BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Saka Bakti Husada. b. Tujuan Saka Bakti Husada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Saka Bakti Husada. b. Tujuan Saka Bakti Husada"

Transkripsi

1 13 BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR TEORI 1. SAKA BAKTI HUSADA a. Pengertian Saka Bakti Husada Menurut keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 53 Th. 1985, Satuan Karya Pramuka Bakti Husada yaitu salah satu jenis Satuan Karya Pramuka yang merupakan wadah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam bidang kesehatan. b. Tujuan Saka Bakti Husada Menurut keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 53 Th. 1985, tujuan dibentuknya Saka Bakti Husada adalah untuk mewujudkan tenaga kader pembangunan dalam bidang kesehatan, yang dapat membantu melembagakan norma hidup sehat bagi semua anggota Gerkan Pramuka dan masyarakat dilingkungannya. c. Sasaran Menurut keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 53 Th. 1985, sasaran dibentuknya Saka Bakti Husada adalah agar para anggota Gerakan Pramuka yang telah mengikuti kegiatan Saka tersebut :

2 14 1) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam bidang kesehatan. 2) Mampu dan mau menyebarluaskan informasi kesehatan kepada masyarakat khususnya tentang : a) kesehatan lingkungan b) kesehatan keluarga c) penanggulangan berbagai penyakit d) gizi e) manfaat dan bahaya obat 3) Mampu memberikan latihan tentang kesehatan kepada para Pramuka di gugusdepannya. 4) Dapat menjadi contoh hidup sehat bagi masyarakat di lingkungannya. 5) Memiliki sikap dan perilaku yang lebih mantap. d. Sifat dan Lingkup Kegiatan Menurut keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 53 Th. 1985, untuk memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan dibidang kesehatan sehingga memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan kode kehormatan.gerakan Pramuka, Saka Bakti Husada melaksanakan kegiatan yang meliputi : 1) Kesehatan secara umum. 2) Kesehatan secara khusus sesuai dengan macam Krida dan kecakapan-kecakapan khususnya. Bakti kepada masyarakat,

3 15 antara lain untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup sehat dengan jaan memberi contoh, mangadakan penyuluhan, dan menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan dibidang kesehatan. e. Keanggotaan Menurut keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 53 Th. 1985, keanggotaan dalam saka bakti husada: 1) Anggota Anggota Saka Bakti Husada terdiri atas: a) Peserta Didik Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, Pramuka Penggalang berusia tahun dengan syarat-syarat khusus yang mempunyai minat kesehatan. b) Anggota Dewasa Pamong Saka, Instruktur Saka, Pimpinan Saka c) Calon Anggota Pemuda berusia antara 16 sampai dengan 25 tahun (syarat khusus). 2) Peminat Peminat Saka Bakti Husada terdiri dari para Pramuka Siaga dan Pramuka Penggalang yang menyenangi bidang kesehatan. 3) Syarat Anggota a) Menyatakan keinginannya untuk menjadi anggota Saka Bakti Husada secara sukarela dan tertulis

4 16 b) Bagi pemuda calon anggota Gerakan Pramuka, diharapkan menyerahkan izin tertulis dari orang tua/walinya, dan bersedia menjadi anggota Gugus depan Pramuka terdekat. c) Bagi Pramuka Penegak, Pramuka Pandega, dan Pramuka Penggalang berusia tahun diharapkan menyerahkan izin tertulis dari Pembina Satuan dan pembina Gugus depannya. d) Bagi Pramuka Penggalang telah memenuhi Syarat Kecakapan Umum tingkat Pengalang Terap. e) Bagi Pamong Saka mendapat persetujuan dari Pembina Gugus depannya dan telah mengikuti sedikitnya Kursus Pembina Pramuka Mahir tingkat Dasar. f) Bagi Instruktur tetap, telah memiliki pengetahuan, keterampilan dan kecakapan dibidang kesehatan. g) Sehat jasmani dan rohani serta dengan sukarela sanggup mentaati segala ketentuan yang berlaku di dalam Saka Bakti Husada. h) Pamong Saka dan Instruktur tetap, diangkat dan dilantik oleh Kwartir Ranting. f. Organisasi Menurut keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 53 Th. 1985, keorganisasian dalam saka bakti husada:

5 17 1) Pramuka Penegak, Pramuka Pandega, pemuda berusia tahun dan Pramuka Penggalang berusia lebih dari 14 tahun dari beberapa gugus depan di satu wilayah ranting/kecamatan yang mempunyai minat, bakat dan kegemaran di bidang kesehatan, dihimpun oleh Kwartir Ranting bersama Dewan Kerja Penegak dan Pandega yang bersangkutan, untuk membentuk Saka Bakti Husada. 2) Di tiap ranting dibentuk satu Saka Bakti Husada putri secara terpisah, yang jumlah anggotanya tidak terbatas. 3) Saka Bakti Husada terdiri dari 6 krida yaitu : a) Krida Bina Lingkungan Sehat, terdiri atas 5 (lima) SKK : SKK Penyehatan Perumahan, SKK Penyehatan Makanan dan Minuman, SKK Pengamanan Pestisida, SKK Pengawasan Kualitas Air, dan SKK Penyehatan Air. b) Krida Bina Keluarga Sehat, terdiri atas 6 (enam) SKK : SKK Kesehatan Ibu, SKK Kesehatan Anak, SKK Kesehatan Remaja, SKK Kesehatan Usia Lanjut, SKK Kesehatan Gigi dan Mulut, dan SKK Kesehatan Jiwa. c) Krida Penanggulangan Penyakit, mempunyai 8 (delapan) SKK : SKK Penanggulangan Penyakit Malaria, SKK Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah, SKK Penanggulangan Penyakit Anjing Gila, SKK Penanggulangan Penyakit Diare, SKK Penanggulangan Penyakit TB. Paru,

