BAB I PENDAHULUAN. Menurut Transparency International korupsi adalah the abuse of public
|
|
- Veronika Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Transparency International korupsi adalah the abuse of public office for private gain. Definisi dari TI tersebut telah banyak digunakan sebagai acuan dalam studi-studi tentang korupsi. Dalam beberapa kasus, sebenarnya kata private dalam pengertian tersebut seringkali berarti keluarga, partai, teman, dan sebagainya (Tanzi, 1998). Menurut Ertimi dan Saeh (2013) juga Sandholtz dan Koetlze (2000), definisi korupsi ternyata berbeda-beda di setiap negara, dan terpengaruh faktor budaya, sosial, moral dan hukum di masing-masing negara. Korupsi adalah gejala yang terjadi hampir di semua negara. Dalam laporan Transparency International (TI) tentang indeks persepsi korupsi, bahkan negara terbersih pun tidak mempunyai skor sempurna yakni Itu artinya, semua negara di dunia pasti menghadapi korupsi. Mantan Sekjen PBB, Kofi Annan, menegaskan bahwa Korupsi adalah tindak kejahatan ekonomi, namun demikian dampak negatif korupsi berimbas pada berbagai aspek kehidupan, melemahkan sendi-sendi kebangsaan, menghancurkan pilar-pilar hukum, etika dan norma sosial, dan bahkan merupakan kejahatan kemanusiaan (Pradiptyo et al., 2015). Ada banyak faktor penyebab terjadinya korupsi. Beberapa di antaranya disebutkan oleh Tanzi (1998), Seldadyo dan Haan (2006), dan Saha et al. 1 Menurut laporan Transparency International 2015, negara dengan indeks persepsi korupsi terbaik adalah Denmark dengan skor 91 dengan skala skol ( diakses 15 Februari
2 (2009). Tanzi (1998) menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, yakni faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung contohnya adalah regulasi, kebijakan belanja negara, kebijakan keuangan partai-partai serta pengadaan barang dan jasa pemerintah yang di bawah harga pasar. Di sisi lain, faktor tidak langsung contohnya seperti kualitas birokrasi, tingkat upah pegawai pemerintahan, dan penegakan hukum. Sementara itu, Seldadyo dan Haan (2006) membagi faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi menjadi empat kategori, 1) faktor ekonomi dan institusi ekonomi; 2) Faktor politik; 3) Faktor Legal dan Birokratis; dan 4) Faktor sosio-kultural. Saha et al. (2009) menyatakan bahwa penyebab korupsi adalah kurangnya kompetisi. Fokus dari kata kurangnya kompetisi dan dampaknya terhadap korupsi ada dua perspektif, yakni liberalisasi politik atau demokrasi dan liberalisasi ekonomi. Kompetisi dalam politik pemerintahan merefleksikan demokratisasi sistem tata negara yang mencakup hak-hak politik, kebebasan sipil, dan kebebasan press (media), sedangkan kompetisi dalam ekonomi mendorong liberalisasi yang merefleksikan sejauh mana intervensi pemerintah dalam mengatur ekonomi, khususnya sektor swasta. Korupsi sangat erat hubungannya dengan keadaan politik dan sistem pemerintahan di suatu negara demokrasi atau autokrasi (Nur-Tegin dan Czap, 2012). Demokrasi dan korupsi, dua hal yang sering mengemuka akhir-akhir ini, setelah melihat fakta maraknya kasus korupsi di negara manapun yang dilakukan oleh aparat Pemerintah/birokrat, para politisi, bahkan oknum penegak hukum. Banyaknya kasus korupsi di tengah-tengah proses demokrasi yang sedang 2
