Compressed Sensing untuk Aplikasi Pengolahan Citra

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Compressed Sensing untuk Aplikasi Pengolahan Citra"

Transkripsi

1 Compressed Sensing untuk Aplikasi Pengolahan Citra Omrin Tampubolon NRP : Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya ABSTRAK Compressed Sensing merupakan teknik baru dalam proses sampling data dan kompresi data. Tujuan dari kompresi citra adalah memperkecil ukuran file citra sehingga lebih efisien dalam penyimpanan pada media storage serta dapat menjaga kualitas citra secara visual manusia setelah proses rekonstruksi citra terkompres dengan memperhatikan nilai Mean Square Error (MSE) dan Peak Signal to Noise Ratio (PSNR). Pada Tugas Akhir ini permasalahan yang dibahas adalah Compressed Sensing pada natural images (citra grayscale), dimana citra rekonstruksi disusun bagian demi bagian secara tepat menggunakan algoritma L1 Norm. Algoritma L1 Norm merupakan teknik pengambilan struktur geometrik dari suatu citra terkompres secara lengkap. Rekonstruksi citra menggunakan algoritma L1 Norm melibatkan operasi linear Total Variance (TV) minimization, atau sering dikenal dengan basis pursuit dalam domain transform. Metode rekonstruksi Total Variance bertujuan untuk merekonstruksi citra terkompres menjadi citra semula. Prosentase rata rata error terkecil yang dihasilkan dari proses rekonstruksi citra terkompres adalah 0,00006, sedangkan nilai PSNR tertinggi adalah 43 db. Kata kunci: Compressive Sensing, Compressed Sensing I. PENDAHULUAN Saat ini perkembangan teknologi semakin pesat dari tahun ke tahun dalam segala bidang. Perkembangan teknologi dalam bidang penggunaan informasi suatu citra digital digunakan secara luas dalam berbagai macam aplikasi seperti pada jaringan dunia maya (World Wide Web), sistem konferensi video (Video Conference System), citra medis, dan kamera keamanan jarak jauh, serta beragam aplikasi lainnya. Banyaknya aplikasi yang menggunakan data citra sangat membutuhkan bandwith kanal transmisi yang lebar dan juga media penyimpanan yang cukup besar. Sedangkan jumlah data yang melewati media transmisi sangat terbatas. Agar didapatkan data citra yang efisien dan berkualitas, maka diperlukan suatu system yang dapat mereduksi jumlah data citra dengan perbandingan yang tinggi, namun diusahakan agar tidak terlalu banyak kehilangan data yang penting, dan juga sesuai dengan karakteristik visual manusia. II. TEORI DASAR 2.1 Konsep Compressed Sensing Compressed Sensing (CS) merupakan metoda sampling baru dimana akuisisi dan kompresi sinyal dilakukan dalam satu waktu. Idenya adalah memperkenalkan skema sampling dalam jumlah yang lebih rendah dari sample yang diperlukan, dimana sampling tersebut mewakili sinyal sparse asli. Metode ini memiliki kompleksitas komputasi perhitungan yang lebih rendah dari pada teknik kompresi sebelumnya, yang menggunakan oversampling kemudian melakukan kompresi terhadap data yang telah di sampling. Dengan kata lain, kompressed sensing dapat secara tepat melakukan kompresi tepat pada saat sampling. Terlebih lagi, tidak ada asumsi yang membatasi untuk lokasi dari koefisien non-zero dalam sparsity domain. Asumsi ini mencakup sebuah kelas sinyal yang lebih umum dari yang sebelumnya dipelajari. Sejak konsep sparsity dipelajari, dalam melakukan sebuah proses transform domain menjadi lebih mudah untuk sinyal diskrit. Sebagian besar penelitian dibidang compressed sensing difokuskan pada tipe sinyal diskrit. Compressed Sensing (CS) bergantung pada prosedur recovery yang dapat menyediakan recovery yang pasti dari panjang sinyal N dan sparsity K, dengan kata lain, sebuah sinyal dapat di tulis sebagai sebuah penjumlahan fungsi basis K dari beberapa basis yang diketahui, dimana. implikasi dari CS cukup menjanjikan pada banyak aplikasi, khususnyapada sinyal sensing yang memiliki sebuah representasi sparse pada beberapa basis. 2.2 Tahap Kompresi Informasi disampling dengan nyquist ke dalam blok N sample. = masing masing blok terdiri dari Nx1 vektor X, dimana vektor dapat di rumuskan : = (2.1) Dimana adalah matrik, dan adalah vector matrik Nx1. Hasil M<<N, dimana = ( log ). = Ψ, dimana merepresentasikan random matrix selection dari matrix fourier. Sementara Ψ represetasi dari wavelet transform. = (2.2) Dimana Φ adalah MxN matrik yang merepresentasikan proses kompresi. dan digunakan untuk rekontruksi, sebuah matrik dengan pemilihan element secara acak. Gambar 2.1 Proses pengukuran compressed sensing