6 18 SKK Penanggulangan Penyakit Kecacingan, SKK Imunisasi, SKK Gawat Darurat, dan SKK HIV / AIDS. d) Krida Bina Gizi, mempunyai 5 (lima) SKK : SKK Perencanaan Menu, SKK Dapur Umum Makanan/Darurat, SKK UPGK dalam Pos Pelayanan Terpadu, SKK Penyuluh Gizi, dan SKK Mengenal Keadaan Gizi. e) Krida Bina Guna Obat, meliputi 5 (lima) SKK : SKK Pemahaman Obat, SKK Taman Obat Keluarga, SKK Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Zat Adiktif, SKK Bahan Berbahaya bagi Kesehatan, dan SKK Pembinaan Kosmetik. f) Krida Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, meliputi 5 ( lima ) SKK : SKK Bina PHBS di Rumah, SKK Bina PHBS di Sekolah, SKK Bina PHBS di Tempat umum, SKK Bina PHBS di Instansi Pemerintah, dan SKK Bina PHBS di Tempat kerja 4) Tujuan SKK Gawat Darurat (a) Dapat mengaplikasikan tanda-tanda SKK Gawat Darurat. (b) Dapat mengaplikasikan cara melakukan resusitasi oleh 1 penolong atau 2 penolong. (c) Mengaplikasikan keadaan patah tulang dan dapat memasang bidai. (d) Menggunakan alat komunikasi radio

7 19 5) Materi SKK Penanggulangan Penyakit Gawat Darurat (1) Alamat (2) Cara menyampaikan laporan (3) Cara menilai pernafasan dan nadi (4) Cara menghentikan pendarahan (5) Membalut luka (6) Tanda-tanda shock (7) Tindakan untuk mengatasi shock (8) Sistimatika penanggulangan penderita gawat darura (9) Resusitasi (10) Cara meminta pertolongan segera (11) Cara mengamankan penderita/korban dan tidak memperberat keadaannya (12) Bidai (13) Transportasi penderita (14) Dalam memperagakan cara pemimpin regu Pramuka. 6) Setiap Krida beranggota 5 s/d 10 orang, sehingga dalam satu Saka Bakti Husada dimungkinkan adanya beberapa krida yang sama. 7) Jika satu jenis krida peminatnya lebih dari 10 orang, maka nama krida itu diberi tambahan angka di belakangnya; misalnya, Krida Bina Gizi1, Krida Bina Gizi2, dan Krida Bina Gizi3.

8 20 8) Saka Bakti Husada putra dibina oleh Pamong Saka putra dan Saka Bakti Husada putri dibina oleh Pamong Saka putri, serta dibantu oleh beberapa orang instruktur. 9) Jumlah Pamong Saka di tiap saka disesuaikan dengan keadaan, sedangkan jumlah instruktur disesuaikan dengan kebutuhan/lingkup kegiatannya. 10) Pengurus Saka Bakti Husada disebut Dewan Saka terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa orang anggota, yang dipilih diantara para Pemimpion Krida dan Wakil Pemimpin Krida. 11) Tiap Krida dipimpin oleh seorang Pemimpin Krida dibantu oleh seorang Wakil Pemimpin Krida. 12) Saka Bakti Husada dibina oleh Kwartir Ranting dibantu oleh Dewan kerja Penegak dan Pandega Tingkat Ranting. 13) Masa bakti Pengurus Saka Bakti Husada sama dengan masa bakti Kwartirnya. 2. PENDIDIKAN KESEHATAN a. Pengertian Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan, secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

9 21 pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012). Pendidikan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana bagaimana cara memelihara kesehatan, bagaimana menghindari atau mencegah halhal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, ke mana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). b. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan pendidikan kesehatan secara umum menurut Notoatmodjo (2003) dalam Hidayat (2015) yaitu untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Selain hal tersebut, tujuan pendidikan kesehatan ialah: 1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.

10 22 2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. 3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada. 4) Agar penderita (masyarakat) memiliki taggung jawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya). 5) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat yang disebabkan oleh penyakit. 6) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik twntang eksistensi perubahan-perubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif. 7) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan yang formal. c. Faktor faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikankesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu: 1) Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya,

11 23 semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya. 2) Tingkat Sosial Ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru. 3) Adat Istiadat Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan. 4) Kepercayaan Masyarakat Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi. 5) Ketersediaan waktu di masyarakat Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan. d. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan menurut Mubarak (2009) yaitu: 1) Dimensi Sasaran a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu. b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok. c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

12 24 2) Dimensi Tempat Pelaksanaannya a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). b) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, di Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien. c) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan. 3) Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan a) Promosi Kesehatan (Health Promotion). b) Perlindungan Khusus (Specific Protection). c) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment). d) Pembatasan cacat (Disability Limitation). e) Rehabilitasi (Rehabilitation). e. Misi Pendidikan Kesehatan Misi pendidikan kesehatan secara umum menurut Notoatmodjo (2012), dapat dirumuskan menjadi: 1) Advokat (Advocate) Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang di tawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

13 25 2) Menjembatani (Mediate) Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan maupun sektor lain yang terkait. 3) Memampukan (Enable) Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. f. Metode Pendidikan Kesehatan Metode pendidikan kesehatan menurut Achjar (2009), yaitu: 1) Metode ceramah Ceramah ialah menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung. 2) Metode diskusi kelompok Diskusi kelompok ialah percakapan yang dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih membahas topik tertentu dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan serta membuat suatu keputusan. 3) Metode panel Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih serta diperlukan seorang pemimpin. 4) Metode permainan peran Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah, aktual, atau kejadian yang akan datang.

14 26 5) Metode demonstrasi Demonstrasi ditunjukan untuk mengevaluasi perubahan psikomotor dengan memperliatkan cara melaksanakan suatu tindakan atau prosedur dengan alat peraga dan tanya jawab. g. Media dan alat bantu pendidikan kesehatan Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan menggunkan panca inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam menerima pelajaran semakin peajaran semakin baik penerimaan pelajaran (Sulihan, 2003 dalam Hidayat, 2015). Macam-macam media atau alat bantu pendidikan kesehatan yaitu : 1) Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, hanya memiliki unsur suara. 2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur bentuk berbagai bahan cetak seperti media grafis. 3) Media audio visual, yaitu jedis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dianggap lebih menarik.

15 27 4) Media alat bantu, ada dua jenis yaitu alat bantu eletronik yang rumit, misalnya film yang memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector, slide projector, operhead projector (OPH). Serta alat bantu sederhana, misalnya leaflet, model buku bergambar, benda-benda nyata, papan tulis, poster, boneka, phantom, dan spanduk. 3. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN a. Pengertian Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari petugas kesehatan. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas (petugas medik atau orang awam) yang pertama kali melihat korban (Suharni, 2011 dalam Firdaus, 2015). Pertolongan pertama adalah memberikan pertolongan dan pengobatan darurat dengan sementara yang dilaksanakan secara tepat dan cepat. Tujuan utama bukan untuk memberikan pengobatan akhir, tapi suatu usaha untuk mencegah dan melindungi korban dari keparahan yang lebih lanjut akibat suatu kecelakaan (Sucipto, 2009 dalam Lutfiasari, 2016).

16 28 b. Kewajiban Seorang Penolong Swasanti & Putra (2014) menyatakan bahwa kewajiban seorang penolong adalah : 1) Menjaga keselamatan diri. Dalam melakukan tindakan pertolongan, seorang penolong wajib memperhitungkan resiko dan mengutamakan keselamatan diri. 2) Meminta bantuan. Upayakan meminta bantuan, terutama kepada tenaga medis. 3) Memberikan pertolongan sesuai kondisi korban. Kondisikan tindakan pertolongan sesuai kebutuhan dan tingkat keseriusan kondisi. 4) Mengupayakan transportasi menuju fasilitas medis terdekat. c. Tujuan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Tujuan pertolongan pertama pada kecelakaan menurut Smith (2005), adalah sebagai berikut : 1) Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian a) Memperhatikan kondisi dan keadaan yang mengancam korban. b) Melaksanakan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) kalau diperlukan. c) Mencari dan mengatasi perdarahan.

17 29 2) Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk) a) Mengadakan diagnosa. b) Menangani korban dengan prioritas yang logis. c) Memperhatikan kondisi atau keadaan (penyakit) yang tersembunyi. 3) Menunjang penyembuhan a) Mengurangi rasa sakit dan rasa takut. b) Mencegah infeksi. c) Merencanakan pertolongan medis serta transportasi korban dengan tepat. d. Faktor yang mempengaruhi praktek PPPK Faktor yang mempengaruhi praktik pertolongan pertama pada kecelakaan adalah faktor perilaku. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu : 1) Faktor Predisposisi (Presdiposing Factors) Faktor yang mencakup sikap dan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan, keyakinan, nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat terhadap hal hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

18 30 2) Faktor Pendukung (Enabling Factors) Mencakup yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk didalamnya ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit. Fasilitas umum seperti media massa, media pendidikan kesehatan, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. 3) Faktor Penguat (Reinforcing Faktors) Meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan keluarga. Untuk perilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan, sikap dan pendukung positif, melainkan memerlukan perilaku contoh (acuan) dari tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga lebih-lebih petugas kesehatan. e. Prinsip Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Prinsip yang harus ditanamkan dalam melaksanakan tugas PPPK menurut Margareta (2012), Andryawan dan Amin (2013) dalam Firdaus 2015 adalah : 1) Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum menolong : a) Bersikap tenang, jangan perna panik

19 31 Jangan panik tidak berarti boleh lamban. Ketika menghadapi keadaan darurat, senantiasalah bekerja dengan rencana jelas dan terkendali, agar bisa berjalan efektif (Smith, 2005 dalam firdaus 2015). b) Perhatikan jalan nafas korban (Airway) Sebelum melakukan tahapan A (Airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal, yaitu : a)) Memastikan keamanan bagi penolong b)) Memastikan kesadaran dari korban, penolong harus melakukan upaya agar memastikan kesadaran korban, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban dengan lembut untuk mencegah pergerakan yang berlebihan. c)) Meminta pertolongan Jika ternyata korban tidak memberikan respon terhadap panggilan segera minta bantuan dengan cara berteriak tolong. d)) Memperbaiki posisi korban Jika korban ditemukan dengan posisi miring atau tengkurap ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. e)) Mengatur posisi penolong

20 32 Penolong berlutut sejajar dengan bahu agar saat memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau pergerakan lutut. f)) Jalan nafas berarti apakah pernafasan korban tidak lancar atau bebas. Hal ini dapat dengan mudah diketahui apakah korban masih berhembus nafasnya melalui hidun atau mulut. c) Perhatikan pernafasan (Breathing) Pernafasan berarti apakah pernafasan korban masih ada atau tidak. Tindakan yang dilakukan adlah meraba keluarnya nafas korban, dari hidung atau mulut. Hal ini yang diperhatikan adalah pada bagian perut dan dada. d) Perhatikan peredaran darah (Circulation) Setelah melakukan langkah A dan B, perhatikan denyut jantung korban atau saluran pernafasannya. Hal ini dapat diketahui dengan memperhatikan apakah penderita sadar atau tidak. e) Hentikan perdarahan Letakan bagian perdarahan lebih tinggi daripada bagian tubuh yang lain, kecuali kalau keadaan tidak mengizinkan. Dengan menggunakan sapu tangan ataupu kain yang bersih, tekanlah tempat perdarahan kuat-kuat dengan sapu tangan tersebut. Kemudian ikatlah sapu tangan tadi dengan

21 33 dasi, baju, ikat pinggang atau apapun yang bisa untuk mengikat, agar sapu tangan tadi tetap menekan luka atau pedarahan tersebut. f) Perhatikan tanda-tanda shock Apabila ada tanda-tanda shock, korban di telentangkan dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lain. Apabila korban mengalami cedera di bagian dada, dan menderita sesak nafas (masih sadar), letakanlah korban dalam sikap setengah duduk. g) Jangan memindahkan korban secara terburu-buru Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis serta keparahan cidera yang dialami. Apabila korban tidak hendak diusung, terlebih dahulu perdarahan harus dihentikan, serta tulang tulang tang patah harus dibidai. Saat akan mengusung korban, usahakan supaya kepala korban tetap terlindungi dan setiap kali harus diperhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan. h) Teliti, tanggap dan melakukan gerakan dengan tangkas dan tepat tanpa menambah kerusakan. 2) Memberikan perasaan tenang dan mencegah atau mengurangi rasa takut dan gelisah korban kecelakaan.

22 34

23 35 f. Pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Fraktur/ Patah Tulang 1) Pengertian Patah tulang atau fraktur yaitu patah atau retak pada bagian tulang ( Thygerson, 2011). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price dan Wilson, 2006). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer dan Bare, 2002). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yangmenyebabkan fraktur yang patologis (Mansjoer, 2002). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang di tandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2002). 2) Penyebab fraktur Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu: a) Cidera atau benturan

24 36 b) Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis. c) Fraktur beban Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orangorang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari. 3) Gejala dan tanda klinis fraktur Menurut Thygerson (2011), tanda yang muncul apabila terdapat fraktur : a) Deformitas yaitu perubahan bentuk tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstremitas yang menarik patahan tulang, untuk mengetahuinya dengan membandingkan bagian yang cedera dengan bagian yang tidak cedera pada sisi lain. b) Luka terbuka (Open wound) dapat menunjukan adanya fraktur dibawahnya. c) Nyeri tekan (Tenderness), nyeri tersebut sering ditemukan hanya di tempat fraktur. Korban biasanya dapat menunjukan tempat nyeri atau merasa nyeri bila disentuh. d) Pembekakan (Swelling) disebabkan oleh perdarahan yang terjadi secara cepat setelah suatu fraktur.

25 37 e) Korban tidak mampu menggunakan bagian yang cedera secara normal. f) Rasa tidak nyaman atau gemeretak dapat dirasakan dan kadang- kadang bahkan terdengar ketika ujung- ujung tulang yang patah bergesekan. g) Korban dapat mendengar atau meraskan tulang berderak. 4) Jenis-jenis fraktur a) Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi menjadi 2 antara lain : (1) Fraktur terbuka (open/compound fraktur) yaitu patah tulang disertai kerusakan kulit diatasnya, hingga bagian tulang yang patah berhubungan langsung dengan dunia luar. Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. (2) Fraktur tertutup (closed) yaitu patah tulang tanpa disertai kerusakan kulit diatasnya. Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

26 38 b) Menurut Mansjoer (2002) derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu: (1) Patah tulang lengkap (Complete fraktur) Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya, atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubak tempat. (2) Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur ) Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick. Menurut Price dan Wilson (2005) kekuatan dan sudut dari tenaga fisik,keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. c) Menurut Mansjoer (2002) bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5 yaitu: (1) Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

27 39 (2) Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga. (3) Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan oleh trauma rotasi. (4) Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang kea rah permukaan lain. (5) Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang d) Menurut Smeltzer dan Bare (2001) jumlah garis patahan ada 3 antara lain: (1) Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. (2) Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan. (3) Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama. 5) Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan fraktur a) Menurut Thygerson (2011), perawatan untuk cedera tulang: (1) Buka dan periksa area tempat cedera. (a) Cari deformitas, luka terbuka, memar dan pembekakan.

28 40 (b) Rasakan area yang cedera untuk memeriksa adakah deformitas dan nyeri tekan saat disentuh. (c) Tanyakan apakah korban merasakn nyeri dan mampu menggunakan bagian yang cedera secara normal. (2) Stabilkan bagian yang cedera untuk mencegah gerakan. (a) Ikuti tindakan pencegahan. (b) Jika layanan medis darurat secara tiba, stabilkan bagian yang cedera dengan tangan anda sampai bantuan tiba. (c) Jika layanan medis darurat terlambat, atau jika anda membawa korban ke perawatan medis, stabilkan bagian yang cedera dengan bidai. (3) Jika cedera adalah fraktur terbuka, jangan mendorong tulang yang protrusi. Tutup luka dan tulang yang terpajan dengan kasa di sekitar tulang, dan perban cedera tanpa meneka tulang. (4) Kompres degan es atau kantong dingin (cold pack) jika memungkinkan untuk membantu mengurangi pembengkakan dan nyeri. (5) Ari pertolongan medis. Telpon 118 atau layanan medis darurat setempat untuk setiap fraktur terbuka atau fraktur

29 41 tulang besar (seperti paha) atau bila membawa korbansulit atau akan memperberat cedera. b) Menurut Junaidi (2011), tindakan pertolongan pada fraktur dengan pemasangan bidai. Pemasangan bidai pada tulang panjang diusahakan melewati 2 atau lebih persendian. (1) Fraktur tulang paha bagian atas (a) Sebelum memasang bidai usahakan meluruskan tulang seanatomis mungkin (b) Pasang bidai luar dari tumit hingga pinggang (c) Pasang bidai dalam dari tumit hingga selangkangan (d) Ikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali diatas dan diawah bagian yang patah (e) Tulang betis diikat dengan pembalut dasi lipatan 1 kali (f) Kedua lutut diikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali (g) Tumit diikat dengan pembalut dasi lipatan 3 kali (h) Bagian yang patah ditinggikan Gambar 2.1 Pembidaian pada fraktur tulang paha bagian atas (2) Fraktur tulang paha bagian bawah

30 42 (a) Sebelum memasang bidai usahakan meluruskan tulang seanatomis mungkin (b) Pasang bidai luar dan dalam sepanjang tungkai (c) Pasang bidai dalam dari tumit hingga selangkangan (d) Ikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali diatas dan diawah bagian yang patah (e) Tulang betis diikat dengan pembalut dasi lipatan 1 kali (f) Kedua lutut diikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali (g) Tumit diikat dengan pembalut dasi lipatan 3 kali (h) Bagian yang patah ditinggikan Gambar 2.2 Pembidaian pada fraktur tulang paha bagian bawah (3) Fraktur pada sendi lutut/ tempurung lutut Gejala dan tandanya adalah korban tidak mampu meluruskan kakinya dan nyeri pada lutut sangat hebat. Terkadang teraba tempat kosong atau cekungan di tempat tempurung lutut. Jika ada perdarahan di dalam lutut, akan timbul pembengkakan yang terjadi dengan cepat.