3 dibangun, memicu satu pertanyaan, apakah demokrasi yang tengah ditumbuhkembangkan ini menghasilkan mental yang korup? Secara teoritis, Hanan (2013) menjelaskan bahwa demokrasi menuntut adanya kedaulatan rakyat. Setiap orang dalam negara demokrasi punya hak menyuarakan kepentingannya dan mengontrol jalannya pemerintahan. Dengan kata lain, sistem demokrasi mensyaratkan adanya transparansi mengenai apa yang dikerjakan negara dan atau pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang dijalankan pemerintah, termasuk sumber daya dan anggaran yang digunakan, harus diketahui dan dilaporkan kepada rakyat. Maka demokrasi, secara teoritis, tidak memberi tempat bagi korupsi dan koruptor. Fondasi teoritis dalam studi tentang korupsi adalah teori tentang faktorfaktor yang mempengaruhi tindakan kriminal, dimana individu yang rasional mempertimbangkan biaya dan manfaat dari suatu tindakan kejahatan (Becker, 1968). Kemungkinan manfaat yang akan diterima para koruptor pemberi suap misalnya adalah semakin pendeknya rantai birokrasi sehingga memungkinkan semakin cepatnya proses izin (Guriev, 2004). Dalam beberapa penelitian, demokrasi dan kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi menjadi faktor standar yang mempengaruhi korupsi. Logikanya, discount rate dari para calon koruptor (potential corruptor) dari suatu negara yang lebih sejahtera dan makmur akan semakin kecil, sehingga membuat potential corruptor memliki keingingan yang lebih kecil untuk melakukan korupsi (Ades et al., 1999; Jain, 2001; Serra, 2006; Lambsdorff, 2006). 3
4 Penelitian tentang determinan korupsi juga banyak menggunakan economic freedom 2 (kebebasan ekonomi) sebagai variabel penjelas (Goel dan Nelson, 2004; Billger dan Goel., 2009; Saha et al., 2009). Secara teori, semakin tinggi kebebasan ekonomi (economic freedom) yang diberikan pemerintah kepada sektor swasta kontrol dari pemerintah semakin longgar maka akan mengurangi kesempatan bagi oknum pejabat birokrasi untuk melakukan korupsi, misalnya dengan pemerasan untuk mendapatkan izin usaha (Billger dan Goel., 2009). Diskusi tentang bagaimana pengaruh demokrasi terhadap tingkat korupsi masih menemui perdebatan. Billger dan Goel. (2009) menghasilkan kesimpulan bahwa demokrasi berpengaruh positif, artinya semakin tinggi demokrasi, maka akan membuat indeks korupsi lebih baik atau tingkat korupsi rendah, sedangkan Saha et al. (2009) menyatakan bahwa demokrasi mempengaruhi korupsi tergantung interaksinya dengan Kebebasan Ekonomi. Semakin demokratis suatu negara akan membuat korupsi rendah namun hanya pada level Kebebasan Ekonomi yang tinggi, tetapi jika level Kebebasan Ekonomi rendah, justru semakin demokratis maka semakin tinggi korupsinya. Berdasarkan laporan TI mengenai indeks persepsi korupsi global dan indeks demokrasi menurut dom House 4 secara umum memberikan gambaran hubungan negatif antara demokrasi dan korupsi. Di antara 10 negara yang dianggap paling bersih dari korupsi (10 peringkat teratas), 9 adalah negara 2 Indeks Economic dom yang sering digunakan adalah indeks dari Heritage Foundation dalam situs diakses 15 Februari diakses 16 februari
5 10 PERINGKAT TERBAWAH 10 PERINGKAT TERATAS berkategori demokrasi. 5 Hanya satu negara, yakni Singapura, yang masuk kategori paling bersih dari korupsi, tetapi tidak tergolong negara demokrasi. Sebaliknya, 10 negara yang menduduki peringkat terbawah atau dianggap paling korup, semuanya tergolong negara bukan demokrasi. Tabel 1.1 Peringkat Teratas Dan Terbawah Indeks Persepsi Korupsi, 2015 NEGARA DENMARK FINLANDIA SWEDIA SELANDIA BARU BELANDA NORWEGIA SWISS SINGAPURA KANADA JERMAN GUINEA-BISSAU VENEZUELA IRAK LIBYA ANGOLA SUDAN SELATAN SUDAN AFGHANISTAN KOREA UTARA SOMALIA INDEKS PERSEPSI KORUPSI 1) Sumber: 1) Transparency International ; 2) dom House (data diolah). STATUS DEMOKRASI 2)6 Partly free Dari tabel 1.1 terlihat bahwa satu-satunya negara Asia Tenggara, bahkan Asia, yang masuk 10 besar negara paling baik indeks korupsinya menurut TI 5 Status demokrasi didapatkan dari 2 kategori indeks, yakni civil liberties (kebebasan sipil) dan political rights (Hak politik) dengan skala 1-7 (semakin besar indeks, demokrasi semakin buruk), ( diakses 16 februari Civil liberties (kebebasan sipil) dan political rights (Hak politik) merupakan dua aspek demokrasi yang diperkenalkan oleh Barro (1999). 6 Not = skor Partly = skor = Skor