2 2 Dari gambar diatas matrik vector 1 atau di simbolkan merupakan hasil kompresi dari perkalian matrik dengan matrik 1, dimana nilai <. Matrix merepresentasikan hanya sebagian informasi dari informasi semula, atau dengan kata lain informasi dari sudah mengalami kompresi. Pada tahap kompresi, hanya sebagian kecil informasi pada yang terdapat pada, tetapi informasi pada y tersebut dapat merepresentasikan informasi sinyal. 2.3 Tahap Rekonstruksi Informasi citra dari citra terkompres terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah tahap rekonstruksi. Pada tahap rekonstruksi melibatkan informasi hasil kompresi untuk direkonstruksi menjadi citra asli (vektor ). Algoritma rekontruksi yang digunakan pada penelitian ini adalah Total Variance ( ). Pada algoritma Total Variance ( ) informasi direkonstruksi dari sinyal. Total Variance ( ) dapat dicari menggunakan persamaan berikut : ( )= ( ; ) +( ; ) = Dimana ; = +1, 0 = ; =, +1 0 = Dan = ; ; 2.4 Konsep Citra Digital Citra yang digunakan dalam kehidupan sehari hari, seperti foto, barang cetakan, televisi dan lainnya, merupakan masukan bagi sistem visual ke bagian otak manusia. Citra tersebut dapat didefinisikan sebagai citra analog maka harus di digitalisasi terhadap koordinat ruang (titik (x,y)) dan diquntisasi berdasarkan intensitas cahaya ( (, )). Untuk melakukan digitalisasi citra, terhadap koordinat ruang (, ) digunakan pencuplikan citra (image sampling), sedangkan terhadap intensitas cahaya digunakan proses kuantisasi. Citra digital disusun oleh elemen - elemen data yang berjarak sama sehingga membentuk larik dua dimensi (matrik), elemen gambar (picture element), piksel atau pixel. Letak tiap elemen pada matrik menyatakan posisi koordinat titik (, ), sedangkan nilai tiap elemennya menyatakan hasil kuantisasi intensitas cahaya. Tipe citra yang di peroleh dari sistem visual bergantung pada karakteristik sepktral sistem visual tersebut, yaitu ( ) yang merupakan fungsi efisien relatif luminansi, dimana fungsi ini akan berbeda pada setiap orang. Sedangkan adalah penjang gelombang yang terdapat pada daerah visible, 350 nm hingga 780 nm. Proses kuantisasi akan menghasilkan nilai nilai intensitas tertentu dari suatu citra, nilai 0 hingga I max, dengan I max bernilai 2 1. Sedangkan n merupakan jumlah bit per pixel. Sebagai contoh, suatu citra gray level memiliki =8, sehingga kombinasi warna yang di bentuk oleh citra ini adalah 2 8 = 256 (dari 0 hingga 255). Berdasarkan jumlah bit per pixel, citra digolongkan menjadi 4 tipe yaitu : 1. Citra Biner, yang hanya terdiri atas dua nilai bit, 1 menunjukan warna putih, dan 0 menunjukan warna hitam. 2. Citra Gray Scale, yang merupakan citra monokrom atau satu warna. Nilai nilai bit yang terdapat pada tiap pixel menentukan tingkat kecerahan yang berbeda pada citra. Citra ini akan di representasikan dengan data 8 bit/pixel, yang menentukan 256 (0 255) tingkat kecerahan yang berbeda. Pada aplikasi tertentu seperti citra medis maupun astronomi, terdiri dari 12 atau 16 bit/pixel, karena adanya penambahan detail kejelasan citra, 3. Citra Warna, yang terdiri dari tiga berkas monokrom dimana tiap berkasnya mewakili warna yang berbeda, dan informasi mengenai kecerahan citra tergantung pada ketiganya. Tiap berkas direpresentasikan dengan data 8 bit/pixel, sehingga citra warna ini memiliki 24 bit/pixel untuk data digitalnya. Tiga berkas itu adalah merah (red), hijau (green), dan biru (blue), atau RGB. 4. Citra Multispektral, yang mengandung informasi diluar kemampuan persepsi visual manusia, misalnya data inframerah, sinar X dan radar. Citra memiliki jumlah berkas yang beragam, tetapi dalam berkas yang banyak masih terdapat satu hingga tiga berkas yang sesuai dengan system visual manusia. Jumlah bit per pixel akan mempengaruhi jumlah bit citra secara keseluruhan. Bila suatu citra gray level memiliki ukuran pixel sebesar 256 x 256, maka jumlah bit keseluruhan citra adalah 256 x 256 x 8 = bit. 2.5 Persepsi Visual Manusia Persepsi visual atau kesan yang dilihat oleh mata manusia tentang penggambaran suatu citra. System visual manusia dapat dimodelkan sebagai kaskade dari dua buah system, seperti yang di jelaskan pada diagram blok berikut : Gambar 2.2 Model sistem visual manusia Dalam digram diatas terdapat dua bagian utama dari sistem visual manusia. Keterangan mengenai masing masing bagian dan fungsinya adalah sebagai berikut : 1. Sistem periferal, berfungsi sebagai pengkonversi cahaya yang ditangkap oleh mata manusia menjadi sinyal sinyal syaraf. 2. Sistem sentral, berfungsi sebagai pemroses sinyal sinyal syaraf untuk mengekstraksinya menjadi informasi pandangan manusia. 3. Pengurangan data citra melalui proses komresi dilakukan dengan memperhatikan kemampuan sistem visual manusia. Berkaitan dengan hal ini, maka rasio kompresi antara citra awal dengan hasil kompresi mempunyai hubungan yang erat dengan kualitas citra