31 43 Tindakan pertolongannya adalah sebagai berikut: (a) Balut denga pembalut tekan diatas lutut. (b) Pasang bidai dibawah lutut, dengan posisi agak dibengkokkan. (c) Beri bantalan dibawah lutut dan pergelangan kaki. (d) Untuk mengurangi rasa sakit pergunakan kompres es atau air dingin. Gambar 2.3 Pembidaian pada fraktur pada sendi lutut/ tempurung lutut (4) Fraktur tungkai bawah Tungkai memiliki dua buah tulang panjang, yaitu tulang kering dan tulang betis. Letaknya yang tidak begitu terlindung, membuat tulang kering lebih mudah patah jika terbentur benda keras. Kecelakaan atau terkilir di pergelangan kaki biasanya disertai patah tulang. Gejala dan tandanya adalah nyeri tekan, nyeri sumb dan nyeri saat digerakan. Tindakan pertolongannya adalah sebagai berikut: (a) Pasang bidai yang sudah dibungkus selimut dari tumit sampai paha bagian bawah (b) Berikan bantalan dibawah lutut dan pergelangan kaki

32 44 Gambar 2.4 Pembidaian pada fraktur tungkai bawah (5) Fraktur pada pergelangan kaki dan telapak kaki (a) Pasang pembalut tekan (b) Pasang bidai dibawah telapak kaki (c) Berikan bantalan dibawah tumit Gambar 2.5 Pembidaian pada fraktur pergelagan kaki dan telapak kaki (6) Fraktur tulang lengan atas Tulang lengan atas hanya ada satu buah dan berbentuk tulang panjang (tulang pipa). Tanda-tanda patah tulang pipaa ialah nyeri tekan pada tempat yang patah dan terdapat nyeri tekan sumbu (rasa nyeri akan timbul bila tulan ditekan di kedua ujungnya). Tindakan pertolongan fraktur lengan atas adalah sebagai berikut:

33 45 (a) Pasang bidai luar dari bawah siku hingga melewati bahu dan bidai dalam sampai ketiak (b) Ikat dengan 2 pembalut dasi lipatan 3 (c) Lipat siku yang sudah dibidai ke dada dan gantungkan ke leher dengan pembalut segitiga (d) Apabila patah tulang terjadi didekat sendi siku, biasanya sikut tidak dapat dilipat. (e) Pasang bidai yang juga meliputi lengan bawah. Biarkan lengan dalam keadaan lurus tanpa perlu digantungkan ke leher. Gambar 2.6 Pembidaian pada fraktur tulang lengan atas (7) Fraktur tulang lengan bawah Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu yang searah dengan ibu jari dan sebatang lainnya di sisi yang searah dengan kelingking. Apabila salah satu ada yang patah yang lainnya akan bertindak sebagai bidai sehingga tulang yang patah itu tidak pindah dari tempatnya. Apabila cedera terjadi di dekat pergelangan tangan maka biasanya kedua-duanya akan patah.

34 46 Tindakan pertolongan fraktur lengan bawah adalah sebagai berikut: (a) Pasang bidai luar dan dalam sepanjang lengan bawah (b) Ikat dengan pembalut dasi (c) Siku dilipat ke dada dan gantungkan ke leher dengan pembalut segitiga Gambar 2.7 Pembidaian pada fraktur tulang lengan bawah (8) Fraktur tulang pergelangan tangan dan telapak tangan Sendi pergelangan tangan tersusun oleh beberapa tukang yang kecil-kecil. Jika ada satu saja yang patah maka pergelangan tangan akan sakit bila digerakan. Kadang-kadang patah tulang pergelangan tangan juga diikuti oleh patah ujung kedua tulang lengan bawah. Tindakan pertolongannya adalah sebagai berikut: (a) Pasang bidai dari ujung lengan bawah sampai telapak tangan. (b) Jari-jari tangan agak melengkung (c) Siku dilipat dan digantungkan ke leher.

35 47 (d) Antara bidai dan telapak tangan diberi bantalan lembut padat. Bidai dipasang lurus dan meliputi ujung lengan bawah. Gambar 2.8 Pembidaian pada fraktur tulang pergelangan tangan dan telapak tangan (9) Fraktur tulang rusuk (Costae) Tanda-tanda patah tulang iga ialah dada terasa sakit saat bernafas, batuk atau bersin. Nyeri terutama akan terasa bila bagian tulang yang patah ditekan. Nyeri sumbu juga terdapat patah tulang iga. Nyeri sumbu yaitu iga yang patah akan terasa sakit apabila ditekan dari arah tulang punggung dan tulang dada. Iga yang patah dapat berbahaya bagi paru-paru karena paru-paru dapat tertusuk bagian tulang yang patah. Tindakan pertolongan fraktur rusuk adalah sebagai berikut: (a) Iga yang patah difiksasi (ditopang agar tidak bergerak), kemudian pasang bidai plester (strapping).

36 48 (b) Tempelkan plester saat mengeluarkan nafas (c) Plester dipasang mulai tulang punggung sampai tulang dada yang dimulai dari iga bawah dan dipasang saling berhimpitan Gambar 2.9 Pembidaian pada fraktur tulang rusuk (Costae) (10) Fraktur tulang tengkorak (a) Bersihkan jalan nafas (b) Baringkan korban posisi miring/ telungkup (c) Bila fraktur tertutup, bersihkan daerah tersebut (d) Bila ada perdarahan segera hentikan (e) Bila fraktur terbuka, tutup luka dengan kasa steril dan balut dengan balutan longgar (11) Fraktur tulang rahang Patah pada tulang rahang biasanya mudah diketahui, dimana akan terlihat bentuknya tidak lagi lurus atau simetris, nyeri kalau menggerakannya dan ada pembekakan. Tindakan pertolongan fraktur rahang adalah sebagi berikut: (a) Hilangkan rasa sakit dengan kompres es

37 49 (b) Balut pakai pembalut segitiga dengan lipatan 2-3 kali, lalu bagian ujung dipotong memanjang ditengah untuk mengikatkan Gambar 2.10 Pembidaian pada fraktur tulang rahang (12) Fraktur tulang leher (a) Sangat berbahaya karena didalamnya ada MS(Medula spinalis/ SSTB) dan pembuluh darah (b) Cegah terjadinya shock (c) Bersihkan jalan nafas (d) Pasang Colar spine (penyangga leher) (e) Angkat ke atas tandu (Stretcher) (f) Baringkan dengan dipasang ganjal sekeliling leher Gambar 2.11 Pembidaian pada fraktur tulang leher (13) Fraktur tulang punggung (a) Sangat berbahaya karena bisa merusak SSTB (Sumsum Tulang Belakang)

38 50 (b) Biarkan penderita dalam posisi berbaring (c) Pasang bidai Long spine board (d) Angkat ke tandu, pasang ganjal di pinggang (e) Kedua kaki diikatkan Gambar 2.12 Pembidaian pada fraktur tulang punggung (14) Fraktur tulang selangka Tulang selangka adalah tulang yang menghubungkan pangkal tulang dada dengan tulang bahu. Tulang ini terletak dangkal dibawah kulit sehingga mudah diraba. Fraktur pada tulang selangka menyebabkan bahu akan condong keluar, daerah yang patah akan terasa nyeri. Dekat dibawah tulang selangka, terdapat pembuluh- pembuluh darah yang cukup besar sehingga apabila tulang selangka patah harus dipikirkan adanya bahaya pembuluh- pembuluh tersebut terlukai oleh tulang yang patah. Tindakan pertolongan fraktur selangka adalah sebagai berikut: (a) Tindakan pertolongan yang pertama adalah kenakan baluta ransel kepada korban.

