BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada saat ini telah, sedang dan akan memasuki era perdagangan
|
|
- Ari Ridwan Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia pada saat ini telah, sedang dan akan memasuki era perdagangan bebas. Era perdagangan bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003, era persaingan tenaga kerja secara bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFLA (Asean Free Labour Area) tahun 2010, dan era kerja sama ekonomi kawasan asia pasifik atau APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) tahun Era perdagangan bebas merubah kurikulum SMK yang semula menggunakan pendekatan berbasis mata pelajaran (subjek matter), mulai disesuaikan menjadi kurikulum yang berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Dalam perkembangannya kurikulum berbasis kompetensi dievaluasi dan direvisi menjadi kurikulum SMK tahun 2004, yang kemudian pada tahun 2006 diimplementasikan melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan sampai sekarang. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (sekolah). KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, standar kompetensi lulusan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus (Implementasi KTSP SMK, 2008:37). Kurikulum ini pada dasarnya kurikulum berbasis kompetensi yang bersifat otonom dimana pemerintah pusat hanya 1
2 2 memberikan rambu-rambu berupa kompetensi, kompetensi dasar, dan kriteria kinerja, sedangkan selebihnya diserahkan kepada guru dan sekolah sesuai dengan tingkat dan jenjang pendidikan di daerahnya masing-masing. Kurikulum ini merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang mengorientasikan siswa kepada pencapaian standar kompetensi yang sudah ditetapkan. Melalui implementasi kurikulum ini diharapkan akan memperkecil bahkan meniadakan kesenjangan antara tuntutan kompetensi di industri dengan penguasaan kompetensi yang dimiliki siswa. Pencapaian standar kompetensi siswa diharapkan berbanding lurus dengan kemampuan pekerja di industri. Pencapaian kompetensi siswa melalui proses pembelajaran praktikum dipengaruhi banyak faktor diantaranya sarana praktikum (workshop), guru (guru), waktu praktikum, metode pengajaran, kemandirian siswa dan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut terkadang menjadi hambatan untuk siswa dalam mencapai kompetensi yang diinginkannya. Selain sarana praktikum yang harus sesuai standar sarana prasarana (PP19/2005), pemilihan model pembelajaran oleh guru juga menentukan dalam pencapaian kompetensi siswa. Model pembelajaran apa yang seharusnya digunakan untuk pencapaian pengetahuan yang bersifat deklaratif dan model pembelajaran apa yang digunakan untuk pencapain pengetahuan yang bersifat prosedural (procedural knowledge). Ketidaktepatan dalam memilih model pembelajaran bisa menyebabkan waktu pencapaian kompetensi menjadi lebih lama, bahkan tidak tercapainya kompetensi yang diinginkan karena terbatas oleh kalender pendidikan sekolah. Hambatan seperti ini yang biasanya muncul dalam pembelajaran praktikum di SMK-SMK.