3 3 menurut persepsi yang ditampilkan. Sebaliknya, semakin besar rasio kompresi, maka semakin buruk citra yang di tangkap oleh sistem visual manusia. Oaleh karena itu, nilai ratio kompresi menentukan sistem transformasi pada kompresi citra. 2.7 Tinjauan Umum Kompresi Citra Dalam sistem transimisi dan penyimpanan data, yang terpenting adalah efisiensi penggunaan perangkat. Hal ini berkaitan dengan waktu dan tempat, sehingga apabila data yang dikirimkan semakin sedikit, maka waktu pengiriman data maupun tempat yang dibutuhkan untuk pengiriman dan penyimpanan, akan semakin kecil. Suatu citra digital memiliki jumlah data (dalam bit) yang sangat besar, sehingga penggunaan kompresi citra diharapkan dapat mengurangi jumlah bit semula. Hal utama yang peru diperhatikan dalam kompresi citra adalah redudansi. Redudansi tersebut dapat berupa : 1. Redudansi coding, yang terjadi karena data yang digunakan untuk merepresentasikan citra tidak digunakan secara optimal. Contoh kondisi tersebut adalah apabila terdapat 8 bit/pixel, dengan nilai gray level hingga 256, tetapi kenyataanya representasi citra tersebut hanya terdiri dari hanya 16 gray level (4 bit/pixel). 2. Redudansi interpixel atau spatial, yang terjadi karena korelasi atara pixel-pixel yang berdekatan. Hal ini terjadi karena level brigthness citra yang tidak berubah secara cepat, tetepi setahap demi setahap, sehingga nilai pixel yang berdekatan dianggap berhungan antara satu dengan yang lainnya. Konsepyang sama terjadi dalam video ataupun gambar bergerak, yang disebabkan karena korelasi antra frame dalam suatu urutan citra, sehingga disebut dengan redudansi interframe atau temporal. 3. Redudansi spectral, yang terjadi karena adanya korelasi antara bidang warna yang berbeda. 4. Redudansi psychovisual, merupakan salah satu karakteristik citra alam, sehingga sejumlah informasi tertentu dalam citra tersebut dapat dihilangkan, tanpa adanya pengurangan kualitas ditinjau dari sistem visual manusia. Dengan manfaatkan redudansi di atas, maka data yang penting akan dapat di deteksi, sehingga di pertahankan dalam proses kompresi citra. Gambar 3.1 Diagram alir Kompresi citra Dalam pemrograman, data citra asli diinputkan kedalam program dan kemudian dihitung jumlah blok pixel baris dan kolomnya. Setelah itu, dimasukkan juga data ukuran blok yang akan digunakan dalam proses. Selanjutnya dilakukan proses penambahan pixel pada citra asli, sehingga dapat dilakukan pembagian data sesuai ukuran blok citra. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi error yang disebabkan ketidakpastian antara pembagian ukuran matriks citra dengan ukuran blok transformasi yang dibuat. Setelah itu, dilakukan pembentukan matrik transformasi yang sesuai dengan ukuran blok. Dengan perkalian matrik transformasi, matriks citra transpose dari matrik citra transformasi, maka data citra asli ditransformasikan, mengacu pada persamaan (2.2). 3.2 Algoritma Proses Rekonstruksi Proses rekonstruksi merupakan tahap yang yang sangat menentukan kualitas citra rekonstruksi yang dihasilkan. Berikut adalah flow chart dan penjelesan dari tahap rekonstruksi citra. III. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Algoritma Proses Kompresi Citra Algoritma proses kompresi citra berikut menggunakan metoda Total Varians (TV minimization), yang merupakan salah satu estimasi kokoh (robust) yang digunakan dalam teknik Compressive Sensing. Proses kompresi ini dilakukan dalam kawasan frekuensi, dengan operasi pengamatan dalam kawasan spasial.

4 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Citra 32x32 pixel Data citra asli yang digunakan adalah citra cameraman. Citra ini memiliki ukuran asli 256x256 pixel. Pada pengujian ini, citra cameraman akan diuji setiap 32x32 pixel dari pixel pertama hingga pixel terakhir. Ukuran 32x32 pixel (N=Jumlah baris*jumlah kolom) digunakan karena jumlah pixel yang digunakan akan sangat mempengaruhi lamanya proses komputasi. Ukuran citra yang diproses baik untuk kompresi dan rekonstruksi citra disesuaikan dengan kemampuan perangkat keras komputasi yang digunakan. 4 Gambar 3.2 Diagram alir rekonstruksi citra Proses rekonstruksi sinyal dapat dilukiskan dalam diagram ranah jamak sebagai berikut : Gambar 4.1 Citra pada pixel [(33:64),(97:128)] Gambar 3.3 Diagram kerenggangan pencuplikan kompresif Keterangan : s : Sinyal Asli : Sinyal Terkompres S : Sinyal Rekosntruksi Mengacu pada diagram kerenggangan, Sinyal s sepanjang N-cuplikan bersifat k-sparse dalam system basis Ψ. Pencuplikan atau pengamatan basis Φ akan menghasilkan sinyal yang hanya mengandung sebagian data dari sinyal asalnya karena ada informasi yang hilang, yaitu =. Jika jumlah pengamatan mencukupi, meskipun jauh dibawah N, k-buah basis sparse dapat ditemukan melalui. Dengan demikian, karena seluruh basis S dapat ditemukan, maka sinyal asli dapat di rekonstruksi secara eksak. Pada diagram ini, transformasi penjarang adalah Ψ, sedangkan transformasi proyeksi adalah Φ. Φ= dimana << adalah jumlah pengamatan yang diharapkan. Hal ini mengacu pada teorema Compressive Sensing, yaitu agar sinyal s bisa direkonstruksi secara eksak, maka jumlah ini minimalnya adalah sekitar = ( ). Dimana nilai =1, dengan demikian yang menentukan M adalah derajat sparsity (ksparse). Gambar 4.2 Citra pada pixel [(65:96),(97:128)] Gambar 4.3 Citra pada pixel [(97:128),(33:64)]

5 5 4.2 Nilai PSNR dan MSE pada Citra Rekonstruksi Berikut adalah hasil dari proses rekonstruksi citra terkompres. Nilai dari Mean Square Error (MSE), sedangkan untuk mencari Peak Singnal to Noise Ratio (PSNR). Tabel 4.1 Pengukuran PSNR pada pixel (1-32) YT11 N F- K- Persentasi PSNR MSE Compress Sparse (%) (db) Gambar 4.5 Grafik PSNR dan MSE terhadap K-Sparse Tabel 4.3 Pengukuran PSNR pada pixel (1-32) YT13 F- K- Persentasi N MSE Compress Sparse (%) PSNR (db) Gambar 4.3 Grafik PSNR dan MSE terhadap K-Sparse Tabel 4.2 Pengukuran PSNR pada pixel (1-32) YT12 N F- K- Persentasi PSNR MSE Compress Sparse (%) (db) Gambar 4.6 Grafik PSNR dan MSE terhadap K-Sparse 4.3 Analisa Data Pengujian Analisa nilai MSE dan PSNR diperoleh dengan cara mengubah nilai K-Sparse sesuai dengan faktor kompresi. = (4.1) Penentuan besarnya K-Sparse akan mempengaruhi kualitas citra yang dihasilkan. Semakin besar K-Sparse yang digunakan (semakin mendekati sinyal Input N) maka output citra hasil rekonstruksi akan semakin baik. Baiknya kulitas citra hasil rekonstruksi erat kaitannya dengan prosentasi ratarata error dari masing-masing bit. Semakin kecil nilai prosentasi rata-rata error pada masing-masing bit, maka kualitas citra hasil rekonstruksi akan semakin baik, hal tersebut berbanding terbalik dengan besaran PSNR, dimana besaran PSNR akan semakin baik apabila jumlah K-Sparse semakin besar pula.

6 6 4.4 Penilaian Subyektif Citra Rekonstruksi Berikut adalah salah satu hasil rekonstruksi terhadapat citra terkompres yang diambil pada pixel [(33:64), (97:128)], sehingga secara persepsi visual manusia kita dapat menilai kualitas rekonstruksi citra terhadap citra asli. Pada citra hasil rekonstruksi berikut dikategorikan dalam persepsi visual manusia dapat diterima dengan baik, serta memiliki kualitas rekonstruksi yang sangat baik terhap citra asli. Keterangan dari citra diatas, citra rekonstruksi 1 adalah rekonstruksi citra dengan jumlah iterasi 200 sedangkan citra rekonstruksi 2 menggunakan jumlah iterasi 600. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan, bahwa semakin besar jumlah iterasi yang dilakukan dalam tahap rekonstruksi, maka semakin baik pula citra rekonstruksi yang dihasilkan. Hal tersebut tertunya di pengaruhi oleh jumlah K-Sparse yang ditentukan. V. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Dari urutan yang terdapat pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai beriukut : 1. Faktor utama dalam teknik kompressed sensing yaitu mempertimbangkan jumlah k-sparse yang digunakan dalam proses maupun proses rekonstruksi citra. 2. Semakin besar jumlah k-sparse dalam suatu proses kompresi dan rekonstruksi citra, maka kualitas citra rekonstruksi yang dihasilkan akan semakin baik. 3. Semakin baik kualitas citra yang dihasilkan dari hasil rekonstruksi citra maka semakin besar pula nilai PSNR yang dihasilkan. 4. Semakin besar jumlah k-sparse yang digunakan dalam proses kompresi dan rekonstruksi, maka semakin kecil nilai MSE yang dihasilkan, hal ini mengindikasikan bahwa semakin kecil rata-rata error tiap pixel yang dihasilkan antara citra asli dan citra rekonstruksi. Dalam proses kompresi dan proses rekonstruksi, semakin besar ukuran pixel yang akan diolah, akan semakin mempengaruhi kecepatan dalam proses komputasi yang dilakukan. 5.2 Saran 1. Untuk mendapatkan hasil terbaik pada proses kompresi dan rekonstruksi citra, dapat dicapai dengan menggunakan algoritma greedy seperti Orthogonal Matching Pursuit (OMP), Stage Wise Orthogonal Matching Pursuit (StOMP). 2. Untuk mendapatkan citra kompresi dengan kualitas warna 32 bit atau lebih, dilakukan pemrosesan yang terpisah terhadap peta warna merah, hijau dan biru (RGB). 3. Komputasi yang digunakan dalam proses kompresi dan rekonstruksi citra akan semakin cepat, bilamana dijalankan dengan spesifikasi komputasi yang cukup tinggi. DAFTAR PUSTAKA 1. F. Marvasti, A Unified Approach to Sparse Signal Processing, arxiv: v1 [cs.it], 11 Feb EJ. Candes, J. Romberg, and T. Tao, Robust uncertainty principles: Exact signal recovery from highly incomplete frequency information, IEEE Trans. Information Theory, Vol.52, no.2, Feb.2006, pp MF. Duarte, MA. Davenport, D. Takhar, JN. Laska, T. Sun, KF. Kelly, and RG. Baraniuk, Single-pixel imaging via compressive sampling, IEEE Signal Proc. Magazine (83), March 2008, pp AB. Suksmono, A graphical representation of multidomain signal processing, Proc. of SICE-ICASE 2006, Busan, Korea. 5. AB. Suksmono, A brief review on compressive imaging, Doc. RGQ14-2/2/ -E/Jul 2008, ITU-D, Rapp. Group Meeting on Q.14-2/2, Tokyo, 3-4 July Lu Gan, Block Compressed Sensing Of Natural Images, University of Liverpool- Dept. of Electrical Engineering and Electronics, L69 3GJ. 7. Marco F. Duarte, Mark A. Davenport, Dharmpal Takhar, Jason N. Laska, Ting Sun, Kevin F. Kelly, Richard G. Baraniuk, Single-Pixel Imaging via Compressive SamplingZ, IEEE Proccessing Magazine, special issue on compressive sampling, March [Donoho, D.L. Compressed sensing, IEEE Trans. on Inf. Theory, Vol. 52, pp , April Gribonval, R. & Nielsen, M. Sparse representations in unions of bases, IEEE Trans. on Inf. Theory, 49(12): RIWAYAT PENULIS Omrin Tampubolon dilahirkan di Ambon, Maluku pada tanggal 26 Januari Penulis menyelesaikan pendidikan di SMUN 2 Bandung pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Politeknik Kesehatan Surabaya, jurusan Teknik Elektro Medis kemudian lulus dari program D3 pada tahun Kemudian penulis melanjutkan kuliah S1 di Perguruan Tinggi Negeri di Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada tahun 2007 program Lintas Jalur, Jurusan Teknik Elektro bidang studi Telekomunikasi Multimedia.