39 51 (b) Dari pundak kiri pembalut disilangkan melalui punggung ke ketiak kanan. Selanjutnya dari ketiak kanan ke depan dan ke atas pundak kanan. Dari pundak kanan disilangkan lagi ke ketiak kiri lalu ke pundak kanan. Gambar 2.13 Pembidaian pada fraktur tulang selangka 4. PENGETAHUAN a. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Peginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba itu sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. b. Tingkat Pengetahuan Hal lain juga diungkapkan oleh Notoatmodjo (2012) tentang tingkat pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif yang mempunyai 6 tingkat, yaitu : 1) Tahu (Know)

40 52 Bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah di pelajarinya, misalkan istilah-istilah. 2) Memahami (Comprehention) Seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar ide dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Telah ada kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya dari situasi lainnya. 4) Analisis (Analysis) Kemampuan meningkatkan diana seseorang telah mampu menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pegetahun tertentu dan menganalisis satu sama lain. 5) Sintesis (Synhesis) Mampu menyusun kembali ke bentuk semula ataupun ke bentuk lainnya. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

41 53 c. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu : 1) Pengalaman Pengalaman dalah hal yang pernah dialami oleh seseorang ataupun orang lain sebab itu pengalaman dapat bersumber dari diri sendiri dan orang lain. 2) Pendidikan Pendidikan adalah sesuatu yang dapat membawa seseorang untuk memiliki ataupun meraih pengetahuan dan wawasan yang seluas-luasnya. 3) Keyakinan Keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan biasanya tidak memiliki pembuktian yang kuat terlebih dahulu. Keyakinan yang dimiliki seseorang akan sangat mempengaruhi pengetahuan. 4) Fasilitas Fasilitas dapat diartikan sebagai sumber informasi yang dapat digunakan seseorang untuk mendapatkan informasi untuk memperluas pengetahuan. 5) Latar belakang finansial

42 54 Latar belakang finansial seseorang akan berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk melengkapi hidupnya dengan sumber-sumber informasi yang memadai. 6) Sosial budaya Kebudayaan, adat istiadat dan kebiasaan yang dianut seseorang ataupun masyarakat yang ada disekitarnya akan sangat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan perilaku seseorang terhadap suatu hal. d. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmojo (2010) dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokan menjadi dua yaitu: 1) Cara memperoleh kebenaran non ilmiah Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi : a) Cara coba salah ( Trial and Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga

43 55 dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut terpecahkan. b) Secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja oleh orang yang bersangkutan. c) Kekuasaan atau otoritas Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, para pemuka agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. d) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau merupakan cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. e) Akal sehat (common sense)

44 56 Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Misal dengan pemberian hadiah dan hukuman masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

45 57 B. KERANGKA TEORI Kerangka teori penelitian merupakan kumpulan teori yang mendasari topik penelitian, yang disusun berdasarkan pada teori yang sudah ada dalam tinjauan teori dan mengikuti kaedah input, proses dan output (Saryono, 2011) KECELAKAAN Faktor yang mempengaruhi praktik P3K: 1. Faktor Predisposisi (Presdiposing Factors) a. Sikap b. Pengetahuan c. Kepercayaan, Nilai-nilai d. Pendidikan e. Sosial Ekonomi 2. Faktor Pendukung (Enabling Factors) a. Sarana, Prasarana Atau Fasilitas b. Fasilitas Umum: Media Massa/ Media Pendidikan Kesehatan. 3. Faktor Penguat (Reinforcing Faktors) a. Dukungan Petugas Kesehatan b. Dukungan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat c. Dukungan Keluarga PPPK Pengetahuan Pendidikan Kesehatan Metode Penyuluhan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Pengalaman 2. Pendidikan 3. Keyakinan 4. Fasilitas 5. Latar belakang finansial 6. Sosial budaya Faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan: 1. Tingkat pendidikan 2. Tingkat social ekonomi 3. Adat istiadat 4. Kepercayaan masyarakat 5. Ketersediaan waktu di Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Gambar 2.14 Kerangka teori Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007)

46 58 C. KERANGKA KONSEP Variabel Terikat (Sebelum Intervensi) Variabel Bebas (Intervensi) Variabel Terikat (Sesudah Intervensi) Pre-Test D. Pengetahuan E. P3K Pendidikan Kesehatan P3K Post-Test Pengetahuan P3K Gambar 2.15 Kerangka konsep D. HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya perlu diteliti lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H 0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) terhadap tingkat pengetahuan anggota Saka Bakti Husada di Kwarcab Banyumas. H a : Ada pengaruh pendidikan kesehatan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) terhadap tingkat pengetahuan anggota Saka Bakti Husada di Kwarcab Banyumas.

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI 13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara Modul Diklat Basic PKP-PK 13.1 Kecelakaan pesawat udara 13.1.1 Terjadinya kecelakaan pesawat udara a. Kecelakaan pesawat udara diketahui sebelumnya;

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yaitu indra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Perawatan Luka 1. Pengertian Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon. Sikap dapat terwujud dalam tindakan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

P3K Posted by faedil Dec :48

P3K Posted by faedil Dec :48 P3K Posted by faedil011-06 Dec 2009 20:48 PENDAHULUAN 1. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman:

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 53 TAHUN 1985 PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA BAKTI HUSADA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 53 TAHUN 1985 PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA BAKTI HUSADA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 53 TAHUN 1985 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA BAKTI HUSADA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka ; Menimbang : 1. bahwa untuk kesejahteraan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah bahaya lanjut akibat kecelakaan 3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA Jika anda orang yang pertama menemukan kejadian kecelakaan yang serius, jangan menjadikan diri anda sebagai korban. Tetap tenang Ikuti prosedur gawat darurat Pertolongan pertama harus

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Tahapan-tahapan BHD tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan. urutan tahapan BHD adalah

Lebih terperinci

Soal UKK Penjasorkes Kurikulum 2013 Kelas VII SMP

Soal UKK Penjasorkes Kurikulum 2013 Kelas VII SMP Soal UKK Penjasorkes Kurikulum 2013 Kelas VII SMP Latihan Soal UKK (Ulangan Kenaikan Kelas) Mapel Penjasorkes (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) Kurikulum 2013 Kelas VII SMP 1. Kemampuan tubuh

Lebih terperinci

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) Medical First Responder Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) SASARAN Selesai mengikuti pelajaran, peserta mampu: 1. Menjelaskan patah tulang terbuka & tertutup, serta menyebutkan 4 tanda

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Pengertian P3K Pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Sifat dari P3K :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan, tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian material, disfungsi atau kerusakan alat atau bahan, cidera,

Lebih terperinci

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Tugas Mata Kuliah Sistem Muskuluskeletal Disusun Oleh: Widha Widyaningrum 2010 03 0274 PROGRAM S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KARYA TULIS PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 24 BAB II LANDASAN TEORI A. Pertolongan Pertama (PP) 1. Pengertian Pertolongan Pertama (PP) Pertolongan pertama adalah memberikan pertolongan dan pengobatan darurat dengan sementara yang dilaksanakan secara

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM By Yoani Maria V.B.Aty Tenggelam (drowning) merupakan cedera oleh karena perendaman (submersion/immersion) yang dapat mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari 24

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

Panduan kecil Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)

Panduan kecil Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Panduan kecil Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM) D i b u a t o l e h Y a y a s a n I D E P i n f o @ i d e p f o u n d a t i o n. o r g Untuk keterangan

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

Oleh : Saryono, SKp.,MKes. Mem TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Saryono, SKp.,MKes. Mem TINJAUAN PUSTAKA PEMBALUTAN Oleh : Saryono, SKp.,MKes Learning Outcome 1. Students are expected to master put many bandages on wound at several parts of body. 2. Students are expected to master place in splints on broken

Lebih terperinci

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana Disaster Management Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana Video 1: Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana Video 2: Bantuan Hidup Dasar Video 3: Penyelamatan

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep Pembalutan Pembalutan adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu Pembalut adalah

Lebih terperinci

Stroke: Pertolongan Pertama

Stroke: Pertolongan Pertama Stroke: Pertolongan Pertama PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDERITA STROKE Dari Mailing List Dokter Indonesia, berita tsb dinyatakan Hoax. Hati2 thp medical hoax, alih-alih menyelamatkan malah bikin keadaan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA Latar belakang: Sumber bahaya di tempat kerja Disadari tapi tidak dimengerti Dapat mengakibatkan cedera terhadap pekerja (manusianya) Adanya kecelakaan

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok usia kritis dikarenakan pada masa tersebut mereka rentan mengalami masalah kesehatan. Masalah kesehatan pada anak kurang begitu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 166 TAHUN 2002 TENTANG. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,

KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 166 TAHUN 2002 TENTANG. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, KEPUTUSAN KETUA KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 166 TAHUN 2002 TENTANG PENYEMPURNAAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA KELUARGA BERENCANA Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Menimbang

Lebih terperinci

Penanganan atau pertolongan terhadap cedera Oleh Tri Ani Hastuti

Penanganan atau pertolongan terhadap cedera Oleh Tri Ani Hastuti Penanganan atau pertolongan terhadap cedera Oleh Tri Ani Hastuti tri_anihastuti@uny.ac.id triafikuny@yahoo.com Kecelakaan atau cedera dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan siapa saja. Menurut Andun

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN A. UMUM P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita tidak

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat Pendidikan kesehatan di masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan

Lebih terperinci

SD N Kotagede V Yogyakarta terletak di daerah padat penduduk dalam wilayah

SD N Kotagede V Yogyakarta terletak di daerah padat penduduk dalam wilayah PENDAHULUAN A. Latar Belakang SD N Kotagede V Yogyakarta terletak di daerah padat penduduk dalam wilayah kecamatan Kotagede Yogyakarta. Keadaan Sekolah Yang berada di pinggir jalan raya sangat beresiko

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA

PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA Sebuah perusahaan hendaknya memiliki ruangan khusus (ruang P3K) untuk berjaga-jaga jika ada pegawai yang mengalami kecelakaan kerja. Letak ruang Pertolongan Pertama (P3K)

Lebih terperinci

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA DIABETES HIPOGLIKEMIA GEJALA TANDA : Pusing Lemah dan gemetar Lapar Jari dan bibir kebas Pucat Berkeringat Nadi cepat Mental bingung Tak sadar DIABETES HIPOGLIKEMIA PERTOLONGAN PERTAMA ; Bila tak sadar

Lebih terperinci

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK ppkc Terapi Sentuh (Touch Therapy) Metode sentuh untuk sehat adalah pendekatan atau terobosan baru dalam pemeliharaan kesehatan. Metode inipun bisa digabungkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.

Lebih terperinci

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Asuhan neonatus, bayi, dan balita trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Oleh: Witri Nofika Rosa (13211388) Dosen Pembimbing Dian Febrida Sari, S.Si.T STIKes MERCUBAKTIJAYA

Lebih terperinci

! KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1

! KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1 KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1 "#$%&'()%*&' "#$%&'#$()*+,-+*#.'/0#12.##$.34,./#$5%#'*,+67"894$:(;0;#,&+*3/,)&1/.D.;=#&/+$/$E4,6#$%*+,='/0.,4$#)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maka diharapkan masyarakat kelompok atau individu dapat memperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maka diharapkan masyarakat kelompok atau individu dapat memperoleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penyampaian Informasi 1. Pengertian Suatu kegiatan atau suatu usaha menyampaikan informasi kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya informasi tersebut

Lebih terperinci

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY Pendahuluan Or senam dimasyarakat sdh banyak dikenal, bhw OR senam terdiri dari senam ritmis, gymnastic, dan sport

Lebih terperinci

Operasional Museum dan Pusat Pelatihan Meditasi Buddha di. Jawa Tengah ini buka setiap hari Selasa-Minggu. Sedangkan hari Senin

Operasional Museum dan Pusat Pelatihan Meditasi Buddha di. Jawa Tengah ini buka setiap hari Selasa-Minggu. Sedangkan hari Senin LAMPIRAN Operasional Museum dan Pusat Pelatihan Meditasi Buddha di Semarang, Jawa Tengah Museum dan Pusat Pelatihan Meditasi Buddha di Semarang, Jawa Tengah ini buka setiap hari Selasa-Minggu. Sedangkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja

MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kecelakaan yang menimpa Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Cuci Tangan 1. Pengertian Mencuci Tangan Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah kecelakaan lalu lintas semata, hal ini karena masalah kecelakaan merupakan salah satu masalah yang

Lebih terperinci

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB VIII RENANG 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Olahraga renang merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya mempelajari manusia bergerak. Pilih salah satu gaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM RUJUKAN 1. Definisi Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan

Lebih terperinci

P3K pramuka dan pembalutan

P3K pramuka dan pembalutan P3K pramuka dan pembalutan P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita tidak terlatih ketika

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S. LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA KETUA: TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom Ns. Emira Apriyeni, S.kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Khairul Bariah / adalah mahaiswi D-IV Bidan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Khairul Bariah / adalah mahaiswi D-IV Bidan Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bernama Khairul Bariah / 095102019 adalah mahaiswi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT PERTOLONGAN GAWAT DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi. Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang tepat dan benar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) (2014) salah satu kriteria

BAB I PENDAHULUAN. (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) (2014) salah satu kriteria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegawatdaruratan merupakan suatu keadaan cedera ataupun bukan cedera yang mengancam nyawa seseorang yang membutuhkan pertolongan segera (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Restrain, terapi memegang, klinikal holding, atau immobilisasi merupakan tindakan untuk membatasi gerakan anak (Brenner, Taraho, Tagarat 2007). Menurut the joint commission

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan) SENAM REFLEKSI Senam refleksi dilakukan dengan menggabungkan gerakan tubuh dan teknik pengaturan pernapasan. Tujuannya adalah memperbaiki fungsi-fungsi otot-otot yang berhubungan dengan alat-alat/organ

Lebih terperinci

Pertolongan Pertama pada kondisi Gawat Darurat

Pertolongan Pertama pada kondisi Gawat Darurat Pertolongan Pertama pada kondisi Gawat Darurat I Prosedur Pertolongan Pertama pada kondisi Gawat Darurat (CPR dan penggunaan AED) Periksa respon korban tidak ada respon Panggil bantuan (Hubungi 119 dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maka memperoleh pengetahuan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maka memperoleh pengetahuan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian penyuluhan a. Penyuluhan kesehatan adalah usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Negeri Karangasem 0 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahun Alam Kelas /Semerter : IV / 1 Waktu : 4 X 3 Menit ( 2 x Pertemuan) I.

Lebih terperinci

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016 Lampiran 1 Nama : Agung Prasetio NIM : 1401100116 No. Kegiatan Penelitian I II III Tahap Persiapan a. Penentuan Judul b. Mencari Literatur c. Penyusunan Proposal d. Konsultasi Proposal e. Perbaikan Proposal

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI A. PENDAHULUAN Penanggulangan penderita gawat darurat adalah suatu pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI

PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hampir setiap hari di Rumah Sakit banyak terjadi pemindahan / pengangkatan pasien yang darurat atau kiritis,

Lebih terperinci

Pertolongan Pertama Gawat Darurat

Pertolongan Pertama Gawat Darurat Pertolongan Pertama Gawat Darurat panduan ringkas untuk masyarakat Dengan keterangan yang jelas untuk Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM) Informasi lebih lanjut: w w w.idepfoundation.org

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fraktur 2.1.1. Definisi Fraktur Fraktur adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Dorland, 2002). Literatur lain menyebutkan bahwa fraktur atau patah tulang

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA Pendahuluan Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama

Lebih terperinci

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL Tegal, 19 s/d 20 Mei 2004 PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE-KABUPAATEN TEGAL TANGGAL 19 S/D 20 MEI 2004 1. Darah

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran LAMPIRAN RPP KELAS KONTROL Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Alam : Kerangka Tubuh Manusia : IV / I : 3 x 35 menit Standar Kompetensi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA Menimbang Ketua, : a. bahwa untuk keseragaman dan keselarasan dalam

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang bermain, aktif bergerak, dan senang bekerja kelompok. Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN. Oleh Banu Setyo Adi PPSD FIP UNY No telp:

PEMAHAMAN GURU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN. Oleh Banu Setyo Adi PPSD FIP UNY No telp: PEMAHAMAN GURU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Oleh Banu Setyo Adi PPSD FIP UNY No telp: 0104263 Email: banu_adi@uny.ac.id ABSTRACT The aimed of this study were: to found the extent of understanding

Lebih terperinci

Penyuluhan tentang VAS+D

Penyuluhan tentang VAS+D Nama: Penyuluhan tentang VAS+D Bagian Pemberian Tablet Obat Cacing Umur 6- bulan (6 bulan sampai tahun Umur - bulan ( tahun sampai tahun Usia 4-59 bulan ( tahun sampai 5 tahun Vitamin A Sambutan selamat

Lebih terperinci

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD PUSKESMAS / RUMAH SAKIT

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD PUSKESMAS / RUMAH SAKIT PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD PUSKESMAS / RUMAH SAKIT I. PENGERTIAN Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Lebih terperinci

PERATURAN BARIS BERBARIS

PERATURAN BARIS BERBARIS PERATURAN BARIS BERBARIS 1. Pengertian Baris Berbaris Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE Station 1: Perawatan Pasien yang Menggunakan Traksi Gambaran Umum Traksi merupakan alat immobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan

Lebih terperinci

ROM (Range Of Motion)

ROM (Range Of Motion) Catatan : tinggal cari gambar ROM (Range Of Motion) A. Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena

Lebih terperinci

Penyuluhan Tentang Tablet Obat Cacing

Penyuluhan Tentang Tablet Obat Cacing Nama: Penyuluhan Tentang Tablet Obat Cacing Bagian Pemberian Tablet Obat Cacing ( tahun sampai tahun kurang) Obat cacing akan diberikan Sambutan selamat datang kepada anakanak dan pengasuh 4 Berikan setiap

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I 1. PENDAHULUAN Puskesmas rawat inap merupakan organisasi fungsional dalam upaya kesehatan yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci