ENHANCED K-SVD ALGORITHM for IMAGE DENOISING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ENHANCED K-SVD ALGORITHM for IMAGE DENOISING"

Transkripsi

1 ENHANCED K-SVD ALGORITHM for IMAGE DENOISING Edwin Junius, Reza Alfiansyah, Endra,Universitas Bina Nusantara, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah sistem proses image denoising dengan tipe dictionary overcomplete learning dengan algoritma K-SVD, Adapun pada perkembangannya diketahui K- SVD masih memiliki kelemahan yaitu salah satunya memakan waktu yang lama dalam melakukan proses image denoising. Oleh karena itu pada penelitian ini, juga berusaha untuk mengembangkan sistem proses image denoising, dimana pada pencarian sparse coding menggunakan OMPMMV agar mendapatkan waktu proses image denoising yang lebih cepat. Kata Kunci : mmv, sparse, representation, omp, svd 1. Pendahuluan Representasi sinyal sangat penting untuk sinyal proses, salah satunya adalah untuk proses image denoising. Representasi adalah bagaimana menyatakan suatu sinyal dalam basis pembentuknya yaitu dictionary. Masalah yang muncul adalah bagaimana membuat basis pembentuk / dictionary yang baik untuk melakukan proses image denoising agar menghasilkan nilai noise reduction yang besar. Untuk mendapatkan representasi sinyal yang baik yaitu dengan cara sifat dari sinyal tersebut harus bersifat sparse [3][4][5][6][7]. Sparse yang dimaksud adalah dengan sedikit koefisien yang memiliki nilai bukan nol (non-zero) mampu untuk merekonstruksi image secara efisien. Dalam proses mencari sifat sparse atau disebut sparse decomposition dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu algoritma untuk decomposition / sparse coding dan algoritma dalam pembentukan dictionarynya. Pada sparse coding, untuk penelitian ini menggunakan Orthogonal Matching Pursuit (OMP) yang bersifat greedy algorithm dan untuk dictionarynya dirancang secara overcomplete learning dan menggunakan algoritma K-Singular Value Decomposition (K-SVD). Overcomplete adalah nilai suatu sinyal yang memiliki nilai lebih dibandingkan ukuran dimensi / ukuran matriksnya. Pada penelitian menggunakan algoritma K-SVD, karena algoritma ini membangun sebuah kamus yang mengarah ke representasi sparse untuk diberikan set sinyal training (mudah dipahami dan diimplementasi) dan dengan menggunakan K-SVD, learning dictionary yang tampaknya sulit menjadi mudah dalam mencari nilai dictionarynya. Overcomplete dictionary learning yang dibuat berdasarkan algoritma K-SVD untuk image denoising masih belum sempurna yaitu proses image denoising yang menggunakan K-SVD masih tidak mampu mengatasi sinyal yang berdimensi tinggi (ukuran matriks yang besar) [2]. Algoritma K-SVD untuk pembuatan Dictionary learningnya memiliki beberapa masalah yaitu mengandalkan algortima pursuit untuk proses sparse coding dan Dictionary update yang dilakukan per-atom setiap iterasi / pengulangan, sehingga pada saat melakukan proses image denoising membutuhkan waktu yang lama dan penyimpanan data yang besar. Agar mampu memproses image denoising dengan waktu yang lebih singkat, yaitu dengan cara menggunakan algoritma EK-SVD (Enhanced K-SVD). EK-SVD mampu me-scan kolom dictionary yang hanya terdapat nilai non-zero. Proses EK-SVD perbedaannya terletak di bagian proses sparse coding dimana menggunakan OMP tetapi mencari representasi sinyalnya berdasarkan konsep Multiple Measurement Vektors (MMV) dimana nilai non-zero di clustered menjadi beberapa kolom / diperkecil kolomnya (pembacaan dictionary learning untuk mendapatkan update dictionary tidak perlu dilakukan perkolom).

2 2. Rancangan Sistem Pada penelitian yang dilakukan berupa simulasi, oleh karena itu perancangan pada sistem berfokus pada perancangan perangkat lunak. Perangkat keras hanya berupa PC yang nantinya akan digunakan untuk menjalankan program simulasi yang telah dibuat. Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi 2 bagian,. yaitu pada saat image denoising menggunakan algoritma K-SVD dan EK-SVD. Setiap penelitian dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu pada proses patch training data sinyal yang berbeda. Pada training 30 image menggunakan 30 buah gambar untuk training image-nya, sehingga training image yang dilakukan secara global. Setiap kali ingin melakukan proses image denoising tidak perlu lagi menjalankan kembali program training imagenya. Training corrupt image menggunakan hanya 1 buah gambar untuk training, tetapi image yang digunakan adalah image yang sudah terkena noise. Setiap kali ingin melakukan image denoising, perlu dilakukan tahap patch training dan image noise yang akan digunakan untuk data training harus sama imagenya dengan image yang akan di denoising. Tujuan pada penelitian, membandingkan lama waktu proses image denosing secara keseluruhan antara K-SVD dan EK-SVD. Pada EK-SVD penambahannya hanya terletak pada saat proses sparse codingnya dimana K-SVD menggunakan algoritma OMP dan pada EK-SVD satunya menggunakan algoritma EK-SVD. Pada penelitian juga membandingkan hasil PSNRnya. Membandingkan mana yang lebih baik, apakah hasil yang didapat pada training 30 image atau training corrupt image. Membandingkan dengan menggunakan nilai dikarenakan hasil setelah di-denoise dikhawatirkan hasil imagenya masih terdapat banyak noise sehingga dilihat dalam bentuk data. Training Image jika diberi image patch untuk menghitung jumlah atom yang ditraining image dan training corrupt image. = jumlah patch / block size baris, = jumlah patch / block size kolom., = banyak pixel / atom yang di training, = jumlah baris pada pixel Sparse Coding Sparse coding adalah proses pencarian koefisien dari sinyal dengan dictionary. Menggunakan ovecomplete dictionary matriks yang mengandung atom k, yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan yang diberikan oleh sinyal vektor linier sparse dari atom pada dictionary. dengan kombinasi Dimana merupakan l 0 norm (zero norm), yaitu jumlah koefisien non-zero, atau menghitung jumlah angka yang bukan bernilai 0 pada vektor. Untuk mendapatkan nilai dictionary yang cocok diharuskan untuk mendapatkan kondisi (2) atau setidaknya bernilai ( ). Oleh karena itu masalah pada representasi sparse untuk mendapatkan dictionary dan kamus yang cocok maka melibatkan persamaan (2) dimana jumlah sparseness / non-zero untuk representasi dibatasin (dapat dilihat pada persamaan 3). dimana merupakan batasan limit eror pada rekonstruksi. Untuk mencari koefisien bersifat NP-problem atau sulit untuk dicari nilainya oleh karena itu digunakan algoritma pursut dimana pada penelitian menggunakan OMP Orthogonal Matching Pursuit adalah algoritma yang bersifat greedy dalam menemukan sparse dari suatu sinyal yang diberikan. Algoritma ini mencoba menemukan basis vektor terbaik (atom) secara iteratif, sehingga dalam setiap iterasi eror dalam representasi berkurang. Hal ini dicapai dengan pemilihan bahwa atom dari dictionary memiliki proyeksi terbesar dan mutlak pada vektor eror. Hal ini pada dasarnya menunjukkan bahwa dalam memilih atom yang menambahkan informasi maksimum sehingga secara maksimal mengurangi kesalahan / eror dalam rekonstruksi sinyal vektor dan dictionary, algoritma OMP digunakan untuk mendapatkan nilai dari vektor dalam tiga langkah, yaitu : 1. Pilih atom yang memiliki proyeksi maksimal pada residunya. (1) (2) (3)

