BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex"

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang umumnya mengenai jaringan paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex (MTBC). Penyakit ini dapat mengenai semua umur, klinis bervariasi dari tanpa gejala sama sekali hingga manifestasi berat. M. tuberculosis merupakan salah satu mikroorganisme yang paling berhasil terhadap manusia ditinjau dari dosis infeksitas (1-10 organisme per aerosol), kejadian (menginfeksi 1/3 penduduk dunia), lama (infeksi jangka panjang), kematian (salah satu penyebab kematian terbanyak akibat infeksi), dan mekanisme patologis yang memungkinkan penyebaran per aerosol (Murray et al., 2014) Hingga saat ini ditemukan penurunan kasus TB rata-rata 1% setiap tahunnya, namun demikian penderita TB masih cukup tinggi, yaitu berjumlah 17.1 juta orang. Kasus baru ditemukan sekitar 8.8 juta kasus setiap tahunnya dengan angka kematian sekitar 1.4 juta orang. Indonesia merupakan negara dengan kasus TB terbesar keempat di dunia, dengan kasus baru dan kematian tiap tahunnya. Insiden kasus Basil Tahan Asam (BTA) positif diperkirakan 110 per penduduk. (WHO, 2014; Kemenkes, 2011). 1

2 Pada anak, insiden TB bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya dengan kasus tertinggi di temukan di negara kawasan Sub Sahara, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Kejadian TB pada anak berkisar 10 15% dari total kasus, walaupun pada dasarnya angka ini masih sangat kasar mengingat metoda diagnostik TB anak yang sangat sulit, karena seringkali TB anak tidak menunjukkan gambaran klinis yang jelas. Penelitian di Skotlandia menunjukkan hanya 60% anak yang diobati dengan tuberkulosis yang memperlihatkan gejala klinis. Angka kematian akibat TB berkisar antara 10 20% yang terjadi pada umur kurang dari 15 tahun. (WHO, 2014; Brenan, 2005). Permasalahan dalam penanganan TB adalah karakteristik M. tuberculosis yang sangat unik, seperti pertumbuhan bakteri yang lambat, strain yang sangat bervariasi, pengobatan yang membutuhkan kesabaran pasien karena diperlukan waktu yang lama, adanya strain yang telah mengalami resistensi (Multi Drug resistent of Tuberculosis, MDR-TB), perkembangan HIV/AIDS, adanya infeksi laten yang mencapai 40-50% kasus infeksi, adanya variasi strain, efektivitas vaksin Tuberkulosis yang makin menurun serta metoda diagnosis yang belum optimal (WHO, 2014; Yuen et al., 2014) Analisis terhadap strain M. tuberculosis memperlihatkan adanya beberapa strain utama, yaitu East African-Indian (EAI), Beijing, Haarlem, Latin American and Mediterranean (LAM), Central Asian (CAS), subspesies Eropa dengan jumlah kopi IS6110 yang sedikit (sub famili X) dan sub spesies yang belum terdefinisi dengan baik (sub famili T). (Filliol et al., 2003; Wirth et al., 2008). Di Indonesia, M. tuberculosis strain Beijing merupakan kelompok terbesar dibanding strain lain, 2

3 berkisar antara % (Parwati et al., 2008; Lisdawati et al., 2010; Muchtar et al., 2011). M. tuberculosis strain Beijing dianggap lebih virulen dibanding non Beijing dan mempunyai kecenderungan resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) (Parwati et al., 2010). Pemahaman terhadap variasi genomik M. tuberculosis sangat penting diketahui sebab variasi akan memberikan pengaruh terhadap virulensi, patogenesitas, penghindaran sistem imun dan imunogenesitas. Namun demikian, sejumlah penelitian memperlihatkan variasi molekuler diantara isolat MTBC sangat bervariatif, berbeda antara satu gen dengan gen lainnya (Brosch et al., 2002; Chopin et al., 2013). Pada saat ini, salah satu fokus kajian genomik dan proteomik M. tuberculosis adalah terhadap kelompok protein spesifik yang disandi oleh multigen Prolin - Glutamat/ Prolin-Prolin Glutamat (PE/PPE) yang merupakan kelompok protein paling banyak disekresikan ke dalam sitoplasma. Ciri khas dari protein kelompok PE/PPE adalah adanya 110 asam amino yang conserved pada N terminal yang didominasi oleh Prolin (P) dan Glutamat (E). Asam amino pada C terminal bervariasi dan total asam amino setiap gen adalah (Akhter et al., 2012). Kelompok gen ini terdiri dari 104 gen atau mencakup 4% dari total gen M. tuberculosis dan terdiri dari 2 subgrup, sub grup PE dan PPE. Subgrup PPE berjumlah 29 protein, sub grup PE dibagi atas 2 kelompok, yaitu PE, 8 protein dengan sekuens C terminal dan 67 protein kelompok Polymorphic GC-rich repetitive sequences (PE-PGRS). Kelompok PGRS umumnya mempunyai 3

