 o dari arah semula sehingga semua sinyal chroma semuanya juga berputar ke kanan dengan besar derajat perputaran adalah 98 o, dan untuk nilai chroma sendiri sama seperti sebelum masuk pada mixer video hanya berbeda letak kuadrannya untuk masingmasing warnanya. sedangkan nilai colour barsnya masih dibawah titik nilai warna videotek vtm 200 yang seharusnya sehingga bisa dikatakan level barsnya kurang. Selanjutnya untuk pengukuran pada base station (bs) kamera 3 pada output mixer video virtual dibandingkan dengan hasil input sebelum masuk mixer

11 64 video virtual, pengukuran dilakukan dengan videotek vtm 200 pada titik pengukuran 4 dengan output dari bs kamera 3. adapun hasilnya adalah seperti gambar berikut ini : Gambar 4.11 Hasil pengukuran titik 4 output bs kamera 3 Pada gambar 4.11 tersebut, indikator EDH dan gamut pada vtm 200 keduaduanya menyala dengan EDH berwarna merah dan gamut berwarna kuning, hal ini menurut videotek vtm 200 menunjukkan EDH yaitu error detection here atau ditemukan kesalahan sinyal video, sedangkan untuk gamut menyala kuning yaitu menandakan adanya kesalahan pengkodean pada sinyal video tersebut. Dari gambar 4.11 diatas terjadi beda phase jika dibandingkan dengan output bs kamera 3 sebelum masuk ke mixer video virtual, untuk lebih jelasnya berikut gambar perbandingan dari keduanya.

12 65 Gambar 4.12 Beda phase output bs kamera 3 setelah mixer video Pada gambar 4.12 diatas terlihat jelas adanya perputaran phase sinyal videonya ke arah kiri beberapa derajat dari posisi sebelumnya, untuk mengetahui berapa beda phase yang terjadi antara sinyal colour bars sebelum masuk dan setelah masuk ke mixer video virtual, berikut gambar dalam skala derajat videotek agar bisa lebih detail diketahui berapa besar derajatnya. Untuk besar derajat colour bars sebelum masuk mixer telah diketahui pada gambar 4.7 sebelumnya. Gambar 4.13 Beda phase output video virtual bs kamera 3

13 66 Pada gambar 4.13 diatas maka bisa dilihat letak sudut phase sinkronisasinya yaitu pada sudut 70 o dan pada sudut 160 o besar sudut tersebut di dapat setelah melewati mixer video virtual padahal sebelum masuk mixer video virtual, letak sudut phasenya ada pada sudut 140 o dan -130 o sehinga beda phase atau θ bisa dihitung dengan perhitungan sebagai berikut Beda phase θ positif = 160 o 45 o = 115 o Beda phase θ negatif = 45 o + 70 o = 115 o Berikut hasilnya pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Beda phase output video virtual kamera 3 Sudut phase Standar Videotek Hasil pengukuran Beda phase θ Positif +45 o 160 o 115 o θ Negatif -45 o 70 o 115 o Beda phase untuk output bs kamera 3 setelah melewati mixer video virtual sebesar 115 o dengan arah putaran ke kanan, sehingga semua sinyal colour bars yang ada berputar ke kanan semuanya sebesar 115 o. Sedangkan untuk level video colour barsnya tidak ada perubahan yaitu sama nilainya seperti sebelum masuk mixer video virtualnya yaitu luminansi 1.0 Vp-p.

14 67 Dari pengukuran input dan output video virtual diatas maka dapat dibuat kesimpulan dalam bentuk tabel dibawah ini Tabel 4.5 Beda phase input/output kamera setelah mixer video Kamera Input video virtual Output video virtual Beda θ Positif θ negatif θ Positif θ negatif phase Kamera o o +143 o +53 o 87 o Kamera o o +160 o +70 o 70 o Dari tabel 4.5 tersebut maka bisa digambarkan dalam skala derajad videotek, sedangkan pergeseran sudut phase yang terjadi sebelum masuk mixer video virtual dan setelah masuk mixer video virtual, untuk bs kamera satu terjadi perputaran sudut phase ke arah kiri dari sebelumnya sebesar 87 o, sedangkan untuk bs kamera 3 terjadi perputaran sudut phase ke arah kiri dari arah sebelumnya sebesar 70 o, berikut gambar jelasnya seperti di bawah ini : Gambar 4.14 Perbedaan sudut phase kamera 1 dan 3