3 2. Perbarui 3. Perbarui residu. Dictionary Learning Seperti yang dibahas pada bagian OMP dimana masalah dalam representasi sparse dimana ditetapkan dengan persamaan (1) dan (2), untuk nilai sinyal input ditetapkan maka penyelesaiannya : merupakan kolom yang disusun dari semua vektor dan merupakan Frobenius norm dimana pada setiap elemen matriks nilainya diakar. Pada proses algoritma K-SVD berusaha untuk meminimalkan cost function secara berulang, dengan cara menggunakan algoritma OMP terlebih dahulu untuk sparse coding dan pada saat bersamaan tetap menjaga batasan sparsity (persamaan (3)). Pada saat proses sparse coding selesai, maka proses algoritma lanjut untuk mengupdate atom-atom pada dictionary. Pada nilai dictionary awal tidak diketahui nilainya oleh karena itu pada penelitian nilai atom pada dictionary awalnya dari overcompletedct. Dengan adanya nilai awal D yang menggunnakn overcompletedct maka cost function pada persamaan (4) dapat dipecah menjadi : (5) Dimana pada proses sparse coding mencari nilai vektor untuk setiap input sinyal. pada proses ini menggunakan metode OMP. Ketika sudah didapat nilai koding vektor yang efisien atau terpilih pada setiap sinyal, maka algoritma K-SVD digunkan untuk mendapatkan dictionary update ( ) lalu mendapatkan residu update (nilai residu yang semakin kecil). Setiap prosesnya dilakukan per kolom. Pada tahap ini nilai matriks sudah tetap begitu pula dengan nilai kecuali satu kolom (nilai kolom dictionary yang terpilih). menandakan kolom yang ditunjuk pada matriks. non-zero pada indeks sebuah sinyal yang didapat dari d k untuk representasi dan koefisien yang berada pada kombinasi linear. Representasi eror / residu dapat dimodifikasi dan ditulis menjadi : (4) (6) Dimana pada proses eror dibagi 2, dimana berlaku pada saat dictionary untuk semua atom (bukan d k ) dan dictionary yang terpilih (d k ). juga didapat dekomposisi perkalian matriks menjadi penjumlahan matriks rank 1. Nilai diasumsikan bernilai fix. Masalah untuk memperkecil nilai error maka dicarilah matriks rank K 1 untuk pendekatan matriks eror, dimana dapat dicari dengan melakukan singular value decomposition pada. SVD diaplikasikan secara langsung maka untuk menjaga nilai sparsenya. Untuk melakukannya dengan cara mengidentifikasi semua sinyal yang telah menggunakan k-th atom pada dictionary. Setelah selesai maka total error pada persamaan (6) dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian pertama yang menjelaskan representasi error pada sinyal 1 kolom dictionary yang terpilih ( ) dan sisanya untuk semua atom pada dictionary. Persamaan (6) maka membentuk persamaan : nilainya bervariasi dari pada persamaan 3.10 dan hanya mencari eror pada sinyal yang berada di bagian atom. Error function dapat dijalankan dengan pendekatan rank-1 pada matriks dengan menggunakan singular value decomposition. Enhanced K-SVD Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dimana masalah utamanya adalah bagaimana menentukan basis vektors / dictionary yang mampu melakukan representasi yang efisien. Dimana untuk penyelesaiannya adalah menggunakan overcomplete dictionary yang terdiri dari K-atom. Pada pendekatan K-SVD yang digunakan untuk dictionary based learning untuk representasi sparse memiliki beberapa kekurangan, dimana tidak mampu mengatasi sinyal dimensi tinggi [7] Masalah yang dihadapi dalam proses K-SVD : 1. Proses image denoising terlalu mengandalkan pursuit algorithm untuk mencari nilai koefisien sparsenya / proses sparse coding (7)

4 2. Dictionary updatenya per-atom setiap iterasi, dan pada proses K-SVD membutuhkan penyimpanan data yang besar karena proses komputasi nilai koefisien non-zero yang nilai lokasinya berada di tempat yang berbeda beda. Pada proses EK-SVD mencari representasi sinyal berdasarkan konsep Multiple Measurement Vektors (MMV) dimana nilai non-zero di clustered menjadi beberapa kolom / diperkecil kolomnya. Dengan metode ini maka penyimpanan data yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan pada proses K-SVD. Proses update dilakukan ke beberapa atom, yang menghasilkan konvergensi yang lebih cepat dan hasil rekontruksi yang lebih baik. Representasi sparse pada proses OMPMMV adalah sama dengan proses persamaan (1), dimana merupakan matriks yang melakukan multiple measurement vektors, X adalah solusi matiks dimana menunjukkan banyaknya deretan kolom yang memiliki nilai pada. deretan kolom yang memiliki nilai setidaknya memiliki satu nilai non-zero. Pada penelitian ini berpusat pada orthogonal matching pursut yang diukur secara MMV. Pada proses Enhanced K-SVD penelitian yang dilakukan hanya terletak pada proses kerja sparse coding. Pada proses dictionary learning untuk mendapatkan update dictionary sama dengan menggunakan algoritma K-SVD biasa (tidak ada perbedaan dengan metode K-SVD) Matriks dengan ukuran, terdiri dari pengukuran vektor, dan diketahui ukuran dictionary yang fix,. Masalah dalam mencari signal representation dapat dilihat pada persamaan : (9) Dimana merupakan nilai sparsity pengukuran pada dan bersifat -norm untuk kolom pada X. Pada metode K-SVD, setiap kolom pada Y di-extracted dan metode SMV diaplikasikan ke untuk mendapatkan solusi (10) SMV adalah single measurement vektor, dimana pembacaannya dilakukan per-atom (menggunakan algoritma OMP) Denoising Secara teori jika sinyal vektor memiliki dimensi yang tinggi maka, maka ukuran dictionary juga harus berukuran besar agar mampu melakukan rekonstruksi image yang stabil namun tidak demikian karena perbandingan nilai komputasi antara ukuran vektor dengan banyaknya atom pada dictionary oleh karena itu untuk menyelesaikan masalahnya maka pada prosesnya, image noise dipecah menjadi beberapa patch dan dibaca secara overlap. (11) = set sinyal / image input untuk training, = patches image, = Dimana merupakan noise yang berada pada patch Z, dan noise yang digunakan adalah Gaussian white noise. Untuk mencari image denoising pada patch, maka persamaan yang muncul untuk menyelesaikan persamaan (11) adalah dengan menggunakan persamaan : (12) dimana merupakan patch yang terpilih dari Z. Persamaan (12) digunakan untuk memperkecil eror antara image yang bersih dengan image yang terkena noise, dengan asumsi setiap patch pada input image merupakan sparse linear combination of patches pada Dictionary D. maka solusi untuk menyelesaikan cost function nya dengan menggunakan persamaan : (13) = panjang sinyal = matriks identitas = image noise = dictionary = koefisien