3 3 Hasil penelitian pendahuluan di SMK-SMK dengan Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di Kota Bandung menunjukan bahwa siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut masih terdapat beberapa siswa (46%) yang belum mencapai standar kompetensi minimal yaitu 7,0 dari skala 10,0. Berikut data hasil penelitian pendahuluan Tabel 1.1 Data Hasil Pencapaian Kompetensi Siswa pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut No SMK Hasil Pencapaian Kompetensi (%) < 7,0 >7,0 1 A B C (Guru Mata Pelajaran Teknik Pemesinan Lanjut, 2010) Hasil observasi awal dan wawancara dengan para guru dari SMK di Kota Bandung (Lampiran G), didapatkan fakta bahwa siswa yang belum mencapai standar kompetensi minimal tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: penguasaan pengetahuan deklaratif yang kurang, pengetahuan prosedural (procedural knowledge) yang kurang, prosedur kerja yang tidak ditaati (afektif), motivasi kurang, tidak percaya diri dan faktor lainnya Sebagian besar permasalahan siswa dikarenakan kurang mengetahui pengetahuan akan prosedur kerja (procedural knowledge) dan tidak mengikuti prosedur kerja di mesin bubut. Contohnya untuk melakukan pekerjaan membubut alur seharusnya membubut rata terlebih dahulu bukan sebaliknya, sehingga pahat bubut tidak rusak. Contoh lainnya adalah pada saat sebelum membubut rata, pahat bubut rata harus disesuaikan ketinggiannya dengan senter sehingga hasil membubut sesuai standar. Adanya kegagalan-kegagalan tersebut, mengharuskan
4 4 siswa mengulang-ulang proses praktikum sehingga tidak semua kompetensi dapat tercapai dengan baik dikarenakan waktu pembelajaran yang habis dipakai mengulang-ulang proses praktikum. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri yang perlu untuk diselesaikan. Procedural knowledge menurut Alexander et al. (de Jong, 1996:1) adalah...compilation of declarative knowledge into functional units that incorporate domain specific strategies.. Procedural Knowledge diartikan sebagai kompilasi pengetahuan deklaratif menjadi unit-unit fungsional yang menggabungkan domain strategi yang spesifik. Procedural knowledge menurut Anderson et al. (2001: 52) adalah...is the knowledge of how to do something, methods of inquiry and criteria for using skills, algorithms, techiques and methods.. Lebih jauh Basjes (2002:14) mengemukakan bahwa Procedural Knowledge is used as knowledge about how, when and why to do something. Dari definisi Anderson dan Basjes didapatkan bahwa procedural knowledge adalah pengetahuan yang memanifestasikan dirinya dalam melakukan sesuatu dan pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Atau juga sebagai pengetahuan tentang bagaimana, kapan dan mengapa untuk melakukan sesuatu. Model pembelajaran praktikum yang tepat, yang bisa menanamkan procedural knowledge dengan waktu pembelajaran yang efektif sangat dibutuhkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Diantara banyak model pembelajaran, terdapat salah satu model pembelajaran yang menekankan pada praktik yang prosedural untuk mencapai hasil belajar, model tersebut adalah Direct Instruction.
5 5 Model pembelajaran Direct Instruction merupakan salah satu model pembelajaran kelompok sistem prilaku (behavior). Direct instruction dikembangkan oleh Tom Good, Jere Grophy, Carl Bereiter, Ziggy Engleman dan Wes Becker. Beberapa keunggulan terpenting dari Direct Instruction menurut Joyce Bruce (2009:421), adalah: adanya fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi terhadap perkembangan siswa, sistem manajemen waktu, dan atmosfer akademik yang cukup netral. Model Direct Instruction dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Dengan lima tahap aktivitas; yakni orientasi, presentasi, praktek yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan dan praktik mandiri. Penelitian-penelitian mengenai model direct instruction yang telah dilakukan peneliti lain menunjukan bahwa model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran step by step learning. Sementara penelitianpenelitian mengenai procedural knowledge menunjukan bahwa procedural knowledge merupakan pengetahuan yang membantu siswa pada saat melakukan kegiatan praktikum (psikomotorik). Hasil penelusuran pustaka mengenai penelitian-penelitian terdahulu, belum ditemukan adanya penelitian yang meneliti mengenai penerapan direct instruction untuk peningkatan procedural knowledge secara spesifik. Ada juga penerapan direct instruction langsung untuk peningkatan hasil belajar, dan penelitian
6 6 bagaimana procedural knowledge pada suatu kompetensi. Padahal salah satu prinsip dari direct instruction yaitu step by step learning mendekati dari sifat procedural knowledge yang berisi mengenai pengetahuan bagaimana cara melakukan? yang isinya mengenai step by step procces. Berikut penelitianpenelitian mengenai direct instruction dan procedural knowledge. Tabel 1.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu tentang Direct Instruction dan Procedural Knowledge. No Nama Peneliti Judul Thn 1 Nanih Rachanah Pengembangan Model Pengembangan Berorientasi 2010 Konstruktivistik untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akutansi di SMA 2 Ledil Izzah Penerapan Startegi Direct Instruction dalam 2009 Pembelajaran Fiqh 3 Kong Sow Lai The Effect Of Constructivist-Strategies And Direct 2006 Instruction Using Multimedia On Achievment Among Learners With Different Psychological Profiles 4 Syamsuddin Hiro Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Diajar 2006 dengan Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Konvensional 5 Sven Havemann dan Managing Procedural Knowledge 2005 Dieter Fellner 6 Ton de Jong dan Types and Qualities of Knowledge 1996 Monica G. M. Ferguson Hessler Bertolak dari permasalahan yang ada dan dari penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti bermaksud untuk meneliti apakah model direct instruction dapat meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa, dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini dilakukan (konvensional). Penelitian ini dirasa perlu dilakukan karena selain belum ada penelitian sejenis terutama untuk mata pelajaran praktikum, penelitian ini juga akan bermanfaat bagi guru di SMK dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelasnya.
7 7 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah, masalah-masalah yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Dengan model pembelajaran konvensional yang dilaksanakan selama ini, siswa kurang menguasai pengetahuan dasar mengenai materi praktikum dan pengetahuan mengenai prosedur-prosedur kerja (procedural knowledge). 2. Kurang dikuasainya pengetahuan dasar praktikum oleh siswa, menyebabkan ketidak optimalan siswa dalam mempelajari pengetahuan (kompetensi) selanjutnya. 3. Kurang dikuasainya procedural knowledge menyebabkan siswa mengalami kegagalan dalam praktikum, kegagalan tersebut mengakibatkan pemborosan waktu karena siswa harus mengulang praktikum. Waktu yang tersisa tidak cukup untuk mencapai kompetensi dasar lainnya karena terbatas oleh kalender akademik sekolah. 4. Diperlukannya model pembelajaran alternatif yang dapat meningkatkan procedural knowledge siswa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Identifikasi masalah di atas menghasilkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana penerapan model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa di SMK? Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran pada penerapan model pembel-
8 8 ajaran direct instruction dalam meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa di SMK? 2. Bagaimana interaksi antara guru dan siswa pada penerapan model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa di SMK? 3. Bagaimana persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pada penerapan model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa di SMK? 4. Bagaimana persepsi guru dan siswa tentang penerapan model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa di SMK? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh rumusan mengenai langkah-langkah pembelajaran pada penerapan model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa di SMK. 2. Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai interaksi antara guru dan siswa pada penerapan model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa di SMK. 3. Untuk memperoleh rumusan mengenai persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pada penerapan model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa di SMK.
9 9 4. Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai persepsi guru dan siswa tentang model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa di SMK. D. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif dengan metode Quasi Exsperimenal Design. Metode penelitian Quasi Exsperimenal Design menurut Sugiyono (2009:114): Quasi Experimental Design merupakan pengembangan dari True Experimental Design, Quasi Experimental Design mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variablevariabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannnya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan dalam penelitian. Metode Quasi Exsperimenal Design mengharuskan adanya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, untuk kemudian dikomparasikan aspek-aspek yang menjadi variabel penelitiannya. Kelompok eksperimen pada penelitian ini adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan yang menggunakan model pembelajaran direct instruction pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut. Sedangkan kelompok kontrol adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada yang sama dengan kelompok eksperimen. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran di pendidikan kejuruan. Manfaat-manfaat
10 10 tersebut diantaranya: 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu bentuk penerapan model pembelajaran yang mampu meningkatkan procedural knowledge dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran produktif di SMK Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. 2. Bagi siswa, dapat meningkatkan penguasaan procedural knowledge siswa. Penguasaan procedural knowledge merupakan modal bagi siswa mencapai suatu kompetensi, karena langkah-langkah kerja siswa menjadi terstruktur dan diharapkan efektif dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. 3. Bagi guru, bentuk penerapan model pembelajaran hasil penelitian ini dijadikan model alternatif dalam upaya mengantarkan siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. 4. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya pengembangan dan impelentasi KTSP SMK. F. Struktur Organisasi Tesis BAB I. PENDAHULUAN Pendahuluan berisi: Latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kajian Pustaka berisi: teori-teori utama dan teori-teori turunannya dalam bidang yang dikaji, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang
11 11 diteliti serta posisi teoritik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, yang diturunkan dalam sub-judul Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian BAB III. METODE PENELITIAN Metode berisi: lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengujian instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian dan Pembatasan berisi: pengolahan data atau analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan. BAB IV KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Kesimpulan dan Implikasi berisi: penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian, dan implikasi atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan. DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat dengan perkembangan, oleh karena itu perubahan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya sangat diperlukan. Terutama untuk mengantisipasi era globalisasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Pendidikan tidak terlepas dari Kurikulum pendidikan yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha untuk melakukan proses pembelajaran bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan di suatu negara. Pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada saat ini sudah memasuki era persaingan tenaga kerja secara bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFLA (Asean Free Labour Area) semenjak tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, perekonomian, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat dengan perkembangan, oleh karena itu perubahan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (menanya), experimenting (mencoba), associating (menalar), dan networking (membentuk jejaring).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan salah satu unsur sumberdaya pendidikan yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi saat melakukan Program Latihan Profesi (PLP) di SMKN 2 Cimahi pada Mata Pelajaran Teknik Pengendali, terdapat beberapa permasalahan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia kerja, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan masih terbuka namun sangat kompetitif. Hal ini tidak terkecuali dalam dunia kerja pada industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya kehidupan. Perkembangan pendidikan yang seharusnya terjadi tidak lepas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di Indonesia kembali mengalami perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional di Indonesia kembali mengalami perubahan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan menuju era industrialisasi haruslah didukung dengan mutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan menuju era industrialisasi haruslah didukung dengan mutu dan kualitas sumber daya manusianya, karena era industrialisasi identik dengan penguasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terbagi menjadi beberapa jenis, seperti yang tercantum pada penjelasan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 15,
Lebih terperinci2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang dirancang untuk mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya dan mengembangkan
Lebih terperinciUJI BANDING RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 25, NO. 1, APRIL 2017 51 UJI BANDING RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah besar yang saat ini sedang dihadapi oleh pemerintah adalah pengangguran, karena masih lemahnya mutu pendidikan dan mencari lapangan pekerjaan. Kemudian, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebabnya adalah karena dari tahun ke tahun lulusan sekolah, khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Isue tentang mutu sangat deras berkembang di lingkungan pendidikan pada penghujung abad ke-21 terutama di Indonesia sebagai negara berkembang. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-undang No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003) didefinisikan sebagai berikut pendidikan kejuruan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas individu yang mempunyai kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
Lebih terperinciNERIS PERI ARDIANSYAH,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dalam peningkatan kualitas siswa untuk mendapatkan kompetensi keahlian belum dimilikinya. Dalam mendapatkan kompetensi tersebut diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, melalui
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
PERBEDAAN RERATA HASIL BELAJAR BASIS DATA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPLICIT INSTRUCTION DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER JARINGAN KELAS XII SMK PGRI 4 NGAWI Khusnul
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Tujuan pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menyusun silabus mata pelajaran sesuai dengan ketentuan standar isi 2. Mahasiswa dapat menyusun RPP untuk pembelajaran teori Jasa Boga dan Patiseri 3. Mahasiswa dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan merupakan jenjang pendidikan menengah yang dirancang untuk mempersiapkan peserta didik yang siap bekerja pada bidang tertentu. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan dalam bidang kerjasama berbagai produk. Barang jadi di pasaran merupakan produk dari hasil kerjasama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) pada tahun 2003 yang lalu, APEC pada tahun 2010, dan kesepakatan WTO (world trade organization)
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI PRAKTIK DAN KELAYAKAN FASILITAS BENGKEL PEMESINAN TERHADAP PRESTASI PRAKTIK PEMBUBUTAN
Pengaruh Motivasi Praktik (Tri Susetyo) 289 PENGARUH MOTIVASI PRAKTIK DAN KELAYAKAN FASILITAS BENGKEL PEMESINAN TERHADAP PRESTASI PRAKTIK PEMBUBUTAN THE EFFECT OF PRACTICAL WORK MOTIVATION AND MACHINING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada saat ini giat membangun segala sektor pembangunan khususnya sektor industri. Untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA (sains) yang mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran (produk) para ahli dan
Lebih terperinciKONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK
84 KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK Ilham Fahmi 1, Wardaya 2, Purnawan 3 Departemen
