BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui dan menunjukkan hasil kerja dari keseluruhan sistem yang telah dirancang dan direalisasikan. Pengujian alat yang dilakukan meliputi pengujian modul-modul dan pengujian alat secara keseluruhan Pengujian modul-modul Pengujian modul-modul dilakukan untuk mengetahui kinerja tiap modul. Selain itu juga akan mempermudah proses perbaikan apabila terjadi kerusakan. Adapun yang akan diuji adalah sebagai berikut: 1. Lampu Philips Master LED 2. Modul mikrokontroler ATmega8 3. Modul PIR (Pasive Infra Red) PARADOX PA Modul Zero Crossing Detector 5. Modul dimmer lampu 6. Modul catu daya 7. Modul TSOP dan remote kontrol Lampu Philips Master LED Pengujian lampu Philips Master LED dilakukan dengan mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan lampu menggunakan light meter. Dilakukan empat kali pengukuran dengan jarak light meter yang berbeda 46

2 47 terhadap lampu, yaitu 30cm, 50cm, 100cm, dan 200cm. Berikut ini adalah hasil pengukurannya beserta dengan perhitungan nilai duty cycle. Tabel 4.1. Tabel pengukuran kecerahan lampu menggunakan light meter dan hasil penghitungan duty cycle dari hasil percobaan Level kecerahan lampu Intensitas cahaya lampu (lux) Jarak Jarak Jarak Jarak 30cm 50cm 100cm 200cm Duty Cycle (%) ± 5% 70 ± 5% 20 ± 5% 5 ± 5% ± 5% 85 ± 5% 24 ± 5% 6 ± 5% 32, ± 5% 102 ± 5% 29 ± 5% 8 ± 5% ± 5% 129 ± 5% 38 ± 5% 11 ± 5% 37, ± 5% 163 ± 5% 45 ± 5% 14 ± 5% ± 5% 183 ± 5% 50 ± 5% 19 ± 5% 42, ± 5% 199 ± 5% 54 ± 5% 21 ± 5% 47, ± 5% 216 ± 5% 59 ± 5% 22 ± 5% 52, ± 5% 230 ± 5% 63 ± 5% 24 ± 5% ± 5% 244 ± 5% 66 ± 5% 26 ± 5% 100

3 48 Gambar 4.1. Pengukuran kecerahan lampu menggunakan light meter pada jarak 30 cm Gambar 4.2. Pengukuran kecerahan lampu menggunakan light meter pada jarak 50 cm

4 49 Gambar 4.3. Pengukuran kecerahan lampu menggunakan light meter pada jarak 100 cm Gambar 4.4. Pengukuran kecerahan lampu menggunakan light meter pada jarak 200 cm

5 50 Gambar 4.5. Pengukuran duty cycle 30 % menggunakan oscilloscope Gambar 4.6. Pengukuran duty cycle 40 % menggunakan oscilloscope

6 51 Gambar 4.7. Pengukuran duty cycle 60 % menggunakan oscilloscope Dengan merubah nilai duty cycle maka level kecerahan lampu akan berubah. Semakin besar waktu ON maka akan semakin besar pula tegangan yang mengalir pada lampu. Sehingga intensitas cahaya yang dipancarkan lampu meningkat. Dari tabel 4.1 itu juga dapat disimpulkan bahwa pada jarak 30 cm, 50 cm dan 100 cm dapat digunakan semua level kecerahan. Sedangkan pada jarak 200cm untuk hasil maksimal dapat digunakan level 7 sampai dengan level 10, karena nilai dibawah 20 lux sangatlah redup. Percobaan selanjutnya dilakukan dengan memberikan variasi nilai duty cycle dan mengamati intensitas cahaya yang dipancarkan lampu. Dengan pemberian nilai duty cycle dibawah 10%, lampu tidak dapat menyala. Sedangkan pemberian duty cycle antara 10% - 30% lampu menyala redup dan cenderung berkedip. Sehingga dapat disimpulkan untuk memaksimalkan kinerja lampu batasan duty cycle yang digunakan sebesar 30%-100%.

7 52 Peningkatan nilai duty cycle tidak bersifat konstan, seperti ditampilkan pada Tabel 4.1. Hal ini dikarenakan dengan pemberian nilai duty cycle dengan peningkatan nilai yang konstan tidak dapat meningkatkan intensitas cahaya lampu secara konstan juga. Sehingga dilakukan variasi nilai duty cycle yang meningkat tetapi tidak konstan. Berikut ini adalah sebagian hasil pengukuran yang diambil dari Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel pengukuran kecerahan lampu menggunakan light meter dan hasil penghitungan duty cycle dari hasil percobaan Level kecerahan lampu Intensitas cahaya lampu (lux) Jarak Jarak Jarak Jarak 30cm 50cm 100cm 200cm Duty Cycle (%) ± 5% 216 ± 5% 59 ± 5% 22 ± 5% 52, ± 5% 230 ± 5% 63 ± 5% 24 ± 5% ± 5% 244 ± 5% 66 ± 5% 26 ± 5% 100 Dari Tabel 4.2. tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan tingkat kecerahan dari level 8 ke level 9 terdapat selisih duty cycle sebesar 7,5% dengan peningkatan intensitas cahaya sebesar 28 lux. Sedangkan pada peningkatan intensitas cahaya dari level 9 ke level 10 adalah sebesar 27 lux, tetapi membutuhkan selisih duty cycle sebesar 40%. Hal ini terjadi karena tegangan masukan ke lampu berupa gelombang sinus yang nilainya berubah

8 53 terhadap waktu. Sehingga tidak dapat diberikan nilai duty cycle secara konstan Modul mikrokontroler ATmega8 Dilakukan beberapa pengujian pada modul mikrokontroler ATmega8 ini, diantaranya pengujian tegangan keluaran mikrokontroler, pengujian interupsi eksternal dan pengujian hasil keluaran PORT D4 sebagai pengatur waktu tunda pada modul dimmer lampu. Pada pengujian tegangan keluaran diberikan nilai logika 1 pada setiap kaki keluaran pin mikrokontroler (PORT B0 - PORT B7, PORT C0 PORT C6, PORT D0 PORT D7). Kemudian diukur tegangan keluarannya multimeter, yaitu sebesar 5,06 Volt. Kemudian dengan kaki keluaran pin yang sama diberikan nilai logika 0, tegangan keluarannya adalah 0 Volt. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tegangan keluaran pada kaki mikrokontoler berfungsi dengan baik. Ada 2 macam interupsi eksternal yang diuji pada mikrokontroler. Interupsi eksternal 0 merupakan interupsi dari data yang dikirimkan oleh remote control. Sedangkan interupsi eksternal 1 merupakan interupsi yang dilakukan oleh modul zero crossing detector. Pengujian interupsi eksternal 0 berhubungan dengan data yang dikirimkan oleh remote control. Pengujiannya dilakukan dengan menggunakan modul TSOP sebagai penerima data remote control tersebut.

9 54 Data yang diterima oleh TSOP diteruskan ke mikrokontroler dan diolah menggunakan program sederhana yang tertera di bawah ini. interrupt [EXT_INT0] void ext_int0_isr(void) { TCCR1B=0x0; buff[a]=tcnt1; a++; if(a==50) { for(i=0;i<50;i++) { printf(" %x ",buff[i]); } a=0; i=0; } TCNT1=0; TCCR1B=0x01; } Dari hasil pengujian tersebut diperoleh data dari komunikasi serial sebagai berikut. Gambar 4.8. Hasil pengujian interupsi eksternal 0 yang diperoleh dari komunikasi serial dengan penekanan tombol angka 1 sebanyak empat kali

10 55 Dari hasil pengujian tersebut dapat terlihat bahwa interupsi eksternal 0 mikrokontroler dapat menghitung lebar pulsa yang dikirimkan oleh remote control. Hal ini terbukti dengan angka-angka yang tertampil menunjukkan hasil yang relatif sama. Dapat dilihat pada setiap kali penekanan, byte ke-3 yang tertampil adalah berkisar antara 80e0-80ff dan byte ke-4 yang tertampil berkisar antara 33d0-33d7. Demikian seterusnya. Dengan penekanan tombol yang sama sebanyak 10 kali pada jarak yang sama, data yang diperoleh menunjukkan kesamaan. Berarti dapat disimpulkan bahwa interupsi eksternal 0 bekerja dengan baik dan dapat mengolah setiap data yang dikirimkan remote control. Pengujian selanjutnya dilakukan terhadap interupsi eksternal 1 yang berfungsi sebagai penerima pulsa keluaran dari modul zero crossing detector. Pengujian dilakukan dengan memasukkan keluaran dari zero crossing detector ke kaki interupsi eksternal 1 mikrokontroler yang berada pada PORT D3. Kemudian pengukuran dilakukan menggunakan oscilloscope, dengan posisi probe channel 1 diletakkan pada PORT D4 yang berperan sebagai pengatur duty cycle driver lampu. Dan probe channel 2 diletakkan pada PORT D3 yang berperan sebagai keluaran pulsa zero crossing detector. Berikut ini adalah gambar hasil pengujiannya.

11 56 Gambar 4.9. Pengamatan hasil keluaran modul zero crossing detector pada PORT D3 dan keluaran PORT D4 Dari gambar hasil pengujian dapat dilihat bahwa selama selang waktu 20mS modul zero crossing detector memberikan nilai logika 1 kepada interupsi eksternal 1 mikrokontroler setiap kali terdeteksi titik nol. Selang waktu sebesar 20mS diperoleh dari perhitungan frekuensi jala-jala PLN yang besarnya 50Hz. Sebuah gelombang sinus yang memiliki 2 titik nol, sehingga pada dalam selang waktu 20mS didapati dua kali interupsi eksternal pada mikrokontroler. Dan setiap didapati interupsi eksternal, mikrokontroler mengeluarkan pulsa untuk diumpankan ke modul driver dimmer lampu. Selain itu dilakukan juga perhitungan daya yang dibutuhkan mikrokontroler untuk mengatur keseluruhan sistem. Berikut adalah hasil pengukuran dayanya:

12 57 Tabel 4.3. Tabel pengukuran daya pada modul mikrokontroler Level Kecerahan Lampu Tegangan (Volt) Arus (ma) Daya (mw) 0 5,06 15,7 79, ,06 26,9 136, ,06 27,7 140, ,06 28,8 145, ,06 30,2 152, ,06 31,7 160, ,06 33,6 170, ,06 35,8 181, ,06 38,1 192, ,06 40,7 205, ,06 44,3 224,158 Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa mikrokontroler berfungsi dengan baik. Mikrokontroler dapat mengeluarkan tegangan pada setiap pin nya sama dengan tegangan sumber (+Vcc). Mikrokontroler juga dapat menerima dan mengolah interupsi eksternal baik interupsi eksternal 0 maupun interupsi eksternal 1. Level kecerahan lampu berhubungan erat dengan nilai duty cycle yang dikeluarkan oleh mikrokontroler. Semakin besar nilai duty cyclenya, maka

13 58 semakin besar juga daya yang diperlukan oleh mikrokontroler karena arus yang mengalir juga semakin besar Modul PIR (Passive Infra Red) PARADOX PA-465 PARADOX PA-465 mamiliki 4 pin, dimana masing-masing pin nya berperan sebagai Vcc, Ground, NC (Normally Close), dan C (Common). Sensor ini dapat bekerja dengan tegangan masukan sebesar 9-16 Volt. Pada perancangan kali ini digunakan 10,28 Volt untuk mencatu daya pada sensor PIR ini. Pada kaki NC (Normally Close) diberikan tegangan sebesar 5,06 Volt dan kaki C (Common) diberikan kepada PORTD.5 mikrokontroler. Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan pada kaki NC sebesar 5,06 Volt, dengan mengukur menggunakan multimeter. Ketika terdeteksi adanya gerakan manusia dalam daerah kerjanya, tegangan keluaran pada kaki C akan bernilai 0 (ground), saat tidak ada gerakan tegangan keluaran pada kaki kaki NC bernilai +5,06 Volt. Sehingga sensor ini berfungsi sebagaimana mestinya, dapat memberikan tegangan keluaran ketika terdeteksi ada manusia. Pertama dilakukan pengujian sensor terhadap seekor anjing. Sensor PIR diberikan tegangan sebesar 9 Volt yang berasal dari batu baterai. Kemudian PIR diarahkan kepada seekor anjing. Dari hasil percobaan tersebut didapatkan hasil bahwa sensor tidak dapat mendeteksi ada tidaknya anjing dan lampu indikator PIR tidak menyala.

14 59 Selain itu, dilakukan dua kali pengujian kepekaan sensor ini terhadap keberadaan orang disekitarnya. Pengujian ini juga digunakan untuk mengetahui jangkauan sensor dalam mendeteksi orang dalam suatu ruangan. Pengujian pertama diukur pada ruangan dengan luas 3 meter x 3 meter dengan posisi alat berada pada ketinggian 2,8 meter dan berada pada titik 2 meter x 2 meter terukur dari tembok. Pengujian dilakukan dengan cara beraktivitas di ruang lingkup tersebut. Setiap kali terdeteksi ada pergerakan orang, sensor ini akan menyalakan LED berwarna merah yang berada di dalam modul tersebut. Pengujian pertama dilakukan dengan memberikan subjek manusia yang sedang berada di meja kerja dan mengetik di depan komputer (Gambar 4.10 angka 1). Dalam selang waktu 5 menit, sensor PIR dapat mendeteksi keberadaan manusia setiap terjadi pergerakan. Pengujian kedua dilakukan dengan posisi manusia duduk di lantai sedang memotong kertas (Gambar 4.10 angka 2). Pengujian ini juga dilakukan dalam selang waktu 5 menit, dan sensor ini dapat mendeteksi keberadaan manusia secara terus menerus. Pengujian ketiga dilakukan dengan kondisi sedang membaca buku di atas tempat tidur (Gambar 4.10 angka 3) dengan posisi duduk bersila. Dalam selang waktu 5 menit, setiap terjadi pergerakan manusia sensor ini dapat mendeteksi adanya manusia.

15 60 Gambar Pengukuran pada ruangan 3 meter x 3 meter dengan ketinggian alat 2,8 meter pada posisi 2 meter x 2 meter dari tembok Pengujian kedua dilakukan di lapangan bulutangkis dengan membuat ruang batasan sebesar 4 meter x 4 meter. Alat diletakkan tepat di tengah wilayah pengujian, dengan ketinggian 2,8 meter terukur dari lantai. Pada pengujian ini dilakukan dengan memberi subjek manusia dengan posisi berdiri dan menari-nari di 8 titik pengujian. Dan dari kedelapan titik tersebut, dapat dideteksi oleh sensor PIR adanya manusia dalam ruang lingkup pengukuran.

16 61 Gambar Pengujian luas daerah yang terdeteksi sensor PIR dalam daerah 4 meter x 4 meter

17 62 Dari pengujian sensor PIR dalam ruangan sebesar 3 meter x 3 meter maupun 4 meter x 4 meter pada ketinggian 2,8 meter, sensor PIR dapat mendeteksi keberadaan setiap terjadi pergerakan manusia dengan baik. Selain itu didapati juga hasil bahwa PIR membutuhkan waktu sekitar 30 detik untuk proses persiapan. Setelah melebihi waktu tersebut sensor ini baru dapat bekerja secara maksimal untuk mendeteksi keberadaan manusia. Pada saat kondisi terdeteksi keberadaan manusia, sensor ini membutuhkan arus sebesar 30,4 ma. Sedangkan pada saat sensor ini tidak mendeteksi keberadaan manusia arus yang dibutuhkan sebesar 14,1 ma. Dengan tegangan masukan sebesar 10,28 V, didapatkan konsumsi daya yang diperlukan pada saat sensor mendeteksi keberadaan orang adalah sebesar 312,512 mw. Dan ketika tidak terdeteksi keberadaan orang sensor ini membutuhkan daya sebesar 144,948 mw Modul Zero Crossing Detector Modul zero crossing detector dapat membangkitkan pulsa setiap kali terdeteksi titik 0 (nol). Memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar, transistor dioperasikan hanya pada dua titik kerjanya yaitu pada daerah saturasi dan pada daerah cut-off. Pada daerah saturasi, transistor bersifat seperti saklar on, dan pada daerah cut-off transistor bersifat seperti saklar off.