5 Implementasi Berikut ini adalah spesifikasi sistem yang digunakan dalam penelitian ini. Perangkat Tipe Jumlah - Intel Pentium B950. 2,1 GHz PC 1 - Memory 6.00 GB Pemrograman - MATLAB Ruang Lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah : - Menggunakan algoritma OMP untuk sparse coding dan menggunakan algoritma K-SVD untuk Dictionary Learning. Untuk pengembangannya (EK-SVD), terletak pada proses sparse coding dimana pengukuran dilakukan secara Multiple Measurement Vektors (OMPMMV) - Menggunakan 2 buah training data / sinyal. Training data yang digunakan adalah training 30 image dan training corrupt image. - Setiap training data baik training 30 image dan training corrupt image melakukan 2 proses, secara K-SVD dan EK-SVD - yang digunakan berupa grayscale - Menggunakan Gaussian White - Menggunakan Salt & Pepper, dan Speckle hanya untuk gambar Boat. - Menggunakan overcomplete Discrete Courier Transform Dictionary untuk penggunaan dictionary awal 3. Penelitian dan Evaluasi Data yang diuji : 1. Perbandingan nilai PSNR sebelum dan sesudah denoising pada training 30 image dan training corrupt image pada setiap gambar dan tingkat noise yang diuji untuk proses K-SVD. 2. Perbandingan nilai PSNR sebelum dan sesudah denoising pada training 30 image dan training corrupt image pada setiap gambar dan tingkat noise yang diuji untuk proses EK-SVD. 3. Perbandingan nilai waktu proses learning dictionary sesudah denoising untuk proses K-SVD dan EK- SVD training 30 image pada setiap gambar dan tingkat noise yang diuji 4. Perbandingan nilai waktu proses learning dictionary sesudah denoising untuk proses K-SVD dan EK- SVD corrupt image pada setiap gambar dan tingkat noise yang diuji 5. Perbandingan nilai PSNR sebelum dan sesudah denoising pada training 30 image dan training corrupt image pada gambar Boat untuk proses K-SVD dan EK-SVD dengan variasi noise yang berbeda. Tabel 1. Hasil penelitian nilai PSNR training 30 image K-SVD (dalam db) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah σ = σ = σ = σ = σ = σ = σ =

6 Tabel 2. Hasil penelitian nilai PSNR training 30 image EK-SVD (dalam db) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah σ = σ = σ = σ = σ = σ = σ = Tabel 3. Hasil penelitian nilai PSNR training corrupt image K-SVD (dalam db) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah σ = σ = σ = σ = σ = σ = σ = Tabel 4. Hasil penelitian nilai PSNR training corrupt image dengan EK-SVD (dalam db) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah σ = σ = σ = σ =

7 σ = σ = σ = Tabel 5. Hasil penelitian waktu learning antara K-SVD dengan EK-SVD untuk training 30 image (dalam second) KSVD EK-SVD KSVD EK-SVD KSVD EK-SVD σ = σ = σ = σ = σ = σ = σ = Tabel 6. Hasil penelitian waktu learning antara K-SVD dengan EK-SVD untuk training corrupt image (dalam second) KSVD EK-SVD KSVD EK-SVD KSVD EK-SVD σ = σ = σ = σ = σ = σ = σ =

8 Contoh hasil percobaan image denoising : Gaussian white noise Salt & Pepper Speckle PSNR = 20,31 db PSNR = 25,63 db PSNR = 25,62 db 1. Hasil sebelum image denoising training 30 image K-SVD dengan menggunakan noise yang PSNR = 22,89 db PSNR = 27,75 db PSNR = 27,82 db 2. Hasil setelah image denoising training 30 image K-SVD dengan menggunakan noise yang PSNR = 20,26 db PSNR = 25,46 db PSNR = 25,65 db 3. Hasil sebelum image denoising training 30 image EK-SVD dengan menggunakan noise yang PSNR = 22,98 db PSNR = 28,59 db PSNR = 27,96 db 4. Hasil setelah image denoising training 30 image EK-SVD dengan menggunakan noise yang

9 Gaussian white noise Salt & Pepper Speckle PSNR = 20,31 db PSNR = 25,89 db PSNR = 25,61 db 5. Hasil sebelum image denoising training corrupt image K-SVD dengan menggunakan noise yang PSNR = 22,65 db PSNR = 27,99 db PSNR = 27,88 db 6. Hasil setelah image denoising training corrupt image K-SVD dengan menggunakan noise yang PSNR = 20,29 db PSNR = 25,76 db PSNR = 25,65 db 7. Hasil sebelum image denoising training corrupt image EK-SVD dengan menggunakan noise yang PSNR = 23 db PSNR = 28,85 db PSNR = 27,95 db 8. Hasil setelah image denoising training corrupt image EK-SVD dengan menggunakan noise yang Perbandingan Proses K-SVD Dengan Proses EK-SVD Pada proses K-SVD baik menggunakan training 30 image ataupun training corrupt image hanya mampu menaikkan nilai PSNR sebesar 1,5 3 db pada setiap gambar yang diuji dan kenaikan level noise. Jika dilihat pada lampiran, hasil penelitian proses K-SVD training 30 image, dengan contoh gambar Lena dengan noise 10 maka hasil PSNR sebelum didenoise bernilai db dan setelah didenoise bernilai db, maka terjadi kenaikan nilai PSNR 1,92 db Jika diambil contoh dengan parameter yang sama untuk proses EK-SVD, maka didapat hasil EK- SVD training 30 image dengan noise 10 maka didapat hasil nilai PSNR sebelum didenoise db dan setelah didenoise nilainya db maka hanya mampu mengurangi noise sebesar 1,79 db. Pada sistem

10 EK-SVD yang dirancang, dapat dilihat pada proses pengamatannya tidak mampu mengurangi noise lebih baik dibandingkan sistem K-SVD yang dibuat, baik pada penelitian training 30 image maupun pada training corrupt image.. Pada sistem EK-SVD yang dirancang mengalami penurunan performa untuk menghilangkan noise sebesar 0,13 db hingga 0,2 db. Dilihat lama waktu prosesnya, sistem EK-SVD mampu memproses waktu jauh lebih cepat pada proses K-SVD, dapat dilihat hasil yang didapat pada proses dictionary learning mengalami pengurangan sebesar dan jika dihitung waktu keseluruhan proses image denoising mengalami penurunan sebesar Pada sistem yang dirancang EK-SVD, dimana pada pengembangannya dilakukan diproses OMP secara MMV (Multi Measeurement Vektor), pada saat proses pembacaan nilai untuk mencari atom yang terpilih pencariannya bukan lagi per-kolom seperti yang dilakukan pada OMP. Algoritma MMV proses learningnya dilakukan dengan mengambil nilai mayoritas dalam baris dictionary yang nantinya akan diupdate, sehingga walaupun baris pada dictionary memiliki atom dalam jumlah besar maka hanya membutuhkan waktu yang lebih cepat. Perbandingan Training Corrupt Image Dengan Training 30 Image Pada gambar 4.4 dan 4.5, lamanya waktu proses K-SVD untuk training corrupt image jauh lebih cepat, dikarenakan pada training data untuk corrupt image dan 30 image jumlah data set sinyal yang di training sudah berbeda. Training corrupt image K-SVD membaca 3249 pixel sedangkan pada proses training 30 image K-SVD bernilai 6000 pixel. Pada corrupt image juga hanya menggunakan 1 gambar dimana pembacaan pixelnya dilakukan secara overlap (pembacaan per pixel. Ukuran patch 8x8 pixel), sehingga hanya dengan input 1 gambar untuk proses training corrupt image mampu mencakup sepertiga jumlah pixel pada training 30 image yang menggunakan 30 buah gambar yang pembacaannya dilakukan per patch. Seperti yang dijelaskan pada bab untuk proses pada corrupted image Perbandingan Penggunaan 3 Jenis Berbeda Membandingkan nilai setiap proses K-SVD, EK-SVD baik menggunakan training image 30 buah gambar dengan training corrupt image, dengan menggunakan 3 jenis noise yang berbeda. Pada penelitian gambar yang digunakan adalah Boat. Jika dilihat hasilnya, nilai PSNR pada masing masing tiap gambar pada noise yang berbeda beda dapat dilihat hasilnya berbeda dikarenakan setiap jenis noise memiliki perbedaan tipe persebaran noise yang berbeda. Diambil contoh untuk perbandingan setiap proses training data dan proses image denoising, menggunakan parameter noise bernilai 100 dapat dilihat hasil penelitiannya, dengan noise Gaussian mampu menaikan nilai PSNR sebesar 2,3 db, Salt & Pepper mampu menaikkan nilai sebesar 2,49 db, dan Speckle mampu menaikkan sebesar 2,56 db. Rata rata pada tiap noise memiliki kenaikan nilai PSNR sebesar 2 db lebih setelah proses denoising. Jika dilihat nilai PSNR pada proses Gaussian, dimana nilai PSNRnya lebih kecil dibandingkan yang lain yaitu sebesar db dan setelah didenoise menaikan 2,3 db maka dapat dilihat bahwa menggunakan Gaussian noise dengan tipe persebaran noise yang merata sehingga nilai PSNR pada gambar bernilai kecil tetapi mampu menghasilkan nilai PSNR yang lebih baik setelah denoising. 4. Kesimpulan 1. Selama dilakukan penelitian dan pengujian, simulasi image denoising sesuai dengan tujuan yang diharapkan. EK-SVD yang dirancang mampu menghasilkan proses dictionary Learning yang lebih cepat dibandingkan K-SVD. Walaupun memiliki kekurangan performa dalam mengurangi noise sebesar 0,13 db hingga 0,2 db tetapi tidak terlalu berpengaruh karena perbedaan nilai PSNR yang kecil. Pada rancangan E-K-SVD memang berfokus untuk mengurangi proses dictionary learning dimana mampu mereduksi sebesar proses waktu dibandingkan K-SVD 2. Setiap jenis noise yang digunakan memiliki kepekaan yang berbeda terhadap besar kecilnya tingkat noise. Dilihat pada hasil penelitian, pada setiap proses image denoising untuk Gaussian noise memiliki kenaikan PSNR antara 2,5 db hingga 2,7 db (pengurangan noise yang stabil), sedangkan untuk Salt & Pepper nilainya antara 1,7 db hingga 2,68 db. (semakin besar noise, mampu menghasilkan PSNR lebih besar). Contohnya : Pada proses training corrupt image K-SVD untuk tingkat noise 20 nilai kenaikan PSNR pada Gaussian sebesar 2,49 db sedangkan untuk Salt & Pepper sebesar 1,93 db. Jika diuji dengan tingkat noise 100 hasil kenaikan PSNR pada Gaussian sebesar 2,3 db sedangkan untuk Salt & Pepper kenaikan PSNRnya sebesar 2,49 db. 3. Gaussian White merupakan tipe noise yang paling efektif digunakan dalam proses image denoising. Pada gambar terlihat paling rusak karena sifat noisenya yang melakukan persebaran secara merata tetapi jika dilihat dalam kenaikan nilai PSNR maka lebih efektif (pada percobaan dengan tingkat noise yang rendah mampu menaikkan nilai PSNR lebih dari 2 db).. 4. Training corrupt image hasil proses PSNR yang didapat lebih baik dibandingkan pada training 30 image.

11 Referensi [1] B.M.B, Adrian, (1995). MATLAB For Beginners. Massachusetts : Addison Wesley [2] J. Yang, A. Bouzerdoum, & S.L Phung, (2009). A new approach to sparse image representation using MMV and K-SVD. < > [3] M. Aharon, M.Elad, & A. Brucksten, (2006). K-SVD : an algorithm for designing overcomplete dictionaries for sparse representation. IEEE Trans. Signal Processing.,54(11), pp [4] M. Aharon, M.Elad, & A. Brucksten, (2006). K-SVD : design of dictionary for sparse representation. Israel : Haifa [5] M. Aharon(2006). Overcomplete dictionaries for sparse representation of signals. Israel : Haifa [6] M. Aharon, & M.Elad. Image denoising via sparse and redundant representations over learned dictionaries. IEEE Trans. Image Processing, 15(12), pp [7] P. Chatterjee, (2006). Denoising using the K-SVD method. < tp%3a%2f%2fciteseerx.ist.psu.edu%2fviewdoc%2fdownload%3fdoi%3d %26rep% 3Drep1%26type%3Dpdf&ei=NMQUUJTfK4zIrQfC7ID4Cg&usg=AFQjCNEFlYfRZDS63mU8wjAt NXt-5-vy2g> [8] S.G. Mallat, & Z. Zhang, (1993). Matching pursuits with time-frequency dictionaries. IEEE Trans. Signal Processing. 41(12), pp Riwayat Penulis Edwin J lahir di kota Jakarta pada tanggal 10 juni Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sistem Komputer pada tahun Reza Alfiansyah lahir di kota Jakarta pada tanggal 11 juli Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sistem Komputer pada tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah untuk proses image denoising. Representasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah untuk proses image denoising. Representasi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinyal adalah besaran besaran fisik yang berubah ubah terhadap satu atau beberapa variabel bebas. Representasi sinyal sangat penting untuk sinyal proses, salah satunya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Noise Pada saat melakukan pengambilan gambar, setiap gangguan pada gambar dinamakan dengan noise. Noise dipakai untuk proses training corrupt image, gambarnya diberi noise dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan hardware untuk pengambilan / pencuplikan citra serta

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan hardware untuk pengambilan / pencuplikan citra serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan jaman penggunaan citra dalam suatu sistem komputer memiliki peran yang semakin penting. Hal ini dikarenakan kemajuan teknik dan kemampuan hardware

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN PENELITIAN. Signal. Sparse Coding. Reconstruction. Reconstructed. Assessment

BAB 3 PERUMUSAN PENELITIAN. Signal. Sparse Coding. Reconstruction. Reconstructed. Assessment BAB PERUMUSAN PENELITIAN.1 Blok Diagram Signal Sparse Coding Dictionary Reconstruction Reconstructed Signal Assessment Gambar.1 Blok Diagram secara Umum Secara umum tujuan penelitian ini akan mencari dictionary

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil pengindraan atau pengukuran Pengambilan data dari hasil pengindraan atau pengukuran dapat dilihat pada lampiran A, berupa citra asli yang dengan format data.png kemudian

Lebih terperinci

REPRESENTASI SINYAL DENGAN KAMUS BASIS LEWAT-LENGKAP SKRIPSI. Oleh. Albert G S Harlie Kevin Octavio Ricardo Susetia

REPRESENTASI SINYAL DENGAN KAMUS BASIS LEWAT-LENGKAP SKRIPSI. Oleh. Albert G S Harlie Kevin Octavio Ricardo Susetia REPRESENTASI SINYAL DENGAN KAMUS BASIS LEWAT-LENGKAP SKRIPSI Oleh Albert G S Harlie 1100002070 Kevin Octavio 1100002096 Ricardo Susetia 1100007626 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2011 REPRESENTASI SINYAL

Lebih terperinci

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital Latifatul Machbubah, Drs. Soetrisno, MI.Komp Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Hasil penelitian waktu learning antara K-SVD dengan EK-SVD untuk training corrupt image (dalam second)

Hasil penelitian waktu learning antara K-SVD dengan EK-SVD untuk training corrupt image (dalam second) LC-1 Hasil penelitian nilai PSNR training 30 image dengan K-SVD (dalam db) Gambar Tingkat Lena Barbara Boat Noise Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah σ = 10 28.23 30.15 28.19 30.12 28.24 30.07

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. identifikasi (Naseem, 2010). Sudah banyak sistem biometrik yang dipakai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. identifikasi (Naseem, 2010). Sudah banyak sistem biometrik yang dipakai pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biometrik merupakan cara untuk merekam fisik seseorang atau karakteristik kebiasaan atau sifat yang bisa digunakan untuk otentikasi atau identifikasi (Naseem, 2010).

Lebih terperinci

Pengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE)

Pengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE) Pengurangan Noise pada Citra Menggunakan Optimal Wavelet Selection dengan Kriteria Linear Minimum Mean Square Error (LMMSE) Disusun Oleh : Nama : Abner Natanael R Nrp : 0522034 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSTRUKSI CITRA SUPER RESOLUSI DENGAN REPRESENTASI SPARSE

IMPLEMENTASI KONSTRUKSI CITRA SUPER RESOLUSI DENGAN REPRESENTASI SPARSE IMPLEMENTASI KONSTRUKSI CITRA SUPER RESOLUSI DENGAN REPRESENTASI SPARSE M. Hirzul Umam, Nanik Suciati, Arya Yudhi W 3,,3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI Implementasi

BAB 4 IMPLEMENTASI Implementasi BAB 4 IMPLEMENTASI Bab ini menuturkan penjelasan mengenai implementasi dari sistem pengujian yang dibangun berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Bab

Lebih terperinci

WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL

WATERMARKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA CITRA DIGITAL SEMIN HASIL TUGAS AKHIR 1 WATERMKING DENGAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGUL PADA CITRA DIGITAL Oleh : Latifatul Machbubah NRP. 1209 100 027 JURUSAN MATEMATI FAKULTAS MATEMATI DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEKNIK WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DWT-SVD DAN RDWT-SVD. Abstract

PERBANDINGAN TEKNIK WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DWT-SVD DAN RDWT-SVD. Abstract PERBANDINGAN TEKNIK WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DWT- DAN Qurrota Ayun Majid, T. Sutojo, S.Si, M.Kom Teknik Informatika - S1 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro Semarang 111201207118@mhs.dinus.ac.id

Lebih terperinci

Menurut Ming-Hsuan, Kriegman dan Ahuja (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah sistem pengenalan wajah dapat digolongkan sebagai berikut:

Menurut Ming-Hsuan, Kriegman dan Ahuja (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah sistem pengenalan wajah dapat digolongkan sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan berbagai landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini dan menguraikan hasil studi literatur yang telah dilakukan penulis. Bab ini terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia digital, terutama dengan berkembangnya internet, menyebabkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa

Lebih terperinci

Teknik Watermarking Citra Digital Dalam Domain DCT (Discrete Cosine Transform) Dengan Algoritma Double Embedding

Teknik Watermarking Citra Digital Dalam Domain DCT (Discrete Cosine Transform) Dengan Algoritma Double Embedding Teknik Watermarking Citra Digital Dalam Domain DCT (Discrete Cosine Transform) Dengan Algoritma Double Embedding Gideon Aprilius (0522116) Email: dionjuntak@gmail.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra (image) adalah bidang dalam dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sebagai salah satu komponen multimedia, citra memegang peranan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

Apa Compressed Sensing?