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan khususnya sains (IPA) dan teknologi, di satu sisi memang memberikan banyak manfaat bagi penyediaan beragam kebutuhan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari karena belajar merupakan proses alamiah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pendidikan yang terjadi di sekolah tidak terlepas dari proses pembelajaran, yang dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi dan metakognisi yang berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya berkembang sangat pesat. Perubahan yang sangat cepat dalam bidang ini merupakan fakta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Implementasi pembelajaran memasuki era globalisasi tahun 2015, Sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implementasi pembelajaran memasuki era globalisasi tahun 2015, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan berat dalam menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pelayanan kepada pelanggan dengan baik dan benar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Administrasi Perkantoran (AP) merupakan salah satu kompetensi keahlian yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tujuan kompetensi keahlian AP dalam Kurikulum SMK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan salah satu harapan bagi suatu bangsa agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan salah satu harapan bagi suatu bangsa agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan
Lebih terperinciSkripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K
PENAMBAHAN MEDIA BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR KEDUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA N 7 SURAKARTA Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K4303038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB V Kesimpulan
5.1. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal penting yang menjadi kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, yaitu tentang : (1) Pengembangan Perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad 21, perekonomian ditandai dengan globalisasi ekonomi dimana negaranegara didunia menjadi satu kekuatan pasar. Indonesia sebagai negara yang menempati
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN
Studi Kelayakan Sarana (Amirudin) 165 STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN FEASIBILITY STUDY OF FACILITIES AND INFRASTRUCTURE OF MACHINING WORKSHOP AT SMK
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN
Studi Kelayakan Sarana (Amirudin) 1 STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN FEASIBILITY STUDY OF FACILITIES AND INFRASTRUCTURE OF MACHINING WORKSHOP AT SMK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan yang dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga formal yang mengutamakan pada bidang keahlian untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga
Lebih terperinciKONTRIBUSI KOMPETENSI MEMBACA GAMBAR TEKNIK TERHADAP KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN BUBUT SISWA SMK
181 KONTRIBUSI KOMPETENSI MEMBACA GAMBAR TEKNIK TERHADAP KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN BUBUT SISWA SMK Ahmad M. Fahrudin 1, Haryadi 2, Sabri 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinci146 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo. Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN:
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN STAND ALAT PERAGA SISTEM WIPER WASHER GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TKR DI SMK MA ARIF 2 GOMBONG TAHUN 2015/2016 Oleh : Pradipta Yafi Atprivema, Bambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di suatu negara menentukan keberhasilan bagi peserta didik. Hasil belajar yang memuaskan ditentukan oleh kualitas guru, minat belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan suatu bangsa, pendidikan sejarah merupakan suatu wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan bahwa materi pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan manusia yang berkalitas. Manusia berkualitas berarti manusia yang mampu berpikir kritis, logis, kreatif dan inovatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nia Prihatiningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pembelajaran kimia di sekolah seringkali menemui kesulitan. Salah satu kesulitan yang sering ditemui adalah penguasaan konsep siswa yang rendah. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata kuliah otomasi merupakan mata kuliah wajib pada program S-1 Produksi dan Perancangan, Departemen Pendidikan Teknik Mesin. Mata kuliah ini perlu dipelajari mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan baik dan terciptanya kondisi belajar sesuai dengan tujuan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai masalah dalam proses belajar perlu diselaraskan dan distabilkan agar berkembang dengan baik dan terciptanya kondisi belajar sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan bagian dari rumpun sains, karena itu pembelajaran kimia juga merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran sains diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era globalisasi ini. Selain itu, dengan adanya pasar bebas AFTA dan AFLA serta APEC tentu saja telah