Apa Compressed Sensing?

Apa Compressed Sensing? 1 COMPRESSED SENSING UNTUK APLIKASI PENGOLAHAN CITRA OMRIN TAMPUBOLON 2207100531 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Wirawan, DEA Jurusan Teknik Elektro Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Noise Pada saat melakukan pengambilan gambar, setiap gangguan pada gambar dinamakan dengan noise. Noise dipakai untuk proses training corrupt image, gambarnya diberi noise dan

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan hardware untuk pengambilan / pencuplikan citra serta

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan hardware untuk pengambilan / pencuplikan citra serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan jaman penggunaan citra dalam suatu sistem komputer memiliki peran yang semakin penting. Hal ini dikarenakan kemajuan teknik dan kemampuan hardware

Lebih terperinci

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital Latifatul Machbubah, Drs. Soetrisno, MI.Komp Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Definisi Citra Secara harfiah, citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Jika dipandang dari sudut pandang matematis, citra merupakan hasil pemantulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia digital, terutama dengan berkembangnya internet, menyebabkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa

Lebih terperinci

ENHANCED K-SVD ALGORITHM for IMAGE DENOISING

ENHANCED K-SVD ALGORITHM for IMAGE DENOISING ENHANCED K-SVD ALGORITHM for IMAGE DENOISING Edwin Junius, Reza Alfiansyah, Endra,Universitas Bina Nusantara, mono_unk@yahoo.com, devil.reza12@yahoo.com, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuat

Lebih terperinci

ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD

ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Kompresi data adalah proses mengubah suatu input data menjadi data lain dengan format berbeda dan ukuran yang lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu system perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

ANALISIS DWT SEBAGAI TRANSFORMASI SPARSITY UNTUK PENCUPLIKAN KOMPRESIF PADA AUDIO ANALYSIS OF DWT AS SPARSITY TRANSFORM FOR AUDIO COMPRESSIVE SAMPLING

ANALISIS DWT SEBAGAI TRANSFORMASI SPARSITY UNTUK PENCUPLIKAN KOMPRESIF PADA AUDIO ANALYSIS OF DWT AS SPARSITY TRANSFORM FOR AUDIO COMPRESSIVE SAMPLING ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 216 Page 1772 ANALISIS DWT SEBAGAI TRANSFORMASI SPARSITY UNTUK PENCUPLIKAN KOMPRESIF PADA AUDIO ANALYSIS OF DWT AS SPARSITY TRANSFORM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra merupakan representasi (gambaran) dari sebuah objek nyata yang dihasilkan oleh alat digital. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menunjang tugas akhir ini. Antara lain yaitu pengertian citra, pengertian dari impulse noise, dan pengertian dari reduksi noise.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil pengindraan atau pengukuran Pengambilan data dari hasil pengindraan atau pengukuran dapat dilihat pada lampiran A, berupa citra asli yang dengan format data.png kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi internet dalam beberapa tahun terakhir ini, telah membawa perubahan besar bagi distribusi media digital. Media digital yang dapat berupa