6 hanyalah Singapura. Untuk negara-negara ASEAN lainnya, indeks korupsinya masih berada di urutan 50 ke atas, dengan tidak ada satu negara pun yang status demokrasinya free menurut dom House (FH). Tabel 1.2 Indeks Persepsi Korupsi dan Status Demokrasi ASEAN (Skor Indeks), 2015 NEGARA INDEKS PERSEPSI KORUPSI 1) STATUS DEMOKRASI 2) KEBEBASAN EKONOMI 3) SINGAPURA MALAYSIA THAILAND INDONESIA FILIPINA VIETNAM LAOS KAMBOJA Partly (5.1) Partly (4.7) Not (3.3) Partly (6.4) Partly (6.3) Not (2) Not (1.2) Not (3) Sumber: 1) Transparency International ; 2) dom House 3) Heritage Foundation(data diolah). Dari tabel 1.2 bisa disimpulkan bahwa sebagian negara ASEAN yang status demokrasinya lebih baik juga memiliki indeks persepsi korupsi yang lebih baik. Hanya pengecuailan bagi Thailand yang status demokrasinya Not dengan skor 3,3 justru indeks persepsi korupsinya lebih baik dari Indonesia dan Filipina yang lebih demokratis. Namun, jika diruntut dari tahun-tahun sebelumnya, Thailand sebenarnya memiliki status demokrasi Partly. Hanya saja, adanya perubahan regulasi dan undang-undang yang terjadi di Thailand seiring terjadinya demo besar-besaran dan kudeta militer yang terjadi pada tahun 2014, membuat status demokrasinya berubah. 7 Billger (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi kebebasan ekonomi, akan mengurangi tingkat korupsi. Yang menarik dari data pada tabel 1.2 tersebut 7 Laporan tahunan dom House dom In The World 2015, ( diakses 16 Februari
7 adalah, salah satu contohnya, fakta bahwa Singapura, Malaysia, dan Thailand memiliki Indeks Persepsi Korupsi (IPK) lebih baik dari Indonesia meskipun demokrasi di negara-negara tersebut tidak lebih baik dari Indonesia. Namun demikian dilihat dari kebebasan ekonomi-nya, Singapura, Malaysia dan Thailand lebih baik. Namun dibandingkan dengan Filipina, Laos, dan Kamboja, IPK Indonesia lebih baik karena demokrasinya juga lebih baik. Fakta lainnya, kebebasan ekonomi Filipina lebih baik dari Indonesia, tetapi IPK-nya lebih rendah dari Indonesia. Oleh karena itu, di ASEAN berlaku juga teori dan hasil empiris dari penelitian Saha et al. (2009) bahwa demokrasi berpengaruh terhadap korupsi dengan batasan-batasan kebebasan ekonomi tertentu. Begitu juga sebaliknya, kebebasan ekonomi berpengaruh terhadap korupsi dengan batasan-batasan demokrasi tertentu. Pada tahun 2007, para pemimpin ASEAN telah menandatangani deklarasi Ekonomi ASEAN untuk mendirikan suatu lingkungan masyarakat ASEAN yang dikenal dengan ASEAN Economic Community (AEC) atau dalam bahasa Indonesia disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Persaingan bebas dalam lingkup regional tersebut tentunya menuntut persiapan tidak hanya dari aspek ekonomi, tetapi juga dari aspek kelembagaan, yakni kualitas pemerintahan yang baik (Good Governance) yang salah satunya adalah masalah korupsi. Senada dengan hal tersebut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Indonesia, Yuddy Chrisnandi, menyatakan bahwa Good Governance berguna untuk meningkatkan daya tarik 7
8 investasi demi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara dalam rangka menghadapi MEA, karena MEA ditandai dengan pasar tunggal berbasis produksi. Aliran modal dan terbukanya kesempatan berinvestasi tanpa batas serta persaingan tenaga kerja yang berkompeten Rumusan Masalah Demokrasi secara teoritis dapat mempengaruhi korupsi di suatu negara, karena dalam negara demokrasi, mensyaratkan adanya transparansi mengenai apa yang dikerjakan negara dan atau pemerintah. Beberapa penelitian tentang pengaruh demokrasi terhadap korupsi telah banyak dilakukan, namun dengan unit analisis negara-negara seluruh dunia. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi korupsi dalam skala lingkup regional ASEAN menarik dilakukan karena good governance menjadi salah satu faktor penting bagi setiap negara ASEAN untuk menghadapi persaingan dalam MEA khususnya, dan persaingan dengan kawasan regional lain seperti Uni Eropa. Sebagai kawasan regional dengan tingkat demokrasi dan kebebasan ekonomi yang berbeda di setiap negara anggotanya dan fakta bahwa kebebasan ekonomi dan demokrasi masing-masing tidak selalu berpengaruh positif terhadap IPK, maka ASEAN akan sangat menarik diteliti untuk menguji bagaimana pengaruh demokrasi terhadap korupsi di kawasan regional tersebut dan interaksinya dengan kebebasan ekonomi. 8 Orasi Ilmiah Menpan-RB pada wisuda Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka di JCC Senayan, 20 Desember 2015, ( diakses 15 Februari
9 1.3. Pertanyaan Penelitian 1) Di manakah posisi negara-negara ASEAN berdasarkan tingkat korupsi, demokrasi, dan kebebasan ekonomi, ? 2) Apakah interaksi antara demokrasi dan kebebasan ekonomi mempengaruhi korupsi di ASEAN, ? 1.4. Tujuan Penelitian 1) Mengetahui posisi negara-negara ASEAN berdasarkan tingkat korupsi, demokrasi, dan kebebasan ekonomi, ) Menganalisis pengaruh interaksi antara demokrasi dan kebebasan ekonomi terhadap korupsi di ASEAN, Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Dengan pemilihan variabel dan data yang berbeda dengan penelitian sebelumnya penelitian ini akan menambah studi empiris mengenai hubungan antara tingkat korupsi dan demokrasi serta kebebasan ekonomi, khususnya di ASEAN yang belum pernah ada yang meneliti. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah masing-masing negara ASEAN dalam upaya untuk menghadapi persaingan dalam MEA melalui perbaikan good governance. 9
10 1.6. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya akan memakai data dari 8 negara anggota ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Laos. Adapun Brunei Darussalam dan Myanmar tidak diikutsertakan karena data dari beberapa variabel tidak tersedia. Selain itu, data time series yang digunakan hanya 10 tahun dari 2005 sampai 2014 karena beberapa variabel belum ada sampai tahun Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini akan mengantar pembaca untuk mempermudah memahami isi penelitian ini. Peneliti membagi penelitian ini menjadi lima bab sebagai berikut: Pada penelitian ini, untuk lebih memudahkan para pembaca dalam memahami runtutan isinya maka peneliti memulainya dengan bab I tentang pendahuluan yang akan mengulas mengenai latar belakang masalah, debat literatur, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Berikutnya dalam bab II akan menjelaskan mengenai tinjauan pustaka di antaranya akan menjelaskan mengenai kajian teori tentang kriminalitas dan hubungannya dengan perekonomian, serta bagaimana ilmu ekonomi memandang fenomena kriminalitas, dan juga penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Pada pembahasan selanjutnya yaitu bab III akan menjelaskan tentang bagaimana metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti, dengan beberapa uraian tentang variabel penelitian, jenis dan sumber data, model 10
11 penelitian, serta alat analisis apa saja yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Selanjutnya, bab IV berisi paparan hasil dari penelitian serta diskusi dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dengan menggunakan alat-alat analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Yang terakhir, pada bab V keseluruhan hasil serta diskusi dalam penelitian ini disimpulkan dan juga berisi tentang saran-saran penelitian. 11
BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korupsi merupakan musuh bersama setiap negara, karena hal ini sudah menjadi fenomena mendunia yang berdampak pada seluruh sektor. Tidak hanya lembaga eksekutif tersandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciCorruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta.
Corruption Perception Index 2016 Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta. Apa itu Corruption Perception Index (CPI)? Indeks Gabungan Hingga 13 sumber data Menggambarkan
Lebih terperinciCorruption Perception Index Metode Berubah, Indonesia Masih Tetap di Bawah
Corruption Perception Index 2012 Metode Berubah, Indonesia Masih Tetap di Bawah Apakah CPI? CPI is an aggregate indicator that ranks countries in term of the degree to which corruption is perceived to
Lebih terperinciKORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
54 IV. KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI Selanjutnya pada bab ini akan memberikan uraian secara rinci terkait dengan aspek-aspek korupsi, pembangunan manusia dan investasi di delapan negara kawasan ASEAN
Lebih terperinciCorruption Perception Index 2014
Korupsi di Indonesia masih tinggi. Pemerintah Perlu Mempercepat Sistem Integritas Nasional Corruption Perception Index 2014 Apa itu Corruption Perception Index? Indeks Gabungan (hingga 13 sumber data)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan sosial (Social Walfare) bagi
Lebih terperinciSKOR INDONESIA DALAM WORLD GOVERNANCE INDICATORS 2012
SKOR INDONESIA DALAM WORLD GOVERNANCE INDICATORS 2012 Judul Laporan The Worldwide Governance Indicators Penerbit World Bank 2012 A. Pengantar World Governance Indicators (WGI) merupakan kumpulan indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Iyan Setiono, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang demokratis, namun perilaku korupsi semakin meluas yang dilakukan secara terorganisir dan sistematis memasuki seluruh aspek
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan
Lebih terperinciCorruption Perception Index Perbaiki Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi Layanan Publik
Korupsi di Indonesia masih tinggi. Pemerintah Perlu Mempercepat Sistem Integritas Nasional Corruption Perception Index 2015 Perbaiki Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi Layanan Publik Apa itu Corruption
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Permbangunan ekonomi merupakan tujuan utama negara-negara sedang berkembang (NSB). Keberhasilan kinerja pemerintah dan lembaganya cenderung diukur dengan pertumbuhan
Lebih terperinci2015 PERAN PKK DALAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS KEWARGANEGARAAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Indeks daya saing bangsa Indonesia terus mengalami perbaikan. Berdasarkan data yang dilansir oleh World Economis Forum (2011, hlm. 18) dalam Global Competitiviness
Lebih terperinciMEMBANGUN TIM EFEKTIF
MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemimpin ASEAN setuju untuk mempercepat integrasi perekonomian dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada ASEAN Summitbulan Januari 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis UMY adalah mahasiswa di perguruan tinggi yang fokus mempelajari ilmu seputar ekonomi dan bisnis yang meliputi jurusan Akuntansi, Manajemen,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap
Lebih terperinciPerbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1
Perbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1 Akhmad Farhan Mahasiswa Program Doctor of Business Administration Graduate School of Business, Universiti Kebangsaan Malaysia Abstrak Artikel
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007
Ringkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007 Setelah analisa selama bertahun-tahun yang dilakukan Transparency International (TI) dan lembaga lain, tidak diragukan lagi efek buruk korupsi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan jasa profesi akuntansi, khususnya jasa akuntan publik di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak peraturan perundangundangan yang mewajibkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada KTT ASEAN ke-20 yang dihadiri oleh seluruh anggota yaitu: Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Laos, Myanmar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan
BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian ini akan mengkaji strategi pembangunan Zona Integritas yang dilakukan oleh Pemkot Yogyakarta hingga mampu mendapatkan predikat Wilayah Bebas Korupsi untuk dua unit kerjanya,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini
Lebih terperinciPEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Ilman Nurrokhman 11.02.7973 Kelompok A D-3 Manajemen Informatika Dosen: Drs. M. Khalis Purwanto, MM ABSTRAK Di Indonesia praktek korupsi sudah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 KESIMPULAN A. Hasil tipologi berdasarkan tingkat penggangguran dan openness dalam penelitian ini menemukan: 1. Posisi negara Indonesia dan Filipina rata-rata
Lebih terperinciDAYA SAING DALAM MENGHADAP
MENATA BIROKRASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM MENGHADAP MASYARAKATI EKONOMI ASEAN OLEH: INDRA SAFRI 1.1. PENDAHULUAN 1. Globalisasi Ekonomi adalah merupakan suatu keniscahyaan, yang mau tidak, mau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada akhir tahun 2015, ASEAN Economic Community (AEC) atau lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2015, ASEAN Economic Community (AEC) atau lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diterapkan. Bakhri (2015) menjelaskan penerapan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dunia. Berdasarkan survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010,
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia termasuk negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan industri terbesar dalam penggerak perekonomian yang tercatat mengalami pertumbuhan positif diseluruh dunia ditengah-tengah ketidakpastian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan komunikasi dari suatu negara ke negara lainnya. Dengan adanya globalisasi batasan geografis antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Potensi UMKM Kota Bandung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Bandung yang semakin berkembang ternyata membuat jumlah unit usaha tetap
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data
43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data adalah data panel dengan periode 2000-2009 dan cross section delapan negara