Lebih terperinci2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional adalah suatu proses belajar dan pembelajaran yang terencana sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu kearah membina manusia atau anak didik menjadi insan sempurna, dewasa dan berbudaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi perubahan dan permasalahan. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang keahlian ini terdapat jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). memuat materi pengalamatan jaringan dan subnetting.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 pasal 15 menyebutkan bahwa salah satu jenis pendidikan di Indonesia adalah pendidikan kejuruan. Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sebagai bagian dari proses perkembangan manusia untuk mengalami perbaikan-perbaikan dalam kehidupan bermasyarakat, baik melalui pembelajaran, penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas menuntut pendidikan yang mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang berkualitas menuntut pendidikan yang mengembangkan kecerdasan, serta mengembangkan kepribadian, akhlak, dan keterampilan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sedang menghadapi persaingan dunia global, dalam bidang ekonomi, politik, sosial maupun pendidikan, apalagi dengan dimulainya AFTA (Asean Free Trade
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan uji kompetensi merupakan salah satu standar kelulusan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tujuan dari penilaian kompetensi adalah untuk menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Inggris di Sekolah Dasar termasuk ke dalam muatan lokal sebagaimana tercantum di dalam kurikulum KTSP 2006. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari kurikulum berbasis kompetensi. KTSP menuntut agar pembelajaran dilakukan secara konstruktivis, kontekstual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang dirancang untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang dirancang untuk menciptakan lulusan-lulusan yang siap kerja sesuai dengan bidangnya. Hal ini sejalan dengan
Lebih terperinciLAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013
LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013 DASAR HUKUM, RASIONAL PENGEMBANGAN SERTA ELEMEN PERUBAHAN TENTANG KOMPETENSI PEMBELAJARAN, PENILAIAN PEMBELAJARAN DAN RANCANGAN KURIKULUM 2013 Oleh : Intan Mustika Noor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang begitu cepat, mengakibatkan meningkatnya konflik dan kecemasan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, SMK menjadi alternatif untuk melanjutkan pendidikan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: Pendidikan kejuruan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan praktikum di laboratorium merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya mata pelajaran kimia. Kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan perpaduan antara belajar dan mengajar. Seperti tercantum pada Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN WAKTU KERJA TERHADAP HASIL KERJA PADA PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG PEMESINAN BUBUT DI SMK TARUNA MANDIRI CIMAHI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan keterampilan khusus untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi merupakan era perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya pada globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2011: 18).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya, oleh karena itu pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menjadi ahli serta dapat bekerja dalam bidang tertentu. Salah satu
Lebih terperinci2015 PENGUASAAN PENGETAHUAN PEMBUATAN BATIK CAP PADA PESERTA DIDIK SMKN 14 BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenjang pendidikan menengah yang bertujuan untuk mengembangkan aspek keterampilan peserta didik. Keterampilan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Subjek Penelitian 1.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di SMK Pertanian Pembangunan Negeri Cianjur Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan peserta didik melalui suatu pengajaran maupun suatu latihan, guna menyiapkan mereka di masa depan. Pendidikan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika Disusun Oleh
Lebih terperinciPENGOPERASIAN KAMERA DSLR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION
Pembelajaran Direct Instruction (Mega Yuliantika) 1 PENINGKATAN SKILL PENGOPERASIAN KAMERA DSLR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA MATA PELAJARAN KOMPOSISI FOTO DIGITAL SISWA KELAS XI MULTIMEDIA
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : SRI WULANNINGSIH K4308057 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Di dalam kegiatan ini menjadi transfer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa atau guru dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan
Lebih terperinci2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang sekolah menengah yang mengembangkan kemampuan siswanya pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah Menengah
Lebih terperinci2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara, melalui pendidikan yang baik sebuah Negara dapat berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia harus dilaksanakan dengan efektif agar mampu menimbulkan minat dan perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Era pasar bebas Asian yang dimulai pada tahun 2003 yang dikenal dengan AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) akan dimulai, hal ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk mencapai tujuannya. Tujuan mata pelajaran fisika di tingkat
Lebih terperinci