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL Jurnal Informatika Polinema ISSN: 407-070X PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL Reza Agustina, Rosa Andrie Asmara Teknik Informatika, Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bit serta kualitas warna yang berbeda-beda. Semakin besar pesat pencuplikan data

BAB I PENDAHULUAN. bit serta kualitas warna yang berbeda-beda. Semakin besar pesat pencuplikan data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citra digital merupakan suatu tampilan hasil dari proses digitalisasi citra analog yang diambil dari dunia nyata. Hasil dari proses digitalisasi citra analog

Lebih terperinci

Compressed Sensing untuk Sinyal Audio dengan Sensor Jamak

Compressed Sensing untuk Sinyal Audio dengan Sensor Jamak Compressed Sensing untuk Sinyal Audio dengan Sensor Jamak Muhammad Ibnu Bahrurrahim : 2207100562 Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN PENERAPAN DISCRETE COSINE TRANSFORM ( DCT )

TUGAS AKHIR KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN PENERAPAN DISCRETE COSINE TRANSFORM ( DCT ) TUGAS AKHIR KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN PENERAPAN DISCRETE COSINE TRANSFORM ( DCT ) Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Fakultas Teknik

Lebih terperinci

WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL

WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL SEMIN HASIL TUGAS AKHIR 1 WATERMKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGUL PADA CITRA DIGITAL Oleh : Latifatul Machbubah NRP. 1209 100 027 JURUSAN MATEMATI FAKULTAS MATEMATI DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH Fahmi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No.

Lebih terperinci

WATERMARKI G PADA DOMAI FREKUE SI U TUK MEMBERIKA IDE TITAS (WATERMARK) PADA CITRA DIGITAL

WATERMARKI G PADA DOMAI FREKUE SI U TUK MEMBERIKA IDE TITAS (WATERMARK) PADA CITRA DIGITAL WATERMARKI G PADA DOMAI FREKUE SI U TUK MEMBERIKA IDE TITAS (WATERMARK) PADA CITRA DIGITAL Zaki Rakhmatulloh, Aris Sugiharto, Eko Adi Sarwoko Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. Soedarto, Kampus UNDIP

Lebih terperinci

PENGGUNAAN latar belakang dalam proses pembuatan VIDEO COMPOSITING MENGGUNAKAN POISSON BLENDING. Saiful Yahya, Mochamad Hariadi, and Ahmad Zaini,

PENGGUNAAN latar belakang dalam proses pembuatan VIDEO COMPOSITING MENGGUNAKAN POISSON BLENDING. Saiful Yahya, Mochamad Hariadi, and Ahmad Zaini, 1 VIDEO COMPOSITING MENGGUNAKAN POISSON BLENDING Saiful Yahya, Mochamad Hariadi, and Ahmad Zaini, Abstrak Penggunaan gradasi yang halus pada penggabungan dua video pada proses video kompositing. Video

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA MENGGUNAKAN COMPRESSED SENSING BERBASIS BLOK

KOMPRESI CITRA MENGGUNAKAN COMPRESSED SENSING BERBASIS BLOK KOMPRESI CITRA MENGGUNAKAN COMPRESSED SENSING BERBASIS BLOK Disusun Oleh : Ardyan Lawrence (1022068) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri, MPH No.65, Bandung, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra (image) adalah bidang dalam dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sebagai salah satu komponen multimedia, citra memegang peranan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latarbelakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah yang akan dibahas, serta tujuan penelitian skripsi ini. Manfaat dalam penelitian, metodelogi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi terutama pada dunia digital pada saat ini memungkinkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa batas ruang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra (image) adalah kombinasi antara titik, garis, bidang, dan warna untuk menciptakan suatu imitasi dari suatu obyek, biasanya obyek fisik atau manusia. Citra dapat

Lebih terperinci

ANALISIS REDUKSI DATA CITRA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

ANALISIS REDUKSI DATA CITRA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR ANALISIS REDUKSI DATA CITRA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Susan Sulaiman, Suhartati Agoes Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa no 1, Grogol, Jakarta 11440 susan_sulaiman_2006@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA :38:54

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA :38:54 Rekonstruksi Citra pada Super Resolusi menggunakan Projection onto Convex Sets (Image Reconstruction in Super Resolution using Projection onto Convex Sets) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. foto, bersifat analog berupa sinyal sinyal video seperti gambar pada monitor

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL. foto, bersifat analog berupa sinyal sinyal video seperti gambar pada monitor BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Pendahuluan Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Definisi Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer. Citra

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL Veronica Lusiana 1, Budi Hartono 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KLASIFIKASI TEKSTUR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA PAKET WAVELET

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KLASIFIKASI TEKSTUR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA PAKET WAVELET PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KLASIFIKASI TEKSTUR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA PAKET WAVELET Sarwosri, Rully Soelaiman, dan Esther Hanaya Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab analisa dan perancangan ini akan mengulas tentang tahap yang digunakan dalam penelitian pembuatan aplikasi implementasi kompresi gambar menggunakan metode

Lebih terperinci

METODE FAIR-SHARE AMOUNT UNTUK KOMPRESI MENGGUNAKAN KUANTISASI VEKTOR PADA BASIS DATACITRA GRAY LEVEL SEMBARANG DENGAN DERAJAT KEABUAN