15 68 Perbedaan sudut phase kamera setelah melewati mixer video virtual yang terjadi menunjukkan adanya ketidaksamaan sudut phase sinkronisasi pada setiap kamera dan mixer video virtualnya. Hal ini bisa menyebabkan perpindahan antara kamera tidak sinkron, serta menunjukkan kualitas video pada sudut phase sinkronisasinya bermasalah. 4.3 Analisa Video Virtual pada videotek vtm 200 Pada analisa video virtual di dalam control room studio difokuskan pada output komputer graphis, karena sebenarnya video virtual yang dihasilkan adalah perpaduan antara video kamera dan komputer graphis, untuk itu dilakukan pengukuran di titik 3 dan 4 pada gambar 4.2 sebagai perbandingan antara input dan outputnya. Komputer SGI yang dipakai di studio memiliki 2 output video digital namun output digital yang ke dua telah rusak, sehingga pada analisa kali ini menggunakan output digital 1 dengan video pal, 625/50, dengan menggunakan software windows NT dan aplikasi softwarenya adalah cyberset NT seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka pada analisa kali ini akan menampilkan beberapa gambar video design graphis yang pernah digunakan buat acara live yaitu diantaranya Delik dan Kuis Champione. Berikut hasil pengukuran output video komputer graphis di titik 3 untuk video design graphis kuis champione pada videotek vtm 200.

16 69 Gambar 4.15 Pengukuran titik 3 Video komputer graphis champione Dari gambar 4.15 yang merupakan hasil dari pengukuran dengan videotek vtm 200 maka bisa di analisa level video dan phasenya, dimana level videonya masih berada dibawah nilai maksimal yang seharusnya yaitu 1.0 Vp-p. sedangkan untuk letak sudut phasenya terjadi pergeseran dari posisi normal seharusnya pada videotek vtm 200, berikut gambar letak sudut phase dan level videonya.

17 70 Gambar 4.16 Beda phase dan level video design champione Pada gambar 4.16 diatas, tampak jelas bahwa letak sudut phase sinkronisasi video champione pada sudut -112 o dan 158 o, sedangkan letak sudut phase sinkronisasi seharusnya pada videotek adalah pada sudut 45 o dan -45 o, ini berarti ada beda phase, untuk level positifnya yaitu : Beda phase θ Positif = (180 o -45 o ) + (180 o 112 o ) = (135 o ) + (68 o ) = 203 o Dan untuk level negatifnya adalah : Beda phase θ negatif = (45 o o ) = 203 o Berikut dalam tabel 4.5 dibawah ini.

18 71 Tabel 4.6 Beda phase output video champione Sudut phase Standar videotek Hasil pengukuran Beda phase θ Positif +45 o -112 o 203 o θ Negatif -45 o +158 o 203 o Untuk level videonya seperti yang dilihat yaitu EDH tidak ada, begitupun gamut juga tidak ada serta level videonya sesuai batasan yang ada. Berikutnya adalah pengukuran pada titik 4 yaitu video output komputer graphis setelah dari mixer video virtual, dimana dari gambar dibawah ini akan terlihat adanya gambar video yang dihasilkan tampak adanya warna biru yang merupakan mixing pattern warna biru pada background kamera yang kurang sempurna pada proses virtual, untuk lebih jelasnya berikut pengukuranya pada videotek vtm 200 dibawah ini : Gambar 4.17 Pengukuran titik 4 pada video virtual champione

19 72 Jika dilihat pada video gambar 4.17 diatas maka terlihat adanya pattern warna biru di depan video design komputer graphis hal ini terjadi karena kurang ratanya cahaya lampu studio yang menyinari background pattern warna biru di studio sehingga ada bagian yang belum hilang sempurna saat mixing video virtual. Sedangkan untuk sudut phasenya juga mengalami pergeseran juga, untuk lebih jelasnya seperti yang terlihat pada skala derajad videotek dibawah ini. Gambar 4.18 Sudut phase video virtual champione Dari gambar 4.18 diatas sudut phase sinkronisasi video virtual champione terletak pada sudut 140 o untuk level positifnya dan -130 o level negatifnya, jadi ada pergeseran phase untuk level positif dan negatifnya Beda phase θ positif = (180 o - 45 o ) + (180 o o ) = (135 o ) + (47 o ) = 185 o.

20 73 Beda phase θ negatif = 45 o o = 185 o Berikut hasil dalam bentuk tabel. Tabel 4.7 Beda phase output video virtual Champione Sudut phase Standar videotek Hasil pengukuran Beda phase θ Positif +45 o -130 o 185 o θ Negatif -45 o +140 o 185 o Dari tabel 4.7 jika dibandingkan dengan beda phase yang terjadi pada tabel 4.6 maka terjadi perbedaan sudut phase baik pada phase positif maupun negatifnya, dan dari besar nilai beda phasenya di titik pengukuran 3 nilainya lebih besar dibandingkan dengan beda phase pada pengukuran titik 4 pada video virtual champione. Selanjutnya adalah pengukuran titik 3 untuk video komputer graphis dari video output design delik. Dibawah ini adalah pengukuran titik 3 pada video komputer graphis design delik di videotek vtm 200.

21 74 Gambar 4.19 Pengukuran titik 3 Video komputer graphis delik Pada gambar 4.19 diketahui indikator gamut menyala kuning yang berarti ada kesalahan pengkodean sinyal digital dari komputer graphis, hal ini tidak ditemukan pada pengukuran titik 3 pada video output komputer graphis design champione, oleh karena itu bisa diartikan bahwa kesalahan terjadi ada pada video graphis delik yang dibuat. Sedangkan untuk level video design delik sesuai dengan standard level pada videotek vtm 200. Sedangkan besar sudut phase pada video design delik bisa diketahui dengan melihat skala derajad dari vectorscope videotek vtm 200 dibawah ini.

22 75 Gambar 4.20 Sudut phase video design delik Pada gambar 4.20 dapat diketahui sudut phase sinkronisasi video design delik pada posisi sudut -130 o dan sudut 140 o, hal ini berarti terjadi pergeseran sudut phase dari posisi seharusnya pada videotek yaitu sudut phase berputar ke arah kanan, untuk besar beda phase yang terjadi adalah Beda phase θ positif = (180 o - 45 o ) + (180 o 130 o ) = (135 o ) + (50 o ) = 185 o Beda phase θ negatif = (45 o ) + (140 o ) = 185 o Pergeseran phase tersebut tetap membentuk sudut 90 o dan diikuti semua sinyal chromanya, berikut untuk lebih jelasnya dalam bentuk tabel 4.8 dibawah ini.

23 76 Tabel 4.8 Beda phase video design delik Sudut phase Standar videotek Hasil pengukuran Beda phase θ Positif +45 o -130 o 185 o θ Negatif -45 o +140 o 185 o Selanjutnya untuk membandingkan analisanya dilakukan pengukuran pada titik 4 yaitu output mixer video virtual dari video design delik pada videotek vtm 200, berikut hasil gambar pengukuran tersebut. Gambar 4.21 Pengukuran titik 4 output video virtual delik Pada gambar 4.21 terlihat ada pattern warna biru yang menutupi video design delik, hal ini juga terjadi seperti pada video virtual champione, dan penyebabnya adalah sama, yaitu kurang ratanya pencahayaan lampu pada background pattern warna biru di Studio. Sedangkan untuk video level virtual delik melebihi batas maksimum dari videotek yaitu 1.1 Vp-p atau lebih besar 0.1

24 77 V dari 1.0 Vp-p, akibat dari kelebihan level luminansi ini menyebabkan gambar video virtual yang ditampilkan cenderung berwarna putih. Untuk sudut phasenya bisa dilihat pada gambar skala derajad videotek dibawah ini, dimana terlihat pergeseran sudut phase yang jauh sekali seperti yang terlihat di gambar Gambar 4.22 Beda phase dan video level virtual delik Sudut phase video virtual delik terlihat semua posisi sudut phasenya ada pada level negatif yaitu pada sudut phase -31 o dan -121 o, hal ini berarti terjadi pergeseran sudut sudut phase yang lebar dimana jika dibandingkan dengan nilai seharusnya pada videotek, nilai beda phasenya adalah sebagai berikut : Beda phase θ positif = (180 o 45 o ) + (180 o 31 o ) = (135 o ) + (149 o ) = 284 o Beda phase θ negatif = 45 o o + (180 o o ) = 225 o + (59 o ) = 284 o

25 78 Pada pengukuran kali ini menunjukan terjadi perputaran sudut phasa hingga tiga kuadran dan ini merupakan perputaran yang terbesar, berikut dalam bentuk tabelnya dibawah ini. Tabel 4.9 Beda phase output video virtual delik Sudut phase Standar videotek Hasil pengukuran Beda phase θ Positif +45 o -31 o 284 o θ Negatif -45 o -121 o 284 o Dari kedua sample input maupun output video virtual diatas, untuk video komputer graphis maka bisa di tarik kesimpulan yaitu terjadinya perbedaan sudut-sudut phase pada video komputer graphis baik input maupun output video virtualnya, oleh karena itu antara input maupun output video virtualnya dari setiap video design komputer graphisnya bisa dihitung besar nilai beda phase yang terjadi, berikut untuk lebih jelasnya seperti dalam tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Beda phase video design komputer graphis Komputer Input video virtual Output video virtual Beda graphis θ Positif θ negatif θ Positif θ negatif phase champione o o -130 o +140 o 18 o delik o o -31 o -121 o 99 o Untuk mengetahui pergeseran sudut - sudut phasenya pada video design komputer graphis yang terlihat pada tabel 4.10 diatas, maka berikut gambar

26 79 perputaran sudut-sudut phasenya dalam gambar skala derajad videotek dibawah ini. Gambar 4.23 Beda phase video output komputer graphis Dari gambar 4.23 diatas terlihat jelas arah beda phase yang terjadi, dimana untuk video design virtual champione sudut - sudut phasenya berputar kearah kiri sebesar 18o, sedangkan untuk video design virtual delik, sudut-sudut phasenya berputar sebaliknya yaitu ke arah kanan dari tempat semula sebesar 99o. Ini terbukti terjadi penyimpangan sudut phase dari nilai seharusnya pada videotek vtm 200 yaitu pada sudut 45o untuk sudut phase level positifnya dan -45o untuk sudut phase level negatifnya, akhirnya bisa ditarik kesimpulan dari semua input maupun output video virtual studio, semuanya terjadi penyimpangan sudut - sudut phasenya. Hal ini berarti dari setiap alat pada sistem video virtual memiliki sudut phase yang berbeda-beda sehingga menimbulkan beda phase yang semakin jauh nilainya dari yang menjadi standard pada videotek vtm 200. berikut nilai standard sudut-sudut phase pada videotek vtm 200.

27 80 Gambar 4.24 Sudut phase standard videotek vtm 200 Berikut ini pada gambar 4.25 adalah capture frame program acara delik yang telah tayang dengan analisa kualitas video virtual pada videotek vtm 200, dapat dilihat dari hasil pengukurannya pada videotek tampak ada sedikit beda phase, dan tampak pula level videonya over 0.1 V dari batas maksimum level video seharusnya yaitu 1.0 Vp-p.

28 81 Gambar 4.25 Video virtual delik 4.4 Analisa kualitas video virtual Studio Dari serangkaian pengukuran diatas maka dapat diambil beberapa hal tentang analisa kualitas video virtual studio yaitu sebagai berikut :

29 82 - Sudut phase pada base station kamera 1 terjadi beda phase sebesar 98o dan base station kamera 3 terjadi beda phase 115o. - Setelah melewati mixer video virtual juga terjadi beda phase yaitu untuk bs kamera 1 sebesar 87o dan bs kamera 3 sebesar 70o - Beda phase pada output komputer graphis SGI lebih tinggi dibandingkan dengan bs kamera yaitu > 180 atau terjadi perputaran sinyal video lebih dari 2 kuadran videotek. Dari beda phase yang terjadi menjadikan kualitas video virtual studio masih harus diperbaiki agar dapat memberikan gambar video yang terbaik sesuai dengan standard pengukuran video khususnya pada videotek vtm 200. Untuk itu perlu dilakukan pengecekan ulang sinyal sinkronisasi video dari setiap input video yang masuk pada mixer video maupun output yang dihasilkannya agar tidak terjadi beda phase yang bisa menjadikan gambar video tidak sinkron.

BAB III SISTEM VIDEO VIRTUAL STUDIO. Di dalam dunia pertelevisian atau broadcasting proses pengambilan

BAB III SISTEM VIDEO VIRTUAL STUDIO. Di dalam dunia pertelevisian atau broadcasting proses pengambilan BAB III SISTEM VIDEO VIRTUAL STUDIO 3.1 STUDIO VIRTUAL Di dalam dunia pertelevisian atau broadcasting proses pengambilan gambar tidak terlepas dari adanya sebuah studio, karena dari studio itulah adegan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya, sebagai contohnya adalah ditemukannya teknologi virtual dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. khususnya, sebagai contohnya adalah ditemukannya teknologi virtual dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia broadcasting saat ini mengalami perkembangan teknologi begitu cepatnya, sehingga hal tersebut berdampak positif bagi dunia pertelevisian khususnya, sebagai

Lebih terperinci

RUNNING TEXT Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd, M.Sn

RUNNING TEXT Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd, M.Sn RUNNING TEXT Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd, M.Sn Disusun Oleh : Tetty Ikawati 13148136 Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan. 33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK : 6 ISA MAHFUDI NIM KELAS / Abs : JTD-2A / 13

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK : 6 ISA MAHFUDI NIM KELAS / Abs : JTD-2A / 13 LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM VIDEO KAMERA VIDEO KELOMPOK Oleh : 3 ISA MAHFUDI NAMA ISA MAHFUDI : ISA MAHFUDI NIM. 1141160018 NIM (NIM. 1141160018) : 1141160018 KELAS / Abs : JTD-2A / 13 KELOMPOK : 6 Kelompok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUKURAN BAB IV ANALISA DAN HASIL PENGUKURAN 4.1 Hasil Pengukuran Pada bab ini akan membahas hasil pengukuran band frekuensi yang digunakan dengan teknologi CWDM dengan metode sebelumnya yang menggunakan point