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN ARSIPARIS DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kurniatun. Abstrak
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ARSIPARIS DI INDONESIA DAN TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 1 Kurniatun Abstrak OPINI Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 tuntutan terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik kecurangan akuntansi dalam organisasi hanya bisa dicegah dan dibasmi apabila ada komitmen tinggi untuk tidak melakukan berbagai bentuk kecurangan dari masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Isu mengenai korupsi telah menjadi perhatian utama media di
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Isu mengenai korupsi telah menjadi perhatian utama media di Indonesia. Hampir setiap hari berita mengenai kasus korupsi diberitakan di media cetak maupun media televisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi memerlukan waktu yang relatif lama daripada zaman sekarang yang hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya Teknologi Informasi dari tahun ke tahun yang berkembang pesat, proses transaksi ekonomi menjadi lebih mudah dan lancar. Dimana dulu transaksi ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPERAN HUMAS PEMERINTAH DALAM MENGKAMPAYEKAN GERAKAN ANTIKORUPSI
PERAN HUMAS PEMERINTAH DALAM MENGKAMPAYEKAN GERAKAN ANTIKORUPSI Prof. Denny Indrayana, S.H.,LL.M.,Ph.D. Wakil Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Makassar, 6 November 2012 KONDISI FAKTUAL Muncul kasus-kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Good Governance muncul sebagai kritikan atas dominasi lembaga pemerintah dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah suatu penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing integration for better jobs
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal tanpa didukung oleh komitmen untuk memperbaiki validitas dari standar penilaian kinerja kelembagaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah salah satu organisasi internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak mewarnai pengembangan dan aplikasi
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK
LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Oleh: RIRIS KATHARINA HANDRINI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak dalam dunia bisnis saat ini. Perusahaan berada dalam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan sangat berdampak dalam dunia bisnis saat ini. Perusahaan berada dalam lingkungan bisnis yang sangat berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses
Lebih terperinciV. ANALISIS DETERMINAN KORUPSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN INVESTASI
64 V. ANALISIS DETERMINAN KORUPSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN INVESTASI 5.1 Analisis Determinan Korupsi di Delapan Negara Kawasan ASEAN Pada bagian analisis ini bertujuan mengestimasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB 7 PERDAGANGAN BEBAS
BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat
Total inflow (Miliar Dolar AS) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat sejak memasuki era 1990-an. Pertumbuhan remitansi
Lebih terperinci2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara dengan sumberdaya yang begitu melimpah ternyata belum mampu dikelola untuk menghasilkan kemakmuran yang adil dan merata bagi rakyat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Friastuti, 2012) adalah contoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat akhir-akhir ini mempertanyakan makna sesungguhnya dari opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) pada suatu instansi pemerintah. Instansi pemerintah dengan predikat
Lebih terperinciKERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan ilmu sosial di perguruan tinggi yang masih banyak diminati hingga saat ini. Sejalan dengan kemajuan dunia teknologi
Lebih terperinciMENANGKAL KORUPSI DENGAN MEMAHAMI FRAUD TRIANGLE. Oleh : Juli Winarto, Ak. MM, CA Widyaiswara Badan Diklat Pemprov. Jawa Timur
MENANGKAL KORUPSI DENGAN MEMAHAMI FRAUD TRIANGLE Oleh : Juli Winarto, Ak. MM, CA Widyaiswara Badan Diklat Pemprov. Jawa Timur Corruption Perception Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK) merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu ancaman terbesar masalah kesehatan didunia, bisa menyebabkan kematian sekitar 6 juta penduduk per tahun. Lebih dari 5 juta kematian akibat
Lebih terperinciKerja sama ekonomi internasional
Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja
Lebih terperinciPolicy Paper PENINGKATAN DAYA-SAING INDONESIA. Oleh Herry Darwanto
Policy Paper PENINGKATAN DAYA-SAING INDONESIA Oleh Herry Darwanto 1. PENGANTAR Beberapa waktu yang lalu World Economic Forum (WEF) kembali mempublikasikan laporan tahunan mengenai daya-saing global, yaitu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang telah berlangsung lama dan mendapat pembenaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciNama:bayu prasetyo pambudi Nim: Analisis negara maju negara berkembang
Nama:bayu prasetyo pambudi Nim:1106341 Analisis negara maju negara berkembang Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan negara berkembang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
Lebih terperinciExecutive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik
Executive Summary P emberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang menjadi dasar proses pemberantasan korupsi
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciSekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia
Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan. Kota Bandung memiliki kawasan produksi yang strategis diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing ekonomi menunjukkan kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai tambah untuk mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada
Lebih terperinciKata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.
1 HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Oleh I Gusti Ayu Agung Ratih Maha Iswari Dwija Putri Ida Bagus Wyasa Putra Ida Bagus Erwin Ranawijaya Program Kekhususan Hukum Internasional,
Lebih terperinci