4 perulangan Alanin dan Glisin yang unik, membentuk pola Gly-Gly-Ala-Gly-Gly (Brennan & Delogu, 2002; Akhter et al., 2012) Hasil penelitian memperlihatkan protein kelompok PE-PGRS belum banyak diketahui fungsinya, namun data yang ada menunjukkan protein ini disekresikan dalam jumlah besar ke intra sel, salah satu komponen penyusun dinding sel bakteri, berperan dalam pertahanan dan replikasi (Chaturvedi et al., 2010; Casciofero et al., 2011) Variasi pada gen yang menyandi protein PE-PGRS sangat bervariasi tergantung pada jenis proteinnya. Variasi molekular pada PE-PGRS 33 adalah 1.67% sedangkan variasi PE-PGRS 16 dan 26 adalah 0.5 dan 15% (Talarico et al., 2005; Talarico et al., 2008). Karakteristik molekuler ini menyebabkan variasi imunogenesitas dan fungsi dari protein PE-PGRS berbeda satu sama lain. Beberapa PE-PGRS disekresikan ke dalam lingkungan sedangkan yang lain merupakan komponen dinding sel (Dheenadhayalan et al., 2006; Chopin et al., 2013). Fungsi dari protein kelompok PE-PGRS belum banyak diketahui, diduga berkaitan dengan pembentukan dinding sel, induser sel T dan B, variasi antigenik, modifikasi atau penghindaran dari sistem imun. PE-PGRS 33 terletak pada membran sel dan sebagian besar pada salah satu ujung sel bakteri sehingga protein ini berhubungan langsung dengan dunia luar. Overekspresi protein ini akan menyebabkan pemanjangan sel bakteri dibanding normal. Sebaliknya, M. tuberculosis dengan delesi PE-PGRS33 (mutan Rv1818c) tidak menunjukan 4

5 perbedaan ukuran sel dibanding normal. (Singh et al., 2001; Banu et al., 2002; Delogu et al., 2004). Persentase residu glisin yang tinggi (40%) memperlihatkan struktur hidrofobik mirip dengan ditemukan pada laba-laba dan tanaman. Pola sekuens kedua protein sama dengan motif perulangan Gly-Ala. Protein dengan struktur seperti itu merupakan salah satu komponen penyusun dinding sel. Penelitian yang sama juga memperlihatkan motif PE tidak berperan dalam morfologi koloni M. tuberculosis. Domain PE berperan dalam lokalisasi bakteri pada subselular sedangkan domain PGRS berperan pada bentuk dan morfologi koloni. Berdasarkan kondisi ini ekspresi PE diduga berperan dalam daya tahan bakteri di dalam host (Banu et al., 2002; Cole et al., 1999; Delogu et al., 2004). Analisis imunogenesitas terhadap protein kelompok PE-PGRS memperlihatkan hasil yang berbeda. PE-PGRS 33 dan 22 berperan dalam interaksi dengan makrofag namun tidak berkaitan dengan daya tahan bakteri dalam lingkungan intraselular. Interaksi ini berkaitan dengan ekspresi protein pada permukaan bakteri. Hal ini menjadi salah satu dasar interaksi protein PE- PGRS dengan host yang berperan dalam virulensi bakteri (Espitia et al., 1999; Delogu et al., 2002). M. tuberculosis akan mengekspresikan sejumlah gen yang berperan untuk persistensi pada fase infeksi kronis atau laten. Fenomena ini didukung dengan penelitian yang memperlihatkan ekspresi macrophage activated gene 24 (mag24) pada infeksi laten di dalam makrofag dan jaringan granuloma. Hilangnya mag24 menyebabkan bakteri tidak dapat menetap di dalam makrofag dan jaringan 5

6 granulasi. Mag24 merupakan gen yang homolog dengan Rv3812 (PE-PGRS 62) dan Rv1651c (PE-PGRS 30). (Sassetti & Rubin, 2003; Ramakrishnan et al., 2000) Hasil penelitian lain juga memperlihatkan bahwa Rv1651c mengalami overekspresi pada infeksi fase kronik (Delogu et al., 2006). Analisis microarray terhadap protein kelompok PE-PGRS dari M. tuberculosis di dalam makrofag pada berbagai kondisi, seperti starvasi dan stres oksidatif memperlihatkan variasi ekspresi gen. Data ini memperlihatkan adanya variasi ekspresi protein PE-PGRS yang dikendalikan oleh sistem regulator yang berbeda. Gen Rv2741 yang menyandi protein PE-PGRS 47 mengalami overekspresi pada lingkungan kaya zat besi, sebaliknya Rv 0279c (PE-PGRS4) mengalami depresi. Hal ini memperlihatkan bahwa PE-PGRS berperan dalam virulensi bakteri yang berkaitan dengan pemasukan besi (Betts et al., 2002; Fisher et al., 2002; Rodriguez et al., 2002; Saviola et al., 2003; Voskuil et al., 2004). Ekspresi PE-PGRS 16 meningkat 8 kali lipat sebaliknya PE-PGRS 26 mengalami penurunan 5 kali lipat saat bakteri berada di dalam makrofag. Dubnau dkk (2002) melaporkan ekspresi PE-PGRS 16 dan PE-PGRS 34 saat bakteri di dalam makrofag. Diduga protein ini berperan dalam pertahanan diri dan replikasi bakteri (Dheenadhayalan et al., 2006; Delogu et al., 2004; Brennan et al., 2001; Dubnau et al., 2002). Penderita TB memperlihatkan respon antibodi terhadap PE-PGRS 30 dan PE-PGRS 51. Respon antibodi terjadi pada tahap preklinis dimana manifestasi klinis belum terlihat. Respon antibodi juga ditemukan pada mencit yang diinduksi dengan PGRS domain dari PE-PGRS 33. Hal ini menggambarkan bahwa protein 6

7 PE-PGRS akan diekspresikan selama infeksi dan mampu meningkatkan respon imun humoral. Namun demikian, respon imun humoral tidak bersifat protektif terhadap infeksi M. tuberculosis. Reaksi silang antibodi antara kelompok PE- PGRS juga ditemukan yang menunjukkan adanya epitop yang sama terhadap antibodi (Espitia et al., 1999; Singh et al., 2001; Delogu and Brennan, 2001; Banu et al,, 2002). Domain PE dari protein PE-PGRS 33 tidak memberikan respon antibodi namun memberikan respon terhadap Th1, namun demikian penelitian lain memperlihatkan protein total dari PE-PGRS 30 bersifat imunogenik terhadap Th1. Kondisi ini membuktikan bahwa PE-PGRS akan memberikan respon imun seluler dan diduga dipengaruhi oleh domain PE. Hasil penelitian ini belum tentu dapat disamakan dengan protein PE-PGRS yang lain (Delogu & Brennan, 2001; Campuzano et al., 2007). Analisis terhadap protein PE-PGRS memperlihatkan bahwa, bakteri dapat berkembang dengan baik di dalam makrofag dan jaringan granuloma, namun tanpa PE-PGRS bakteri tidak dapat bereplikasi di dalam makrofag dan persisten di dalam granuloma. PE-PGRS diduga berperan dalam menghambat presentasi antigen oleh APC, hal ini terkait kemiripan antara sekuens PE-PGRS dengan Epstein Barr Nuclear Antigen 1 (EBNA-1) dari Epstein Barr Virus (EBV), dimana EBNA-1 diketahui menghambat presentasi antigen (Banu et al., 2002; Espitia et al., 1999; Ramakrishnan et al., 2000; Levitskaya et al., 1995). PE- PGRS 11 juga berperan dalam resistensi bakteri terhadap stress oksidatif (Chaturvedi et al., 2010). 7

8 Kelompok lain dari PR-PGRS adalah PR-PGRS 24 dan 35. PR-PGRS 24 disandi oleh gen Rv1325c yang terdiri dari 1812 nukleotida. Sekuens penyandi protein ini berada pada posisi dari isolat standart M. tuberculosis H37Rv, sebaliknya PE-PGRS 35 disandi oleh gen Rv1983 yang terdiri dari 1677 nukleotida. Sekuens penyandi protein ini berada pada posisi Namun demikian, belum banyak data atau hasil penelitian yang berkaitan dengan protein ini. Data awal memperlihatkan Kedua protein mempunyai potensi imunogenisitas yang baik terhadap antibodi dan sel T berdasarkan susunan asam aminonya (Chopin et al., 2013). Pemahaman terhadap karakteristik molekular M. tuberculosis sangat berperan dalam identifikasi protein imunogenik, kemungkinan reaksi silang, toksisitas, serta pengembangan epitop imunogenik. Kondisi ini akan mendorong percepatan pengembangan vaksin dan model diagnostik cepat M. tuberculosis. Kajian terhadap potensi PE-PGRS 24 dan 34 baik dalam bentuk protein rekombinan maupun epitop imunogenik belum banyak dilakukan, baik sebagai kandidat diagnostik maupun vaksin. Sistem imun tubuh mengenal protein M. tuberculosis hanya melalui suatu antigenik determinant atau epitop. Dalam hal ini terdapat dua kelompok besar epitop imunogenik, yaitu epitop sel B dan epitop sel T. Epitop sel B merupakan daerah tertentu dari suatu protein yang dikenal oleh sel B yang berada pada permukan sedangkan epitop sel T merupakan daerah tertentu dari protein yang dikenal oleh struktur Major Histocompatibility Complex (MHC), yaitu MHC klas I untuk sel T sitotoksik dan MHC klas II untuk sel T helper (Janeway et al., 2010; 8

9 Akhter et al., 2012; Dorloi et al., 2011; Salomon and Flower, 2006; Sollner and Mayer, 2006). Pada infeksi M. tuberculosis, respon antibodi lebih banyak dikaji sebagai komponen diagnostik. Pemahaman terhadap protein antigenik terhadap sel B menjadi sangat penting dalam mengembangkan metoda diagnosis cepat. Salah satu masalah utama dalam mendapatkan protein antigenik adalah biaya dan waktu yang lama untuk sintesis protein rekombinan. Mengingat antibodi hanya mengenal sekuens asam amino atau epitop tertentu dari suatu protein, maka saat sekarang berkembang berbagai metoda komputasi untuk mengidentifikasi dan memprediksi epitop spesifik sel B, seperti PEOPLE, PREDITOP, ABC pred, BCPreds dan lain sebagainya (Alix, 1999; Odorico and Pellequer, 2003; Saha et al., 2005). Epitop sel B dapat dikelompokkan atas dua tipe, yaitu linear atau kontinyu dan konformatif atau diskontinyu. Epitop linear tersusun dari rantai pendek asam amino yang saling berurutan. Sebaliknya, konfirmatif tidak disusun oleh asam amino yang berurutan namun terbentuk akibat adanya lipatan pada struktur protein. Walaupun sebagian besar epitop sel B bersifat konformatif, namun penelitian lebih banyak kearah epitop linear. Kondisi ini menyebabkan berbagai metoda komputasi berkembang untuk memprediksi epitop linear sel B dari suatu protein (Flower, 2007; Greenbaum et al., 2007; Barlow et al., 1986; Larsen et al., 2006). Analisis dan prediksi epitop sel B akan memberikan banyak keuntungan, yaitu respon imunogenik tidak terlalu berbeda dengan protein utuh, mudah 9