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN KE STASIUN ISI TV

HASIL PENGAMATAN KE STASIUN ISI TV HASIL PENGAMATAN KE STASIUN ISI TV Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PENYUNTINGAN DIGITAL II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun oleh : Ella Yuliatik 13148135 Program Studi Televisi dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian dan analisis bertujuan untuk melihat hasil keluaran dari rangkaian dan program serta sebagai pengetesan apakah rangkaian dan program berjalan dengan baik serta menghindari

Lebih terperinci

Bab III Perangkat Pengujian

Bab III Perangkat Pengujian Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari 48 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2011 s/d bulan Februari 2012. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO

BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO BAB III FRAME SYNCHRONIZER FA-9100 SEBAGAI KWALITAS SINYAL VIDEO 3.1 Sinyal Video Sinyal video dihasilkan dari kombinasi antar sinyal-sinyal elektronik dan merupakan standar televisi. Sinyal video yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA 57 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian dan analisa pada Bab 4 ini pada intinya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu sistem dengan metode yang sudah ditentukan. Masing masing metode mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Keras (Hardware) Pengujian perangkat keras sangat penting dilakukan karena melalui pengujian ini rangkaian-rangkaian elektronika dapat diuji

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Alat Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat yang telah dibuat. Dimulai dengan pengujian setiap bagian-bagian dari hardware dan software yang

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. dengan cara menganalisis bahan-bahan yang telah diperoleh dari berbagai sumber

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. dengan cara menganalisis bahan-bahan yang telah diperoleh dari berbagai sumber BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Perancangan Analisis perancangan yang dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan cara menganalisis bahan-bahan yang telah diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengukuran Jarak Dengan Sensor Ultrasonik Pengujian dilakukan pada sensor ultrasonik PING))), untuk menentukan jarak sensor terhadap dinding. Data yang diambil merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ROBOT

BAB IV PENGUJIAN ROBOT BAB IV 4.1 Umum PENGUJIAN ROBOT Setelah melalui tahap perancangan mekanik, elektrik dan pemrograman seluruh perangkat robot, maka tahap berikutnya dalah tahap pengujian dari seluruh pembentuk robot secara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

KUNJUNGAN STUDI KE ISI TV

KUNJUNGAN STUDI KE ISI TV LAPORAN KUNJUNGAN STUDI KE ISI TV Untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh : Farah Aulia R (15148113) Kintan Pramesti (15148144)

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Lunak Aplikasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang dibutuhkan agar dapat menjalankan aplikasi ini adalah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Alur Penelitian Penelitian tugas akhir ini terdiri dari beberapa tahapan-tahapan proses yang akan dilakukan, seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Diagram alur penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Hasil perancangan Animasi 3D Rumah Ramah Lingkungan ini dibuat dalam bentuk video dengan resolusi gambar 800 x 600 pixel. Selain ditampilkan dalam bentuk video disini

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR TELEVISI

BAB II TEORI DASAR TELEVISI BAB II TEORI DASAR TELEVISI 2.1 Sistem Televisi Pada dasarnya sebuah gambar pada layar pesawat televisi adalah suatu susunan dari banyaknya daerah-daerah kecil. Setiap daerah kecil dari gambar tersebut

Lebih terperinci

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 51 Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Dalam perancangan perangkat keras dan perangkat lunak suatu sistem yang telah dibuat ini dimungkinkan terjadi kesalahan karena faktor-faktor seperti human error, proses

Lebih terperinci

COLOR SPACE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

COLOR SPACE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya COLOR SPACE Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Materi: 1. Konsep Warna 2. Standard Color Space RGB dan CMYK HSV CIE Lab, Luv, Yuv dan YCrCb 3. Color Gamut 4. Konversi Color Spaces KONSEP

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT BAB IV PENGUJIAN ALAT Tahap terakhir dari perancangan alat ini adalah tahap pengujian. Ada beberapa pengujian yang akan dilakukan. 4.1 Pengujian Sensitivias Sensor Suhu DHT11 Modul DHT11 merupakan modul

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN UJI COBA. Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa pada hardware

BAB V ANALISIS DAN UJI COBA. Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa pada hardware BAB V ANALISIS DAN UJI COBA Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa pada hardware yang telah dirancang. Tujuan dari pengujian dan analisa ini adalah untuk mengetahui apakah hardware tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT. Logika LOW = 0 Volt, sehingga keluaran dari sistem sensor cahaya yang akan. keluaran yang relatif stabil terhadap pembebanan.

BAB IV PENGUJIAN ALAT. Logika LOW = 0 Volt, sehingga keluaran dari sistem sensor cahaya yang akan. keluaran yang relatif stabil terhadap pembebanan. BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1 Pengujian Catu Daya Seperti diketahui bahwa untuk keperluan pensinyalan data digital diperlukan sumber tegangan yang memiliki level TTL, yaitu Logika HIGH = +5 Volt, serta Logika

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN VIDEO dan ANIMASI

MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN VIDEO dan ANIMASI MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN VIDEO dan ANIMASI LABORATORIUM TEKNIK MULTIMEDIA & JARINGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MODUL XIII TIP DAN TRIK Bab ini akan membahas berbagai tips dan trik yang biasa

Lebih terperinci

Pertemuan 5 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mempersiap kan pekerjaan pengoperasian peralatan elektronik video

Pertemuan 5 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mempersiap kan pekerjaan pengoperasian peralatan elektronik video Pertemuan 5 A. Tujuan 1. Standar Kompetensi : Mempersiapkan pekerjaan pengoperasian peralatan elektronik video 2. Kompetensi Dasar : Mengoperasikan Peralatan Elektronik Video B. Pokok Bahasan : Pembacaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Cara Kerja Sistem Dalam cara kerja sistem dari alat yang akan dibuat dapat di tunjukan pada gambar blok diagram 4.1 sebagai berikut : Gambar 4.1 Diagram Blok Cara Kerja Sistem

Lebih terperinci

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN

V. ULASAN KARYA PERANCANGAN V. ULASAN KARYA PERANCANGAN Karya yang praktikum buat merupakan sebuah desain font grafiti bergaya wildstyle galaxy. Dalam pembuatan karya desain terdiri dari beberapa tahap, yaitu mulai dari pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem Pengoperasian Alat Penjelasan pengoperasian alat terapi infra merah di lengkapi sensor jarak dan timer di sesuaikan dengan list program yang telah di rancang berikut

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

RESISTOR DAN HUKUM OHM

RESISTOR DAN HUKUM OHM MODUL I RESISTOR DAN HUKUM OHM I. Tujuan Praktikum 1. Mampu mengenali bentuk dan jenis resistor. 2. Mampu menghitung nilai resistansi resistor melalui urutan cincin warnanya. 3. Mampu merangkai resistor

Lebih terperinci

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi 1.Definis Warna Dalam ilmu fisika warna didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik cahaya, sedangkan dalam bidang ilmu seni rupa dan desain warna didefinisikan sebagai pantulan tertentu dari cahaya

Lebih terperinci

PENERAPAN HAND MOTION TRACKING PENGENDALI POINTER PADA VIRTUAL MOUSE DENGAN METODE OPTICAL FLOW

PENERAPAN HAND MOTION TRACKING PENGENDALI POINTER PADA VIRTUAL MOUSE DENGAN METODE OPTICAL FLOW PENERAPAN HAND MOTION TRACKING PENGENDALI POINTER PADA VIRTUAL MOUSE DENGAN METODE OPTICAL FLOW Reza Umami 1*, Irawan Hadi 1, Irma Salamah 1 1 Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra Citra dapat direpresentasikan sebagai kumpulan picture element (pixel) pada sebuah fungsi analog dua dimensi f(x,y) yang menyatakan intensitas cahaya yang terpantul

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN diperkuat oleh rangkainan op-amp. Untuk op-amp digunakan IC LM-324. 3.3.2.2. Rangkaian Penggerak Motor (Driver Motor) Untuk menjalankan motor DC digunakan sebuah IC L293D. IC L293D dapat mengontrol dua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

MOUSETRAP BERBASIS ARDUINO UNO DENGAN SENSOR PIR

MOUSETRAP BERBASIS ARDUINO UNO DENGAN SENSOR PIR MOUSETRAP BERBASIS ARDUINO UNO DENGAN SENSOR PIR Nama : Dini Septia Herianti NPM : 42113584 Fakultas : D3-Teknologi Informasi Program Studi : Teknik Komputer Pembimbing : Dr. Raden Supriyanto, Ssi, S.Kom,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN.

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar Lighting Simulation Study Deskripsi Proyek Proyek pengembangan pembangunan fasilitas permanen menggantikan fasilitas sementara. Dalam proyek pengembangan ini akan didirikan

Lebih terperinci

MENGENAI RUNNING TEXT

MENGENAI RUNNING TEXT Laporan Pengamatan dan Observasi Langsung di ISI TV MENGENAI RUNNING TEXT Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Oleh : Windy Junita (13148132)

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 57 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Spesifikasi Hasil Penelitian a. Sumber daya robot vision disupply oleh baterai Lipo 12 v 3s. b. robot vision mampu mengolah dan mengidentifikasi objek berwarna

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Prinsip Kerja Robot Prinsip kerja robot yang saya buat adalah robot lego mindstorm NXT yang menggunakan sensor ultrasonik yang berfungsi sebagai mata pada robot dengan tambahan

Lebih terperinci

CRO (Cathode Ray Oscilloscope)

CRO (Cathode Ray Oscilloscope) CRO (Cathode Ray Oscilloscope) CRO (Cathode Ray Oscilloscope) merupakan salah satu piranti pengukuran yang mampu: - memvisualisasikan bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dari suatu rangkaian elektronik

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pelacakan Obyek Menggunakan CCTV dan Webcam. Kampus ITS, Surabaya

Rancang Bangun Sistem Pelacakan Obyek Menggunakan CCTV dan Webcam. Kampus ITS, Surabaya Rancang Bangun Sistem Pelacakan Obyek Menggunakan CCTV dan Webcam Choirul Umul Islami 1, Mike Yuliana 2, Akuwan Shaleh 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Sinar Monika 1, Abdul Rakhman 1, Lindawati 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Kerangka Umum Pendekatan. Mulai. Studi Litelatur. Penentuan Daerah Studi. Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Kerangka Umum Pendekatan. Mulai. Studi Litelatur. Penentuan Daerah Studi. Pengumpulan Data BAB IV METODE PENELITIAN A. Kerangka Umum Pendekatan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dan dilakukan pemodelan lalulintas dengan sistem komputer. Bagan alir yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Pada tahap ini adalah tahapan dimana kita dapat membuktikan apakah animasi dan sistem yang dirancang sudah layak dan sudah sesuai dengan skenario sebelumnya. Sebuah

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

Gambar 4.1 Diagram Percobaan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Pada bab ini dilakukan pembahasan dari implementasi terhadap sistem yang telah dirancang, berupa cara kerja sistem dan pembahasan data-data percobaan yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Litelatur. Penentuan Daerah Studi. Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Litelatur. Penentuan Daerah Studi. Pengumpulan Data BAB IV METODE PENELITIAN A. Kerangka Umum Pendekatan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dan dilakukan pemodelan lalulintas dengan sistem komputer. Bagan alir yang

Lebih terperinci

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2)

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2) Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2) ISSN : 1693 1173 Abstrak Pengenalan obyek pada citra merupakan penelitian yang banyak dikembangkan. Salah satunya pengenalan

Lebih terperinci

Pertemuan 11. MONITOR dan MONITOR

Pertemuan 11. MONITOR dan MONITOR Pertemuan 11 MONITOR dan TROUBLESHOOTING MONITOR Jenis-jenis monitor Monitor merupakan komponen output yang digunakan untuk menampilkan teks atau gambar kelayar sehingga dapat dinikmati Oleh pemakai, monitor

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN CCTV ATM Text Inserter

BUKU PANDUAN CCTV ATM Text Inserter BUKU PANDUAN CCTV ATM Text Inserter PT. ASABA 2009 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN. 1.1 Diskripsi 1.2 Diagram 1.3 Setting dan Manual DVR II. INSTALASI Text Inserter 2.1 Instalasi Text Inserter Windows 2.2 Instalasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Uji model hidraulik fisik dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Data yang dihasilkan yaitu berupa rekaman

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Kerangka Umum Pendekatan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dan dilakukan pemodelan lalulintas dengan sistem komputer. Bagan alir yang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENGENALAN BENDA BERBASIS GAME UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR KELAS I

PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENGENALAN BENDA BERBASIS GAME UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR KELAS I PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENGENALAN BENDA BERBASIS GAME UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR KELAS I William Surya Jaya Kumala Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Informatika Program Multimedia fleur_grante@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah program yang telah direalisasi sesuai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

Modul Praktikum Dasar Broadcasting

Modul Praktikum Dasar Broadcasting Modul Praktikum Dasar Broadcasting Adobe Premiere Pro CS3 Adobe Premiere adalah aplikasi editing video yang sesuai dengan standar penyiaran. Hadirnya modul ini diharapkan dapat memberikan panduan dasar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan dari sistem dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan membahas prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini potensiometer sebagai kontroler dari motor servo, dan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI Pada bab ini membahas tentang bagaimana cara mengimplementasikan dan pengambilan data serta melakukan evaluasi terhadap data-data yang sudah didapatkan. Pertama disini digunakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Adapun spesifikasi komputer yang digunakan penulis dalam melakukan simulasi pada aplikasi penelitian pengenalan citra wajah dengan variasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkah langkah praktek, kemudian menyiapkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini penulis menggunakan metode HIPO (hierarchy plus input-proses-output). HIPO merupakan metodologi yang dikembangkan dan didukung oleh IBM. HIPO sebenarnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY

BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY BAB IV PENGUJIAN PROPELLER DISPLAY 4.1 Hasil Perancangan Setelah melewati tahap perancangan yang meliputi perancangan mekanik, elektrik, dan pemrograman. Maka terbentuklah sebuah propeller display berbasis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat 1. Nama : Timbangan Bayi 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital 3. Berat : 5 Kg 4. Display : LCD Character 16x2 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm 6. Sensor : Loadcell

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Animasi ini dirancang sebagai bahan pengenalan (introduction), dimana pengenalan menggunakan animasi ini diharapkan dapat memberikan kesan menarik dan

Lebih terperinci

Bab 5. Pengujian Sistem

Bab 5. Pengujian Sistem Bab 5. Pengujian Sistem Pada bab berikut berisi langkah-langkah Pengujian Sistem Maximum Power Point Tracking Panel Surya Gama Solar 50P-36 dengan Buck Converter LM2596. Saat pengujian sistem terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Setelah perancangan alat selesai, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian dan analisa alat yang bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Dokumentasi merupakan suatu hal yang dibutuhkan manusia pada era globalisasi pada saat ini. Karena pentingnya suatu nilai dokumentasi membuat pengguna

Lebih terperinci

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02 Drawing, Viewport, dan Transformasi Pertemuan - 02 Ruang Lingkup Definisi Drawing Viewport Transfomasi Definisi Bagian dari grafik komputer meliputi: 1. Citra (Imaging) : mempelajari cara pengambilan dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN Pada bab IV pengujian alat dan pembahasan akan mengulas hasil pengamatan serta analisis untuk mengetahui kinerja dari rangkaian dan alat. Rangkaian di analisis untuk

Lebih terperinci

Page 1

Page 1 MODUL V KOMPRESI CITRA DAN VIDEO Tiga tipe dari informasi yang berlebihan (redundancy) yang dapat dihilangkan atau direduksi : Spasial : Di dalam frame yang sama Sering kali menggunakan metode yang sama

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Penghitung Laju dan Klasifikasi Kendaraan Berbasis Pengolahan Citra

Rancang Bangun Sistem Penghitung Laju dan Klasifikasi Kendaraan Berbasis Pengolahan Citra Rancang Bangun Sistem Penghitung Laju dan Klasifikasi Kendaraan Berbasis Pengolahan Citra M Agus Taksiono, Dr. Ronny Mardiyanto, ST., MT.dan Ir. Joko Purwanto M.Eng, Ph.d Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

2. Setelah terbuka, pilih tab Create New, pilih Flash Document

2. Setelah terbuka, pilih tab Create New, pilih Flash Document Simetri Putar 1. Buka software Macromedia Flash 8 2. Setelah terbuka, pilih tab Create New, pilih Flash Document 3. Agar lebih mudah dalam menempatkan posisi gambar nantinya, tampilkan grid dengan cara

Lebih terperinci

VIDEO By y N ur N ul ur Ad A h d ay a a y n a ti t 1

VIDEO By y N ur N ul ur Ad A h d ay a a y n a ti t 1 VIDEO By Nurul Adhayanti 1 VIDEO teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI D3 JURUSAN TEKNIK KOMPUTER POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG TK Computer 2 (Multimedia) Hand On Lab 11

PROGRAM STUDI D3 JURUSAN TEKNIK KOMPUTER POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG TK Computer 2 (Multimedia) Hand On Lab 11 Jl Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139, Telpon : +62711 353414 PROGRAM STUDI D3 JURUSAN TEKNIK KOMPUTER POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG TK Computer 2 (Multimedia) Hand On Lab 11 Efek Pencahayaan

Lebih terperinci

Sudarmaji SISTEM KERJA PENGENDALI OTOMATIS LAMPU TRAFFIC LIGHT PADA PERSIMPANGAN 4 (EMPAT) JALAN RAYA MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC)

Sudarmaji SISTEM KERJA PENGENDALI OTOMATIS LAMPU TRAFFIC LIGHT PADA PERSIMPANGAN 4 (EMPAT) JALAN RAYA MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) SISTEM KERJA PENGENDALI OTOMATIS LAMPU TRAFFIC LIGHT PADA PERSIMPANGAN 4 (EMPAT) JALAN RAYA MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) Sudarmaji Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara

Lebih terperinci

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Adobe Photoshop CS3 Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Mengapa Photoshop? Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang menjadi standar dalam industri digital imaging. Sekarang, memiliki keahlian dalam menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Impleentasi Aset Dan Seni 4.1.1 Implementasi Konsep Seni BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI untuk mengalahkan para bandit serta membawa pulang Surya dari tangan para bandit, pemain harus mangalahkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sederhana, ditunjukan pada blok diagram dibawah ini.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. sederhana, ditunjukan pada blok diagram dibawah ini. BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perangkat Keras Pada penelitian ini, menggunakan beberapa perangkat keras. Secara sederhana, ditunjukan pada blok diagram dibawah ini. Gambar 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap Robotino dan aplikasi pada PC yang telah selesai dibuat. Dimulai dari menghubungkan koneksi ke Robotino, menggerakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci