J.E.KAIHATU. PEE N IE F* & i t d j a m b a t a i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "J.E.KAIHATU. PEE N IE F* & i t d j a m b a t a i"

Transkripsi

1 J.E.KAIHATU t, PEE N IE F* & i t d j a m b a t a i

2 j - / 2 ~ e P Ù-*z /j]j

3 \SU RANSI KEBAKARAN

4

5 ASURANSI KEBAKARAN Oleh J. E. KAIHATU BA^ PENER BIT DJAMBATAN

6 , *n* t '... V' Copyright by Djambatan Djakarta 1964 T jetak an pertam a : 1964 T je tak a n kedua 1970 FAK. HUKUM dan PEN6 MASJ. Tanggal l - / - ' No. Silsilah SAPDODADI

7 ISI Kata pengantar... VI L Sedjarah... 1 II. Azas-azas asuransi... 7 III. Pokok-pokok pendukung pertanggungan Kebakaran IV. Polis pada umumnja V. Polis pertanggungan kebakaran VI. Tindjauan terhadap sjarat-sjarat dalam polis jang pada masa sekarang digunakan di Indonesia VII. Sjarat-sjarat tambahan pada polis VIII. Polis DMPKI...; IX.. Peraturan-peraturan mengenai pertanggungan kebakaran X. Beberapa djenis asuransi kebakaran \ XI. Beberapa istilah dan artinja X n. Harga pertanggungan XIII. Bea meterai XIV. Tjara melaksanakan ganti rugi (claim) XV. Asuransi usaha Lampiran-lampiran l / V

8 KATA PENGANTAR Setelah dikeluarkannja buku ASURANSI PENGANGKUTAN (Penerbit Djambatan Djakarta 1959), temjatalah bahwa dibutuhkan djuga buku chusus mengenai asuransi kebakaran. Djustru karena itu kami rasa ada baiknja bilamana mengenai asuransi kebakaran ini diberi sekedar penindjauan jang dapat dipergunakan disamping buku tersebut tadi, sehingga dengan djalan ini dapatlah diberi suatu sumbangan, betapa sederhana sifatnja djuga, kepada usaha penjebaran pengetahuan asuransi di Negara kita ini. Harapan kami semoga ASURANSI KEBAKARAN ini dapat sambutan baik sebagaimana halnja dengan buku terdahulu jang mendjadi pelopomja, serta dengan demikian kedua buku ini mentjapai maksudnja, jaitu memberi sumbangan dalam pembangunan pasar asuransi nasional pada chususnja dan pembangunan semesta Negara Indonesia pada Umumnja. Kebajoran Baru, Agustus 1960 PENGARANG VI

9 Bagian I SEDJARAH Sebagaimana kita ketahui, pertanggungan pengangkutan adalah bentuk pertanggungan atau asuransi jang tertua. Tetapi djuga asuransi kebakaran mempunjai usia jang tinggi, walaupun tidak seperti asuransi pengangkutan. Tentang mulai tirabulnja bentuk asuransi ini, sepandjang pengetahuan kami tidak terdapat banjak bahan jang dapat memastikan saat asuransi kebakaran timbul. Sebelum tahun 1666 tidak dapat diketahui dengan tegas apakah djenis pertanggungan sematjam ini telah ada atau tidak. Hanja diketahui bahwa rupa-rupanja pertanggungan kebakaran ini mulai dipergunakan pertamatama dinegeri Inggeris. Besar kemungkinan bahwa sebelum tahun tersebut telah diketahui djenis pertanggungan serupa ini, akan tetapi suatu kepastian terhadap soal ini tidak dapat diberi. Bagaimanapun djuga, baru sesudah terdjadi kebakaran besar dinegeri Inggeris dalam tahun 1666 tersebut terkenal dalam sedjarah Inggeris sebagai the Great Fire of London 166i6 perhatian umum tertarik pada beberapa hal jang bersangkut-paut dengan kebakaran tersebut. Terutama telah njata bahwa tiadalah suatu tjara teratur dalam pemadaman kebakaran serta tidak ada suatu keperluan untuk memberi djaminan atau pemanggungan terhadap bahaja ini, jaitu bahaja kebakaran, soal mana teiah mendjadi pokok pembitjaraan dalam rupa-rupa kalangan pada masa itu. Walaupun demikian dapatlah dianggap bahwa fakta-fakta mengenai soal pertanggungan umumnja dan pertanggungan kebakaran chususnja sudah diketahui pada zaman itu. Hal ini dapat dibuktikan, sebab pada waktu itu sudah mendjadi kebiasaan bahwa para penanggung perseorangan jang mendjalankan usahanja dalam lapangan asuransi pengangkutan, djuga mengadakan pertanggungan kebakaran sebagai side line atau pentjarian garis kedua, djadi bukan sebagai induk usahanja. Selaku akibat dari perasaan supaja diberikannja kepada umum tjara-tjara mengatur kekurangan-kekuangan ini, terbentuklah di London dalam tahun 1680 maskapai asuransi jang pertama, bernama The Fire Office atau djuga dinamakan The Penix. Kantor asuransi berbentuk partnership atau firma, suatu bentuk perseroan pada mana tiap-tiap anggota biasanja dua atau tiga orang sadja ikut bertanggungdjawab. Djenis kantor asuransi kedua jang didirikan adalah kantor asuransi jang bernama The Corporation of London. Kantor ini berdasarkan suatu sistim pada mana kotapradja mendjadi peserta perseroan itu. Kantor ini tidak lama dapat dipertahankan. 1

10 Dalam tahun-tahun l5frikn ^ g a Ps»atu firma kebakaran didirikan antara lain T* HaQd4n_Hand dalam tahun 1696 * * ^ " ial n r, dengan istilah mana. ^ sampai sekarang masih mengurus ^ u ra n si kebakaran untuk b^ J " ^ r^ il^ afni Bjaitu hanja mengurus asuransi untuk Mudah dimengerti W b w a ^ ^ J tersuatu djenis ak? kapai ;ang mula-mula mengerdjakan asuransi keba- S ^ u n t ^ s u S a djenis risiko chusus lambat-laun djuga menaruh perhatian ^a^km^tetapi bu^n^adj f d^london kantor-kantor asuransi mulai didiriv dtuea dilain-lain kota seperti di Bristol, Edmburgh dan sebagamja. n»nridak lama kemudian bentuk pertanggungan ini djuga mulai tersebar d i ^ neg^i Inggeris dan seterusnja djuga didaratan Eropa dan A e^ amasa sekarang boleh dibuang pertanggungan kebakaran atau asuransi kebakaran tidak asing lagi disemua negara didunia. c w a i akibat dari perkembangan ekonomi di Eropa dan kemudian di T iane terlukis dalam perkembangan kemakmuran dinegara-negara Ame, ut gulailah dimana-mana didirikan pabrik-pabrik industri, pabriktcrhrik mesin kantor-kantor pelajaran, gudang-gudang untuk menimbun Pa «erdagangan dan sebagainja. Segala kepentingan ini harus didjamin barang pc b kebakaran puia; djaminan mana ternjata bukan suatu usaha nerlu malahan paling penting' dalam dunia perdagangan. D a l a m abad ke-18 bentuk pertanggungan kebakaran terdiri dari satu tim pertanggungan jang hanja meliputi tiga matjam bahaja kebakaran, - pertama mengenai risiko kebakaran biasa, kedua tentang risiko atau bahaja kebakaran jang agak berbahaja dan djenis ketiga meliputi risikorisiko iang sangat besar. Tetapi berhubung dengan perkembangan dan penjempumaan pertanggungan pada umumnja dan pertanggungan kebakaran pada chususnja, dengan sendirinja pembagian risiko jang harus dipertanggungkan tidak dapat dibiarkan dalam keadaan sederhana ini, tetapi harús diperhatikan lebih djauh.... Berhubungan erat dengan mi prenu-prenu jang harus dibajar oleh jang berkepentingan mulai lebih terbagi dalam rupa-rupa djenis. Dalam masa tersebut, jaitu dalam abad ke-18 masing-masing kantor asuransi kebakaran mempunjai bagian pemadam api sendiri. 2

11 Disamping itu mereka mempunjai djuga lambang-lambang tersendiri, jang diberikan kepada pihak-pihak ditanggung, jang memasang lambang-lambang itu pada tembok luar dari gedung jang diasuransikan atau gedung jang memuat barang-barang jang dipertanggungkan itu, selaku tanda bahwa gedung tersebut mempunjai hubungan perasuransian dengan kantor asuransi jang mengeluarkan lambang tersebut. Kebiasaan jang sampai permulaan abad ke-20 djuga masih digunakan di Negara kita ini, sekarang tidak begitu digemari lagi, rupa-rupanja oleh karena sistimnja mengandung banjak kesulitan. Dapat dikatakan disini, bahwa kebiasaan memakai lambang atau merek dari maskapai asuransi pada masa sekarang masih terdapat dalam asuransi mobil di Negara kita. Kebiasaan ini rupa-rupanja bukan berdasarkan alasan jang semula, tetapi sebagai suatu usaha untuic memasang iklan pertjuma oleh maskapai bersangkutan. Polis-polis jang pada masa itu diterbitkan, pada hakekatnja masih sederhana, bukan sadja dalam bentuk dan peraturan-peraturannja, tetapi djuga dalam pemberian pertanggungan terhadap bahaja atau risiko. Jang dimaksudkan ialah, bahwa polis-polis tersebut hanja memberi pertanggungan terhadap bahaja kebakaran sadja dan pertanggungan itu tidak meliputi bahaja lain. Lambat-laun terasalah keperluan untuk memperluas djaminan jang diberi itu dengan djaminan terhadap lain-lain bahaja atau bentjana, teristimewa terhadap bahaja-bahaja jang walaupun bukan bahaja kebakaran tetapi mempunjai hubungan langsung atau tidajc langsung dengan bahaja tersebut, antara 'lain terhadap kerugian atau kerusakan jang diakibatkan oleh air pemadam api dan sebagainja. Djuga lain-lain bahaja seperti bahaja gempa bumi, bandjir jang diakibatkan oleh gempa bumi dilaut (vloedgolf en zeebeving). \ Dalam bagian-bagian berikutnja akan kita tindjau soal ini lebih dalam. Disamping perkembangan maskapai-maskapai asuransi terasa pula kebutuhan untuk menggabungkan diri sehingga tertjapailah gabungan-gabungan atau perkumpulan-perkumpulan dari para penanggung, dengan maksud, antara lain, supaja ditjiptakannja peraturan-peraturan seragam dalam menentukan premi dan lain-lain sjarat. Pada masa sekarang tiap-tiap negara mempunjai organisasi sendiri jang masing-masing mengurus hal-ihwal mengenai asuransi kebakaran dalam negaranja, ketjuali dalam beberapa negara dimana hal perasuransian sudah mendjadi usaha negara sendiri. Oleh karena soal pertanggungan kebakaran, dalam suatu negara tidak dapat disamakan dengan pertanggungan kebakaran dilain negara, berhubung dengan keadaan ditiap-tiap negara berlainan sekali, dapatlah dimengerti bahwa masing-masing negara harus mentjiptakan sjarat-sjarat dan premipremi jang chusus berlaku guna negara itu, hal mana tidak dapat dipertahankan dalam hal pertanggungan pengangkutan jang lebih bersifat internasional. Perhimpunan atau gabungan asuransi kebakaran- didirikan pertama-tama

12 dinegeri Inggeris, jaitu The Scottish Fire Office Managers dalam tahua Disamping itu temjata pula, bahwa bukan sadja para asuradir, mengusahakan aturan-aturan seragam dalam asuransi kebakaran ini, tetapi djuga pemerintah-pemerintah dari negara-negara masing-masing mulai memperhatikan persoalan ini, sehingga tertjipta djuga aturan-aturan dalam undang-undang negara-negara tersebut. Sebagaimana dikatakan, tiap-tiap kantor asuransi mula-mula mempunjai regu pemadam api tersendiri. Hal ini dipertahankan hingga tahun 1832, walaupun sebetulnja sudah terbukti bahwa hal demikian sangat mengetjewakan, sebab sistim ini bukan sadja merugikan umum, tetapi diuca saneat berbelit-belit. Dalam buku-buku jang berasal dari masa tersebut dapat dibatja betapa sulitnja soal ini bagi chalajak-ramai. Djika timbul suatu kebakaran, tidak d j arang terdjadi bahwa suatu regu pemadam api tiba pada tempat kebakaran tadi, dan pulang kembali ketempat kediaman mereka tanpa melakukan kewadjibannja, sebab temjata bahwa rumah atau gedung jang mendjadi mangsa api itu tidak dipertanggungkan pada maskapai asuransi mereka, sehingga menurut kebiasaan mereka terpaksa mengundurkan diri Tak usah kami gambarkan apa jang terdjadi bila regu pemadam aoi dari maskapai asuransi jang memang menanggung gedung tersebut tidak berad* ditempn beberapa l ^ maskapai kap^ ^ asuransi. i s T U^ Kami ah tidak mengetahui itu ^ ta n bagaimana g g u n g k a n dalam padu keadaan-keadaan dem,kian regu-regu pemadam api itu akan jceadaan-keadaan demikian tidak terdjadi oleh karena o n» Hari regu-regu pemadam api tidak atau kurang mempunjai hasrat k vebakaran dipadamkan oleh suatu regu jang tidak,r ^ ;1. sal f S L kadjakan oleh maskapai asuransi tersan kutan r^ T!dak * d a p a t PM«'1 berupa biaja atau gauli lain, h? " f * l b rasa djika regu Wgmemadam api tersebut m w d e L J 1' b,h' leb h alat-alat pemadam ap, mereka ataupun menderita k e S * k5 g > P * Olef bahwa regu-,egu D J J1Wa mams'a' berhati-i«1', f ^ d'a a"km kewadjiban m erekf P adam ap san8a' o i im djuga temjata belum seinum a b t r S mereka sendiri, akan %.ung dens ropa'n,pa KaI1B r-k»n, r sa ' dalam satu ba& n^taiasostov? 8 raen88«'nlni ' Ian pengan, ^ asosiasi ini diuoa rpm,, bersifat sentral.» e d d f a n 1 * u n g a r ^ m M lm3" a ber,ak" S '.tu ^ " f'au ifasi pemadam S, I p' di,m aka" berhubung fr nl K- aka' ao 0,eh Pihak k o w o r T T: ^ diadakannja ^ p ad» - o!eh *> tertjapailah suatu

13 keseragaman dalam premi-premi serta sjarat-sjarat sehingga terhentilah persaingan dalam hal ini, jang kadang-kadang dapat dianggap sudah tidak sehat lagi. Sebagaimana tadi dikatakan, djuga dari pihak pemerintah nampak hasrat untuk tjampurtangan dalam hal asuransi, jaitu dengan tertjiptanja rupa-rupa undang-undang, jang mengurus hal perasuransian pada umumnja. Dengan sendirinja tidak dapat diurus oleh pemerintah hal besar-ketjilnja premi mengenai pertanggungan itu. Hal ini diusahakan pada inisiatip para penanggung sendiri. Tetapi bukan sadja dinegeri Inggeris tertjapai keseragaman dalam sjaratsjarat dan sebagainja, akan tetapi hal ini djuga mulai diwudjudkan didaratan Eropa. Antara lain djuga dinegeri Belanda jang dalam abad ke-19 mulai mendirikan kantor-kantor asuransi atau tjabang-tjabang dari kantor-kantor asuransi dinegeri kita djuga. Maskapai asuransi jang pertama-tama mulai kegiatannja dalam lapangan asuransi dinegeri kita adalah Bataviasche Zee & Brand-Assurantie Maatschappij dalam tahun Sampai petjahnja perang dunia kedua, lapangan asuransi di Indonesia untuk sebagian besar berada dalam tangan maskapai-maskapai asuransi asing, jaitu Inggeris, Belanda dan lain-lain, jang bekerdja disini dalam kedudukannja sebagai kantor asuransi sendiri atau sebagai perwakilan dari lain-lain maskapai asuransi asing. Maskapai asuransi nasional jang berasal dari masa sebelum perang hanja dua djumlahnja, jaitu maskapai asuransi djiwa Boemi-Poetera, jang sebenaraja tidak termasuk golongan jang dibitjarakan disini, jaitu golongan asuransi kebakaran, dan jang kedua adalah Lloyd Indonesia, jang pada waktu memakai nama Indische Lloyd dan jang mula-mula didirikan sebagai suatu dochter-maatschappij dari maskapai Belanda jang bernama Nederlandsche Lloyd. Selama pendudukan Djepang dan sampai achir Perang Dunia Kedua, maskapai-maskapai asing itu tidak dapat melandjutkan usahanja. Sesudah perang dunia kedua, waktu keadaan mulai teratur lagi dan ekonomi kita mulai berkembang pula, terasalah djuga kebutuhan untuk diadakan lagi pasaran asuransi di Negara kita. Maskapai-maskapai asuransi asing jang telah kembali di Indonesia membuka kegiatan mereka lagi dan dalam tahun 1946 mereka mendirikan suatu badan jang dinamakan Bataviasche Verzekerings Unie, disingkat BVU, suatu organisasi bersama untuk mentjapai maksud tersebut. Pertanggungan-pertanggungan jang mereka djalankan maupun dalam lapangan kebakaran atau lainnja dilakukan setjara kolektip. Ini berarti bahwa dalam tiap-tiap pertanggungan para anggota BVU mendapat bagian jang tertentu. Hal ini mereka lakukan karena terdorong oleh rupa-rupa sebab, antara lain kekurangan tenaga-tenaga asuransi dan djuga oleh karena belum adanja keadaan jang teratur, sehingga persaingan antara mereka tidak begitu digemari. Dalam tahun 1948 gabungan ini dihentikan sebab masing-masing mas- 5

14 kapai telah mempunjai tjukup tenaga dan bahain antuk mendjalankan pekerdjaan mereka sendiri-sendiri. Disamping kesadaran nasional dalam rupa-rupa lapangan, terasa pula kebutuhan untuk mengadakan maskapai asuransi jang bersifat nasional, sebagai salah satu garis pertahanan dalam persaingan terhadap bangsa asing. Maka djustru oleh karena ini terbentuklah maskapai asuransi nasional pertama pada tahun 1950 jang bernama Maskapai Asuransi Indonesia. Tidak berapa lama kemudian maskapai ini disusul oleh lain2 maskapai asuransi, hal mana makin hari makin bertambah, sehingga pada saat kami menjusun buku ini, telah kurang-lebih 40 buah maskapai asuransi jang bersifat nasional dalam wilajah negeri kita. Dalam tahun 1948 dilandjutkan pula gabungan maskapai jang berusaha di Negara kita, gabungan' mana sudah berada sebelum perang dunia kedua Gabungan-gabungan ini terdiri dari tiga himpunan, jaitu : 1. Raad van Brandverzekering Maatschappijen in Indonesia (RBI). 2. Marine Underwriters Association in Indonesia (MUAI). 3. Vereniging van Varia-Assuradeuren in Indonesia ( W I). Ketiga himpunan ini masing-masing mempunjai anggaran dasar dan pengurusnja sendiri. Maskapai asuransi nasional djuga mendjadi anggota dari ketiga gabungan ini, akan tetapi dalam tahun oleh beberapa maskapai asuransi nasional didirikan gabungan sendiri, jang dinamakan Komite Asuransi Nasional, disingkat Komite. Dalam tahun 1956 beberapa maskapai asuransi nasional lainnja, jang tidak mendjadi anggota dari Komite tersebut, mendirikan gabungan mereka sendiri, jang diberi nama Gabungan Asuransi Nasional Indonesia, disingkat GANI, tetapi dalam permulaan tahun 1957 kedua organisasi tersebut menggabungkan diri satu sama jang lain, sehingga pada masa ini terdapatlah hanja satu perhimpunan nasional, jaitu Dewan Asuransi Indonesia, disingkat DAI. Dalam gabungan ini tidak sadja terdapat maskapai-maskapai asuransi «astonai jang djuga mendjadi anggota dari ketiga asosiasi tadi, tetapi djuga lam-lam maskapai asuransi, nasional jang belum mendjadi anggota dari D A f s S t ' r /-w? mana dapa: dimengerti sebab Pekerdjaan dan maksud ia n J o h u s u men^ nai,apanf n ke^ ja dari ketiga asosiasi tadi, m X l r d Z n X T T PersoaIan-Persioa,an tarip dan seb^ainja, sedang DAI mperdjuangkan kepentingan maskapai nasional chususnja 6

15 Bagian II AZAS-AZAS ASURANSI Menurut undang-undang, suatu pertanggungan atau asuransi adalah suatu persetudjuan antara dua pihak, dalam persetudjuan mana pihak jang satu, dengan diterimanja suatu djumlah uang jang dinamakan premi, membebankan dirinja dengan perdjandjian akan menanggung kerugian atau kehilangan jang mungkin diderita oleh pihak kedua mengenai laba jang diharapkan oleh pihak kedua tersebut, kerugian atau kehilangan mana diakibatkan oleh suatu kedjadian jang tidak tentu (Undang-undang Perniagaan pasal 246). Pihak dalam persetudjuan ini, jang mengalihkan beban atau risikonja kepada pihak lain dinamakan pihak jang ditanggung, sedang pihak lain, jaitu pihak jang menerima beban ini, dinamakan pihak penanggung. Persetudjuan djual-beli, jaitu pihak jang ditanggung membeli hak untuk menerima ganti kerugian, pendek kata djaminan dari jang mendjualnja, jaitu pihak penanggung. - Untuk hal ini pihak penanggung menerima sedjumlah uang jang dinamakan premi. Sebagaimana dalam hal dagang jang dilakukan oleh seorang pendjual barang, djuga pihak penanggung mengharapkan keuntungan dari peadjualan -nja. Hanja untuk inilah ia bersedia menanggung kerugian jang mungkin tipibul akibat bahaja-bahaja jang mendjadi pokok pertanggungan ini. Djumlah uang premi dengan sendirinja tergantung dari besarketjilnja pertanggungan atau risiko jang dipikul oleh pihak penanggung. Satu hal jang tidak dapat diabaikan ialah, bahwa kerugian jang mungkin timbul itu harus bersifat tidak tersangka atau tidak terduga (toevallig). Hal ini berarti bahwa kerugian atau kerusakan jang mendjadi pokok persetudjuan pertanggungan itu harus merupakan suatu bahaja jang: o. tidak dapat diharapkan atau dinantikan dengan pasti; b. tidak mustahil; c- tidak merupakan akibat dari perbuatan pihak jang ditanggung sendiri. Dalam hal-hal tersebut dibawah a dan b dengan sendirinja tidak dapat dilakukan suatu persetudjuan biasa, sedang dalam hal c, walaupun mungkin diadakan persetudjuan pertanggungan, akan tetapi oleh perbuatan pihak jang ditanggung sendiri itu timbui kerugian, sudah tentu pihak penanggung akan dibebaskan dari perianggungannja. Berhubung dengan ketidakpastian ini, maka dalam Undang-undang Sipil telah diutarakan bahwa persetudjuan pertanggungan dimasukkan kedalam golongan persetudjuan untung-untungan (kansovereenkomst). Dalam pasal 1774 Undang-undang Sipil telah ditentukan sebagai berikut: Dengan suatu persetudjuan untungruntungan (kansovereenkomst) diartikan suatu kelakuan jang hasilnja, mengenai laba atau rugi, untuk kedua belah 7

16 pihak atau untuk salah satu pihak, bergantung pada suatu kedjadian jang tidak tentu. Jang termasuk dalamnja adalah : a. persetudjuan pertanggungan ; b. bunga hidup; c. permainan dan pertaruhan. Persetudjuan termasuk golongan a selandjutnja diatur dalam Kitab U n dang-undang Hukum Perniagaan. Ganti kerugian tidak boleh melebihi kerugian jang diderita, meskipun ganti kerugian itu dapat bersifat seluas-luasnja, dengan arti kata bahwa dapat berdjumlah sedemikian besar, hingga kerugian atau kekurangan jang' pasti dan/atau kerugian dalam keuntungan chajal dapat diliputi olehnja. prinsip jang digunakan dalam hal ini dinamakan indemnity principle atau prinsip ganti kerugian, jaitu bahwasanja pihak jang ditanggung tidak dapat memungut keuntungan dari salah suatu kerugian jang diderita olehnja, akan tetapi hanja dapat menerima ganti kerugian jang selaras dengan kerugian atau kekurangan tersebut. prinsip "mi dengan sendirinja hanja mengenai bentuk asuransi jang disebutkan asuransi kerugian (schadeverzekering) dan bukan mengenai asuransi djumlah uang atau sommenverzekering, sebab dalam hal terachir ini sebagai pokok asuransi bukannja suatu ganti kerugian akan tetapi suatu persetudjuan untuk membajarkan dijumlah uang jang ditentukan terlebih dahulu, pembajaran mana tergantung dari suatu kedjadian, dengan tidak mengindahkan hal apakah dialami suatu kerugian atau tidak. MAKSUD ASURANSI Apa sebenarnja maksud dan tudjuan dari asuransi pada umumnja? Maksud dan J ^ 1T^ dapat dilukiskan dengan singkat sebagai berikut: MaksUd d^ * d>ua" a^? ransi dapat dibagi dalam dua lapangan, jaitu p e r t a m a u «^?a" sampai suatu usaha menderita kerugian, ^edu h d S T a m s r ker 8,^n P ^ k ianb bersangkutan. D f W takant adja bah diuta kam > is ta r t USin s i kebakaran), tetapi djuea dianut &tau ^ aran8 djasmani, (dalam hal asur^ mengenai kewadjibant r t H ^ ja" g Udak diasmani jaitu as^ T k a S u r L s i ditudjukan atau ketiga (third Party liabilit^ m endjadi pokok ganti kerusian1 * keratkan Pada barang atau usaha disebut suatu asuransi keruoin a m dunia asuransi hal demi- ^ r a n s i dititikberatkan pada djumlah (schadeverzekering), sebaliknja bila asnti kerugian, maka djenis asuransi S m iv "8 akan diberikan sebagai (sommenverzekering). emikian dinamakan asuransi djumlah u3r?,am djenis asuransi pertama,ngan ini ada!ah untuk m em b ejr^nt811' ^ 81 kerugian>maksud periangnderita kerugian barang atau benda *,<:rugian kepada mereka jang? Ai karena bentjana atau bahaia teri ]T g dirmilkinia>kerugian mana terbiar kerugian ini berupa kemunrt,?; P ^ n g g u n g a n ini diadaka an alam bentuk miliknja, ataupun 8

17 berarti kehilangan keuntungan jarig diharapkan oleh pihak-pihak bersangkutan. Dengan lain perkataan, pembajaran ganti kerugian tidak pasti, bukan sadja mengenai besar-ketjilnja djumlah penggantian itu, akan tetapi djuga mengenai saatnja, sebab hal mi tergantung dari timbul-tidaknja suatu kerugian. Pada d jenis asuransi jang kedua, jaitu asuransi djumlah uang, tudjuan persetudjuan itu adalah untuk membajar sedjumlah uang kepada jang berkepentingan, pembajaran mana tidak tergantung dari suatu kedjadian kerugian, atau dengan lain perkataan, djumlah uang jang ditentukan dalam persetudjuan pertanggungan ini pasti akan dibajar. Dengan djems pertama dari asuransi ini, jaitu asuransi kerugian dimaksudkan pertanggungan pengangkutan, kebakaran, pentjurian, mobil dan sebagainja. Dalam djenis ini lazim djuga digolongkan asuransi ketjelakaan pribadi, walaupun sebenarnja asuransi ini untuk sebagian termasuk dalam asjnransi djumlah uang. Dalam djenis kedua, jaitu asuransi djumlah uang diartikan asuransi djiwa dan. sebagainja (asuransi bunga hidup atau lijfrenteverzekering). Pembedaan di antara kedua djenis asuransi ini terdapat pula dalam kebiasaan dipasar asuransi Inggeris jang mengadakan pembedaan antara istilah insurance dan assurance. Dengan insurance diartikan asuransi kerugian dan dengan istilah assurance dimaksudkan asuransi djumlah uang. POKOK PERTANGGUNGAN Menurut pasal 268 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan, suatu asuransi dapat mempunjai pokok pertanggungan dalam setiap kepentingan jang dapat ditimpa oleh bahaja dan jang tidak diketjualikan dalam undang-undang. Dengan ini njatalah bahwa pihak jang ditanggung tidak usah mendjadi pemilik dari barang atau benda jang dipertanggungkan tetapi tjukup bila ia mempunjai kepentingan terhadap barang atau benda tersebut. Kepentingan ini harps dapat diperhitungkan dalam mata-uang, tetapi ini tidak berarti bahwa ganti kerugian pasti akan berupa uang. Ganti kerugian itu djuga dapat dilakukan dengan barang atau benda lain, atau dengan memberi kesempatan untuk memperbaiki barang atau benda jang telah rusak' itu kepada jang berkepentingan. Walaupun persetudjuan pertanggungan digolongkan kedalam persetudjuan untung-untungan (kansovereenkomst), sama seperti permainan dan pertaruhan, tidaklah benar bilamana asuransi dianggap sebagai suatu permainan djudi (gambling) atau pertaruhan (weddenschap). Hal ini dapat diterangkan sebagai berik u t: a. Suatu pertaruhan berdasarkan suatu kedjadian jang pasti akan terdja<ji. Jang tidak pasti ialah hasil dari kedjadian itu atau dengan perkataan lain, pihak mana jang akan beruntung. Suatu persetudjuan asuransi kerugian didasarkan atas suatu kedjadian jang dapat terdjadi, tetapi tidak harus atau pasti akan terdjadi. b. Dalam suatu pertaruhan pasti satu pihak akan untung, dan jang lain 9

18 c akan rugi ; hanja tidak diketahui terlebih dahulu siapakah jang akan untung dan siapa jang akan rugi. Dalam asuransi kerugian tidak ada pihak jang rugi atau untung, sebab bilamana terdjadi suatu bentjana atau bahaja jang mengakibatkan kerugian atau kerusakan pada benda jang dipertanggungkan, pihak jang ditanggung akan menerima ganti kerugian dari penanggung. Hal ini tidak dapat dianggap selaku suatu kerugian dari penanggung, sebab pada waktu diadakan persetudjuan tadi, penanggung telah menimbang benar-benar apakah ia sanggup atau tidak untuk memberi d jaminan itu. Untuk kesanggupan ini ia (penanggung) telah menerima pembajaran berupa uang premi bersangkutan. Dalam hal bahaja atau bentjana tidak terdjadi atau tidak merusakkan benda jang diasuransikan itu, maka tidak dapat dikatakan bahwa pihak jang ditanggung menderita rugi oleh karona ia tidak menerima sedjumlah uang dari penapggung, sebab lantaran tidak terdjadi apa-apa dengan barangnja maka dengan sendirinja tak dapat ia menuntut sesuatu. Sebaliknja penanggung tidak dapat untung, sebab w alaupun tidak terdjadi sesuatu, penanggung sudah memberi djam inannja terlebih dahulu. Dengan, singkat, satu pihak, jaitu penanggung, memberi djasa-djasa baik kepada pihak lain, jaitu jang ditanggung. pertarulwn tidak menguntungkan masjarakat, sedang asuransi mempuftjai faedah pagi perdagangan dan karena itu bagi masiarakat. d. Suatu permtudjuan pertanggungan harus dikuatkan menurut undangundang atau dengan lain perkataan, didasarkan atas undang-undang, sedang suatu pertaruhan atau pendjudian lazimnja tidak Dalam persetudjuan pertanggungan, kedjadian atau bahaia terhadap djamman bersangluitan diberi, tidak diinginkan akan t di adi b ^ oleh pihak jang ditanggung, maupun penanggung hal mana tidak berlaku dalam suatu pertaruhan. Dalam suatu persetudjuan pertanggungan, djaminan iar> j'ko f' sudkan untuk mendjaga kepenti^an pihak j S T c E dimakn pertaruhan tidak ada maksud demikian ' angguns' Dalam U «rlebih data1» i l W S d l r? tai',idak diketad a n tesarnj» djumlah uang itu adalah sekuianti, as ransi d)iwa) dalam hal tidak terdjadi apa-apa dengan barang? i Ur^ngnja no1 <Jaitu itu) dan ^ f ^ g g i n j a sebesar djumlah p r2 dlpertanggun8kan barangj r t i a raiulkan dim«snahkan semua ole? T 8an bi,amana pjaoa pertanggungan itu diadakan. bahaja terhadap ja la n i Pe^,. ^ r la m a n, jaitu dari sem ula telah ^ SarnJa sedan8 dj n pindah tangan itu. h d* etah u i berapa T a k ' H u it 0

19 Bagian III POKOK-POKOK PERTANGGUNGAN KEBAKARAN Sebagaimana telah dikatakan, suatu pertanggungan kebakaran sebenarnja adalah suatu persetudjuan jang ditjapai antara dua pihak, jaitu pihak pe'nadggung dan pihak jang ditanggung. Persetudjuan sedemikian harus didukung oleh atau didasarkan atas pokok-pokok b erik u t: 1. Wewenang atau komipeteaisi dari kedua belah pihak untuk mengadakan suatu persetudjuan. 2. Pihak jang ditanggung harus memiliki atau menguasai bahan atau barang jang memang patut dipertanggungkan. 3. Suatu ganti kerugian jang sah harus diberikan atau chdjaitdji3c*n. 4. Suaftu persesuaian paham han» tertjapei lebih dahulu antara kedua belah pihak. 5. Persetudjuan ini harus mempuajai maksud atau tudjuan jang legal, jaku jang didasarkan atas undang-undang. Baiklah sekaraftg diadakan pfcnindjauan.terhadap pokok-pokok ini sotjara mendalam. 1. WEWENANG ATAU KOMPETENSI Arti pokok ini adalah, bahwa kedua belah pihak harus mempunjai wewenang atau kompetensi untuk mengadakan suatu persetudjuan jaitu bahwa tiap-tiap, pihak dapat melakukan hak dan wewenangnja untuk mengadakan suatu persetudjuan, jaitu bahwa tiap-tiap pihak dapat. melakukan hak dan wewenangnja untuk mengadakan suatu pei'setudjuan dengan orang atau badan lain, as^l sadja ia sudah dewasa atau akil-balig, tidak berada dalam keadaan pailit, tidak menderita sakit djiwa, pendeknja tidak berada dalam suatu keadaan jang tidak memungkinkannja mengadakan persetudjuan ini. Unsur-unsur ini djuga berlaku untuk pihak penanggung, dengan pengertian bahwa pihak penanggung, biasanja suatu maskapai asuransi, tjukup memenuhi sjarat kedua sadja, jaitu tidak ber&da'dalam Tceadaan pailit, sebab sjarat-sjar? ninnja hanja berlaku bagi perseorangan dan tidak bagi suatu badan atau maskapai. 2. BARANG JANG PATUT DIPERTANGGUNGKAN Suatu persetudjuan pertanggungan tidak dapat dilaksanakan, ketjuali bila telah ada barang atau bahan jang benar-binar p atu t. dipertanggungkan. Ini berarti bahwa sebagai pokok atau alasan dari pertanggungan ini haruslah dimiliki oleh pihak jang ditanggung barang atau bahan, atau ia mempunjai hubungan atau ikatan jang sah dan sedemikian rupa maupun U

20 langsung atau tidak dengan barang jang akan dipertanggungkan itu, hingga ia benar-benar mempunjai kepentingan terhadap djaminan jang akan diperoleh dengan persetudjuan pertanggungan tadi. Dengan demikian terhindarlah diadakannja suatu perdjandjian pertanggungan dengan maskapai asuransi setjara serampangan sadja, jang tidak berpokok pada barang atau bahan jang benar memerlukan djaminan itu. Pokok jang mengkehendaki asuransi atau pertanggungan itu harus membuktikan : a. Adanja barang atau bahan jang patut dipertanggungkan; b. bahwa ia benar-benar mempunjai kepentingan terhadap barang atau bahan itu, sehingga djika barang atau bahan tersebut ditimpa marabahaja, terhadap mana persetudjuan itu memberi djaminan, maka i* berhak menerima ganti kerugian sewadjamja. Dalam pada itu haruslah diingat bahwa persetudjuan pertanggungan ini sekali-kali tidak memberi tanggungan atau garansi bahwa barang jang dipertanggung itu iidak akas ditimpa bahaja kebakaran atau lain bahaja itu, tetapi persetudjuan ini memberi djaminan bahwa bilamana barang itu dimusnahkan atau dirusakkan oleh bahaja tersebut, maka pihak ditanggung jang mempunjai kepentingan terhadap barang itu tidak dirugikan, tetap«mendapat ganti kerugian jang didjandjikan itu. Dengan pihak jang mempunjai kepentingan terhadap barang jang akan dipertanggungkan dimaksudkan bukan sadja pemilik barang tadi, melainkan djuga wakil atau pemegang kuasanja. Dalam pasal 250 TJndang-undang Perniagaan diaturkan bahwa bila seseorang mengadakan pertanggungan untuk dirinja sendiri atau untuk orang lain, sedang kemudian terbukti bahwa pada terlaksananja pertanggungan ini, pihak jang ditanggung tidak mempunjai kepentingan terhadap barang jang dipertanggungkan ini, maka pihak penanggung tidak dapat dibebankan dengan ganti kerugian jang mungkin terdjadi pada barang jang dipertanggungkan itu. Dari pasal 265 dan 266 selandjutnja temjata bahwa tidak diperkenankan bila diadakan suatu persetudjuan pertanggungan oleh suatu pihak untuk kepentingan orang atau badan lain, tanpa pengetahuan dan persetudjuan pemilik barang itu. 3. PENGGANTIAN TANG SAH Dalam setiap perdjandjian jang sah dan jang berdasarkan undang-undang harus dinjatakan bahwa pihak jang akan mengerdjakan atau jang mendjandji akan melakukan suatu tugas, harus akan menerima atau didjandjikan padanja suatu penggantian atau upah jang sah, sesuai dengan tugas jang akan dilakukan itu. Teranglah bahwa masing-masing pihak jang berkepentingan dapat menentukan sendiri besar-ketjilnja upah atau penggantian jang sah itu. Pun tidak mendjadi soal apakah upah atau penggantian tersebut bersifat uang atau lainnja. 12

21 Dalam hal perdjandjian pertanggungan atau persetudjuan asuransi, maka jang ditanggung bersedia membajar sedjumlah uang, jang dinamakan premi kepada pihak penanggung. Seperti dikatakan tadi, besar-ketjilnja premi ini tidak dipersoalkan dalam Undang-undang Perniagaan, asal sadja kedua belah pihak telah mufakat tentang premi itu. Sebaliknja apabila barang jang dipertanggungkan itu tidak rusak atau musnah oleh suatu bahaja terhadap mana persetudjuan ini memberi djaminan, maka pihak jang ditanggung tak dapat minta pembajaran kembali premi itu dengan alasan bahwa temjata premi tersebut terlalu tinggi. 4. PERSESUAIAN FAHAM Persesuaian faham harus tertjapai antara kedua belah pihak, tanpa mana suatu persetudjuan pada umumnja tidak dapat dilaksanakan. Djika dalam masa perundingan antara kedua belah pihak sebelum persetudjuan ini tertjapai, satu pihak menentukan barang atau bahan jang akan mendjadi pokok pertanggungan ini, sedang oleh pihak lain dimaksudkan barang atau bahan jang berbeda, maka persetudjuan jang kelak akan diadakan sebagai hasil perundingan tadi, tidak berharga sama sekali dan dianggap tidak tertjapai. Persesuaian faham ini bukan sadja mengenai barang jang akan dipertanggungkan, tetapi djuga mengenai harga, letak, djenis, sifatnja, pendek kata mengenai segala sesuatu bersangkut-paut dengan barang tersebut, demikian pula mengenai sjarat-sjarat jang akan mendjadi dasar atau 'alasan dari persetudjuan ini. Bagaimana pentingnja soal ini, temjata dari pasal 251 Undang-undang Perniagaan, dalatn mana ditetapkan bahwa, bila keterangan-keterangan jang oleh pihak jang ditanggung tidak benar adanja, kendatipun pemberian keterangan jang tidak benar tadi dilakukan tidak dengan sengadja, persetudjuan itu tidak berlaku. Bukan sadja dalam hal tidak benamja keterangan-keterangan itu, djuga bila keterangan-keterangan tidak diteruskan atau disembunjikan oleh pihak jang ditanggung dengan atau tanpa sengadja sedang keterangan itu adalah sebegitu 'rupa, hingga persetudjuan ini tidak akan terlaksana, djika keterangan-keterangan itu diketahui oleh pihak penanggung sebelum persetudjuan ini dilakukan, maka perdjandjian demikianpun dianggap tidak berlaku. 5. MAKSUD ATAU TUDJUAN JANG DIDUKUNG OLEH UNDANG-UNDANG Setiap persetudjuan bukan sadja persetudjuan pertanggungan pada umumnja harus mempunjai maksud atau tudjuan jang didukung oleh undang-undang, artinja tudjuannja diizinkan dan dibenarkan oleh undangundang, jaitu harus legal adanja. 13

22 Tidak diperbolehkah bila dilakukan suatu persetudjuan jang mempunjai maksud atau tudjuan jang bertentangan dengan undang-undang atau kepentingan umum ataukah bertentangan dengan kesusilaan. Spekulasi atau pendjudian dalam bentuk asuransi merugikan ahlak umum dan oleh karena itu tidak dibolehkan. Dalam pada itu, harus diperhatikan bahwa asuransi bukannja spekulasi belaka. Azas sematjam ini udak terdapat sama sekali dalam pertanggungan atau asuransi. Dalam pasal 1254 Undang-undang Sipil ditetapkan bahwa sjarat-sjarat melaksanakan sesuatu jang tidak mungkin atau bertentang^ dengan kesusilaan atau jang terlarang oleh undang-undang, membatalkan dengan semdirinja suatu persetudjuan jang memuat sjarat-sjarat demikian.

