UJI DAYA HASIL SEPULUH GALUR CABAI (Capsicum annuum L.) BERSARI BEBAS YANG POTENSIAL SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KUSMANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI DAYA HASIL SEPULUH GALUR CABAI (Capsicum annuum L.) BERSARI BEBAS YANG POTENSIAL SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KUSMANTO"

Transkripsi

1 i UJI DAYA HASIL SEPULUH GALUR CABAI (Capsicum annuum L.) BERSARI BEBAS YANG POTENSIAL SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KUSMANTO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* iii Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Daya Hasil Sepuluh Galur Cabai (Capsicum annuum L.) Bersari Bebas yang Potensial Sebagai Varietas Unggul adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Kusmanto NIM A

4 iv ABSTRAK KUSMANTO. Uji Daya Hasil Sepuluh Galur Cabai (Capsicum annuum L.) Bersari Bebas yang Potensial Sebagai Varietas Unggul. Dibimbing oleh MUHAMAD SYUKUR. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa galur harapan cabai bersari bebas (OP) hasil pemuliaan Laboratorium Pemuliaan IPB dengan varietas cabai OP yang sudah ada di pasaran dan mendapatkan galur yang memiliki karakter-karakter yang lebih unggul dibandingkan dengan varietas pembanding. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai Januari 2011 di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan tiga belas perlakuan dan tiga ulangan sehingga seluruhnya terdapat 39 satuan percobaan. Galur yang diuji yaitu F , F , F , F , F , F , F , F , F , dan F , selanjutnya dibandingkan dengan tiga verietas cabai komersial yaitu varietas Trisula, Gelora, dan TIT super. Peubah yang diamati meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi karakter kuantitatif tanaman yang diamati meliputi, tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar kanopi, lebar daun, panjang daun, umur berbunga, bobot per buah, bobot buah layak pasar, dan bobot buah total. Evaluasi karakter kualitatif meliputi bentuk tipe tanaman, bentuk batang, warna batang, bentuk daun, warna daun, bentuk tepi daun, bentuk permukaan daun, warna mahkota bunga, warna anter, posisi bunga, bentuk buah, warna buah muda, warna buah masak, dan bentuk permukaan kulit buah. Evaluasi karakter berdasarkan peubah produksi buah tanaman menunjukkan terdapat galur F , F dan F yang dinilai layak dikembangkan sebagai calon varietas unggul. Kata kunci: karakter kuantitatif, karakter kualitatif, genetik ABSTRACT KUSMANTO. Evaluation of Yield Teen lines of Open Pollinated Chilli (Capsicum annuum L.) Potential as a Superior Varieties. Supervised by MUHAMAD SYUKUR The objective of this research is to compare several lines of expecting a open pollinated variety chilli as a result from Breeding Laboratory of Bogor Agricultural University with OP chilli variety which have been already in the marketplace and get a strain that has a superior characteristics than the comparison varieties. This research conducted on July 2010 until January 2011 in Leuwikopo Experimental Farm, Bogor Agricultural University. The experiment was carried out by using a random complete block design with thirdteen treatment and three replicates so completely there are 39 units of the experiment. Strains tested i.e. F , F , F , F , F , F , F , F , F , and F , next compared to three commercial chili varieties i.e. Trisula, Gelora, and TIT super.

5 Variables observed covering quantitative and qualitative character. Evaluation of quantitative characters plant observed covering plant height, dicotomous height, stem diameter, wide- canopy, wide leafs, leaf length, flowering age, weight per fruit, the weight of fruit worthy of the market, and the total weight of the fruit. The evaluation of qualitative characters including plant growth habit, stem shape, stem color, leaf shape, leafs color, leaf shape edges, the surface shape of the leaf, corolla color, anther colour, flower position, fruit shape, the color of the young fruit, dark fruit color, and shape of the fruit skin surface. Evaluation character based on variables fruit production plant showed there were F , F and F strain are considered worthy developed as a potential superior varieties. Keywords: quantitative character, qualitative character, genetic v

6 vi

7 vii UJI DAYA HASIL SEPULUH GALUR CABAI (Capsicum annuum L.) BERSARI BEBAS YANG POTENSIAL SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KUSMANTO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8 viii

9 ix Judul Skripsi Nama NIM : Uji Daya Hasil Sepuluh Galur Cabai (Capsicum annuum L.) Bersari Bebas yang Potensial Sebagai Varietas Unggul : Kusmanto : A Disetujui oleh Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 Judul Skripsi Nama NIM : Uji Daya Hasil Sepuluh Galur Cabai (Capsicum annuum L.) Bersari Bebas yang Potensial Sebagai Varietas Unggul Kusmanto : A Disetujui oleh amad Syukur, SP MSi Pembimbing Tanggal Lulus: 5 FEB 2014

11 x PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi dan (Almh) Dr Rahmi Yunianti, SP MSi sebagai dosen pembimbing skripsi. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Agus Purwito, MScAgr sebagai dosen pembimbing akademik serta Dr Awang Maharijaya, SP MSi dan Juang G. Kartika SP MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan. Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada seluruh anggota Laboratorium Pemulian Tanaman IPB: pak Undang, mbak Vitri, mas Abdul, mbak Tia, Alfa, Via, Andra dan pak Darwa. Kepada sahabat dan teman-teman yang telah banyak membantu tak lupa rasa terimakasih saya sampaikan kepada tim KAHFI GROUP (Gagah, Ana, Hima, Nurman, Deni, dan Eva), tim panen Asrama TPB (Catur, Alfian, Arifa dkk) serta kerabat atas motivasi, bantuan dan dukungan dalam melaksanakan kegiatan tugas akhir. Rasa terimakasih khususnya penulis sampaikan kepada Ayah dan Ibu yang dengan sabar memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2014 Kusmanto

12 xi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang...1 Perumusan Masalah...2 Tujuan Penelitian...2 TINJAUAN PUSTAKA... 2 Taksonomi dan Syarat Tumbuh Cabai...2 Pemuliaan Tanaman Cabai...3 METODE... 4 Bahan dan Alat...4 Waktu dan Tempat...4 Metode Penelitian...5 Pelaksanaan Percobaan...5 Prosedur Pengamatan dan Analisis Data...6 HASIL DAN PEMBAHASAN... 8 Kondisi Umum...8 Karakter Kuantitatif...10 Hasil Sidik Ragam...10 Karakter Kualitatif SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...18 Saran...18 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Tabel DAFTAR TABEL Halaman 1. Rekapitulasi sidik ragam peubah tiga belas genotipe cabai Tinggi tanaman, tinggi dikotomus dan diameter batang pada sepuluh galur dan tiga varietas yang diuji Lebar tajuk, panjang daun dan lebar daun tanaman pada sepuluh galur potensial dan tiga varietas pembandingnya Umur berbunga, bobot per buah, bobot buah layak pasar dan bobot total pada sepuluh galur potensial dan tiga varietas pembandingnya Koefisien nilai korelasi antar karakter kuantitatif pada tiga belas 14

13 xii genotipe cabai 6. Tipe tanaman, bentuk batang dan warna batang pada tiga belas genotipe Bentuk daun, warna daun, bentuk tepi daun dan bentuk permukaan daun pada tiga belas genotipe Warna mahkota bunga, warna anter dan posisi bunga pada tiga belas genotipe Bentuk buah, warna buah muda, warna buah masak dan permukaan kulit buah pada tiga belas genotipe DAFTAR GAMBAR Gambar Teks Halaman 1. Tipe tanaman cabai Bentuk daun cabai Posisi bunga cabai Bentuk buah cabai Kegiatan penanaman cabai... 9 Gambar Lampiran Halaman 1. Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe F Buah dan tanaman dengan genotipe Trisula Buah dan tanaman dengan genotipe Gelora Buah dan tanaman dengan genotipe TIT super... 24