18 63 Gambar Pulsa keluaran zero crossing detector dengan tegangan berbentuk sinyal AC hasil penyearahan dioda bridge Pengujian modul ini dilakukan dengan menggunakan oscilloscope dengan keadaan probe channel 1 berada pada kaki kolektor transistor BC546 dan probe channel 2 berada pada keluaran dioda bridge. Keluaran diode bridge tersebut diinputkan ke kaki basis pada transistor. Dari hasil keluaran oscilloscope tersebut dapat dilihat bahwa pada saat kondisi tegangan di kaki basis lebih kecil daripada 1 Volt, maka transistor akan berada pada daerah saturasi. Pada keadaan tersebut pengukuran tegangan pada V CE sebesar Vcc, yaitu 5 Volt. Sedangkan pada saat tegangan pada kaki basis lebih besar daripada 1 Volt transistor berada pada daerah cutoff, yang menyebabkan arus dan tegangan pada kaki kolektor sama dengan 0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modul zero crossing detector akan mengeluarkan tegangan sebesar 5 Volt ± 2% pada kaki kolektor pada saat terdeteksi tegangan di kaki basis kurang dari 1 Volt. Dan juga modul ini tidak akan mengeluarkan tegangan (0 Volt) ketika kaki basisnya memperoleh

19 64 tegangan masukan lebih dari 1 volt. Oleh karena itu, modul ini membutuhkan ralat sebesar 1 Volt untuk mendeteksi keberadaan titik nol. Dilakukan juga pengukuran terhadap arus dan tegangan pada modul ini. Dengan menggunakan multimeter, modul ini mendapat tegangan sebesar 5,06 Volt dan menarik arus sebesar 14,1mA. Sehingga daya yang dikonsumsi sebesar 71,346 mw Modul dimmer lampu Pengujian modul dimmer lampu dilakukan dengan cara mengubah nilai duty cycle pada kaki gate TRIAC BT136 dan mengukur tegangan keluaran pada kaki terminal 1 dan kaki terminal 2 pada TRIAC. Selain itu juga dilakukan pengukuran tegangan yang mengalir pada lampu Philips Master LEDbulb. Dilakukan 2 kali pengukuran, yaitu pada pukul dan pukul Berikut hasil pengukurannya.

20 65 Tabel 4.4. Tabel pengukuran daya pada TRIAC BT136 dan Philips Master LEDbulb Level Kecerahan Tegangan BT136 pada kaki MT1 dan MT2 (Volt AC) Tegangan pada lampu Philips Master LEDbulb (Volt AC) Lampu Pukul Pukul Pukul10.30 Pukul Semakin besar nilai duty cycle, semakin besar pula arus yang masuk ke kaki gate pada TRIAC. Hal ini menyebabkan tegangan brake over TRIAC akan mengecil, sehingga arus yang dapat dilewatkan semakin besar. Jadi, semakin kecil tegangan brake over TRIAC, maka tegangan di lampu Philips Master LEDbulb akan semakin besar, demikian sebaliknya.

21 66 Dari hasil pengukuran tersebut dapat diamati bahwa terdapat perbedaan hasil pengukuran antara siang dan malam. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan tegangan sumber dari PLN. Seperti tertera pada tabel pengukuran 4.4 pada saat siang hari tegangan maksimum bernilai 203 VAC, sedangkan pada saat malam hari tegangan bernilai 205 VAC. Disamping itu perbedaan hasil pengukuran disebabkan juga terdapat ralat pada alat ukur Modul catu daya Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan catu daya menanggung beban semua modul dalam sistem. Pengujian dilakukan dengan mengaktifkan semua modul bersamaan yang dicatu oleh catu daya yang telah dirancang dan realisasikan lalu mengukur tegangan keluaran catu daya. Dari proses pengujian diperoleh hasil bahwa tegangan keluaran catu daya pada saat tidak dibebani sama dengan pada saat dibebani, yaitu 5,06 Volt. Sedangkan catu daya dengan keluaran sebesar 10,28 Volt. Dari hasil pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa modul catu daya berfungsi dengan baik sesuai dengan yang diharapkan Modul TSOP dan Remote Control Data yang dikirimkan oleh remote diterima oleh TSOP kemudian dikirimkan ke mikrokontroler untuk diolah datanya. Semua paket data yang dikeluarkan remote kontrol telah mengandung frekuensi carrier dan

22 67 dimodulasi dengan teknik PWM (Pulse Width Modulation). Pada perancangan kali ini digunakan Timer 1 untuk menghitung lebar pulsa yang dikirimkan remote. Lebar pulsa tersebut dihitung oleh mikrokontroler dengan ukuran 2 byte untuk tiap pulsa yang diterima. Kemudian byte tersebut diolah sehingga dapat menjadi sebuah bit data yang nantinya digunakan untuk diproses sebagai data remote. Ada berbagai macam standar yang dapat digunakan untuk mendeteksi paket datanya, diantaranya yang terkenal adalah protokol RC5 dan protokol SIRC. Protokol RC5 digunakan oleh Philips, sedangkan protokol SIRC (SONY TV Infrared Remote Control) digunakan oleh pabrikan Sony. Pada modul TSOP ini digunakan pembacaan data remote dengan SIRC. Sebuah paket data lengkap SIRC terdiri atas sebuah start bit dan 12 bit data dan sebuah frame space yang memisahkan sebuah frame dengan frame berikutnya. Dimana 12 bit data tersebut terbagi atas 7 bit command code (C6 C0) dan 5 bit device code (D4 D0). Protokol SIRC ini mengirimkan data LSB terlebih dahulu, sehingga C0 adalah data pertama yang diterima setelah start bit. Untuk mengidentifikasi start bit, pulsa yang dikirimkan sebesar 2,4 ms. Data 0 diwakili dengan 0,6 ms tidak ada pulsa, dan 0,6 ms ada pulsa, sehingga total waktu untuk mendeteksi data 0 sebesar 1,2 ms. Sedangkan data 1 diwakili dengan 0,6 ms tidak ada pulsa, dan 1,2 ms ada pulsa, sehingga total waktu yang dibutuhkan sebesar 1,8ms.

23 68 0,6ms 0,6ms 0,6ms 1,2ms data 0 data 1 Gambar Data 0 dan data 1 pada protokol SIRC Data yang dikirim remote dan diterima TSOP akan dikirimkan menuju mikrokontroler. Kemudian data berbentuk bilangan heksa tersebut diolah menggunakan Timer 1. Lalu bilangan heksa dalam ukuran 2 byte tersebut diolah menjadi 1bit data. Berikut adalah hasil perhitungan yang dilakukan Timer 1. Gambar Hasil perhitungan Timer 1 untuk penekanan tombol 1 pada remote sebanyak empat kali

24 69 Gambar Hasil perhitungan Timer 1 untuk penekanan tombol 1 sampai 4 secara berurutan Byte yang diberi kotak berwarna hijau merupakan starting byte dari remote. Sedangkan yang diberi kotak berwarna biru merupakan command code, sedangkan yang diberi kotak berwarna merah merupakan device code. Dari perhitungan timer 1 tersebut, dapat dihitung dan dikonversikan ke satuan waktu. Untuk nilai starting byte diperoleh hasil perhitungan sebesar 8000h sampai dengan 80ffh. Sehingga dapat dilakukan perhitungan ke dalam satuan waktu sebagai berikut: t 1 = 8000h x = x 90,422 ns = 2,962 ms t 2 = 80ffh x = x 90,422 ns

25 70 perhitungan: = 2,986 ms Sedangkan untuk data dengan nilai heksa 3300h 34ffh diperoleh t 1 = 3300h x = x 90,422 ns = 1,18 ms t 2 = 34ffh x = x 90,422 ns = 1,227 ms Untuk data data pada nilai heksa 4d00h 4f00h diperoleh perhitungan: t 1 = 4d00h x = x 90,422 ns = 1,782 ms t 2 = 4f00h x = x 90,422 ns = 1,828 ms Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa data dengan lebar 3300h 34ffh memiliki lebar pulsa diantara 1,18 ms sampai dengan 1,227 ms. Sesuai dengan pembahasan yang telah dilakukan diatas, data ini teridentifikasi sebagai data 0 yang pada standarnya berukuran 1,2 ms. Sedangkan untuk data dengan 4d00h 4f00h memiliki lebar pulsa sebesar

26 71 1,782 ms sampai dengan 1,828 ms. Data ini teridentifikasi sebagai data 1, dimana pada standar nya adalah sebesar 1,8 ms. Lebar pulsa yang dihasilkan tidak selalu menghasilkan hasil yang presisi, hal ini dipengaruhi berbagai macam hal, salah satunya adalah baterai. Kemudian untuk start byte didapatkan hasil sebesar 2,962 ms sampai dengan 2,986 ms, padahal pada standarnya hanya sebesar 2,4 ms. Hal ini terjadi karena perhitungan yang dilakukan oleh mikrokontroler untuk setiap interupsi. Gambar Pendeteksian data 0 dan data 1 yang seharusnya Gambar Pendeteksian data 0 dan data 1 yang terjadi Pada dasarnya data 0 diperoleh dengan cara 0,6 ms tidak ada pulsa dan 0,6 ms ada pulsa, sedangkan data 1 diperoleh 0,6 ms tidak ada pulsa dan 1,2 ms ada pulsa, seperti terlihat pada gambar Pada penerapannya,

27 72 perhitungan waktu dilakukan ketika terjadi interupsi dari luar terhadap mikrokontroler, seperti terlihat pada Gambar Sehingga yang terjadi adalah perhitungan lebar pulsa untuk data 0 menjadi 0,6 ms ada pulsa dan 0,6 ms tidak ada pulsa. Begitu juga dengan data 1, 1,2 ms ada pulsa dan 0,6 ms tidak ada pulsa. Jadi pada perhitungan waktu starting byte yang seharusnya 2,4 ms menjadi 2,986 ms itu dikarenakan adanya penambahan 0,6 ms yang seharusnya milik data selanjutnya. Berikut adalah hasil pengolahan byte data hasil pencacahan timer 1 menjadi bit-bit data, dimana bit-bit data tersebut akan diolah untuk menjadi bilangan heksa yang nantinya untuk inisialisasi tiap tombol. Tabel 4.5. Hasil pengolahan byte data dari timer 1 menjadi bit-bit data

28 73 Dengan memberikan tegangan masukan sebesar 5,06 Volt, modul TSOP ini memerlukan arus sebesar 1,1 ma, sehingga membutuhkan daya sebesar 5,566 mw Pengujian alat secara keseluruhan Dari hasil pengukuran arus dan tegangan pada tiap-tiap modul, dapat diperoleh konsumsi daya yang diperlukan sistem. Berikut konsumsi daya total yang diperlukan oleh sistem. Tabel 4.6. Tabel perhitungan daya pada modul TSOP, zero crossing detector, dan mikrokontroler Level Tegangan Arus (ma) Daya Kecerahan Mikro- Lampu (Volt) TSOP ZCD kontroler Total (mw) Tabel 4.7. Tabel perhitungan daya pada sensor PIR Level Tegangan Arus (ma) Daya (mw) Kecerahan Lampu (Volt) Off PIR On PIR Off PIR On PIR

29 74 Tabel 4.8. Tabel perhitungan daya keseluruhan modul Level Daya Total (mw) Kecerahan Lampu Off PIR On PIR Kondisi on adalah ketika terdeteksi manusia dalam suatu ruangan, sedangkan kondisi off adalah kondisi ketika sensor PIR tidak mendeteksi keberadaan manusia dalam ruangan tersebut. Dapat dilihat bahwa ketika tidak dideteksi manusia dalam ruangan tersebut, lampu akan mati (level 0) dan sensor PIR juga berada pada kondisi off. Hal ini menyebabkan konsumsi daya yang diperlukan adalah sebesar 301,302 mw. Sedangkan ketika terdeteksi manusia dalam ruangan tersebut, daya yang dibutuhkan bervariasi sesuai level yang digunakan. Pengujian selanjutnya dilakukan melakukan pengujian alat secara keseluruhan. Alat dipasang pada ketinggian 2,8 meter dengan luas ruangan sebesar 3 meter x 3 meter. Pengujian dilakukan dengan mengatur waktu mati lampu selama 3 menit (terhitung sejak tidak terdeteksi orang di dalam ruangan). Pengujian modul keseluruhan sama dengan pengujian sensor PIR, hanya saja pada pengujian ini digunakan waktu untuk mematikan lampu dan juga lampu Philips

30 75 Master LEDbulb yang terpasang pada modul. Pengujian pertama dilakukan dengan memberikan subjek manusia yang sedang berada di meja kerja dan mengetik di depan komputer (Gambar 4.10 angka 1). Dalam selang waktu 5 menit, sensor PIR dapat mendeteksi keberadaan manusia setiap terjadi pergerakan dan lampu tetap menyala. Intensitas kecerahan lampu juga dapat diatur dari posisi subjek tanpa berpindah tempat. Pengujian kedua dilakukan dengan cara duduk di lantai dan sedang memotong kertas (Gambar 4.10 angka 2). Pengujian ini juga dilakukan dalam selang waktu 5 menit, lampu tetap menyala dalam selang waktu tersebut. Intensitas kecerahan lampu juga dapat diatur dari posisi subjek tanpa berpindah tempat. Pengujian ketiga dilakukan dengan kondisi membaca buku di atas tempat tidur (Gambar 4.10 angka 3) dengan posisi duduk bersila. Intensitas kecerahan lampu dapat diubah dari posisi subjek dan lampu tetap menyala selama selang waktu 5 menit tersebut. Ketika ruangan ditinggalkan, diletakkan sebuah kamera untuk merekam keadaan lampu selama 5 menit. Setelah 3 menit 6 detik berlangsung, yang terhitung sejak sensor PIR tidak mendeteksi keberadaan orang dalam ruangan lampu mati. Ketika kembali ke ruangan lampu kembali menyala sesuai tingkat kecerahan sebelum ruangan ditinggalkan. Kemudian tingkat kecerahan lampu diganti-ganti dan ruangan ditinggalkan lagi. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dan dari hasil pengujian tersebut sistem dapat berfungsi dengan baik tanpa ada kesalahan. Pada saat terdeteksi orang di dalam ruangan, sensor PIR memberikan sinyal ke mikrokontroler dan menyebabkan mikrokontroler mengatur dimmer agar lampu tetap menyala. Ketika tidak terdeteksi orang dalam ruangan tersebut dalam waktu 3

31 76 menit, maka mikrokontroler akan mengatur dimmer untuk mematikan lampu. Saat ada orang memasuki ruangan tersebut, lampu kembali menyala sesuai dengan kondisi terakhir sebelum mati, begitu seterusnya. Pengujian keseluruhan modul ini berlangsung dengan baik dan memenuhi hasil yang diinginkan, yaitu bisa diatur tingkat kecerahan menggunakan remote control dan dapat secara otomatis mati ketika tidak terdeteksi keberadaan orang dalam ruangan tersebut. Kemudian akan menyalakan kembali lampu sesuai tingkat kecerahan terakhir yang diberikan pengguna.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang dirancang merupakan sistem pengatur intensitas cahaya lampu Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu

Lebih terperinci

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana sotdag@yahoo.com

Lebih terperinci

SISTEM PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA OTOMATIS YANG DILENGKAPI DENGAN REMOTE CONTROL

SISTEM PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA OTOMATIS YANG DILENGKAPI DENGAN REMOTE CONTROL SISTEM PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA OTOMATIS YANG DILENGKAPI DENGAN REMOTE CONTROL Oleh: Christian Surya Dharma NIM: 612006011 Skripsi Untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh Ijasah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. macam keperluan dalam ruangan maupun di luar ruangan. Diantaranya: Flourescent

BAB II DASAR TEORI. macam keperluan dalam ruangan maupun di luar ruangan. Diantaranya: Flourescent BAB II DASAR TEORI 2.1. Philips MASTER LED Lebih dari 1000 jenis lampu telah diproduksi oleh Philips untuk berbagai macam keperluan dalam ruangan maupun di luar ruangan. Diantaranya: Flourescent Lamp,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam merancang alat pengendali nyala lampu menggunakan media infra merah berbasis mikrokontroler terbagi atas dua pengendalian yaitu pengendalian dimmer atau terang redup lampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulb secara otomatis, maupun secara manual dengan menggunakan remote control.

BAB I PENDAHULUAN. Bulb secara otomatis, maupun secara manual dengan menggunakan remote control. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Merancang sebuah sistem pengatur intensitas lampu Philips MASTER LED Bulb secara otomatis, maupun secara manual dengan menggunakan remote control. Mode otomatis bekerja mematikan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisa setiap modul dari sistem yang dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang

Lebih terperinci

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Alat Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output pin kaki masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN. menganalisa hasil alat yang telah dibuat. Dalam pembuatan alat ini terbagi

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN. menganalisa hasil alat yang telah dibuat. Dalam pembuatan alat ini terbagi BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN 4.1 Hasil Perancangan Pada tahapan setelah selesai perancangan yang penulis lakukan adalah menganalisa hasil alat yang telah dibuat. Dalam pembuatan alat ini terbagi menjadi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

Input ADC Output ADC IN

Input ADC Output ADC IN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari pengujian alat-alat meliputi mikrokontroler, LCD, dan yang lainnya untuk melihat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN Setelah perancangan alat selesai, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian dan analisa alat yang bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 30 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Dalam membuat suatu alat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana cara merancang sistem yang akan diimplementasikan pada

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hasil pengamatan dan analisa dari hasil pengukuran rangkaian reliability tes ini yaitu ON/OFF power switch dan ON/OFF remote control berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Alat Pengujian dilakukan bertujuan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan dari perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem dari perangkat,

Lebih terperinci

TRANCEIVER INFRA MERAH TERMODULASI UNTUK PENGENDALIAN ALAT-ALAT LISTRIK

TRANCEIVER INFRA MERAH TERMODULASI UNTUK PENGENDALIAN ALAT-ALAT LISTRIK ISSN: 1693-6930 177 TRANCEIVER INFRA MERAH TERMODULASI UNTUK PENGENDALIAN ALAT-ALAT LISTRIK Muchlas 1, Anton Yudhana 2, Sigit Wijaya 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER Pada tahap perancangan ini dibagi menjadi 2 tahap perancangan. Tahap pertama adalah perancangan perangkat keras (hardware), yang meliputi rangkaian rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Dasar Perancangan Sistem Perangkat keras yang akan dibangun adalah suatu aplikasi mikrokontroler untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012 28 METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan November 2012 hingga Januari 2014, dilakukan di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM Pada bab ini akan di uraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan,dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN SUHU INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN SUHU INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGATURAN SUHU INKUBATOR BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 OLEH : GEDE PANCA SETIAWAN 0605031054 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas BAB III PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang akan dirancang dan direalisasikan merupakan sebuah inkubator bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS IV PENGUJIN DN NLISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang telah

Lebih terperinci

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No.2 (2017), hal ISSN : X

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No.2 (2017), hal ISSN : X RANCANG BANGUN ALAT UKUR GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB) PADA BIDANG MIRING BERBASIS ARDUINO [1] Vionanda Sheila Deesera, [2] Ilhamsyah, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR)

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR) JOBSHEET SENSOR CAHAYA (PHOTOTRANSISTOR, PHOTODIODA, LDR) A. TUJUAN. Merancang sensor cahaya, LDR, phototransistor, dan photodioda terhadap besaran fisis. 2. Menguji sensor cahaya LDR, phototransistor,

Lebih terperinci

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Analog to Digital Converter dan Interrupt

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Analog to Digital Converter dan Interrupt Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga darmawan@staff.uksw.edu

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian dan Analisis Pengujian ini bertujuan untuk mengukur fungsional hardware dan software dalam sistem yang akan dibangun. Pengujian ini untuk memeriksa fungsi dari

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III METODOLOGI PENELITIAN 8 Bab III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai perangkat keras dan perangkat lunak serta beberapa hal mengenai perancangan sistem keseluruhan sehingga sistem bekerja dengan baik sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem DOT Matrix ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni: perancangan perangkat keras serta perancangan perangkat lunak. 3.1. Perancangan Perangkat Keras Sistem yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan alat ini adalah untuk mewujudkan gagasan dan didasari oleh teori serta fungsi dari software arduino dan perangkat remote control,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

Pengendali Tanpa Kabel Lampu Dimmer LED Menggunakan Microcontroller Dengan Metode PWM (Pulse Width Modulation)

Pengendali Tanpa Kabel Lampu Dimmer LED Menggunakan Microcontroller Dengan Metode PWM (Pulse Width Modulation) Pengendali Tanpa Kabel Lampu Dimmer LED Menggunakan Microcontroller Dengan Metode PWM (Pulse Width Modulation) ABSTRAK Sistem pengendali Lampu Dimmer LED tanpa kabel menggunakan remote controller yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah BAB I PENDAHULUAN Pada tugas akhir ini penulis akan merancang dan membuat penguat audio kelas D tanpa tapis induktor-kapasitor (LC) yang memanfaatkan modulasi tiga aras. Pada bab I, penulis akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISA

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISA BAB IV PENERAPAN DAN ANALISA 4.1 Penerapan Sistem Penerapan sistem membahas hasil dari penerapan teori yang telah berhasil penulis kembangkan sehingga menjadi sistem, yang dapat berjalan sesuai dengan

Lebih terperinci

Sistem Pengaman Rumah Dengan Sensor Pir. Berbasis Mikrokontroler ATmega : Ayudilah Triwahida Npm : : H. Imam Purwanto, S.Kom., MM.

Sistem Pengaman Rumah Dengan Sensor Pir. Berbasis Mikrokontroler ATmega : Ayudilah Triwahida Npm : : H. Imam Purwanto, S.Kom., MM. Sistem Pengaman Rumah Dengan Sensor Pir (Passive Infrared) Berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 Nama : Ayudilah Triwahida Npm : 21109416 Jurusan Pembimbing : Sistem Komputer : H. Imam Purwanto, S.Kom.,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL KINERJA ALAT

BAB IV ANALISA DAN HASIL KINERJA ALAT BAB IV ANALISA DAN HASIL KINERJA ALAT 4.1. Analisa dan Tujuan Pengujian Analisa bertujuan untuk menjelaskan secara teoritis sistem kerja rangkaian yang dirancang, sementara pengujian dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis BAB III PERANCANGAN Bab ini membahas perancangan Lampu LED otomatis berbasis Platform Mikrocontroller Open Source Arduino Uno. Microcontroller tersebut digunakan untuk mengolah informasi yang telah didapatkan

Lebih terperinci

Aplikasi Android Bluetooth Monitoring LED RGB Pada Penerangan Panggung

Aplikasi Android Bluetooth Monitoring LED RGB Pada Penerangan Panggung Aplikasi Android Bluetooth Monitoring LED RGB Pada Penerangan Panggung Miftachul Ulum 1, Diana Rahmawati 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura 1 mif_ulum21@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Indah Pratiwi Surya #1, Hafidh Hasan *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 # Teknik Elektro dan Komputer, Universitas Syiah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Blok Diagram Gambar 3.1 Blok Diagram Fungsi dari masing-masing blok diatas adalah sebagai berikut : 1. Finger Sensor Finger sensor berfungsi mendeteksi aliran darah yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan perangkat keras dan perangkat lunak untuk membangun mesin pengelasan dan pemotongan kantong plastik berbasis pneumatik dengan mikrokontroler yang

Lebih terperinci

SISTEM PENERANGAN RUMAH OTOMATIS BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA DAN KEBERADAAN MANUSIA DALAM RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENERANGAN RUMAH OTOMATIS BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA DAN KEBERADAAN MANUSIA DALAM RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENERANGAN RUMAH OTOMATIS BERDASARKAN INTENSITAS CAHAYA DAN KEBERADAAN MANUSIA DALAM RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER [1] Erick Gustian, [2] Dedi Triyanto, [3] Tedy Rismawan [1][2][3] Jurusan Sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang telah dibuat dalam skripsi ini yaitu perancangan sebuah mesin yang menyerupai bor duduk pada umumnya. Di

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot

MOTOR DRIVER. Gambar 1 Bagian-bagian Robot ACTION TOOLS OUTPUT INFORMATION MEKANIK MOTOR MOTOR DRIVER CPU SISTEM KENDALI SENSOR Gambar 1 Bagian-bagian Robot Gambar 1 menunjukkan bagian-bagian robot secara garis besar. Tidak seluruh bagian ada pada

Lebih terperinci

PEMBUATAN APLIKASI TRACKING ANTENA BERBASIS KANAL TV. Kampus ITS, Surabaya

PEMBUATAN APLIKASI TRACKING ANTENA BERBASIS KANAL TV. Kampus ITS, Surabaya PEMBUATAN APLIKASI TRACKING ANTENA BERBASIS KANAL TV Fajrin Aryuanda 1, Budi Aswoyo 2, Akuwan Saleh 2 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Laboratorium Digital Signal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REMOTE TV UNIVERSAL SEBAGAI PENGATUR KARAKTER PADA DOT MATRIK BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16

IMPLEMENTASI REMOTE TV UNIVERSAL SEBAGAI PENGATUR KARAKTER PADA DOT MATRIK BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 IMPLEMENTASI REMOTE TV UNIVERSAL SEBAGAI PENGATUR KARAKTER PADA DOT MATRIK BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

EMDEDDED ARRAY SENSOR UNTUK LINE FOLLOWING ROBOT

EMDEDDED ARRAY SENSOR UNTUK LINE FOLLOWING ROBOT Seminar Mesin elektrik dan elektronika daya(smed) 2005 hal IA-3 EMDEDDED ARRAY SENSOR UNTUK LINE FOLLOWING ROBOT Akhmad Hendriawan Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Kampus

Lebih terperinci

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green. Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 18 BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada pembahasan perancangan sistem ini akan menjelaskan cara kerja dari keseluruhan sistem kendali on/off dan intensitas lampu menggunakan frekuensi radio. Pengiriman data

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia

Rancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia Rancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia Andreas Sjah Lamtari 1), Syaifurrahman 2), Dedy Suryadi 3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 1 andreassjahlamtari@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar dapat mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 57 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Fungsi dari masing-masing blok yang terdapat pada gambar 3.1 adalah sebagai berikut : Mikrokontroler AT89S52 Berfungsi

Lebih terperinci

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP 9.1 Tujuan : 1) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari rangkaian comparator inverting dan non inverting dengan menggunakan op-amp 741. 2) Rangkaian comparator menentukan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Langkah pengujian bertujuan untuk mendapatkan data-data sejauh mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak kesalahan bila sistem yang dibuat ternyata

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA 4.1 Desain Sistem Sistem yang dibangun pada tugas akhir ini bertujuan untuk membangun robot beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Dengan memahami konsep dasar alat pada bab sebelumnya yang mencakup gambaran sistem prinsip kerja dan komponen-komponen pembentuk sistem, maka pada bab ini akan dibahas

Lebih terperinci

Realisasi Saklar Lampu Otomatis

Realisasi Saklar Lampu Otomatis 9 Realisasi Saklar Lampu Otomatis Syaifurrahman 1), Dedy Suryadi ), Abang Razikin 3), Jamhir Islami 4) 1,,3) Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro 4) PLP Laboratorium Elektroteknika Dasar,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN Pada bab IV pengujian alat dan pembahasan akan mengulas hasil pengamatan serta analisis untuk mengetahui kinerja dari rangkaian dan alat. Rangkaian di analisis untuk

Lebih terperinci

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Nur Hudi, Lestari; Robot Omni Directional Steering Berbasis Mikrokontroler ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Abstrak: Robot Omni merupakan seperangkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan spesifikasi sistem yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah untuk membuktikan apakah

Lebih terperinci