23 15 Bagian IV POLIS PADA UMUMNJA Telah dikatakan dimuka tadi, bahwa asuransi adalah suatu persetudjuan jang diadakan antara pihak jang ditanggung dan pihak penanggung. Persetudjuan pertanggungan harus diwudjudkan dalam seputjuk surat berharga atau dokumen jang lazim dinamakan polis. Istilah ini, menurut berbagai pengarang buku-buku asuransi,-berasal dari bahasa Italia, jaitu dari kata polizza jang artinja seputjuk surat perdjandjian. Apakah anggapan ini benar atau tidak, bukanlah dipersoalkan disini, hanja dipastikan bahwa istilah ini, jang terdapat djuga dalam lain-lain bahasa seperti bahasa Inggeris (policy), Perantjis (police), Djerman (Police), Spanjol (polizza), telah lazim digunakan dalam dunia perdagangan. Dalam Undang-undang Perniagaan tidak terdapat perumusan tentang pengertiannja, rupa-rupanja istilah ini dianggap telah tjukup diketahui dan difahami, hanja dinjatakan dalam pasal 255 bahwa suatu persetudjuan asuransi harus dilaksanakan setjara tertulis dalam sebuah akte atau surat keterangan jang dinamakan polis. Djika dipandang setjara sepintas-lalu, polis atau surat persetudjuan ini mungkin dianggap bukanlah surat persetudjuan menurut arti katanja, sebab dalam hal ini surat persetudjuan tersebut hanja ditandatangani oleh satu pihak sadja, jaitu pihak penanggung, sedang dalam tiap-tiap surat perdjandjian atau persetudjuan biasanja kedua belah pihak menandatanganinya. Anggapan ini tidak dibenarkan bila kita ingat bahwa dengan menandatangani surat permintaan untuk mengadakan pertanggungan dapat dianggap bahwa pihak jang ditanggung telah memenuhi kewadjibannja dalam soal mengadakan persetudjuan tadi. Djenis-djenis polis. Dalam asuransi kebakaran terkenallah tiga djenis polis, ja itu : 1. polis m askapai; 2. polis bursa; 3. polis Lloyds. 1. POLIS MASKAPAI Istilah ini menundjuk pada polis jang diterbitkan dan digunakan oleh berbagai maskapai asuransi sendiri. Sebagaimana telah dikatakan dalam bagian pertama, bermula maskapaimaskapai asuransi kebakaran mempunjai organisasi sendiri dan olehnja disusun aturan-aturan atau sjarat-sjarat berdasarkan kesanggupan masingmasing dalam hal pemberian djaminan bersangkutan.

24 S iarat-sjarat tersebut tertjaatum dalam polis jang bentuk dan bunjm ja tidak seragam ; dari suatu m askapai bentuk serta bunji sjarat-sjarat dalam sebuah polis berlainan sekali daripada bentuk dan isi polis d ari m askapai asuransi lain.,, D isam ping peraturan-peraturan jang m enurut undang-undang narus dim uat dalam suatu polis, d juga dim uat sjarat-sjarat lain jang chusus disusun.. p ria k u bagi masing-masing maskapai jang mengeluarkannja. sistim ini, jaitu sistim penjusunam sjarat-sjarat oleh masingm asin«m askapai jang mengeluarkannja. D enean sistim ini, jaitu sistim penjusunan sjarat-sjarat oleh masmg-. 2 nuaskapai, dapat terdjadi bahwa pada suatu m askapai salah satu tnasm g. a lebih m enarik atau lebih luas daripada sjarat jang mengurus S T «» r 3 tota TV.neafl hal ini persaingan antara para penanggung terdapat dalam nilai t-sjarat d an tidak dalam 'lapangan premi. Sja^ b a lik n ja sukar bagi jang ditanggung untuk mengambil suatu kesim pulan tefias dan tepat dalam soal memilih pertanggungan jang lebih meng- J -» baginja, sebab apa jang diperkenankan oleh satu maskapai ^ o ra n si, mungkin tidak' diperbolehkan atau kurang diurus o leh inin mas- ^ p i n g U«tWak mudah bagi pihak jang ditanggung untuk memban- _ sjarat-sjarat d an pelbagai maskapai asuransi, bila sjarat-sjarat itu tidak m ouniai urutan seragam, artinja bila nom or urut dari sjarat-sjarat itu m<\ - cuatu maskapai tidak sama dengan nomor urut dari sjarat-sjarataja m askapai f suransi terlebih lagi bila susunan atau bunji kalim at-kalim at t *n adanja. IjjfjaiD 1* _!o ciiijtl) siarat "* --- t -. - penanggung ' * lac1 sjarat nomor sekian pada suatu m askapai asuransi, sedang j'itu» t rk a * ada lain m askapai asuransi mem punjai nomor u rut jang * tsj-lai*13*1 p0ia bahwa pada umum nja pihak jang ditanggung tidak p itai ^. hasrat untuk mempeladjari dtengan teliti segenap sjarat term uat 0lpunia.1. dan' djika perbandingan ini tam bah berbelit-belit lagi karena P Uw Sukaran jang kam i uraikan tadi, m aka besarlah kem ungkinan tfcisufc3*3 ditanggu15 sama sekali tidak am bil pusing tentang soal ini. * "hal terdjadinja suatu kerugian, biasanja barulah sjarat-sjarat 0 a ^ ja la d ja ri untuk m endapat kepastian tentang ganti k erug jan ' jang «u <#P V jt dafl munskm tim bullah perasaan m enjesal oleh karena Aipa* ditli Ddjarm ia 8Cga1?' 5CM>atu»t» terlebih dahulu. d if^.gji kar«1^ «aaka m udah sekali dapat dim engerti bahwa * j> ju s tfu Jang kurang djudjur dapat mempergunakan h al ini untuk keun- ^.rt0o ^ n «sndiri 3aitu S» mentjantumkan dalam polisnja f* - L asaoja dengan w huruf 1 ketjil, untuk m?namk-v., ia rupa-rupa ganan pihak lgikan pihak semua ini lambat-ia,ln 1111 mendorong 6

25 para penanggung untuk mentjari djalan keluar dari kesulitan-kesulitan ini, sehingga tertjapailah keseragaman dalam sjarat-sjarat jang dimuat dalam polis-polis mereka. Sebelumnja perang dunia kedua, polis maskapai masih sering dipergunakan djuga dinegeri kita. Polis tersebut biasanja dikenal dengan nama NIVA polis. Singkatan NIVA menundjuk pada nama gabungan asuransi jang pada masa itu berusaha di Indonesia dan merupakan singkatan dari,,nederlandsche-indische Vereeaiging van Assuradeuren. Dimasa sekarang, polis NIVA ini masih dipergunakan tetapi dikenal dengan nama Raadspolis, sebagai kenjataan bahwa polis ini disusun oleh. Perhimpunan Asuransi Kebakaran (Raad van Brandverzekerings-Maatschappijen). 2. POLIS BURSA Polis serupa ini dinamakan demikian oleh karena digunakan pada Bursa Asuransi jang djuga menjusun atau mentjipta polis tersebut. Dalam Undang-undang Perniagaan pasal 59 sampai 61 ditetapkan pengartian tentang bursa-bursa perniagaan. Bursa-bursa perniagaan adalah tempat-tempat dimana biasanja saudagarsaudagar, pemilik-pemilik kapal, para asuradir dan lain-lain pihak jang mempunjai hubungan dengan perniagaan, berkumpul dengan maksud mengadakan perdagangan satu sama lain. Di Negara kita belum dikenali Bursa Asuransi seperti dinegeri-negeri Barat, hanja kalau kami tidak salah disini. ada suatu Bursa Efek (effectenbeurs). Namun begitu di Indonesia djuga terkenal djenis polis bursa jang berasal dari negeri Belanda jang penggunaannja dimulai dalam wilajah kita oleh maskapai-maskapai asuransi Belanda. Kedua djenis polis bursa adalah : a. Polis Kebakaran Amsterdam (Amsterdamsche Beursbrandpolis) ; b. Polis Kebakaran Bursa (Rotterdamsche Beurspolis). Polis pertama, mula-mula dideponir pada Notaris G. Kramer di Amsterdam pada tanggal 28 Mei 1923, kemudian dirubah dan dideponir pula pada Arrondissement Rechtbank di Amsterdam pada tanggal 25 Oktober 1954 oleh Perhimpunan Para Penanggung, jang melakukan usahanja pada Bursa Asuransi di Aipesterdam. Polis jang kedua dideponir oleh Perhimpunan Asuradir-Asuradir di Rottedam pada Arrondissement Rechtbank di Rotterdam pada tanggal 20 Desember Istilah mendeponir polis-polis ini menundjukkan bahwa aslinja dari naskah polis-polis itu telah disimpan dan didaftarkan pada tempat-tempat tersebut, sehingga isi polis-polis tadi memiliki suatu pengeflihan menurut undang-undang. Dengan demikian ditentukan bahwa bentuk dan bunji sjarat-sjarat bersangkutan tidak dapat dirubah lagi ketjuali perubahan-perubahan tersebut dilakukan dengan djalan mendeponir perubahan itu pula.

26 Pada umumnja kedua djenis polis tersebut mempunjai azas jang sama walaupun sjarat-sjaratnja tidak tersusun dalam urutan jang sama. Tetapi dalam kedua polis ini ada beberapa hal jang tidak; seragam antara lain sebagai berikut: A. Polis Bursa Rotterdam (ajat 8) menjinggung kemungkinan diadakannja ahli penaksir kerugian, masing-masing untuk barang-barang tetap dan bagi barang-barang bergerak. Hal ini tidak teratur dalam polis'bursa Amsterdam. B. Dalam polis Bursa Rotterdam (ajat 19 bagian ketiga) ditetapkan bahwa segala pemberitahuan dari pihak jang ditanggung harus ditudjukan kepada masing-masing penanggung jang menandatangani polis tersebut. (Sebagaimana diketahui, senantiasa ada kemungkinan bahwa suatu polis ditandatangani oleh lebih dari satu penanggung, djika pertanggungan ini djuga didjalankan oleh lebih dari satu asuradir). Hal ini mungkin mengakibatkan rupa-rupa kesulitan bagi jang ditanggung. Dalam polis Bursa Amsterdam (ajat 19 bagian ketiga) ditetapkan bahwa hal pemberitahuan tjukup dilaksanakan oleh jang ditanggung kepada penanggung jang namanja disebut pertama-tama dalam polis bersangkutan. C. Polis Bursa Rotterdam memuat sjarat (ajat 23), bahwa dalam mengganti kerugian jang mungkin terdjadi terhadap barang jang dipertanggungkan pada polis tersebut, dalal atau makelar jang memberi perantaraannja dalam terwudjudnja asuransi tersebut, mendapat kuasa penuh dari para penanggung untuk memberi pelunasan pembajaran (kwijting) jang sah kepada jang ditanggung jang berhak menerima djumlah ganti kerugian itu. Hal demikian tidak diatur dalam polis Bursa Amsterdam. D. Menurut polis Bursa Rotterdam (ajat 25) dianggap tjukup bila para penanggung menjampaikan segala pemberitahuan untuk kepentingan pihak jang ditanggung kepada dalal atau makelar bersangkutan sadja, djadi tidak usah langsung kepada pihak jang ditanggung. Hal ini tidak disinggung dalam polis Bursa Amsterdam. E. Dalam polis Bursa Amsterdam tertjantum pula suatu sjarat tertjetak dengan tinta merah pada bagian belakang dari polis itu, sesudah sjaratsjarat terachir jang berbunji :»Dengan tidak mempedulikaai, bangunan apapun djuga jang ada atau akan ada disebelah-menjebelah akan tetapi harija bila bangunanbangunan ini seluruh atau sebagiannja tidak dipergunakan oleh jang ditanggung untuk perusahaannja. Sjarat demikian tidak disebut dalam polis Bursa Rotterdam. Perlu ditambahkan disini bahwa kedua djenis polis ini, jaitu polis Bursa Amsterdam dan polis Bursa Rotterdam, jang mula-mula dipergunakan oleh maskapai-maskapai asuransi Belanda di Negara kita sampai kini djuga dipergunakan oleh para penanggung nasional. Polis-polis bursa itu dipergunakan dalam bahasa aslinja, jaitu bahasa Belanda ataupun dalam terdjemahannja dalam bahasa Indonesia atau Inggeris. Djika polis-polis ini 18

27 disusun dalam bahasa Indonesia, maka pada kaki polis tersebut tertjetak kalimat jang berbunji: Dalam segala perselisihan atau perbedaan fabam tentang tafsir peraturanperaturan jang diatas ini, hendaklah dipergunakan peraturan-peraturan resmi dalam bahasa Belanda. In case of difference between the text of this policy (for so fas as not written by hand of typewritten or printed in a different colour) and the Bourse fire policy deposited on the 25th October 1954 by the Amsterdam Fire Underwriters Association with the District Court at Amsterdam, the stipulation of the latter will only be valid. Maksud tambahan ini terang adanja, jaitu bilamana timbul perselisihan antara kedua belah pihak tentang maksud atau pengertian sjarat-sjarat tcrtjantum dalam naskah polis itu, maka pengertian jang resmi akan diperoleh dari sjarat-sjarat jang tersebut dalam polis bursa jang asli, jaitu jang dideponir. Dalam pada ini tampaklah bahwa kalimat tersebut dalam polis bursa berbahasa Inggeris lebih tepat pernjataannja daripada kalimat ini jang terdapat pada polis bursa dalam bahasa Indonesia, sebab dalam kalimat ini pada polis bursa jang disalin dalam bahasa Inggeris kemungkinan perselisihan dibatasi pada perbedaan tafsir jang timbul dari bunji sjarat-sjarat jang tertjetak dengan tinta hitam dalam polis. Hal ini berarti bahwa segala tambahan pada bentuk polis tadi, djika ditjetak dengan tinta merah atau ditik atau ditulis dalamnja tidak dapat mengakibatkan penggunaan naskah polis dalam bahasa Belanda itu. Sebenramja penggunaan polis bursa oleh maskapai asuransi nasional dirasakan kurang tepat, sebab tidak sadja karena dengan ajat 23 ditetapkan bahwa dalam hal perselisihan kedua belah pihak harus berdomisili di Amsterdam atau Rotterdam (hal demikian sangat pintjang bilamana kedua belah pihak, jaitu jang ditanggung dan penanggung adalah warganegaja kita), tetapi terlebih lagi karena polis burea disusun dengan maksud untuk dipergunakan oleh para penanggung atau para dalal jang diregistrir pada bursa-bursa asuransi masing-masing (Amsterdam maupun Rotterdam), sedangkan para penanggung Indonesia terang tidak terdaftar pada bursa-bursa asuransi itu. Menurut hemat kami lebih baik dipergunakan oleh para penanggung Indonesia polis DMPKI selama di Negara kita belum dibentuk bursa asufansi nasional dengan polis bursanja sendiri. 3. POLIS LLOYDS Polis ini sebenamja djuga sematjam polis bursa, karena polis ini dipergunakan pula pada suatu bursa asuransi, jaitu Bursa Lloyds di London. Dalam perkembangan polis ini, jang usianja lebih tinggi daripada polis bursa jang disebut dimuka tadi, polis Lloyds telah memperoleh sematjam hak hidup tersendiri jang pantas diketahui oleh tiap-tiap siswa dalam pengetahuan asuransi. Polis Lloyds mula-mula diterbitkan mengenai pertanggungan pengangkut- 19

28 suatu bentuk asuransi tertua, djika dibanding dengan asuransi kebakaran dan lain djenis asuransi (ketjuali asuransi djiwa jang tidak termasuk golongan asuransi kerugian atau schadeverzekering). Sedjak terbentuknja pertanggungan kebakaran, di London masih terdapat banjak penanggung perseorangan (individual underwriters) jang menanggung pertanggungan ini dengan kekajaannja sendiri, disamping maskapaimaskapai asuransi kebakaran. Perlu diterangkan bahwa djumlah jang ditanggung oleh seorang penanggung perseorangan biasanja tidak begitu besar seperti djumlah jang dipertanggungkan oleh sebuah maskapai asuransi. Hal demikian, jaitu bahwa adanja penanggung perseorangan timbul dari kebiasaan orang-orang jang mempunjai sedikit uang untuk memperbungakan uang ini dengan djalan mengambil bagian dalam pertanggungan-pertanggungan atau asuransi. Tindakan-tindakan seperlunja dalam terbentuknja pertanggungan tidak diambil oleh mereka sendiri, tetapi oleh para dalal jang dalam bahasa Inggeris dinamakan brokers. Oleh sebab itu dapat difahami bahwa lazimnja suatu polis Lloyds ditandatangani oleh beberapa brokers jang masing-masing mewakili sedjujnlah orang lain, sehingga nama-nama jang disebut sebagai para penanggung dalam polis bersangkutan berpuluh-puluh, djumlahnja kadang-kadang sampai beratus-ratus. Bursa asuransi Lloyds jang dipusatkan di London adalah suatu bursa dari dan untuk anggota-anggota dari suatu organisasi jang terkenal diseluruh dunia, jaitu Lloyd s Corporation. Mengenai terbentuknja organisasi ini dipersilahkan membatja buku kami Asuransi Pengangkutan pada halaman 5 sampai dengan 7. Polis Lloyds seperti dikatakan tadi diterbitkan oleh organisasi "Lloyd s Corporation sebagai salah satu usaha untuk mentjapai keseragaman; polis ini dipergunakan oleh segenap anggota Lloyd s Corporation dan dalam zaman sekarang djuga oleh para asuradir jang bukan mendjadi anggota "Lloyd s Corporation itu. Pada sudut kiri atas dari polis Lloyds, jang bentuknja sudah tidak asing, lagi dalam dunia asuransi, terlihat suatu lambang atau merek jang mendjadi lambang perdagangan atau ljandelsmefk dari Lloyd s. Dalam polis asuransi pengangkutan terdapat djuga disudut kiri atas, dibawah lambang tersebut, dua huruf besar, jaitu huruf-huruf SG, jang menurut beberapa pengarang buku asuransi mempunjai rupa-rupa pengartian, antara lain Ships and Goods. Pada polis jang dipergunakan untuk asuransi kebakaran huruf-huruf SG ini tidak terdapat, akan tetapi dibawah lambang Lloyds tadi terdapat tjatatan jang berbunji sebagai berikut: C Form approved by Lloyd s Underwriters Fire and Non-Marine Association.

29 Tjatatan ini berarti bahwa bentuk polis ini telah disahkan &leh gabungan Lloyd s Underwriters and Non-Marine Association jang berusaha dalam lapangan asuransi kebakaran dan lain pertanggungan jang tidak termasuk asuransi pengangkutan. Oleh sebab itu polis tersebut dapat diperguakan bagi rupa-rupa asuransi jang tidak bersifat pertanggungan pengangkutan. Mula-mula sjarat-sjarat jang tertjantum dalam polis ini berupa sjarat jang hanja disetudjui oleh para asuradir jang bekerdja dalam organisasi Lloyd s Corporation, djadi tanpa pengesahan resmi oleh pihak pemerintah. Kemudian bentuk serta sjarat-sjaratnja disahkan djuga oleh pemerintah Ingeris, sehingga pada zaman ini satu dan lain didukung djuga oleh peraturan pemerintah tersebut. Dalam hubungan Lloyds sebenarnya istilah penanggung atau asuradir kurang tepat, sebab jang melakukan pekerdjaan ini di Bursa Lloyds bukanlah mereka jang memikul beban pertanggungan, tetapi sebagaimana telah dikatakan, para dalal atau brokers. Perlu diterangkan bahwa untuk mendapat pengakuan selaku Lloyd s Brokers adalah tidak mudah, sebab organisasi Lloyd s menuntut dari mereka mutu jang agak tinggi, tidak sadja dalam hal pengetahuan dan keahlian asuransi, akan tetapi teristimewa dalam kedjudjuran dan integritet mereka, serta kekuatan finansiil. Nama baik dari Lloyd s didjaga keras oleh para anggotanja. Dalam pada itu dapat kami beritahukan bahwa djika salah seorang Lloyd s Brokers telah menjatakan kesediaannja untuk menutup sebagian dari asuransi jang diadjukan padanja, pernjataan mana umpamanja diadakan dengan lisan atau dengan perantaraan tilpon, hal ini dianggap oleh semua pihak bersangkutan selaku suatu pengesahan jang mempunjai mutu atau harga jang sama seperti suatu keterangan tertulis ataupun suatu polis jang telah dibuat dan ditandatangani sebagaimana mestinja. Dalam hal terdjadinja kerugian tidak ada satu Lloyd s Brokers jang akan memungkiri kewadjibannja biarpun belum ada suatu tjatatan atau pengesahan tertulis diadakan terhadap penutupan pertanggungan ini. Berhubung dengan perkembangan-perkembangan dalam lapangan brokers djuga, maka Lloyd s Brokers jang pada umumnja sekarang bekerdja pada Bursa Lloyds bukan merupakan perseorangan lagi, tapi dalam kebanjakan hal merupakan kantor-kantor dalal jang dikepalai atau dipimpin oleh satu atau beberapa orang jang mempunjai gelar Lloyds Broker. Polis Lloyds bersifat polis jang ditandatangani oleh beberapa penanggung atau co-insiuxers, tetapi seperti telah dikatakan tadi, tidak oleh mereka, penanggung sendiri, bahkan oleh para brokers jang mewakili para penanggung tadi, sebagai pemegang kuasa.

30 Bagian Y POLIS PERTANGGUNGAN KEBAKARAN Mula-mula pertanggungan kebakaran hanja bersifat djaminan terhadap bahaja kebakaran sadja. Lambat-laun lapangan asuransi ini diperluas dengan lain-lain bahaja; jang pada 'hakekatnja bukan bahaja kebakaran, walaupun sedikit-banjak ada hubungan dengannja. Tetapi djuga terhadap bahaja-bahaja jang sama sekali tidak ada hubungan dengan bahaja kebakaran, polis ini dipergunakan. pula. Pada zaman ini, polis jang memberi djaminan terhadap bahaja kebakaran itu dapat diperluas dengan rupa-rupa peraturan atau sjarat mengenai lain bahaja jang dipertanggungkan pula, umpamanja pertanggungan terhadap bentjana gempa bumi dan lain-lain. Dalam Bagian VI akan kami perdalam soal ini. Baiklah sekarang diadakan tindjauan mengenai persoalail pertanggungan ini sebagaimana diatur dalam Undang-undang Perniagaan dan dalam polispolis jang pada masa sekarang dipergunakan. untuk memberi djaminan chusus terhadap bajiaja kebakaran: Terlebih dahulu ditindjau pertanggungan ini seperti diaturkan dalam Undang-undang Perniagaan. Pasal 246 Undang-undang Perniagaan menjaiakan bahwa asuransi adalah persetudjuan antara dua pihak dalam mana pihak penanggung, dengan diterimanja suatu premi, berdjandji kepada pihak jang ditanggung, bahwa pihak jang ditanggung itu akan diberi ganti kerugian dalam hal penderitaan kehilangan, atau kerugian ataukah kehilangan keuntungan jang mula-mula diharapkan olehnja, satu dan lain djika diakibatkan oleli kedjadian jang tidak tersangka terlebih dahulu ( onzeker voorval). Selandjutnja diterangkan dalam pasal 247 bahwa, antara lain, pertanggungan ini dapat mengenai rupa-rupa bentjana, jaitu : 1. bentjana kebakaran; 2. bentjana jang mungkin menimpa hasil bumi jang sedang berada di ladang; 3. djiwa manusia; 4. bentjana-bentjana d^ri laut dan bentjana budak-belian (slaaf); 5. bentjana jang dapat menimpa pengangkutan melalui daratan, sungai dan pengairan lainnja dipedalaman. Perkataan antara lain dalam pasal ini rupa-rupanja menundjuk pada kemungkinan untuk mengadakan persetudjuan demikian djuga terhadap, lain-lain bentjana jang tidak disebut disini. Dalam hal ini kami ingat pada bentjana gempa-bumi, pentjurian dan lain sebagainja. Dalam bagian-bagian berikutnja akan disinggung lagi soal ini lebih dalam. 22

31 Dengan sendirinja hanja pokok-pokok jang disebut pertama dan kedua termasuk lingkungan penindjauan kami dalam buku ini, sebab pokok-pokok masuk lain golongan (asuransi djiwa dan asuransi pengangkutan), lainnja itu tidak termasuk golongan pertanggungan kebakaran, tetapi ter- Selandjutnja nampaklah dari pasal 249 bahwa kerugian atau kehilangan jang timbul dari salah satu kekurangan, busuk sendiri (eigen bederf) atau jang diakibatkan keadaan dan sifatnja barang jang dipertanggungkan itu, tidak dapat dibebankan kepada pihak penanggung, ketjuali bila pertanggungan terhadap bahaja-bahaja itu dengan sengadja dilakukan oleh kedua belah pihak. Ini berarti bahwa pada umumnja djaminan jang diberi menurut Undangundang Perniagaan hanja mengenai bahaja kebakaran jang timbul oleh salah satu akibat atau kedjadian jang datang dari luar, atau dengan perkataan lain, jang tidak.timbul sendiri dari barang jang dipertanggungkan, terketjuali bila oleh kedua belah pihak telah tertjapai permufakatan bahwa bahaja kebakaran jang timbul dari sifatnja barang jang dipertanggungkan itu dapat dianggap termasuk pertanggungan tersebut. Dengan sendirinja hal ini memerlukan suatu tjatatan dalam polis bersangkutan, tjatatan atau sjarat mana harus disusun sebegitu rupa, hingga kemungkinan salah faham tidak dapat terdjadi. Seterusnja perluasan djaminan ini memerlukan djuga tambahan premi. Dengan sepintas lalu telah kami singgung maksud kedua pasal jang berikutnja dalam Undang-undang Perniagaan, jaitu pasal-pasal 250 dan 251, sehingga tak usah lagi diberi keterangan terhadapnja (lihat muka). Pasal 252 melarang penutupan pertanggungan untuk kedua kalinja untuk barang-barang jang telah dipertanggungkan, djika pertanggungan kedua itu dilakukan untuk djumlah, djangka waktu serta mengenai barang jang sama seperti jang telah dipertanggungkan dalam polis atau persetudjuan asuransi jang sudah dilaksanakan. Djika terdjadi demikian, pertanggungan kedua dianggap tidak berlaku. Disini tidak diterangkan apakah dalam hal demikian premi jang telah dibajar oleh pihak jang ditanggung harus dikembalikan oleh penanggung, tetapi dalam pasal 281 ditetapkan bahwa, dalam hal pembatalan asuransi seperti digambarkan tadi, pihak jang ditanggung berhak mendapat kembali premi mengenai bagian jang tidak dipertanggungkan oleh penanggung, akan tetapi hanja bila ternjata bahwa kedjadian tersebut tidak dilakukan oleh pihak jang ditanggung dengan sengadja. Pengembalian sebagian dari premi hanja mengenai djangka waktu selama mana pertanggungan jang harus dibatalkan itu belum berlaku. Pasal 253 menjatakan bahwa bila djumlah pertanggungan suatu asuransi melampaui harga barang jang dipertanggungkan, pertanggungan ini hanja berlaku untuk djumlah harga barang tadi. Djumlah pertanggungan jang melebihi itu tidak berlaku. Tetapi djika suatu barang dipertanggungkan untuk harga jang kurang daripada harga barang itu, maka dalam hal kerugian hanja diganti sedjumlah jang seimbang dehgan djumlah harga tadi. 23

32 Agar supaja peraturan-peraturan ini dapat dimengerti, baiklah diberikan beberapa tjontoh. Andaikata sebuah gedung jang berharga Rp , dipertanggungkan untuk djumlah sebesar Rp ,' ; dalam hal kerugian penggantian harus didasarkan atas harga gedung tersebut, jaitu Rp ,. Ini berarti bahwa bila gedung itui mengalami kerugian sebagian, umpamanja 30 %, maka ganti kerugian, berdjumlah 30 % dari harga gedung tadi, jaitu Rp ,, djadi bukan 30 % dari djumlah pertanggungan atau Rp ,. Sebaliknja bila gedung ini dipertanggungkan hanja buat harga pertanggungan sebesar Rp ,, maka dalam tiap-tiap kerugian, jang ditanggung hanja dapat penggantian sebesar Rp , / , atau 80 %. Djadi djika umpama kata kerugian jang dialami oleh gedung tadi berdjumlah Rp , pihak jang ditanggung menerima ganti kerugian, sebesar 80 % dari djumlah kerugian tadi, ialah 80 % dari Rp , == Rp ,. Dalam hal kedua dianggap seolah-olah gedung tadi telah dipertanggungkan pada dua penanggung, jaitu maskapai asuransi jang menutup pertanggungan ini dengan djumlah Rp , dan pihak jang ditanggung sendiri jang mendjadi penanggung-serta untuk djumlah jang sisa, jaitu Rp ,. Djadi oleh sebab itu, dianggap seolah-olah dua penanggung telah mendjalankan pertanggungan tersebut, sehingga kerugian djpga harus dibebankan kepada kedua-duanja selaras dengan djumlah tanggungan masing-masing, sehingga penanggung nomor 2, dalam hal ini pihak jang ditanggung sendiri, harus dibebankan dengan djumlah sisa dari kerugian itu. Oleh sebab itu, kewadjiban tiap-tiap maskapai asuransi atau dalal maupun agen-agen maskapai asuransi, ialah antara lain memperhatikan supaja pihakpihak jang ditanggung selalu menetapkan djumlah asuransi itu pada harga dari barang jang dipertanggungkan olehnja, sebab djika tidak, dalam hal kerugian, jang ditanggung tidak akan menerima ganti kerugian penuh. Dalam pasal 255 ditetapkan seterusnja, bahwa suatu persetudjuan asuransi harus dilaksanakan dengan ditjantumkannja satu dan lain hal dalam sebuah akta jang dinamakan polis. Selandjutnja ditetapkan dalam pasal 256 bahwa tiap-tiap polis harus memuat keterangan-keterangan sebagai berikut (terketjuali polis pertanggungan djiwa. Keteramgam-keterangan tersebut adalah : 1. TANGGAL PADA WAKTU MANA PERTANGGUNGAN INI DIADAKAN Sudah djelas, bahwa tanggal penutupan asuransi itu harus disebut dalam polis, sebab dengan demikian dapat dibuktikan saatnja pertanggungan tersebut mulai berlaku. Disamping itu tjatatan tanggal mulai berlakunja pertanggungan djuga penting dalam demikian dapat diketahui polis mana jang ditutup terlebih dahulu. Polis itu jang akan berlaku da;i para penanggung polis tersebut harus dibebankan dalam hal terdjadinja kerugian. Perlu kiranja kami utarakan, bahwa dalam pasal 277 Undang-undang 24

33 IPerniagaan soal pertanggungan dua kali djuga disinggung. Dalam pasal tersebut dinjatakan bahwa dalam hal diadakannja beberapa pertanggungan mengenai barang jang sama dalam hal ini dianggap bahwa keadaan ini terdjadi tidak dengan sengadja maka polis jang tertua harus berlaku sendiri, bila dalam polis tersebut djumlah pertanggungan sesuai dengan harga bajrang jang dipertanggungkan. Hanja bila djumlah polis tertua itu tidak mentjukupi, maka polis atau polis-polis lainnja berlaku djuga dalam urutan menurut tanggal terlaksananja, akan tetapi hanja sampai djumlah harga barang telah tertjapai. Tjontohnja sebagai berikut: Sebuah gedung diasuransikan pada beberapa maskapai asuransi, umpamanja seperti dibawah in i: 1. pada maskapai A sebesar Rp , pada tanggal pada maskapai B sebesar Rp , pada tanggal pada maskapai C sebesar Rp , pada tanggal 9-2- Bila terdjadi suatu kerugian umpamanja pada tanggal jang besamja Rp ,, maka kerugian ini harus diganti o leh: a. maskapai A dengan djumlah Rp , ; b. maskapai B dengan djumlah Rp , sedang maskapai C luput dari pepibajaran kerugian. Tetapi djika pertanggungan-pertanggungan sematjam ini dilakukan pada satu polis, maka pembagian kerugian diselenggarakan antara para penanggung seimbang dengan djumlah-djumlah pertanggungan masing-masing: Djadi umpama kata ketiga maskapai tersebut tadi mempertanggungkan gedung ini pada satu polis ; djika terdjadi kerugian sebesar djumlah tersebut diatas ini, jaitu Rp ,, maka ganti kerugian dibajar oleh maskapai A sedjumlah 15/40 X Rp , Rp ,, oleh maskapai B djuga Rp ,, sedang oleh maskapai C 10/40 X Rp , Rp ,. y 2. NAMA DARI JANG DITANGGUNG, BAIK APABILA JANG DITANGGUNG ITU MELAKSANAKAN PERTANGGUNGAN INI UNTUK DIRINJA SENDIRI ATAUPUN UNTUK PIHAK KETIGA Ketentuan ini tjukup djelas, karena jang ditanggung atau kuasanga harus membuktikan kepentingannja terhadap barang jang dipertanggungkan bilamana timbul kerugian. Hal memiliki sebuah polis belum mendjadi bukti jang tjtikup bahwa pemilik ini djuga mendjadi pemilik barang jang dipertanggungkan atau mempunjai kepentingan terhadap barang tersebut. Dalam pada itu, djika barang jang dipertanggungkan berpindah tangan, biasanja nama pemilik baru harus disebut dalam polis. Hal ini dilaksanakan dengan suatu tjatatan atau endorsement jang disusun chusus untuk membalikkan nama dan tjatatan ini mendjadi bagian dari polis asli. Dengan sendirinja, hal pembuatan tjatatan atau endorsement tidak 25

34 mendjadi sjarat mutlak untuk menegaskan atau menetapkan bahwa kepentingan dari sebuah barang dari jang ditanggung telah pindah dari satu pemilik kepada jang lain. Hal ini djuga dapat dilaksanakan dengan pengeluaran, polis baru atas nama pemilik baru dan dalam hal demikian dengan sendirinja polis lama dibatalkan. 3. SUATU URAIAN JANG TJUKUP DJELAS TENTANG BARANG JANG DIPERTANGGUNGKAN Dengan sendirinja harus ditegaskan barang apa jang akan dipertanggungkan, tetapi bukan sadja sifat dan bentuk barang tersebut, djuga lain-lain keterangan jang mungkin perlu diketahui harus didjelaskan dalam, polis itu, umpamanja, djika barang jang akan dipertanggungkan berupa barang bergerak seharusnja disebut dimana barang itu disimpan. Djuga harus diterangkan' letak gedungnja dalam mana barang itu berada, serta dari bahan apa dan, untuk apa gedung ini digunakan. Segala-galanja agar suipaja. kepada pihak penanggung diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan dan memperhitungkan premi jang seperlunja. Kadang-kadang djuga diperlukan dalam polis keterangan terhadap penerangan atau lampu jang digunakan dalam gedung jang memuat'barang jang akan dipertanggungkan, serta djuga bentuk dan sifat dari gedung-gedung jang terletak sekitar gedung itu, demikian djuga dari bahan-bahan apa gedung-gedung itu dibuat. Jang dianggap paling penting oleh para penanggung, ialah pengetahuan tentang atap gedung-gedung sekalian, djadi bukan sadja dari gudang jang mendjadi objek pertanggungan atau jang memuat arang jang dipertanggungkan, tetapi djuga dari gedung-gedung, sekitamja. 4. HARGA PERTANGGUNGAN DARI BARANG JANG DIASURANSIKAN Hal inipun tjukup djelas dan sebenarnja tidak usah diterangkan lagi. Dalam pertanggungan terhadap barang-barang itu selama djangka waktu pertanggungan dikurangkan oleh pendjualan atau ditambahkan sebagai akibat pembelian baru, sehingga harganja sering berganti-ganti. Dalam hal demikian pertanggungah jang bersangkutan' harus dilaksanakan demikian rupa, sehingga dapat tertjapai suatu keadaan dalam mana pihak jang ditanggung setiap waktu dapat memberitahukan kepada penanggung tentang djumlah harga pertanggungan. Tentang persoalan ini akan diberi pendjelasan dalam lain bagian. Tetapi djuga dalam hal pertanggungan mengenai barang tetap, seperti rumah tinggal atau gudang dan sebagainja, adalah baik djika harga pertanggungan pada saat pertanggungan selandjutrija ditindjau kembali sebab besar kemungkinan bahwa 'harga gedung itu sudah mendjadi kurang aiau - dapat terdjadi djuga bahwa Harga gedung itu telah meningkat. Satu daii lain dengan sendirinja tergantung dari keadaan. 26

35 5. MATJAM BAHAJA DAN BENTJANA JANG MENDJADI BEBAN PARA PENANGGUNG Pasal ini tidak menjebut bahaja atau bentjana apa jang dimaksudkan. Hal ini didjelaskan dalam pasal 290 Undang-undang Perniagaan jang menetapkan bahaja-bahaja apa dapat ditanggung dengan sebuah polis kebakaran. Disamping itu, kepada penanggung diberi kelonggaran untuk memperluas beban pertanggungannja dengan bahaja atau bentjana lain, asal sadja hal ini disebut dengan djelas dan tegas dalam polis jang bersangkutan, supaja dalam hal terdjadi kerugian tidak timbul salah faham antara kedua belah fihak. 6. WAKTU PERTANGGUNGAN MULAI BERLAKU DAN BERACHIR Jang dimaksudkan dengan ajat ini, ialah djangka waktu pertanggungan jang biasanja dilakukan untuk satu tahun, tetapi sewaktu-waktu djuga untuk djangka waktu jang lebih singkat, ataupun lebih lama. Dalam pertanggungan kebakaran djangka waktu ini beralih dari satu hari sampai beberapa tahun, adakalanja djuga sampai sepuluh tahun. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ajat ini bermaksud untuk menetapkan dalam polis djangka waktu selama mana polis itu berlaku. Dengan ajat ini dimaksudkan agar supaja pada waktu pertanggungan mulai berlaku dan berachir harus ditegaskan dalam polis, sebagaimana biasa untuk mentjegah terdjadinja perselisihan dalam hal tuntutan ganti kerugian oleh pihak jang ditanggung. Biasanja disebut dalam polis bahwa djangka waktu pertanggungan mulai pada suatu tanggal, djam 12 siang dan akan berachir pada suatu tanggal pada djam 12 siang pula. Dalam polis FOC biasanja djam jang disebut dalam polis adalah djam 4 sore. Kadang-kadang terdapat dalam polis suatu aturan mengenai penangguhan pertanggungan andaikata dalam hal tidak dilakukan pembajaran premi oleh pihak jang ditanggung pada waktu jang diharuskan maka dengan sendirinja saat mulainja tangguhan itu djuga harus sama dengan saat atau djam jang disebut dalam polis. Umpamanja sebuah polis dikeluarkan untuk djangka waktu jang berlaku dari djam 12 siang pada tanggal sampai pada djam 12 siang pada tanggal , maka bilamana polis ini mulai tertangguh pada suatu tanggal jang tertentu, umpama kata pada tanggal , berartilah djuga saat pada waktu mana tangguhan itu berlaku dan akan berachir harus pula djam 12 siang. Oleh karena biasanja polis-polis dikeluarkan untuk djangka waktu setahun, maka disamping penjebutan djam dan tanggal mulai berlaku dan berachir pertanggungan, djuga harus disebut dalam polis bersangkutan apakah pertanggungan ini pada saat jang tersebut terachir akan dilandjutkan dengan sjarat dan premi jang sama seperti semula untuk djangka waktu 27

36 jang sama, atau tidak. Djika hal ini tidak disebut dalam polis, maka polis j itu pada saat jang tersebut paling acfhir akan dianggap telah batal dengan sendirmja. Dalam hal demikian harus dibuat polis baru lagi, bilamana oleh pihak jang ditanggung dikehendaki supaja pertanggungan ini dilandjutkan untuk djangka waktu jang diperlukan, ataukah pada polis asli diberi tambahan tambahan atau lampiran jang mengichtiarkaa landjutan, pertanggungan. Dalam hal pelandjutan jang diwudjudkan dengan lampiran tadi harus diperhatikan aturan' jang berlaku dalam pemakaian biaja meterai (lihat bagian - XID). 7. PREMI JANG HARUS DIPERHITUNGKAN Hal ini sama sekali tidak usah didjelaskan, sebab sudah sewadjarnja bila dalam polis bersangkutan disebut premi jang harus dibajar oleh pihak jang ditanggung. Biasanja bukan sadja. premi (dalam persentasi), tetapi djuga djumlah uang premi dan sewaktu-waktu djuga meterai serta biaja-biaja lain jang bersangkutan dengan pertanggungan ini disebutkan dalam polis. 8. SEMUA HAL DAN KEADAAN SERTA KETERANGAN JANG PENTING BAGI PERSETUDJUAN INI DAN SEGENAP S.TARAT-SJARAT JANG DIMUFAKATI ANTARA KEDUA BELAH PIHAK Jang dimaksudkan dengan peraturan ini, ialah antara lain segala persetudjuan jang telah tertjapai antara kedua belah pihak dan jang mendjadi dasar dari pertanggungan ini, harus disebutkan djuga dalam polis tersebut, sebagai umpamanja apakah barang atau gedung jang dipertanggungkan termasuk hipotik atau digadai pada orang lain atau bank, sehingga dalam hal terdjadinja kerugian para penanggung harus berhubungan dengan pemegang hipotik djika ganti kerugian akan dilakukan. Ketjuali itu djuga segala keterangan dan lain-lain hal jang telah disetudjui oleh kedua belah pihak, umpamanja persetudjuan tentang pembajaran uang premi jang akan diadakan dalam penjitjilan tertentu dan lain-lain keterangan. Dengan ajat ini selandjutnja dimaksudkan bahwa pihak jang ditanggung tidak boleh menjembunjikan suatu hal jang diketahui olehnja mengenai barang atau benda jang akan dipertanggungkan itu, sebab sekiranja hal jang disembunjikan itu diketahui oleh penanggung, mungkin persetudjuan ini tidak akan tertjapai atau sedikit-dikitnja akan diadakan dengan sjarat-sjarat lain atau dengan premi jang lebih tinggi. Dengan ajat ini terdjagalah kemungkinan bahwa pihak jang ditanggung bertindak tidak djudjur atau tjurang sehingga pihak penanggung dirugikan. Soal ini lebih njata pula djika kita ketahui bahwa dalam pasal 251 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan dinjatakan : Segala pemberitahuan jang salah atau tidak benar ataukah segala 28

37 penjembunjian dari hal-hal jang diketahui oleh jang ditanggung, walaupun tidak dengan sengadja, pengetahuan mana adalah begitu rupa sehingga persetudjuan ini tidak akan tertjapai atau tidak akan tertjapai dengan sjarat-sjarat jang sama, djika pihak penanggung pada permulaan telah mengetahui keadawwkeadaan itu, akan mengakibatkan pembatalan asuransi ini. Kewadjiban jang dengan pasal ini dibebankan atas pihak jang ditanggung adalah suatu kewadjiban jang amat penting, sebab berdasarkan pasal ini pihak jang ditanggung diwadjibkan untuk memberitahukan kepada pihak penanggung segala hal-ihwal jang diketahui atau jang patut diketahui olehnja mengenai barang atau benda jang akan dipertanggungkan itu. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan tidak diberi keterangan apa dimaksudkan dengan pasal ini lebih tegas, rupa-rupanja dianggap telah terang apa dimaksudkan dengan pasal tersebut, tetapi oleh karena itu pihak jang ditanggung adalah suatu kewadjiban jang sangat luas dapat ditafsirkan. Untuk para penanggung jang mungkin mengkehendaki tindakan-tindakan jang tidak djudjur, pasal ini dapat memberi kesempatan jang luas baginja, hal mana tidak usah kami djelaskan lebih djauh. Selandjutnja kami ingin mengemukakan disini bahwa pasal 251 tersebut tidak sadja berlaku dalam hal terdjadinja suatu kerugian, akan tetapi djuga bilamana tidak ada terdjadi apa-apa terhadap barang atau benda jang dipertanggungkan. Sampai kemana hal ini dapat mempengaruhi suatu persetudjuan, kami persilahkan kepada pembatja untuk mer:nungkannja. Disamping itu kami dapat mengatakan bahwa bilamana suatu hal di. embunjikan oleh jang ditanggung berdasarkan keadaan bahwa hal tersebut memang tidak diketahui olehnja hal mana tentu sadja harus dibuktikan djika perlu maka dengan sendirinja keadaan demikian tidak dapat dipergunakan oleh pihak penanggung untuk membatalkan persetudjuan ini. Perlu lagi kami katakan bahwa kewadjiban memberitahukan ini terhadap pihak penanggung'djuga berlaku bilamana persetudjuan bersangkutan diadakan dengan perantaraan seorang agen atau wakil, dengan arti kata bahwa kewadjiban memberitahukan ini berlaku, terhadap agen atau wakil tersebut, jang bertindak atas nama pihak penanggung. Apa jang diberitahukan oleh jang ditanggung kepada agen atau wakil tersebut dapat dianggap selaku pemberitahuan jang sah kepada pihak penanggung biarpun agen atau wakil itu dalam meneruskan keterangan tadi pada penanggung membuat kesalahan atau kelalaian. Aturan ini tidak berlaku bilanrna persetudjuan bersangkutan dilakukan dengan perantaraan seorang dalal atau makelar jang tidak dapat dianggap sebagai perwakilan dari penanggung bersangkutan. Ini berarti bahwa bilamana suatu keterangan tidak diteruskan kepada pihak penanggung atau diteruskan salah, maka pasal 251 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan tetap berlaku bagi pihak jang ditanggung, walaupun dalam hal terachir jaitu bilamana keterangan tersebut diteruskan salah oleh dalal pihak jang ditanggung berdasarkan undang-undang mempunjai hak tuntut terhadap dalal tersebut. 29

38 Kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan pasal 251 tadi dapat ditjegab untuk sebagian besar, bilamana pihak jang ditanggung sebagaimana pada umumnja dilakukan oleh maskapai-maskapai asuransi, mengisi seputjuk surat permintaan asuransi, dalam mana ia menjebut selengkap-lengkapnja segala hal jang diketahui olehnja dap jang ada sangkut-paut dengan pertanggungan tersebut. Biasanja surat-surat permintaan itu disusun oleh pihak penanggung sebegitu rupa, hingga diberi kesempatan seluas-luasnja kepada pihak jang ditanggung untuk menjebut segala keterangan jang diperlukan. Dengan sendirinja tidak ada keberatan dari pihak undang-undang bilamana antara pihak penanggung dan pihak jang ditanggung tertjapai suatu persetudjuan tertentu, asal sadja tidak bertentangan dengan undang-undang dan asal sadja persetudjuan itu disebut dengan tegas dalam surat persetudjuan atau polis itu. Dengan ini kami maksudkan umpama kata mengenai hal penerangan jang seringkali harus disebut dalam polis. Tidak ada keberatan djika dalam polis disebut m isainja: Penerangan dalam gedung bersangkutan akan diselenggarakan dengan listrik atau dengan lain bahan penerangan berupa apapun djuga. Bilamana 3jarat ini terdapat dalam polis, maka pihak penanggung tidak dapat melaksanakan pasal 251 tersebut, djika kemudian ternjata bahwa penerangan dalam gedung itu dilakukan dengan bensin atau lain bahan jang mudah terbakar. Sebagai penutup dalam pasal ini ditetapkan bahwa polis jang dibuat itu harus ditandatangani oleh masing-masing penanggung. Hal ini menundjuk kepada kemungkinan bahwa pertanggungan dapat didjalankan oleh beberapa penanggung, jang masing-masing menanggungkan sebagian dari djumlah pertanggungan itu. Pertanggungan sematjam ini terkenal dalam dunia asuransi dengan istilah pertanggungan penandatanganam-serta (medetekeaing polis). Dalam dunia asuransi hal demikian dianggap seolah-olah pihak jang ditainggung telah mengadakan persetudjuan-persetudjuan dengan penanggung masing-masing, tetapi persetudjuan-persetudjuan semuanja diwudjudkan dalam satu polis sadja, hal mana tidak dilarang oleh Undang-undang Perniagaan. Sudah tentu semua persetudjuan itu harus berkisar pada barang jang sama, walaupun djumlah pertanggungan dari masing-masing penanggung mungkin berlainan. Pertanggungan sematjam ini, jang tidak dapat disamakan dengan pertanggungan rangkap atau double insurance, sering terdjadi bila djumlah pertanggungan dari suatu objek sedemikian tingginja, hingga tidak dapat dibebankan kepada satu penanggung sadja. Hal demikian sudah mendjadi kelaziman dalam pertangungan jang diadakan di Bursa Lloyds. Dalam pada itu kami persilahkan membatja tjontoh jang diberikan dimuka tadi, jaitu pada penindjauan pokok kami mengenai harga pertanggungan. 30 Akan tetapi djuga lain djalan dapat ditempuh bila harga barang atau

39 gedung jang akan dipertanggungkan meliwati kesanggupan maskapai asuransi dengan siapa pihak jang ditanggung berhasrat mengadakan persetudjuan pertanggungan, jaitu dengan diadakannja reasuransi atau pertanggungan ulangan, jang sifatnja berlainan sekali dari pertanggungan penanda-tanganserta. Dalam hal reasuransi, jang berarti suatu persetudjuan antara pihak penanggungan dan pihak penanggung lainnja atau reasuradir, persetudjuan ini dilakukan oleh pihak penanggung sendiri, djadi tanpa pengetahuan atau tjampur tangan dari pihak jang ditanggung. Tetapi dalam hal pertanggungan pemandatangan-serta, persetudjuan semuanja dilakukan antara pihak jang ditanggung dan masing-masing penanggung, walaupun dalam praktek segala-galanja dikerdjakain oleh penanggung jang namanja disebut paling atas dalam daftar nama-nama dari penanggung jang turut-serta menanggung asuransi ini. Selandjutnja ditetapkan pula dalam Undang-undang Perniagaan, jaitu dalam pasal 287, apa jang harus dimuat djuga dalam polis pertanggungan kebakaran disamping apa jang telah diuraikan tadi, jaitu: 1. letak barang tetap jang dipertanggungkan, serta gedung-gedung sekitarnja; 2. penggunaan barang tetap itu ; 3. djenis gedung-gedung sekitarnja dan guna apa gedung-gedung itu dipakai, sepandjang hal-hal ini dapat mempengaruhi pertanggungan in i; 4. harga dari barang-barang jang dipertanggungkan dan 5. letak gedung dimana barang dagang jang dipertanggungkan ditimbun serta keadaan gedung-gedung sekitarnja. Djika dipandang sepintas lalu, rupa-rupanja hal jang tersebut diatas pada ajat ke-4 merupakan suatu ulangan dari apa jang telah dikatakan dalam ajat 4 pasal 256 dimuka ini. Akan tetapi diika ditindjau lebih djauh, njatalah bahwa ada perbedaan antara kedua paham tersebut. Dalam pasal 256 ajat 4 disebut: harga pertanggungan dari barang jang dipertanggungkan", sedang dalam ajat 4 pasal 287 tertjatat: harga dari barang jang dipertanggungkan. Pokok perbedaan terletak pada kata pertanggungan pada ajat 4 dari pasal 256, sebab dengan harga pertanggungan, dimaksudkan djumlah uang jang mendjadi djaminan jang disanggupkan oleh pihak penanggung, sedang dengan istilah harga barang pertanggungan dimaksudkan harga barang itu sadja. Kedua djumlah ini tidak usah sama besamja sebab seperti diketahui, dapat terdjadi bahwa barang jang umpamanja berharga Rp , dipertanggungkan untuk hanja Rp 8.000, atau kadang-kadang sedjumlah jang melebihi harga tadi. Hal-hal lain jang menurut pasal ini harus dimuat dalam polis adalah menurut anggapan kami tjukup terang dan djelas sehingga tidak memerlukan pendjelasan lagi. Pada bagian mengenai penindjauan sjarat-sjarat polis, dengan sendirinja akan kagii perdalam beberapa hal jang disebut dalam pasal-pasal berikutnja 31

40 dalam Undang-undang Perniagaan, sebab tindjauan itu lebih tepat diadakan pada bagian tersebut. Perlu dikatakan disini, bahwa Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan memuat lebih banjak pasal jang mengurus pertanggungan pengangkutan atau Marine Insurance, daripada pasal-pasal mengenai asuransi kebakaran, keadaan mana dengan mudah dapat dimengerti, sebab pertanggungan pengangkutan meliputi suatu lapangan jang djauh lebih luas daripada pertanggungan kebakaran dan seterusnja pertanggungan pengangkutan bersifat internasional. Pertanggungan kebakaran lebih bersifat lokal. 32

41 Bagian VI TINDJAUAN TENTANG SJARAT-SJARAT DALAM POLIS JANG PADA MASA SEKARANG DIGUNAKAN DI INDONESIA Tindjauan dalam Bagian V dirauka, adalah Tindjauan dari sudut undangundang termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan. Tibalah sekarang saatnja untuk menindjau aturan-aturan termuat dalam polis-polis dalam asuransi kebakaran, jaitu : A. Polis DMPKI, disusun oleh Dewan Maskapai-maskapai Penanggung Kebakaran di Indonesia. ) B. Polis Bursa Amsterdam, disusun oleh Vereniging van Brandassuradeuren di Amsterdam. C. Polis Bursa Rotterdam, disusun oleh Vereniging van Assuradeuren di Rotterdam. D. Polis FOC disusun oleh Fire Offices Committee di London. Dalam tindjauan kami mengenai sjarat-sjarat jang tertjantum dalam masing-masing djenis polis, kami akan menindjau perbedaan-perbedaan jang penting sadja dan hanja mengenai perbedaan jang terdapat antara tiga djenis polis, jaitu polis DMPKI, Amsterdamse Beursbrandpolis dan polis FOC, oleh sebab polis Bursa Amsterdam dam polis Bursa Rotterdam pada hakekatnja tidak berapa berbeda satu/ dengan jang lain. Disamping itu, perbedaan * antara polis Bursa Amsterdam dan polis Bursa Rotterdam telah dibahas dalam Bagian IV. Walaupun Raadspolis, jang disusun oleh DMPKI di Djakarta adalah suatu djenis polis jang bentuk dan sifatnja dapat disamakan dengan suatu polis maskapai, akan tetapi boleh dikatakan bahwa polis ini lebih bermanfaat bagi jang ditanggung, berhubung dengan keseragamannja jang djuga terdapat dalam polis-polis bursa. Oleh dewan tersebut kepada anggota-anggotanja diperbolehkan mempergunakan djuga salah satu dari tiga djenis polis lain jang disebut diatas ini, disamping polis DMPKI tadi. Dapat dikatakan bahwa walaupun susunan sjarat-sjarat dalam polis-polis jang disebut diatas ini tidak sama dan bunjinja tentu sadja ada berlainan sekali, tetapi pada umumnja djaminan jang diberi oleh polis-polis itu boleh dianggap tidak terlalu berbeda. Seperti telah dikatakan dimuka, dalam tindjauan terhadap sjarat-sjarat polis kami akan membataskan penindjauan ini pada : 1. sjarat-sjarat jang sangat berlainan; *) Disingkat DMPKI. Perlu diterangkan bahwa sedjak penjusunan buku ini, nama perkumpulan tersebut telah diganti mendjadi Perkumpulan Penanggung-penanggung Kebakaran di Indonesia". 33

42 2 perbedaan jang terdapat dalam polis DMPKI, djika dibanding dengan polis Bursa Amsterdam, dan polis FOC. 1. LUASNJA PERTANGGUNGAN Dengan singkat dapat dikatakan bahwa polis DMPKI dan polis Bursa Amsterdam mempunjai sjarat-sjarat jang lebih luas dalam pertanggungannja daripada polis FOC sebab dalam polis-polis tersebut lebih dahulu dengan djelas dan tegas dinjatakan apa jang dipertanggungkan, sedang dalam polis FOC hanja dikatakan bahwa polis ini memberi pertanggungan terhadap kehilangan atau kerugian bahan atau barang jang diasuransikan sebagai akibat dari kebakaran atau petir. Perlu diterangkan disini bahwa walaupun tidak disebut dalam polis FOC itu, apa jang diartikan dengan bahaja petir, kami dapat mengatakan bahwa dengan ini dimaksudkan bukan sadja kerusakan jang diderita oleh petir, tetapi djuga kerusakan jang diderita akibat kebakaran jang terdjadi karena petir. Disamping itu, dalam polis Bursa Amsterdam djuga diberi pertanggungan terhadap bahaja pmtjurian selama terdjadinja kebakaran, bahaja mana tidak dipertanggungkan dalam polis DMPKI dan polis FOC, namun dalam polis FOC bahaja pentjurian dengan tegas diketjualikan. 2. PEMBAJARAN PREMI Hal ini hanja diaturkan dalam polis DMPKI diaturkan bahwa bila dalam djangka waktu sesudah hari sesudah premi pertanggungan harus dibajar, belum djuga premi itu dilunaskan, maka pertanggungan bersangkutan ditangguh, sedang pihak penanggung tidak bertanggung djawab terhadap kebakaran jang mungkin terdjadi sesudah saat itu. Polis tersebut malai berlaku lagi 24 djam sesudah pembajaran premi dilakukan. 3. DJIKA TERDJADI PERSELISIHAN DALAM HAL KERUGIAN Baik dalam polis DMPKI, maupun dalam polis FOC disjaratkan bahwa dalam hal perselisihan antara pihak penanggung dan pihak jang ditanggung bilamana diadjukan suatu tuntutan ganti kerugian, maka perselisihan ini dapat diputuskan oleh su^tu madjelis jang terdiri dari tiga ahli asuransi, jaitu dua orang jang diangkat oleh kedua belah pihak, jaitu tiap-tiap pihak satu, dan ahli ketiga diangkat oleh kedua ahli, tersebut jang akan bertindak selaku wasit dalam perselisihan itu. Dalam polis Bursa Amsterdam hal ini diurus berlainan, jaitu dengan tidak menunggu sampai terdjadinja perselisihan, maka dalam hal terdjadinja kebakaran kedua belah pihak diwadjibkan masing-masing menundjuk ahlinja sendiri jang mendapat tugas untuk memeriksa segala hal-ihwal bersqgj utan dengan kebakaran itu dan membuat laporan, dalam laporan man» fcrarus tertjantum taksiran tentang kerugian jang diderita. Bersama dengan aturan 34

43 dalam polis DMPKI dan polis FOC tadi, kedua ahli tersebut harus mengangkat terlebih dahulu, jaitu sebelum mereka melakukan kewadjibaranja, seorang ahli ketiga jang dapat bertindak, djika perlu, sebagai wasit. 4. DJANGKA KADALUWARSA (VERJARING) DARI SUATU TUNTUTAN GANTI KERUGIAN (CLAIM) Djangka waktu ini dalam polis DMPKI dan polis FOC adalah 12 (duabelas) bulan (satu tahun), sedang dalam polis Bursa Amsterdam djangka waktu ini adalah 5 (lima) tahun. Ini berarti bahwa bilamana suatu kerugian jang diderita tidak diadjukan atau diminta penggantiannja dari pihak penanggung setahun (lima tahun) setelah terdjadi kerugian tersebut, hak tuntut itu batal dengan sendirinja. 5. PENGURANGAN DJUMLAH PERTANGGUNiGAN DALAM HAL TERDJADINJA KEBAKARAN Dalam polis DMPKI dan dalam polis Bursa Amsterdam diaturkan bahwa dalam hal terdjadinja suatu kebakaran, djumlah pertanggungan dikurangi dengan djumlah kerugian. Hal ini tidak diaturkan dalam polis FOC. Dengan sendirinja dapat dikatakan bahwa djumlah pertanggungan sesudah itu dapat djuga ditambah lagi, jaitu bilamana barang atau bahan jang telah musnah akibat kebakaran itu sudah digantikan lagi, penambahan mana tentu sadja berarti pembajaran premi tambahan. 6. PEMBATALAN PERTANGGUNGAN Menurut sjarat-sjarat dalam polis DMPKI dan polis FOC, pihak jang ditanggung setiap waktu dibolehkan membatalkan pertanggungan jang bersangkutan. Hal ini tidak diatur dalam polis Bursa Amsterdam, malahan tidak diperkenankan. Dalam polis Bursa Amsterdam kedua belah pihak, jaitu pihak penanggung dan jang ditanggung hanja dapat membatalkan asuransi bersangkutan, bila diberitahukan kehendak itu sebulan sebelum saat pembatalan (vervaldatum) dari polis bersangkutan, kepada pihak jang lain. Hanja dalam hal pemindahan milik jang dipertanggungkan, maka pihak penanggung dapat memutuskan persetudjuan pertanggungan djika dikehendaki olehnja, tanpa memperhatikan djangka waktu tersebut. Hal ini dapat dipahami, sebab pada saat benda atau barang jang dipertanggungkan itu didjual atau dipindahkan kepada pemilik lain, pihak jang ditanggung semula, tidak lagi mempunjai kepentingan terhadap benda atau barang tersebut. 7. DALAM HAL PERSELISIHAN TIDAK MENGENAI URUSAN KERUGIAN Dalam polis DMPKI hal ini diurus dengan sjarat bahwa kedua belah pihak 35

44

45

46 rfune antiaman. Ini tidak berarti bahwa salah suatu bagian dapat mengabaiv n maksud dari suatu sjarat itu tanpa menghadapi kesulitan. Jang dimaksudkan ialah umpamanja Sjarat Landjutan Pertanggungan, :.ina berbunii sebagai b erik u t: «irhabisnja djangka seperti tersebut dalam polis ini, selandjutnja sehabis V n-tiap djangka waktu jang berikut, maka pertanggungan ini dianggap IJ^ iu ru t hukum telah diperpandjangkan untuk djangka waktu jang sama, h'lam ana sekurang-kurangnja satu bulan dimuka tidak dinjatakan penghentian pertanggungan ini oleh salah satu pihak jang bersangkutan kepada nihak jang lain dengan surat tertjatat. Dengan sjarat ini diberi kesempatan bagi jang ditanggung maupun nggung untuk melandjutkan pertanggungan setjara otomatis, dengan ITlonggaran. membatalkan pertanggungan itu pada tanggal disebut dalam e j;s dalam hal mana harus diberitahukan maksud itu oleh pihak jang m enghendakinja, kepada pihak lain. Bila sekiranja jang ditanggung tidak mempunjai minat untuk meneruskan tanggungannja dan bila ia melalaikan kewadjibannja seperti tersebut! T l a m gjarat Landjutan Pertanggungan ini, maka pihak penanggung berhak nuntut daripadanja premi jang bersangkutan dengan landjutan pertang- 01 an itu. Apakah dalam hal demikian pihak penanggung akan mempert a l i k a n haknja, merupakan soal lain, hanja diberitahukan disini bahwa gan adanja sjarat ini penanggung setjara hukum mempunjai hak termaksud tadi. Sebaliknja bila pihak penanggung berkehendak untuk m em batalkan >rtanggunsan inl Pada saat djangka waktu pertanggungan habis berlaku, iapun diwadjibkari memberitahukan maksud ini kepada jang ditange tersebut kepada lain penanggung. ^ D iik a Pihak PenanSSung melalaikan hal ini, maka setjara hukum ia harus m eneruskan pertanggungan tadi pada tanggal landjutan (renewal date) polis tersebut- Tan.»**"1 u _._amping sjarat-sjarat tambahan dalam kebiasaan sehari-hari, terdjadi pula hwa Polis ^ang t dikeluarkan oleh maskapai asuransi harus ditambah i u dirubah, ^ uk memenuhi keadaan jang telah berubah sedjak permuf t n PertanggU navln ^ aikata- Pemindahan nama, pemindahan barang a dipertanggungkan kelam alamat, penambahan atau pengurangan J3, lah pertanggungan dan sebagainja. P ^ Sap-tiap perubahan atau penambahan maupun bersifat sjarat atau hanja p a d a p o U s s s t.is t P mvisni! ' "!apenw*8gung bersangkutan memh. 'f ^ «e m w O!*>! «*«nu«,jmatan i di^rtakan ^,at la.mp,t i setelad ~ M» perlu diatas meterai J Lampiran ini, *eh penanggung

47 dikirim kepada pihak jang ditanggung jang wadjib melekatkan, lampiran itu pada polis bersangkutan. Biasanja pada, bagian atas dari lampiran-lampiran itu tertjetak p erk ataan: Lampiran ini harus dilekatkan pada polis, lampiran-lampiran tersendiri (terlepa^) tidak sah, sebagai suatu peringatan bagi pihak bersangkutan. i 39

48

49

50 h'.rane kesenian jang bernilai tinggi umpamanja pigura-pigura dan sebaeainia tetapi barang- barang ini dapat dipertanggungkan bilamana dencan tegas disebut dalam polis bahwa barang-barang tersebut d]uga ermasuk dllam pertanggungan ini. Ini berarti bahwa bilamana tidak.disebutkan dalam suatu polis jang menanggung barang-barang rumah-tangga, hahwa dalam barang-barang rumah-tangga itu termasuk pula beberapa ke- -nian maka barang-barang kesenian itu tidak termasuk dalam pertangguncan. Djika harus masuk pertanggungan, perlu djuga bahwa barang-barang kfsenian itu disebut satu demi satu dengan harganja masing-masing. P a s a l 3 Pasal ini mengurus pembajaran premi dan menentukan bahwa bilamana remi asuransi tidak dilunaskan, dalam djangka waktu sepuluh hari mulai waktu jang semestinja, jaitu pada waktu asuransi kebakaran ini mulai berlaku atau pada saat pertanggungan harus dilandjutkan (vervaldatum), maka ertanggungan dengan polis tersebut tertangguh, jaitu artinja bahwa bila- ^ a terdjadi suatu kebakaran, pihak penanggung tidak akan menanggung ltrugian atau kerusakan jang mungkin diakibatkan kebakaran itu. C pertanggungan mulai berlaku pula 24 djam sesudah premi dilunaskan oleb pihak jang ditanggung. Pasal 4 Dalam Pasal 'ini disinggung kewadjiban jang ditanggung mengenai pemberitahuan kepada pihak penanggung bilamana barang jang bersangkutan -dah atau akan dipertanggungkan lagi pada penanggung lain. Mal ini berdasarkan peraturan dalam Undang-undang Perniagaan, jaitu pasal-pasal 277, 278, 279 dan 280. S Pasal 5 P asal ini mengurus persoalan bila rumah atau gedung jang dipertanggungkan atau jang memuat barang-barang jang dipertanggungkan itu, di- Lrcunakan untuk keperluan atau usaha lain dari pada keperluan atau aha semula, jaitu pada saat terwudjudinja pertanggungan ini. US Dalam hal.^e^u1!li^ l pihak ifns ditanggung wadjib memberitahukan hal itu kepada pihak Panggung dan bila hal itu tidak dilakukan oleh pihak jang d i t a n g i pertanggungan dengan polis tersebut batal dengan sen- ^ S i r a t jang didasarkan atas pasal 293 Undang-undang p Prni, D5, n ini ujnarnja leblh sempit daripada aturan dalam Da«fi, ««hah dengan sjarat bahwa bukan sadia perubahan H i Ut S d mah atau gedung jang dipertanggungkan atau jang memuat ha tuz d i ^ ta n S g m g k a n '- P ^ iib k a n pihak jang ditanggz ) ersebuv tetapi djuga bilamana rumah-rumah sekitar SeHuflg bersangkutan mengalahi perubahan dalam /ta ii gedung ^jjakaran diperbesar. S1*atnja sehingga - S S U * * * P * saat m ulai berlakunja 42

51 polis ini, didirikan dari batu dengan atap genting, dirombak dan didirikan dari kaju dengan atap genting atau atap rumbiah, atau umpamanja, bilamana gedung-gedung sekitamja jang semula dipergunakan sebagai rumah tinggal, dipergunakan sebagai pabrik atau untuk usaha lain jang mengandung bahaja kebakaran lebih besar daripada rumah tinggal, maka berlakulah kewadjiban untuk melapor bagi pihak jang ditanggung. Disamping itu pasal ini mengatakan bahwa dalam hal demikian maskapai asuransi be"bas untuk mengambil keputusan, apakah mereka akan melandjutkan pertanggungan ini, dengan atau tanpa pembajaran premi tambahan, ataukah mereka membatalkan pertanggungan ini. Dalam hal polis dibatalkan oleh penanggung, deingan se.ndirin.ja pihak jang ditanggung berhak untuk menerima kembali sebagian dari premi jang telah dibajar olehnja, jaitu bagian dari uang premi jang dapat dianggap upah penanggung terhadap djaminan jang belum didjalankan. P a s a l 6 Pasal ini mengurus hal pendjualan atau penggantian milik barang-barang dari jang ditanggung dan selandjutnja dalam pasal ini ditjantumkan bahwa polis bersangkutan tidak berlaku bilamana barang-barang bergerak jang dipertanggungkan itu dipindahkan kelain gedung atau rumah, ketjuali djika satu dan lain ditjatat oleh pihak penanggung dalam polis tersebut atau djika. pemindahan itu diakui dengan suatu lampiran kepada polis tersebut. Hal ini terang adanja, sebab bilamana umpama kata barang-barang rumah tangga dipertanggungkan dalam sebuah gedung jang didirikan dari batu dengan atap genting dipindahkan kedalam sebuah rumah jang didirikan dari kaju dengan atap genting atau atap rumbiah, maka bahaja kebakaran lebih besar adanja, sehingga pertanggungan dari pihak penanggung djuga diperbesar. Hal ini djuga dapat terdjadi bilamana barang-barang jang dipertanggungkan dipindahkan dari suatu daerah jang dianggap tidak banjak bahaja kebakaran (non-conflagrant) kedalam sebuah rumah atau gedung jang terletak dalam daerah jang dianggap berbahaja (conflagrant). Walaupun tidak disebut dengan tegas dalam pasal ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa bilamana suatu pemindahan barang berarti penambahan risiko bagi pihak penanggung, maka pihak penanggung dapat membatalkan asuransi ini, sudah tentu dengan pengembalian sebagian dari premi jang telah dibajar, hal mana djuga dapat terdjadi bilamana pendjualan barang atau penggantian milik barang tidak digemari oleh penanggung. Pasal ini sebenarnja mempunjai tendens jang sama dengan apa jang drmuat dalam pasal 5, hamja dalam pasal tersebut diberi aturan-aturan ini mengenai pertanggungan terhadap barang-barang bergerak, sedang dalam pasal 5 aturan ini berlaku terhadap gedung-gedung. I P a sa l 7 Dengan pasal ini pihak jang ditanggung diw adjibkan dalam hal kebakaran, mengambil setiap tindakan jang perlu untuk keselam atan barang-barang jang dipertanggungkan atau untuk nicmtjegah kerugian bertam bah besar. 43

52 44

53 A C

54 D alam pasal ini ditetapkan hak penanggung untuk menuntut dari pihak jang ditanggung supaja ia membuktikan adanja barang-barang dan harganja masing-m asing pada saat sebelum terdjadi kebakaran serta membuktikan berapa besar kerugian jang d id e rita olehnja. Disamping itu ditetapkan pula dalam pasal ini, bahwa bilamana pihak jang ditanggung memberi keterangan jang tidak benar atau menjembunjikan barang-barang jang diselamatkan olehnja, atau bilamana ternjata bahwa kebakaran itu terdjadi karena kesalahan atau kealpaan dari pihak ianp ditanggung, maka hak pihak jang ditanggung atas penerim aan ganti rugi hilang sama sekali, sedang pohs-polisnja jang mungkin m asih berlaku atas lain-lain barang atau gedung, dibatalkan oleh pihak pen angeune Dalam pasal ini tidak diterangkan apakah pihak jang ditalm ne berhak oung berhak untuk menahan uang premi ians telah A PenanS' baginja bahwa kerugian jang diderita oleh pihak jang d it^ p 1,3 karena kesalahannja sendiri. Djadi hanja bila ternjata afau t f ^? k f pihak jang ditanggung mempunjai kesalahan send ri dalam h w!< h - " suatu kebakaran, maka bukan sadja ia tidak daoat «m? u terdjadinja tetapi djuga premi jang dibajar olehnja mendjadf mifik J i 3 bila premi be um dibajar olehnja sudah teij d kj * ' nggung, dan ditetapkan dalam pasal 3 dari polis ini pihak oenantwm Kgmgat apa jang segenap premi bersangkutan. P Penanggung berhak menuntut Walaupun dapat dibuktikan bahwa pihak iane dit, tindakan-tinijakan tjurang dalam tuntutan eanti.8gun mengambil penanggung berdasarkan ketentuan pasal ini berhak m e ^ / V 6*1'0883 pihak kerugian itu dan disamp,ng itu berhak m i m b a t S n ^ ak tuntuta" Santi berada atas nama pihak jang ditanggung namun nihat P lis-polis jang ntengembalikan se agian dari premi jan g b j berlavenanggung wadjib fang dibaukan itu dan ja g tidak perugian mi.... Pasal 11 gan tuntutan ganti De" S p r p c ^ «U «'nan M'* belah pilla c mc' ' L akan» urus oleh g ' dalam hal " dak dapat g'3.0 ' «rtulis oleh satu pihak ra"8 ahli. i ang 8 ' dalam djangka «L, - aslns dia"sltat nekat seorang ahli untuk bori*-30!8 tertentu P'bak jan» H'» ^ e n g a n g mengangkat,,lndak: atas «am anja m fi, n&?ung tidak S ^ C ^ P i h a k penang- ^ endja d WadJlb mengangkat seortn h' ahli - s e b u t S ahli ketiga jang 46

55 A '7 akan bertindak sebagai wasit, bilamana kedua ahli tersebut tidak mentjapai persetudjuan. Akan tetapi wasit ini hanja berhak mengambil keputusan terachir dalam lingkungan djumlah-djumlah taksiran jang telah diadjukan kepadanja oleh kedua ahli tadi. Ini berarti bahwa bilamana djumlah jang ditaksir oleh kedua ahli itu tidak sama besarnja, maka wasit tadi hanja dapat memutuskan djumlah mana dari kedua djumlah itu berlaku atau suatu djumlah jang lain jang harus dianggap sebagai penggantian selaras dengan pertanggungan jang bersangkutan dengan, sendirinja djumlah terachir ini tidak boleh melebihi djumlah jang tertinggi antara kedua djumlah dari ahli-ahli tadi. Bilamana kedua ahli tadi tidak mentjapai persetudjuan tentang ahli ketiga atau wasit, pengangkatan ahli ketiga ini diserahkan kepada hakim. Jang tidak dapat diterangkan ialah bahwa sebab apa dalam pasal ini hanja disinggung hal kehilangan hak pihak jang ditanggung untuk mengangkat seorang ahli, bila ia melalaikan kewadjibannja itu, sedang kemungkinan bahwa kelalaian ini djuga dapat terdjadi pada pihak penanggung rupa-rupanja dianggap tidak ada. Disamping itu nampaklah djuga dalam pasal ini, bahwa prosedur pengangkatan ahli-ahli itu berlainan dari apa jang ditetapkan dalam polis bursa, jaitu menurut peraturan polis DMPKI ini, ahli-ahli baru diangkat setelah terdjadi perselisihan. antara penanggung atau jang ditanggung mengenai kerugian bersangkutan, sedang menurut peraturan demikian dalam polis bursa pengangkatan ahli-ahli harus dilakukan sebelum kedua belah pihak menjampaikan saat perselisihan itu. Menurut hemat kami sjarat ini dalam polis DMPKI kurang memuaskan, sebab ada kemungkinan bahwa dalam hal perselisihan, kedua ahli dan mungkin wasit pula akan menemui rupa-rupa kesulitan, jang timbul dari keadaan bahwa antara saat terdjadinja kebakaran dan saat pengangkatan ahli-ahli itu sudah liwat suatu djangka waktu dalam djangka waktu mana sesudah diambil rupa-rupa tindakan oleh salah satu pihak atau (ataupun oleh kedua pihak, umpamanja pembersihan ruangan atau halaman dalam mana telah terdjadi kebakaran tersebut) sehingga pekerdjaan pemeriksaan oleh para ahli sangat dipersulit. Pasal 12 Dalam pasal ini ditetapkan tindakan-tindakan apa harus diambil oleh para ahli tersebut, dan bahwa keputusan mereka atau bila perlu keputusan seorang wasit akan mengikat kedua belah pihak, akan tetapi hanja mengenai besarnja djumlah kerugian, djadi sekali-kali bukan mengenai lain-lain hal, umpama kata apakah kebakaran itu terdjadi karena kesalahan pihak jang ditanggung sendiri, atau lain-lain hal jang bukan mengenai djumlah kerugian. Ini berarti bahwa hanja dalam hal diputuskan djumlah kerugian, oleh kedua ahli dan/atau oleh wasit mereka, tidak dapat suatu pihak menggugat jang lain atau dengan perkataan lain, kedua belah pihak harus setudju dengan djumlah kerugian jang ditetapkan dengan djalan demikian oleh kedua ahli

56

57

58 sendirinja harga barang sisa jang tidak dimusnahkan oleh api itu, tidak lagi begitu besar sebagai djumlah pertanggungan semula, sehingga pada tompatnja bila djumlah pertanggungan dikurangi dengan djumlah kerugian. Pun dapat dimengerti bahwa pengurangan djumlah pertanggungan demikian tidak m en gak ib atk an pengembalian premi kepada pihak jang ditanggung. Sebaliknja dapat dimengerti pula bahwa bilamana pihak jang ditanggung menghendaki supaja djumlah pertanggungan, itu dapat ditambah pula untuk mentjapai djumlah pertangpngan semula atau djumlah pertanggungan jang lebih besar dari semula, ia harus membajar premi pula ; umpama kata dalam hal barang-barang dagang jang sebagiannja dimusnahkan oleh api sesudah itu ditambah dengan barang-barang lain jang harganja sama atau lebih dan barang-barang jang telah musnah tadi, dapat terdjadi bahwa karena itu harga barang-barang semua mendjadi sama besar seperti semula atau lebih- Da,a^. ^ ajmfneana^ bah,an djumlah pertanggungan, teranglah bahwa pihak jang ditanggung akan diwadjibkan membajar premi tambahan djuga. Pasal 17 pasal ini menentukan hak pihak penanggung untuk membatalkan asuransi ini s e t i a p waktu dengan pengembalian sebagian dari premi jang telah dibajar oleh pihak jang 1anSSu"S- Dalam hal pembatalan ini dilakukan oleh pihak pen anggu ng, ma djam. setelah pembatalan tersebut dikptnvini oleh ibak jang ditanggung, kewadjiban dari pihak p e n a u n g d haom kan Peraturan dai pasal tcrang diadalan s e b a g a i l ^ f / S ^ * 'a in8in laei = Pasal 18 D en gan pasal mi ditentukan bahwa pihak jang ditanggung tiri t u u u p.rima pengembalian premi ketinai; u, u V tldak berhak mepa"at-pa*al 5 dan n / dalam - M seperti tertjantum dalam Pasal 19 D engan tidak J a r a n g i ketentuan-ketentuan jang ditian t, «!>cal'p9sa 1/UJan 14>semua nercplisih * j. ujantutnkan dalam Ini berarti bahwa, bila terdjadi perselisihan putuskan oleh hakim. J p im a n ja mengenai suatu hal f 5 f Z t u r H? kedua beia* Pihak p spe)isman ini dapa,.adi, Pasal 20 * 1 * m e n o p a n g dan dalam polis Pasal 21 p en g ai? v ^ pertanggungan* jang ^.lhakpenangguin8. dalam Da jcan bah _ 8 dlwudjudkan dengan polk tp sal mi ditetap- ^ Z h UK. ;' **but dianggap

59 akan dilandjutkan pada tiap-tiap tanggal djatuh temponja, terketjuali bilamana pihak jang ditangung, sebelum djatuh tempo tersebut, telah raengadjukan permintaan setjara tertulis kepada pihak penanggung untuk^membatalkan sadja pertanggungan ini. Dengan pasal ini pihak jang ditanggung tetap terikat pada pertanggungan kebakaran tersebut sampai waktu djatuh temponja dan ia hanja dapat melepaskan diri dari persetudjuan ini, bilamana ia memberitahukan kepada pihak penanggung selambat-lambatnja satu bulan sebelumnja tentang djatuh tempo pertanggungan, imi, bahwa ia tidak menghendaki melandjutkan asuransi ini. Ini berarti bahwa bilamana oleh salah suatu sebab pihak jang tanggong hendaik membatalkan asuransinja sebelum tiba waktunja, ia tidak berhak atau tidak akan menerima pengembalian, premi, ketjuali dalam hal-hal pemindahan milik kepada pihak lain, dalam hal mana ia patut menerima kembali sebagian dari premi jang telah dibajar olehnja. Pasal 22 Bagian pertama dari pasal ini mengurus domisili dari pihak jang ditanggung, hal mana hanja berlaku dalam keadaan tuntutan atau gugatan dimuka hakim. Dalam bagian kedua terdapat suatu peraturan jang dahulu sebelum perang dunia kedua disebut sebagai sjarat tambahan dalam tiap-tiap polis jang mengenai pertanggungan barang atau gedung, dalam mana untuk penerangannja tidak dipergunakan gaja listrik. Maksud peraturan ini tak untuk mentjegah penambahan risiko bagi penanggung, lain untuk mentjegah penambahan risiko bagi penanggung.

60 Bagian IX PERATURAN-PERATURAN MENGENAI PERTANGGUNGAN KEBAKARAN Sebagaimana telah dikatakan, pertanggungan kebakaran jang dilaksanakan oleh pihak penanggung di Negara kita dalam garis besaraja dikuasai oleh peraturan-peraturan dalam Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan. Akan tetapi oleh karena undang-undang dalam Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan ini tidak dapat mengurus segenap bagian atau detail dari pertanggungan ini, sudah djelas bahwa oleh pihak bersangkutan harus ditempuh djalan lain. Djalan ini terdapat dengan diadakannja perhimpunan dari maskapaimaskapai asuransi jang mendjalankan usahamja di Negara kita. Kepada perhimpunan itulah diserahkan tugas untuk mentjipta peraturan-peraturan, jang walaupun didasarkan atas Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan tndi, namun mempunjai sifat atau bentuk tersendiri. Peraturan-peraturan ini termuat dalam buku jang dinamakan Buku Tarip dari Dewan Perkumpulan Penanggung-penanggung Kebakaran di Indonesia. Buku tarip jang mulai disusun dalam tahun 1928 tersebut setiap waktu dilengkapi dengan, peraturan-peraturan baru, sedangkan peraturan-peraturan jang sudah tak berguna lagi, ditiadakan. Untuk pekerdjaan ini perkumpulan tersebut mempunjai suatu badan ketjil jang ditugaskan memeriksa dan memperbaiki peraturan-peraturan itu. Bukanlah maksud kami untuk memberi pendjelasan atau penindjauan mengenai buku tarip ini, sebab isi dan bentuknja tjukup'djelas bagi tiap-tiap orang jang hendak mengetahui sesuatu jang diatur dalamnja. Meskipun demikian kami rasa perlu untuk memberi disini beberapa keterangan mengenai bagian-bagian terpenting atau sangat diperlukan dalam usaha sehari-hari dari seorang penanggung. Buku tarip tadi terbagai atas lima bagian, jaitu : 1 peraturan-peraturan umum ; 2. peraturan-peraturan dan angka-angka persentasi premi bagi rupa-rupa golongan pertanggungan mengenai barang benda ; 3. berisi peraturan-peraturan dan angka-angka persentasi premi jang berlaku bagi perusahaan-perusahaan; 4. berisi peraturan-peraturan dan angka-angka persentasi premi jang berlaku bagi pertanggungan gempa bumi, peletusan, permusuhan dan huru-hara; 5. anggaran dasar dan anggaran rumah-tangga perkumpulan, peratilran mengenai bea meterai, nama-nama anggota dan tarip pertanggungan minjak tanah. >

61 BAGIÂN KE-1 Peraturan umum. Klasifikasi kota-kota. Djika ditindjau peraturan umum ini lebih dalam, maka jang terutama nampak ialah bahwa kota-kota dalam wilajah Negara kita terbagi atas 3 (tiga) golongan, jaitu A, B dan C. Penindjauan terhadap sjarat-sjarat umum dalam tarip. Peraturan-peraturan umum ini dapat dibagi-bagi dalam beberapa bagian, jaitu : A. Peraturan-peraturan bersifat keterangan. B. Peraturan-peraturan bersifat keharusan. C. Peraturan-peraturan bersifat larangan. D. Peraturan-peraturan bersifat antjaman. A. Peraturan-peraturan bersifat keterangan. Dengan ini dimaksudkan antara lain keterangan mengenai berlakunja tarip, bagaimana tarip harus diinterpretir, apa dimaksudkan dangan istilah-istilah jang dipergunakain dalamnja (umpama kata conflagration,-area, dan sebagainja), dan lain-lain penerangan umum. B. Peraturan-peraturan bersifat keharusan. Peraturan-peraturan, ini menegaskan tindakan apa harus diambil dalam suatu kedjâdian ataü sjarat apa harus dipergunakan dan sebagainja. Harus diperr hatikan bahwa dengan tidak dituruti kewadjiban ini oleh pihak penanggung, masa asuransi bersangkutan tidak dapat dibatalkan, atau dengan perkataan lain : bukaft pihak jang ditanggung akan mendjadi korban dari kelalaian - penanggung, tetapi penanggung sendirilah jang mengalaminja akibat kelalaian itu, antara lain tindakan-tindakan jang diambil oleh perkumpulan terhadap anggota mereka jang bersikap lalai itu. Umpama kata oleh peraturan bersangkutan dalam buku tarip bagi suatu risiko harus diperhitungkan premi 5 %o setahun. Oleh maskapai asuransi jang mengeluarkan polis bagi risiko ini, oleh salah satu sebab disebut sebagai perseritasi premi 3Vî % o setahun. Djika hal ini temjata bagi Dewan Maskapai-maskapai Penanggung Kebakaran di Indonesia, anggota itu akan ditegur dan pada tanggal djatuh temponja persentasi premi tersebut harus diperbaiki. Djika jang ditanggung tidak menjetudjui bahwa pembetulan premi dilakukan dengan surut atau pada saat terbuktinja kesalahan, pihak jang ditanggung tidak dapat dipaksakan. Hal itu berarti bahwa djika pertanggungan ini direasutir oleh penanggung bersangkutan, maka penambahan premi harus ditanggung olehnja sendiri terhadap para reasuradirnja. Nanti pada saat pertanggungan ini harus dilandjutkan pula, ia (penanggung) harus berichtiar, agar jang ditanggung menjetudjui premi jang patut dihajar olehnja tadi. Bilamana ia tidak menjetndjuinja pihak penanggung tidak dapat meneruskan pertanggungan tadi. Biasanja disamping teguran jang diberi 53 '

62 kepadanja oleh dewan maskapai asuransi bersangkutan, djuga dikenakan denda jang besar-ketjilnja tergantung dari keputusan komisi jang memeriksa persoalan ini, dan jang chusus diangkat oleh DMPKI. C. Peraturan-peraturan larangan. Peraturan-peraturan sedjenis ini sebenarnja mengandung sifat jang sebagian dapat disamakan dengan peraturan-peraturan jang disebut dimuka ini. Perbedaannja dengan peraturan bersifat keharusan adalah bahwa pada dienis peraturan ini, dengan tegas ditetapkan hal-hal mana terlarang oleh tarip, sedangkan peraturan-peraturan bersifat keharusan tidak begitu tegas. Sebagai tjontoh dari djenis sjarat ini, kami tundjuk pada peraturan dalam mana dinjatakan bahwa pertanggungan mengenai barang-barang tidak dapat dipindahkan kepada gedung-gedung dan sebaliknja, jaitu bilamana satu polis jang dikeluarkan chusus untuk menanggung barang-barang dagangan dalam sebuah gudang, tidak diperbolehkan bahwa oleh maskapai bersangkutan pertanggungan terhadap barang-barang dibatalkan dan polis bersangkutan dipergunakan untuk memberi djaminan terhadap gedung, dimana barang-barang tadi ditimbun ataukah sebuah gedung lain. Tetapi bilamana polis mengenai barang-barang dagang tetap dipertahankan tidak ada keberatan, djika djumlah pertanggungan tersebut dalam polis Itu ditambah dengan suatu djumlah jang berlaku bagi pertanggungan terhadap gedung-gedung dalam mana, barang-barang tadi ditimbun Suatu perbedaan lain lagi terkandung dalam peraturan bersifat larangan ini, jaitu bahwa dalam hal pelanggaran terhadap peraturan ini, DMPKI akan menganggap kelakuan ini lebih berat daripada salah satu pelanggaran terhadap peraturan bersifat keharusan. Seterusnja antara peraturan bersifat larangan terdapat beberapa hal jang dapat mengakibatkan pembatalan asuransi bersangkutan. D. Peraturan-peraturan bersifat antjaman. Dengan ini dimaksudkan peraturan-perauran 7jang dalam tarip dinamakan warranties, dimana dengan tegas dan djelas ditetapkan bahwa bila suatu larangan tidak diindahkan oleh jang ditanggung, maka pertanggungan dengan sendirinja dianggap batal. Peraturan-peraturan ini adalah chusus untuk mendjaga kepentingan para penanggung dan oleh karena itu sengadja ditudjukan kepada mereka jang ditanggung. Golongan-golongan ini tidak ditetapkan begitu sadja, tetapi dengan memperhatikan rupa-rupa hal seperti ada-tidaknja regu pemadam kebakaran, bagaimana rumah-rumah dan gedung-gedung dikota-kota itu didirikan (setjara teratur sehingga dalam hal kebakaran, regu pemadam kebakaran mudah sampai pada tempat kebakaran itu) dan sebagainja. Seterusnja ditetapkan dalam peraturan umum itu apa jang diartikan dengan istilah conflagration-boundaries (batas-batas konflagrasi). Perlu diterangkan bahwa batas-batas itu dikumpul dalam satu buku tersendiri jang djuga disusun oleh perkumpulan tersebut. Disamping itu, sudah mendjadi suatu sjarat mutlak bahwa sebagai daerah 54

63 konflagrasi selalu dianggap bagian dari setiap kota jang dikenali dengan nama kampung Tionghoa dan kampung-kampung. Sebagai pengetjualian ditentukan bahwa setiap gedung jang termasuk dalam golongan kelas I atau kelas II (lihat seterusnja halamam X) dianggap' terletak diluar daerah konflagrasi bila gedung itu tidak didampingi,oleh gedung-gedung, atau rumah-rumah lain, dengan ketentuan bahwa gedunggedung atau rumah-rumah lain itu tidak boleh berada dalam suatu d j arak kurang dari 15 meter dari gedung jang diasuransikan itu. Djika djarak itu hanja 10 meter, pengetjualian ini berlaku sadja pada rumah-rumah tinggal jang terdiri dari bahan-bahan sebegitu rupa, hingga rumah tinggal itu tergolong kelas I. Ini berarti bahwa pengetjualian ini tidak berlaku bagi gedung jang dipergunakan untuk lain keperluan dari hanja rumah-tinggal sadja. Sebagai pengetjualian terachir dari peraturan ini disebut gedung-gedung jang. tergolong kelas III dan jang terletak didaerah konflagarasi itu, tanpa sebuah rumah atau gedung berdekatan dalam djarak sedikit-dikitnja 30 meter sekelilingnja. Konflagrasi Istilah ini jai>" berasal dari kata conflagration (Inggeris) sebenarnja berarti kebakaran besar, dengan arti kata bahwa kebakaran itu meliputi suatu daerah jang luas. Dalam dunia asuransi istilah ini digunakan uniuk menundjuk suatu - daerah jang menurut anggapan penamggung (berdasarkan angka-angka statistik atau lain keterangan) merupakan suatu bagian dari kota bersangkutan dimana bila terdjadi suatu kebakaran, pasti akan merusak seluruh daerah itu. Dalam bagian peraturan umum, selandjutnja nampak depinisi-depinisi mengenai golongan 1, 2, 3 dan 4 dari tiap-tiap pembuatan gedung (constructie). Dalam bagian ini terdapat pula peraturan-peraturan mengenai pertanggungan djangka pendek dan pertanggungan djangka pandjang. Perlu diterangkan disini bahwa suatu pertanggungan kebakaran pada umumnja diadakan untuk djangka waktu satu tahun, sehingga segenap pertanggungan jang dilakukan untuk djangka waktu kurang dari satu tahun, dinamakan pertanggungan djangka pendek, sebaliknja jang diadakan untuk djangka waktu lebih dari satu tahun dinamakan pertanggungan djangka pandjang. Tetapi pertanggungan jang diadakan untuk djangka waktu lebih dari satu tahun dengan persetudjuan pembajaran premi pada permulaannja tiap-tiap tûhun tidak dianggap selaku suatu pertanggungan djangka pandjang. Pertanggungan djangka pandjang dapat diadakan untuk djangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun. Dalam bagian umum ini selandjutnja terdapat aturan-aturan mengenai pembajaran premi dengan penjitjilan, dan selandjutnja rupa-rupa sjarat mengenai penimbunan kapok dan lain-lain bahan jang mudah terbakar. 55

64 Terdapat pula dalam bagian peraturan umum ini sjarat-sjarat (clause) mengenai hipotik dan lain-lain, serta asuransi istimewa (special insurance) mengenai mana akan kami adakan tindjauan lebih dalam, dalam Bagian X). BAGIAN KE-2 Berisi peraturan-peraturan dan angka-angka persentasi premi bagi masingmasing djenis pertanggungan kebakaran. Bagian ini tjukup djelas dan tak usah diterangkan lebih djauh. Hanja perlu diperhatikan bahwa dalam kebanjakan hal premi jang berlaku itu ditetapkan bukan sadja untuk risiko jang terletak diluar daerah konflagrasi, tetapi djaga bagi risiko jang terletak didalam daerah konflagrasi itu. u? ^ T a«i n ^ e b u t a l H ieini-l? rseiltasi M tidak dibasi-bagikan dalam kedua bagian tersebut. Hal Jm berarti bahwa bagi djenis olrtaneirunaan diluar s z t s z z!» *,Mpa ^ s a s z, BAGIAN KE-3 Bagian ke-3 dari buku tarip berisi aturan-aturan mengenai pertaneeunran dari risiko jang ter etak pada perusahaan-perusahaan. Harus diperhatikan bahwa dalam bagian ini hal knnfi» t.yi^ dipertimbangkan sed an ^an disamptag itu p eratu ran -«, " ^ L n S eoloogan pembuatan gedung (constructie) adalah berlainlj peraturan sedemtloan,ang t e «but p ^ ^ m 6 BAGIAN KE-4 Bagian ini memuat Peraturan-peraturan tentang nertan ' bum i dan sebagamja. s Pertanggungan, gempa Walaupun djems pertanggungan ini sebenarnj memn)ln om tin sudah mendjadi kebiasaan bahwa mpunjai sifat tersendiri, S aiai» i«diusahakan dalam b i Wt! ^ S S * an * * * * >>umi dan i.1 nertanggungan gempa bumi tidak dam t,,,? ' fa la m kebanjakan S3^ pertmggangan kebakaran t" * " k h Penanggung, bila- i*- P barwg a,au gedung itu tidak Dalam bagian m titik berat bari ~ etan!, u tjagk terletak pada golongan konstruksi atau H»** w, ^'ketjiinia pretm tidak mempen^ruki b a ^ a emoa S T " * 1 «" '* sebab satu i S a n terhadap terletak«,a pot o t L rf Pa b 'm «u. Hanja diberi per- Cl ebih? ' 's,rik D>D «i i n e l a ^?StnkA)dan daerah f i g. T h w i * K i m : i dab daeral fala* ba^ S T ra a'' ^ S T n g ter b ' te ^ r " a ' ndj k dlsirt8!,^ "? 8 P> b ^ " da'am P L n gempa bumi, bukan Pr u i S berlaku h ta n g i * daerah A atau dm ras S terdil:i dari dua d i«,;. baeian P 1»* b w «i Bi ttta',i isampini u ) "* b ' - iciis b»»* «u disebut premi

65 57 a. kerusakan sebagai akibat dari kebakaran jang timbul akibat gempa bumi dan sebagainja serta b. kerusakan demikian - termasuk laiivlam kerusakan bukan sebagai akibat kebakaran jang timbul dari gempa bumi dan sebagainja. Dengan, a dimaksudkan segenap kerugian kebakaran, kebakaran mana barus diakibatkan oleh gempa bumi, letusan atau sebagainja. Djadi dalam pertanggungan sedemikian tidak diberi ganti rugi bila pada benda jang dipertanggungkan hanja terdjadi kerusakan tanpa kebakaran. Djenis pertanggungan jang dinamakan gempa bumi panas (hot earthquake) ini adalah kurang luas dari pada pertanggungan jang lain, cold earthquake (atau gempa bumi dingin), jang disamping kerusakan kebakaran, meliputi djuga lain kerusakan jang bukan diakibatkan kebakaran. BAGIAN KE-5 Bagian terchir dari Buku Tarip ini berisi anggaran dasar dan lain-lain peraturan jang tak usah dikupas lebih djauh disini. i

66 Bagian X BEBERAPA DJENIS ASURANSI KEBAKARAN Dalam Bagian VIII telah disinggung sepintas lalu bahwa Buku Tarip bagian pertama antara lain memuat peraturan-peraturan mengenai beberapa djenis pertanggungan istimewa. Untuk dapat memberi tindjauan lebih dalam terhadap djenis-djenis itu baiklah terlebih dahulu kami beri tindjauan terhadap pengertian dari istilah-istilah harga pertanggungan (amount insured) dan harga jang dapat dipertanggungkan (insurable amount). Harga pertanggungan (amount insured) adalah djumlah harga jang disebut dalam polis, jaitu djumlah uang jang mendjadi dasar pertanggungan tersebut, sedang harga jang dapat dipertanggungkan adalah harga dari barang atau benda pada saat djamman jang diberi terhadapnja mendjadi kepastian, jaitu pada waktu djamman harus direalisir oleh penangung Saat tersebut Jib a pada waktu timbulnja suatu kerugian terhadap barang ftau benda jang dipertanggungkan,tn. I, berarti bahw a ja ^ J d "a 2 pihak alah Harga barang atau benda M [ a terdjadjlf. edua be a u U a n harga barang ata benda pada waktu teryapainji p e r ^ u a n ^ ' tanggung311-, i' S tat iasa dia «a" sampai s s, «; a e Sudah barang tentu tidak begitu mudah bagi jang ditano i tudjuan tadi, walaupun ia selai» «Z J g, aitan8gung untuk men- 'S m b a h atau "lenguran^anv 8' 61!1 ") ' kak untuk setiap waktu l erti bahwa dalam praktek pihak iane..^nggungannja» tetapi dapat dime- ^ T s a d j a persoalan ini, s e h in l V ^ f ggung tidak dapat mengingat- ]nf k berhati-hati, mungkin sekali pada tim h f mungkinan bahwa djika ia harca pertanggungan (amount. S S w w ja SU3tU kerug terbukti - f d ^ r t a n ^ n g k a n» * * * *! J * * i». Tindja«an terhadap djen*s-djenis polis. x Tntiik mentjegah kesulitan-kesiifit*,, diambil djalan keluar dengan dia dapailah S k a n S T * T * * * * «S i 7 1 a,au l*n< M a ber- J «nlis terbuka (open policy) J F 1- ^ oljs d e n g a n harga penilaia ataii tair. 2. P. /» pobcy) au taksiran terl»ki_' h dahulu (valued

67 1. POLIS TERBUKA (OPEN POLICY) Dengan istilah ini dimaksudkan polis dalam mana, tidak disebut harga barang-barang atau benda jang dipertanggungkan. Ini tidak berarti bahwa sama sekali tidak disebutkan suatu djumlah dalam polis tersebut, sebab hal demikian tentu sadja tidak mungkin, bukan sadja sebab dengan demikian peraturan dalam Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan pasal 25 ajat 4 dilanggar, tetapi d juga tidak dapat diketahui dalam hal terdjadinja suatu kebakaran, djumlah apa jang akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan ganti rugi. Ketentuan ini, jaitu bahwasanja tidak disebutkan harga barangbarang jang dipertanggungkan harus ditindjau dari sudut peraturan tertjantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan pasal 287 ajat 4, jang menetapkan bahwa dalam polis disamping ketentuan-ketentuan jang diharuskan dengan pasal 256 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan, di antaran j a djumlah pertanggungan harus disebut pula djumlah harga dari barang-barang jang dipertanggungkan. Dalam pada itu harus diperhatikan pengetahuan asuransi mengadakan suatu perbedaan besar antara kedua paham ini, jaitu harga pertanggungan (sum insured) dan harga barang jang dipertanggungkan (value of the insured object). Hal ini dapat dimengerti sebab dengan paham pertama, jaitu harga pertanggungan dimaksudkan djumlah uang jang disebut dalam polis sebagai suatu djumlah harga setinggl-tinggiinja dari djaminan jang diberi oleh penanggung, sedang dengan harga barang jang dipertanggungkan dimaksudkan harga dari barang atau benda jang mendjadi pokok pertanggungan itu. Umpama kata sebuah rumah tinggal jang berharga Rp , dipertanggungkan dengan djumlah pertanggungan sebesar Rp ,. Hal demikian sering terdjadi, tetapi akibat dari tindakan ini mungkin kurang menjenangkan bagi jang ditanggung, sebab dalam hal timbulnja suatu kerugian, bilamana ternjata bahwa harga rumah itu Rp ,, berartilah ini bahwa jang ditanggung dianggap mendjadi penanggungnja sendiri untuk selisihnja, jaitu Rp , sehingga dalam tiap-tiap ganti rugi akan ditanggung olehnja sendiri sebagian, jaitu 10/100. Biasanja polis-polis hania memuat satu djumlah sadja, jaitu djumlah pertanggungan (sum insured), sehingga sesuai dengan apa jang dikatakan dalam pasal 287 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan polis-polis demikian harus dianggap selaku polis terbuka. Dalam hal terdjadinja suatu kebakaran, jang ditanggung harus membuktikan tuntutan ganti rugi itu, jaitu mengenai djumlah kerugian jang diderita olehnja dengan segala alat bukti. 2. POLIS BERSJARAT PENILAIAN ATAU TAKSIRAN TERLEBIH DAHULU Sebagaimana telah dikatakan dimuka tadi, maka sesuai dengan aturan tertjantum dalam pasal 287 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan di- 59

68 samping djumlah pertanggungan (amount insured) harus djuga disebutkan dalam polis harga barang atau benda jang dipertanggungkan itu. Untuk mentjapai harga termaksud penghabisan ini, dapat ditempuh satu dari dua djalan sebagai berikut: a. detngan dinilaikan oleh ahli atau b. dengan dinilaikan oleh kedua pihak (jang ditanggung dan peaianggung) bersama. A. Harga barang jang dipertanggungkan dinilaikan oleh ahli. Hal ini dipengaruhi oleh pasal 275 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan dalam mana dinjatakan bahwa dalam hal demikian penilaian harus diselenggarakan oleh satu atau beberapa orang ahli jang ditundjuk atau diangkat deh kedua belah pihak dan bila dianggap perlu mereka dapat mengangkat sumpah dimuka hakim. Djika timbul suatu kebakaran, harga jang ditetapkan demikian akan dianggap oleh kedua pihak bersangkutan sebagai harga barang atau benda jang dipertanggungkan. Dalam praktek djarang terdjadi bahwa penilaian oleh ahli dilakukan oleh dua orang ahli, jaitu satu diangkat oleh jang ditanggung dan jang kedua oleh penanggung. Biasanja penilaian itu hanja dilakukan oleh ahli pihak ditanggung, sedang penanggung menerima baik angka-angka jang ditetap* kan olehnja itu. Hanja bilamana ada ketjurangan dari pihak jang ditanggung (pasal tersebut dalam Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan tidak menjebut ketjurangan apa), dapatlah djumlah ini digugat oleh pihak penanggung. Disamping kemungkinan untuk menggugat djumlah harga barang tadi dalam hal ketjurangan, ditetapkan pula dalam Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan pasal 282 bahwa dalam hal demikian pihak ditanggung kehilangan haknja terhadap premi jang telah dibajar olehnja itu atau dengan sendirinja sedang pihak penanggung tidak diwadjibkan membajar kembali djumlah uang premi bersangkutan. B. Harga barang atau benda jang dipertanggungkan dinilaikan oleh pihbk bersama. Menurut pendapat umum dikalangan asuransi, hak ini dipengaruhi oleh pasal 274 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan, meskipun dalam pasal tersebut soal penilaian oleh pihak bersama tidak disebut dengan njata. Rupa-rupanja pendapat ini merupakan kesimpulan dari ketentuan dalam pasal tersebut dimukanja, jaitu pasal 273 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan, dalam mana diaturkan bahwa djika barang tidak dinilaikan oleh kedua pihak, maka harga ini dapat dibuktikan dengan segala alat bukti. Dalam hal ini, jaitu bilamana djumlah harga-barang atau benda ditetapkan dengan penilaian bersama, maka menurut pasal 274 tadi, hakim dapat meminta dari pihak ditanggung bukti-bukti mengenai penetapan harga ini, bilamana oleh pihak penanggung dikemukakan alasannalasan jang dapat menimbulkan persangkaan kuat atau berdasar baik (gegrond), bahwa penilaian tersebut terlalu tinggi.

69 Bagaimanapun djuga, apakah penilaian dilakukan oleh para ahli atau oleh kedua belah pihak, dalam hal tertjapainja persetudjuain berdasarkan polis bersjarat penilaian terlebih dahulu, hargk barang atau benda jang dipertanggungkan harus disebut dalam polis ini, dengan ketentuan bahwa djumlah harga ini ditetapkan demikian berdasarkan penilaian tersebut jang telah dilakukan sebelum berlakunja polis ini. Perlu kiranja kami perhatikan disini, bahwa kendatipun peraturanperaturan itu berlaku, biasanja dalam polis bersjarat penilaian terlebih dahulu tidak disebut dua djumlah harga itu (jaitu djumlah pertanggungan dan djumlah harga barang jang dipertanggungkan), tetapi hanja satu djumlah sadja. Ini berarti bahwa oleh kedua pihak bersangkutan djumlah harga barang itu dianggap sama besar dengan djumlah pertanggungan. Djikalau persetudjuan tertjapai berdasarkan ketentuan ini, maka dalam hal kerugian djumlah jang dinilaikan itu mendjadi dasar perhitungan kerugian. Ini berarti bahwa dalam hal itu djumlah tersebut dianggap sebagai djumlah harga barang jang dipertanggungkan itu ketika terdjadi kebakaran tersebut, sehingga oleh para ahli bila penjelesaian kerugian ini diserahkan kepada mereka hanja ditetapkan harga sisa dari barang jang mengalami kerugian itu. Djika harga sisa tidak ada, jaitu bila barang atau benda jang dipertanggungkan itu telah musnah samasekali akibat kebakaran itu, maka ganti kerugian adalah berdjumlah sebesar djumlah penilaian tadi, jaitu djumlah pertanggungan tersebut dalam polis. Tetapi bila sisa-sisa mempunjai harga, maka djumlah harga ini akan dikurangi dari djumlah penilaian atau djumlah pertanggungan sehingga jang ditanggung hanja menerima selisih dari kedua djumlah harga itu. Persoalan ini akan ditindjau ' lebih landjut dalam Bagian XI mengenai ganti rugi. Berdasarkan apa jang diuraikan diatas tadi dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada hakekatnja suatu polis bersjarat penilaian terlebih dahulu, lebih bermanfaat bagi pihak jang ditanggung daripada polis terbuka atau polis biasa, jaitu dalam mana tidak disebut harga barang jang dipertanggungkan. Tetapi keadaan bermanfaat ini hanja terbatas pada djumlah jang dalam hal terdjadinja suatu kerugian mendjadi dasar bagi perhitungan ganti rugi itu, lain tidak, ketjuali, bila kita hendak menindjau persoalan ini dari lain sudut, jaitu dari sudut batin atau psyehologi. Sebab dengan sjarat tersebut, pada pihak jang ditanggung dapat timbul perasaan tenang bahwa bila terdjadi suatu kebakaran, ia tak usah berpusing kepala mengenai harga jang akan mendjadi dasar bagi ganti rugi itu. Disamping itu dalam hal tertjapamja persetudjuan bersjarat demikian, tak dapat terdjadi bahwa dalam hal kerugian sebagian sadja, pihak penanggung tidak dapat memperhitungkan ganti rugi itu berdasarkan pendapatannja bahwa sebenamja pertanggungan ini adalah pertanggungan dibawah harga (under insurance), sebab dengan disetudjninja djumlah penilaian itu disebut dalam polis, berartilah baginja bahwa tiap-tiap kerugian jang berupa sebagian (djadi bukan kemusnahan semua) akan diganti sepenuhnja. 61

70 3. PERTANGGUNGAN DENGAN SJARAT MEMBANGUN KEMBALI (HERBOUW) Sebs rai djenis kedua dari polis-polis istimewa tersebut dalam Buku Tarip tadi, adalah pertanggungan berdasarkan harga membangun kembali. Sjarat ini berarti bahwa dalam hal kerusakan sebagai akibat kebakaran, selaku djumlah ganti rugi akan diperkirakan biaja bersangkutan dengan pembetulan atau pembangunan kembali pada tempat atau ruangan jang sam a, mengenai gedung atau isi jang mengalami kerusakan atau kemusn ahan karena kebakaran itu. Dalam sjarat bersangkutan ja,ng menurut peraturan dalam Buku Tarip tadi harus disebutkan dalam polis sedjenis ini, ditentukan bahwa barang atau gedung jang diperbaiki atau jang dibangun kembali tidak boleh lebih baik atau lebih besar bentuknja daripada semula. Disamping itu diperbolehkan kepada jang ditanggung bila dikehendakinja, untuk pembangunan kembali dapat dilakukan pada lain tempat atau halaman, tetapi hanja bilam ana dengan pemberian kelonggaran ini beban pihak p e n a n ju n g tidak akan bertambah. Segala usaha untuk memperbaiki atau membangun kembali harus dilaksanakan selekas mungkin serta harus selesai dalam djangka waktu 12 bulan setelah terdjadi kerusakan itu. 5 Djl ng rfukai oleh2 pihak d 'f diperpandja"g o1^ pihak penanggung, bila diperiukaa ^ e h pihak duanggung. Kelonggaran tersebut harus ditegaskan setjara tertulis oleh pihak penanggung. Sjarat membangun kembali tidak berarti bahwa penanfi UnS akan mengganti biaja pembetulan atau pembangunan kembali tanpa b a^ s S k,ss sssi tid r anggu"s"" [ n biaja-biaja lain selaku akibat dari i ggung terpaksa mengeluarhali itu, biaja-biaja tambahan ini h» Pembet,an atau pembangunan ^Sn\ m e s k i p u n karena itu djumlah aa ' r ^ a-n * t * e*1 Penan _ SU"fan C d i- ganu rug meiebihi ju m la h pertang- ^ pembangunan kembali melebihi S tambahan jang dimaksudkan ^ u ^ t a d l ^? I.b,kan oleh Wa' a' ^ I, a.r m perbandingan terhadap djumlah oerta3" 8 C n g a n diumlah harga itu *an,ah b nia untuk memberitahukan keoaria Jang dltang <Jng melalaikan tug 9b ulkan kembali m e m b a n ^ ^ i T ; ^ ^ * M a berkehendak «%» * '> "" 5 J P P -» P ^ L n t t n k e m L? \U *">* jang rusak, V bahwa,ang d a ggun6 ^

71 memperbaiki atau membangun kembali gedung itu pada halaman atau pekarangan jang sama atau pada pekarangan lain. Pembatalan hak ini tidak berarti kerugian jang diderita oleh pihak jang ditanggung tidak diganti. Dalam hal demikian ganti kerugian itu hanja bersifat pembajaran djumlah uang kerugian. Dalam pasal 288 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan ditetapkan bahwa dalam hal dipertanggungkan bangunan-bangunan, harus disebut dalam polis apakah dalam hal kerugian, terhadap kerugian itu akan diganti dengan uang tunai ataukah dengan memperbaiki bangunan-bangunan itu atau membangunnja kembali. Dalam hal pertama, jaitu bila disjaratka.n bahwa kerugian akan diganti dengan uang tun.ai, djumlah ganti rugi akan tertjapai dari djumlah harga pertanggungan dipotong dengan djumlah harga sisa. Dengan dipergunakan sjarat jang mendjadi pokok penindjauan disini, tertjapailah apa jang diaturkan dalam bagian terachir pasal 28.8 tersebut, jaitu bahwa dalam hal persetudjuaji berdasarkan sjarat membangun kembali pihak penanggung diwadjibkan memperbaiki atau membangun kembali gedung jang rusak atau musmah,'itu ; sudah tentu biaja-biaja jang dikeluarkan.nja itu tidak boleh melebihi djumlah penanggungan. Sebaliknja bila suatu pertanggungan tidak didasarkan atas sjarat itu, berartilah itu bahwa polis bersangkutan telah disusun sesuai dengan pasal 25$ Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan dan seharusnja dapat dinamakan suatu polis terbuka. 4. POLIS MAKSIMUM Dengan peraturan bersangkutan tersebut dalam Buku Tarip diberi kesempatan kepada pihak jang ditanggung untuk mempertanggungkan barangbarangnja pada suatu polis kebakaran dengan sjarat polis maksimum. Polis demikian, kadang-kadang djuga dinamakan polis deklarasi, adalah polis dibuat dengan suatu djumlah pertanggungan jang merupakan djumlah maksimum atau djaminan setinggi-tingginja dari pihak penanggung. Sebagai suatu kelonggaran pula ditentukan bahwa premi dari pertanggungan itu tak usah dibajar seperti biasa sekaligus pada waktu pertanggungan itu mulai berlaku, tetapi jang ditanggung diberi kesempatan untuk mendeklarir pada permulaan tiap-tiap bulan berapa menurut taksirannja akan berdjumlah harga barang-barangnja jang tertimbun dalam gedungnja itu. Ini berarti bahwa tiap-tiap bulan ia harus membajar uang premi jang diperhitungkan sebagai berikut: Premi dari djumlah jang dideklarir akan ditambah dengan. 5/12 % dari premi tahunan diperkirakan dari djumlah maksimum tadi. Sebagai tjontoh kami persilahkan : Umpama kata polis maksimum itu berdjumlah Rp , sedangkan Premi dari djumlah jang dideklarir akan ditambah dengan 5/12 % dari jang ditanggung pada suatu waktu adalah djumlah sebesar Rp ,. Hal ini berarti bahwa jang ditanggung harus membajar premi untuk djangka waktu satu bulan jang diperhitungkan sebagai b erik u t: 63

72 Persentasi 6 0/oo setahun berarti 0,5 0/ 00 sebulan. R p , h 0,5 q/oo Premi tam bahan: Rp. 200,. 5 /1 2 % dari Rp 3.000, (ialah premi setahun dari djumlah maksimum R p , 6 0, )/oo) R p 12,50 R p 212,50 Sebagaimana biasa djumlah premi ini harus ditambah dengan biaja lain, -m bea meterai dan sebagainja. S dah dapat dimengerti bahwa djenis pertanggungan ini tidak aapat. L oakan bagi pertanggungan barang tak bergerak seperti gedung, tetapi a terhadap barang-barang, umpamanja barang-barang jang ditimbun ^ b u a h gudang chusus dipergunakan untuk menimbun barang-barang ^ 1SC demikian djuga bagi barang-barang jang ditimbun dipabrik-pabrik j11 oerusahaan-perusahaan perkebunan dan lain-lain risiko seperti diutara- u a ^ j am Buku Tarip itu. Harus diperhatikan bahwa polis deklarasi atau maksimum ini tidak dapat dipergunakan bagi pertanggungan barang- P jang ditimbun dalam sebuah toko, atau barang-barang rumah-tangga. ^D en g an istilah deklarir dimaksudkan pemberitahuan duri pihak jang eeurig kepada pihak penanggung mengenai djumlah harga barangnja cht: ciitaksir mentjapai tingkat setinggi-tingginja pada suatu ian Selama djangka waktu satu bulan itu. Deklarasi demikian harus w,. Van kemuka, jaitu sebelum djangka waktu pertanggungan selama K?#» m" b'r,aku- - 5 p o U S PENJELESAIAN ATAU ADJUSTABLE POLICY *) Voun dengan diadakannja kesempatan bagi jang ditanggung untuk ^ gunakan polis maksimum itu, hal mana sudah memberi pertolongan tne ^epadanja, namun pihak penanggung dapat memperluas djasa-djasanja bes. terhadap jang ditanggung dengan diadakannja persetudjuan berupa polis l3 1. iesaian ini- P ^ olis djenis ini adalah djuga suatu polis deklarasi, akan tstapi berlainan an P ^s rnaksimum pada polis penjelesaian ini, walaupun djuga dei^ounjai suatu djumlah pertanggungan maksimum, dan padanja djuga m i*ku ketentuan bahwa jang ditanggung harus mendeklarir tiap permulaan bcian djumlah jang tertinggi dari harga barangnja pembajaran premi b T,k dilakukan ^ p - iia p bulan tetapi pada permulaan persetudjuan jang waj lb r mb^ r 75 % dari uang Pre^ i jang harus dibajai 1 hni» untuk f jangka waktu Pertanggungan setahun, jaitla persentasi premi b a lik a n djumlah pertanggungan jang disebut dalam polis tadi. Djadi untuk (.'u istilah salinan polis penjelesaian" tidak begitu tepat, tetapi Mutigklkan salinan polis dengan sjarat mengenai penjelesaian pr< untuk mernoefgunar.ia djangka-waktu pertanggungan", kami rasa tidak effisien premi sesudah

73 memberi tjontoh dengan angka-angka jang diumpamakan dimuka ta d i: 75 % dari R p , & 6 0/ 00 = Rp 2.250,. Seperti dikatakan, jang ditanggung harus mendeklarir tiaprtiap bulan d jumlah tertinggi dari harga barangnja. Djumlah-djumlah itu dikumpul oleh penanggung dan djilca djangka waktu pertanggungan (satu tahun) telah lampau, maka perhitungan premi akan diselesaikan, jaitu djumlah deklarasi semua dibagi dengan banjaknja deklarasi-deklarasi jang telah diberitahukan. Dari deklarasi djumlah ini persentasi premi diperhitungkan dan bila temjata bahwa djumlah uang premi jang diperoleh demikian adalah lebih besar daripada djumlah uang jang telafi dibajar olehnja kemuka (75 %ladi), maka jang ditanggung harus membajar premi jang kurang itu, sedang bila djumlah jang telah dibajar olehnja melebihi djumlah premi jang diperoleh dengan perhitungan demikian, pihak penanggung harus mengembalikan keiebihan itu, akan tetapi penanggung akan menahan sedikit-dikitnja 2/3 dari premi muka tadi. 6. FLOATING POLICY Adakalanya seorang pedagang mempunjai barang jang ditimbun dalam beberapa gudang, sedang baginja tidak mungkin menetapkan setiap kali berapa djumlah harga barang jang berada dalam tiap-tiap tempat penimbunan. Dalam hal ini biasanja barang-barang itu dipertanggungkan dengan polis jang lazim dikenal dengan istilah floating policy (terdjemahannja dalam bahasa Indonesia sampai kini belum ada). Dengan polis demikian barang-barangnja dipertanggungkan dalam satu djumlah semua atau total tanpa perintjian bagi masing-masing gudang bersangkutan. Dalam hal demikian persentasi.premi jang harus diperkirakan baei pertanggungan ini diambil dari persentasi paling tinggi jang berlaku untuk salah satu tempat penimbunan, persentasi mana harus ditambah dengan 10 %. Hanja bila gedung-gedung dalam mana barang-barang itu ditimbun, berdekatan atau berdampingan satu dengan jang lain serta bila gedunggedung itu dipergunakan oleh pihak jang ditanggung sendiri djadi tidak dipakai untuk penimbunan barang orang lain maka tambahan premi berupa 10 % tersebut tidak diharuskan. Djika terdjadinja perselisihan paham mengenai pendapatan. apakah gudang-gudang itu berdampingan satu dengan jang lain atau tidak, maka jang akan memutuskan soal ini adalah Dewan Perkumpulan Penanggung-penanggung Kebakaran di Indonesia. Disamping itu terdapat pula kemungkinan untuk mengadakan floating policy terhadap barang-barang jang tertimbun dalam gudang-gudang jang terletak diberbagai tempat atau berbagai kota, akan tetapi hanja bila barang-barang bersangkutan berupa barang sewa, barang sewa-beli atau barang jang akan ditjobakan. Dalam hal itu djumlah pertanggungan tidak boleh melebihi Rp , bagi masing-masing tempat penimbunan, dalam hal m ana premi rata-rata akan ditetapkan sebesar 4,5 q/ oo setahun. 6 5

74 Bila oleh jang ditanggung diperlukan pertanggungan mengenai barangbarang jang bukan bersifat seperti tersebut dimuka ini (jaitu barang sewa dan sebagainja), maka pertanggungan itu dapat dilaksanakan dengan pembajaran premi rata-rata sebesar 7,75 0/ 00 setahun. Dalam hal ini djumlah pertanggungan djuga tidak dapat melebihi Rp ,. Disamping djenis-djenis polis jang telah ditindjau dimuka tadi, terdapat pula beberapa djenis lainnja jang tidak kami singgung disini, oleh karena djems-djems itu tidak lazim dipergunakan di Negara kita sekarang ini.

75 r Bagian XI BEBERAPA ISTILAH DAN ARTINJA Chusus dalam asuransi kebakaran terdapat beberapa istilah jang tidak didjumpal dalam djerris asuransi lain. Kebanjakan dari istilah-istilah ini masih digunakan di Negara kita dalam bahasa aslinja, mungkin sebab belum terdapat terdjemahannja jang tepat. Jang dimaksudkan ialah : 1. own risk ( own retention ) dan limit ; 2. same risk ; 3. adjoining risks ; 4. closely adjacent risks. Sebelum diberi pendjelasan mengenai arti istilah-istilah ini, dapat dikatakan disini, bahwa disamping istilah-istilah ini tentu terdapat pula lain-lain istilah jang dipergunakan djuga dalam djenis asuransi ini, akan tetapi dirasa tidak perlu untuk disinggung disini lebih landjut. I. OWN RISK (OWN RETENTION) DAN LIM IT Untuk dapat, memberi pendjelasan selandjutnja, terlebih dahulu akan ditindjau arti kata risk atau risikc jang lazim dipergunakan sebagai terdjemahannja dalam Bahasa Indonesia. Kata risk atau risiko ini mengandung pengertian jang dalam dunia asuransi dipergunakan uniuk menentukan beberapa sifat atau keadaan. Kadang-kadang dengan istilah ini dimaksudkan sebuah benda jang mendjadi pokok pertanggungan, kadang-kadang pula dipergunakan kata risk itu untuk menentukan suatu pertanggungan atau kewadjiban pihak penanggung dan pihak jang ditanggung untuk mengasuransikan sebuah benda atau bäräng. Dalam hal kedua ini titik berät dari istilah risiko itu tidak diletakkan pada benda atau barang itu, tetapi pada djaminan jang berhubungan dengan benda atau barang'itu. Dengan perkataan lain, istilah ini dapat dipergunakan setjara konkrit ataupun abstrak. Mula-mula pengartian istilah ini dipergunakan dalam arti kata abstrak, jaitu dengan maksud menundjuk pada bahaja jang dapat menimpa barang atau benda jang dipertanggungkan itu, hal mana dapat didjumpai dalam pasal 624 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan jang antara lain mengatakan bahwa dalam pertanggungan rangka-kapal, bahaja mulai berlaku bagi pihak penanggung... Tetapi dalam kebiasaan bahasa kalangan asuransi lambat-laun istilah tersebut dipergunakan bukan sadja dalam arti kata semula, namun djuga dengan maksud untuk menentukan barang atau benda. Djadi boleh dikatakan bahwa istilah risiko itu bukan sadja berarti pertanggungan atau 67

76 beban jang diterima oleh pihak penanggung dan jang dinjatakan 'dengan sedjumlab uang, tetapi istildh risk itu djuga berarti barang atau benda jang dipertanggungkan. Dalam pada itu dapat dikatakan disini, bahwa sebenamja belum tepat, bilamana istilah risk diterdjemahkan dalam bahasa kita dengan kata bahaja, sebab menurut pendirian jang lazim dianut dalam dunia asuransi dinegeri Inggeris, kata risk itu menundjuk pada suatu ketidakpastian (uncertainty) terhadap suatu kerugian, sedang pengartian bahaja dilukiskan dengan istilah peril. Istilah own risk ( own retention ) jang biasanja diterdjemahkan dengan risiko atau pertanggungan sendiri berarti bagian dari djumlah pertanggungan jang oleh penanggung bersangkutan dianggap sebagai beban jang dapat ia tangpng sendiri, dengan arti kata bahwa djumlah jang melebihi kesanggupannja itu akan disalurkan olehnja kepada para reasuradirnja. Own risk atau own retention ini, dalam kelaziman ditandai dengan huruf OR sadja, adalah bagian jang terpenting bagi penanggung, sebab dari djum lah-djumlah ini dapatlah ia mengembangkan usahanja. Besar-ketjilnja OR ini bagi tiap-tiap penanggung adalah berlainan dan biasanja ditentukan oleh para pemimpin maskapai asuransi masing-masing, pada waktu mereka menetapkan akseptasi politik mereka, berhubung dengan kontrak-kontrak reasuransi jang akan diwudjudkan dengan para reasuradir. Dalam pada itu dapat dikatakan bahwa tiap-tiap maskapai asuransi jang ingin mendjalankan usahanja sebaik-baiknja tidak boleh tidak harus roempunjai djaminan disamping djaminan finansiil berupa uang tjadangan dan sebagainja dalam bentuk reasuransi; maskapai asuransi jang bekerdja tanpa reasuransi, tidak bidjaksana dan usahanja tidak la p bersifat djaminan scwadjarnja bagi para langganannja, tetapi sudah mirip dengan suatu usaha ^uh-taruhanjgamblmg). Sebagaimana telah diketahui, asuransi berdasarkan kepeftjaiaan, maskapai asuransi jang tidak menggunakan reasuransi tidak dapat menarik kepertjajaan dari pihak jang ditanggung dan sebenamja tidak dapat dianggap selaku seorang penanggung dalam arti kata sebena^ r U ^ ^ a ^ O R s ^ t u maskapai asuransi ditetapkan olehnja pendiri, pada waktu akseptasj poliuknja dirantjangkao. p o n ila h : dari, masing-masing djenis pertanggungan jang = 5 * =» - J -. r - r? 's J P S & r s } a L n ean tidak melebihi diumlah m -*»., U R bagi suatu pertangs! bahwa pada tiap-tiap aksenta«' a"g. dltentukan itu. Ini bukan tetapi tidak melebihi djumlali limi? nla h W* foteh ^ - m ukan dapat ^ 68

77 69 diperbesar atau dikurangkan, tetapi perubahan ini biasanja dapat diadakan pada saat maskapai asuransi tersebut akan melandjutkan atau merubah kontrak-kontrak reasuransinja. Hal perubahan limit itu sangat tergantung dari hasil-hasil usahanja, sehingga dapat dilihat bahwa maskapai asuransi jang bidjaksana mulai dengan limitnja jang agak rendah dan lambat-laun meluaskan batas akseptasi atau limitnja itu, setelah usahanja sud3h berkembang baik. 2. SAME RISK Dengan istilah ini dimaksudkan dua atau lebih pertanggungan jang oleh maskapai asuransi bersangkutan dapat dianggap selaku satu beban padanja, umpamanja pertanggungan mengenai sebuah rumah gedung dan pertang* gungan mengenai barang-barang dalam gedung itu, dengan tidak dihiraukan apakah kedua pertanggungan itu diadakan pada satu atau pada dua polis. Keadaan same risk djuga terdapat dalam lain-lain h a l; umpama pada sebuah rumah petak jang terdiri dari misalnja enam petak, terdapat dua atau tiga petak jang baramg-barangnja ditanggung pada satu maskapai asuransi. Dalam hal demikian oleh maskapai tadi, dua atau tiga pertanggungan itu dianggap same risk atau beban jang sama. Pendirian same risk ini didasarkan atas ketentuan bahwa bila terdjadi suatu kebakaran atau lain bahaja terhadap mana polis-polis tadi memberi djaminan, kedua-duanja (atau ketiga-tiganja) pertanggungan akan mengalami kerugian, walaupun dengan sendirinja tidak dapat dipastikan terlebih dahulu apakah kerugian pada polis jang satu akan sama atau lebih (atau kurang) daripada kerugian pada polis (atau polis-polis) lainnja. Dalam pada itu biasanja pendirian same risk ini digunakan dalam asuransi kebakaran terhadap: a. Oedung dan isin ja; b. Gedung-gedung (dan isinja) jang berdekatan atau berdampingan satu sama lain sedemikian rupa, hingga dapat dianggap gedung-gedung itu semua akan mengalami kerugian dalam hal kebakaran jang terdjadi pada salah satu gedung tadi. Biasanja dianggap dengan sub a ini, semua gedung atau barang jang berada dibawah pajon atau atap jang sama. Sudah terang bahwa keadaan jang dilukiskan, dibawah b tadi dapat berlainan, pada tiap-tiap penanggung sebab anggapan kemungkinan musnahnja beberapa gedung jang terletak berdekatan tidak dapat dikatakan dengan pasti atau tidak' terdapat sjarat-sjarat umum atau rumus-rumus untuk menetapkan dengan pasti bahwa dalam hal terdjadinja suatu kebakaran, gedung-gedung mana akan musnah oleh api itu. Hal apakah sebuah gedung harus dianggap selaku "same risk dengan gedung jang berdekatan, tergantung dari sjarat-sjarat jang ditetapkan masing-masing penanggung dalam akseptasi politiknja sendiri. Disamping itu dapat dimengerti bahwa bukan sadja hal terletaknja gedung-gedung satu terhadap jang lain akan mendjadi beban pertimbangan

78 dalam soal same risk ini, tetapi djuga hal konstruksi gedung-gedung te - sebut mendiadi suatu faktor penting, sebab gedung-gedung jang terdiri dari o a n jca;u atau mempunjai atap rumbiah, lebih mudah mendjalarkan api daripada gedung-gedung dari batu atau jang ditutup dengan genteng atau Seterusnja djuga ada perbedaan dalam penetapan same risk itu pada S ertanegungan terhadap bentjana alam, umpamanja terhadap gempa bumi, ^ebab suatu gempa bumi mungkin akan memusnahkan suatu daerah jang lebih luas daripada daerah jang mengalami kerusakan karena suatu kebakaran. 3. ADJOINEMG RISKS Istilah ini dipergunakan dalam hal beberapa pertanggungan mengenai dung-gedung (atau isinia) jang, walaupun rapat satu sama lain, tidak dapat dianggap same risk. Keadaan ini dapat didjumpai dalam pertanggungan-pertanggungan mengenai gedung atau barang toko didaerah perdagangan, dimana toko-toko d:dirikan bergandengan, tetapi dengan atap rumah sendiri-sendiri. J Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa dinding pemisah (scheidingsmuur) g berada diantara dua gedung demikian tidak boleh mempunjai lobang sebagai pintu atau djendela, dalam hal mana kedua gedung itu tidak dapat dianggap adjoining risk (risiko berdampingan,), tetapi harus dipandang sebagai same risk. 4. CLOSELY ADJACENT RISKS Istilah ini jang biasanja disalin dengan istilah risiko-risiko berdekatan, m e n u n d j u k pada pertanggungan mengenai dua atau lebih gedung jang letakn ja tidak bergandengan, tetapi masih demikian dekatnja satu terhadap jang lain, sehingga, walaupun tidak dapat dianggap same risk, namun tidak Ha0at dianggap sebagai risiko-risiko tersendiri dan dalam penetapan kesangioan P3X3 penanggung harus diperhatikan djuga. g H»1 closely adjacent risks dapat didjumpai, umpama kata pada dua aedung jang terletak tidak terlalu djauh satu sama lain, dan dalam dinding- JL ding sebelah-menjebelah tidak terdapat pintu atau djendela. (Bila dalam Hitiding'dindm'g sekelah; enjebelah terdapat pintu atau djendela, maka ii c a n ia gedung-gedung itu dianggap same risk ). Mcnge ai djarak antaj a kedua gedung itu tidak terdapat sjarat-sjarat. rtenw dan tergantung dari pandangan tiap-tiap penanggung atau dengan in ^-same nsk. Bag, penanggung kedua itu misalnia d i!? i?g L T d L h ms b h10 -J3 ZZSSJ» cio 70

79 Dimuka telah disinggung sepintas lalu bahwa keadaan same sisks, adjoining risks atau closely adjacent risks mempengaruhi penetapan kesanggupan, suatu maskapai asuransi. Untuk memberi ketcia.ngan, maka dipersilahkan tjontoh sebagai b erik u t: Oleh suatu maskapai asuransi telah didjalankan pertanggungan mengenai barang-barang toko, kepunjaan saudagar A, terletak disuatu djalan, nomor rumah 12. Pertanggungan ini adalah sebesar Rp , dalam djumlah maina oleh maskapai tadi ditahan untuk pertanggungannja sendiri (OR) Rp , (djumlah ini misalnja merupakan kesanggupan setinggi-tingginja (limit) dari maskapai tadi dalam pertanggungan serupa ini), sedangkan sisanja jaitu Rp , disalurkan kepada para reasuradimja. Bilamana selandjutnja oleh maskapai tadi diperolehnja djuga pertanggungan terhadap gedung toko jang terletak, misalnja pada djalan itu djuga, tetapi rumah nomor 14, kepunjaan B dengan djumlah pertanggungan Rp ,, sedang kedua rumah itu (nomor 12 dan 14) dianggap oleh maskapai tadi sebagai same risk, maka teranglah bahwa dengan pertanggungan jang baru ini, maskapai tadi telah rtiempunjai dua pertanggungan jang merupakan suatu beban sebesar Kp , (djumlah semua), sedangkah kesanggupannja adalah setinggi-tingginja hanja Rp ,. Teranglah bahwa penanggung tadi harus mengambil tindakan-tindakan seperlunja untuk : A. Menurunkan, djumlah OR-nja dalam pertanggungan A dengan sedjumlah sebesar risikonja sendiri dalam pertanggungan B, sehingga kedua djumlah OR bersama-sama itu merupakan djumlah kesanggupannja dalam risiko serupa ini, jaitu Rp , Umpama kata djumlah risiko sendiri dalam polis A diturunkan dari Rp , sampai Rp , dan bagian jang disalurkan kepada para reasuradimja ditambah dari Rp , mendjadi Rp ,. B. Dari polis B Rp ,-- dianggap sebagai risiko sendiri sedang kelebihannja, jaitu Rp , disalurkan kepada reasuradimja. Besar-ketjilnja djumlah OR dalam masing-masing polis biasanja dipengaruhi djuga oleh besar-ketjilnja djumlah pertanggungan masing-masing polis. Artinja, dalam tjontoh dimuka tadi dari polis B biasanja diambil sebagai risiko sendiri suatu djumlah jang lebih besar daripada OR pada polis A. Tetapi bukan sadja djumlah pertanggungan merupakan pengaruh dalam penetapan djumlah risiko sendiri bagi masing-masing polis, djuga pokok pertanggungan adalah biasanja diambil djumlah jang lebih tinggi sebagai OR sedang dari djumlah mengenai barang-barang dalam gedung itu, biasanja OR lebih kurang. Hal ini dapat dimengerti bila kita ingat bahwa dalam perbandingan kewadjiban penanggung atau beratnja risiko antara pertanggungan gedung dan pertanggungan barang-barang didalamnja, njatalah bahwa risiko terhadap sebuah gedung biasanja kurang berat daripada risiko terhadap barang-barang didalani gedung itu, sebab dalam hal kebakaran, barang-barang didalam gedung itu lebih mudah mengalami kerusakan, 71

80 bukan sadja dari api tetapi djuga dari air jang digunakan untuk memadam kebakaran itu. Djika dalam tjontoh jang diberikan dimuka tadi rumah (nomor 12 dan 14) menurut sjarat-sjarat maskapai asloransi jang mempertanggungkannja merupakan 2 (dua) closely adjacent risks, maka biasanja djumlah semua (total amount) jang dapat dianggap oleh maskapai itu sebagai OR-nja dari kedua p ertan g g u n g an itu lebih besar daripada OR jang berlaku bagi kedua pertanggungan itu dalam hal same risk, tetapi djumlah semua itu kurang daripada 2 X djumlah OR jang berlaku bagi masing-masing pertanggungan. Sebagai pendjelasan karru beri tjontoh sebagai berikut: Djika misalnja risiko A tadi, jang dipertanggungkan untuk Rp 2.000,000, adalah barang-barang toko dan oleh maskapai tadi limit jang berlaku bagi risiko demikian (toko) adalah Rp Q, OR, sedang bagi risiko B jang misalnja merupakan sebuah gudang dengan limit Rp , OR, maka dalam hal risiko A dan B merupakan dua adjoining risks atau closely adjacent nsks, oleh maskapai tadi OR bagi risiko A akan ditetapkan kurang daripada Rp , (umpamanja Rp , ) dan sebagai OR dari risilco B akan diambil sedjumlah jang kurang daripada ^ «h in a gd j 3 dua O R (Rp RP ,-.) adalah kurang daripada djumlah dua limit (Rp , + R p , ).. Dalam hal adanja lebih dari dua risiko jang harus dianggap adjoiningi? Kntu djui lah OR * * S - r h. Biasanja maskapai asuransi bertindak sebagai berikut d a b s 0 % d i i ad i u 2 a ta n d o S e ly a d ia o t r is k s. «am bil 6 0 % dari djumlah.semua OR ^ be 72

81 Bagian XII HARGA PERTANGGUNGAN Dalam beberapa bagian dimuka, telah disinggung disana-sini soal harga atau djumlah pertanggungan, jang walaupun dapat berlainan dari harga barang jang dipertanggungkan, sekali-kali tidak dapat diabaikan dan setidak-tidaknja harus dinjatakan dalam surat persetudjuan pertanggungan, jaitu polis. Demikian pula telah dibahas dalam Bagian V_ kesulitan-kesulitan, baik bagi jang ditanggung maupun penanggung, bilamana pada suatu peristiwa kebakaran terbukti bahwa djumlah pertanggungan tidak sama besar dengan harga barang jang dipertanggungkan. Bila terdjadi hal seperti dimaksudkan ini, djumlah pertanggungan akan tem jata: a. Lebih dari harga barang atau ' b. Kurang daripadamja. Dalam keadaan pertama, jaitu bila djumlah pertanggungan melebihi harga barang, keadaan ini dinamakan over-insurance atau pertanggungan liwat harga dan dalam hal kedua, keadaan tersebut diistilahkan sebagai underinsurance atau pertanggungan kurang harga. OVER-INSURANCE Dalam pasal 253 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan bagian pertama ditentukan bahwa pertanggungan jang melampaui nilai atau kepentingan jang sebenarnja hanja sah adanja sampai nilai atau kepentingan jang sebenarnja itu. Keadaan pada mana djumlah pertanggungan melebihi harga barang biasanja baru nampak bagi pihak penanggung, bilamana terdjadi kebakaran dan djuga baru pada waktu diadakan penilaian harga barang oleh ahli-ahli jang chusus ditugaskan olehnja untuk menilaikan harga barang pada saat-saat sebelum dan sesudah kebakaran terdjadi. Sebab bilamana iial itu telah diketahui oleh penanggung sebelum atau pada saat pertanggungan ini diselenggarakan, sudah tentu jang ditanggung akan diperhatikan olehnja mengenai soal ini, sebab keadaan demikian tidak digemari oleh penanggung. Apa sebabnja hal over-insurance tidak disukai oleh penanggung? Tidakkah ia menerima uang premi lebih dari semestinja? Benar, tetapi dalam hal ganti rugi mungkin timbul perselisihan dengan jang ditanggung sebagai akibat perasaan kurang puas, terlebih lagi bila terdjadi suatu total loss atau kemusnahan barang jang dipertanggungkan itu seluruhnja, sebab dalam hal ini jang ditanggung tidak terima ganti rugi sebesar djumlah pertanggungan tetapi hanja sebesar djumlah harga barang jang musfiah itu. Searang penanggung jang pada permulaan pertanggungan telah mengeta- 73

82 hui bahwa djumlah pertanggungan melebihi djumlah harga barang, tidak hidiaksana bila ia toh mengeluarkan polisnja dengan djumlah pertanggungan iane lebih besar itu, ketjuali djika jang ditanggung,-setelah diperhatikannja noenai kem uhgkinan-kemuingkinan buruk jang terkandung dalam overinsurance ini, tetap menghendaki djumlah pertanggungan jang lebih itu disebut dalam polisnja. ^ Hal-hal jang buruk bagi pihak jang ditanggung pada suatu overinsurance adalah: 1 uang premi jang dibajar olehnja sebenamja terlalu b an jak; 2 dalam hal terdjadinja suatu total loss, ia tidak dapat ganti rugi jang diharapkan olehnja. Sebagai' tjontoh, misalnja seorang mempertanggungkan rumah tinggalnja pada sebuah polis terbuka dengan djumlah pertanggungan sebesar R p , dengan premi, 5. 0/ 00 setahun. Djika terdjadi kebakaran jang memusnahkan seluruh rumahnja dan oleh para ahli jang diberi tugas untuk menilai harga jang berlaku pada, rumah tersebut sebelum kebakaran itu, ditetapkan bahwa harga itu adalah Rp ,, maka jang ditanggung hanja berhak menerima ganti rugi sebesar Rp , sadja. pisamping itu, ia djuga dirugikan dalam pembajaran premi jang telah dilakukannja, sebab djika pertanggungan'ini dari semula telah didjalankan untuk djumlah sebesar Rp ,, maka oleh jang ditanggung hanja dibajar uang premi sebesar Rp- 500, sadja, sedang pada pertanggungan jang ditutup olehnja dengan djumlah pertanggungan sebesar Rp , itu, ia telah mengeluarkan uang premi berdjumlah R p 750,. S e p e r t i telah dikatakan dimuka tadi, hal over-insurance djuga mengandung sesuatu jang t uruk bagi pihak penanggung, jaitu bahwa segala kerugian jang tidak bersifat total -loss harus diganti oleh penanggung sepenuhnja. Mungkin kata, segala dalam kalimat dimuka ini akan menimbelkan sangkaan bahwa dapatlah terdjadi' lebih dari satu kerugian jang tidak bersifat total loss sehingga tiap-tiap kerugian itu diganti penuh oleh penanggung- Persangkaan mi kurang tepat, sebab bila dalam praktek ternjata barang JanS dipert-inggungkan itu mempunjai harga jang kurang dari djumlah pertanggungan, kepmtjangan ini dengan sendirinja diperbaiki oleh penanggung, seb*b, 1! la ^nis-menerus akan menghadapi peristiwa dejni- kian lag1 dalam d]angka waktu pertanggungan ini masih berlaku. gahw asanja hal over-insurance hanja dapat terdjadi satu kali pada mana dipergunakan angka-angka dari tjontoh d6ngan dimuka tj0ntoh tadi herikutnja, pada ^ndai kata pa a ruma jang diasuransikan dengan suatu polis terbuka «W - ' ' S. S r f i * d\ i?*tu kerugian jang tidak Wem "kan djumlah kerugiaif T L i S r '"g8u"ehan >*". maka untuk penetap & ^ h P ra ahli mengadakan penilaian harga jang bj nl itu penilaian harga dari ^ kei)akaran tadi dan l l S E S - a J U,g Udak mengalanii kerusakan 74

83 Djika dalam tjontoh tadi, ternjata bahwa harga rumah itu pada saat terdjadi kebakaran adalah sebesar Rp , sedang harga sisa berdjumiah Rp ,, berartilah bahwa ganti rugi jang diberikan kepada jang ditanggung berdjumiah Rp ,. Tetapi berdasarkan peraturan dalam polis bahwa setelah terdjadi suatu kerugian terhadap barang jang dipertanggungkan itu, djumlah pertanggyngan harus dikurangi dengan djumlah ganti rugi itu, biasanja pihak penanggung akan mempergunakan kesempatan ini untuk memperbaiki satu dan lain, jaitu dengan menijrunkan harga pertanggungan sampai Rp , sebab djumlah ini menundjukkan harga sisa dari rumah jang sudah mengalami kerusakan tadi, djadi djumlah pertanggungan tidak dikurangi sampai Rp , (Rp , / Rp ). Sudah tentu tidak ada keberatan bilamana jang ditanggung menghendaki penambahan djumlah pertanggungan lagi setelah rumahnja diperbaiki pula, tetapi djumlah pertanggungan jang ditambah demikian, terbatas pada harga rumah, jaitu Rp ,, ketjuali bila oleh jang ditanggung dapat dibuktikan bahwa perbaikan rumahnja memakai djumlah jang melebihi djumlah ganti rugi tadi dan bahwa harga rumahnja sekarang adalah lebih tinggi dari Rp ,. Biasanja dalam hal terachir ini, penanggung hanja bersedia mempertinggi djumlah pertanggungan tersebut, bilamana harga rumah jang baru itu dibuktikan dengan suatu laporan penilaian dari seorang ahli penilaian. Perlu dikatakan disini bahwa bila hal ini terdjadi, maka polis bersangkutan, jang semulanja bersifat open policy, dengan demikian mendjadi polis jang' bersifat valued policy. Suatu djenis over-insurance terdapat djuga pada apa jang dalam dunia asuransi lazim dikenal dengan nama double insurance atau pertanggungan rangkap, meskipun diantara kedua paham tadi ada sedikit perbedaan. Dalam hal over-insurance pertanggungan bersangkutan diadakan, dapat terdjadi pada satu ^polis sadja, walaupun, pertanggungan ini dapat didjalankan oleh lebih dari satu penanggung, tetapi dalam hal double-insurance tidak mungkin pertanggungan itu dilakukan dengan satu polis sadja, tetapi dengan dua polis atau lebih, jang dikeluarkan oleh pelbagai penanggung. Satu sifat lagi dari pertanggungan rangkap adalah bahwa pokok pertanggungan harus sama dengan pertanggungan tersebut dalam polis pertama, dan seterusnja bahwa djumlah pertanggungan adalah sama (atau lebih) dengan djumlah pertanggungan polis pertama itu. Bila djumlah semua dari kedua polis tadi melebihi harga barang jang dipertanggungkan, dapat terdjadi over-insurance, jang beralih pada double insurance, djika djumlah seluruhnja dari pertanggungan-pertanggungan itu sedikit-dikitnja dua kali harga barang tersebut. UNDER-INSURATNCE ATAU. PERTANGGUNGAN JANG TIDAK PENUH NILA1NJA Keadaan ini diatur dalam bagian kedua dari pasal 253 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan jang mengatakan : Djika barang dipertanggungkan tidak sepenuh nilainja, maka djika i 75

84 terdjadi kerugian penanggung hamja bertanggung diawab sesuai detim n tanggungkan. wa <w,ra d ^ tid a k dipertanggungkan,. Bila dalam polis perian?^ tefhadai> ba^ an j 8 diasuransikan itu disebut satu d e m f^ tn w» ^?gan baning-barang jang maka aturan ini tidak membawa kesulc» n^a ^anja masing-masing, kerugian terhadap barang ja g T. P? T? ' ^» a lerdjad jang ditanggung tidak m e m S ^ «* Tetapi djika barang-barang jang dinert* t J 1 mmta Santi ru8idalam polis atau dalam hal terdjadinia k e r i!? ^ JtU tidak diperintjikan sebenamja dari tiap-tiap barang adajah Jata bahwa harga-harga dalam perintjian tadi, demikian djuea dalam u harga' harga jang disebut atau rumah jang harganja terbukti adab,,h iil u k pertan8gungan atas gedung tanggungan- disebut dalam polis maka daripada djumlah perkaran, djika aturan ini akan diinternretir «2 tunbul rupa- pa kesudiletakkan pada kata bagian" dalam L r T,?a hin& a titik beratoja kata barang dipertanggungkan untuk r V S S WL Sebab dj^ a umpama njata bahwa harga sebenamja adalah Rn Sedan2 kemudian teratau bagaimana harus ditentukan baeian m-m, den8an djalan mana jang tidak dipertanggungkan dari barane ini pertanb8ungkan dan Untuk menghindari kesukaran dlata«i dalam hai ini dianggap bahwa b a r a n j ' j 1 tebiasaan asuransi djumlah jatfg tidak sesuai harga ja. si keseim bangan jang berada ^ i,, k suatu beratnja diletakkan pada ho-gaborung. ' m ' h dm m lah Pendirian ini didasarkan pu]a t dapat dipertanggungkan pada h k kebiasaan bahwa bar«* u ^ menanggung sebagian dari harga u.,erapa P^^ggung, jane mn 3 8U djonllah dari pertangg^g*,atau benda t e s a S 8? ^ 8. a barang atau benda itu t < ^n8an semua itu tidak m i ' l a S: S a g a a n ).B e rd a s a rk a n j Z i U T ' W tab f? " jang ditanggung d,anggap sebagai S ' hal ' nd«h nsura n L! S harea barang jang melebihi hanfa J «? -o ran g penanggunff T.. T S o k m e m b eri p e n d je to a n ^ " «SUngan. * d *n d' m la h Misalnja sebuah gedung dipertan,* J ntoh sebagai berikut. Hflhulu) untuk Rp , se< ^ 8 ^tanpa sjarat i a bahwa harga gedung itu seben p8da waktu terdiafl- u818" ter tiap keru«ian ^ n ja s e " arilf Rp ,!! 100/ 125 dari harga kerugian 3 adja akan diganti n?v arti bahwa Jalt sebagai penanggung send " 8 ^an8 ditanggunp Penanggung, S b a n k a «dengan 25/ ^ 5^ ^ ^ ^ d^miah R p keduduk Dim uka ini diberi tjontoh b e rd a sa rf erugian tadi. 2 ^ 0 0, akan Z^h /iahulu. Bagaimana keiid* kan suatu polis tar, pada P lis jang mempunjai siarat i n f f biia terdapat h a l^ u^ arat penilaian P 7 6

85 Walaupun hal demikian tidak mudah terdjadi sebabnja akan diterangkan kelak keadaan tersebut akan merugikan pihak jang ditanggung sendiri. Sebab bila temjata bahwa penilaian jang mendjadi dasar penetapan djumlah pertanggungan pada saat tertjapainja asuransi ini, tidak benar adanja, maka mungkin sekali pihak penanggung dapat menolak tuntutan ganti rugi beralasan pasal 251 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan dalam mana ditentukan bahwa semua pemberitahuan jang salah atau tidak benar membatalkan pertanggungan, bersangkutan. Tetapi bila penanggung insaf bahwa hal under-insurance tadi tidak dilakukan oleh jang ditanggung dengan itikad djahat (kwade trouw) dapatlah ia mengganti kerugian ini. Walaupun begitu, dalam penetapan djumlah kerugian harus diperhatikan bahwa jang ditanggung akan dibebankan dengan sebagian dari kerugian tadi. Bahwasanja hal demikian mungkin terdjadi dapat diterangkan dengan tjontoh berikut: Misalnja pada tanggal 1 Djanuari 1959 diadakan oleh seseorang suatu pertanggungan bersjarat valued policy terhadap rumahnja jang menurut penilaian oleh seorang ahli pada saat itu berharga Rp ,, polis mana pada tanggal dilandjutkan lagi untuk djangka waktu satu tahun tanpa perubahan apa-apa. Pada tanggal terdjadi kebakaran jang memusnahkan sebagian dari rumah tinggalnja itu. Djika kerugian tersebut dapat dinilaikan dalam persentasi, maka tak ada kesukaran bagi penanggung, sebab ia hanja mengganti sedjumlah, selaras dengan persentasi itu dari djumlah pertanggungan, jang oleh sjarat bersangkutan harus dipakai sebagai harga barang pada waktu belum tcrdjadinja kebakaran. Tetapi bila tidak mungkin kerugian dinilaikan dalam persentasi, sudah tentu harus diambil djalan biasa, jaitu dengan menilai barang sisa. Sekiranja harga barang sisa itu dibawah djumlah Rp , tadi, maka ini djuga tidak memusingkan penanggung. Paling banjak jang ditanggunglah jang dihadapkan dengan djumlah ganti rugi jang tidak mentjukupi biaja pembetulan. Tetapi dalam hal harga barang sisa dinilaikan pada suatu harga jang melebihi djumlah valued policy tadi, misalnja harga barang sisa dinilaikan dengan Rp ,, timbullah kesukaran bagi kedua belah pihak. Bahwasanja hal ini tidak mustahil, dapat dimengerti djika diingat bahwa pada tahun-tahun belakangan ini harga barang meningkat dengan tjepat sekali. Dalam hal penilaian sisa-sisa adalah lebih besar dari djumlah pertanggungan, belum dapat ditarik kesimpulan adanja suatu under-insurance". Apakah kesimpulan ini benar atau tidak baru dapat ditentukan bila harga barang sisa dinilaikan lagi (revalued) pada harga barang jang berlaku pada saat asuransi dimulai, dalam tjontoh ini pada tanggal ( Djika dari revaluasi ini ternjata, bahwa harga barang sisa pada saat itu misalnja Rp , njatalah bahwa benar ada suatu under-insurance, sehingga jang ditanggung menerima ganti rugi sebesar 10/12 dari djumlah 77