METODE FAIR-SHARE AMOUNT UNTUK KOMPRESI MENGGUNAKAN KUANTISASI VEKTOR PADA BASIS DATACITRA GRAY LEVEL SEMBARANG DENGAN DERAJAT KEABUAN METODE FAIR-SHARE AMOUNT UNTUK KOMPRESI MENGGUNAKAN KUANTISASI VEKTOR PADA BASIS DATACITRA GRAY LEVEL SEMBARANG DENGAN DERAJAT KEABUAN Febriliyan Samopa Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Penerapan Pohon Biner Huffman Pada Kompresi Citra

Penerapan Pohon Biner Huffman Pada Kompresi Citra Penerapan Pohon Biner Huffman Pada Kompresi Citra Alvin Andhika Zulen (3507037) Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No 0 Bandung,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengguna komputer semakin meningkat. Peningkatan jumlah pengguna komputer mengakibatkan penggunaan data digital juga semakin meningkat. Salah satu media

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA. lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa perangkat,

KOMPRESI CITRA. lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa perangkat, KOMPRESI CITRA Dalam kesempatan ini saya mencoba untuk menjelaskan apa itu kompresi citra dan bagaimana cara-cara format citra dengan menggunakan BMP, PNG, JPEG, GIF, dan TIFF. Kompresi citra itu adalah

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi ternyata berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Semuanya merupakan informasi yang sangat penting. Oleh karena

Lebih terperinci

Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda

Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda Teknik Penyisipan Pesan pada Kanal Citra Bitmap 24 bit yang Berbeda-beda Muhammad Reza Mandala Putra (13509003) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

Page 1

Page 1 MODUL V KOMPRESI CITRA DAN VIDEO Tiga tipe dari informasi yang berlebihan (redundancy) yang dapat dihilangkan atau direduksi : Spasial : Di dalam frame yang sama Sering kali menggunakan metode yang sama

Lebih terperinci

Pemampatan Citra Warna Menggunakan 31 Fungsi Gelombang-Singkat

Pemampatan Citra Warna Menggunakan 31 Fungsi Gelombang-Singkat Pemampatan Citra Warna Menggunakan 31 Fungsi Gelombang-Singkat Albertus Joko Santoso Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta albjoko@mail.uajy.ac.id Gede Bayu Suparta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MMS (Multimedia Messaging Service) adalah puncak dari evolusi SMS

BAB I PENDAHULUAN. MMS (Multimedia Messaging Service) adalah puncak dari evolusi SMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah MMS (Multimedia Messaging Service) adalah puncak dari evolusi SMS (Short Messaging Service) yang berupa pesan teks pendek, dan EMS (Enhanced Messaging Service)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PSD Bab I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. PSD Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Pengolahan Sinyal Digital (Digital Signal Processing, disingkat DSP) adalah suatu bagian dari sain dan teknologi yang berkembang pesat selama 40 tahun terakhir. Perkembangan ini terutama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

Penerapan Watermarking pada Citra berbasis Singular Value Decomposition

Penerapan Watermarking pada Citra berbasis Singular Value Decomposition Penerapan Watermarking pada Citra berbasis Singular Value Decomposition David Leonard Hasian ( 0522049 ) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jln. Prof. Drg. Suria Sumantri

Lebih terperinci

Pengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE)

Pengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE) Pengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE) Disusun Oleh : Nama : Abner Natanael R Nrp : 0522034 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Citra Citra (image) atau istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Citra Digital Berbasis Color Constancy Menggunakan Gray World

Peningkatan Kualitas Citra Digital Berbasis Color Constancy Menggunakan Gray World Peningkatan Kualitas Citra Digital Berbasis Color Constancy Menggunakan Heri Priya Waspada, *, Supeno Mardi Susiki Nugroho, Eko Mulyanto Yuniarno S Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya

Lebih terperinci

KULIAH 1 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA PENGANTAR MATRIKS

KULIAH 1 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA PENGANTAR MATRIKS KULIAH TEKNIK PENGOLAHAN CITRA PENGANTAR MATRIKS Matriks merupakan sebuah susunan segiempat siku-siku dari bilanganbilangan, dalam baris dan kolom. Bilangan-bilangan tersebut disebut entri atau elemen

Lebih terperinci

KONVERSI FORMAT CITRA RGB KE FORMAT GRAYSCALE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC

KONVERSI FORMAT CITRA RGB KE FORMAT GRAYSCALE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC KONVERSI FORMAT CITRA RGB KE FORMAT GRAYSCALE MENGGUNAKAN VISUAL BASIC Hanif Al Fatta STMIK AMIKOM Yogyakarta e-mail : hanivonitch@yahoo.com ABSTRACTS This paper explains how to manipulate image file format.

Lebih terperinci

Peningkatan Kompresi Citra Digital Menggunakan Discrete Cosine Transform 2 Dimension (DCT 2D)

Peningkatan Kompresi Citra Digital Menggunakan Discrete Cosine Transform 2 Dimension (DCT 2D) 1 Peningkatan Kompresi Citra Digital Menggunakan Discrete Cosine Transform 2 Dimension ( 2D) Nadia Printa Tearani, Member, IEEE Abstract Digital image compression is a data compression application that

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah untuk proses image denoising. Representasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah untuk proses image denoising. Representasi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinyal adalah besaran besaran fisik yang berubah ubah terhadap satu atau beberapa variabel bebas. Representasi sinyal sangat penting untuk sinyal proses, salah satunya

Lebih terperinci

ABSTRCTK & EXEUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING. Sistem Pengkodean File Image Kedalam Citra Foto Menggunakan Teknik Steganografi

ABSTRCTK & EXEUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING. Sistem Pengkodean File Image Kedalam Citra Foto Menggunakan Teknik Steganografi MIPA ABSTRCTK & EXEUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING Sistem Pengkodean File Image Kedalam Citra Foto Menggunakan Teknik Steganografi Oleh : Kiswara Agung Santoso, M.Kom NIDN : 0007097202 Kusbudiono, M.Si NIDN

Lebih terperinci

COMPARISON OF ONE DIMENSIONAL DCT AND LWT SPARSE REPRESENTATION

COMPARISON OF ONE DIMENSIONAL DCT AND LWT SPARSE REPRESENTATION COMPARISON OF ONE DIMENSIONAL DCT AND LWT SPARSE REPRESENTATION Endra 1 ; Gusandy 2 ; Kurniawaty 3 ; Yenny Lan 4 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, BINUS University, Jakarta Jln K.H. Syahdan

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN METODE POHON BINER HUFFMAN. Sarifuddin Madenda, Hayet L. dan I. Bayu *

KOMPRESI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN METODE POHON BINER HUFFMAN. Sarifuddin Madenda, Hayet L. dan I. Bayu * KOMPRESI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN METODE POHON BINER HUFFMAN Sarifuddin Madenda, Hayet L. dan I. Bayu * ABSTRAK KOMPRESI CITRA BERWARNA MENGGUNAKAN METODE POHON BINER HUFFMAN. Makalah ini membahas tentang

Lebih terperinci

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE Muhamad Sofwan & Dadang Gunawan Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia ABSTRAK Teknik watermarking dibagi menjadi dua, yaitu

Lebih terperinci

Model Citra (bag. I)

Model Citra (bag. I) Model Citra (bag. I) Ade Sarah H., M. Kom Defenisi Citra Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Jenis dari citra ada 2, yaitu: 1. Citra analog (kontinu) : Dihasilkan

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

Pengolahan Citra : Konsep Dasar Pengolahan Citra Konsep Dasar Universitas Gunadarma 2006 Pengolahan Citra Konsep Dasar 1/14 Definisi dan Tujuan Pengolahan Citra Pengolahan Citra / Image Processing Proses memperbaiki kualitas citra agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT

PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT TUGAS AKHIR PEMBERIAN TANDA AIR PADA CITRA DIGITAL DENGAN SKEMA TANDA AIR BERDASARKAN KUANTITASI WARNA DAN MENGGUNAKAN STANDARD ENKRIPSI TINGKAT LANJUT Oleh : Hendra Dani Dewaji 1205 100 068 Pembimbing:

Lebih terperinci

10/11/2014. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BAB 3. Pembentukan Citra Digital. Digitalisasi Citra. Yang dipengaruhi N,M, & q

10/11/2014. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BAB 3. Pembentukan Citra Digital. Digitalisasi Citra. Yang dipengaruhi N,M, & q 5 8 9 //4 CIG4E / Pengolahan Citra Digital BAB. Pembentukan Citra Digital Digitalisasi Citra Intelligent Computing and Multimedia (ICM) Digitalisasi Citra analog / objek / scene Citra digital //4 //4 Proses

Lebih terperinci

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. pembentukan dan penggunaan prinsip-prinsip engineering untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. pembentukan dan penggunaan prinsip-prinsip engineering untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Rekayasa Perangkat Lunak Menurut Pressman (2010, p.13), rekayasa perangkat lunak adalah pembentukan dan penggunaan prinsip-prinsip engineering untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

PEMAMPATAN CITRA MEDIK BERBASIS PENCUPLIKAN KOMPRESIF DAN PUSTAKA LATIH OVERCOMPLETE K-SVD

PEMAMPATAN CITRA MEDIK BERBASIS PENCUPLIKAN KOMPRESIF DAN PUSTAKA LATIH OVERCOMPLETE K-SVD Pemampatan Citra Medik berbasis Pencuplikan Kompresif dan Pustaka Latih.. (Antonius Darma Setiawan) PEMAMPATAN CITRA MEDIK BERBASIS PENCUPLIKAN KOMPRESIF DAN PUSTAKA LATIH OVERCOMPLETE K-SVD Antonius Darma

Lebih terperinci

Pengembangan Algoritma Pengubahan Ukuran Citra Berbasiskan Analisis Gradien dengan Pendekatan Polinomial

Pengembangan Algoritma Pengubahan Ukuran Citra Berbasiskan Analisis Gradien dengan Pendekatan Polinomial Pengembangan Algoritma Pengubahan Ukuran Citra Berbasiskan Analisis Gradien dengan Pendekatan Polinomial Eric Christopher School of Electrical Engineering and Informatics, Institute Technology of Bandung,

Lebih terperinci

Sesi 2: Image Formation. Achmad Basuki PENS-ITS 2006

Sesi 2: Image Formation. Achmad Basuki PENS-ITS 2006 Sesi 2: Image Formation Achmad Basuki PENS-ITS 2006 Materi Representasi Penglihatan Model Kamera Sampling Dan Kuantisasi Jenis-JenisCitra Mdel Citra Berwarna Format Warna RGB Membaca dan Menampilkan Citra

Lebih terperinci