14 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Cabai merupakan salah satu tanaman hortikultura yang menjadi salah satu komoditas utama dalam dunia perdagangan produk pertanian di Indonesia. Kelangkaan Cabai mampu memberikan efek inflasi pada akhir tahun 2010, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan Cabai sangat penting bagi masyarakat luas (BPS 2011). Menurut data Badan Pusat Statistik (2012), luas panen cabai di Indonesia pada tahun 2010 mencapai ha dengan produktifitas 5.60 ton/ha. Kondisi ini masih sangat rendah dibandingkan dengan produktifitas cabai potensial yang mampu mencapai 12 ton/ha (Purwati et al. 2000). Kendala dalam pengembangan tanaman cabai di Indonesia saat ini berkaitan dengan kualitas benih, teknik budidaya, serangan hama dan penyakit, serta penggunaan varietas cabai yang berdaya hasil rendah. Masalah lain yang ikut mempengaruhi produktifitas, yaitu perubahan iklim dan cuaca seperti yang dialami beberapa tahun terakhir yang tidak menentu (BMKG 2011). Perlu adanya upaya perbaikan kualitas dan daya hasil cabai melalui proses pemuliaan untuk menunjang produktifitas cabai. Sesuai dengan pernyataan Kusandriani dan Permadi (1996) bahwa, tujuan pemuliaan cabai adalah untuk memperbaiki daya dan kualitas hasil, perbaikan daya resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu, perbaikan sifat hortikultura, maupun perbaikan terhadap kemampuan untuk mengatasi cekaman lingkungan tertentu. Budidaya cabai secara luas yang dilakukan petani di Indonesia tidak diimbangi oleh kualitas benih yang digunakan (Kirana 2006). Hal ini menjadi salah satu faktor yang menjadikan produktifitas rendah, sehingga memperlambat terpenuhinya produk cabai merah di pasar dalam negeri. Ada dua jenis benih cabai yang beredar di Indonesia yaitu, benih cabai hibrida dan benih cabai bersari bebas Open Polinated (OP). Selama ini, Petani lebih sering menggunakan benih OP yang mereka produksi sendiri secara terus menerus tanpa memperhatikan standar dan cara pembenihan serta pengambilan benih yang baik. Sampai saat ini belum ada data akurat mengenai perbandingan antara tingkat pemakaian benih cabai hibrida dan cabai OP oleh petani. Produktivitas cabai di berbagai daerah di Indonesia pada tahun 2010 berkisar antara 1.29 ton/ha (Maluku Utara) dan 9.41 ton/ha (Jawa Barat). Daya hasil merupakan sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen. Hal ini menyebabkan upaya perbaikan daya hasil dan sifat-sifat kuantitatif lain membutuhkan waktu yang lama dari beberapa generasi (Kusandriani dan Permadi 1996). Salah satu metode seleksi yang dapat diterapkan pada tanaman menyerbuk sendiri adalah melalui seleksi silsilah (pedigree). Menurut Nasir (2001) seleksi silsilah untuk karakter kuantitatif biasanya dilakukan secara tidak langsung, sehingga seleksi dilakukan melalui karakter lain yang nilai heritabilitasnya tinggi dan berkorelasi positif serta berkaitan erat dengan hasil. Brewbaker (1983) menyatakan bahwa seleksi efektif dilakukan jika memenuhi dua syarat, yaitu adanya keragaman fenotipe yang cukup besar dalam populasi asal dan nilai heritabilitas yang cukup tinggi. Heritabilitas digunakan untuk menentukan apakah ragam pada karakter yang diamati disebabkan faktor

15 2 genetik atau faktor lingkungan. Menurut Syukur et al. (2012), heritabilitas adalah hubungan antara ragam genotipe dengan ragam fenotipenya. Hubungan ini menyatakan seberapa jauh fenotipe yang tampak merupakan refleksi dari genotipe. Allard (1960) menyampaikan bahwa heritabilitas sering digunakan sebagai tolak ukur kemajuan genetik yang dapat diharapkan dalam suatu proses seleksi. Selama ini, penelitian terhadap varietas OP dengan daya hasil tinggi masih sangat terbatas. Beberapa galur OP yang dijual dan banyak ditemukan dipasar yaitu, TIT super, Trisula, dan Gelora. Penelitian dilakukan untuk membandingkan beberapa galur harapan cabai OP potensial hasil pemuliaan Laboratorium Pemuliaan IPB dengan varietas cabai yang sudah ada. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi galur-galur yang memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan varietas OP yang sudah ada. Perumusan Masalah Berdasarkan tiga galur yang diuji, terdapat kemiripan karakter dan minimal satu atau lebih genoptipe cabai yang mempunyai daya hasil lebih tinggi terhadap lima varietas pembandingnya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa galur harapan cabai bersari bebas (OP) hasil pemuliaan Laboratorium Pemuliaan IPB dengan varietas cabai OP yang sudah ada di pasaran dan mendapatkan galur yang memiliki karakter-karakter yang lebih unggul dibandingkan dengan varietas pembandingnya. TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Syarat Tumbuh Cabai Cabai (Capsicum spp.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru, kemudian menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia. Tanaman cabai memiliki banyak tipe pertumbuhan dan bentuk buah yang beragam. Ada beberapa spesies cabai yang selama ini dikenal yaitu: C annum (cabai merah), C. frustescens (cabai rawit), C chinense, C. baccatum, C. pubescens (cabai gendot) (greenleaf 1986). Masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan cabai merah sebagai kebutuhan bumbu dapur. Cabai merah memiliki beragam bentuk dan biasanya memiliki rasa manis dan pedas, sehingga banyak disukai oleh masyarakat. C. annum memiliki biji berbentuk pipih, berwarna kuning pucat, bulat telur dengan diameter 3-5 mm. Spesies ini mulanya dibudidayakan dan dikembangkan di wilayah Meksiko dan Guatamala (Rubatzky & Yamaguchi 1999). Tanaman semak ini memiliki batang berkayu dengan jumlah cabang dua atau tiga serta memiliki tipe percabangan tegak dan menyebar. Tipe karakter fisik tanaman mengacu pada tanaman dikotil dengan tipe daun menyirip dan bunga

16 3 sempurna (hermaprodit). Buah cabai biasanya tumbuh pada ketiak daun atau pada setiap buku cabangnya. Terdapat beberapa varietas cabai yang memiliki posisi bunga dan buah bediri (tegak) dan ada sebagian yang merunduk. Cabai dapat di tanam hingga ketinggian 1300 mdpl. Tanaman tumbuh optimal pada ketinggian mdpl. Cabai dapat ditanam pada hampir seluruh jenis tanah. Pertumbuhan akan optimal bila sistem drainase dan airasenya baik. Pertumbuhan tanaman akan baik pada tanah yang memiliki tingkat keasaman (ph tanah) Tanaman cabai sanagt riskan terhadap genangan air dan tanggap terhadap pemupukan.kedua faktor ini menjadi aspek umum yang harus diperhatikan dalam budidaya cabai (Rubatzky & Yamaguchi 1999). Suhu teloran untuk tumbuh kembang cabai, khususnya pada fase pembungaan yaitu C. Pada kondisi yang tidak sesuai dengan rentang suhu tersebut, pembungaan akan sulit berhasil sebab produksi tepung sari terganggu (Rubatzky & Yamaguchi 1999). Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik dengan intensitas curah hujan mm/tahun (Sumarni 1996). Budidaya Tanaman Cabai Teknis dalam budidaya tanaman cabai diawali dari persiapan lahan untuk penanaman. Hal ini penting dikarenakan tahap persiapan lahan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari kotoran akar bekas tanaman lama dan segala macam gulma yang tumbuh, kegiatan ini dapat dilakukan dengan mencangkul lahan. Pemebersihan lahan bertujuan agar pertumbuhan akar tanaman cabai tidak terganggu dan terhindar dari gangguan inang hama dan penyakit. Cabai dapat ditanam dengan jarak tanam dalam bentuk persegi panjang cm x cm, bujur sangkar cm x cm, dan baris ganda dengan jarak antar tanaman dalam barisan cm, jarak antar barisan 30 cm, dan jarak antar pagar ganda m (Tindall 1983). Beberapa aspek penting lainnya yang perlu diperhatikan antara lain ph tanah diusahakan berada pada kondisi 6 7. Tanaman juga perlu dilakukan pemberian pupuk kandang, NPK serta Boron. Pemupukan yang dianjurkan dalam budidaya cabai diberikan pada masa pembungaan. Setelah 3 sampai 6 minggu cabai sudah dapat dipanen dalam keadaan buah berwarna merah. Pemuliaan Tanaman Cabai Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan mengubah susunan genetik tanaman secara bertahap dengan tujuan perbaikan karakter sesuai tujuan yang diinginkan pemulianya (Nuraida 2012). Teknik budidaya berkembang seiring dengan kegiatan budidaya tanaman itu sendiri. Pemuliaan tanaman pada awal mulanya merupakan kegiatan sederhana menyangkut domestikasi dan pemilihan tanaman-tanaman unggul yang telah tersedia. Ilmu pengetahuan yang telah berkembang akhirnya menghantarkan pada kemajuan teknologi pemuliaan. Berbagai metode dan teknologi kini telah ditemukan guna melaksanakan pemuliaan tanaman yang mumpuni. Cabai adalah tanaman dengan tipe menyerbuk sendiri. Meski demikian terdapat kemungkinan 6-37% tanaman dapat menyerbuk silang. Faktor ganda tipe

17 4 penyerbukan ini disebabkan oleh karakter bunga cabai yang dikenal dengan istilah Heterostily (Kusandriani dan Permadi 1996). Karakter bunga yang memiliki kepala putik lebih tinggi dari kotak sari akan menyerbuk silang, sedangkan pada bunga yang kepala putiknya lebih rendah dari kotak sari maka cabai akan menyerbuk sendiri. Bunga cabai biasanya akan menyerbuk saat mahkota bunga sudah mekar (Cosmogamous). Di Bogor, pada cuaca normal waktu penyerbukan ini mulai terjadi sekitar jam 7 pagi. Varietas cabai bersari bebas umumnya dikembangkan melalui metode seleksi silsilah (pedigree). Seleksi ini diawali melalui pemilihan tanaman pada populasi bersegregasi tinggi (F2). Seleksi dilanjutkan secara berulang dengan memilih tanaman dari setiap populasi dari sumber benih tanaman terpilih melalui metode seleksi simultan. Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan fenotipe tanaman yang tampak seragam (homogen) dibandingkan dengan tanaman lain dalam populasi satu galur. Selain itu, tanaman yang dipilih juga dengan mempertimbangkan tampilan buah yang lebih baik dibandingkan individu lainnya. Evaluasi yang berulang ini digunakan sebagai cara meningkatkan persentase cabai yang memiliki genotipe yang homogen. Seleksi simultan yang dipakai dalam pemuliaan cabai diikuti dengan mengamati korelasi antar karakter atau peubah yang diamatinya. Korelasi antar karakter ini dipakai sebagai teknik untuk mempersingkat seleksi melalui pendekatan terhadap karakater-karakter yang dapat dinilai prioritas sebagai indikator seleksinya METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan berupa benih galur harapan hasil pemuliaan Laboratorium Pemuliaan IPB dan varietas cabai OP pembanding. Galur harapan yang dipakai adalah F , F , F , F , F , F , F , F , F , dan F Varietas pembanding yang digunakan adalah Trisula, Gelora, dan TIT super. Pupuk yang digunakan meliputi pupuk kandang, Urea, SP-18, KCL, NPK mutiara, dan Gandasil D. Selain itu digunakan pula kapur petanian, Furadan 3G, Dithane M-45, Antracon, Kelthane dan Curacron. Peralatan yang digunakan terdiri atas alat tanam, tray, mulsa plastik hitam perak, plastik, label, jangka sorong, meteran, timbangan digital, alat tulis, dan kamera digital. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 hingga Januari Penanaman dilakukan di Kebun Percobaan IPB, Leuwikopo pada ketinggian 250 mdpl dengan jenis tanah latosol. Sedangkan pengamatan pascapanen dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB.

18 Metode Penelitian 5 Penelitian terhadap pertumbuhan tanaman dilakukan di lahan percobaan leuwikopo. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak satu faktor menggunakan tiga belas genotipe dengan tiga ulangan sehingga terdapat 39 petak percobaan. Setiap petak percobaan terwakili dalam satu bedeng lahan dengan jumlah 20 tanaman untuk tiap petaknya sehingga terdapat total 780 tanaman. Masing-masing bedeng berukuran 1 m x 5 m dengan jarak antar bedeng 0.5 m dan jarak tanam 0.5 m x 0.5 m. Model rancangan yang digunakan adalah: Y ij = μ+ i β j + ij ; (i=1,...13, j=1,2,3) Keterangan : Y ij =pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j μ = rataan umum i = pengaruh perlakuan ke-i β j = pengaruh kelompok ke-j ij = pengaruh galat pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Pengolahan data dilakukan dengan uji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji dengan uji lanjut DMRT pada taraf nyata 5% Persemaian Pelaksanaan Percobaan Persemaian dilaksanakan pada tray di laboratorium pemuliaan tanaman IPB. Tray terlebih dahulu disterilkan menggunakan alkohol 75%. Media yang digunakan menggunakan media kompos. Media tanam sebelum digunakan di oven pada suhu 150 o C selama 3 jam. Benih disemai sebanyak 2 benih per lubang Perawatan persemaian dengan melakukan penyiraman rutin pada pagi dan sore hari. Bila kondisi media terlalu lembab maka penyiraman sementara dihentikan. Media tray selama persemaian juga dijauhkan terhadap sengatan matahari terik dan hujan secara langsung. Bibit cabai pada umur dua minggu dipupuk dengan NPK mutiara dengan dosis 10 g/l dan Gandasil D dengan dosis 2 g/l. Pemupukan dilakukan melalui pupuk kocor. NPK mutiara diberikan tiap seminggu sekali sedangkan Gandasil D diberikan tiap seminggu dua kali. Selain itu bibit juga disemprot menggunakan pestisida jika terjadi serangan hama dan penyakit. Bibit cabai dipindah ke lapang pada umur 48 hari saat jumlah daun mencapai 4-5 helai. Bibit selanjutnya dipindahkan kelahan penanaman di kebun percobaan leuwikopo. Bibit yang telah dipindah untuk sementara di simpan di grennhouse sebelum dilaksanakan penanaman. Pengolahan lahan Lahan diolah dengan melakukan penggemburan tanah. Lahan selanjutnya dibuat bedengan dengan ukuran 1x5 m dengan ketinggian m. bedengan yang sudah rapi selanjutnya di selimuti menggunakan mulsa plastik hitam perak dan dilubangi dalam dua baris secara berjajar. Plastik yang telah dilubangi selanjutnya ditugal sebagai lubang tanam.

19 6 Pemupukan Setelah tanah digemburkan selanjutnya dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kandang. Pupuk ditebar dengan dosis 20 ton/ha dan didiamkan selama dua minggu. Satu minggu sebelum tanam dilakukan pemupukan menggunakan urea, SP-36, dan KCl dengan dosis 200 kg/ha urea, 100 kg/ha SP-36, dan 200 kg/ha KCl. Pemupukan dilakukan lagi setelah tanaman berumur dua minggu menggunakan pupuk NPK mutiara dengan dosis 10g/l dan setiap tanaman diberikan 250 ml pupuk NPK mutiara yang dikocor. Pupuk kocor ini diulang setiap seminggu sekali. Pemeliharaan Pemeliharaan cabai dilakukan dengan melaksanakan penyiraman, pengajiran, penyulaman, penyiangan, pewiwilan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan tiap pagi dan sore kecuali saat hujan. Pengajiran disiapkan sebelum penanaman. Penyulaman dilaksanakan maksimal 1 minggu setelah tanam. Penyiangan dilaksanakan secara manual, gulma biasanya tumbuh di pinggir bedengan atau antar bedengan. Pewiwilan adalah kegiatan pembuangan mata tunas air yang tumbuh di ketiak daun sebelum percabangan pertama. Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan sesuai kebutuhan. Panen Pemanenan dilaksanakan setelah 75% buah masak. Panen dilakukan setiap dua kali dalam seminggu. Setelah pemanenan buah dikumpulkan bersamaan secara terpisah dengan buah yang terserang penyakit. Prosedur Pengamatan dan Analisis Data Pengamatan terdiri atas beberapa karakter kualitatif dan kuantitatif berdasarkan deskriptor cabai (IPGRI 1995): A. Karakter kuantitatif 1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah hingga ujung titik tumbuh tertinggi setelah panen kedua (cm). 2. Tinggi dikotomus, diukur dari permukaan tanah hingga percabangan pertama setelah panen kedua (cm). 3. Diameter batang, diukur pada pertengahan jarak antara permukaan tanah hingga percabangan pertama setelah panen kedua (cm). 4. Lebar tajuk,diukursetelah panen pertama pada bagian yang terlebar. 5. Panjang daun, diukur dari pangkal petiol daun hingga ujung daun (cm). 6. Lebar daun, diukur dari lebar daun secara melintang pada rentang daun terpanjang (cm). 7. Umur berbunga tanaman (Hari setelah Tanam/HST), diamati setelah 50% populasi tanaman berbunga. 8. Bobot total buah per tanaman (g), buah masak setelah panen kedua diambil secara acak untuk tiap-tiap satuan percobaan. 9. Bobot layak pasar (g), diamati dengan memilih buah yang memiliki kualitas yang baik (matang dan tidak terserang penyakit). 10. Bobot per buah (g) diambil secara acak pada masing-masing genotipenya.

20 7 Karakter yang diamati selanjutnya diuji berdasarkan analisi sidik ragam dan uji lanjut menggunakan program SAS V9 dan minitab 16. B. Karakter kualitatif 1. Tipe tanaman/habitus tanaman (plant growth habit): prostrate, intermediate (compact), erect. Diamati saat tanaman mulai berbuah. Gambar 1 Tipe tanaman cabai: 1. kompak 2. semi tegak 3. tegak 2. Bentuk batang (stem shape): cylindrical, angled, flattened. Diamati saat tanaman dewasa. 3. Warna batang (stem color): green, green with purple stripe, purple. Diamati saat tanaman dewasa. 4. Warna daun (leaf color): yellow, light green, green, dark green, light purple, purple, dark purple, varigated). Diamati saat buah pertama mulai masak. 5. Bentuk daun (leaf shape): deltoid, ovale, lanceolate. Diamati saat buah pertama mulai masak. Gambar 2 Bentuk daun cabai; 1. delta 2. oval 3. lanset 6. Warna mahkota bunga (corolla colour): white, light yellow, yellow, yellow green, purple with white base, white with purple base, white with purple margin, purple. Diamati saat bunga mekar. 7. Posisi bunga (flower position): pendant, intermediate, erect. Diamati saat antesis. Gambar 3 Posisi bunga cabai; 1) pendant 2) intermediate 3) erect

21 8 8. Warna anter (anther colour): white, yellow, pale blue, blue, dan purple. Diamati saat mekar sebelum antesis. 9. Bentuk buah (fruit shape ): elongate, almost round, triangular, campanulate, dan blocky. Diamaati saat buah telah masak. Gambar 4 Bentuk buah cabai:1. elongate 2. almost round 3. triangular 4. campanulate dan 5. blocky 10. Warna buah muda: white, yellow, green, orange, purple, dan deep purple. Diamati sebelum buah masak 11. Warna buah masak: white, lemon-yellow, pale orang-yellow, orangeyellow, pale orange, orange, light red, red, dark red, purple, brown, dan black. Diamati setelah buah masak seluruhnya. 12. Permukaan kulit (fruit surface): smooth, semi wrinkled,wrinkled.diamati saat buah telah masak. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan pada awal bulan Juli 2010 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman IPB dan Kebun Percobaan IPB Leuwikopo saat intensitas curah hujan berkisar antara hingga mm/bulan. Suhu rata rata yaitu C. Berdasarkan data curah hujan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor (2010) curah hujan tertinggi pada bulan Desember dan terendah pada bulan September. Benih pada penelitian ini merupakan hasil penelitian Laboratorium Pemuliaan Tanaman IPB. Pembenihan dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan perlakuan invigorisasi pada bahan tanam dengan perendamam dan mensterilkan media tanam. Hasil benih yang disemai sebagian besar tumbuh dengan baik dengan daya kecambah pada persemaian di atas 80%. Benih yang tidak tumbuh hingga selang tiga hari diganti dan disisip dengan yang baru.

22 9 Sebagian besar tanaman di persemaian tumbuh dengan baik. Akan tetapi, ditemukan beberapa penyakit dan hama yang menyerang pada persemaian, yaitu cendawan tanah dan kutu daun persik. Gambar 5 Kegiatan penanaman cabai: a. Pembibitan tanaman, b. lahan siap tanam, c. tanaman saat muncul bunga pertama, d. tanaman dewasa siap panen Beberapa hama tanaman yang terindentifikasi di lapang yaitu belalang (Valanga nigricornis), semut, trips (Thrips parvispinus), lalat buah (Bactrocera dorsalis), kutu daun persik (Myzus persicae), dan ulat grayak (Spodoptera litura). Belalang dan ulat grayak menyerang daun mengakibatkan daun sobek dan berlubang. Sedangkan Trips menyebabkan daun menjadi berkerut dan bercak klorosis serta mengakibatkan daun bawah berwarna perak seperti tembaga. Beberapa penyakit yang ditemukan antara lain, antraknosa (Colletotricum sp.), busuk buah, layu fusarium (Fusarium oxysporum), layu bakteri, rebah kecambah (Phytium debaryanum), dan daun keriting kuning (Gemini virus). Tanaman yang terserang gemini virus terlihat daunnya menjadi keriting, kuning. Gulma yang banyak tumbuh di lahan terdiri atas teki (Cyperus sp.), krokot (Portulaca oleracea), babadotan (Ageratum conyzoides), sawi liar (Capsella bursapastoris), dan Euporbia hirta. Penyakit yang ditemukan merupakan penyakit yang biasa ditemukan pada cabai pada saat musim hujan.

23 10 Karakter Kuantitatif Hasil Sidik Ragam Hasil analisis sidik ragam menjelaskan bahwa peubah yang berpengaruh sangat nyata adalah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, panjang daun,lebar daun, umur berbunga, dan bobot per buah. Peubah yang berpengaruh nyata adalah karakter diameter batang dan lebar tajuk, sedangkan peubah yang tidak berpengaruh nyata adalah karakter bobot buah layak pasar dan bobot buah total. Nilai koefisien keragaman menunjukkan ketepatan perlakuan dalam suatu percobaan. Nilai ini juga juga menjelaskan terhadap besar kecilnya pengaruh lingkungan dan faktor lainnya yang tidak terkendalikan pada percobaan tersebut (Gomez dan Gomez 1995). Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi sidik ragam semua peubah yang diamati. Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam peubah tiga belas genotipe cabai No Peubah F hitung Pr>F KK(%) 1 Tinggi tanaman 11.69** Tinggi dikotomus 27.61** Diameter batang 3.02* Lebar tajuk 2.39* Panjang daun 6.62** Lebar daun 5.94** Umur berbunga 7.45** Bobot per buah 17.43** Bobot buah layak pasar 1.30 tn T 10 Bobot total per tanaman 1.67 tn T Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf uji 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf uji 1%, dan tn tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%, T data diolah dengan menggunakan transformasi. Koefisien keragaman (KK) dari genotipe yang diuji berada pada rentang 6-23%. Koefisien keragaman tertinggi terdapat pada peubah bobot buah layak pasar dan terendah pada peubah tinggi dikotomus. Pada karakter vegetatif yaitu peubah tinggi taaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar tajuk, panjang daun dan lebar daun, secara keseluruhan menunjukkan nilai KK yang kecil. Kondisi ini menunjukkan bahwa peubah vegetatif cenderung tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Peubah buah layak pasar dan bobot buah total, awalnya memiliki nilai KK >30%. Oleh sebab itu, dalam pengolahannya dilakukan ulang dengan mentransformasikan data mentah melalui metode akar kuadrat. Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus, Diameter Batang Tinggi tanaman pada genotipe yang diuji terdapat pada rentang nilai cm. Genotipe dengan nilai tinggi tanaman terendah adalah TIT super dan tertinggi adalah F Kecuali galur F , galur yang diuji tidak menunjukkan berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal terhadap satu varietas pembandingnya. Tinggi dikotomus pada genotipe yang diuji terdapat pada rentang nilai cm. Genotipe F dengan nilai tinggi dikotomus terendah tidak berbeda nyata hanya terhadap varietas Trisula. Genotipe

24 11 F dengan nilai tinggi dikotomus tertinggi tidak berbeda nyata terhadap seluruh varietas pembandingnya. Diameter batang dari genotipe yang diuji terdapat pada rentang nilai mm. Genotipe dengan nilai diameter batang terendah adalah F dan tertinggi adalah F Seluruh diameter batang galur yang diuji menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal terhadap satu varietas pembandingnya (Tabel 2). Tabel 2 Tinggi tanaman, tinggi dikotomus dan diameter batang pada sepuluh galur dan tiga varietas yang diuji Genotipe Tinggi Tanaman Tinggi Dikotomus Diameter Batang (cm) (cm) (mm) F b 26.2 b 11.5 abc F b 24.1 bc 11.1 abc F efg 15.9 f 10.7 bcd F cdef 22.3 cd 11.2 abc F fg 19.0 e 8.6 d F bcd 19.1 e 10.0 cd F bcde 26.6 b 10.9 bcd F bc 25.0 b 10.8 bcd F bcde 25.0 b 11.2 abc F a 30.1 a 13.4 a Trisula 57.6 defg 15.9 f 11.8 abc Gelora 74.4 bc 22.2 cd 13.0 ab TIT super 44.6 g 20.1 de 10.1 cd Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Tanaman cabai memiliki batang yang kokoh (Rubatzky dan yamaguchi 1999). Galur F yang memiliki nilai peubah tinggi tanaman dan diameter batang paling tinggi, menunjukkan ciri tanaman yang kokoh. Kondisi ini ditunjukkan dengan tidak adanya batang tanaman yang patah. Beberapa galur ditemukan mengalami patah pada percabangan batangnya. Tanaman yang patah cabang batangnya biasanya ditemukan setelah terjadi hujan lebat. Galur F adalah galur yang paling banyak terserang penyakit busuk buah. Genotipe ini memiliki nilai tinggi dikotomus paling rendah dibandingkan genotipe lainnya. Pada tanaman yang memiliki tinggi dikotomus yang rendah maka kemungkinkan buah akan bersentuhan dengan permukaan bedengan. Kondisi ini menyebabkan percikan air dari permukaan mulsa sebagai sumber infeksi cendawan mengenai permukaan buah, sehingga buah menjadi lebih beresiko terserang penyakit busuk buah. Lebar Tajuk, Panjang Daun, Lebar Daun Nilai lebar tajuk pada galur yang diuji terdapat pada rentang cm. Genotipe dengan nilai lebar tajuk terendah adalah F dan tertinggi adalah F Seluruh nilai lebar tajuk galur yang diuji menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal terhadap satu varietas pembandingnya. Nilai panjang daun pada galur yang diuji terdapat pada rentang cm. Seluruh nilai panjang daun galur yang diuji menunjukkan tidak

25 12 berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal terhadap satu varietas pembandingnya. Nilai lebar daun pada galur yang diuji terdapat pada rentang cm. Genotipe dengan nilai lebar daun terendah adalah F serta Trisula dan tertinggi adalah F Seluruh nilai lebar daun galur yang diuji menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal terhadap satu varietas pembandingnya (Tabel 3). Tabel 3 Lebar tajuk, panjang daun dan lebar daun tanaman pada sepuluh galur potensial dan tiga varietas pembandingnya Genotipe Lebar Tajuk Panjang Daun Lebar Daun (cm) (cm) (cm) F abc 10.3 abc 3.4 bc F ab 9.6 bcd 3.4 bc F abcd 9.2 cd 2.9 cd F abcd 10.5 abc 3.0 cd F d 8.1 de 2.7 d F abc 8.8 cd 3.6 cd F abc 9.7 bcd 3.0 cd F cd 8.0 de 3.0 cd F bcd 11.2 ab 3.9 ab F a 11.2 ab 4.1 a Trisula 87.3 abcd 6.4 e 2.7 d Gelora 88.5 abcd 11.7 a 3.6 ab TIT super 73.6 cd 8.9 cd 3.0 cd Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Menurut sobir (1994) dengan bertambahnya jumlah cabang pada cabai maka jumlah buku semakin bertambah dan selanjutnya tiap buku akan menghasilkan bunga dan buah. Jumlah cabang yang banyak biasanya ditunjukkan dengan semakin lebarnya tajuk. Lebar tajuk tanaman yang lebih besar diharapkan dapat menghasilkan buah yang lebih banyak. Selain bertambahnya jumlah buah, lebar tajuk yang lebih besar juga diharapkan lebih banyak memiliki daun sebagai sumber fotosintat. Bertambahnya hasil fotosintat juga diharapkan terjadi pada daun yang memiliki luas penampang daun yang lebih besar. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa galur F memiliki nilai lebar tajuk, panjang daun dan lebar tajuk yang lebih besar dibandingkan dengan genotipe lainnya. Umur Berbunga, Bobot per Buah, Bobot Buah Layak Pasar, Bobot Buah Total Nilai umur berbunga pada galur yang diuji terdapat pada rentang 22,3-30 HST. Genotipe dengan nilai umur berbunga terendah adalah F serta TIT super dan tertinggi adalah F Kecuali galur F , nilai umur berbunga yang diamati menunjukkan seluruh galur yang diuji tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal terhadap satu varietas pembandingnya. Nilai bobot per buah pada galur yang diuji terdapat pada rentang g. Genotipe dengan nilai bobot per buah terendah adalah F dan tertinggi adalah F Kecuali galur F , nilai bobot per buah yang diamati

26 13 menunjukkan seluruh galur yang diuji tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal terhadap satu varietas pembandingnya (Tabel 4). Nilai bobot layak pasar pada galur yang diuji terdapat pada rentang g. Genotipe dengan nilai bobot layak pasar terendah adalah F dan tertinggi adalah F Seluruh nilai bobot layak pasar galur yang diuji menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal terhadap satu varietas pembandingnya. Nilai bobot buah total pada galur yang diuji terdapat pada rentang g. Genotipe dengan nilai bobot buah total terendah adalah Gelora dan tertinggi adalah F Kecuali galur F , nilai bobot buah total yang diamati menunjukkan seluruh galur yang diuji tidak berbeda nyata terhadap varietas pembanding, minimal terhadap satu varietas pembandingnya (Tabel 4). Tabel 4 Umur berbunga, bobot per buah, bobot buah layak pasar dan bobot total pada sepuluh galur potensial dan tiga varietas pembandingnya Genotipe Umur Berbunga (hst) Bobot per Buah (g) Bobot Buah Layak Pasar (g) Bobot Buah Total (g) F b 7.53 efg ab ab F b 7.12 fg b bc F de 8.91 cd ab abc F a a ab a F e 6.55 g ab abc F de a ab abc F bcd 9.76 bc ab bc F cde 8.02 def a abc F cde 7.54 efg a abc F cde 7.33 fg ab bc Trisula 25.7 bc 10.2 ab ab bc Gelora 24.0 cde 9.84 bc ab c TIT super 22.3 de 8.57 de ab bc Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Berbeda dengan peubah lainnya, peubah umur berbunga adalah salah satu peubah yang diharapkan memiliki nilai peubah yang kecil. Nilai peubah umur berbunga yang lebih rendah memiliki kecenderungan masa berbuah dan masa panen yang semakin cepat, sehingga umur tanaman semakin pendek/genjah. Bobot per buah diambil setelah panen kedua karena dianggap bobotnya telah stabil. Berdasarkan nilai tengah peubah bobot per buah, nilai untuk galur F dan F lebih besar dibandingkan galur lain yang diuji. Bobot layak pasar (BLP) adalah bobot cabai yang dihitung dari buah total yang dipanen dikurangi buah busuk dan buah masih mentah. Berdasarkan analisis sidik ragam, nilai KK pada peubah BLP adalah 23%. Tingginya KK disebabkan oleh serangan hama dan penyakit yang tidak merata pada tiap ulangan percobaannya. Sebagai contoh pada galur F serangan antraknosa pada ulangan 1 dan 2 sangat banyak, tetapi pada ulangan 3 serangan antraknosa tidak banyak. Serangan hama dan penyakit lain yang sangat berpengaruh adalah layu bakteri. Genotipe yang banyak terserang yaitu F dan Trisula. Pada serangan layu bakteri, buah yang seharusnya belum masak terpaksa dipanen sebab

27 14 tanaman layu kemudian mati. Oleh sebab itu, nilai hasil buah yang dipanen tidak maksimal. Bobot buah total (BBT) yaitu bobot seluruh buah yang dipanen, baik yang bagus maupun yang jelek/busuk. BBT lebih dikenal sebagai potensi hasil. F sebagai galur dengan nilai BBT tertinggi tidak berbeda nyata terhadap beberapa galur lain yaitu: F , F , F , F , F dan F Nilai tengah untuk seluruh galur yang diuji memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan varietas pembandingnya. Korelasi antar Peubah Korelasi antar karakter menunjukkan keterkaitan antar nilai-nilai yang diperoleh oleh tiap-tiap karakter. Korelasi antar karakter bisa bernilai positif atau negatif. Korelasi positif artiya karakter tersebut berbanding lurus terhadap perubahan nilainya. Sedangkan korelasi negatif artinya karakter tersebut berbanding terbalik dengan perubahan nilainya. Tabel 5 menunjukkan nilai korelasi pada karakter kuantitatif yang diamati. Tabel 5 Koefisien nilai korelasi antar karakter kuantitatif pada tiga belas genotipe cabai BLP BB TT PD LD DB TD LT UB BBT ** tn tn tn tn tn tn tn tn BLP * tn tn tn tn tn ** * BB tn tn ** tn * tn tn TT tn ** ** tn tn tn PD ** ** ** tn tn LD ** ** * tn DB * tn tn TD * tn LT tn Keterangan : * = berkorelasi nyata pada taraf 5% ** = berkorelasi nyata pada taraf 1%, tn = tidak berkorelasi nyata pada taraf 5%, BBT = bobot buah total; BLP = bobot buah layak pasar; BB = bobot per buah; TT = tinggi tanaman, PD = panjang daun; LD = lebar daun; DB = diameter batang, TD = tinggi dikotomus; LT = lebar tajuk; UB = umur berbunga Nilai korelasi peubah pada penelitian menunjukkan bahwa karakter bobot buah total hanya berkorelasi sangat nyata dengan bobot buah layak pasar. Kecuali terhadap karakter lebar tajuk, nilai korelasi bobot buah total terhadap peubah lainnya bernilai positif. Penelitian yang sama oleh Istiqlal (2011) menunjukkan hasil yang sama terhadap korelasi antar peubah tersebut. Keterkaitan antar karakter tersebut menjadi catatan penting dalam menilai performa tanaman. Berdasarkan penelitian Anggraini (2006), Besarnya bobot buah total dinilai sebagai kriteria paling utama dalam menuntukan performanya. Semakin besar nilai bobot buah total pada tanaman, maka nilainya semakin baik. Sujiprihati et al. (2007) menilai, berbanding terbalik dengan bobot buah total, karakter lama berbunga memiliki nilai negatif. Sehingga, semakin lama tanaman berbunga maka nilai tanaman semakin tidak baik. Kedua penelitian ini selaras dengan penelitian Undang (2012) dalam menentukan kiteria galur cabai terbaik.

28 Karakter Kualitatif 15 Karakter kualitatif pada tanaman sangat sedikit sekali dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sehingga, tanaman akan memiliki kecenderungan ciri yang sama walaupun ditanam di lingkungan atau tempat yang berbeda (Syukur et al. 2012). Hasil pengamatan terhadap karakter kualitatif tanaman disajikan pada Tabel 6-9. Tabel 6 menunjukkan hasil pengamatan terhadap tipe tanaman, bentuk batang, dan warna batang tanaman. Galur yang diuji menunjukkan terdapat tiga bentuk tipe tanaman yaitu: kompak, semi tegak dan tegak. Tanaman bertipe kompak pada galur yang diuji yaitu F yang mirip dengan varietas Trisula dan TIT super sebagai varietas pembandingnya. Tanaman bertipe semi tegak pada galur yang diuji terdapat tiga yaitu F , F , dan F Lima galur lain yang diuji bertipe tegak dan setipe dengan varietas Gelora sebagai pembandingnya. Tabel 6 Tipe tanaman, bentuk batang dan warna batang pada tiga belas genotipe Genotipe Tipe tanaman Bentuk batang Warna batang F Tegak Bulat Hijau F Tegak Bulat Hijau F Semi tegak Bulat Hijau F Semi tegak Bulat Hijau keunguan F Kompak Bulat Hijau F Tegak Bulat Hijau keunguan F Semi tegak Bulat Hijau keunguan F Tegak Bulat Hijau F Tegak Bulat Hijau F Tegak Bulat berbulu Hijau Trisula Kompak Bulat Hijau Gelora Tegak Bulat Hijau keunguan TIT super Kompak Bulat Hijau Peubah bentuk batang pada Tabel 6 menunjukkan bulat pada seluruh genotipe yang ditanam. Khusus galur F , batang memiliki ciri tambahan berbulu. Pengamatan pada warna batang menunjukkan terdapat galur yang hijau keunguan pada F , F , F dan Gelora sedangakan genotipe lainnya berwarna hijau. Tabel 7 menunjukkan hasil pengamatan untuk peubah bentuk daun, bentuk ujung daun, warna daun dan permukaan daun. Bentuk daun yang teramati terdapat tiga jenis yaitu: delta pada F , oval pada F , F , F , F , Trisula serta TIT super, dan lanset pada enam genotipe lainnya. Warna daun untuk seluruh genotipe yang diuji berwarna hijau. Bentuk tepi daun pada genotipe yang diamati menunjukkan bergelombang untuk F dan TIT super, semi bergelombang untuk Trisula dan rata untuk sepuluh genotipe lainnya. Permukaan daun pada genotipe yang diuji menunjukkan semi keriting pada F , F , F serta F