86 kerugian itu. Tetapi berapa besamja djumlah kerugian itu? Untuk mengetahui hal ini harus dilakukan revaluasi djuga dari rumah itu dalam keadaan sebelum terdjadinja kerugian itu. Kalau umpamanja temjata bahwa dengan penilaian baru ini, rumah itu pada saat sedetik sebelum terdjadi kerugian berharga Rp ,, berartilah hal ini bahwa kerugian jang diderita itu adalah sebesar Rp ,. Djumlah ini harus direvaluasikan lagi pada harga jang berlaku pada tanggal 1 Djanuari 1959, jaitu pada tanggal mulai berlakunja pertanggungan ini. Umpama kata penilaian. kembali atau revaluasi dari djumlah terachir menghasilkan djumlah Rp ,, maka jang ditanggung akan mendapat ganti rugi sebesar 10/12 dari djumlah Rp , itu. T e r a n g l a h bahwa bagi jang ditanggung djumlah ini tidak dapat menutup biaja pembetulan jang harus dikeluarkan olehnja. Timbullah pertanjaan: Dimana terdapat pokok kesulitan atau kesalahan dalam hal tersebut? Dan tindakan apa harus diambil untuk mentjegah kekurangan itu? Sebenam ja kesukaran itu timbul dari fluktuasi atau kegontjangan dalam harga barang. Apakah kegontjangan itu merupakan akibat dari keadaan ekonom i atau karena sebab-sebab lain, tidak mendjadi soal; jang terang ialah bahwa kegontjangan itu mengadakan suasana dalam mana harga penilaian terlebih dahulu terbukti tidak mentjukupi kebutuhan jang ditanggung- jojustru karena itu dalam zaman demikian, para penanggung akan memperhatikan langganan mereka pada saat pertanggungan harus dilandiutkan supaja harga penilaian ditindjau kembali untuk mendjaga djangan sampai peristiwa-peristiwa seperti dilukiskan tadi dapat terdjadi. Sudah tentu tindakan serupa ini dari pihak penanggung mungkin belum tiukup u 11* nienig^,ndarican segala kemungkinan buruk jang senantiasa mengantjam selama djangka waktu antara dua tanggal pelandjutan asuransi (renewal dates), tetapi jang ditanggung sendiri dapat sewaktu-waktu mengambil tindakan seperlunja untuk menjesuaikan djumlah pertanggungan dengan keadaan. Sampai dimana kesanggupan jang ditanggung untuk -nengawasi keadaan dan bertindak semestinja, tak dapat dikatakan disini, terlebih bila dlinf f t bahwa walaupun dalam teori kemungkinan ini selalu rtada bagi jang ditanggung, dalam praktek temjata bahwa hanja sedikit s^dja antara Jang ditanggung bertindak demikian. 78

87 Menurut peraturan tertjantum dalam Aturan Bea Meterai 1921, jang dirubah dengan peraturan dalam Staatsblad 1949 No 251 ajat 61, maka tiap-tiap polis kebakaran, dan pula lampiran-lampiran mengenai pembaharuan pertanggungan kebakaran ataupun lampiran mengenai perpandjangan djangka waktu pertanggungan harus dikenakan bea meterai, k etju ali; 1. pertanggungan kembali atau reasuransi jang diselenggarakan oleh pihak penanggung; 2. asuransi pembongkaran atau kebakaran terhadap efek-efek, uang atau kertas berharga sepandjang benda-benda itu tersimpan dalam almari besi (brandkast) atau kasanat (kluis). Adalah terang bahwa polis reasuransi dibebaskan dari bea meterai sebab suatu polis reasuransi sebenamja adalah bagian dari pertanggungan jang mendjadi persetudjuan ini dengan sendirinja sudah dikenakan bea meterai semestinja, sehingga berdasar atas pendirian pemerintah bahwa tidak mungkin diadakan bea berlipat-ganda polis reasuransi itu diketjualikan. Apa sebabnja asuransi pembongkaran atau asuransi kebakaran terhadap efek-efek dan sebagainja jang tertimbun dalam almari besi atau kesanat itu, dibebaskan dari meterai, tidak dapat kami terangkan. Bea meterai itu bagi tiap-tiap djumlah pertanggungan adalah sebesar Rp 1.000, (seribu rupiah) dengan memperhatikan aturan-aturan sebagai berikut: A. Rp 0,005 (setengah sen) bila pertanggungan itu dilakukan untuk djangka waktu paling lama 1 (satu) bulan; B. Rp 0,03 (tiga sen) untuk pertanggungan jang akan berlaku lebih dari satu bulan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan; C. R p 0,05 (lima sen) bila djangka waktu pertanggungan adalah lebih dari enam bulan, tetapi tidak lebih dari satu tahun; D. Rp 0,10 (sepuluh sen) bila djangka waktu itu adalah lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua ta h u n; E. R p 0,15 (limabelas sen) bila djangka waktu itu adalah lebih dari dua tahun, atau untuk suatu djangka waktu tidak tertentu. Bea meterai ini jang sekurang-kurangnja harus berdjumlah Rp 1, (satu rupiah) meningkat dengan Rp 0,25 (duapuluhlima sen) sampai Rp 5, (lima rupiah) dan seterusnja rtieningkat dengan Rp 0,50 Oimapuluh sen). Dalam hal pertanggungan jang meliputi beberapa djenis umpama dalam hal polis kontrak jang diselenggarakan untuk menanggung pengangkutan bahan-bahan hasil bumi dan bahaja kebakaran (polis panen), bea meterai tertinggi harus dibajar. Bagi pertanggungan kebakaran jang diadakan atas sjarat-sjarat dari polis i Bagian X III BEA METERAI

88 maksimum, polis terbuka (open policy), polis dengan perhitungan kembali (adjustable policy), maka polis-polis tersebut dikenakan bea meterai tetap r ~ k rupiah) ser+a Perhitungan premi jang dilakukan kelak dibebankan dengan bea meterai menurut peratuan dimuka, jaitu Rp 0,05 f ^ n ) untukjtiap-tiap Rp looo, - (seribu rupiah), dengan sekuraig- STS*?»: rup,ah); <Batiadi gabagianx Polis duplikat atau salinan-salinan lain dari polis jang harus digunakan setjara sah dibebankan dengan bea meterai sebesar Rp f ^ (satu r S h ) akan tetapi hanja bila polis aslinia trtah i j 1 rupianj, semestinja. Dalam hal demikian pada polis duplikat"ataut r bea.m' rai dibubuhi keterangan j, g berbunjt Seba ib erik u* Bea meterai telah dilunasi seme,tinja pada polis ask Sertipikat-sertipikat asuransi dari nara dilal penutupan (sluitnota s atau i m i i l ( keiar) dan surat-surat tetap sebesar Rp 0,15 (limabelas sen) sekirang d I E r dikenakan bea sebesar Rp 1, (satu rupiah) akan te S dianeka waktii 6 bulan setelah' nprt? bea metera' tetap dengan ketentuan bahwa dalam maka surat-surat sertipikat dan sebtffaln"^, a gkutan diselenggarakan polis jang memakai bea meter set S a di8ami ^ ^ Peraturan ini rupa-rupanja meniimr«. i ajat 260 Kitab Undang-undang Hukum p peraturan tertjantum dalam bila asuransi dilakukan d e n g a n Pernmgaan 'ang menentukan bahwa sangkutan, harus; disampaikan E * " T * da,al Makelar) polis ber- 8 hari setelah persetudjuan itu tercapai"16 Itanggung dalam djangka waktu Periu diminta perhatian bahwa Hoi-L dimuka tadi, jaitu baik dalam Lembaran Peraturan-Peraturan. disinggung Kitab Undang-undang Hukum Pernis«mauPun peraturan dalam tanggai tertjapainja persetudjuan 1 berat diletakkan pada an (covem ote) dikeluarkan. ^ 1 u^an tanggal surat penutup- Disamping bea meterai maka sedi k t oenutupan asuransi kebakaran dan dieni«1 Djanuari 1960, segala nja dibebankan pula dengan persen, dari djumlah premi. padjak npnh eniis u *ang tergolong dalam-- PadJak P ^ a l a n berupa jo % (sepuluh Sampai kini djasa-djasa jang diberi r>i«h raxnai tidak dibebankan dengan padjak pendtuafj1^ 8 11" kepada chalajak- D en gan adanja padjak in; ^1 J Pe" djualan mi. pihak jang ditanggung, sebab p a d U ^ J i i a t r f memb«atkan beban L n an g g u "S ^ P ad SSanannja, LrarHlah dip«hitungkan oleh - pekerdjaau ««usahanj,, te^ a.ba! ',Pf" a"s8ung penambahan U * P m' mula' bertl ta dan ter biht "H 1»"S pertama pada jum lah pertanggungan mendapat ^ ' h ^ da a h ^ ^ rahgad., uambahan atau pengu- Sebag31 " «g e n a i Maj jni> kamj ^ A n d a i kata pada!anggal ka" «oh sebagai A ' 80 d,," P"ia * * salah suatu mas-

89 kapai asuransi pertanggungan kebakaran sebesar Rp , untuk djangka waktu Pada saat polis bersangkutan dibuat, jang ditanggung tidak dibebankan dengan padjak pendjualan ini, meskipun polis ini oleh salah suatu sebab baru dikeluarkan setelah 1 Djanuari B. Pada tanggal djumlah polis ini ditambah dengan Rp , maka tambahan premi jang harus dibajar oleh jang ditanggung ditambah pula dengan 10 % padjak pendjualan. C. Pada tanggal diadakan pengurangan djumlah pertanggungan tadi dengan Rp , sehingga djumlah pertanggungan mendjadi Rp ,. Pengurangan Rp , dianggap sebagai bagian dari Rp , jang mula-mula tidak dikenakan padjak ini, djuga dibebaskan dari padjak pendjualan. Pengembalian premi tidak termasuk pengembalian padjak pendjualan. D. Djika umpama kata pada tanggal djumlah pertanggungan sekali lagi dikurangi dengan sedjumlah jang melebihi Rp , (Rp , djumlah semula dipotong Rp , djumlah pengurangan pertama, kalinja), maka pengembalian padjak pendjualan dapat diperhitungkan dari djumlah jang melebihi Rp , itu. Djadi dalam tjontah ini, djika pengurangan jang pada 15 Agustus 1960 dikehendaki oleh jang ditanggung adalah sebesar Rp ,, maka padjak pendjualan jang dikembalikan itu hanja diperhitungkan dari premi jang dibajar kembali mengenai djumlah pertanggungan Rp ,. Pertanggungan-pertanggungan baru jang mulai berlaku sesudah tanggal 1 Djanuari 1960 dengan sendirinja tidak menemui kesulitan-kesulitan ini, sebab setiap penambahan atau pengurangan dikenakan padjak pendjualan atau pengembalian padjak pendjualan tadi. Hal demikian berlaku djuga bagi pembaharuan pertanggungan atau perpandjangan djangka waktu jang mulai berdjalan sesudah tanggal 1 Djanuari 1960.

90 Bagian XIV TJ ARA MELAKSANAKAN GANTI RUGI (CLAIM) ; atau diaminan dilakukan oleh pihak jang ditanggung chusus dengan A suransiaw u djam ^ s ^ suatu hal jang tidak diharapkan " T i r i (kebakaran atau lain-lain peristiwa) ia dirugikan, dengan arti kata 5 hila terdjadi suatu peristiwa terhadap mana ia telah menutup as b ^ a k a barang-barang atau gedung jang rusak atau musnah, oleh dapat diganti atau diperbaiki dengaaa. uang ganti rugi jang ia j J oihak penanggung. V rsoalan. ini dapat ditindjau dari dua sudut, jaitu : dari sudut jang ditanggung; 2 dari sudut penanggung. TINDJAUAN DARI SUDUT JANG DITANGGUNG ut pasal 1865 Kitab Undang-undang Hukum sipil, setiap orang jang ^ ^ a n g g a p niempunjai suatu hak atau tuntutan harus membuktikan haknja nieng berartj bahwa dalam hal terdjadinja suatu kebakaran atau lain perishaknja untuk mendapat ganti rugi bersangkutan, jaitu harus dibuktikan olehfl^^ng barang jang dirusakkan itu benar-benar ditanggung oleh sebuah a' polis jang masih berlaku ; baraflg-barans ian rusak itu benar-benar miliknja atau ia mempunjai kepentingan terhadapnja; bahwa peristiwa tadi tidak lerdjadi karena kesalahannja sendiri atau C- oleh lain-lain sebab jang diketjualikan oleh peraturan dari polis p ertangguh11 tadi; diutnlah gan.tr rugi jang dituntut olehnja harus berdasarkan alat-alat d ' bukti setiukupnja. jmgfgng-barang jang dirreakkan itu benar-benar d ita n g g u n g oleh sebuah A- fa jang masih berlaku. pa5al 258 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan adanja suatu ^ 6 tudjuan pertanggungan harus dibuktikan dengan suatu bukti tertulis, P f ^ l i s atau lain dokumen dalam, mana dinjatakan bahwa persetudjuan jaitu igguogan itu telah dilaksanakan antara kedua belah pihak jaitu pihak periang* dan pihak jang ditanggung. Pe aitam hal terdjadinja suatu kebakaran setelah polis bersangkutan berada tangan -*an?, dltailsgung> m aka bukti jang dim aksudkan itu m u dah da! a u dapat tetapi biiamana belum dikeluarkan/dibuat st'k»'1 ^s, tidak mustahil bahwa jang ditanggung akan mengalami kesu- 82

91 litan dalam mendjalankan kehendaknja untuk membuktikan adanja pertanggungan itu. Kadang-kadang pihak jang ditanggung menundjuk kepada surat permohonan untuk menutup asuransi (aanvraag-formulier) dan mengadjukan alasan bahwa ia merasa' telah mengadakan persetudjuan ini setelah surat permohonan itu diisi, ditandatangani dan dikirim olehnja kepada penanggung. Djustru untuk mentjegah salah paham ini, biasanja oleh pihak penanggung dalam naskah surat permohonan jang disusun oleh mereka, pada bagian terachir, disebutkan suatu kalimat jang menjatakan bahwa asuransi jang diadjukan dengan bentuk surat permohonan ini, belum dapat dianggap telah terwudjud, sebelum dari pihak penanggung diberitahukan setjara tertulis kepada jang ditanggung bahwa permohonannja diterima oleh penanggung. Oleh karena dalam praktek sering terdjadi bahwa penanggung belum dapat mengeluarkan polis bersangkutan dengan persetudjuan pertanggungan jang tertjapai itu dengan segera, mungkin berhubung dengan rupa-rupa sebab, maka biasanja dalam hal demikian maskapai asuransi memberitahukan kesanggupannja untuk memberi djaminan jang diinginkan itu dengan seputjuk surat keterangan. Surat keterangan ini dari maskapai asuransi berbentuk nota jang telah ditjetak terlebih dahulu, dan hanja harus diisi menurut keperluan. Nota ini dinamakan berita penutupan asuransi atau dengan istilah asing covernote. Perlu diperhatikan disini bahwa nota ini menurut undang-undang dalam Perundangan Bea Meterai harus ditandatangani melalui meterai tempel satu rupiah. Sudah tentu; berita kepada jang ditanggung mengenai terwudjudnja persetudjuan ini djuga dapat dilaksanakan dengan seputjuk surat biasa, tetapi penandatanganan surat biasa itu djuga harus dilakukan melalui meterai tempel Rp 1,. B. Barang-barang jang rusak itu benar-benar mijiknja atau ia mempunjal kepentingan terhadapnja. Bukti kedua, jaitu bukti mengenai hak milik atau hak kepentingannja harus dilakukan dengan diperlihatkannja bukti-bukti seperlunja, umpama dalam hal asuransi terhadap barang-barang dagang dalam toko ia harus menundjuk buku-bukunja (stoekbook dan sebagainja), faktir-faktir dan lain-lain surat keterangan jang mungkin dapat dipergunakan olehnja untuk maksud ini. Dalam hal kebakaran mengenai sebuah gedung, perlulah surat milik atau sebagainja diperlihatkan olehnja. Tidak dapat dihiraukan disini, bahwa tidak selamanja pemberian bukti adalah begitu mudah. Kami antara lain ingat pada kerugian jang umpama kata memusnahkan barang-barang dagang dalam toko dan segala buku-buku tata usaha jang ditanggung atau dalam hal kebakaran terhadap alat-alat rumah-tangga jang dipertanggungkan ; sebab dalam tjontoh jang pertama pihak jang ditanggung harus mentjari bukti dari para langganannja jang mendjual barang-barang tadi kepadanja, dan disamping itu, harus dibuktikan olehnja bahwa sebagian dari barang-barang tadi telah didjual dan pada waktu terdjadi kebakaran tidak lagi berada dalam gedungnja. Dapat dimengerti 83

92 disini, bshwn. boleh dikatalran u.»u** barang-barang tidak mungkin atau setidak^dakniat rdjua,nja sebagian dari hal kemusnahan alat-alat rumah-tangga bari t a n i $UUt' Djuga dalam mudah untuk memberi bukti mengenai ada n i» i dltanggung biasanja tidak pada waktu terdjadinja kebakaran alat-alat rumah-tangga tadi Segala-gala ini berarti bahwa dari n h v sikap jang pantas dan jang tidak terlafo diha^ p k a n suatu bersedia untuk memperlihatkan sikao dem it B,asanJa pihak penanggung ternjata atau ada sangkaan terhadap m a k s t d l ^ f bijamana bagini a C. Peristiwa tadi tidak terdjadi i,,. Djika persoalan ini dipandang Jebih /, a,ahan Sendir>ditanggung untuk memberi bukti dari v f '" «" )» agak su i[ b ;. n,a maksud peraturan ini iajah bahwa T i k a S 8 "d k 'erdi <ii- S e U a r ' pihak penanggung soal ganti mm w., -1 dalam instansi, jang merusakkan barang atau benda f ber^ asarkan alasan bahwa peristiwa dari perbuatan jang ditanggun» r g dlpertanggunekan ^ i u, -u stichting) atau oleh,alah S t u kata Pemb^ a grann^ hahi ak'bf polis (umpama kata peristiwa DPr ^ diketjua,i^ n dengan T " J T kewadjiban jang terkandung dalam n 8 8tau ketusuban), barulah*^ 1 t gung dibebankan dengan beban fpe/ aturan lni- p*da saat itu i-, be^,aku kepada wasit atau hakim bersahsknt ^ (bevvijslast) untuk m i tl"5' benar atau tidak pada tempa f <»1"«. alasan pihak * ' T i membuktikan bahwa k e r ^ a?,dak -"empunjai d i w ti* k hubungan langsung atau tidak la n J! dlperla"igungkan tidak adalah mudah sekali dalam W a f c " * d'" 8 soal keterangan dari pihak jang b e n v l S * a'au ama"- b a b 8d»n sudah dapat diberikan bukti ' sa,"ia kepala kc J S "T ' ', asuransi tidak akan menelak sratu ka" etapi biasanij d: Se, pa0 waktu damai atau aman. cla,m dengan alasa d j? a Hal ini baru berlaku bilamana r K " barang'baran,ang dipertanggunekan u nja huru-hara <\\a ntristiwa jang mengakibatkan k e h J erada- ^n tu k tnem hl dimana n/iiri adalah lebih sulit dan Seh- an t'dak terdiadi t bukt bahwa dengan alasan baik terhadap a la s, ^ j» W -b u k ti i i* " ' kesalahannja J "g d,kemukakan oleh il,antangan Sudah barang tentu alasan dari h P penang- Kewadjiban mipun akan memberi t fconkrit dan * dalani hal terdjadinja suatu kebl Uran ba«i jane- h- harang'harang d,.da,am gedung itu, d ^ ' 3^ me sakkai ggung' misa, na hum'- 0131(3 Ia harus membui-1-?5',an Pu*a waktu t, gedungnja atau fangkut-p3 ' Jengan gempa bumi tadj' an bahwa ^ b a k a r a ^ 1 ada,ah 8*

93 D. Djumlah gantt-rugi jang dituntut olehnja harus berdasarkan alat-alat bukti setjukupnja. Dengan ajat ini dimaksudkan bahwa pihak jang ditanggung harus membuktikan : I. djumlah harga bi'rang-barang atau gedungnja sebelum tcrdjadi kebakaran ; II. djumlah harga barang-barang sisa. Dari selisih antara dua djumlah ini dapat ditetapkan besarnja djumlah ganti rugi jang dituntut. Terang adalah kepentingan pihak jang ditanggung bahwa sedapat mungkin penaksiran dilakukan oleh seorang ahli jang akan bertindak atas namanja dan untuk kepentirigannja agar supaja tuntutannja dengan lantjar dapat diselesaikan. T1NDJAUAN DARI SUDUT PENANGGUNG Sebagaimana pihak jang ditanggung mempunjai kewadjiban untuk memberi bukti-bukti jang diperlukan, begitu pula ada beberapa tindakan jaitg akan diambil oleh penanggung dalam hal diadjukan padanja suatu tuntutan ganti rugi. Tindakan-tindakan ini ialah : A. Tindjauan apakah polis bersangkutan masih berlaku. B. Apakah jang ditanggung benar-benar mempunjai hak milik atau kepentingan terhadap barang-barang jang dimusnahkan atau dirusakkan karena kebakaran tadi. C. Apakah kebakaran tersebut mungkin terdjadi karena kesalahan jang ditanggung sendiri atau karena lain sebab jang diketjualikan oleh polis. D. Apakah djumlah ganti rugi jang dituntut adalah sewadjar. F. Dalam hal segala keterangan'dianggap tjukup olehnja, haruslah dilakukan pembajaran djumlatfi ganti rugi. F. Polis bersangkutan ditarik kembali (dalam hal kerusakan,.jang memusnahkan semua barang jaing ditanggung atau djumlah pblis dikurangi dengan djumlah kerugian (dalam hal kerugian sebagian sadja). Teranglah bahwa dalam hal kedua ini tidak ada keberatan bagi penanggung untuk menambah djumlah pertanggungan polis tadi sedemikian, hingga djumlah pertanggungan semuanja adalah sama besar (atau lebih) seperti semula, tetapi hal itu hanja diperbolehkan setelah barang-barang jang mengalami kerusakan diperbaiki atau diganti dengan baru, dan djika penambahan djumlah pertanggungan ini ditegaskan dengan pembajaran premi tambahan oleh jang ditanggung. G. Menuntut sebagi&n dari kerugian ini dari para reasuradir bilamana pertanggungan bersangkutan telah direasurir oleiinja. Hal-hal jang disebut dibawah a sampai dengan d, dapat dianggap selaku bukti tantangan atau contra-bewijs terhadap bukti-bukti jang diadjukan oleh pihak jang ditanggung tadi, sehingga tak usah persoalannja diperdalam. Tetapi untuk menghindari salah paham perlu ditambah disini bahwa dalam praktek oleh maskapai asuransi tindakan-tindakan ini tidak diperlakukan, semata-mata untuk menolak claim ini, tetapi hanja sebagai bagian dari segala

94 peksrdjaaonja dalam penjelesaian kerugian ini, ketjuali djika keterangan dari pihak jang ditanggung mentjungakan. A e Pembajaran ganti rugt. 'r-nds.van ini djuga dapat dimengerti dan sebenarnja tak usah ditmdjau tebih dalam lagi. Hanja bila persetudjuan pertanggungan jang mendjadi dasar! ir i n e rso a la n ini diadakan dengan sjarat-sjarat 1Stmiewa, umpama kata trat membangun kembali, teranglah bahwa tindakan-tindakan istimewa /'m «; diambil oleh penanggung, misalnja anggaran jang diadjukan oleh pi a ^ rtitanssung dalam rangka membangun kembali harus diperiksa dan dteetudjui, penindjauan biaja-biaja jang dikeluarkan dalam usaha ini dan sebagainja. ^ f Penarikan polis atau pengurangan djumlah pertanggungan. Soal ini djuga mudah dimengerti. Perlu kiranja kami terangkan disini bahwa h'lamana polis bersangkutan harus dibatalkan dalam hal habis terbakamja 1 rang atau benda jang dipertanggungkan itu, maka premi untuk djangka 3 ktu jang belum liwat tidak dikembalikan oleh pi'hak penanggung- Hal wa sering tidak dapat diterima oleh jang ditanggung dan kadang-kadang!ruea salah diinterpretir oleh pihak penanggung sendiri. Bilamana pertangnean dilakukan untuk djangka waktu satu tahun sadja, maka pendirian gu. ^ udah sekali diterangkan kepada jang ditanggung jaitu bahwa setelah ^ d ia d i kemusnahan barang atau benda jang dipertanggungkan, maka pokok tetrtanggungan (insured interest) suda'h tidak ada lagi sehingga pertanggungan Pe sangkutan batal dengan sendirinja, sedang uang premi jang telah dike- 1 arkan oleh jang ditanggung, mendjadi milik penanggung, berdasarkan 't ran pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Perniagaan sebagai upah au anggung dalam djasa pemberian djaminan tersebut ; tetapi bilamana perggungan dilakukan untuk djangka waktu lebih dari satu tahun, sebagaita na diizinkan leh tarip, soal ini memerlukan sedikit pem bahasan. Sebagai dapat dibatja dalam Buku Tarip, maskapai-maskapai asuransi ^ egara kita diperbolehkan memberi pertanggungan jang meliputi suatu! ^a waktu lebih dari 1 tahun, umpama 3 tahun, 5 tahun atau 10 tahun, r l nembajaran premi untuk asuransi djangka pandjang dapat dilakukan a naan dua jaitu ' i dengan membajar premi kemuka untuk segenap djangka pandjang itu ; dengan membajar premi kemuka setiap tahun. 2 TCedua-dua djalan mempunjai baik-buruknja masing-masing bagi pihak iai1j ebaikannja ialah: dalam asuransi djangka pa.ndjang dengan membajar i^mulca uang ptst h lr ng f6rlaku bagi se8enap djangka pandjang itu, kepada ng ditanggung dl. Potongan jang menarik, ialah setengah tahun premi? tatn * al asu? r v v P bagi 3 tahun ; P tongan satu tahun premi bagi d, S * i jang dllak! kan UntUk Waktu 5 ; dan potongan duasetengah as. n premi bas asuranf* jang dilakukan untuk djangka waktu 10 tahun. ta b ditegaskan d^sini bahwa ^ b a ja r a n premi ukan untuk djang1^ 'vaktu SC 86 UlgUi>' Sualu kebaikan djuga bagi jang ditanggung

95 ialah, bahwa bila tcrdjadi kenaikan persentasi premi untuk risiko-risiko dalam mana lergolong pertanggungannja, kenaikan premi ini tidak dapat dilakukan oleh pihak penanggung terhadap asuransi ini. Keburukannja ialah : dalam hal terdjadi suatu kebakaran, premi mengenai barang-barang jang dirusakkan atau dimusnahkan itu, untuk djangka waktu jang belum berlaku, tidak dikembalikan kepadanja. Hal ini terang bila kita ingat bahwa dengan musnahnja barang jang dipertanggungkan itu, lenjaplah pokok pertanggungan (verzekerd object), tanpa mana pertanggungan dengan sendirinja batal. Buruknja pula bagi jang ditanggung ialah bahwa djika pada suatu waktu persentasi premi dari djenis pertanggungannja diturunkan, ia tidak akan menerima kembali sebagian dari uang premi jang telah dibajar oiehnja. Bagi pertanggungan jang dilaksanakan atas dasar kedua,. jaitu untuk suatu djangka pandjang tetapi dengan pembajaran muka tiap-tiap tahun premi jang ditentukan, ada kebaikannja jaitu bahwa dalam hal kerugian djumlah premi jang dianggap hilang bagi jang ditanggung setinggi-tinggu nja akan berdjumlah satu tahun premi sadja. Buruknja : reduksi atau pengurangan premi tidak diberikan kepadanja. Kebaikan jang kedua ialah : dalam hal premi persentasi dirubah (ditambah), premi jang sekali tela'h disetudjui tidak ditambah. Sebaliknja dalam hal premi diturunkan, maka djuga jang ditanggtmg tidak dapat menerima pengembalian premi atau penurunan premi persentasi. Hal ini berdasarkan pendirian bahwa segala sesuatu jang telah ditetapkan dalam persetudjuan ini, jaitu dalam polis bersangkutan, tidak dapat dirubah selama persetudjuan itu sedang berlaku, ketjuali bila kedua belah pihak menjetudjui perubahan itu (pasal 1338 bagian 2 Kitab Undang-undang Sipil). Walaupun barangkali sedikit menjimpang dari pokok penindjauan ini, bahwa dalam hal terdjadi kebakaran, sedangkan pembajaran premi untuk bagian kedua dari tahun bersangkutan belum dilakukan, jang ditanggung tetap wadjib untuk membajar bagian premi tersebut. Pendirian ini berdasarkan ketentuan bahwa persetudjuan pertanggungan dilakukan untuk djangka waktu satu tahun sehingga kelonggaran mengenai pentjitjilan dalam pembajaran premi tidak mempsngaruhi djangka waktu. ad g. Menuntut sebagian dari kerugian ini dari para reasuradir bilamana pertanggungan bersangkutan telah direasurir oiehnja. Hal ini tjukup terang dan tak usah dibahas lebih djauh. Harus diperhatikan bahwa dalam hal reasuransi bukan sadja bagian jang direasurir akan ditanggung oleh pihak reasuradir, tetapi djuga bagian jang selaras dalam biaja-biaja lain jang telah dikeluarkan oleh pihak penanggung pada penjelesaian kerugian ini, andai kata biaja-biaja para ahli penilaian, biaja-biaja jang bersangkutan dengan pembersihan ruangan dari gudang jang terbakar, pemeriksaan sisa-sisa dan lain-lain. Sebaliknja bila sisa-sisa barang terbakar didjual oleh penanggung, maka pihak reasuradir berhak mendapat bagiarinja djuga dalam hasil pendjualan itu. 87

96 PËNJELESAIAN KERUGIAN BERDASARKAN 'EX GRAT1A A dakalanja terdjadi bahwa suatu claim atau tuntutan ganti rugi tidak mempunjai suatu dasar untuk diakui oleh penanggung, sehingga claim ini dapat ditolak olehnja. T etapi bila dianggap.perlu, andai kata oleh sebab jang ditanggung m erupakan langganan baik dan oleh karena penanggung jakin bahw a kelalaian atau kesalahan pihak jang ditanggung tidak beritikad djahat (kwade trouw ), m aka sebagai djasa baik (service) kepada langganannja, penanggungd a p a t mengganti kerugian itu berdasarkan prinsip,,ex gratia et Sans préjudice. prinsip ini berarti bahwa, walaupun kerugian itu sebenarnja tidak masuk pertanggungan, pihak penanggung bersedia menggantinja sebagai suatu pengetjualian ini tidak berarti bahw a dalam hal-hal serupa ini dikem udian hari, p en a n g ju n g akan diwadjibkan djuga untuk m em bajar kerugian itu (sans préjudice). K etentuan jang terkandung dalam istilah sans préjudice tadi mentjegah pihak jang ditanggung dikemudian hari bila terdjadinja kerugian sematjam ini, untuk m enuntut ganti rugi lagi dengan alasan bahwa kerugian tersebut biasanja diganti oleh penanggung. D engan perkataan lain sikap penanggung tidak dapat m engikat m ereka. Biasanja pihak reasuradir tidak akan m enolak menanggung bagiannju dalam kerugian jang diganti oleh penanggung berdasarkan sjarat "ex gr:ili;i sans préjudice mi.

97 Bagian XV ASURANSI USAHA Salah suatu djenis asuransi jang biasanja dilaksanakan selaku bagian dari asuransi kebakaran sebenamja merupakan suatu djenis pertanggungan jang mempunjai sifat sendiri adalah asuransi usaha, lebih dikenal dengan istilah asingnja bedrijfsverzekering atau consequejitial-loss. Sebab apa pertanggungan sedjenis ini biasanja dilaksanakan dalam Bagian Asuransi Kebakaran dari para penanggung, dapat dimengerti bilamana kita ketahui bahwa asuransi usaha im mempunjai dasar jang sama dengan dasar asuransi kebakaran. Jang dimaksudkan ialah bahwa kedua djenis asuransi ini merupakan djaminan terhadap akibat-akibat dari kedjadian-kedjadian jang sama, jaitu bentjana, umpamanja kebakaran, gempa bumi dan sebagainja. Djustru karena itu asuransi usaha digolongkan dalam asuransi kebakaran, sama seperti asuransi gempa bumi, asurainsi ban.djir dan sebagainja. Akan tetapi terdapatlah suatu perbedaan jang penting diantara kedua djenis asuransi ini. Pada asuransi usaha ganti rugi ditudjukan kepada kerugian jang diderita oleh pengusaha sebagai akibat terhenti usahanja, oleh karena barang atau lain bentjana terhadap mana pertanggungan ini memberi djaminan. Dengan lain perkataan, jang akan diganti pada asuransi usaha bukan kerusakan jang terdjadi pada benda atau barang pokok pertainggungan, tetapi kerugian jang setjara tidak langsung diderita oleh pihak jang ditanggung oleh sebab perusahaannja dengan terdjadinja kerusakan pada barang atau benda itu tidak dapat bekcrdja terus, sehingga produksi bersangkutan- terhenti, tidak membawa keuntungan jang diharapkan, sedang biaja-biajanja tetap harus dikeluarkan terus. Djustru karena itu djumlah pertanggungan suatu asuransi usaha tidak didasarkan atas harga barang atau harga benda (harga gedung) jang mendjadi pokok pertanggungan, tetapi atas djumlah-djumlah lain, jaitu atas biuja-biaja tetap jang hurus dikeluarkan oleh pengusaha bersangkutan, djuga selama djangka waktu perusahaannja tidak dapat bekerdja terus. Dengan biaja-biaja demikian dimaksudkan antara lain gadji para pegawai tetap dalam perusahaan itu, serta gadji para pegawai atau pekerdja-pekerdja harianj jang menurut anggapan pengusaha tersebut harus dibiajai terus untuk mendjaga djangan sampai mereka terpaksa mentjari pekerdjaan lain, sedang tenaga atau keahlian mereka sewaktu-waktu dapat dibutuhkan lagi oleh pengusaha bersangkutan bilamana usahanja dapat diteruskan. Dalam biaja-biaja tetap tersebut dimuka ini jang diperkirakan dalam penetapa.n djumlah pertanggungan termasuk djuga biaja-biaja lain seperti sewa gedung, biaja listrik, air dan sebagainja. Djuga diperhatikan djumlah 89

98 keuntungan jang diharapkan, tetapi jang tidak dapat diperoleh lantaran terhentinja produksi. Asuransi usaha jang mula-mula berbentuk pertanggungan terhadap kerugian seorang penjewa gedung jang oleh karena gedungnja terbakar tidak dapat menagih djumlah sewa gedung tersebut dari pemakainja, lambat-laun bertukar sifatnja, sehingga pada masa sekarang djenis asuransi ini dipergunakan bagi para pengusaha dan tidak lagi oleh para penjewa gedung. Walaupun dapat disangka bahwa djenis asuransi ini mula-mula terdapat dinegeri Inggeris, suatu kepastian mengenai hal ini tidak dapat kami peroleh hanja diketahui bahwa polis jang tertua dalam djenis asuransi ini terdapat dinegeri Perantjis dan berasal dari tahun Asuransi usaha mulai berkembang dibenua Eropa setjara besar-besaran setelah perang dunia pertama. Dinegeri kita djenis asuransi ini mulai dipergunakan sedjak 1930 oleh maskapai-maskapai asuransi asing jang pada waktu itu mendjalankan usahanja di Indonesia. Oleh maskapai-maskapai tersebut asuransi usaha ini tidak diaturkan dalam tanp jang disusun oleh perkumpulan mereka. Ini berarti bahwa peraturan-peraturan jang berlaku menurut Buku Tarip itu tidak dapat dipergunakan bagi asuransi usaha ini, sedang penetapan premi persentasi bersangkutan diserahkan kepada kebidjaksanaan para penanggung jang sanggup dan bersedia mendjalankan pertanggungan ini. Oleh karena pertanggungan ini mulai berkembang dalam abad ke-20 dap3t Perniagaan jmg ^elah disusun ^ * rdapat peraturan chusus mengenai asuransi motor t dan n lain " a i n r djen.s cnt as^ asurans,? Pak ]ang djuga timbul dalam setelah 3SUransi undang-undang ^ndaraan ber itu d isu su n. d S r S n i l S h t T r o n m T " F * SC t 246 K itab Undang-undang H ukunfp JeniS asu*jansi 'Ini dipergunakan /a asuransi adalah suatu Derdia h - ernia aan dalam mana ditetapkan bz dalam P^anggung dan ^ n 'S - merasakka"r STbafS; % guberhubung dengan sifatnja jang iain dari sifat w *nia asuransi usaha ini diwudjudk s,fdt &Udtu asnransi kebakaran, bia S' t sjarat jang berlainan dari sjarat siaran "h T SU3tU P 'Iis Jang memuat S i a t ch7 S 7 " ^ kebal > - si a'- J r ; berarti bahwa naskah polis kebakaran t v! i, a adakan asuransi itu. n tldak dapat dipergunakan untuk nle n g a ^ itu, keadaan ini berart; j - D!" L t terdjadi bahwa sjarat-sjarat dalimannrhwa? lam ^uransi usaha ^ inl ansi ada,ah Djustr» bei karena ainan dari ilu ^ siarat-sjara r Dada1S r dari satu maskapai

99 asuransi dapat menguntungkan pihak jang ditanggung, sebab karena sjaratsjarat pertanggungan tidak seragam, dapatlah ia memilih penanggung jang memberi kepadanja sjarat-sjarat terbaik. Bahwasanja reputasi suatu maskapai asuransi dalam hal ini sangat mempunjai peranan penting, tentu sadja tidak usah disinggung lagi. A PA JANG SEBENARNJA DIPERTANGGUNGKAN Dalam penindjauan setjara lebih dalam mengenai soal ini terlebih dahulu harus disinggung beberapa faktor. l. Oleh karena dalam asuransi djenis ini bukan barang atau benda jang mendjadi pokok pertanggungan, tetapi djumlah kerugian jang timbul dari keadaan bahwa perusahaan atau industri bersangkutan tidak dapat bekerdja, maka faktor jang terpenting dalam penetapan djumlah kerugian adalah kesempurnaan dalam tata usaha jang ditanggung. Sebab bilamana tata usahanja atau lebih tepat lagi buku-buku perusahaan bersangkutan tidak dikerdjakan dengan teliti, sukar sekali bagi jang ditanggung untuk membuktikan djumlah kerugian jang diderita olehnja. Dengan sendirinja hal ini dapat terasa pula dalam penetapan djumlah pertanggungan pada saat asuransi usaha ini dikehendaki oleh jang ditanggung sebab tanpa suatu tata usaha jang sempurna, sukar bagi jang ditanggung untuk menetapkan djumlah pertanggungannja. 2. Djangka waktu selama mana djumlah ganti rugi harus dibajar kepada pihak jang ditanggung. Sebab djumiah ganti rugi ini tidak dibajar sekaligus kepada pihak bersangkutan, tetapi tiap bulan selama suatu djangka waktu jang beralih dari 1 minggu sampai 12 bulan, kadang-kadang djuga sampai 36 bulan. Perlu kiranja djangka waktu ini ditetapkan terlebih dahulu untuk mentjegah rasa tidak puas dari pihak jang ditanggung. Dengan djangka waktu ini bukan sadja dimaksudkan djangka waktu selama perusahaan bersangkutan tidak dapat berdjalan terus, sebagai akibat terdjadinja suatu malapetaka, tetapi kadang-kadang pula djangka waktu termaksud itu meliputi suatu djaingka waktu setelah gedung-gedung atau mesin-mesin perusahaan tadi telah diperbaiki. Soal ini akan diterangkan lebih djauh. POKOK-POKOK PERTANGGUNGAN Djumlah pertanggungan pada pertanggungan usaha adalah, sebagaimana dikatakan dimuka, djumlah kerugian jang timbul dari keadaan- bahwa perusahaan bersangkutan tidak dapat meneruskan pekerdjaannja, oleh sebab gedung-gedung atau mesin-mesinnja telah dirusakkan atau dimusnahkan oleh suatu bentjana tertentu (jang harus disebut dalam polis). Untuk menetapkan djumlah pertanggungan itu. jang bukan sadja harus diketahui untuk memperhitungkan premi jang akan ditetapkan oleh penanggung, tetapi djuga untuk menetapi batas-batas mengenai ganti rugi jang 91

100 akan dikeluarkan oleh penanggung dalam hal suatu tuntutan ganti kerugian (claim), perlu diperhatikan beberapa pokok pertanggungan, jaitu : a. djumlah keumtungan-chajal; b. djumlah biaja-biaja tetap, c. djumlah biaja-biaja tambahan. A. Keuntfungan chajal. Terlebih dahulu baiklah kami tindjau soal ini lebih dalam. Apa sebenamja dimaksudkan dengan istilah keuntungan chajal ' itu? Biasanja dimaksudkan dalam hubungan ini sedjumlah uang jang dapat dipandang sebagai djumlah keuntungan jang diharapkan, setelah djumlah pendapatan dikurangkan dengan djumlah pengeluaran; termasuk dalam djumlah pengeluaran sem ua biaja-biaja jang bersangkut-paut dengan usaha-usaha itu, djadi umpamanja biaja bahan-bahan baku, biaja produksi pengangkutan dan sebagainja. Sudah terang bahwa tjara menetapkan djumlah keuntungan chajal bagi perusahaanrperusahaan tidak semuanja sama, atau dengan perkataan lain, bagi perusahaan jang satu tjara ini berbeda dari tjara jang dipergunakan pada perusahaan jang lain,. * * Biasanja - - memmit pengarang Dr J.W.H. van Oostveen perusahaanperusahaan dapat digolongkan dalam tiga djenis, jaitu : 1. perusahaan produksi jang mengerdjakan bahan-bahan, sehingga bahanbahan f a,. dipefgunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan bahan-bahan tadi tidak sadja dimaksudkan bahan-bahan baku, tetapi djuga bahan-bahan jang telah dikerdjakan sedemikian rupa, hingga tertjapai sifat b jang dapat dipergunakan seterusnja untuk men.djadi barang konsumsi atau barang lain jang dapat dipergunakan sehari-hari. (Vmu C m e» jang S S. T Lpatu, T SJtaf msj ireuna, a " iwtanr»n,ah ata» I * ta» golongan ini termasuk pabrik-pabrik dan industri-industri pada utnumnia 2' J mpe's ^ n bahan-bahan tadi, jaitu p e r u s a h a a n J» j g chusus bergerak dalam lapangan djuaj-beli, djadi para importir/ekspomr, toko-toko dan sebagainja ntuntlah h'»)» dn biaja tetap terlebih dahulu dimaksudkan semua biaia iane dikeluar- PS biarpun usaha ^ ersa" gkutan harus dihentikan untuk sementara waktu, umpanian^a.gf )1 ga,,pegawai tetap dan gadji-gadji pegawai harian j han-ls dibiajai terus untuk mendjalankan pekerdjaan jang perlu dengan j1 1!, «baiki usaha tadi atau mendjaga djangan sampai ten ag T ang dibu- * % * * * ' a b P S t a T V 1 dapat >4?.!dak dapat IU. rdi»kan pektrdja bersangkutan telah mendapat peker d >ke, in. d ja a «1,a li1 / 92

101 93 Dalam biaja-biaja tetap setcrusnja dimaksudkan segala biaja jang harus dikeluarkan berdasarkan salah suatu persetudjuan atau kontrak, jaitu umpamanja sewa gedung dan pekarangan, biaja pemakaian listrik dan air sepandjang pemakaian ini tidak timbul dari mesin-mesin perusahaan sendiri premi asuransi kebakaran atau asuransi ketjelakaan pribadi atau asuransi djiwa bagi para pegawai dan pekerdja, kontrak-kontrak iklan (reklame) dan sebagainja. C. Biaja tam bahan. Dengan biaja tambahan dimaksudkan antara lain segala biaja jang djustru dikeluarkan supaja kerugian jang diderita oleh pemberhentian sementara perusahaan diperketjil, sebanjak mungkin, jaitu umpamanja biaja-biaja bersangkutan dengan penukaran suatu bagian dari mesin jang rusak oleh kebakaran atau lain bahaja terhadap mana asuransi ini dilakukan, sefiingga djangka waktu selama mana mesin itu tidak dapat dipergunakan diperpendek sebanjak mungkin. Sudah terang bahwa tidak dapat dikatakan terlebih dahulu sampai djumlah berapa dan sampai dimana biaja-biaja tambahan tersebut dapat dipergunakan. Pada tiap-tiap kedjadian oleh pihak jang ditanggung harus diperiksa sampai dimana biaja tambahan ini dapat diperbolehkan olehnja, sebab sudah terang ia tidak akan menjetudjui bilamana pengeluaran jang dimaksudkan itu, umpamanja akan berdjumlah Rp ,, sedang djumlah ganti rugi dengan djalan -demikian dapat dihematkan dengan Rp , sadja. Menurut pengarang Van Oostveen dalam penetapan biaja-biaja tambahan ini harus diperhatikan bahwa biaja-biaja ini : 1. hanja dapat diperbolehkan bilamana biaja-biaja tadi dikeluarkan untuk mengembalikan usaha bersangkutan pada taraf atau deradjat semula, jaitu sebelum terdjadinja bentjana;?. hanja dapat dikeluarkan selama djangka waktu ganti rugi jang disebut, didalam polis, belum liw at; 3. hanja dapat diperbolehkap bila ternjata bahwa dengan pengeluaran biaja tambahan ini, akan dihematkan sedikit-dikitnja djumlah jang meliputi keuntungan chajal dan biaja-biaja tetap ; 4. untuk sebagai akan disanggupi oleh jang ditanggung sendiri bilamana ternjata bahwa kepentingannja tidak dipertanggungkan, setjukupnja, sehingga, berdasarkan prinsip under insurance pihak jang ditanggung dianggap mendjadi penanggung-serta dalam pertanggungan usaha ini. Bagian dari biaja-biaja tambahan jang mendjadi beban jang ditanggung adalah seimbang dengan kekurangan pertanggungan tadi. DJANGKA WAKTU SELAMA MANA DJUMLAH GANTI RUGI HARUS DIBAJAR OLEH PENANGGUNG Djangka waktu ini sangat penting bagi kedua belah pihak, teristimewa bagi

102 pihak penanggung, sebab tanpa penetapan djangka waktu ini, amat sukar baginja untuk memperhitungkan kewadjibannja sebagai penanggung. Disamping itu harus diperhatikan bahwa djangka waktu jang telah ditetapkan terlebih dahulu jaitu sebelum pertanggungan mulai berlaku harus disetudjui oleh kedua belah pihak. Perlu kiranja diutarakan disini bahwa saat pada mana djaingka waktu ini akan berachir, harus diariggap selaku suatu batas tanggal bagi penanggung dalam melakukan kewadjibannja, dengan pengertian bahwa bilamana sekiranja perusahaan bersangkutan telah dikembalikan pada tarafnja semula, sedang djangka waktu tersebut belum lampau, maka kewadjiban penanggung untuk membajar djumlah ganti rugi itu berhenti pada saat itu djuga. Dengan perkataan lain, penanggung akan membajar djumlah ganti rugi itu berangsuf-angsur selama perusahaan tadi belum berdjalan tetapi hanja sampai pada achir djangka waktu jang ditetapkan dalam polis. Biasanja djangka waktu ini dinjatakan dalam mingguan, kadang-kadang djuga dalam bulanam Di Eropa djangka waktu ini biasanja beralih dari sekurang-kurangnja 13 minggu sampai selama-lamanja 52 minggu. Sudah tentu djangka wak u mi dapat ditetapkan lebih dari 52 minggu, jaitu bilamana dapat dibuktikan bahwa dalam timbulnja suatu kerugian, djangka waktu untuk memperbaiki perusahaan bersangkutan akan memerlukan suatu djangka waktu jang lebih lama. - PENETAPAN p r e m i 2 a asu tn lr 8 Hal berarti bahwa penetapan premi h S / mereka dl Indonesiaperhimpunan mereka, atau dengan L T Z T a n ditetapkan rnjng bebas untuk menetapkan premi bari * tiap 'tiap Penang' p e n e t a p a n n j a tidak begitu mudah dan memerlukan ^ f f Ungan i sehmgga aingat dalam dan teliti. eriukan suatu penmdjauan jang harus diperhatikan a,a d i p i mba 8ka, ^ ^ Terlebih dahulu para penanggung herhc. mempergunakan Pfemi jang berlaku V>Q sarican pengalaman mereka, i S Hal tardjuga m4 r a n l t ab af f f W n g a n kebakaan dan menerima asuransi usaha bila pertanggi ga ' bfas? f g8 n8 h ' a karan dan sebagainja) djuga ditutup n a d l Mengenai bahaja kebap i s a m p i n g itu maskapai asuransi b S i m nai kerugian-kerugian dalam lapangan -.?ggunakan statistik menge- "ertimbangan. ini- untuk mendapat tjukup bahan Tetapi djuga barang atau bahan i9 mempeogaruhi ^sar-ke«ilnja premij pokok pertanggungan barang-barang ^ngr inibui1 digedung itu lehih SUatu ^ b a k a ra n biasanja sakan karen a P a ^ p e m a d a m kebakaran h m.udal1 merigalami keru- ^ a o a barang-barang itu ditim bun. an d a n P ada gedungnja dalam 94

103 Setelah beberapa puluh tahun mendapat pengalaman dalam djenis asuransi ini, maskapai-maskapai asuransi di Eropa biasanja mempergunakan suatu angka sebagai faktor kalian bagi premi kebakaran untuk mentjapai persentasi premi jang berlaku bagi asuransi usaha. Faktor kalian ini dipengaruhi oleh dua faktor, jaitu : a djangka waktu ganti ru g i; b. pada djumlah apa pertanggungan itu dilakukan., jaitu pada apa jang dinamakan djumlah epektip atau pada djumlah tahunan. Djika djumlah yertanggungan ditetapkan pada djumlah epektip, maka semakin lamanja djangka waktu ganti rugi itu, semakin berkurangnja faktor kalian, sebaliknja djika djumlah pertanggungan ditetapkan pada djumlah tahunan, maka semakin lama djangka waktu itu, semakin meningkat faktor kalian bersangkutan. Biasanja tabel berikut dipergunakan dalam penetapan premi untuk asuransi usaha : Djumlah ganti rugi ditetapkan berdasarkan : djangka waktu 13 minggu 20 minggu 26 minggu 39 minggu 52 minggu 18 bulan 24 bulan A. djumlah epektip 2 X premi 1,65 X premi 1,50 X premi 1,33 X premi 1,25 X premi 1,15 X premi 1 X premi B. djumlah tahunan 0,5 0,635 0,75 1 1,25 X X X X X premi premi premi premi premi Perlu dikemukakan disini bahwa dengan premi dalam tabel diatas ini dimaksudkan premi jang berlaku bagi perusahaan tadi mengenai pertanggungan kebakaran dan lain-lain ba'haja. Dalam hal lebih dari satu premi berlaku maka akan dipergunakan persentasi rata-rata dari premi-premi tersebut. Djadi umpama kata bagi usaha tadi pertanggungan biasa, jaitu terhadap bahaja kebakaran dan gempa bumi diadakan dengan premi persentasi 3%o bagi bahaja kebakaran dan 3,5 %*> bagi bahaja gempa bumi, maka premi jang dimaksudkan pada tabel dimuka ini berada : 3 %> + 3,50 e/»o = ,75 %,. Dengan djumlah epektip dimaksudkan suatu djumlah jang diperoleh dari djumlah ganti rugi setinggi-tingginja dalam satu minggu diperlipatgandakan dengan djumlah minggu selama mana ganti kerugian diinginkan, sedang dengan djumlah tahunan dimaksudkan djumlah ganti rugi untuk satu minggu diperlipatgandakan dengan 52. Djadi umpama kata djumlah ganti rugi jang diharapkan ditetapkan pada Rp 1.000, seminggu dengan djangka waktu ganti rugi selama 20 minggu, berartilah bahwa djumlah epektip dalam hal ini adalah 20 X Rp 1.000, Rp , sedang djumlah tahunan adalah Rp ,. \ 95

104 Dalam hal demikian premi persentasi jang harus diperhitungkan berdjumlah 1,65 X Rp , x premi untuk bahaja kebakaran dan sebagamja, djika asuransi usaha ini didasarkan atas djumlah epektip, dan djika asuransi usaha ini didasarkan atas djumlah tahunan, maka premi bersangkutan berdjumlah 0,635 X Rp ,- X premi untuk bahaja kebakaran dan sebagamja. I t

105 LAMPIRAN-LAMPIRAN

106

107 Lampiran I POLIS KEBAKARAN DMPKI Kami jang bertanda tangan dibawah ini serta-merta menanggung asuransi kebakaran kepada (Tuan)... atau kepada barangsiapa jang lain jang seluruhnja atau sebahagian masuk asuransi, sampai sedjumlah R p... dibilang...dan djumlah itu sebanding antara djumlah atau djumlah-djumlah uang jang diasuransikan dengan harga barang-barang jang diuraikan dibawah in i: Asuransi ini berlaku untuk sementara dari pukul dua belas siang sampai pukul dua belas siang, sesudah itu tiap-tiap kali untuk dua belas bulan dan dengan sjarat-sjarat jang sama asuransi ini akan diperpandjang, seandainja tidak dihentikan oleh jang berasuransi dengan surat tertjatat kepada Maskapai sekurang-kurangnja sebulan tempah habisnia asuransi in i; untuk semuanja itu tetap berlaku peraturan japg termaktub dalam sjarat-sjarat asuransi pasal V dan XVII. Banjaknja premi R p... tiap-tiap... bulan, harus dibajar pada untuk pertama kali pada Djika suatu tahun jang dimaksud dalam perdjandjian ini tahun-pandjang dan suatu tempoh-pembajaran mulai atau berachir pada tanggal dua puluh delapan Pebruari, maka tempoh untuk tahun-pandjang itu berachir pada hari penghabisan bulan Pebruari. Selandjutnja asuransi ini diadakan menurut sjarat-sjarat Dewan Maskapai-maskapai Penanggung Kebakaran di Indonesia jang tersebut disebelah ini. Diterima uang banjaknja Rp dibilang : untuk premi buat tempoh dari sampai Rp kenaikan untuk tjitjilan Rp polis dan biaja meterai Rp Pasal I 1. Akan dibajar oleh Maskapai segala kerugian dan kerusakan jang terdjadi pada barang-barang jang diasuransikan itu disebabkan oleh kebakaran, baik karena petir, baik karena peristiwa lain jang terdjadi dengan tiba-tiba karena api sendiri, tidak berhati-hati, kesalahan atau kedjahatan (pegawai) sendiri, tetangga musuh diri sendiri, perampok dan segala orang lain, apapun djuga disebutkannja siapapun namanja, ataupun karena sebabsebab dari kebakaran jang tidak diketahui. Rp 99

108 2. Dengan kerusakan karena kebakaran disamakan kerusakan jang dipandang sebagai akibat kebakaran jang terdjadi, demikian djuga d jika kerusakan itu disebabkan oleh kebakaran gedung jang berdekatan, seperti: kerusakan atau berkurangnja barang-barang jang diasuransikan itu karena air atau alat lain jang dipergunakan untuk menahan atau memadamkan kebakaran itu, demikian djuga kerugian jang disebabkan oleh dimusaahkannja seluruh atau sebahagian, barang-barang jang diasuransikan atas perintah jang berwadjib untuk mendjaga, supaja kebakaran itu djangan mendjalar. 3. Dengan kerusakan karena kebakaran disamakan djuga kerusakan jang terdjadi karena letusan ketel-kukus, karena disambar petir atau letusan gas lampu, jang dibuat dari batu arang, kendatipun letusan aiau sambaran petir itu tidak menjebabkan kebakaran. 4. Maskapai tidak mengganti: a. kerugian kebakaran atau kerugian, lain terdjadi karena letusan, gas lampu, jang dibuat dari bahan jang lain dari pada batu arang, ketjuali kalau Maskapai lebih dahulu telah diberi tahu dengan surat tentang tjara penerangan dan penerangan itu disetudjui oleh M askapai; b. kerugian kebakaran, atau kerugian jang lain, disebabkan letusan mesiu atau bahan lain atau gas jang mudah meletus ; c. kerugian kebakaran atau kerugian' lain jang terdjadi karena kebakaran hutan, karena membakar sebidang tanah untuk membersihkannja, karena pembakaran atas perintah jang berwadjib atau karena pentjurian selama atau sesudah kebakaran; K J * k? gian lain IaD* *» g atau tidak langsung disebabkan oleh atau terdjadi selama penjerbuan musuh, peperangan, revolusi, perusuhan, pemberontakan, dipergunakannja kekuasaan militer b i a r p u n jang mana d, ga, atau berlakunja undang-undang perang, didalam' iltau dcka atang-barang jang diasuransikan itu, ketjuali jonff berasuransi m em buktikan, b ah w a kerum un ihi u -i i i_ Ivffir lanesung tidak dapat disebabkan t u f V lk lanssung> baikp liristiw a jang tersebut diatas dan baik t SUatU dari Pada P ^ istiwa' tidak berhubungan dengan peristiwa-peristiwa^tu - maupun tldak langsu g r J T S is S t: l** sf ma^kibat gempabumi nrin (windhoos) atau peristiwa alam lain f S T m S o ro lc g i, ketjuali sambaran ^ a*eriloos) ; dan Pusaran,» hubungan dengan geologi A am sesudah itu, ketjuali djika jan? PUQ,]ang terdjadi dalam 24 t l rugia» itu baik lamgsung Maupun tidak ^ * Uransi membuktikan> bahwa rtfdari pada kedjadian atau peristiw gsuns disebabkan' oleh salah i a Udak lingsung tidak ada t a b u n g a n n ^ ^? diatas langsudg Pasal u jaflg tidak masuk asuransi, ia lah: Uane, 8> bbgasi (surat utang); effect 100 p : h. H'

109 dan dokumen lain-lain dan perak jang belum dikerdjakan, permata dan mutiara jang lepas. 2. Jang tidak djuga masuk asuransi, ialah barang-barang jang sangat berharga unti^k kesenian ketjuali djika barang-barang itu disebutkan satusatu dalam polis. Pasal III 1. Jang berasuransi wadjib membajar premi dimuka, pada tiap-tiap hari habis tempoh dikantor Direksi, atau dikantor agen dengan kwitainsi Maskapai, djika Polis dibuat dengan perantaraan agen Maskapai itu. 2. Djika premi dalam sepuluh hari sesudah habis tempoh tidak dibajar, maka asuransi untuk sementara tidak sah, kelalaian itu tidak perlu lagi diberitahukan lebih dahulu oleh Maskapai dan jang berasuransi tidak berhak atas penggantian kerugian, djika terdjadi kebakaran. 3. Polis itu barulah sah kembali 24 djam sesudah premi tunggakan diterima oleh Maskapa!i, baik dibajar dengan sukarela, maupun karena tuntutan oleh Maskapai dimuka hakim jang berhak memutuskan. Pasal Pada waktu asuransi ini dibuat haruslah jang berasuransi memberitahukan kepada Maskapai segala asuransi jang lain tentang barang-barang jang itu djuga jang telah dibuatnja atas tanggungannja sendiri. Djika nanti jang berasuransi membuat beberapa asuransi atau lebih banjak lagi (tentang) barangbarang itu djuga hendaklah hal itupun diberitahukannja djuga kepada Maskapai. Djikalau hal-hal jang tersebut diatas itu tidak diberitahukannja, maka polis ini tidak sah. Pasal V 1. Djika gedung jang diasuransikan, atau tempat barang-barang diasuransikan itu seluruhnja atau sebahagian dipergunakan untuk keperluan lain, atau kalau barang-barang lain, disimpan djuga disana, atau kalau jang berdekatan benar (bersebelahan) dengan barang-barang diasuransikan itu sangat berubah sifatnja, sehingga oleh beberapa hal, bahaja kebakaran mendjadi lebih banjak dan jang berasuransi tahu atau,seharusnja tentu tahu akan keadaan demikian itu, maka haruslah dengan segera jang berasuransi menjuruh Maskapai mentjatat segala hal itu dalam Polisnja; kalau tidak dilakukannja, maka asuransi ini batal. 2. Berhubung dengan hal-hal jang tersebut dalam, pasal ini, maka Maskapailah jang berhak menetapkan, dapatkah asuransi ini diteruskan dengan premi jang sudah ada atau dengan premi jang lebih tinggi, ataukah harus dihentikan, sama sekali. Kalau Maskapai tidak mau meneruskan _asuransi ini, maka premi jang sudah dibajar untuk tempoh jang belum lagi datang dikembalikan kepada jang berasuransi.. IV 101

110 Pasa! VI 1. Djika barang-barang jang diasuransikan itu didjual atau dengan djalail bagaimanapun djuga dimiliki orang lain, maka hendaklah pembeli atau sahib (jang empunja) baru itu dalam tempoh delapan hari menjuruh Maskapai mentjatat hal itu dalam polis. 2. Asuransi tidak berlaku terhadap perabot rumah tangga jang diasuransikan atau barang-barang lain jang diasuransikan, kalau barang-barang itu dipindahkan kegedung lain dan pada gedung jang disebutkan dalam polis jang tidak berasuransi, ketjuali kalau menurut tiatatan dalam polis, Maskapai setudju akan pemindahan itu. Pasal 1. Djika terdjadi kebakaran maka orang jang berasuransi haras sedapatdapatnja menolong barang-barang jang diasuransikan dan'mendjaga keselanuuannjai dan>^ ^ k a n orang lain menolong dan mendjaga keselamatanbarang-ba ang, manakala orang jang berasuransi tidak berlaku demikian, maka hilanglah haknja untuk meminta ganti kerugian. v n d ja m ^ u d a h Uhu s u d a h l T P L i, t " 1"* f? 8 MaskapVda ddam us S n hendaklah surat keterangan medun,t keadaad raung' segala sesuatu jang terbakar, termusnfh h 1» dengan Pemberitahuan tentang sebab-sebab kebakaran sepandjang ia d l S T * lk^ ertoiong dan menurut dugaannja; kalau tidak d ila L v i ^i gan sunggufa atau a* an dari pada ha* ja mendapat p isah ri, fe diham ska^m endja^'ke^ 8 tf!ebut da,am ajat jang kedua berharga, tetapi tidak boleh nfeniurnh u Segala sesuatu J'ang masih dilakukan untuk keselamatan b a r a i g - b L ^ t i 3^ " **** ^ ^ Pasal Vni orans jang berasuransi sebel» kebakaran, diuraikan sebuah h u* 7engan harganja serta-merta tahuan chusus tentang sisa baxang-barana t sebuah daftar pemberidiketahui oleh orang jang berasuransi dengan Semuanja dibuat menurut jang jang m e n g en a i b a ra n g -b a ra n g d an f ' 1 S " 88 h ; d a t e r c h u s u s b.r,s, u ü a ia», * a ra n g -b a ra n g d ag a n g an, se b u ah s e b e l u m k e b a k a ra n d a n d a fta r c h u sí s S S" a,u ia n S a d a se rta -m e rta tentang sisanja ; 102

111 c. Lagi pula buku-buku orang jang berasuransi dan surat-suratnja jang dapat dipertjajai, djika dikehendaki oleh Maskapai, dan kalau semuanja itu tidak ada, daftar barang-barang (factuur), tjatatan atau daftar, jang membuktikan bahwa pemberitahuan itu sungguh benar. Pawl IX Sisa barang-barang itu tidak boleh diserahkan seluruhnja kepada Maskapai. Maskapai berhak menjuruh menjimpan semuanja atau sebahagian, menjuruh memeriksa dan mentjatat kerugian jang terdjadi dan menjuruh membuat proses-perbal tentang hasil pemeriksaan itu dan Maskapai tidak mau dikurangi haknja oleh siapa sadja dalam hal apapun djuga, demikian djuga tidak mau Maskapai dengan djalan musjawarat atau dengan tjara lain mengakui kewadjibannja untuk membajar atau mengadakan tjara membatalkan, baik untuk menjelamatkan-sisa barang-barang baikpun untuk mengatur kerugian. Pasal X 1. Maskapai berhak menuntut, supaja orang jang berasuransi dengan segala alat dan dokumen jang dapat dipergunakannja membuktikan adanja barangbarang dan harga jang diasuransikan serta-merta sebelum kebakaran terdjadi dan besamja kerugian. 2. Orang jang berasuransi, jang dengan sengadja memperbesar d jumlah kerugian jang xlideritanja, jang memberitahukan barang-barang jang tidak ada selama terdjadi kebakaran sebagai barang-barang jang telah bina&a atau ru sa k ; jang menjembunjikan barang-barang jang tertolong atau sisanja atau memberitahukan bahwa barang-barang itu sudah hilang; jang mempergunakan surat-surat atau alat palsu, dusta atau tipuan untuk membuktikan kerugian jang diderita; jang membakar atau menjuruh bakar atau menjebabkan kebakaran karana salah besar atau kelalaian, tidak berhak mendapat ganti kerugian; lain dari pada itu segala polis atas namanja jang masih berlaku, dipandang tidak sah. Pasal XI 1. Djika kerugian tidak dapat diatur atas persetudjuan kedua belah pihak, maka kerugian itu akan dinilai oleh dua orang ahli, jang seorang diantaranja akan diangkat oleh tiap-tiap pihak dengan surat. Djika sekiranja orang jang berasuransi tidak mengangkat seorang ahli, maka hilanglah haknja untuk itu delapan hari sesudah ia diminta dengan exploit untuk mengangkat ahli itu dan dalam hal itu maka ahli jang keduapun akan diangkat djuga oleh Maskapai. 2. Sebelum memulai pekerdjaannja kedua orang ahli itu menundjuk seorang pengantara, jang memutuskan perselisihan diantara kedua orang ahli itu, djika mereka itu, sesudah memasukkan anggarannja dan dalam batas-batas 103

112 anggaran itu tidak mendapat persetudjuan. Djika para ahli itu tidak setudju akan pengangkatan seorang pengatjara, maka pengatjara itu diangkat oleh kedua belah pihak dan djika. diantara kedua belah pihak tidak didapat persetudjuan dalam hal pemilihan itu, maka atas tuntutan pihak jang pertama meminta pengatjara itu akan diangkat oleh hakim jang berkuasa dikota mana polis ini diberikan jang berhak untuk itu. Pasal XII 1. Para ahli itu selekas-lekasnja akan memeriksa dan mentjatat kerugian dan mengumpulkan keterangan sebanjak-banjaknja, jang perlu untuk menetapkan harga barang-barang jang diasuransikan serta-merta sebelum dan sesudah kebakaran itu terdjadi, demikian djuga kalau diantara para ahli itu tidak ada persetudjuan tentang pengangkatan pengatjara itu. 2. Keputusan mereka itu, demikian djuga keputusan, pengatjara, ialah keputusan teradhir bagi kedua belah pihak dan mereka itu tidak dapat lagi meminta banding dalam hal jang mengenai adanja barang-barang bergerak dan arang arang tetap jang diasuransikan serta-merta sesudah kebakaran, jang mengenai keadaan dan harga barang-barang i t u : jang mengenai ge.ung"g un Jang diasuransikan, demikian djuga jang mengenai harganja serta-merta sebelum kebakaran. P asal XIII j. Penaksiran dilakukan menurut harga barang-barang itu jang sebenarnja, tidak ditambah sedikit djuga dengan labanja. 2. Waktu menilai harga gedung-gedung maka letak jang baik martabatnja atau perusahaan jang diadakan didalamnja tidak akin diperhatikan. demikian diusa atau peka- 4' mmurut 'biaja-pendmkanr,ja-kcmbah amf J Z t S u n T u d ita i " m dirik! ia kembali; dalam hal lain " bot rumah tangga, mesin d a / p S harga Pasar a» di *a ^ 'u r u t ilrganj?pada8tem%ai1tukebakaran ditaksir dalam kedua hal Sutannja Kembali dan s e d a p a t- d a p a tn ^ S a ^ me ' serta-merta a S m <t e X S S. b,hm k "1en C t deng^n3^ ^ 1^ ^ t u ^raus-^rang'ftu^djteks^ nilafn^a.^ Pasal XIV... terdjadi kerugian pada gedung Di siarat untuk didirikan kembali L "i? diasuransikan, sekalipun tidak dengan V * «m bah, maka dari pada mengganti kerugian. 10*

113 Maskapai boleh memulihkan barang-barang jang sudah rusak atau terbakar kepada keadaan semula, tidak diwadjibkan memakai semua djumlah uang asuransi atau semua uang taksiran untuk itu. Pemulihan itu dilakukanlah menurut biaja jang telah diberikan oleh Maskapai dan telah dibenarkan oleh orang jang berasuransi atau, kalau ditolak menurut biaja jang dibenarkan oleh dua orang ahli dan seorang pengantara, jang diangkat dan dibiajai oleh kedua belah pihak menurut tjara seperti jang telah ditetapkan dalam pasal XI. Pasal Segala hak untuk meminta ganti kerugian hilang, kalau penuntutan hak untuk itu tidak dimadjukan dalam dua belas bulan, sesudah terdjadi ketjelakaan. Pasal XV XVI Demi terdjadi kerusakan karena kebakaran pada barang jang diasuransikan itu maka djumlah uang asuransi itu dikurangi dengan djumlah kerugian. Pasal XVII Maskapai berhak bilamanapun djuga menghentikan asuransi ini dengan tidak diwadjibkan memberitahukan sebalpnja, membajar kembali premi, jang belum lagi ada risikonja. Penghentian itu dapat dilakukan dan diterima dengan surat dibawah tangan dan dalam hal lain hendaklah dilakukan dengan surat djurusita jang biajanja harus dibajar oleh orang Jang berasuransi. Maskapai bebas dari segala kewadjiban 24 djam sesudah penghentian asuransi diberitahukan. Pasal XVIII Orang jang berasuransi tidak berhak atas pengembalian premi, ketjuali dalam hal-hal jang tersebut dalam pasal V dan XVII. Pasal XIX Dalam hal perselisihan, maka keputusan tentang itu diserahkan kepada hakim jang berhak dengan memperhatikan jang ditetapkan dalam pasal XI, X II dan XIV. Pasal XX Djika untuk sjarat ini tidak menjimpang dari Kitab Undang-undang Dagang maka Undang-undang itu berlaku untuk asuransi ini. Pasal XXI Orang jang berasuransi atau barang siapa sadja jang masuk asuransi ini, memilih domisili (tempat kedudukan) jang tetap dikantor Maskapai jang pertam a menanda-tangani surat polis ini. Dengan sungguh telah didjandjikan, atas hukuman pembatalan asuransi ini, hahwa mentjerat gasolin dan mengisi dan mengosongkan lampu gasolin hanja 105

114 boleh dilakukan pada slang htu-i dan sekali-kali tidak boleh dekat api atau lampu. Demikianlah dibuat dengan djudjur di.... tanggal Dalam segala perselisihan atau perbedaan paham tentang tafsir rentjana jang diatas ini,, hendaklah dipergunakan rentjana resmi dari Polis dalam Bahasa Belanda.

115 107 PREM1E Rp... i...o/oo selam a... bin Rp... Biaja polis Biaja m eterai Djumlah semua Rp...,... Lampiran II POLIS-KEBAKARAN BURSA-AMSTERDAM No... Folio... Kami jang bertanda tangan dibawah ini menanggung... jaitu, sekedar pertanggungan ini mengenai harta-benda, barang-barang dan barang perniagaan, baik miliknja sendiri, maupun miliknja orang lain (jang ketiga), maupun orang itu berkepentingan ketika masuk pertanggungan ini atau akan mendjadi orang jang berkepentingan selama pertanggungan ini, disuruh atau tidak, masing-masing untuk djumlah uang jang kami tanda tangani dibawah ini, rupiah untuk w ak tu...bulan, mulai p a d a... dan berachir pada... dalam kedua hal itu pada djam dua belas tengah hari, dengan perhitungan premie jang harus dibajar lebih dahulu, banjaknja... permil mengenai: Jaitu pertanggungan kami jang menanda tangani polis ini terhadap jang ditanggung, dengan persetudjuan bahwa dalam segala hal keterangan j aing ditulis tadi dipandang berasal dari orang jang ditanggung; dam selandjutnja dengan sjarat-sjarat umum jang berikut: 1. Jang ditanggung, ialah kerugian pada barang jang dipertanggungkan, jang terdjadi karena kebakaran jang disebabkan oleh petir atau sesuatu gcruh jang lain, api sendiri, tidak berhati-hati, kesalahan atau kedjuhatan budjang (pelajan) sendiri, orang setangga, musuh, perampok dan sekalian jang lain-lain apa djuapun namanja, setjara bagaimanapun djua terdjadinja kebakaran' itu, dengan daja atau tidak deingan daja, biasa atau tidak biasa; demikian djuga kerugian jang terdjadinja harus dipandang sebagai akibat kebakaran, walaupun diakibatkan oleh kebakaran disebelah, umpamanja : barang jang dipertanggungkan rusak (busuk) atau berkurang oleh karena air atau bahan-bahan lain jang dipergunakan untuk penahan atau pemadam api kebakaran, atau diantara jang dipertanggungkan ada apa-apa jang hilang oleh karena ketjurian atau tjara sesuatu jang lain ketika memadamkan keba^

116 karan atau menjelamatkan barang; begitu pula kerugian jang terdjadi sebab barang-barang jang dipertanggungkan dihantjurkan seluruhnja atau sebagian atas perintah jang berwadjib untuk mentjegah mendjalanija api kebakaran jang sudah terdjadi. Djika kebakaran itu akibat salah satu sebab jang tersebut daiam pasal 249 Kitab Undang-undang Dagang, peraturan pasal jang tersebut hanialah akan didjalankan terhadap barang jang dipertanggungkan atau sebagian atau bagian barang jang dipertanggungkan itu, jang sudah sepatutnja dapat masuk akal (diterima dengan baik), bahwa sesuatu kekurangan (tjatjat), kerusakan (busuk) pada barang itu atau sifat serta chuluk barang itu sendirilah jang menjebabkan kebakaran itu. t t a ' ^ landjutaja d e n 8 a n tidak mengindahkan pasal 292 Kitab Undang- Undang Dagang, maka jang akan disamakan dengan kerugian jang disebab- J I Z?,a HJ ^ h i erueian 8 ^ sambaran petir pembuluh sekedar u n iu f * «E n g k a u dengan rumah-tangga jang lain, asal sadja«dik d Z a tt la ^ * h " 'i dai itu, walaupun sambaran petir atau i bangunan jang rusak kebakaran. letusan gas itu tidak mengakibatkan 3. Jang tidak terhitung disebabkan oleh perang, saudara dan w. nggungan\ Jaitu kerugian jang atau Negeri Belanda, tidak serta b? gnasan perang, walaupun Indonesia dalam negeri, perbuatan jang dilav»i^eralg%pen^erbuan musuh> hilru-hara atau tidak tepat perintah sesuatu kpv mendjalankan setjara tepat atau Negeri Belanda, atau negeri as' Uasaan balatentara (militer) Indonesia (verordening) jang ditetapkan oleh &tau berdasarkan sesuatu peraturan Belanda. «Kuasaan militer Indonesia atau Negeri s 4. Djika barang-barang jane t Eropah, maka tidaklah diganti keru anggungkan adalah benda dalam terdjadi karena gempa bumi atau n * 11 kebakaran atau kerugian lain, jang tempat terletak benda jang dipertaj!,115^ h 1315* Pada atau dekat ristiwa itu benar, maupun dalam w a k f ^ z i* ltu baik terdjadi ketika peorang jang ditanggung membuktikan k u dj3m sesudahnia. ketjuali kalau sesuatu kedjadiam jang disebabkan ni a kerugian itu bukanlah akibat Djika barang-barang jang dinertan SatU peristiwa jang tersebut itu. maka. daklah masuk tanggungan ggungkan adalah benda diluar Eropah, jang terdjadi karena gempa-bumi let 8*311 kebakaran atau kerugian lain, (pusaran angin) atau sesuatu peristi ^ gunung ^ P 1 topan. lembubu petir, pada atau dekat tempat t e r l e s u Udara Jang lain> ketjuali baik terdjadi ketika peristiwa itu maim» T*, ia 8 dipertanggungkan itu, ketjuali kalau orang jang ditanggun ~ n dalam waktu 24 djam sesudahnja, langsung maupun tidak langsung bahwa kerugiaq itu baik peristiwa jang tersebut itu, dan baik 1 sa,ah satu kedjadian atau ada hubungannja dengan peristiwa -t gsunig maupun tidak langsung tidak 108

117 5. Bila mempertanggungkan bangunan, harga tanah atau pekarangan tidak terhitung masuk dj unilah pertanggungan. Bila mempertanggungkan harta-benda, barang, barang dagangan dan alat rumah-tangga, maka uang, logam mulia jang tidak diolah, permata jang tidak berkarang (jang lepas) dan surat berharga tidak terhitung masuk pertanggungan, ketjuali kalau disebutkan dengan tegas, bahwa barang itu masuk pertanggungan djuga. 6. Djika barang-barang jang dipertanggungkan dinjatakan dengan sebutan umum alat rumah-tangga, mesin-mesin atau harta-benda, barang dan barang dagangan jang ketika kebakaran ada ditempat jang tersebut dalam polis, walaupun sudah atau tidak ada disitu ketika pertanggungan itu dibuat. Djika barang-barang jang dipertanggungkan dinjatakan matjamnja, maka ajat jang tersebut dimuka ini hanjalah berlaku, djika barang-barang sematjam itu djuga ada ditempat itu pada saat kebakaran. Peraturan ini tidak berlaku terhadap barang-barang, jang temjata dari keterangan atau taksiran jang ada dalam polis, bahwa barang itu dipertanggungkan sebagai barang jang tidak dapat dig&nti. 7. Bila terdjadi kerugian haruslah polis diserahkan beserta dengan sebuah pelaporan jang menerangkan sedjelas-djelasnja keadaan jang, agaknja atau pasti, menjebabkan kebakaran itu serta segala keadaan jang kedapatan ketika itu. 8. Jang akan berlaku sebagai bukti mutiafc tentang berapa beswaja kerugian, ialah taksiran jang akan dibuat oleh dua orang djuru-taksir, jang seorang diangkat oleh atau atas nama jang bertanda tangan dibawah ini dan jang lain oleh orang jang ditanggung, ketjuali kalau kedua belah pihak sudah sepakat akan menjuruh lakukan taksiran jang dimaksud itu kepada Satu orang djuru-taksir sadja. Sebelum memulai pekerdjaannja kedua djurutaksir itu hendaklah bersama-sama mengangkat seorang djuru-taksir lain, jaitu untuk memutuskan taksiran, djika sekiranja mereka berbedaan taksiran dan dalam hal itu haruslah djuru-taksir jang ketiga itu, sesudah mendengarkan keterangan kedua djuru-taksir tadi atau sesudah memanggilnja dengan sepatutnja, menetapkan angka kerugian itu diantara kedua batas taksiran tadi. Dengan memberi bantuan dalam hal jang tersebut diatas maka kami jang bertanda tangan dibawah ini tidak dapatlah dianggap mengakui tanggungan. 9. Bila salah satu pihak lalai mengangkat seorang djuru-taksir, atau bila salah seorang djuru-taksir lalai ikut mengangkat djuru-taksir jang ketiga, demikian djuga djika tidak diperoleh kata sepakat, djuru-taksir mana jang akan diangkat djadi djuru-taksir jang ketiga itu, maka atas permintaan pihak jang terlebih rela diangkatlah oleh Voorzitter der Kamer van Koophandel en Fabrieken te Amsterdam seorang djuru-taksir terikatlah kedua belah pihak oleh angkatan itu. Pihak jang memadjukan permintaan jang dimaksud dalam ajat jang di- 109

