IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEMBELAJARAN. Oleh: Asih Andriyati M. (S ) Dian Permatasari K.D. (S ) Heni Wulandari (S )
|
|
- Susanti Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEMBELAJARAN Oleh: Asih Andriyati M. (S ) Dian Permatasari K.D. (S ) Heni Wulandari (S ) Program Studi Teknologi Pendidikan Pascassarjana UNS Abstract Instructional design starts with the identification of needs/ problems learning. In the identification of the need to identify six issues, including identification of normative, comparative, felt, Expressed, autisipated and critical accident. In addition, there are also steps in the identification of learning needs, the beginning stages of planning, data collection, data analysis, making the final report. The general objective of identifying learning needs consists of three areas, namely the cognitive, spikomotorik, and affective. Key word: Intructional, need, identification, cognitive, spikomotorik, affective. 1. Pendahuluan Proses pembelajaran merupakan proses yang telah diatur dengan langkah-langkah tertentu untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam pembelajaran di dalamnya terdapat pendidik, metode, strategi, peserta didik, dan masih banyak yang lainnya. Proses pembelajaran sendiri memiliki tujuan supaya terjadi perubahan perilaku pada peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya sinergisitas antara pendidik, metode, strategi, dan peserta didik serta komponen yang lainnya. Akan tetapi pada kenyataannya dalam proses pembelajaran sinergisitas tersebut tidak terjadi, sehingga terjadi kesenjangan antara kondisi yang terjadi dengan kondisi yang diharapkan.
2 Kesenjangan yang terjadi dapat diidentifikasikan menjadi dua kategori, yaitu faktor penyebab kurangnya tenaga pendidik dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku. Faktor kedua, penyebab sarana dan prasarana, keuangan, sistem, dan prosedur kerja dalam menejemen dan lainlain. Kesenjangan di atas terjadi karena tidak adanya kesesuaian keaadaan yang terjadi dengan keadaan yang diharapkan. Misalnya dalam dunia pendidikan kejuruan. Salah satu tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dan program keahlian yang dipilihnya. Akan tetapi, pada realitasnya tidak semua output terserap dalam dunia usaha atau industri. Berdasarkan masalah di atas maka diperlukan adanya pemecahan masalah dengan mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran. Oleh karena itu, di dalam artikel singkat ini akan dibahas tentang identifikasi kebutuhan pembelajaran, langkah-langkah analisis kebutuhan pembelajaran, dan tujuan umum dari analisis kebutuhan pembelajaran. 2. Identifikasi Kebutuhan Pembelajaran A. Konsep Kebutuhan Pembelajaran Langkah awal yang dilakukan dalam mendesain pembelajaran yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran terlebih dahulu ketika mengalami masalah tentang pembelajaran. Kebutuhan itu muncul karena adanya kesenjangan realitas/ keadaan saat ini yang tidak sesuai dengan keadaan yang diharapkan. Kebutuhan memiliki makna yang berbeda dengan keinginan. Seperti yang dipaparkan di atas bahwa kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya. Kesenjangan inilah yang nantinya akan memunculkan sebuah masalah. Di sisi lain, keinginan memiliki makna harapan yang dicita-citakan.
3 M. Atwi Suparman (2012: 120) mengatakan bahwa proses mengidentifikasi kebutuhan dimulai dari mengidentifikasi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang diharapkan kemudian dilanjutkan sampai proses pelaksanaan pemecahan masalah dan evaluasi terhadap efektifitas dan efisiensinya. Hal tersebut tentu juga berlaku terhadap identifikasi kebutuhan pendidikan yang dimulai dari identifikasi keadaan yang terjadi pada proses pelaksanaan pembelajaran dengan keadaan yang diharapkan pada pembelajaran, dilanjutkan dengan proses pelaksanaan pemecahan masalah yang terjadi dalam pembelajaran dan evaluasi terhadap efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Morrison, Ross, dan Kemp (2007: 32) mengatakan bahwa terdapat empat fungsi di dalam identifikasi kebutuhan, yaitu sebagai berikut: 1) Identifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan, yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran. 2) Mengidentifikasi kebutuhan yang mendesak terkait dengan masalah finansial, keamanan atau masalah lain yang mengganggu lingkungan pendidikan. 3) Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan. 4) Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran. Lebih lanjut Morrison, Ross, dan Kemp (2007: 33) menambahkan bahwa terdapat enam tipe/ cara yang digunakan untuk merencanakan dan menganalisis kebutuhan, enam cara tersebut yakni sebagai berikut. a) Kebutuhan normative : Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, Ebtanas, UMPTN, dan sebagainya. b) Kebutuhan komparatif : Membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SMP A dengan SMP B. c) Kebutuhan yang dirasakan : Hasrat atau keinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Cara terbaik untuk menidentifikasi hasil tugas.
4 d) Kebutuhan yang diekspresikan : Kebutuhan yang mampu diekspresikan seseorang dengan tindakan, misal siswa ingin lebih pandai dalam bahasa Inggris maka ia mengikuti kursus bahasa Inggris. e) Kebutuhan masa depan : Mengidentifikasikan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang, misal penerapan strategi baru dalam pembelajaran. f) Kebutuhan Insedentil yang mendesak : Adanya masalah yang yang terjadi di luar dugaan, misal banjir, gempa bumi, dll. Identifikasi kebutuhan pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh pendidik (yang di dalamnya terdiri dari pengajar dan pengelola progam pendidikan), dan orang tua atau masyarakat. Akan tetapi, identifikasi kebutuhan pembelajaran juga bisa dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Jadi, ada tiga kelompok orang yang dapat dijadikan informasi dalam mengidentifikasi kebutuhan intruksional, yakni peserta didik, masyarakat (wali murid) dan pendidik. Ketiga kelompok ini memiliki hubungan kerja sama dan partisipasi dalam mengidentifikasi kebutuhan pendidikan. Hubungan kerja sama ketiga kelompok ini dapat digambarkan dalam bentuk segitiga dibawah ini. Kompetensi yang Diharapkan Dicapai Peserta Didik/ Lulusan Pendidik Masyarakat yang akan dilayani Atau pengguna lulusan Masuk
5 Gambar 1. Hubungan Kerja Sama dan Partisipan Tiga Mitra dalam Mengidentifikasi Kebutuhan Instruksional dan Pembangunan Kurikulum (Modifikasi dari Harles 1975 dalam M. Atwi Suparman 121: 2012) B. Melakukan Identifikasi Kebutuhan Ada empat tahap dalam melakukan analisa kebutuhan, yakni perencanaan (Planning), pengumpulan data (Collecting data), analisis data (Analyzing data), dan menyiapkan laporan akhir (Preparing the final report). (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007: 36). Perencanaan, kegiatan pembelajaran yang baik selalu berawal dari perencanaan yang matang. Perencaan yang matang akan memberikan hasil yang optimal dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai subjek pembuat perencanaan pembelajaran harus mampu membuat progam pembelajaran sesuai dengan metode dan strategi yang akan digunakan. Dalam tahapan perencanan ini, hal yang perlu dilakukan yakni, menyiapkan atau membuat klasifikasi siswa, kemudian menentukan siapa saja yang akan terlibat dalam kegiatan, dan membuat cara mengumpulkan data. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara kuisioner, rangking, interview, kelompok diskusi kecil, dan lain-lain. Pengumpulan data, hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data yakni besar kecilnya sampel dalam penyebarannya. Analisa data, setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis data dengan pertimbangan ekonomi, rangking, frekuensi, dan kebutuhan. Membuat laporan akhir, dalam sebuah laporan kebutuhan pembelajaran mencakup empat bagian, yakni analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, serta rekomendasi yang terkait dengan data. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut.
6 Planing Target Audienc e Strateg y Analysis Particip ants Collecti ng Data Sampel Size Schedul ing Data Analysis Analysis Prioritiz ation Final Report Purpose Process Result Action Gambar 2. Tahapan Analisis Kebutuhan (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007: 37) 3. Langkah-langkah Identifikasi Kebutuhan Pembelajaran Menurut M. Atwi Suparman (2012) ada 8 langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran sebagai berikut: Langkah pertama, Mengidentifikasi Kebutuhan Instruksional, ini merupakan titik tolak dan sumber bagi langkah-langkah berikutnya. Oleh karena itu, kebingungan yang terjadi dalam langkah permulaan ini akan menyebabkan seluruh kegiatan pengembangan instruksional kehilangan arah. Pada langkah ini dikemukakan prosedur mengidentifikasi kebutuhan instruksional, dan berhenti setelah diperoleh prilaku umum yang perlu diajarkan pada siswa. Setelah dilakukan analisis kebutuhan instruksional dilanjutkan dengan perumusan Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau dikenal dengan istilah Kompetensi Dasar (KD). Perumusan TIU dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari analisis kebutuhan instruksional.
7 Langkah kedua, yaitu melakukan analisis instruksional. Kegiatan ini menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku yang lebih kecil atau spesifik serta mengidentifikasi hubungan antara perilaku spesifik yang satu dengan yang lainnya. Keterampilan melakukan analisis instruksional ini sangat penting artinya bagi kegiatan instruksional, karena pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional. Dengan demikian, guru jelas melihat arah kegiatan instruksionalnya secara bertahap menuju pencapaian TIU. Ini berarti guru terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU. Langkah ketiga adalah mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa. Dalam langkah ini dikemukakan pendekatan menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem instruksional atas dasar keadaan siswa tersebut. Oleh karena itu, langkah ini merupakan proses mengetahui prilaku yang dikuasai siswa sebelum mengikuti pelajaran, bukan untuk menentukan prilaku prasyarat dalam rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti pelajaran. Konsekuensi yang digunakan ini adalah : titik mulai suatu kegiatan instruksional tergantung kepada prilaku awal siswa. Hal ini sangat penting karena mempunyai implikasi terhadap penyusunan bahan belajar dan sistem instruksional. Langkah keempat adalah merumuskan/menuliskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi prilaku dan karakteristik awal siswa adalah menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk Tujuan Instruksional Khusus(TIK). Merumuskan TIK harus menggunakan empat komponen secara lengkap ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). TIK menjadi dasar dalam menyusun kisi-kisi tes, dan merupakan alat untuk menguji validitas isi tes. Metode instruksional yang dipilih juga berdasarkan prilaku yang ada dalam TIK. Langkah kelima adalah menuliskan tes acuan patokan yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai
8 tujuan instruksional. Hasil pencapaian siswa ini juga merupakan petunjuk sejauh mana tingkat keberhasilan sistem instruksional yang digunakan. Menulis tes acuan patokan menggunakan tabel spesifikasi atau kisi-kisi sederhana agar dapat memenuhi kebutuhan seorang guru untuk menyusun tes yang konsisten dengan tujuan instruksional, baik yang bersifat kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Langkah keenam adalah menyusun strategi instruksional yang membahas hal-hal tentang bagaimana sebaiknya seorang guru mengatur urutan kegiatan instruksionalnya setiap kali ia mengajarkan suatu bagian dari mata pelajarannya. Stategi instruksional berkaitan dengan metode, media yang digunakan, waktu pelaksanaan, dan berapa besar usaha yang harus dilaksanakan guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional. Langkah ketujuh adalah mengembangkan bahan instruksional berdasarkan strategi intruksional dan tes yang telah disusun. Bahan instruksional dapat dikembangkan sesuai dengan bentuk kegiatan intruksionalnya. Seluruh bahan instruksional tersebut dikembangkan melalui proses yang sistematis atas dasar prinsip belajar dan prinsip intruksional, yaitu dapat berupa: pengembangan bahan belajar mandiri, pengembangan bahan pengajaran konvensional, dan pengembangan bahan PBS (Pengajar, Bahan, Siswa). Langkah kedelapan adalah mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dapat didefinisikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kulitas program instruksional. Oleh karena itu langkah ini membahas cara mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif terhadap bahan instruksional yang telah didesain. Faktor yang dievaluasi adalah pelaksanaan kegiatan intruksional dengan menggunakan bahan belajar, pedoman pengajaran, pedoman siswa, dan tes. Berbeda dengan M. Atwi Suparman, Dick, Carey & Carey juga menyusun langkah-langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar bagan berikut ini.
9 Gambar: Desain Pembelajaran model Dick, Carey & Carey (2009) 1. Identifikasi tujuan pembelajaran khusus Langkah pertama yang dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran ini, adalah menentukuan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki peserta didik setelah menempuh program pembelajaran. Hal ini kompetensi yang harus dimiliki peserta didik adalah pemahaman tentang materi perkuliahan. 2. Analisis instruksional Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang relevan dan diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi. Antara lain pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran..
10 3. Analisis peserta didik dan konteks Selanjutnya analisis terhadap karakteristik pesertadidik yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Analisis konteks meliputi kondisi-kondisi terkait dengan ketrampilan yang dipelajari peserta didik dan situasi tugas yang dihadapi peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari, sedang analisis karakteristik peserta didik adalah kemampuan aktual yang dimiliki peserta didik. 4. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus Dengan dasar analisis instruksional tersebut, maka dirumuskan tujuan pembelajaran khusus yang akan menjadi harapan/ gambaran dari perilaku peserta didik setelah menerima pelajaran. Dalam pengembanganya tujuan pembelajaran khusus/ indicator ini adalah perubahan perilaku pengetahuan mengenai materi perkuliahan. 5. Mengembangkan alat penilaian Alat penilaian ini menjadi salah satu feedback dalam pembelajaran untuk mengetahui ketercapain tujuan dan kompetensi khusus yang telah dirumuskanya. Dalam pengembangnya alat evaluasi ini adalah performance peserta didik setelah menerima pelajaran. Apakah tingkat pemahaman peserta didik meningkat atau tidak. 6. Mengembangkan strategi pembelajaran Strategi pembelajaran yang dipilih adalah strategi pembelajaran yang dapat dijadikan jembatan/ media transformasi apakah mendukung ketercapaian kompetensi yang telah dirumuskan. 7. Pengembangan bahan ajar Dalam langkah ini, pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran/ kompetensi yang telah dirumuskan, serta disesuaikan dengan strategi pembelajaran yang digunakan.. 8. Merancang evaluasi formatif Setelah draft rancangan tentang program pembelajaran selesai dikembangkan, maka evaluasi formatif ini berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data kekuatan dan kelemahan program pembelajaran yang telah dirancang. Model
11 ini dikembangkan dengan menguji cobakan pada kelas kelompok kecil misalnya 2 atau 3 peserta didik atau 10 orang peserta didik dalam diskusi terbatas. 9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran Langkah ini dilakukan setelah mendapatkan masukan dari evaluasi formatif terhadap draf program.pada langkah ini, tidak hanya mengevaluasi terhadap draf program saja, akan tetapi pada semua system pembelajaran mulai dari analisis instruksional sampai evaluasi formatif. 10. Melakukan evaluasi sumatif Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak terhadap program pembelajaran yang telah dirancang, setelah program tersebut dilakukan evaluasi formatif dan dilakukan revisi-revisi terhadap produk, maka evaluasi sumatif dilakukan. Morrison, Ross & Kemp (2007 :29) menyatakan bahwa ada delapan langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran, ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut. Gambar Model DesainPembelajaran dalam Morrison, Ross & Kemp 2007 :29.
12 Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah, yaitu sebagai berikut. a) Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya; b) Menganalisis karakteristik peserta didik, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain; c) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolok ukur perilaku peserta didik; d) Menentukan isi materi pelajar yang dapat mendukung tiap tujuan; e) Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang peserta didik dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik; f) Memilih aktivitas dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi pembelajaran, jadi peserta didik akan mudah menyelesaikant ujuan yang diharapkan; g) Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran; h) Mengevaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. 4. Tujuan Pembelajaran Umum dari Hasil Analisis Kebutuhan Pembelajaran. Dari kegiatan mengidentifikasi kebutuhan instruksional diperoleh jawaban bahwa penyelesaian masalah kesenjangan antara keadaan saat ini dengan yang diharapkan adalah penyelenggaraan pembelajaran. Tujuannya adalah tercapainya kompetensi yang tidak pernah dipelajari oleh peserta atau belum dilakukan dengan baik oleh peserta didik.
13 Bloom (1956) membagi tujuan pendidikan menjadi 3 kawasan menurut jenis kemampuan yang tercantum didalamnya, antara lain : a. Tujuan dalam kawasan kognitif yaitu tujuan yang mempunyai titik berat kemampuan berpikir atau ingatan. Dalam kawasan kognitif ini,tujuan pendidikan dibagi menjadi enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam jenjang itu bersifat hirarkikal dimulai jenjang yang paling bawah yaitu pengetahuan sampai ke jenjang yang paling tinggi, yaitu evaluasi. Artinya Jenjang yang di bawahnya itu harus dicapai lebih dahulu agar dapat mencapai diatasnya. Secara singkat setiap jenjang taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan kognitif tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Pengetahuan Pengetahuan meliputi perilaku-perilaku (behaviors) yang menekankan mengingat (remebering) seperti mengingat ide dan fenomena atau peristiwa. 2) Pemahaman Pemahaman meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpulkan, atau mengekstrapolasi ( memperhitungkan) konsep dengan menggunakan kata-kata atau simbol-simbol lain yang dipilhnya sendiri. Dengan kata lain, pemahaman meliputi perilaku yang menunjukkan kemampuan peserta didik dalam menangkap pengertian suatu konsep. 3) Penerapan Penerapan meliputi penggunaan konsep atau ide, prinsip, teori, prosedur, atau metode yang telah dipahami peserta didik ke dalam praktik memecahkan masalah atau melakukan suatu pekerjaan.
14 Hal ini dimaksudkan yaitu untuk menghasilkan peserta didik yang mampu bekerja dengan menerapkan teori yang telah dipelajarinya. 4) Analisis Analisis meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (break down) konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan hubungan antar bagian-bagian tersebut. 5) Sintesis Sintesis berkenaan dengan kemampuan menyatukan bagian-bagian secara integritasi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada. 6) Evaluasi Kemampuan mengevaluasi berarti membuat penilaian (judgement) tentang nilai (value) untuk maksud tertentu. Karena membuat penilaian maka prosesnya menggunakan kriteria atau standar untuk mengatakan sesuatu yang dinilai tersebut seberapa jelas, efektif, ekonomis, atau memuaskan. Proses evaluasi melibatkan kemampuan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sisntesis. Gage dalam bukunya The Conditions of Learning (1985) mengemukakan tiga macam kapabilitas (capabilities) manusia sebagai hasil belajar kognitif, satu macam hasil belajar ketrampilan gerak (motor skills), dan satu macam hasil belajar sikap (attitudes) Ketiga kapabilitas atau kemampuan dalam kawasan kognitif tersebut adalah ketrampilan intelektual (intellectual skills), informasi verbal (verbal information), dan strategi kognitif (cognitive startegies).
15 1) Ketrampilan Intelektual Ketrampilan intelektual adalah hasil belajar yang meliputi cara (knowing how) atau pengetahuan yang bersifat prosedural (procedural knowledge) Ketrampilan intelektual dapat dibagi menjadi empat subkategori yang lebih sederhana. a. Subkategori konsep (Concepts) Konsep adalah bagian dari sesuatu yang oleh Gagne disebut rule b. Diskriminasi (Discrimintaions) Diskriminasi adalah kemampuan membedakan antara satu konsep dengan konsep lain. Misalnya membedakan bentuk benda yang segitiga dan yang bulat atau membedakan konsep tujuan instruksional dengan proses instruksional. c. Rules Tingkat yang Lebih Tinggi (Higher Order Rules) Rules Tingkat yang Lebih Tinggi adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep yang lebih kompleks pada situasi yang bervariasi yang biasanya diperoleh dari belajar tentang pemecahan masalah. d. Prosedur (procedure) Prosedur adalah rangkaian dari beberapa rules dalam bentuk urutan kegiatan. 2) Informasi Verbal (Verbal Information)
16 Informasi verbal adalah kemampuan menjelaskan secara verbal tentang sesuatu yang dipelajari baik berbentuk fakta, prinsip, maupun penggunaan rules. 3) Strategi Kognitif (Cognitive Startegies) Startegi kognitif merupakan keterampilan yang terorganisasi secara internal. Terminologi lain yang digunakan para ahli adalah perilaku yang dikelola sendiri (self-management behavior). Kemampuan strategis menyangkut bagaimana cara mengingat, dan cara belajar berpikir tanpa terikat pada amteri yang dipelajari atau dipikirkan. Kawasan afektif menurut Krathwohl, Bloom, dan Maisa dibagi menjadi lima jenjang, dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Penerimaan meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut. 2) Pemberian respon meliputi sikap ingin merespons terhadap sistem, puas dalam memberi respon. 3) Penilaian meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai, dan memeberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu. 4) Pengorganisasian meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan. 5) Karateristik meliputi perilaku secara terus-menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya. b. Tujuan dalam kawasan psikomotorik, Tujuan dalam kawasan psikomorik yaitu tujuan yang mempunyai fokus ketrampilan melakukan gerak fisik. Anita J. Harrow (1977)
17 membagi kawasan peikomotorik menjadi 6 tingkat,yaitu gerak refleks (reflex movements), gerak fundamental dasar ( basic-fundamental movements), kemampuan perseptual (perceptual abilities), gerak terampil (skilled movements), dan komunikasi wajar (non-discursive comunication). c. Tujuan dalam kawasan afektif, yaitu tujuan yang berintikan kemampuan bersikap seperti menerima tata nilai,merespon tata nilai, mengorganisasikan tata nilai yang sesuaibagi dirinya dan menerapkan seluruh tata nilai yang telah diorganisasikannya dalam kehidupan seharihari sehingga menjadi karakter dirinya. Tujuan instruksional dalam kawasan manapun harus dirumuskan dalam kalimat dengan kata kerja dan operasional serta menunjukkan kegiatan yang dapat dilihat. 1) Pertama orang yang belajar, yang dimaksud adalah peserta didik, bukan pengajar atau bukan orang lain. Tujuannya harus berorientasi kepada peserta didik. 2) Istilah yang digunakan adalah akan dapat bukan dapat atau sudah dapat karena tujuan itu dirumuskan sebelum peserta didik mulai belajar serta tujuan tersebut akan dicapai setelah proses belajar. Dan yang akan menunjukkan hasil belajar bukan proses belajar. 3) Kata kerja dalam tujuan instruksional haruslah berbentuk kata klerja aktif dan dapat diamati, seperti menyusun, menggunakan, atau mendemonstrasikan. 4) Tujuan instruksional yang berupa kata kerja dan objek adalah perilaku (behavior) yang diharapkan dikuasai peserta didik pada akhir proses belajarnya. Itulah sebabnya tujuan instruksional sering disebut tujuan yang bersifat perilaku (behavioral objective) karena akan ditampilkan sebagai kinerja peserta didik setelah proses belajar.
18 5. Penutup Langkah awal yang dilakukan dalam mendesain pembelajaran yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran terlebih dahulu ketika mengalami masalah tentang pembelajaran. Kebutuhan itu muncul karena adanya kesenjangan realitas/ keadaan saat ini yang tidak sesuai dengan keadaan yang diharapkan. Untuk mengidentifikasi kebutuhan perlu dilakukan langkah-langkah identifikasi. Tujuan umum dari identifikasi kebutuhan pembelajaran sendiri mencakup tiga kawasan, yakni kawasan kognitif, spikomotorik, dan efektif. Ketiga kawasan tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda. Meskipun tujuannya berbeda, ketiga kawasan tersebut harus dirumuskan dalam kalimat dengan kata kerja dan operasional serta menunjukkan kegiatan yang dapat dilihat. Daftar Pustaka Dick, Carry & Carry The Sistematic Design Of Instruction. Upper Saddle River, New Jersey, Columbus, Ohio. M. Atwi Suparman Desain Intruksional Modern. Jakarta: Erlangga. Morrison, Ross, & Kemp Designing Effective Instruction Fifth Edition. USA: John Wiley and Sons, inc.
Tugas2_PT206B_
Analisis pembelajaran Menurut M. Atwi Suparman (2001 : 63) kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama. Morrison (2001: 27), mengatakan
Lebih terperinciTugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo Imanuela Caesarona Thenu Kebutuhan Pembelajaran
Tugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo 702011010 2. Imanuela Caesarona Thenu 702011039 Kebutuhan Pembelajaran Morrison (2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut:
Lebih terperinciMELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN. Pendahuluan
TUGAS II PERENCANAANN PEMBELAJARAN B (PT 206 B) Nama : Barnabas Victor Monim Gregorius Bintang MELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN Pendahuluan Mengapa pembelajaran? Ada beberapa alasan yang melatar belakanginya;
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN DAN ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN
ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN DAN ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN Zaenal Abidin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura,
Lebih terperinciMANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN
Retno Wahyuningsih 1 PENGERTIAN Ranah hasil belajar siswa dikelompokkan sebuah taksonomi Taksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri tertentu. 1 MANFAAT Untuk menentukan
Lebih terperinciSilabus dan RPP. Oleh: Prof. Dr. Mohamad Nur R. Wakhid Akhdinirwanto. Silabus dan RPP PPt Final Plus 1
Silabus dan RPP Oleh: Prof. Dr. Mohamad Nur R. Wakhid Akhdinirwanto Silabus dan RPP PPt Final Plus 1 Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran 1. Kalender Pendidikan 2. Program Tahunan (Prota) 3. Program Semester
Lebih terperinciPUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1 Pengertian Model a. Model adalah seperangkat prosedur yang sistematis untuk mewujudkan suatu proses. b. Proses sistematis
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pendidikan Volume 1 Nomor 2 Edisi Oktober 2016
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN MODEL DICK, CAREY, DAN CAREY (2001) UNTUK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAKRA TIMUR LOMBOK TIMUR Hadi Gunawan Sakti (Dosen Program Studi
Lebih terperinciDISAIN INSTRUCTIONAL (Perencanaan Pembelajaran)
DISAIN INSTRUCTIONAL (Perencanaan Pembelajaran) ardianto Pak sopir!, sebenarnya kami mau diajak kemana? Nga tau? Yang penting JALAN ASUMSI TENTANG DISAIN PEMBELAJARAN 1. Perbaikan tentang kualitas pembelajaran
Lebih terperinciTHE SYSTEMATIC DESIGN OF INSTRUCTION (DESAIN SISTEMATIS INSTRUKSI) Arini Pakistyaningsih, SH., MM.
THE SYSTEMATIC DESIGN OF INSTRUCTION (DESAIN SISTEMATIS INSTRUKSI) The Systematic Design of Instruction Chapter One Arini Pakistyaningsih, SH., MM. A. Model Pendekatan Dick dan Carey Sistem Untuk Merancang
Lebih terperinciYANG DIHARAPKAN KEADAAN SEKARANG KESENJANGAN MASALAH
KEADAAN SEKARANG KESENJANGAN YANG DIHARAPKAN MASALAH PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP PELATIHAN BERSIFAT TEKNIS KEMAMPUAN YANG AKAN DICAPAI atau KOMPETENSI DASAR PESERTA PELAKSANA PENGGUNA HASIL PELATIHAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan. tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan adalah metode penelitian
Lebih terperinciIdentifikasi kebutuhan, análisis pembelajaran dan perumusan tujuan pembelajaran
Tri Haryatmo LPPKS Deskripsi Tugas Dikumpulkan paling lambat tanggal 4 November 2013 pukul 23.00 WIB Buatlah sebuah resume dari semua bahan bacaan yang terdapat pada sub materi ini dalam sebuah paragraf.
Lebih terperinciadalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil
46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama
Lebih terperinciYudha, Pengaruh Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil
109 Pengaruh Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Yudha Popiyanto Email: popiyanto83@gmail.com Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Bahasa
Lebih terperinciKOMPONEN DESAIN INSTRUKSIONAL
KOMPONEN DESAIN INSTRUKSIONAL Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI SISTEM INSTRUKSIONAL Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu system, yaitu menekankan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Dick and
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development dengan menggunakan model pengembangan Dick and Carrey, yaitu suatu proses
Lebih terperinciPERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN Oleh : Budi Tri Siswanto
PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN Oleh : Budi Tri Siswanto (Disampaikan dalam Pelatihan Peningkatan Kemampuan Tenaga Perencana Akademik bagi Dosen STTA Yogyakarta di P3AI UNY 31 Juli-1 Agustus 2008) A. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
Lebih terperinci2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
Lebih terperinciPerencanaan Pembelajaran: Suatu Pengantar
Perencanaan Pembelajaran: Suatu Pengantar Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, S.Pd., M.Pd. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 2013 Pengertian
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN SEMESTER (RPS) Uraian Pokok Bahasan Tiap Pertemuan Pertemuan Tujuan Perkuliahan Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
RENCANA PELAKSANAAN SEMESTER (RPS) Nama Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran SD Kode Mata Kuliah : PSD 6202 SKS : 2SKS Dosen : Unik Ambar Wati, M.Pd Program Studi : S-1 PGSD Waktu Perkuliahan : Semester
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan atau
59 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan atau Research & Development (R&D). Produk yang dikembangkan berupa metode bermain dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN
BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran segala sesuatu hal selayaknya dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Didalam proses belajar mengajar diperlukan metode, pendekatan, tekhnik atau model pembelajaran yang tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal dan nonformal, tak terhindar dari pengukuran (measurement) dan tes. Suatu tes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI
DIKTAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DR. MUKMINAN MUHAMMAD NURSA BAN, M.Pd JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 i KATA PENGANTAR Diktat Perencanaan
Lebih terperinciPERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI
PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI 1. Taksonomi Bloom Bloom dan kawan-kawan membagi tujuan pendidikan ke dalam tiga daerah (domain), yaitu daerah kognitif (cognitive domain),
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang
Lebih terperinciPROGRAM SEMESTER SILABUS RPP
KOMPETENSI INTI / KD MATA PELAJARAN PEKAN EFEKTIF PROGRAM TAHUNAN PROGRAM SEMESTER SILABUS RPP STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STANDAR ISI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR Peraturan pemerintah Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan
Lebih terperinciTUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (WI Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) Abstraksi Seorang pengajar/guru/ Widyaiswara dalam merencanakan pembelajaran
Lebih terperinciMalfreth Adi Lobo Agustina Yansip Kushardjono
Malfreth Adi Lobo 702011080 Agustina Yansip 702011149 Kushardjono 702012608 Tugas 4 : Identifikasi Awal Sikap dan Karakter Siswa Pengalaman belajar merupakan proses yang dinamis dan kompleks dalam keseharian
Lebih terperinciPenulisan Kegiatan Pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Inggris SMP
Penulisan Kegiatan Pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Inggris SMP Rini Fatmawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Rini.Fatmawati@ums.ac.id
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Metode pengembangan
26 III. METODE PENELITIAN A. Desain Pengembangan Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Metode pengembangan produk yang menjadi pedoman dalam penelitian ini diadaptasi dari pengembangan
Lebih terperincibesar haluan negara (GBHN, ) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi reformasi pembangunan dalam rangka penyelamatan dan reformasi kehidupan nasional yang tertera dalam garisgaris besar haluan negara (GBHN, 1999-2004) adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, diagram alir penelitian, instrumen penelitian, teknik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Tujuan pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menyusun silabus mata pelajaran sesuai dengan ketentuan standar isi 2. Mahasiswa dapat menyusun RPP untuk pembelajaran teori Jasa Boga dan Patiseri 3. Mahasiswa dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika
Lebih terperinci1 M O D U L 1 R E G U L A S I D A N K E S E L A R A S A N K U R I K U L U M
1 ACHMAD RIDWAN- Pusat Pengembangan Sumberdaya Akademik UNJ 1 M O D U L 1 R E G U L A S I D A N K E S E L A R A S A N K U R I K U L U M 2 Lihat definisi capaian pembelajaran pada Perpres No. 8 Tahun 2012
Lebih terperinciTugas KB 3 Mengembangkan strategi pembelajaran dan Penyusunan Evaluasi Nama : Jarot Susilo Instansi : LPPKS Indonesia
Tugas KB 3 Mengembangkan strategi pembelajaran dan Penyusunan Evaluasi Nama : Jarot Susilo Instansi : LPPKS Indonesia Deskripsi Tugas Buatlah sebuah resume dari semua bahan bacaan yang terdapat pada sub
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN
240 Menit ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN Penulis : Drs.Bambang Warsita, M.Pd Pengkaji Materi : Dr. Purwanto, M.Pd Pengkaji Media : Dra. Mariana Soemitro Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciPENERAPAN FORMATIVE SUMMATIVE EVALUATION MODEL DALAM PENELITIAN TINDAKAN
PENERAPAN FORMATIVE SUMMATIVE EVALUATION MODEL DALAM PENELITIAN TINDAKAN Farizal Fetrianto (Pendidikan Olahraga, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang) farizalfetrianto@gmail.com Abstrak: Evaluasi sangat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL.PERENCANAAN PEMBELAJARAN SILABUS MATA KULIAH
SIL/PSD 208/8 Revisi: 02 8 Maret 2010 Hal 1 dari 4 SILABUS MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran Kode Mata Kuliah : PSD 208 SKS : 2 Teori,Pratik 0 Dosen : 1.Unik Ambar Wati, M.Pd Program
Lebih terperinciMata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Seni mengajar belajar Ilmu PEMBELAJARAN : Lebih menggambarkan komponen proses dalam kurikulum, terutama pada saat kurikulum sudah diimplementasikan KONSEP SUDUT PANDANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh : Asep Herry Hernawan
PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Oleh : Asep Herry Hernawan A. Pendahuluan Proses pembelajaran merupakan proses yang yang ditata dan diatur sedemikian rupa menurut
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO Nike Rahayu Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciBAB III METODE PENGEMBANGAN. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian dan pengembangan (Research &
BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Model Pengembangan Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian dan pengembangan (Research & Development). Menurut Setyosari (2012:214) penelitian pendidikan dan pengembangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek
Lebih terperinciTugas 2 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo Immanuella Caesarona Thenu
Tugas 2 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo 702011010 2. Immanuella Caesarona Thenu 702011039 Untuk apa kita melakukan analisis pembelajaran? Mengapa pembelajaran? Ada beberapa alasan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang
53 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa pada jenjang sekolah menengah. Metode dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT
8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif
Lebih terperinciConditions of learning
TUGAS MATA KULIAH DESAIN PEMBELAJARAN Dosen : Prof. Dr. Ungsi A.O. Marmai, M,Ed Conditions of learning Oleh : Anny Sovia 51517 KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI
Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 6 Model Pengembangan Pembelajaran Kaitannya Dengan Bahan Ajar MODEL PENGEMBANGAN FOUR-D (4D) Model pengembangan
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Perbandingan Penjabaran Kompetensi Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits
76 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Perbandingan Penjabaran Kompetensi Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits Kelas VIII dalam Bentuk Indikator Pencapaian Kompetensi pada Kelas Religi dan Kelas Excellent
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya
6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan sebuah inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagai inti dari kegiatan pendidikan, proses pembelajaran adalah
Lebih terperinciKOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN
KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (WI Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) ABSTRAKSI Seorang pengajar/guru/ Widyaiswara dalam merencanakan pembelajaran dituntut
Lebih terperinciPengantar belajar gerak Apa itu belajar?
Pengantar belajar gerak Apa itu belajar? Menurut oxendine belajar sebagai : Akumulasi pengetahuan Penyempurnaan dalam suatu kegiatan Pemecahan suatu masalah Penyesuaian dengan situasi yang berubah Belajar
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan
BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan Kontekstual Menurut Trianto (2009) pendekatan kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan di
Lebih terperinciE-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si
E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3 Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2015 KONSEP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada saat ini telah, sedang dan akan memasuki era perdagangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia pada saat ini telah, sedang dan akan memasuki era perdagangan bebas. Era perdagangan bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFTA (Asean Free Trade
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH
DOI: doi.org/10.21009/0305010219 PENGEMBANGAN BUKU FISIKA MULTI REPRESENTASI PADA MATERI GELOMBANG DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH Widya Nurhayati a), Vina Serevina b), Fauzi Bakri c) Program Studi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,
Lebih terperinciSTANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04 07 SEMARANG 2O16 Standar Proses Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Fakultas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang
Lebih terperinciPAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS
PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS Hanafi 1, I Nyoman Sudana Degeng 2, dan Anselmus J.E. Toenlioe 3 Teknologi Pembelajaran
Lebih terperinciUNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA
UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDAHULUAN Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran karena adanya rancangan pembelajaran yang dilakukan dengan baik. Hal ini menjadi kewajiban bagi para guru termasuk
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas
29 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penugasan yang berbasis peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman
Lebih terperinciBagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar
Teknik Pengembangan Bahan Ajar dan Perangkat Pembelajaran oleh: Pujianto *) Disarikan dari Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar, Depdiknas:2006 Mengapa perlu bahan ajar? Siswa memiliki karakteristik
Lebih terperinciKURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI PENDIDIK 2015 1 PPT- 3.4
Lebih terperinciUnit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan
Unit 4 Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak Isniatun Munawaroh Pendahuluan Bahan pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sudah umum digunakan bagi para guru tak terkecuali di tingkat Sekolah
Lebih terperinciDESAIN KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PENGEMBANGAN DIKLAT SISTEMIK MODEL ADDIE)
DESAIN KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PENGEMBANGAN DIKLAT SISTEMIK MODEL ADDIE) DisampaikanpadaPenataranPenyusunanDraft Desain Kurikulum Diklat Manajemen PerkantoranpadaBadanDiklatPropinsiDI
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,
6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Konsep Belajar IPS a. Hakikat Belajar Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model pembelajaran untuk
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran sejarah. Model pembelajaran yang dikembangkan adalah pendekatan inkuiri. Efektifitas
Lebih terperinciEVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA. Kuliah ke-4: Klasifikasi Kemampuan yang Dinilai
EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA Kuliah ke-4: Klasifikasi Kemampuan yang Dinilai 1 TAKSONOMI TUJUAN PENDIDIKAN Kemampuan-Kemampuan Hasil Belajar Domain Kognitif Domain Afektif Domain Psikomotor C1 C2C3 C4 C5C6
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,
Lebih terperinciPenelitian dan Pengembangan R&D
Penelitian dan Pengembangan R&D Content Definisi R & D Konsep Dasar R & D Tujuan R & D Karakteristik R & D R & D dalam penelitian Metode R & D Langkah-Langkah Penelitian R & D Contoh Penelitian R & D Sistematika
Lebih terperinciKeberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu komponen penting dalam mentransformasi pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak dalam pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat penting
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran, oleh karena itu metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action Research
Lebih terperinciBAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR
BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis masalah dengan konflik kognitif untuk meningkatkan hasil belajar
Lebih terperinci