INTENSITAS MELAKUKAN BODYBUILDING DI PUSAT KEBUGARAN DAN CITRA RAGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTENSITAS MELAKUKAN BODYBUILDING DI PUSAT KEBUGARAN DAN CITRA RAGA"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI INTENSITAS MELAKUKAN BODYBUILDING DI PUSAT KEBUGARAN DAN CITRA RAGA Disusun Oleh: EKA WAHYUNI SUHERMAN SONNY ANDRIANTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

2 PENGANTAR 1. Latar Belakang Masalah Bersih, sehat, modis, dan bugar adalah hak setiap orang. Dengan tidak memandang jenis kelamin, baik perempuan maupun lelaki pasti menginginkan keempat hal tersebut. Walaupun biasanya yang lebih telaten melakukan perawatan agar bisa menjadi bersih, sehat, modis, dan bugar adalah kaum perempuan. Akan tetapi, hal tersebut tampaknya tidak berlaku lagi saat ini karena para lelaki sudah mulai menyesuaikan diri, baik dalam menjaga kebersihan tubuh, mengenakan pakaian bagus, maupun selalu berusaha memperbaiki penampilan mereka. Soal memperbaiki penampilan inilah yang tampaknya membuat kaum pria menjadi mempertinggi intensitas berolahraga. Apalagi, saat ini tidak sedikit yang mengartikan tubuh yang ideal sebagai kondisi perut langsing berbentuk 6 kotak atau diistilahkan dengan sebutan six pack dan lengan berotot. Berbagai cara dilakukan para pria untuk membuat tubuh lebih berisi, berotot, dan tetap ramping. Salah satunya dengan sering mengunjungi pusatpusat kebugaran (fitness center) untuk melakukan olah badan (bodybuilding).

3 Fenomena di atas terungkap saat Tilka (Otot Pria Bikin Masalah, SINAR HARAPAN, 12 Maret 2007), seorang professor psikologi setelah menguji 285 mahasiswa di Universitas Ohio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka terpicu untuk memelihara otot karena dorongan media, teman, dan keluarga mereka. Mereka mulai mempercayai anggapan pria 1 menarik adalah pria dengan otot yang sempurna. Sehingga mereka banyak meluangkan waktu mengunjungi pusat kebugaran untuk mendapatkan tubuh yang sempurna. Pria-pria kelas atas di Jakarta ternyata juga semakin peduli dengan kesehatan dan penampilan tubuh dengan rajin berolahraga. Karena itu, semakin banyak dari mereka yang rutin ke fitness center atau tempat-tempat pembentukan tubuh agar badan mereka kencang dan fit selalu (Pasar Metroseksual, REPUBLIKA, 15 Desember 2004). Sebagai olahragawan dan binaragawan, Rai (37) berpendapat bahwa melakukan pembentukan tubuh dengan tehnik binaraga dapat membantu mempertahankan kondisi fisik dalam waktu yang lebih lama (Rai.,dkk 2007). Dalam olahraga ini, lebih ditekankan pada menjaga kondisi tubuh dan penampilan yang baik sesuai harapan masing-masing orang.

4 Adi (22), seorang mahasiswa salah satu Universitas di Yogyakarta yang menjadi salah satu anggota klub kebugaran di Yogyakarta. Setiap hari, dari pukul sudah menjadi rutinitasnya untuk melakukan fitness di Fitness Center yang sudah menjadi langganannya. Mulai dari sit-up, angkat barbel, dan semua alat fitness ia manfaatkan, terutama yang berpengaruh pada pembentukan otot perut. Sebab, dia mengaku ingin sekali memiliki perut yang oke atau six pack seperti David Beckham,pemain bola idolanya. Penulis juga melakukan wawancara dengan Mirza (34) yang berprofesi sebagai trainer (pelatih) di salah satu pusat kebugaran (fitness center) di Yogyakarta. Mirza menyatakan bahwa dalam 2 tahun terakhir ini, konsumen yang datang ke pusat kebugaran tersebut yang kebanyakan dari kaum adam ini banyak yang memilih program latihan pembentukan/bodybuilding. Berdasarkan penelitian di luar negeri, media massa, wawancara dan observasi penulis baik dengan anggota klub kebugaran maupun pelatih (trainer) di pusat kebugaran mengungkapkan fakta bahwa kenyataannya para pria pun mulai memperhatikan penampilan terutama bentuk tubuh yang ideal. Dengan melakukan bodybuilding di pusat kebugaran untuk membentuk lengan berotot dan perut sixpack.

5 Bentuk tubuh ideal dan penampilan menawan di hadapan lawan jenis adalah idaman setiap pria, sehingga untuk mencapai semua itu, mereka rela bermandikan keringat setiap hari di pusatpusat kebugaran untuk membenahi ukuran dan bentuk tubuh mereka yang kurang ideal. Gambaran seseorang mengenai kondisi fisiknya ini lebih bersifat subjektif, karena tiap-tiap individu memiliki gambaran ideal seperti apa yang diinginkannya termasuk bentuk tubuh ideal seperti apa yang mereka miliki. Jika dia merasa dirinya bahwa keadaan fisiknya tidak sama dengan konsep idealnya, maka dia akan merasa dirinya memiliki kekurangan secara fisik. Ketidaksesuaian antara tubuh yang dipersepsi oleh individu dengan bentuk tubuh idealnya akan memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Hal ini terkait dengan citra raga (body image) yaitu bagaimana seseorang memandang dan menilai tubuhnya sendiri. Tingkat citra raga digambarkan oleh seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan (Jersild, 1979). Kesenjangan yang terlalu jauh antara tubuh yang dipersepsi individu dengan tubuh ideal akan menyebabkan penilaian negatif terhadap tubuhnya. Seringkali keadaan yang demikian membuat seseorang tidak dapat menerima keadaan fisiknya seperti apa adanya sehingga citra raganya menjadi negatif.

6 Menjamurnya pusat kebugaran (fitness center) bisa menjadi pilihan bagi para pria untuk melakukan olah badan (bodybuilding) demi mendapatkan tubuh ideal seperti yang mereka inginkan. Tubuh ideal pria selain sixpack juga digambarkan dengan bentuk bahu yang tegap dan dada bidang serta agak membusung (Kontes Kecantikan Pria, Ajang Pamer Otot, Suara Pembaruan Daily, 28 Januari 2007). Pusat Kebugaran (Fitness Centre) merupakan suatu sarana yang cocok untuk masyarakat modern dimana olahraga kebugaran dapat dilakukan kapan saja di antara aktivitas lainnya. Olahraga kebugaran di Fitness Centre mempunyai unsur rekreasional dan fasilitas yang dirancang sedemikian rupa agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan anggotanya. Fasilitas yang tersedia di sebuah Pusat Kebugaran minimal memiliki ruang resepsionis, ruang olahraga (ruang cardio trainning dan ruang weight training), dan ruang ganti. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di salah satu Pusat Kebugaran (fitness center) ternyata para anggota yang tidak memiliki masalah dengan tubuhnya nampak lebih rajin dan bersemangat mengikuti latihan bodybuilding. Mereka lebih teratur mengikuti latihan dibandingkan dengan anggota-anggota lain yang memiliki masalah dengan bentuk tubuhnya. Bagi anggota yang

7 memiliki masalah dengan tubuhnya nampak kurang disiplin dalam mengikuti latihan, kadang datang dan kadang tidak. Keadaan tersebut dapat dilihat pada kartu tiap-tiap anggota dan buku harian latihan. Kartu tersebut berisi absent-absen, data-data, dan ukuran tubuh para anggota dari waktu ke waktu juga buku harian yang mencatat tanggal, jenis latihan, sets, ulangan (reps), dan berat beban untuk setiap kali latihan. Permasalahan yang muncul yaitu justru kebanyakan dari anggota yang memiliki bentuk tubuh yang sudah ideal lebih sering melakukan latihan program bodybuilding dengan intensitas yang tinggi dibandingkan dengan anggota yang memiliki bentuk tubuh yang kurang ideal. Mereka menyatakan alasan bahwa mereka merasa masih bisa mendapatkan bentuk tubuh yang lebih baik dari sebelumnya sesuai dengan harapan masing-masing. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan bodybuilding dengan intensitas yang tinggi akan memperbaiki bentuk tubuh yang sesuai harapan sehingga menghasilkan citra raga yang positif. Mereka meyakini melakukan bodybuilding dengan intensitas tinggi sebagai usaha untuk memaksimalkan hasil dalam mendapatkan bentuk tubuh ideal dengan perut sixpack dan lengan berotot. Berangkat dari anggapan tersebut, maka perlu diteliti apakah ada hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dan citra raga?

8 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dengan citra raga. 3. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis dari penelitian dengan judul Intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dan citra raga ini dapat memberikan wawasan mengenai perilaku yang membuat orang mau berolahraga, khususnya melakukan bodybuilding di pusat kebugaran, yang dikaitkan dengan citra raga. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat membuka wawasan masyarakat khususnya kaum pria agar lebih memahami tujuan, manfaat, dan tehnik latihan-latihan pada bodybuilding. Sedangkan untuk manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dengan citra raga. Selain itu, untuk mengetahui alasan-alasan lain yang membuat pria tertarik melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran. 4. Tinjauan Pustaka

9 a. Intensitas melakukan Bodybuilding Intensitas melakukan bodybuilding yaitu adalah kekuatan, ketahanan, keaktifan, dan pemahaman seseorang atau individu dalam melakukan bodybuilding. Menurut sintesa dari teori Fox (1987), dari situs ( teori Folkins & Sime (1981), dan dari situs (http//:en.wikipedia.org/wikipedia/bodybuilding), intensitas melakukan bodybuilding memiliki 3 aspek, diantaranya: 1). Latihan, 2). Nutrisi, serta 3). Pemulihan. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas melakukan bodybuilding berdasarkan penelitian yang dilakukan Young (2005) diantaranya sebagai berikut: a. faktor individu (individual factor), b. faktor lingkungan (environmental factor), c. faktor program latihan (program factor), d. faktor pemahaman dan penggunaan (understanding and applying factor). b. Citra raga Citra raga adalah gambaran individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya, baik terhadap bagian-bagian tubuhnya maupun mengenai keseluruhan tubuh, berdasarkan penilaian sendiri. Selanjutnya, citra raga dapat mendatangkan perasaan senang dan tidak senang.

10 Menurut Banfield (2002), citra raga dibagi ke dalam 3 aspek diantaranya yaitu: a. Aspek kognisi dan afeksi (Cognitions and Affect Regarding Body), b. Aspek perilaku mementingkan tubuh dan perilaku diet (Body Importance and Dieting Behavior), dan c. Aspek citra raga yang dipersepsi (Perceptual Body Image). Faktor-faktor yang mempengaruhi citra raga berdasarkan sintesa dari teori Taleporas dan Mc Cabe (Banfeld, 2006) dan Slade (Banfeld, 2002) diantaranya, yaitu: a. faktor sejarah (historical factor), b. faktor budaya (cultural factor), c. faktor social (social factor) d. individu (individual factor), dan e. faktor biologis (biological factor). 5. Hipotesis Penelitian Ada hubungan yang positif antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dengan citra raga. Semakin tinggi intensitas melakukan bodybuilding maka semakin positif citra raga. Sebaliknya, semakin rendah intensitas melakukan bodybuilding, maka semakin negatif citra raga.

11 METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek yang menjadi sasaran penelitian memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Jenis kelamin laki-laki. 2. Usia tahun. 3. Anggota/member di pusat kebugaran/fitness center. 4. Lokasi Yogyakarta. B. Alat Ukur Angket citra raga berjumlah 30 aitem yang terdiri dari 15 aitem favorable dan 15aitem unfavorable. Tabel 1 Blue Print Item Citra Raga Faktor Favorable Unfavorable Jumlah Kognisi & afeksi 1,7,13,19,25 4,10,16,22,28 10 Perilaku 2,8,14,20,26 5,11,17,23,29 10 mementingkan tubuh dan perilaku berdiet Citra raga yang 3,9,15,21,27 6,12,18,24,30 10 dipersepsi Jumlah Angket intensitas melakukan bodybuilding berjumlah 30 aitem yang terdiri dari 15 aitem favorable dan 15 aitem unfavorable.

12 Tabel 3 Blue Print Item Intensitas melakukan Bodybuilding Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Latihan 1,7,13,19,25 4,10,16,22,28 10 Pemulihan 2,8,14,20,26 5,11,17,23,29 10 Nutrisi 3,9,15,21,27 6,12,18,24,30 10 Jumlah C. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson untuk mengungkap hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dengan citra raga. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 12,0 for windows.

13 HASIL PENELITIAN Berdasarkan data dokumentasi sampel, maka dapat diketahui jumlah sampel berdasarkan usia. Gambaran umum mengenai subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Deskripsi Subjek Penelitian Faktor Kategori Jumlah Usia Tinggi badan Berat badan Gambaran singkat mengenai data penelitian secara umum yang berisikan fungsi-fungsi statistik dasar dari masing-masing variabel dapat dilihat secara lengkap pada tabel 7. Tabel 7 Deskripsi Data Penelitian Variabel Hipotetik Empirik

14 Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD Citra raga ,5 11, ,78 8,607 Intensitas melakukan Bodybuilding ,57 8,638 Mean = X min? X max 2 SD = X max? X min 6 Tabel 9 Kategorisasi citra raga Kategori Skor Jumlah Prosentase Sangat Tinggi X > 78,2 6 15% Tinggi 64,4< X = 78, ,5% Sedang 50,6 < X = 64, % Rendah 36,8 = X = 50,6 1 2,5% Sangat rendah X< 36,8 0 0% Melihat tabel 9 dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 6 subjek (15%), kategori tinggi sebanyak 23 subjek (57,5 %), kategori sedang sebanyak 10 subjek (25 %), kategori rendah sebanyak 1 subjek (2,5%) dan tidak ada subjek dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa citra raga pada pria berada pada kategori tinggi sebanyak 57,5 %, karena jumlah subjek yang berada pada rentang

15 skor 64,4-78,2 paling banyak, jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang Tabel 11 Kategorisasi intensitas melakukan bodybuilding Kategori Skor Jumlah Prosentase Sangat Tinggi X > 81, % Tinggi 67,2 < X = 81, ,5% Sedang 52,8 < X = 67,2 7 17,5% Rendah 38,4 = X = 52,8 0 0% Sangat rendah X< 38,4 0 0% Melihat tabel 11 dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 12 subjek (30 %), kategori tinggi sebanyak 21 subjek (52,5 %), kategori sedang sebanyak 7 subjek (17,5 %), dan tidak ada subjek dalam kategori rendah maupun kategori sangat rendah. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa intensitas melakukan bodybuilding pada pria berada pada kategori tinggi sebanyak 52,5 %, karena jumlah subjek yang berada pada rentang skor 67,2-81,6 paling banyak, jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain.

16 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dan citra raga diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,811 dengan p= 0,00 (p<0,01), dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dan citra raga. Hal ini berarti semakin tinggi intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran maka semakin positif citra raga. Sebaliknya semakin rendah intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran maka semakin negatif citra raga. Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa intensitas melakukan bodybuilding mempunyai peranan dalam menciptakan citra raga. Bodybuilding akan membantu membentuk badan yang ideal seperti yang diharafkan subjek sehingga terbentuklah citra raga yang positif. Pria yang melakukan bodybuilding dengan intensitas yang tinggi akan mempunyai citra raga yang positif. Sebaliknya, pria yang melakukan bodybuilding

17 dengan intensitas yang rendah akan mempunyai citra raga yang negatif. Citra raga (body image) yaitu gambaran jasmani atau citra mental seseorang mengenai tubuhnya sendiri (Kartono dan Gulo, 2000). Gambaran terhadap tubuh, menurut Slade, untuk menyatakan suatu penampilan tubuh yang mencakup ukuran, keadaan atau kondisi, dan bentuk tubuh (Gardner, 1996). Citra raga yang dipengaruhi oleh intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran akan mengakibatkan dua hal yaitu dengan intensitas melakukan bodybuilding yang tinggi maka terbentuklah citra raga yang positif dan dengan intensitas melakukan bodybuilding yang rendah maka terbentuklah citra raga negatif. Hasil uji linearitas hubungan variabel intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga diperoleh hasil F = 84,646 dengan p= 0,000 (p< 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga bersifat linier atau mengikuti garis lurus. Adanya hubungan positif antara intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga mengungkapkan bahwa intensitas melakukan bodybuilding merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap citra raga pada pria di pusat kebugaran. Bodybuilding merupakan olahraga yang difokuskan pada pembentukan tubuh. Ketiga aspek dalam

18 bodybuilding yaitu: latihan, nutrisi, dan pemulihan yang dilakukan dengan teratur dan berkesinambungan akan tercapailah tubuh ideal seperti harapan masing-masing orang. Jika seseorang memiliki intensitas yang tinggi dalam melakukan bodybuilding maka dia akan memiliki citra raga yang positif. Sebaliknya, intensitas melakukan bodybuilding yang rendah akan menjadikan seseorang memiliki citra raga yang negatif.. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel citra raga subjek penelitian mayoritas berada pada tingkat tinggi yaitu 57,5 %, sementara pada variabel intensitas melakukan bodybuilding mayoritas berada pada tingkat tinggi juga yaitu sebesar 52,5 %. Subjek yang mengisi kuisioner berada pada tingkatan usia antara tahun. Menurut Monks.,dkk (1988), usia di bawah 40 tahun masih senang mencoba dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencari dan mempertahankan eksistensi diri. Sehingga para subjek rata-rata mempunyai intensitas melakukan bodybuilding yang tinggi. Sesuai pendapat Hurlock (1993), bahwa kekuatan dan penampilan fisik menjadi prioritas utama individu dengan usia di bawah 40 tahun. Hal ini yang mengakibatkan banyak subjek memiliki citra raga tinggi karena usia mereka masih berada di bawah 40 tahun. Sesuai dengan karakteristik subjek yang mempunyai rentang usia antara tahun.

19 Intensitas melakukan bodybuilding berada pada tingkat tinggi dengan prosentase sebesar 52,5%. Hasil yang didapatkan dari data penelitian setelah menyebarkan kuisioner sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti di Pusat Kebugaran. Tingginya intensitas melakukan bodybuilding pada subjek terlihat pada buku presensi untuk mencatat kedatangan per hari dan lembaran buku harian yang mencatat jenis latihan, beban, sets, dan reps untuk setiap kali latihan. Dan hasil observasi menunjukkan bahwa ternyata kebanyakan dari subjek yang melakukan bodybuilding dengan intensitas yang tinggi dilihat dari seringnya kedatangan para subjek per harinya di buku presensi dan aktivitas para subjek yang tercatat di dalam lembaran buku harian. Kontribusi intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran sebesar 65,8 % ini berarti intensitas melakukan bodybuilding memberikan kontribusi sumbangan efektif sebesar 65,8 % terhadap citra raga. Sisanya sebesar 34,2 % adalah faktor lain yang mempengaruhi citra raga namun tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain tersebut dalam Banfield (2006) yaitu, faktor sejarah (historical factor), faktor budaya (cultural factor), faktor sosial (social factor), dan faktor biologis (biologcal factor). Intensitas melakukan bodybuilding berasal dari salah faktor yang mempengaruhi citra raga yaitu faktor individu. Seseorang akan berusaha memperbaiki keadaan raganya jika keadaan

20 raganya tidak sesuai dengan raga ideal seperti harapannya. Sesuai dengan teori kebutuhan Maslow ( Hill, dkk., 1994), setiap kebutuhan membutuhkan suatu pemenuhan, sehingga diperlukan suatu motivasi dan usaha untuk mewujudkan kebutuhan tersebut. Keinginan individu untuk mengubah citra raganya yang tadinya negatif menjadi positif memerlukan motivasi yang kuat dalam melakukan intensitas melakukukan bodybuilding yang tinggi sehingga citra raganya menjadi positif. Motivasi inilah yang merupakan faktor dari individu yang bisa menjadi faktor penyebab berhasil atau tidaknya seseorang melakukan bodybuilding dengan intensitas tinggi sehingga citra raga positif pun terwujud. Peneliti melakukan analisis tambahan untuk sumbangan efektif ketiga aspek intensitas melakukan bodybuilding yaitu latihan, pemulihan, dan nutrisi terhadap citra raga. Berdasarkan hasil analisis regresi, ternyata aspek latihan merupakan yang paling berpengaruh besar sumbangannya terhadap citra raga, dengan prosentase sebesar 61,7%. Sedangkan aspek pemulihan hanya sebesar 4,3% berpengaruh dalam intensitas melakukan bodybuilding terhadap citra raga. Pengisian skala penelitian dilakukan di masing-masing tempat subjek penelitian. Peneliti memberikan kuisioner atau angket per subjek dengan menunggu sampai subjek selesai mengerjakan

21 pernyataan-pernyataan. Hal ini mengakibatkan subjek merasa lebih nyaman berada pada lingkungannya sehingga mempengaruhi hasil penelitian yang menunjukkan tingkat intensitas melakukan bodybuilding subjek termasuk dalam kategori tinggi. Hasil yang diperoleh mungkin tidak sama apabila skala penelitian diberikan pada situasi dan kondisi yang lain. Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu pada waktu melakukan penelitian di lapangan, peneliti memiliki waktu yang sedikit sehingga subjek yang terkumpul untuk penelitian pun hanya berjumlah 40 orang. Selain itu subjek dalam penelitian ini hanya difokuskan pada jenis kelamin pria, sehingga tidak bisa membedakan citra raga antara pria dan wanita. Penelitian intensitas melakukan bodybuilding dan citra raga ini, menggunakan metode kuantitatif sehingga analisis hasil data penelitian kurang mendalam. Kelemahan lainnya yaitu terkait dengan tingginya skor korelasi antara intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga diperoleh hasil dengan F=0,811 dan r=0,000 (r<0,001) yang artinya kedua variabel memiliki mempunyai hubungan positif yang sangat signifikan. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini tidak mungkin terjadi untuk penelitian ilmu sosial.

22 ditarik suatu KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya dapat kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara intensitas melakukan bodybuilding di pusat kebugaran dengan citra raga. Korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r=0,811 dengan p= 0,000 (p<0,001), yang artinya ada

23 hubungan yang sangat signifikan antara intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dengan citra raga. Semakin tinggi intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran, maka semakin positif citra raga. Sebaliknya, semakin rendah intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran, maka semakin negatif citra raga. Hasilnya, hipotesis diterima. Ada hubungan yang positif antara intensitas melakukan bodybuilding di Pusat Kebugaran dengan citra raga. Sumbangan efektif variable intensitas melakukan bodybuilding terhadap citra raga adalah sebesar 65,8%. Artinya, intensitas melakukan bodybuilding berpengaruh terhadap citra raga sebesar 65,8%. Beberapa kelemahan dalam penelitian ini yaitu peneliti hanya memiliki waktu yang singkat dalam menyebarkan angket dan subjek penelitian hanya dari jenis kelamin pria saja. SARAN 1. Subjek Penelitian Untuk subjek penelitian yaitu para pria yang menjadi anggota di Pusat Kebugaran atau Fitness Centre, peneliti memberikan masukan supaya para subjek merubah cara pandang

24 mereka terhadap tubuh. Dan dalam melakukan bodybuilding di pusat kebugaran tidak hanya termotivasi untuk membentuk tubuh yang ideal semata, tetapi lebih memperhatikan kebugaran dan kesehatan tubuh. Selain itu, para subjek diharafkan lebih memperhatikan latihan karena faktor latihan yang paling berpengaruh besar dalam menciptakan citra raga positif dari hasil penelitian ini. 2. Peneliti Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian dengan topic yang sama terutama bodybuilding, agar melihat variable lain selain citra raga yang akan dihubungkan dengan variabel bodybuilding. Atau juga bisa melakukan penelitian dengan membedakan berdasarkan jenis kelamin karena penelitian ini hanya mengambil subjek berjenis kelamin pria. Selain itu, peneliti selanjutnya bisa mencoba menggunakan metode penelitian eksperimen untuk meneliti hubungan antara intensitas melakukan bodybuilding dengan citra raga ini. IDENTITAS PENULIS Nama: Eka Wahyuni S

25 No. Mahasiswa: Alamat rumah: Jl. Cilembang No.44 B, Tasikmalaya, Jawa Barat. No. Tlp. Rumah: (0265)

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO. HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara. Gaya hidup seperti merokok, makan makanan tidak sehat, pola istirahat tidak teratur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol dari beberapa tahapan yang logis. Sedangkan rancangan penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction dan perilaku diet

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction dan perilaku diet BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan korelasi. Penelitian penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada hakekatnya penelitian merupakan wadah untuk mencari kebenaran atau untuk memberikan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Arikunto (006) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian dilakukan kepada 70 karyawan PT. YMMI. Gambaran umum partisipan penelitian merupakan gambaran demografis penyebaran partisipan dilihat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada BAB I Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dipelajari karena pada masa remaja, seorang remaja dihadapkan pada berbagai tantangan dan permasalahan. Salah satu diantara permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Jenis penelitian korelasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bentuk tubuh dan berat badan merupakan persoalan perempuan yang paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa pengaruh besar dalam mendorong

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum peneltian dilaksanakan adalah perlunya memahami orientasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

Lebih terperinci

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode Bab III METODE A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2010) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan strategi yang mengatur latar (setting) penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data dan linear atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan bentuk tubuh satu sama lain seringkali membuat beberapa orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Variabel tergantung : intensi berwirausaha 2. Variabel bebas : modal psikologis

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada penderita

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melihat fenomena dan untuk mengukur pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen. Jenis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Asumsi Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan Product Moment Pearson, maka dilakukan uji asumsi normalitas dan linearitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh

Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. La tar Belakang Masalah Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angkaangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Persiapan Penelitian Peneliti mempersiapkan penelitian dengan mencari alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur penyesuaian diri dan self-esteem serta mencari subjek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK Oleh: Amalia Gia Puspita Fuad Nashori PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka,

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka, 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi kuantitatif, dimana pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, sehubungan dengan itu peneliti menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, sehubungan dengan itu peneliti menggunakan rancangan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penerapan suatu metode yang digunakan dalam penelitian merupakan faktor penting, kesalahan dalam menetapkan suatu metode akan memberikan akibat pengambilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)Psikologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. DESKRIPSI SUBJEK Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor brand image dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Sugiyono (2012) menyatakan bahwa variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa. berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa. berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN TIPE MOTIVASI DALAM MELAKUKAN OLAHRAGA KEBUGARAN DI FITNESS CENTRE PADA WANITA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN TIPE MOTIVASI DALAM MELAKUKAN OLAHRAGA KEBUGARAN DI FITNESS CENTRE PADA WANITA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN TIPE MOTIVASI DALAM MELAKUKAN OLAHRAGA KEBUGARAN DI FITNESS CENTRE PADA WANITA Oleh : ANANDA RIZKA RAHMANIA MIRA ALIZA R. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Konsep Diri dan. Skala Motivasi Berprestasi

LAMPIRAN A. Skala Konsep Diri dan. Skala Motivasi Berprestasi 96 LAMPIRAN A Skala Konsep Diri dan Skala Motivasi Berprestasi 97 Instrumen Penelitian Variabel Skala X A. Blue Print ASPEK INDIKATOR AITEM NO F/U 1. Kondisi Pandangan 1. Saya mampu hidup mandiri 1 F yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN Oleh: HANDINI IKA PRATIWI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek, hasil uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diprediksi memiliki hubungan. A. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi

Lebih terperinci

Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal

Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal Disusun oleh : Rani Pratiwi Istifarah 17513285 Dosen pembimbing : Desi Susianti, S. Psi., M.Si. Universitas Gunadarma Jakarta 2016

Lebih terperinci

Journal of Social and Industrial Psychology

Journal of Social and Industrial Psychology JSIP 1 (1) (2012) Journal of Social and Industrial Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MINAT MELAKUKAN PERAWATAN WAJAH PADA PRIA Hana Nor Hanifah Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 28,6% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta BPS, Proyeksi

BAB I PENDAHULUAN. 28,6% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta BPS, Proyeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak cara yang dilakukan manusia agar mendapatkan bentuk tubuh yang sempurna. Tubuh yang sempurna merupakan dambaan bagi setiap manusia, apalagi terhadap

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. teori-teori yang ada melalui pengukuran variabel-variabel dengan prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. teori-teori yang ada melalui pengukuran variabel-variabel dengan prosedur BAB III METODE PEELITIA A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian sebagai beberapa langkah untuk melakukan pelatihan ataupun metode-metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian. Rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang mana kuantitif sendiri diartikan sebagai sebuah metode yang digunakan untuk menguji teori tertentudengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Survei (metode survei). Kasiram (2008) dalam bukunya Metodologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Profil Responden Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji coba terpakai, yaitu pengambilan data dilakukan satu kali yang digunakan untuk uji alat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEPIAN PADA JANDA YANG DITINGGAL MATI PASANGANNYA SKRIPSI. Guna Memenuhi Persyaratan. Sarjana Psikologi.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEPIAN PADA JANDA YANG DITINGGAL MATI PASANGANNYA SKRIPSI. Guna Memenuhi Persyaratan. Sarjana Psikologi. HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEPIAN PADA JANDA YANG DITINGGAL MATI PASANGANNYA SKRIPSI Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi Oleh: Rospita Afriyanti (031301089) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Sedarmayanti & Hidayat, 2002). dapat digunakan untuk pemecahan masalah (Azwar, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. (Sedarmayanti & Hidayat, 2002). dapat digunakan untuk pemecahan masalah (Azwar, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian termasuk dalam metode ilmiah (the method of scientific) adalah suatu cara mencari dan mengungkapkan kebenaran dengan ciri objektivitas, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel penelitian memiliki beberapa jenis, pada peneltian ini jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Penelitian dengan teknik komparatif yakni jenis penelitian yang bertujuan membandingkannya dengan melihat persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI. Naskah Publikasi

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI. Naskah Publikasi HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI Naskah Publikasi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel

Lebih terperinci

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik khusus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: a) jenis penelitian. b) Identifikasi variabel penelitian, c) Defenisi oprasional penelitian, d) populasi dan teknik pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendektan kuantitatif, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan pola pendekatan kuantitatif. Sebagaimana Arikunto (006, hal. 1) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan deskriptif korelasional. Penelitian dengan pendekatan kuatitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Malang merupakan perusahaan listrik negara yang bertugas menyediakan tenaga listrik bagi

Lebih terperinci