118 muka harus segera memberi tahukan hal itu dengan surat tertjatat kepada pihak jang lain. Resu pos surat tertjatat jang dialamatkan kepada pihak jang lain itu berlaku sebagai bukti pemberi tahuan. 10. Sekalian djuru-taksir berhak meminta bantuan kepada orang lain, bila mereka itu, seorang-seorang atau bersama-sama, menganggap perlu untuk memperoleh bantuan jang berguna baginja. 11. Djika dikehendaki oleh salah seorang djuru-taksir, haruslah orang jang ditanggung, ketjuali kalau temjata tidak mungkin oleh karena keadaan, memberikan suatu daftar, jang dibuatnja dengan djudjur menurut pengetahuannja jang sebenar-benamja dan jang ditanda tanganinja, tentang barang-barang jang ada ditempat jang tersebut dalam polis ketika kebakaran, dan tentang barang-barang, jang rusak atau musnah karena kebakaran itu ; sekaliannja dengan keterangan harganja satu-satu. Lagi pula, djika dikehendaki oleh seorang atau oleh lebih dari seorang djuru-taksir atau oleh penandatanganan jang pertama, haruslah diberikannja buku, tjatatan, da tar, faktur dan segala surat-surat jang lain dengan tiada ketjualinja, jaitu menurut keadaan jang dianggap perlu oleh djuru-taksir bersama-sama atau tersendui ataupun oleh penanda-tangan jang pertama, dan harus a i eri annja segala keterangan jang dianggap pada tempatnja oteh ^ unv j?^irl.^fi^^ma' sa^la «au tersendiri, dan se^la janb n.asih ketinggalan n rusak ataupun tidak rusak haruslah diperhatikannja dan diserahkannja dengan djudjur dan dengan tiada k e tju ija kepada djuru-taksir. J J seperti jang^rsebunw am 1^ ^ 1 tid ^ m e n 'k* mandang taksiran f v-fc /fari ceorane ahli iano 3uni-taksir atau kepada salah seorang atau Demikian djuga jang b e r t a T ' ^ ^ S I * '!i* di"r"-tai sir taksiran itu diulangkan, bila orane j,dapal menghendaki «oatutoja memenuhi kewadjiban atau * ga Se& sekiranja salah satu p ^ a 1L membuat kesalahan dalam p e rh itu S membu,ktlkan- bahwa djuru-taksir menuntut pembetulan. ngannja,- maka berkuasalah pihak itu g 13. Taksiran sekalian diuru-tai ; 1. Lan perbedaan harga jang dinerta«*, slah menjatakan sebagai kerufebakaran dengan harganja pada s a a f ^ ^ M, ^ Saat Sebelum terdjad' kedua harga itu haruslah temjata m L? api kebakaran> dan Bila diadakan taksiran p e n d a L ^ n da" takf5iran ltu ujdang-undang Dagang, a k a ^ tanda tangan dibawah ini berdasar^, mengurangi hak jang berharga sebelum kebakaran djumlah T i? ltu ~ akan dianggap sebagai barga ] miah taksiran pendahuluan itu, dan ketika 110

119 menganggar harganja sesudah kebakaran akasn diperhatikanlah taksiran pendahuluan jang dimaksud itu. Bila jang dipertanggungkan bangunan (opstal) atau alat-alat dan mesinmesin, dan djika menurut pertimbangan djuru-taksir jang rusak dapat dibetulkan, maka biaja pembetulan akan dihargainja menurut harga pada saat sesudah kebakaran dan jang bertanda tangan dibawah ini dapat membajar djumlah biaja pembetulan itu selaku penggantian kerugian seperti dimaksudkan dalam ajat ini. 14. Biaja jang dibajar oleh jang bertanda tangan dibawah ini tiada lain, hanjalah : A. biaja menjelamatkan, jaitu biaja jang dikeluarkan oleh orang jang ditanggung ketika atau sesudah terdjadi kebakaran untuk mentjegah atau mengurangi kerugian; B. gadji dan biaja sekalian djuru-taksir dan ahli, tetapi jang mengenai djuru-taksir jang diangkat oleh orang jang ditanggung dan ahli jang diminta pertimbangannja oleh djuru-taksir itu, hanjalah sekedar djumlah gadji dan biaja djuru-taksir beserta dengan ahlinja jang diangkat oleh jang bertanda tangan dibawah ini. S 15. Djika temjata, bahwa pada waktu kebakaran harga barang-barang jang dipertanggungkan tidak dipertanggungkan sepenuhnja, maka baik kerugian karena kebakaran itu, baik biaja menjelamatkan dam biaja taksiran, jang harus diganti oleh jang bertanda tangan dibawah ini, hanjalah menurut perbandingan djumlah jang dipertanggungkan dengan harga jang sepenuhnja. Bila ternjata, bahwa pada waktu kebakaran kepentingan jang dipertanggungkan dengan polis ini sudah didjamin pula oleh satu atau lebih pertanggungaia lain jang dibuat disini atau dinegeri lain, dan djumlah segala pertanggungan itu lebih dari harga kepentingan jang dimaksud itu, maka djumlah jang dipertanggungkan dengan polis ini dianggap dikurangkan menurut perbandingan djumlah segala pertanggungan dengan harga kepentingan jang dipertanggungkan, tetapi premie tidaklah dikurangi atau dikembalikan. Peraturan jang termuat dalam ajat jang lalu akan didjalankan, biarpun segala pertanggungan jang dimaksud itu dibuat dengan beberapa helai polis dan pada hari jang berlain-lain, dengan tidak mengurangi peraturan jang tersebut dalam pasal 277 Kitab Undang-undang Dagang, jaitu kalau sekiranja pertanggungan itu atau sekalian pertanggungan itu tanggalnja lebih dahulu dari tanggal polis ini dan tidak berisi peraturan sebagai jang tersebut dalam ajat jang lalu. Kalau terdjadi kerugian, maka atas permintaan penandatangan jang pertama orang jang ditanggung wadjib memberi tahukan kepadanja dengan surat jang dikirimkan kepada alamatnja di Amsterdam, segala pertanggungan lain jang diketahuinja, jang sedang berlaku atas kepentingan itu djuga pada waktu terdjadi kebakaran itu. 16. Dalam enam minggu, sesudah sekalian surat jang berkenaan dengan 111

120 urusan' kerugian itu diserahkan kepada jang bertanda tangan dibawah ini, dibajarlah kerugian jang wadjib diganti beserta dengan biaja menjclamatkan itu dengan tiada potongan suatu apa djuapun; akan tetapi jang bertanda tangan dibawah ini hanjalah terikat untuk bagiannja masing-masing sadje Han oleh karena itu tidak harus membajar lebih dari djumlah jang masingmasing ditanda tangani. Gadji dan biaja djuru-taksir, sekedar jang harus dipikul oleh jang bertanda tangan dibawah ini, selalu akan dibajar sepenuhnja, walaupun oleh karena itu jang harus dibajar, lebih dari djumlah jang dimaksud dalam ajat jang lalu. 17. Sehabis kebakaran, djumlah pertanggungan dikurangi dengan djumlah penggantian kerugian jang sudah ditetapkan dan biaja jang harus dipikul oleh jang bertanda tangan dibawah ini dan pengurangan; itu dianggap terdjadi pada ketika kebakaran itu, serta selandjutnja tapggungan jang bertanda tangan dibawah ini hanjalah menurut perbandingan djumlah jang telah dikurangi setjara demikian itu dengan harga jang dipertanggungkan pada saat sebelum terdjadi ketjelakaan jang berikut dan oleh karena itu premie tidaklah dikembalikan. Mengenai pertanggungan jang dibuat untuk lebih dari dua belas bulan dan jang premienja dibajar sekali setahun, maka premienja jang harus dibajar pada tia r ap permulaan tahun pertanggungan sesudah kebakaran itu, han j ala wa ji i ajar untuk djumlah jang telah dikurangi setjara demikian itu. 18. Kalau terdjadi kerugian takkan dapatlah orang jang ditanggung melepaskan jang»pertanggungkannja itu untuk keperluan jang bertanda tangan dibawah im. * 3 & u * * iys«'ktabt1s Ei wad;;bam,ia a atas naraa 8 bertanda"!!? 1 h"!! a i diwadj'bfcm kepada' orang jang H Melanggar kewadjiban jang ditera n t j mendjaiankannja. hilangkan hak atas penerimaan p e n e S 1 ^ jang la,u ini meng? ne ditanggung dapat membuktikan^, * kerugian ketiuan djika orang f f diwadjibkan itu tidaklah mengakfbatk f mend^alankan daja-upaja D em ikian djuga hukumnja, kalau vs? u kerug,an JanS lebih banjak' Hiri dengan surat atau kawat Jtu tldak diberi tahukannia f ia kepada penanda-tangan jang ^ Perantaraan orang iang dikuasak ". rdam, dalam waktu 3 X 24 h- *aitu kepada alamatnja di C Suali djika iaas ditanggung d a p a t i ketjelakaan itu a an iang diluar keinginannia Z,.1Ilenibuktlkan, bahwa oleh karena kc nnh iang tersebut itu, dalam hal la ti(jak sanssup mengindahkan tcin^ an g dengan sepatutnja. mana dianggaplah tempoh itu diper- 112

121 Kelalaian orang jang dikuasakan dalam me n j ampaikan kabar itu dianggap sebagai kelalaian orang jang ditanggung. 20. Kalau kepentingan jang dipertanggungkan berpindah tangan, jaitu kepentingan pada bangunan (opstal), mesin-mesin dan alat rumah-tangga, maka peraturan jang berikut akan berlaku : A. Bila berpindah tangan berdasarkan suatu persetudjuan diantara orangorang jang hidup, maka, menjimpang dari peraturan pasal 263 Kitab Undang-undang Dagang, pertanggungan itu berlaku terus untuk orang jang baru beroleh kepentingan itu selama satu bulan, terhitung dari hari risiko itu berpindah tangan, menurut persetudjuan jang dimaksud itu. Pertanggungan terus djuga berlaku sehabis tempoh jang dimaksud itu, asal sadja orang jang baru beroleh kepentingan itu, dalam waktu delapan hari sesudah risiko berpindah ketangannja, mengabarkan hal itu dengan surat kepada penandatangan jang pertama, jaitu dengan mengirimkan surat itu kepada alamatnja di Amsterdam, dan kalau sekiranja jang bertanda tangan dibawah ini, dalam waktu empat belas hari sesudah kabar jang dimaksud diatas itu, tidak memberi tahukan, dengan surat tertjatat atau surat djuru-sita kepada orang jang baru beroleh kepentingan itu, bahwa mereka tidak hendak meneruskan pertanggungan itu. B. Bila berpindah tangan karena orang jang ditanggung meninggal dunia, pertanggungan berlaku terus, kalau sekiranja jang bertanda tangan dibawah ini, dalam waktu 14 hari sesudah mengetahui kematian itu, tidak memberi tahukan dengan surat tertjatat atau surat djuru-sita kepada orang, jang mendjadi pengantara ketika membuat pertanggungan itu, bahwa mereka tidak mau meneruskan pertanggungan itu dan dalam hal jang demikian berachirlah pertanggungan itu sehabis delapan hari sesudah pemberi tahuan itu. Resu pos surat tertjatat jang dikirimkan kepada orang jang teralamat sc.baga'l d/maksud pada A dan B, mendjadi bukti, bahwa kabar jang tersebut diatas itu sudah (ikm pztfart n e n h itu. Dengan tidak mengurangi jang tertera dt&t&s* OWng {srig kepentingan itu berkuasa mengachiri pertanggungan polis mi dengan mengadakan pertanggungan jang lain, asal diadakannja dalam hal jang lma su pada A dalam waktu sebulan sesudah risiko berpindah ketangannja, dan dalam hal jang dimaksud pada B dalam waktu tiga bulan sesudah kematian itu. Oleh peraturan ajat ini maka, tempoh pertanggungan jang akan berdjalan terus sampai habis tempoh itu, kalau sekiranja kepentingan jang dipertanggungkan tidak berpindah tangan tidak diperpandjangkan lagi. 21. Dalam keadaan jang bagaimana djuapun orang jang ditanggung tidaklah akan dapat menuntut supaja premie dibajar kembali atau dikurangi, ketjuali djika dalam segala hal jang diatur pada 20, jang bertanda tangan dibawah ini mengambarkan tidak hendak meneruskan pertanggungan itu. 22. Tiap-tiap hak atas ganti kerugian iang berdasarkan polis ini hilang bila telah liwat lima tahun sesudah ketjelakaan itu terdjadi. 113

122 23. Segala perselisihan tentang polis atau pertanggungan jang diadakan dengan polis ini ta luk kepada putusan hakim jang berkuasa untuk mengadilinja di Amsterdam, dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim jang lebih tinggi untuk mengadilinja. 24. Segala perbuatan jang terhitung masuk kekuasaan atau kewadjiban jang bertanda tangan dibawah ini dapat dilakukan bersama-sama atau tersendiri. Djika salah suatu atau lebih diantara jang bertanda tangan dibawah ini tidak mempergunakan sesuatu kekuasaan atau djika salah suatu atau lebih diantaranja lalai memenuhi sesuatu kewadjiban, maka hal itu tidaklah mengurangi hak jang lain. 25. Bila bunji polis ini (kalau sekiranja tidak ditulis dengan tangan atau mesin atau ditjetak dengan warna jang lain) berbeda dengan polis kebakaran-beurs jang disimpan tanggal 28 Mei 1923 pada Notaris G. KRA MER di Beurs Amsterdam, maka peraturan polis jang arhir itu sadjalah jang akan berlaku. Dengan tidak diperdulikan, bangunan apapun djuga jang ada atau akan ada disebelah-menjebelah, akan tetapi hanja bila bangunan-bangunan ini seanteronja atau sebagiannja dipergunakan oleh jang ditanggung untuk perusabaannja. Dimana dalam rentjana tertjetak dari polis ini (akan tetapi ketjuali bab 9 dan bab 25) tertera Amsterdam disetudjui untuk itu dikota dimana poli» ini diberikan, sedang untuk kata-kata jang terdapat dalam bab 9, jaitu der Kamer van Koophandel en Fabrieke te Amsterdam hendaklah dibatja dari hakim jang berkuasa dikota mana polis ini diberikan. Dalam segala perselisihan atau perbedaan paham tentang tafsir peraturanperaturan jang diatas ini, hendaklah dipergunakan peraturan-peraturan resmi dalam bahasa Belanda.

123 L a m p ira n I I I Tjontoh FOC policy XYZ COMPANY Term From To Policy No Sum Insured Premium WHEREAS (hereinafter called the Insured) having paid to the ATLAS ASSURANCE COMPANY LIMITED (hereinafter called the Company) the sum of for insuring as hereinafter mentioned the property hereinafter described in the several sums following viz. T H E COMPANY hereby agrees with the Insured subject to the terms and conditions endorsed or otherwise expressed hereon which are to be taken as part of this Policy that if the property herein described or any part thereof shall be destroyed or damaged by Fire or Lightning at any time between the day of 19 and four o clock in the afternoon of the day of 19 or of the last day of any subsequent period in respect of which the premium required for the renewal of this Policy shall have been paid to and accepted by the Company the Company will make good to the Insured by payment or reinstatement all such loss or damage to an amount not exceeding m any case the sum specifically stated against each property herein descn and not exceeding in the whole the sum of IN WITNESS WHEREOF, ~ the authorised Agent of the Company acting under Power of Attorney have hereunto set ^ hand this day of 19 \ Examined... Entered... Form No. O Serial No. 115

124 CONDITIONS 1. If there be any material misdescription of any of the property hereby insured, or of any building or place in which such property is contained, or any misrepresentation as to any fact material to be known for estimating the risk, or any omission to state such fact, the Company shall not be liable upon this Policy so far as it relates to property affected by any such misdescription, misrepresentation or omission. 2' No payment m respect of any premium shall be deemed to be payment to the Company unless a printed form of receipt for the same signed by an Official or duly appointed Agent of the Company shall have been given to the Insured. b 3. The Insured shall give notice to the Company of any insurance or insurances already effected, or which may subsequently be effected, covering any of the property hereby. sured, and unless such notice be give; and tta particulars of such insurance or insurances be stated in or endorsed on Urn Policy by of the Company before the occurrence of any loss or damage, all benefit under this Policy shall be forfeited. 4. All insurance under this Policy (1) on any building or part of any building (2) on any property contained in any buildl. ^vith Conaiuu*., oned by its own fermentation, natural lls undergoi ~2pt as may be provided in, accordance >ing any heatiing or drying process.

125 (c) Loss or damage occasioned by or through or in consequence of (1) The burning of property by order of any public authority. (2) Subterranean Fire. 6. This insurance does not cover any loss or damage which either in origin or extent is directly or indirectly, proximately or remotely, occasioned by or contributed to by any of the following occurrences, or which, either in origin or extent directly or indirectly, proximately or remotely, arises out of or in connection with any of such occurrences, namely : (1) Earthquake, volcanic eruption, typhoon, hurricane, tornado, cyclone, or other convulsion of nature or atmospheric disturbance. (2) War, invasion, act of foregin enemy, hostilities or warlike operations (whether war be declared or not), mutiny, riot, civil commotion, insurrection, rebellion, revolution, conspiracy, military or usurped power, martial law or state of siege, or any of the events or causes which determine the proclamation or maintenance of martial law or state of siege. Any loss or damage happening during the existence of abnormal conditions (whether physical or otherwise), directly or indirectly, proximately or remotely, occasioned by or contributed to by or arising out of or in connection with any of the said occurrences shall be deemed to be loss or damage which is not covered by this insurance, except to the extent Lthat the Insured shall prove that such loss or damage happened independently of the existence of such abnormal conditions. In any action, suit or other proceeding, where the Company alleges that by reason of the provisions of this condition any loss or damage is not covered by this insurance, the burden of proving that such loss or damage is covered shall be upon the Insured. 7. Unless otherwise expressly stated in the Policy this insurance does not cover (a) Goods held in trust or on commission. (b) Bullion or unset precious stones. (c) Any curiosity or work of art for an amount exceeding 20. (d) Manuscripts, plans, drawings, or designs, patterns, models or moulds. (e) Securities, obligations, or documents of any kind, stamps, coined or paper money, cheques, books of account or other business books. (f) Coal, against loss or damage occasioned by its, own spontaneous combustion. (g) Explosives. (h) Any loss or damage occassioned by or through or in consequence of explosion ; but loss or damage by explosion of gas used for illuminating or domestic purposes in a building in which gas is not generated and which does not form part of any gas works, will be deemed to be loss by fire within the meaning of this Policy. (i) Any loss or damage occasioned by or through or in consequence of the burning whether accidental or otherwise, of forests, bush, prairie, pampas or jungle, and the clearing of lands by fire. 117

126 8. Under any of the following circumstances the insurance ceases to attach of this regards the property affected unless the Insured, before the occurrence of any loss or damage, obtains the sanction of the Company signified by endorsement upon the Policy, by or on behalf of the Company. (a) If the trade or manufacture carrid on be altered, or if the nature of the occupation of or other circumstances affecting the building insured or containing the insured property be changed in such a way as to increase the risk of loss or damage by fire. (b) If the building insured or containing the insured property become unoccupied and so remain for a period of more than 30 days. (c) If property insured be removed to any building or place other than that in which it is herein stated to be insured (d) If the interest in property insured pass from the Insured otherwise than by will or operation of law. 9. This insurance does not cover any loss or damage to property which, at the time of the happening of such loss or damage, is insured by or would, but for the existence of this Policy, be insured by any Marine Policy or would, but for the existence of this Policy, be insured by any Marine Policy or Policies had this insurance not been effected. 10. This iiisurance may be terminated at any time at the request of the Insured, in which case the Company will retain the customary short period rate for the time the Policy has been in force. This insurancce may also at any time be. terminated at the option of the Company, on notice to that effect being given to the Insured, in which case the Company shall be liable to repay on demand a ratable proportion of the premium for'the unexpired term from the date of the cancelment On the happening of any loss or damage the Insured shall forthwith give notice thereof to the Company, and shall within 15 days after the loss or damage, or such further time as the Company may in Writing allow in that behalf, deliver to the Company B (a) a claim in writing for the loss and damage containing as particular an account as may be reasonably practicable of all the several articles or items of property damaged or destroyed, and of the amount of the 1088 f tte to L ordamarespect-vely having regard to their value at the time of the loss o rdamag enot including profit of any kind (b) particulars of all other insurances, if any., rrua Insured shall also at all tinier at T-tjr. J -ve to the Company all such expense produce, procure 30 J f vouchers, invoices, duplicates o r ^ partic^ rs> Plans specifications, ^ in fo r m a tio n with respect to the cw I documents Proofs and the circumstances under ngiri and cause of the ** I t r touching the UahiS0 r ** IOS% r dama^ occulted, and * y together with a declaration o n ^ t h ^ 1 * * liabuity of the C m_ 118 ^ fom * m,h

127 119 f No claim under this Policy shall be payable unless the terms of this condition have been complied with. 12. On the happening of any loss or damage to any of the property insured by this Policy, the Company may. (a) enter and take and keep possession of the building or premises where the loss or damage has happened. (b) take possession of or require to be delivered to it any property of the Insured in the building or on the premises at the time of the loss or damage. (c) keep possession of any such property and examine, sort, arrange, remove or otherwise deal with the same. (d) sell any such property or dispose of the same for account of whom it may concern. The powers conferred by this Condition shall be exercisable by the Company at any time Until notice in writing is given by the Insured that he makes no claim under the Policy or, if any claim is made, until such claim is made, until such claim is finally determined or withdrawn,, and the Company shall not by any act done in the exercise or purported exercise of its powers hereunder, incur any liability to the Insured or diminish its right to rely upon any of the conditions of this Policy in answer to any claim. If the Insured or any person on his behalf shall not comply with the requirements of the Company or shall hinder or obstruct the Company in the exercise of its powers hereunder, all benefit under this Policy shall be forfeited. The Insured shall not in any case be entitled to abandon any property to the Company whether taken possession of by the Company or not. 13. If the claim be in any respect fraudulent, or if any false declaration be made or used in support thereof,, or if any fraudulent means or devices are used by the Insured or anyone acting on his behalf to obtain any benefit under this Policy ; or, of the loss or damage be occasioned by the wilful act, or with the connivance of the Insured; or, if the claim be made and rejected and an action or suit be not commenced within three months after such rejection, or (in case of an arbiration taking place in pursuance of the 18th condition of this Policy) within three mounths after the arbitrator or arbitrators or umpire shall have made their award, all benefit under this Policy shall be forfeited. 14. The Company may at its option reinstate or replace the property damaged or destroyed, or any part thereof, instead of paying the amount of the loss or damage, or may join with any other Company or Insurers in so doing, but the Company shall not be bound to reinstate exactly or completely, but only as circumstances permit and in reasonably sufficient manner, and in no case shall the Company be bound to expend more in reinstatement than it would have cost to reinstate such property as it was at the time

128 by 'S= loss dama85' or more than *he s" If the Company so elect to reinstate or replace any property the Insured shall, at his own expense, furnish the Company with s!lh p ltl 'p ^ f e S fons, measurements, quantmes, and such other particulars as the' 3 >y may require, and no acts done, or caused to be done by the t t m p a n y S a v,ew to reinstatement or replacement shall be deemed an ekcfon bv ^ Company to reinstate or replace. erection oy me p r ^ ^ ah L b T in trre? b ^ T u s esofany Z * - T Kpak the force affecting the alignment of streets or * r ther regulations in otherwise, the Company shall, in everv such pa ruction.of buildings, or case, only be liable to pay such sum as w y.liabe to P3^ suc}l repair such property if the same could lawful k! re<?u,s,te to ^instate or condition. Uld lawfuuy ** reinstated to its former 15. The Insured shall, at the expense nf 1 n doing, and permit to be done, all such a 6 do, and concur in or reasonably required by the Comoan u gs as may be necessary rights and remedies, or of obtaining, PurP se of enforcing any to which the Company shall be or w m 111 n ^ ^rom other parties upon its paying for or making g00d ai^v l entitled or subrogated, whether such acts and things shall be oss or damage under this Policy, before or after his indemnification hv ^ rj )ecome necessaiy or required 1 tne Company 16. If at the time o f any loss or damao h insured, there be any other subsisting- a^pen*n to any property herebyeffected by the Insured or by any othe 0r insurances, whether same property, this Company shall not h!» r Persons3 covering the than its ratable proportion of SUch w c f bie to Pay or contribute more oss or damage 17. If the property hereby i n s u r e d s, be collectively of greater value than the breaking out of any fire, sured shall be considered as being his * SUred there > then the Install bear a ratable proportion of the W msufer for the difference, and than one, of the Policy shall Every item, f more 18 If any difference arises as to th Ject to condition. difference shau independently ot al >y loss or damage such sim f an arbitrator, to be a p p ^ be referred to the decior> (,hcy cannot agree upon, by 0*. disinterested persons as arbitrators, of 10 *>» decision of two writing by of U* parties wiftin m 81,311 >* appointed in required so to do in wntmg by a, ot^ d" a f t e r ha\*,g bee«, refuse or fad to appoint an arbitrator w i f ^ " CaSe dther party shall receipt of «««m wntmg requirill ««m two calendar months after be a» liberty to *P «a sole a r b i w -? e other party shall tween the artxtrators, the ddference «4 m case'of disagrim ent be, be referred to the dtxision of an

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PEMUNGUTAN SUMBANGAN IURAN UNTUK MEMBANTU PEMBIAJAAN PENJELENGGARAAN RADIO REPUBLIK INDONESIA KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang 1946, No. 22 PENTJATATAN NIKAH. Peraturan tentang pentjatatan nikah, talak dan rudjuk. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1) bahwa peraturan pentjatatan nikah, talak dan rudjuk seperti

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 12/1968 30 Agustus 1968 No. 1/DPRD.GR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 180 TAHUN 1953 TENTANG PERATURAN TENTANG PEMERIKSAAN-KAS PADA PARA BENDAHARAWAN JANG MENERIMA UANG UNTUK DIPERTANGGUNG DJAWABKAN DARI KANTOR-KANTOR PUSAT PERBENDAHARAAN OLEH PARA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 40, 1955. BEA-MASUK DAN BEA-KELUAR-UMUM. PEMBEBASAN. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1955, tentang peraturan pembebasan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 13 tahun 1970 29 April 1970 No. 2/DPRDGR/A/Per/15. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 25/1963. 8 Djuni 1963. No. 12/DPRD/1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) Mengubah Peraturan Uap No. 342 tahun 1924 Menimbang bahwa dianggap perlu untuk menindjau kembali Peraturan Uap jang ditetapkan

Lebih terperinci

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Varia No. 406 Hal. 4 1966 (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Lebih terperinci

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1 III. I. ORDONANSI PADJAK PERSEROAN 1925. Stbl. 1925 No. 319; Stbl. 1927 No. 137; Stbl. 1930 No. 134; Stbl. 1931 No. 168; Stbl. 1932 No. 196 dan 634; Stbl. 1934 No. 106 dan 535; Stbl. 1938 No. 155 dan 319;

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. 1 Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 6 TAHUN 1954. Tentang TAMAN PEMAKAIAN PEMELIHARAAN DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9 tahun 1969 24 Pebruari 1969 No. 1/DPRDGR/67. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMBAHARUAN BEBERAPA HAK ATAS TANAH SERTA PEDOMAN MENGENAI TATA-TJARA KERDJA BAGI PEDJABAT-PEDJABAT JANG BERSANGKUTAN Menimbang

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. No.6/ 1959. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. menetapkan peraturan-daerah sebagai berikut : PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. (1) Dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 5 / 1966 14 Desember 1966 No. 4/D.P.R.D.G.R./1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu diadakan peratuaran tentang penggunaan Lambang Negara

Lebih terperinci

PENERBIT D J AM B ATAN

PENERBIT D J AM B ATAN PENERBIT D J AM B ATAN 0 3 m 2001 1? NOV?nr? í A S U R A N S I P E N G A N G K U T A N W ASURANSI PENGANGKUTAN disusun oleh J. E. KAIHATU PENERBIT DIAMBATAN C o pyrigh t b y D ja m b a ta n T jeta k a

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 No.11/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Jang Berikut : PERATURAN DAERAH TENTANG MENGADAKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun 1969 28 Mei 1969 No. 6 a 1/DPRDGR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 No.10/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk mendjamin bagian jang lajak dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuatan ekonomi potensiil jang dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa dalam penjelesaian Revolusi Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 Berita Negara RI No... Tahun 1950 PENGADJARAN. Peraturan tentang dasar pendidikan dan pengadjaran disekolah. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:bahwa perlu ditetapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Status : Mendjadi UU No.3 Th.1951 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk mengawasi berlakunja Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Sebagai Berikut : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR TENTANG PADJAK

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5 No. 5 Tahun 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. :18/1969. 2 Mei 1969 No.5/DPRD-GR/1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan Peraturan Daerah sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 5 tahun 1969 27 Pebruari 1969 No. : 6/Kep/D.P.R.D.G.R./1968 Keputusan : Dewan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kabupaten Djembana Tanggal

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND Suatu tindjauan singkat oleh Dr. Dieter Bartels Karangan ini adalah berdasarkan penelitian anthropologis jang dilaksanakan oleh penulis selama tahun 1974-75

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) NO. 7/1963 27 Pebruari 1963 No. : 6/DPRD-GR/1962,- Keputusan :Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah Tingkat II Buleleng

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 10/1963 13 April 1963 No.5 /DPRDGR/1963. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Meretapkan Peraturan

Lebih terperinci

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Menurut surat undangan jang diedarkan, maka tugas jang harus saja pikul hari ini, ialah: membitjarakan Kedudukan sastra dalam

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 1 / 1966 14 Desember 1966 No. 8/D.P.R.D.G.R./1962 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni 1954. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1954. Tentang PERIZINAN MEMBUAT REKLAME DAN PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 30/1963 5 Juli 1963 No : 2/DPR/1962 DEWAN PERWKAILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 22/1968 18 Nopember 1968 No. 1/SK/DPRD-GR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN GIANYAR K E P U T U S A

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli. 1953 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBANTAIAN HEWAN, PEMERIKSAAN DAGING

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei. 1955 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955 TENTANG KANTOR PERKREDITAN DAERAH. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 43 Tahun 1970 1 September 1970 No: 8/P/LK/DPRD-GR/1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1953 TENTANG PENDJUALAN MINUMAN KERAS DAN PEMUNGUTAN PADJAK ATAS IZIN PENDJUALAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 11/1968 21 April 1968 No. 510 a/dprdgr/a/ii/4/23. LAMPIRAN dari surat keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun 1969 16 Oktober 1969 No.6/DPRDGR/A/Per/23 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar segala kegiatan jang akan menundjang pengembangan kepariwisataan jang merupakan faktor potensiil

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan. 1955. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1955. Tentang TANDA-NOMOR DAN SURAT-TANDA-NOMOR BAGI KENDARAAN BERMOTOR DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REBPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 tahun 1971 TENTANG PERDJANDJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA DISELAT

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 3 / 1966 14 Desember 1966 No. 1/DPRD.GR./1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANGLI Menetapkan

Lebih terperinci

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Kencana, No. 2 Hal. 6 Th I - 1958 Drs. Asrul Sani SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Tjatatan: Drs. Asrul Sani adalah terkenal sebagai seorang essays jang djuga termasuk salah seorang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 32 tahun 1970 19 Agustus 1970 No. 3/PD/26/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KLUNGKUNG Menetapkan peraiuran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENIMBUNAN BARANG-BARANG (UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 17 TAHUN 1951) SEBAGAI UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHAESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 63 tahun 1970 10 November 1970 No: 2/PD/DPRD-GR/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1954, TENTANG SURAT MENGEMUDI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 16/1963 20 April 1963 No. 7/DPRD-GR/1963.- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Menetapkan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 8 TAHUN 1953 TENTANG TUGAS BELADJAR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITEIT GADJAH MADA Peraturan tentang Universiteit Gadjah Mada. Menimbang : bahwa perlu mengadakan peraturan tentang Universitit Negeri

Lebih terperinci

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952.

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952. Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannja

Lebih terperinci

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des.1952. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun 1952. TENTANG PEMADAM API DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II - 5 - SURAT PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA D.P.R./D.P.R.D.I DAN D.P.RD. II Pentjalonan ini dikemukakan untuk pemilihan Anggota DEWAN PERWAKILAN RAKJAT/DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH TINGKAT I/DEWAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9/1968 19 April 1968 No. 3/P/DPRDGR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 27 tahun 1970 17 Djuli 1970 Keputusan : Dewan Pewakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Propinsi Bali. Tanggal : 3 Djuli 1969. Nomor

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untukk memantapkan harga beras dan mentjukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, perlu menetapkan kebidjaksanaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN Menimbang : bahwa berhubung dengan diadakannja Kementerian Peladjaran perlu menindjau kembali susunan dan lapangan pekerdjaan Kementerian Perhubungan.

Lebih terperinci

TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI

TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI k a m a r a l s ja h 1 "" r I t 1....-y. ; , ^ i * t ^ ' k. p^samo j t i r i * V L J " r i!> k /A - ^ TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI r f B. W O L

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1970 TENTANG TATA-TJARA PENTJALONAN UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA- ANGGOTA D.P.R., D.P.R.D. I DAN D.P.R.D II. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 66 tahun 1970 20 November 1970 No: 11/DPRD-GR/A/Per/29 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 1/1968 20 Januari 1968 No. 2/D.P.R.D.G.R./1967. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut :

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut : TJETAKAN KE II TANGGAL 1 MARET 1958 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke III tg. 1 2-1953. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1953. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 37/1968 31 Desember 1968 No. 4/D.P.R.D.-G R./1965 Pasal 1. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN STAF PELAKSANA PEMILIHAN UMUM DI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk kepentingan kelantjaran pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 25 tahun 1970 17 Djuli 1970 No. 43/PD/DPRDGR/1969. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 1971 TENTANG TUNDJANGAN CHUSUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA KEPADA PEGAWAI DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha peningkatan dan pengamanan

Lebih terperinci

ET D'IRLANDE DU NORD, CANADA, AUSTRALffi,

ET D'IRLANDE DU NORD, CANADA, AUSTRALffi, No. 7323 UNITED KINGDOM OF GREAT BRITAIN AND NORTHERN IRELAND, CANADA, AUSTRALIA, NEW ZEALAND, INDIA and PAKISTAN and INDONESIA Agreement respecting the war cemeteries, graves and memorials of the Commonwealth

Lebih terperinci

FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi

FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi Sumber : Aneka No. 25/VIII/1957 Berikut ini dihidangkan buat para pembatja Aneka sebuah naskah jang tadinja adalah prasarana jang di utjapkan oleh sdr. Asrul Sani dalam diskusi besar masalah sensor, diselenggarakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN Menimbang : a. bahwa berhubung dengan keanggotaan Republik Indonesia pada Perserikatan Bangsa-Bangsa, dianggap perlu untuk mengirimkan suatu Delegasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 48 TAHUN 1951 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 48 TAHUN 1951 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 48 TAHUN 1951 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dianggap perlu mengirimkan suatu perutusan Republik Indonesia sebagai penindjau (observer)

Lebih terperinci

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa 1 Maka barang jang sudah ada daripada mulanja, barang jang telah kami dengar, barang jang telah kami tampak dengan mata kami, barang jang telah kami

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut:

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut: DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut: PERATURAN DAERAH, DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun 1969 16 Oktober 1969 No. 4/DPRDGR/A/Per/23 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kotapraja Surakarta Nomor 1 Tahun Ke VII Tanggal 1 April 1957 Nomor 2

Tambahan Lembaran Kotapraja Surakarta Nomor 1 Tahun Ke VII Tanggal 1 April 1957 Nomor 2 Tambahan Lembaran Kotapraja Surakarta Nomor 1 Tahun Ke VII Tanggal 1 April 1957 Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1957 TENTANG PEMELI HARAAN BABI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa perlu mengeluarkan petundjuk Pelaksanaan penjelenggaraan urusan hadji jang dimaksud dalam Keputusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa struktur organisasi,

Lebih terperinci

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 Harian Rakjat Djum at, 30 Oktober 1964 Para Sdr. Kuliah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 24 tahun 1970 17 Djuni 1970 Keputusan : Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kab. Gianyar Tanggal : 18 Nopember 1969 Nomer

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa sebelumnya diadakan pemilihan umum perlu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hukum pertambangan harus merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden/Panglima

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 7 TAHUN 1953 TENTANG MENDIRIKAN DAN MENJEWAKAN KIOSK DI TANAH MILIK DAERAH DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

1 ORANG DAN BADAN YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN

1 ORANG DAN BADAN YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN KONFEDERASI SWISS MENGENAI PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAK YANG BERKENAAN DENGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN BERHASRAT untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 31/1968 31 Desember 1968 No. 5/DPRD.GR.//1968- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR 30 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A Oktober 1968 6 Peraturan Daerah Propinsi Djawa Timur Nomor 3 tahun 1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1970 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERBEKALAN DAN PERHUBUNGAN PADA LEMBAGA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk kepentingan

Lebih terperinci

AKSARA ARAB MELAYU (JAWI) DAN NASKAH MELAYU

AKSARA ARAB MELAYU (JAWI) DAN NASKAH MELAYU AKSARA ARAB MELAYU (JAWI) DAN NASKAH MELAYU Universitas Gadjah Mada 1 PELADJARAN I 1. Huruf Arab Indonesia, semula dinamai huruf Melaju Arab. Sesuai dengan perkembangan bahasa Melaju hingga mendjadi bahasa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA N o.135 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA N o.135 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN N o.135 TAHUN 1951. KAMI, PRESIDEN Menimbang : bahwa dipandang perlu sekali Indonesia, sebagai anggauta "INTERNATIONAL TELECOMMUNICATION UNION" (I. T. U.), ikut serta dalam "KONPERENSI

Lebih terperinci