10 disentesis karena hanya terdiri dari asam amino serta tidak memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. Kajian terhadap epitop imunogenik sebagai model diagnosis M. tuberculosis telah banyak dilakukan, namun demikian belum banyak laporan tentang protein kelompok PE-PGRS. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis epitop imunogenik antara lain terhadap protein kelompok PPE (Wang et al., 2011) dan proline-threonine repetitive protein (PTRP; Rv0538) (Singh et al., 2009) serta penelitian yang kami lakukan terhadap protein sekresi M. tuberculosis yang berukuran 20 kda. Hasil penelitian kami terhadap 4 protein memperlihatkan protein ppia (Rv0009), dan nuob (Rv3146) berpotensi sebagai model diagnostik karena memperlihatkan titer antibodi yang berbeda antara penderita TB dan non TB. Pada penelitian ini kita mencoba menganalisis variasi molekular protein PE-PGRS 24 dan 35 serta potensinya imunogenik kedua protein baik dalam bentuk rekombinan maupun peptida imunogenik. Sekuens asam amino peptida didapatkan secara in siliko. B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan variasi molekuler PE-PGRS 24 dan 35 antara isolat M. tuberculosis strain Beijing dan Non Beijing..? 2. Bagaimanakah karakteristik protein PE PGRS 24 dan 35..? 10

11 3. Apakah epitop linear sel B dan epitop MHC klas I dan II protein PE PGRS 24 dan 35 berdasarkan analisis in siliko..? 4. Bagaimana respon imun humoral terhadap epitop sel B dari protein PE PGRS 24 dan 35..? 5. Apakah terdapat perbedaan respon imun humoral antara epitop sel B dengan protein rekombinan PE PGRS 24 dan 35..? 6. Apakah terdapat perbedaan respon imun humoral PE-PGRS 24 dan 35 pada kasus TB aktif dan non TB..? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengkaji karakteristik dan imunogenisitas protein kelompok PE-PGRS 24 dan 35 dari M. tuberculosis Strain Beijing isolat lokal 2. Tujuan Khusus 1. Mengkaji perbedaan variasi molekuler PE-PGRS 24 dan 35 antara isolat M. tuberculosis strain Beijing dan Non Beijing 2. Mengidentifikasi karakteristik protein PE PGRS 24 dan Mengidentifikasi epitop linear sel B dan epitop MHC klas I dan II dari protein PE PGRS 24 dan 35 secara in siliko. 4. Mengkaji respon imun humoral terhadap epitop linear sel B dari protein PE PGRS 24 dan 35 11

12 5. Membandingkan respon imun humoral antara epitop sel B dengan rekombinan PE PGRS 24 dan Membandingkan perbedaan respon imun humoral PE-PGRS 24 dan 35 pada kasus TB aktif dan non TB D. Keaslian Penelitian Penelitian tentang karakteristik molekuler dan imunogenesitas protein kelompok PE-PGRS M. tuberculosis belum banyak dilakukan. Mengingat protein ini merupakan kelompok protein terbanyak yang dihasilkan dan mempunyai struktur yang conserved terutama pada asam amino awal, maka potensi protein kelompok ini untuk pengembangan vaksin dan diagnostik menjadi cukup besar. Beberapa penelitian yang berkorelasi dengan penelitian ini adalah Ramakrishnan dkk (2000) melaporkan bahwa M. marinum dapat berkembang dengan baik di dalam makrofag dan jaringan granuloma, namun tanpa PE-PGRS bakteri tidak dapat bereplikasi di dalam makrofag dan persisten di dalam granuloma. PE-PGRS diduga berperan dalam menghambat presentasi antigen oleh Antigen Presenting Cell (APC), hal ini terkait kemiripan antara sekuens PE-PGRS dengan protein EBNA-1 dari EBV. EBNA-1 telah diketahui menghambat presentasi antigen (Banu et al., 2002; Espitia et al., 1999; Ramakrishnan et al., 2000; Levitskaya et al., 1995). Penelitian lain memperlihatkan PE-PGRS11 berperan dalam resistensi bakteri terhadap stress oksidatif (Chaturvedi et al., 2010). 12