29 16 dan galur yang lainnya menunjukkan permukaan daunnya halus. Beberapa genotipe daunnya terlihat mengkilat seperti pada F dan Gelora, sedangkan ada juga yang terlihat kusam seperti pada TIT super. Tabel 7 Bentuk daun, warna daun, bentuk tepi daun dan bentuk permukaan daun pada tiga belas genotipe Genotipe Bentuk daun Warna daun Tepi daun Permukaan daun F Lanset Hijau Bergelombang Halus F Oval Hijau Rata Halus F Lanset Hijau Rata Semi keriting F Lanset Hijau Rata Halus F Lanset Hijau Rata Halus F Delta Hijau Rata Semi keriting F Oval Hijau Rata Semi keriting F Oval Hijau Rata Semi keriting F Lanset Hijau Rata Halus F Oval Hijau Rata Halus Trisula Oval Hijau Semi Halus bergelombang Gelora Lanset Hijau Rata Halus TIT super Oval Hijau Bergelombang Halus Tabel 8 Warna mahkota bunga, warna anter dan posisi bunga pada tiga belas genotipe Warna mahkota Genotipe bunga Warna anter Posisi bunga F Putih Ungu Merunduk F Putih Hijau Menyamping F Putih Ungu Merunduk F Putih Ungu Merunduk F Putih Ungu Merunduk F Putih Hijau Merunduk F Putih Hijau Merunduk F Putih Ungu Menyamping F Putih Ungu Menyamping F Putih Ungu Merunduk Trisula Putih Ungu Menyamping Gelora Putih Ungu Merunduk TIT super Putih Ungu Merunduk Warna mahkota bunga dari genotipe yang diuji seluruhnya berwarna putih (Tabel 8). Pada Tabel yang sama peubah warna anter mayoritas menunjukkan warna ungu atau hijau. Genotipe dengan warna anter hijau adalah F dan F , sedangkan genotipe lainnya yaitu F , F ,

30 17 F dan Trisula. Genotipe lainnya yaitu F , F , F , F , F , F , F , F , Trisula, Gelora dan TIT super berwarna ungu. Posisi bunga dari genotipe yang diuji terdapat dua tipe yaitu menyamping dan merunduk. Genotipe dengan tipe posisi bunga menyamping adalah F , F , F dan Trisula. Genotipe lainnya yaitu F , F , F , F , F , F , F , Gelora dan TIT super, memiliki tipe posisi bunga merunduk. Tabel 9 Bentuk buah, warna buah muda, warna buah masak dan permukaan kulit buah pada toga belas genotipe Bentuk Warna buah Warna buah Permukaan Genotipe buah muda masak kulit buah F Elongate Hijau Merah Rata F Elongate Hijau Merah Rata F Elongate Hijau Merah Rata F Elongate Hijau Merah Semi keriting F Elongate Hijau Merah Rata dan Semi keriting F Elongate Hijau Merah Rata F Elongate Hijau Merah Rata dan Semi keriting F Triangular Hijau Merah Rata F Elongate Hijau tua dan Merah Rata Hijau muda F Elongate Hijau Merah Rata Trisula Elongate Hijau Merah Rata Gelora Elongate Hijau tua Merah Rata TIT super Elongate Hijau Merah Rata Bentuk buah dari genotipe yang diuji menunjukkan hanya F yang memiliki bentuk Triangular, sedangkan genotipe lainnya memiliki tipe Elongate (Tabel 9). Seluruh genotipe memiliki buah muda berwarna hijau, Seperti pada warna buah muda, warna buah masak seluruh genotipe juga seragam yaitu buah berwarna merah. Galur F memiliki dua tipe warna buah muda yaitu hijau muda dan hijau tua. Pada peubah permukaan buah, terdapat dua tipe yaitu semi keriting dan rata. Pada galur F dan F terdapat dua tipe sekaligus. Genotipe yang permukaan kulit buahnya semi keriting hanya F , sedangkan sembilan lainnya rata Ciri-ciri genotipe yang diuji pada karakter kualitatif tersebut menunjukkan bahwa setiap genotipe mewakili sifat dari induknya. Pewarisan sifat pada karakter kualitatif mengikuti dengan pewarisan sifat yang di jelaskan oleh hukum mandel (Syukur et.al. 2012). Dalam pengamatan karakter kualitatif beberapa peubah rawan terjadi perbedaan hasil pengamatan. Kesalahan tersebut umumnya terjadi akibat perbedaan persepsi antar peneliti. Sebagai contoh, pada peubah warna anter, warna yang samar dapat saja membuat kesalahan terhadap hasil pengamatan. Beberapa peubah pada karakter kualitatif dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan seleksi. Galur F yang memiliki dua warna pada

31 18 buah muda atau galur F dan F yang memiliki tipe permukaan kulit berbeda dalam satu genotipe. Pada peubah tersebut, ciri tanaman yang tidak diinginkan dapat dianggap sebagai off type sehingga dapat diseleksi SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Galur F memiliki nilai yang lebih besar pada sebagian besar karakter vegetatif dibandingkan seluruh genotipe yang diuji. Pada karakter umur berbunga, galur F memiliki umur berbunga yang paling cepat. Nilai peubah bobot buah total galur yang diuji seluruhnya memiliki nilai tengah yang lebih besar dibandingkan dengan varietas pembandingnya. Pada sepuluh galur yang diuji, hanya galur F yang memiliki nilai tengah Bobot buah total yang berbeda nyata terhadap pembandingnya. Urutan tiga besar nilai tengah galur yang memiliki nilai terbesar hingga terkecil adalah F , F dan F Berdasarkan uji korelasi, nilai bobot buah total tidak berkorelasi terhadap semua peubah vegetatif. Pada peubah kualitatif galur-galur dengan nilai bobot buah total yang tinggi memiliki performa yang baik. Dari kesepeluh galur yang diuji, galur F , F dan F memiliki karakter sebagai calon varietas unggul. Saran Seleksi lebih lanjut diperlukan terhadap galur yang memiliki kriteria unggul. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan uji multilokasi untuk galur-galur yang mempunyai potensi hasil baik. DAFTAR PUSTAKA Allard RW Principle of Plant Breeding. New York (US): John Wiley & Sons, Inc. 485 hlm. Anggraini P Keragaan Sembilan Genotipe Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Generasi Keempat Hasil Persilangan Three Way Cross [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [BMKG] Badan Meteorologi Klomatologi dan Geofisika Waspada, Siklus Cuaca Semakin Liar. Dalam tempo.com Desember Badan Pusat Statistik Statistik Indonesia. 5 Januari [BPS] Badan Pusat Statistik Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Februari Desember Brewbaker, J.L Genetika Pertanian. Terjemahan dari: Agricultural Genetics. Penerjemah: I. Santoso. Jakarta (ID): Gede Jaya. 142 hlm. [IPGRI] Internasional Plant Genetic Resources Institute Description for Capsicum (Capsicum spp.) April 2009.

32 19 Istiqlal MRA Pemilihan Kriteria Seleksi Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Berdaya Hasil Tinggi [skripsi]. Pekanbaru (ID): Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Kusandriani Y, Permadi AH Pemulian Tanaman Cabai. Di dalam: Duriat AS, Widjaja AWH, Thomas AS, dan Prabaningrum L. Editor. Teknologi Produksi Cabai Merah. Lembang (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Hlm Nasir M Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Dirjen PT Depdiknas. Hlm Nuraida D Pemuliaan Tanaman Cepat dan Tepat Melalui Pendekatan Marka Molekuler. El Hayah. 2: Purwati E, Jaya B, Duriat AS Penampilan beberapa varietas cabai dan uji resistensi terhadap penyakit virus kerupuk. J.Hort. 10(2): Rubatzky VE dan Yamaguchi M Sayuran Dunia 3: Prinsip Produksi, dan Gizi. Bandung (ID): Penerbit ITB. 320hlm. Sujiprihati S, Syukur M, Yunianti R Pengujian Cabai Hibrida IPB di Dua Lokasi. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang dibiayai oleh Hibah Kompetitif. Peningkatan Perolehan HKI dari Hasil Penelitian yang dibiayai oleh Hibah Kompetitif. Bogor (ID), 1-2 Agustus Sumarni N Budidaya Tanaman Cabai Merah. Di dalam: Duriat AS, Hadisoeganda W, Soetiarso TA, Prabaningrum L. Editor. Produksi Cabai Merah. Lembang (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Sobir Stabilitas Superiotas Beberapa Genotipe Cabai pada Lingkungan Kering [tesis]. Bogor (ID): Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R Teknik Pemuliaan Tanaman. Depok (ID): Penebar Swadaya. 348 hlm. Tindall HD Vegetables in the Tropics. London (UK): Macmillan Education Ltd. 533hlm. Undang Seleksi berbagai genotipe jagung manis, cabai dan kacang panjang hasil pemuliaan IPB sebagai penyedia benih unggul. Sains.Terapan. 2:1 15.

33 20 LAMPIRAN Gambar lampiran 1 Buah dan tanaman dengan genotipe F Gambar lampiran 2 Buah dan tanaman dengan genotipe F Gambar lampiran 3 Buah dan tanaman dengan genotipe F

34 21 Gambar lampiran 4 Buah dan tanaman dengan genotipe F Gambar lampiran 5 Buah dan tanaman dengan genotipe F Gambar lampiran 6 Buah dan tanaman dengan genotipe F

35 22 Gambar lampiran 7 Buah dan tanaman dengan genotipe F Gambar lampiran 8 Buah dan tanaman dengan genotipe F Gambar lampiran 9 Buah dan tanaman dengan genotipe F

36 23 Gambar lampiran 10 Buah dan tanaman dengan genotipe F Gambar lampiran 11 Buah dan tanaman dengan genotipe Trisula Gambar lampiran 12 Buah dan tanaman dengan genotipe Gelora

37 24 Gambar lampiran 13 Buah dan tanaman dengan genotipe TIT super

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 13 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009 hingga Juni 2010. Penanaman di lapang dilakukan di Kebun Percobaan IPB, Leuwikopo, Darmaga. Lokasi penanaman berada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Persentase daya berkecambah menunjukkan hasil yang baik, yaitu berada diatas 80 %. Penyakit yang menyerang bibit di persemaian adalah rebah kecambah (Pythium sp.) dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi penelitian terletak di Kebun Percobaan Leuwikopo. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang biasa untuk penanaman cabai, sehingga sebelum dilakukan penanaman,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

Uji Daya Hasil Sepuluh Galur Cabai (Capsicum annuum L.) Bersari Bebas yang Potensial Sebagai Varietas Unggul

Uji Daya Hasil Sepuluh Galur Cabai (Capsicum annuum L.) Bersari Bebas yang Potensial Sebagai Varietas Unggul Uji Daya Hasil Sepuluh Galur Cabai (Capsicum annuum L.) Bersari Bebas yang Potensial Sebagai Varietas Unggul Evaluation of Yield Teen Lines of Open Pollinated Chilli (Capsicum annuum L.) Potential as a

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL EMPAT HIBRIDA CABAI

EVALUASI DAYA HASIL EMPAT HIBRIDA CABAI Makalah Seminar departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor EVALUASI DAYA HASIL EMPAT HIBRIDA CABAI (Capsicum annuum L.) IPB DI KEBUN PERCOBAAN IPB LEUWIKOPO Yield

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar yang dimulai dari bulan November 2013 sampai April

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar yang dimulai dari bulan November 2013 sampai April 2014.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar yang dimulai dari bulan November 2013 sampai April 2014.

Lebih terperinci

Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo

Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo Horticulture Trait Evaluation of IPB Ornamental Pepper Lines in Leuwikopo Experimental Field Alvianti Yaufa Desita 1, Dewi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Kebun percobaan Petani Ciherang. Kebun ini terletak di Ciherang pada ketinggian 250 m dpl. Berdasarkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT SKRIPSI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT Oleh: Fitri Yanti 11082201730 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI Oleh Wahyu Kaharjanti A34404014 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 EVALUASI

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL 13 GALUR CABAI IPB PADA TIGA UNIT LINGKUNGAN. Oleh: S. ANDRA MASTAUFAN A

UJI DAYA HASIL 13 GALUR CABAI IPB PADA TIGA UNIT LINGKUNGAN. Oleh: S. ANDRA MASTAUFAN A UJI DAYA HASIL 13 GALUR CABAI IPB PADA TIGA UNIT LINGKUNGAN Oleh: S. ANDRA MASTAUFAN A24070011 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN S. ANDRA MASTAUFAN.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

Daya Hasil 15 Galur Cabai IPB dan Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum

Daya Hasil 15 Galur Cabai IPB dan Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum Daya Hasil 15 Galur Cabai IPB dan Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum Yield and Resistance to Anthracnose Disease Caused by Colletotrichum acutatum of

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

SELEKSI DAYA HASIL CABAI (Capsicum annuum L.) POPULASI F2 HASIL PERSILANGAN IPB C110 DENGAN IPB C5 HENDI FERDIANSYAH A

SELEKSI DAYA HASIL CABAI (Capsicum annuum L.) POPULASI F2 HASIL PERSILANGAN IPB C110 DENGAN IPB C5 HENDI FERDIANSYAH A SELEKSI DAYA HASIL CABAI (Capsicum annuum L.) POPULASI F2 HASIL PERSILANGAN IPB C110 DENGAN IPB C5 HENDI FERDIANSYAH A24061762 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr PERSEMAIAN CABAI Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai Djoko Sumianto, SP, M.Agr BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN 2017 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/ Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015 BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015 di Desa Tegalluar Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL EMPAT CABAI (Capsicum annuum L.) HIBRIDA IPB DI KEBUN PERCOBAAN IPB LEUWIKOPO ADI PRADIPTA A

EVALUASI DAYA HASIL EMPAT CABAI (Capsicum annuum L.) HIBRIDA IPB DI KEBUN PERCOBAAN IPB LEUWIKOPO ADI PRADIPTA A 1 EVALUASI DAYA HASIL EMPAT CABAI (Capsicum annuum L.) HIBRIDA IPB DI KEBUN PERCOBAAN IPB LEUWIKOPO ADI PRADIPTA A24061758 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN: KARAKTER KUALITATIF DAN HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) (The Qualitative Characterization and The Genetic Relationship of Chillies Genotypes (Capsicum annuum L.)) Anis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB yang berada pada ketinggian 220 m di atas permukaan laut dengan tipe tanah latosol. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL 15 GALUR CABAI IPB DAN KETAHANANNYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum

UJI DAYA HASIL 15 GALUR CABAI IPB DAN KETAHANANNYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum i UJI DAYA HASIL 15 GALUR CABAI IPB DAN KETAHANANNYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum Oleh : LIA MARLIYANTI A24070103 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN 15 GENOTIPE TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) YANG DITANAM DI LAHAN GAMBUT

KARAKTERISASI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN 15 GENOTIPE TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) YANG DITANAM DI LAHAN GAMBUT KARAKTERISASI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN 15 GENOTIPE TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) YANG DITANAM DI LAHAN GAMBUT CHARACTERIZATION AND GENETIC RELATIONSHIP OF 15 GENOTYPES OF CHILI (Capsicum annuum L.)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI Triyani Dumaria DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik 42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir, BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

7/18/2010 UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS PENDAHULUAN

7/18/2010 UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS PENDAHULUAN UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS Dr. Muhamad Syukur, SP, MSi Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS Dr. Rahmi Yunianti, SP, MSi PENDAHULUAN Cabai: Komoditas hortikultura

Lebih terperinci