Apa Compressed Sensing? 1 COMPRESSED SENSING UNTUK APLIKASI PENGOLAHAN CITRA OMRIN TAMPUBOLON 2207100531 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Wirawan, DEA Jurusan Teknik Elektro Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Eksperimen E-nose terdiri dari 4 buah sensor gas dimana masing-masing dari sensor tersebut memiliki kepekaan yang berbeda pada saat pendeteksian aroma Jenis teh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1 Fast Fourier Transform (FFT) Dalam rangka meningkatkan blok yang lebih spesifik menggunakan frekuensi dominan, akan dikalikan FFT dari blok jarak, dimana jarak asal adalah: FFT = abs (F (u, v)) = F (u,

Lebih terperinci

DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR DAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM UNTUK NOISE FILTERING PADA CITRA DIGITAL

DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR DAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM UNTUK NOISE FILTERING PADA CITRA DIGITAL Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 9 (SNATI 9) ISSN: 97- Yogyakarta, Juni 9 DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR DAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM UNTUK NOISE FILTERING PADA CITRA DIGITAL Adiwijaya, D. R.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah denoising

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah denoising BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah denoising menggunakan Blind Source Separation dengan metode ICA. Data

Lebih terperinci

ANALISIS REDUKSI DATA CITRA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR

ANALISIS REDUKSI DATA CITRA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR ANALISIS REDUKSI DATA CITRA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Susan Sulaiman, Suhartati Agoes Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa no 1, Grogol, Jakarta 11440 susan_sulaiman_2006@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Citra atau gambar merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Didukung dengan perkembangan zaman

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 OPTIMASI NILAI AMBANG WAVELET BERBASIS LOGIKA FUZZY PADA DENOISING CITRA BERWARNA (Kata kunci: denoising, transformasi wavelet, logika fuzzy, thresholding, median absolute

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi terutama pada dunia digital pada saat ini memungkinkan informasi dalam berbagai bentuk dan media dapat tersebar dengan cepat tanpa batas ruang

Lebih terperinci

RESTORASI CITRA DENGAN METODE ITERATIF BERDASARKAN BAYESIAN GAUSS-MARKOV LINEAR MODEL DENGAN ALGORITMA GLOBAL GMRES

RESTORASI CITRA DENGAN METODE ITERATIF BERDASARKAN BAYESIAN GAUSS-MARKOV LINEAR MODEL DENGAN ALGORITMA GLOBAL GMRES PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 RESTORASI CITRA DENGAN METODE ITERATIF BERDASARKAN BAYESIAN GAUSS-MARKOV LINEAR MODEL DENGAN ALGORITMA GLOBAL GMRES Penyusun Tugas Akhir : Alfa Masjita Rahmat (NRP. 5106100103)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

Raden Abi Hanindito¹, -². ¹Teknik Informatika, Fakultas Teknik Informatika, Universitas Telkom

Raden Abi Hanindito¹, -². ¹Teknik Informatika, Fakultas Teknik Informatika, Universitas Telkom Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) ANALISIS & IMPLEMENTASI IMAGE DENOISING DENGAN MENGGUNAKAN METODE NORMALSHRINK SEBAGAI WAVELET THRESHOLDING ANALYSIS & IMPLEMENTATION IMAGE DENOISING USING NORMALSHRINK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan matlab. Kemudian metode trial dan error, selalu mencoba dan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan matlab. Kemudian metode trial dan error, selalu mencoba dan III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan studi literatur, yaitu mencari sumber-sumber literatur yang menjadi dasar keilmuan dari penelitian yang dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum Landasan teori dasar / umum yang digunakan dalam penelitian ini mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. 2.1.1 Speaker Recognition Pada

Lebih terperinci

3.2.1 Flowchart Secara Umum

3.2.1 Flowchart Secara Umum BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui dan memahami permasalahan dari suatu sistem yang akan dibuat. Dalam aplikasi menghilangkan derau

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS STEGANOGRAFI VIDEO DENGAN MENYISIPKAN TEKS MENGGUNAKAN METODE DCT

PERANCANGAN DAN ANALISIS STEGANOGRAFI VIDEO DENGAN MENYISIPKAN TEKS MENGGUNAKAN METODE DCT PERANCANGAN DAN ANALISIS STEGANOGRAFI VIDEO DENGAN MENYISIPKAN TEKS MENGGUNAKAN METODE DCT PLANNING AND ANALYSIS VIDEO STEGANOGRAPHY BY EMBEDDING TEXT WITH DISCRETE COSINE TRANSFORM METHOD 1 Ryan Anggara,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem pengenalan wajah ini yaitu input, proses dan output. Dengan input bahan penelitian

Lebih terperinci

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION Ahmad Saikhu, Nanik Suciati, Widhiantantri S. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ)

FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ) BAB 2 FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ) Bab ini akan menjelaskan algoritma pembelajaran FNLVQ konvensional yang dipelajari dari berbagai sumber referensi. Pada bab ini dijelaskan pula eksperimen

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

PENYEMBUNYIAN GAMBAR DALAM GAMBAR MENGGUNAKAN SISTEM FUNGSI ITERASI ABSTRAK

PENYEMBUNYIAN GAMBAR DALAM GAMBAR MENGGUNAKAN SISTEM FUNGSI ITERASI ABSTRAK PENYEMBUNYIAN GAMBAR DALAM GAMBAR MENGGUNAKAN SISTEM FUNGSI ITERASI Joseph Radiant (0722081) Jurusan Teknik Elektro email: joseph_nerrazuri@yahoo.com ABSTRAK Steganografi adalah teknik penyembunyian pesan

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR ( BAGIAN II )

SISTEM PERSAMAAN LINEAR ( BAGIAN II ) SISTEM PERSAMAAN LINEAR ( BAGIAN II ) D. FAKTORISASI MATRIKS D2 2. METODE ITERASI UNTUK MENYELESAIKAN SPL D3 3. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN D4 4. POWER METHOD Beserta contoh soal untuk setiap subbab 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra merupakan hasil representasi atau duplikasi dari sebuah objek ataupun merupakan imitasi dari sebuah objek atau benda. Citra memiliki beberapa karakteristik yang

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem. Penjelasan diagram blok sistem di atas adalah sebagai berikut: MATLAB MATLAB berfungsi sebagai tempat membuat program dan

Lebih terperinci

ALGORITMA ADAPTIVE COVARIANCE RANK UNSCENTED KALMAN FILTER UNTUK ESTIMASI KEADAAN PADA PERSAMAAN AIR DANGKAL

ALGORITMA ADAPTIVE COVARIANCE RANK UNSCENTED KALMAN FILTER UNTUK ESTIMASI KEADAAN PADA PERSAMAAN AIR DANGKAL ALGORITMA ADAPTIVE COVARIANCE RANK UNSCENTED KALMAN FILTER UNTUK ESTIMASI KEADAAN PADA PERSAMAAN AIR DANGKAL Habib Hasbullah 1, Erna Apriliani 2 1 Mahasiswa Program Studi S2, Jurusan Matematika, F-MIPA,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. citra digital yang telah dibuat. Hasilnya dari program kemudian akan dievaluasi untuk

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. citra digital yang telah dibuat. Hasilnya dari program kemudian akan dievaluasi untuk BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dalam bab 4 ini, akan dijelaskan proses implementasi program aplikasi restorasi citra digital yang telah dibuat. Hasilnya dari program kemudian akan dievaluasi untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem ini hanya menggunakan beberapa perangkat keras yang umum digunakan, seperti mikrofon, speaker (alat pengeras suara), dan seperangkat komputer

Lebih terperinci

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN MAXIMAL OVERLAP DISCRETE WAVELET TRANSFORM. Abstrak

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN MAXIMAL OVERLAP DISCRETE WAVELET TRANSFORM. Abstrak PEMODELAN TIME SERIES DENGAN MAXIMAL OVERLAP DISCRETE WAVELET TRANSFORM Budi Warsito 1, Subanar 2 dan Abdurakhman 3 1) Jurusan Statistika FSM UNDIP 2,3) Jurusan Matematika FMIPA UGM Abstrak Penggunaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Watermarking, SVD, DCT, LPSNR. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Watermarking, SVD, DCT, LPSNR. Universitas Kristen Maranatha Penerapan Watermarking pada Citra Menggunakan Teknik Singular Value Decomposition Discrete Cosine Transform Berdasarkan Local Peak Signal to Noise Ratio Frederick Michael ( 0522072 ) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan meliputi studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 7 Restorasi Citra (Image Restoration) Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 7 Restorasi Citra (Image Restoration) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 7 Restorasi Citra (Image Restoration) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika/Studi Sistem Informasi Fakultas Tekniknologi Informasi Universitas Mercu

Lebih terperinci

Kinerja Precoding pada Downlink MU-MIMO

Kinerja Precoding pada Downlink MU-MIMO Kinerja Precoding pada Downlink MU-MIMO Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang E-mail : subuhpramono@yahoo.co.id Abstrak Multiuser pada downlink MU MIMO mengakibatkan multiuser interference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra merupakan suatu kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra memiliki beberapa karakteristik yang mengandung suatu infomasi. Citra yang bagus dapat

Lebih terperinci

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma)

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) BAB III KALMAN FILTER DISKRIT 3.1 Pendahuluan Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) yang memberikan perhitungan efisien dalam mengestimasi state proses, yaitu dengan

Lebih terperinci

Pemampatan Citra Warna Menggunakan 31 Fungsi Gelombang-Singkat

Pemampatan Citra Warna Menggunakan 31 Fungsi Gelombang-Singkat Pemampatan Citra Warna Menggunakan 31 Fungsi Gelombang-Singkat Albertus Joko Santoso Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta albjoko@mail.uajy.ac.id Gede Bayu Suparta

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI AN EVALUASI Pada bab ini, disajikan spesifikasi sistem yang digunakan, pengujian program serta hasil pengujian. Pengujian dilakukan dengan melakukan pencarian kata kunci terhadap sejumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

COMPARISON OF ONE DIMENSIONAL DCT AND LWT SPARSE REPRESENTATION

COMPARISON OF ONE DIMENSIONAL DCT AND LWT SPARSE REPRESENTATION COMPARISON OF ONE DIMENSIONAL DCT AND LWT SPARSE REPRESENTATION Endra 1 ; Gusandy 2 ; Kurniawaty 3 ; Yenny Lan 4 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, BINUS University, Jakarta Jln K.H. Syahdan

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Golub Kahan dan QR Simetri untuk Dekomposisi Nilai Singular

Perbandingan Algoritma Golub Kahan dan QR Simetri untuk Dekomposisi Nilai Singular J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 3, No. 1, May 2006, 19 25 Perbandingan Algoritma Golub Kahan dan QR Simetri untuk Dekomposisi Nilai Singular Dieky Adzkiya, E. Apriliani, Bandung A.S. Jurusan

Lebih terperinci

Reduksi Rank pada Matriks-Matriks Tertentu

Reduksi Rank pada Matriks-Matriks Tertentu Reduksi Rank pada Matriks-Matriks Tertentu E. Apriliani, B. Ari Sanjaya September 6, 7 Abstract. Dekomposisi nilai singular (Singular Value Decomposition - SVD) adalah suatu metode untuk menuliskan suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA 3.1 Simulasi Kanal Fading Rayleigh Proses simulasi yang digunakan untuk memodelkan kanal fading diambil dari

Lebih terperinci

REDUKSI DIMENSI INPUT PADA JARINGAN SYARAF PCA-RBF DENGAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION

REDUKSI DIMENSI INPUT PADA JARINGAN SYARAF PCA-RBF DENGAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION REDUKSI DIMENSI INPUT PADA JARINGAN SYARAF PCA-RBF DENGAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION Abdul Hakim Maulana, Oni Soesanto, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Email:

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI PRESENTASI TUGAS AKHIR KI 091031 PENERAPAN METODE PRIMAL DUAL ACTIVE SET UNTUK NON NEGATIVE CONSTRAINED TOTAL VARIATION PADA MASALAH DEBLURRING (Kata kunci: Total Variation,Non-Negative Constrained, Primal

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN EVALUASI. teknik pemrosesan citra dengan menggunakan logika samar dan dengan teknikteknik

BAB 4 PENGUJIAN DAN EVALUASI. teknik pemrosesan citra dengan menggunakan logika samar dan dengan teknikteknik BAB 4 PENGUJIAN DAN EVALUASI 4.1 Pengujian Pengujian yang akan dilakukan buertujuan untuk melakukan perbandingan antara teknik pemrosesan citra dengan menggunakan logika samar dan dengan teknikteknik konvensional.

Lebih terperinci

PEMAMPATAN CITRA MEDIK BERBASIS PENCUPLIKAN KOMPRESIF DAN PUSTAKA LATIH OVERCOMPLETE K-SVD

PEMAMPATAN CITRA MEDIK BERBASIS PENCUPLIKAN KOMPRESIF DAN PUSTAKA LATIH OVERCOMPLETE K-SVD Pemampatan Citra Medik berbasis Pencuplikan Kompresif dan Pustaka Latih.. (Antonius Darma Setiawan) PEMAMPATAN CITRA MEDIK BERBASIS PENCUPLIKAN KOMPRESIF DAN PUSTAKA LATIH OVERCOMPLETE K-SVD Antonius Darma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

Penyusun Tugas Akhir : Ivan Hardiyanto (NRP : ) Dosen Pembimbing : Yudhi Purwananto, S.Kom, M.Kom Rully Soelaiman, S.Kom, M.

Penyusun Tugas Akhir : Ivan Hardiyanto (NRP : ) Dosen Pembimbing : Yudhi Purwananto, S.Kom, M.Kom Rully Soelaiman, S.Kom, M. PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GENERALIZED FUZZY C- MEANS CLUSTERING ALGORITHM WITH IMPROVED FUZZY PARTITIONS (Kata kunci: Algoritma Fuzzy Clustering,

Lebih terperinci

BAB IV PERCOBAAN DAN ANALISIS. Percobaan metode kompresi citra fraktal menggunakan algoritma

BAB IV PERCOBAAN DAN ANALISIS. Percobaan metode kompresi citra fraktal menggunakan algoritma BAB IV PERCOBAAN DAN ANALISIS Percobaan metode kompresi citra fraktal menggunakan algoritma genetika dilakukan menggunakan bahasa pemrograman Matlab 7.6.0.324 (R2008a). Percobaan dilakukan pada komputer

Lebih terperinci

BAB III EXTENDED KALMAN FILTER DISKRIT. Extended Kalman Filter adalah perluasan dari Kalman Filter. Extended

BAB III EXTENDED KALMAN FILTER DISKRIT. Extended Kalman Filter adalah perluasan dari Kalman Filter. Extended 26 BAB III EXTENDED KALMAN FILTER DISKRIT 3.1 Pendahuluan Extended Kalman Filter adalah perluasan dari Kalman Filter. Extended Kalman Filter merupakan algoritma yang digunakan untuk mengestimasi variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan internet yang semakin canggih sangat membawa kemajuan yang semakin berarti dalam berbagai aspek terutama bagi negara yang berkembang. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA SIR dipakai untuk mengestimasi kondisi kanal dan selanjutnya sebagai informasi feedback pada closed-loop power control berbasis SIR untuk menentukan besar update daya pancar MS. Oleh karena itu, akurasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengenalan wajah (face recognition) merupakan salah satu teknologi biometric yang sangat dibutuhkan dalam berbagai aplikasi, seperti keamanan, verifikasi (pembuktian)

Lebih terperinci

Bab IV Simulasi dan Pembahasan

Bab IV Simulasi dan Pembahasan Bab IV Simulasi dan Pembahasan IV.1 Gambaran Umum Simulasi Untuk menganalisis program pemodelan network flow analysis yang telah dirancang maka perlu dilakukan simulasi program tersebut. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Analisis Permasalahan Pada regresi berganda terdapat beberapa masalah yang dapat terjadi sehingga dapat menyebabkan estimasi koefisien regresi menjadi tidak stabil.

Lebih terperinci

APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR

APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR Jurnal Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 31 39 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR AMANATUL FIRDAUSI, MAHDHIVAN SYAFWAN,

Lebih terperinci

Penerapan Watermarking pada Citra berbasis Singular Value Decomposition

Penerapan Watermarking pada Citra berbasis Singular Value Decomposition Penerapan Watermarking pada Citra berbasis Singular Value Decomposition David Leonard Hasian ( 0522049 ) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jln. Prof. Drg. Suria Sumantri

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat lunak dewasa ini tidak terlepas dari berkembangnya studi mengenai kecerdasan buatan. Ada dua hal yang termasuk dari kecerdasan buatan

Lebih terperinci

REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU

REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU J. Math. and Its Appl. ISSN: 89-65X Vol. 4, No., November 7, 8 REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU Erna Apriliani, Bandung Arry Sanjoyo Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM

ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM Annissa Yanuvita Prabawaningtyas (1022053) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini penggunaan citra digital semakin meningkat karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh citra digital tersebut, di antaranya adalah kemudahan dalam mendapatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Metode Langsung Metode Langsung Eliminasi Gauss (EGAUSS) Metode Eliminasi Gauss Dekomposisi LU (DECOLU),

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Metode Langsung Metode Langsung Eliminasi Gauss (EGAUSS) Metode Eliminasi Gauss Dekomposisi LU (DECOLU), PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, atau pada persoalan rekayasa.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Pengenalan manusia secara otomatis menggunakan mesin merupakan masalah yang menantang dan telah menjadi banyak perhatian selama beberapa tahun terakhir. (Jawad, Syed, dan Farrukh,

Lebih terperinci

WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL BERBASIS DISCRETE WAVELET TRANSFORM DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION

WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL BERBASIS DISCRETE WAVELET TRANSFORM DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL BERBASIS DISCRETE WAVELET TRANSFORM DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION Disusun oleh : Nama : Hendra Togi Manalu Nrp : 0522121 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl.

Lebih terperinci

BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR BAB 4 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR A. Latar Belakang Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah tahapan-tahapan dalam penelitian. Berikut di bawah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah tahapan-tahapan dalam penelitian. Berikut di bawah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah tahapan-tahapan dalam penelitian. Berikut di bawah merupakan gambar desain penelitian: Pengumpulan Data Grayscalling Pustaka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian ini yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Latar Belakang 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknik pengkodean Low-Density Parity-Check Code (LDPCC) pertama kali diperkenalkan oleh Gallager, PhD pada tahun 1960. LDPC merupakan salah satu kelas dari pengkodean

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN TEKNIK KOMPRESI EXISTING DAN SIMULASI

BAB III PENGEMBANGAN TEKNIK KOMPRESI EXISTING DAN SIMULASI 26 BAB III PENGEMBANGAN TEKNIK KOMPRESI EXISTING DAN SIMULASI Berdasarkan tujuan dan batasan penelitian yang telah dijelaskan pada Bab Pendahuluan, penelitian yang akan dilaksanakan adalah menganalisis

Lebih terperinci

BAB 4 Sistem Persamaan Linear. Sistem m persamaan linear dalam n variabel LG=C adalah himpunan persamaan linear

BAB 4 Sistem Persamaan Linear. Sistem m persamaan linear dalam n variabel LG=C adalah himpunan persamaan linear BAB 4 Sistem Persamaan Linear berbentuk Sistem m persamaan linear dalam n variabel LG=C adalah himpunan persamaan linear Dengan koefisien dan adalah bilangan-bilangan yang diberikan. Sistem ini disebut

Lebih terperinci

Noise Cancellation Using Non-LocalMeans SVD

Noise Cancellation Using Non-LocalMeans SVD Noise Cancellation Using Non-LocalMeans SVD Muhammad Eka Suryana Universitas Negeri Jakarta eka-suryana@unj.ac.id Abstrak image denoising merupakan upaya untuk menghilangkan noise dari citra digital. Sejumlah

Lebih terperinci