13 PE-PGRS banyak ditemukan pada M. tuberculosis dan M. bovis serta sangat sedikit ditemukan pada Mikobakteria lain, seperti M. avium. Protein ini terletak di permukaan sel dan berperan sebagai mediator interaksi dengan sel host. PG-PGRS 33 berperan dalam pembentukan dinding sel bakteri dan morfologi koloni (Delogu et al., 2004). Pada kultur sel diketahui protein ini disekresikan ke dalam lingkungan melalui sistem sekresi tipe VII (Esx5) dan translokasi protein diduga berkaitan dengan 30 asama amino awal (kelompok PE) (Casciofero et al., 2011). Ekspresi PE-PGRS 16 meningkat 8 kali lipat sebaliknya PE-PGRS 26 mengalami penurunan 5 kali lipat saat bakteri berada di dalam makrofag (Dheenadhayalan et al., 2006). Beberapa protein dari kelompok PE-PGRS diduga terekspresi pada tingkat intraselular, seperti PE-PGRS14, PE-PGRS24, PE-PGRS 33, 35, dan PE-PGRS 45. Ekspresi ini membuktikan bahwa protein ini diperlukan dalam perkembangan bakteri intra sel. Ekspresi PE-PGRS 16 dan PE-PGRS 34 ditemukan saat bakteri di dalam makrofag, diduga protein ini berperan dalam pertahanan diri dan replikasi bakteri (Dheenadhayalan et al., 2006; Delogu et al., 2004; Brennan et al., 2001; Dubnau et al., 2002). Secara umum kebaharuan pada penelitian ini adalah diketahuinya lokasi dan karakteristik protein kelompok PE-PGRS 24 dan 35, epitop yang terkait dengan sel B dan sel T serta respon imun humoral terhadap epitop dan protein rekombinan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kandidat vaksin. 13

14 E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Memberikan informasi tambahan tentang respon imun humoral dari protein PE-PGRS 24 dan 35. Memberikan informasi respon humoral epitop linear sel B 2. Praktis 1. Dapat menjadi dasar pemikiran pengembangan model diagnostik terhadap M. tuberculosis berdasarkan hasil respon imun humoral baik terhadap epitop maupun protein rekombinan 2. Membuka peluang pemanfaatan hasil penelitian ke dalam industri dalam kerangka kolaborasi industri perguruan tinggi dalam hal pengembangan model diagnostik baru, seperti konstruksi rapid test 14

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis, agen penyebab TB yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue. Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengue. Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengan satu atau lebih virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. Secara umum penyebaran bakteri ini melalui inhalasi, yaitu udara yang tercemar oleh penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bakteri Micobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Tuberkulosis disebarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bakteri Micobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Tuberkulosis disebarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Micobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Tuberkulosis disebarkan melalui partikel

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil mencapai target Millenium Development Goal s (MDG s), peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Meskipun program pengendalian TB di Indonesia telah berhasil mencapai target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun kasus dengue di dunia meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, dimana 2-3 milyar penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi TB (World Health Organization, 2015).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis (MTB). Angka insidensi, mortalitas, dan morbiditas penyakit TB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah

BAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyebab utama kesakitan dan kematian didunia terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah penyakit menular ganas pada babi yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama gangguan reproduksi

Lebih terperinci

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si PATOGENESIS INFEKSI VIRUS Port d entree Siklus replikasi virus Penyebaran virus didalam tubuh Respon sel terhadap infeksi Virus

Lebih terperinci

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi juga dapat mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru (pulmonary tuberculosis),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Gejala utama adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai

Lebih terperinci

Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi virus Human. merupakan virus RNA untai tunggal, termasuk dalam famili Retroviridae, sub

Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi virus Human. merupakan virus RNA untai tunggal, termasuk dalam famili Retroviridae, sub BAB I PENDAHULUAN Virus Human Immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab peyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) (Mareuil dkk. 2005: 1). Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Terjadinya diabetes melitus ini

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Terjadinya diabetes melitus ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes melitus (DM) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolisme yang disebabkan oleh banyak faktor dengan gejala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis Tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap dua atau lebih Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006). Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang relatif jarang ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada umumnya Tuberkulosis terjadi pada paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan insiden dan mortalitas yang tinggi (Carlos et al., 2014). Sampai saat ini telah

I. PENDAHULUAN. dengan insiden dan mortalitas yang tinggi (Carlos et al., 2014). Sampai saat ini telah I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan sehubungan dengan insiden dan mortalitas yang tinggi (Carlos et al., 2014). Sampai saat ini telah tedapat 529.000

Lebih terperinci

Termasuk ke dalam retrovirus : famili flaviviridae dan genus hepacivirus. Virus RNA, terdiri dari 6 genotip dan banyak subtipenya

Termasuk ke dalam retrovirus : famili flaviviridae dan genus hepacivirus. Virus RNA, terdiri dari 6 genotip dan banyak subtipenya Felix Johanes 10407004 Rahma Tejawati Maryama 10407017 Astri Elia 10407025 Noor Azizah Ba diedha 10407039 Amalina Ghaisani K.10507094 Febrina Meutia 10507039 Anggayudha A. Rasa 10507094 Termasuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab kematian utama yang diakibatkan oleh infeksi. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan paling sering menyerang organ paru. Bakteri Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari penyakit menular di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB Paru) sampai saat ini masih masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dimana hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paru dan organ tubuh lain akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis(m.

BAB 1 PENDAHULUAN. paru dan organ tubuh lain akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis(m. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menyerang organ paru dan organ tubuh lain akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis(m. tuberculosis). World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang penting saat ini. WHO menyatakan bahwa sekitar sepertiga penduduk dunia tlah terinfeksi kuman Tuberkulosis.

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru

Lebih terperinci

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 BSK sudah lama diketahui diderita manusia terbukti ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah di Dunia. Hal ini terbukti dengan masuknya perhatian terhadap penanganan TB dalam MDGs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH. Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah. satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas

BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH. Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah. satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas 1 BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia meskipun vaksin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

Identifikasi Faktor Resiko 1

Identifikasi Faktor Resiko 1 IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO TERJADINYA TB MDR PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA KOTA MADIUN Lilla Maria.,S.Kep. Ners, M.Kep (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Multi Drug

Lebih terperinci

imunogeniknya terhadap infeksi M. tuberculosis pada hewan percobaan untuk melihat kelayakannya sebagai kandidat vaksin. Antigen ini juga dapat

imunogeniknya terhadap infeksi M. tuberculosis pada hewan percobaan untuk melihat kelayakannya sebagai kandidat vaksin. Antigen ini juga dapat PENDAHULUAN Mycobacterium tuberculosis merupakan salah satu bakteri patogen intrasel, menimbulkan penyakit tuberkulosis (TB). Sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Mycobacterium non tuberculosis pertama kali. ditemukan pada abad ke 19 ketika penyakit mirip

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Mycobacterium non tuberculosis pertama kali. ditemukan pada abad ke 19 ketika penyakit mirip BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Mycobacterium non tuberculosis pertama kali ditemukan pada abad ke 19 ketika penyakit mirip tuberculosis teridentifikasi pada ayam. Pada 1930, Mycobacterium non tuberculosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama khususnya di negara-negara berkembang. 1 Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang diperantarai IgE yang terjadi setelah mukosa hidung terpapar alergen. 1,2,3 Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis B 2.1.1 Etiologi Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). HBV merupakan famili Hepanadviridae yang dapat menginfeksi manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana kegagalan penderita TB dalam pengobatan TB yang masih tinggi walau penanggulan TB sudah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karakter Biologi Klebsiella pneumoniae K. pneumoniae tergolong dalam kelas gammaproteobacteria, ordo enterobacteriale, dan famili Enterobacteriaceae. Bakteri K. pneumoniae adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal bagi penderitanya, yaitu bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) complex (Isbaniyah et al., 2011;

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) complex (Isbaniyah et al., 2011; 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) complex (Isbaniyah et al., 2011; World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah besar kesehatan masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah penyebab kematian karena infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia, BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia, diketahui bahwa 10

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia maupun di Indonesia. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya, i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu ikan air tawar yang memiliki sejumlah keistimewaan yaitu pertumbuhannya cepat, pemeliharaanya relatif mudah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Micobakterium tuberculosis. Penularan penyakit ini terjadi melalui udara (airborne spreading)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam

Lebih terperinci

Kasus Penderita Diabetes

Kasus Penderita Diabetes Kasus Penderita Diabetes Recombinant Human Insulin Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Sejak Banting & Best menemukan hormon Insulin pada tahun 1921, pasien diabetes yang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. Hasil dari perhitungan rumus di atas diperoleh nilai minimal 3 kali ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan. 3.6. Analisis Data Data-data yang diperoleh adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang, yang memiliki kasus TB terbanyak. Negara-negara ini menyumbangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang, yang memiliki kasus TB terbanyak. Negara-negara ini menyumbangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian di dunia. TB Global Report 2011 melaporkan terdapat 22 negara, terutama negara berkembang, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di dunia hingga saat ini, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar atau sekitar 80%, menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar atau sekitar 80%, menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar atau sekitar 80%, menyerang paru (DepKes RI, 2005).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Dalam situasi TB di dunia yang memburuk dengan meningkatnya

Lebih terperinci

MANIPULASI RESPONS IMUN DEBBIE S. RETNONINGRUM SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

MANIPULASI RESPONS IMUN DEBBIE S. RETNONINGRUM SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MANIPULASI RESPONS IMUN DEBBIE S. RETNONINGRUM SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG JENIS PATOGEN KELAS MHC JENIS SEL T - EFEK Figure 5-2 Figure 8-27 Peran Th17 dalam sistem imun Interaksi patogen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Triple burden disease yang tengah dihadapi Indonesia menimbulkan sejumlah permasalahan. Masalah yang timbul bukan hanya seputar mewabahnya penyakit menular baru,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya dengan gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan

Lebih terperinci

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2008 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan. oleh mikroorganisme patogen.menurut WHO tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan. oleh mikroorganisme patogen.menurut WHO tahun 2012, BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen.menurut WHO tahun 2012, penyakit infeksi membunuh 3,5 juta orang tiap tahunnya. Penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dunia termasuk juga di Indonesia penyakit TBC biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis

Lebih terperinci

KONSEP DASAR IMUNOLOGI

KONSEP DASAR IMUNOLOGI KONSEP DASAR IMUNOLOGI Oleh : DR. I Ketut Sudiana,MS Staf Pengajar : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Program Pascasarjana Universitas Airlangga TUJUAN DARI PENULISAN INI ADALAH UNTUK MEMBANTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat adalah perilaku proakftif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Etiologi Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru selanjutnya disebut TB paru merupakan penyakit menular yang mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang sampai saat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang sampai saat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Laporan World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang terkandung seperti polisakarida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan 8,6 juta orang terinfeksi TB dan 1,3 juta orang meninggal karena penyakit ini (termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme yang tidak dapat dikulturkan dengan teknik standar diperkirakan masih ada sekitar 99%. Metagenomik muncul sebagai metode baru yang dapat mempelajari

Lebih terperinci

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik Tahapan Respon Sistem Imun 1. Deteksi dan mengenali benda asing 2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon 3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon 4. Destruksi atau supresi penginvasi Respon Imune

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna. Diagnosis demam tifoid bisa dilakukan dengan melihat gejala klinis berupa demam,

Lebih terperinci

BAB I mengalami komplikasi karena infeksi ini (WHO, 2012). Prevalensi tertinggi infeksi nosokomial terjadi di Intensive Care Units

BAB I mengalami komplikasi karena infeksi ini (WHO, 2012). Prevalensi tertinggi infeksi nosokomial terjadi di Intensive Care Units BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pseudomonas aeruginosa dikenal sebagai bakteri yang sering menimbulkan infeksi, khususnya pada pasien imunokomprimis, penderita HIV, dan berperan pada infeksi paru kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia, WHO, baru-baru ini membunyikan tanda bahaya untuk mewaspadai serangan berbagai penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini, wabah penyakit

Lebih terperinci