BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Rongga Mulut Definisi Kanker Rongga Mulut Kanker rongga mulut adalah keganasan yang melibatkan daerah bibir, ginggiva, anterior lidah, dasar mulut, palatum durum, dan mukosa bukal. Kanker rongga mulut dapat melibatkan lebih dari satu regio dalam rongga mulut (Lyman et al., 2009) Epidemiologi Kanker Rongga Mulut Kanker rongga mulut paling sering terjadi pada laki-laki dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 1,5 : 1. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih sering terpapar perilaku risiko tinggi kanker rongga mulut. Kemungkinan perkembangan kanker rongga mulut berhubungan dengan periode paparan faktor risiko dan peningkatan usia, ditambah lagi dengan hubungan usia dengan perubahan mutagenic dan epigenetic. Beberapa kondisi juga dapat mempengaruhi kejadian kanker rongga mulut, yaitu Li Fraumei sindrom, Plummer-Vinson sindrom, anemia Fanconi, kemoterapi, kongenital diskeratosis, xeroderma, pigmentosum, dan diskoid lupus eritematosus (Lemmer dan Feller, 2012). Five year survival rate pada pasien kanker rongga mulut dilaporkan sekitar 50%, pada laki-laki maupun perempuan. Stadium pasien kanker rongga mulut pada saat pertama kali didiagnosis berperan penting sebagai faktor prognosis. Kanker rongga mulut sering sekali terlambat didiagnosis akibat pasien terlambat mencari pengobatan, pasien tidak mengerti dan peduli terhadap tanda dan gejala yang muncul, atau pasien menyangkal adanya penyakit tersebut (Lemmer dan Feller, 2012) Patogenesis Kanker Rongga Mulut Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami perubahan (transformasi) sehingga bentuk, sifat dan kinetikanya berubah, sehingga tumbuhnya menjadi

2 6 autonom, liar, tidak terkendali, dan terlepas dari koordinasi pertumbuhan normal. Transformasi sel itu terjadi karena mutasi gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, yaitu proto-onkogen dan atau suppressor gene (Sukardja, 2000). 1. Proto-onkogen Proto-onkogen adalah gen normal yang banyak berperan dalam regulasi proliferasi sel. Mutasi membuatnya menjadi onkogen. Aktivasi protoonkogen menjadi onkogen biasanya disebabkan oleh mutasi gain of function. Setidaknya terdapat 3 mekanisme perubahan proto-onkogen menjadi onkogen, yakni : a. Mutasi noktah, menghasilkan protein yang hiperaktif tanpa adanya peningkatan jumlah, b. Amplifikasi gen, menghasilkan ekspresi berlebih proto-onkogen dan menghasilkan peningkatan jumlah protein tanpa meningkatkan fungsinya, dan c. Pengaturan ulang kromosom, dua mekanisme pengaturan ulang kromosom yang mengaktifkan proto-onkogen adalah translokasi dan inversi (Rasjidi, 2013). 2. Suppressor gene Bila proto-onkogen bertugas menyandi protein yang merangsang pertumbuhan tumor, gen supresor tumor bertugas sebagai rem proliferasi sel. Sebenarnya istilah ini kurang tepat, mengingat gen ini sebenarnya bukan berfungsi mencegah tumor melainkan mengatur proliferasi sel normal. Namun, oleh karena malfungsi gen ini terkait erat dengan kejadian tumor dan diidentifikasi pertama kali melalui penelitian terhadap tumor, gen ini kemudian dinamakan gen supresor tumor (Rasjidi, 2013). Salah satu penyebab dari kanker rongga mulut adalah aktivitas dari karsinogen kimiawi yang dihasilkan dari kebiasaan menyirih dan mengunyah tembakau. Karsinogen kimiawi tersebut memiliki 4 tahapan sampai terjadi kanker.

3 7 Empat tahapan tersebut adalah : a. Inisiasi, kerusakan genetik yang irreversibel, b. Promosi, terjadi ekspansi klonal sel yang terinisiasi secara selektif, menghasilkan lebih banyak sel yang berisiko mengalami perubahan genetik dan menjadi ganas, c. Konversi keganasan, perubahan genetik lebih lanjut mencetuskan transformasi sel pra-neoplastik menjadi sel berfenotip ganas, d. Progresi tumor, ekspresi fenotip keganasan yang ditandai dengan ketidakstabilan genom dan pertumbuhan sel yang tidak terkendali (Rasjidi, 2013). Pada suatu studi dilaporkan bahwa kebiasaan menguyah tembakau menyebabkan perubahan gen pada bcl-2, bax, dan p53. Pada studi tersebut disebutkan bahwa perubahan gen tersebut menjadi dasar terjadinya kanker rongga mulut (Teni et al., 2002). Selain itu, pembentukan ROS akibat dari kebiasaan mengunyah sirih juga dilaporkan menyebabkan terjadinya CYP26A1 dan CYP26B1 polymorphism sehingga mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut (Wu et al., 2014 ; Chen et al., 2014) Faktor Risiko Kanker Rongga Mulut Merokok Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sangat berkembang dimasyarakat. Kebiasaan merokok saat ini sudah menyebar diberbagai kelompok umur. Beberapa studi yang dilakukan di Indonesia melaporkan bahwa merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker rongga mulut. Menurut penelitiaan yang menggunakan sample dari data individu Riset Kesahatan Dasar Indonesia 2007, dilaporkan bahwa perokok mempunyai risiko 1,6 kali menderita kanker rongga mulut dibanding yang tidak merokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di lima rumah sakit besar rujukan di Jakarta yang melaporkan bahwa perokok lebih berisiko 1,58 kali menderita kanker rongga mulut dibanding yang tidak merokok. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Thailand juga melaporkan bahwa perokok lebih berisiko 1,82 kali menderita

4 8 kanker rongga mulut dibanding yang tidak merokok (Loyha et al., 2012 ; Sirait, 2013 ; Amtha et al., 2014) Perbedaan jenis, jumlah, dan durasi merokok juga ikut berperan dalam peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut. Semakin besar dan lama durasi merokok maka semakin tinggilah risiko terjadinya kanker rongga mulut (Loyha et al., 2012 ; Amtha et al., 2014) Alkohol Alkohol merupakan salah satu dari faktor risiko mayor kanker rongga mulut. Dibeberapa penelitian disebutkan bahwa ada hubungan alkohol dengan kejadian kanker rongga mulut. Konsumsi alkohol dilaporkan dapat berisiko 2,1 kali menderita kanker rongga mulut dan terdapat hubungan antara frekuensi mengonsumsi alkohol dengan peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut (Loyha et al., 2012) Menyirih Menyirih merupakan kebiasaan yang berkembang dan diterima dimasyarakat. Kebiasaan menyirih merupakan salah satu budaya dikalangan masyarakat Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan di Indonesia dilaporkan bahwa menyirih berisiko 4,19 kali menderita kanker rongga mulut dibanding yang tidak menyirih (Amtha et al., 2014). Frekuensi, lama, dan komposisi menyirih juga berperan dalam peningkatan kanker rongga mulut. Semakin tinggi frekuensi seseorang menyirih dalam sehari, maka semakin tinggi risiko terjadinya kanker rongga mulut (Loyha et al., 2012). Dalam penelitian meta analisis dengan menggunakan 84 artikel yang layak dari 3865 artikel yang diterima dilaporkan bahwa menyirih merupakan faktor risiko terjadinya kanker rongga mulut (Gupta dan Johnson, 2014).

5 Infeksi Virus Salah satu faktor risiko dari kejadian kanker rongga mulut adalah infeksi virus. Virus yang paling sering ditemukan adalah virus HPV. Infeksi virus HPV biasanya menyebabkan kanker di daerah genital seperti penis, serviks, vulva, vagina dan anus. Transmisi dari HPV dapat terjadi melalui kontak kulit-ke-kulit dan juga melalui aktivitas sexual. Peningkatan angka kejadian kanker rongga mulut yang disebabkan oleh infeksi HPV dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas seks oral dimasyarakat. Dilaporkan bahwa laki-laki lebih sering menderita kanker rongga mulut dengan infeksi HPV dibanding dengan perempuan (American Cancer Society, 2015) Kebersihan Mulut Menurut penelitian dilaporkan bahwa terdapat hubungan kebersihan mulut dengan kejadian kanker rongga mulut. Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa kebersihan mulut yang jelek berisiko 2,3 kali menderita kanker rongga mulut, dalam penelitian tersebut yang dikategorikan kebersihan mulut jelek adalah tidak melakukan gosok gigi dan membersihkan mulut setiap hari (Sirait, 2013) Paparan Sinar UV Iritasi sinar matahari akibat dari paparan sinar UV dapat menyebabkan kanker bibir pada orang-orang yang bekerja dilapangan dalam waktu yang lama (American Cancer Society, 2015) Tanda-tanda Kanker Rongga Mulut Menurut CDC, ada beberapa tanda bahaya yang dapat dicurigai sebagai kanker rongga mulut, yaitu : 1. Adanya ulkus yang nyeri yang tidak dapat sembuh selama 2 minggu 2. Plak putih atau plak kemerahan pada ginggiva, lidah, tonsil, atau mukosa mulut 3. Benjolan atau penebalan di bibir, ginggiva, atau dalam rongga mulut 4. Nyeri tenggorokan atau ada perasaan yang tidak nyaman pada tenggorokan

6 10 5. Sulit mengunyah dan menelan 6. Sulit menggerakkan lidah 7. Mati rasa pada daerah lidah dan mulut 8. Perubahan suara 9. Ada bejolan atau massa di leher 10. Berat badan menurun 2.2. Frekuensi Menyirih Definisi Frekuensi Menyirih Istilah sirih dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah betel quid atau dalam bahasa lain dikenal dengan istilah pan atau paan. Komposisi sirih umumnya adalah daun sirih, buah pinang, kapur sirih, dan terkadang dicampur dengan tembakau. Selain itu, ada juga yang menambahkan bahan lain sesuai dengan daerah masing-masing. Di Indonesia biasa ditambahkan gambir sebagai bahan tambahan komposisi sirih (IARC, 2004). Frekuensi menyirih diartikan sebagai intensitas seseorang mengonsumsi sirih dalam satu hari. Dalam sebuah studi yang dilakukan di Guam dilaporkan bahwa terdapat beberapa alasan orang untuk menyirih yaitu, menyukai rasa dari sirih tersebut, menyukai kebiasaan mengunyah sesuatu didalam mulut, faktor sosial, dan adanya efek relaksasi dan energi yang diberikan saat penggunaan sirih yang dianggap dapat membantu dalam membuat keputusan. Alasan-alasan tersebut dapat mempengaruhi tingkat konsumsi sirih dalam sehari (Little et al., 2014) Komposisi Daun Sirih Nama latin dari daun sirih dalah Piper betle. Daun sirih merupakan komponen yang paling sering digunakan bersamaan dengan buah pinang. Daun sirih mengandung minyak sirih, dan cairan yang mudah menguap yang didalamnya terkandung phenol, yaitu hydroxychavicol, euganol, betel phenol, dan

7 11 chavicol. Dilaporkan juga terdapat vitamin C (1,9 mg/g) dan karoten (80,5 mg/g) dalam daun sirih (IARC, 2004). Gambar 2.1. Daun Sirih Buah Pinang Nama latin dari buah pinang adalah Areca catechu. Buah pinang dapat dikonsumsi secara langsung atau dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur atau dipanggang. Pengolahan yang berbeda menghasilkan perbedaan konsentrasi dari kandungan buah pinang tersebut. Kandungan dari buah pinang adalah karbohidrat, lemak, protein, polifenol, alkaloid, dan mineral. Variasi konsentarasi dari zat yang terkandung bisa terjadi tergantung letak geografis penanaman, dan tingkat kematangan buah pinang saat dikonsumsi (IARC, 2004). Konsentrasi polifenol (flavonol, tannin) sangat tergantung dari lokasi penanaman dan tingkat kematangan buahnya. Kandungan tannin terbanyak terdapat pada buah pinang yang tidak matang dan menurun seiring kematangan buah tersebut (IARC, 2004). Buah pinang setidaknya mengandung enam jenis alkaloid, yang empat diantaranya adalah arecoline, arecaidine, guvacine, dan guvacoline. Arecoline merupakan alkaloid utama yang terkandung dalam buah pinang. Konsentrasi areocoline lebih banyak pada buah pinang yang matang dibanding yang belum matang (IARC, 2004).

8 12 Mineral yang terkandung dalam buah pinang adalah natrium, magnesium, kalsium klorida, vanadium, mangan, tembaga, dan brom. Buah pinang juga mengandung areca-nut-derived nitrosamines yang bersifat karsinogenik (IARC, 2004). Kandungan dari buah pinang dapat merangsang ekspresi COX-2 dan produksi PGE 2 dan PGE 2α yang berperan dalam proses terjadinya keganasan pada rongga mulut (Chang, 2014). Gambar 2.2. Buah Pinang Kapur Sirih Kapur sirih atau kalsium hidroksida merupakan salah satu komposisi dari sirih yang berasal dari pemanasan cangkang kerang laut atau karang, hasil debu dari cangkang atau karang laut tersebut ditambahkan air dan dioleskan pada daun sirih (IARC, 2004). Gambar 2.3. Kapur Sirih

9 Tembakau Tembakau sering ditambahkan sebagai komposisi sirih. Tembakau mengandung beberapa zat yang bersifat karsinogenik yaitu Tobacco-Spesific Nitrosamines (TNAs) yang terdiri dari : N-nitrosonornicotine (NNN), 4-(Nmethyl-N-nitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanone (NNK), dan N-nitrosoanabasine (NAB). Di India tembakau hanya dijemur sebelum dikonsumsi. Jenis tembakau yang sering digunakan adalah Nicotiana rustica dan Nicotiana tabacum (IARC, 2004). Gambar 2.4. Tembakau Cara Pengolahan Cara pengolahan sirih berbeda-beda setiap daerah, berikut ini cara pengolahan sirih yang biasa digunakan : 1. Hanya menguyah buah pinang saja, tidak dicampur dengan daun sirih, kapur sirih dan tembakau 2. Mengunyah tembakau tanpa buah pinang 3. Mengunyah buah pinang, daun sirih, kapur sirih, dan bahanan tambahan sesuai daerah masing-masing tanpa tembakau 4. Mengunyah bauh pinang, daun sirih, kapur sirih, dan bahan tambahan sesuai daerah masing-masing dengan tembakau (IARC,2004).

10 Dampak Merugikan dari Menyirih Terhadap Kanker Rongga Mulut Bahan-bahan yang digunakan dalam menyirih mengandung banyak zat kimia. Zat kimia tersebut sebagian besar bersifat karsinogenik. Tembakau mengandung beberapa zat Tobacco-Spesific Nitrosamines (TNAs) yang bersifat karsinogenik yaitu, N-nitrosonornicotine (NNN), 4-(N-methyl-N-nitrosamino)-1- (3-pyridyl)-1-butanone (NNK), dan N-nitrosoanabasine (NAB) sedangkan, buah pinang mengandung zat karsinogenik Areca-Nut Nitrosamine yaitu, 3-(methyl-Nnitrosamino) propionitrile (MNPN). Zat-zat ini dapat dideteksi melalui saliva orang yang menyirih. TSNAs mempengaruhi pengaktivan metabolisme sitokrom P450 dan aktivitas enzim-enzim. Selain itu, Tobacco-Spesific Nitrosamines NNN dan NNK dapat memicu terjadinya kesalahan kode DNA yang dapat menyebabkan dimulainya proses tumorgenesis di rongga mulut. Sedangkan Areca-Nut Nitrosamines MNPN dapat menyebabkan mutasi gen p53 yaitu transisi G A (Nair et al., 2004). Pengaruh polifenol yang dihasilkan oleh buah pinang juga dapat memicu terbentuknya tumor pada rongga mulut. Polifenol tersebut dapat mengoksidasi basa DNA, sehingga memicu terjadinya transversi G T yang dapat memicu terjadinya pembentukan tumor. Selain itu, yang dapat mempengaruhi kanker rongga mulut adalah aktivitas dari ROS. Aktivitas ROS dapat merusak jaringan. ROS tersebut berasal dari kandungan buah pinang dan kapur sirih (Nair et al., 2004). Dilaporkan bahwa mengunyah buah pinang dapat menyebabkan trauma lokal dan kerusakan mukosa disebabkan oleh karena sifat abrasinya. Kerusakan ini jika terus menerus terjadi dapat menyebabkan terganggunya homeostasis kolagen sehingga menyebabkan crosslink dan mempercepat terbentuknya Oral Submucosa Fibrosis (OSF). Iritasi lokal yang terus menerus terjadi ini juga dapat menyebabkan inflamasi yang kronik, dan terbentuknya oksidatif stres dan sitokinsitokin. Oksidatif stress dan ROS dapat memicu terjadinya proliferasi sel atau apoptosis jaringan, tergantung dari konsentrasi ROS yang dihasilkan (Nair et al, 2004).

11 15 Dalam buah pinang terkadung arecoline. Salah satu efek dari arecoline adalah deplesi dari antioksidan glutation dan penurunan aktivitas glutation S- tranferase. Kedua mekanisme ini menyebabkan timbulnya proses karsinogenesis. Deplesi dari glutation dapat menyebabkan terbentuknya lebih banyak oksidatif stres yang menyebabkan kerusakan DNA dan memicu sinyal terjadinya proses karsinogenesis. Glutation S-transferase merupakan enzim yang berfungsi untuk mendetoksikasi ROS, sehingga penurunan enzim tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan ROS (Nair et al., 2004). Ekstrak buah pinang juga dapat menginduksi terjadinya kerusakan DNA dan merangsang terjadinya diferensiasi pada epitel bukal yang diindikasikan dengan peningkatan ekspresi involucrin. (Chang et al,. 2014). Gambar 2.5. Patogenesis Terjadinya Kanker Rongga Mulut Akibat Kandungan Buah Pinang

12 16 Aktivitas COX-2, PGE 2, dan PGE 2α juga berperan dalam patogenesis kanker rongga mulut. PGE 2 dan PGE 2α berperan dalam proses karsinogenesis dengan mempertahankan proses hiperplasia, angiogenesis, penekanan sistem imun, dan metastasis tumor. Dalam sebuah penelitian dilaporkan bahwa terdapat keterlibatan Src dan Ras dalam ekspresi dan produksi dari COX-2 dan PGE 2. Src dan Ras berperan dalam mengatur pelekatan sel, invasi, proliferasi, dan angiogenesis yang dapat mempengaruhi perkembangan tumor (Chang et al,. 2014). 1. Trauma lokal dan kerusakan yang disebabkan oleh buah pinang/tembakau/kapur sirih 2. Kerusakan DNA oleh ROS/TSNA/ASNA 3. Proliferasi sel 4. Mutasi Leukoplakia Faktor Penyebab : Buah Pinang,gambir dan kapur sirih: Inflamasi kronik ROS, efek abrasi Buah Pinang : Stres oksidatif karena deplesi GSH, areocoline, ASNA. Tembakau : TSNA Epitel Normal Kerusakan DNA, proliferasi sel, mutasi dan ketidakstabilan gen Sistem imun yang buruk Kanker Rongga Mulut Fibrosis Submukosa Pembentukan kolagen yang berlebihan Fibrogenesis Stres oksidatif Gambar 2.6. Dampak Merugikan dari Menyirih Terhadap Kanker Rongga Mulut 2.3. Hubungan Frekuensi Menyirih dan Kanker Rongga Mulut Dalam beberapa penelitian dilaporkan bahwa terdapat hubungan frekuensi menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut. Risiko kanker rongga mulut meningkat pada orang yang memiliki kebiasaan menyirih lebih banyak dalam sehari. Suatu studi yang dilakukan di Jakarta melaporkan bahwa orang menyirih 1-10 kali dalam sehari berisiko 5 kali menderita kanker rongga mulut.

13 17 Studi lain juga melaporkan terdapat perbedaan tingkat frekuensi menyirih dengan kejadian kanker rongga mulut. Pada suatu studi dilaporkan bahwa menyirih 1-3 berisiko 2 kali menderita kanker rongga mulut, 4-5 kali berisiko 6 kali mnederita kanker rongga mulut, dan menyirih >5 kali dalam sehari berisiko 11 kali menderita kanker rongga mulut. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh peningkatan dosis pemakaian terhadap kejadian kanker rongga mulut (Dikshit & Kanhere, 2000 ; Balaram et al., 2002 ; Znoar et al., 2003 ; Amtha et al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar setelah penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini tampak adanya peningkatan kasus kanker disebabkan

Lebih terperinci

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 BSK sudah lama diketahui diderita manusia terbukti ditemukan

Lebih terperinci

Bagaimana Proses Terjadinya Keganasan

Bagaimana Proses Terjadinya Keganasan Bagaimana Proses Terjadinya Keganasan Kanker adalah suatu penyakit dimana terjadi proleferasi sel yang tidak terkontrol (Devita). Kanker terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi kronik memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya kanker. Salah satu penyakit inflamasi kronik adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dipicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan kedua tersering pada keganasan daerah kepala leher di beberapa Negara Eropa (Chu dan Kim 2008). Rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa abnormal pada jaringan yang tumbuh secara cepat dan tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap walaupun rangsangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari seluruh kasus kanker yang terjadi. Sekitar 90-95% dari total kanker pada rongga mulut merupakan kanker sel skuamosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit penting dan serius dapat bermanifestasi sebagai ulser di mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, tuberkulosis,

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Mulut 2.1.1 Definisi Neoplasma epitel yang bersifat invasif dengan berbagai derajat diferensiasi skuamosa serta kecenderungan untuk metastasis ke noda limpa, terjadi terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak untuk hidup sehat telah ditetapkan secara internasional sebagai hak dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati. urutan kedua dariseluruhkarsinomadi saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati. urutan kedua dariseluruhkarsinomadi saluran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati urutan kedua dariseluruhkarsinomadi saluran respirodigesti atas, setelah kavum oris. Lebih dari 95% keganasan di

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel abnormal. Kanker disebabkan oleh faktor eksternal (tembakau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI PENYAKIT KANKER 4 Februari-Hari Kanker Sedunia SITUASI PENYAKIT KANKER Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kanker Rongga Mulut Kanker atau Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Suatu neoplasma, sesuai definisi Willis, adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan yang menyerang daerah kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan dini (PD) adalah proses degeneratif yang melibatkan kulit dan sistem penyokong kulit, 1 berupa perubahan stuktural dan elastilitas kulit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kanker merupakan penyakit paling mematikan ke-5 dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kanker merupakan penyakit paling mematikan ke-5 dan mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus tumbuh atau bertambah dan tidak dapat mati (Depkes RI, 2013). Di Indonesia, kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dekokta merupakan metode untuk mengambil zat aktif tanaman dengan cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air kemudian dipanaskan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah kesehatan perempuan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terkait dengan tingginya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan dan kemungkinan mengakibatkan. berbagai penyakit-penyakit yang dapat dialaminya.

I. PENDAHULUAN. sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan dan kemungkinan mengakibatkan. berbagai penyakit-penyakit yang dapat dialaminya. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor penting dalam menunjang segala aktifitas hidup seseorang. Namun banyak orang yang menganggap remeh sehingga mengabaikan kesehatan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keganasan epitel tersebut berupa Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher (KSSKL)

BAB I PENDAHULUAN. keganasan epitel tersebut berupa Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher (KSSKL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kepala dan leher merupakan istilah luas yang mengacu kepada keganasan epitel sinus paranasalis, rongga hidung, rongga mulut, faring, dan laring. Hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker penyebab kematian di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara di Amerika pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ion Kalsium Dalam Saliva. Kalsium merupakan salah satu komponen elektrolit di dalam saliva yang terdapat dalam bentuk ion. 13 Saliva merupakan cairan kompleks yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kepala dan leher adalah berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aerodigestive atas (UADT), meliputi rongga mulut, nasofaring, orofaring, hipofaring dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dry mouth merupakan keadaan rongga mulut yang kering, berhubungan dengan adanya penurunan aliran saliva. 1 Umumnya terjadi saat cemas, bernafas melalui mulut, dan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap jejas yang terjadi dalam tubuh manusia. Inflamasi, bila terjadi terus menerus dalam waktu lama maka merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit multifaktorial yang timbul dari tidak seimbangnya protoonkogen, antionkogen, gen yang mengendalikan apoptosis, dan gen yang mengatur perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangan sel yang tidak normal, yang tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

Lebih terperinci

Basic Science of Oncology Carsinogenesis

Basic Science of Oncology Carsinogenesis Basic Science of Oncology Carsinogenesis DR. Dr. Wiratno, Sp.THT- KL (K) Kanker Kanker merupakan penyakit karena terjadi gangguan pengendalian (mutasi): Mutasi Proto-onkogen yang mengatur proloferasi sel

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker mulut, istilah untuk tumor ganas yang terjadi dalam rongga mulut, termasuk kanker bibir, gingiva, lidah, langit langit rongga mulut, rahang, dasar mulut, orofaringeal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker leher rahim menduduki urutan pertama kejadian kanker ginekologis pada wanita secara keseluruhan di dunia. Di seluruh dunia kanker leher rahim menempati urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usage and Attitude Urban Indonesia oleh Research International (2008),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usage and Attitude Urban Indonesia oleh Research International (2008), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan cat rambut dianggap sebagai solusi untuk menutupi uban maupun merubah penampilan untuk mengikuti mode. Menurut penelitian Usage and Attitude Urban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena beberapa penyakit sistemik dapat bermanifestasi ke rongga mulut (Mays dkk., 2012). Stomatitis aftosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran histopatologi karsinoma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi tinggi di dunia adalah

Lebih terperinci

Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K)

Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Pendahuluan Sel kanker : sel normal yang telah mengalami perubahan menjadi sel berproliferasi melampaui batas pertumbuhan normal

Lebih terperinci

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM????

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM???? KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM???? Abstrak Jangan salah tafsir!!! Bukan berarti orang yang kutilan itu punya kanker rahim, terutama pada wanita. Karena memang bukan itu yang dimaksud. Disini dimaksudkan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan menjadi

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit ganas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena adanya perubahan abnormal dari gen yang berperan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker endometrium adalah kanker paling sering pada saluran genitalia wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia setelah payudara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal adalah kanker ketiga tersering di dunia dan merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua di Amerika Serikat, setelah kanker paru-paru. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit dewasa ini bergeser dari penyakit menular dan masalah gizi ke penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan pada usus besar dan rektum. Gangguan replikasi DNA di dalam sel-sel usus yang diakibatkan oleh inflamasi kronik dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit mata penyebab kebutaan di dunia adalah disebabkan oleh katarak. Pada tahun 1995 dikatakan bahwa lebih dari 80% penduduk dengan katarak meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Angka kematian akibat kanker di dunia mencapai 13% atau mencapai 7,4 juta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan neoplasma yang jarang terjadi di sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum merupakan penyakit yang mengerikan. Banyak orang yang merasa putus harapan dengan kehidupannya setelah terdiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pinang (Areca catechu L.) atau jambe dalam Bahasa Sunda merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pinang (Areca catechu L.) atau jambe dalam Bahasa Sunda merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pinang (Areca catechu L.) atau jambe dalam Bahasa Sunda merupakan salah satu tumbuhan palma. Tumbuhan ini tersebar dari Afrika Timur, Semenanjung Arab, Tropikal Asia,

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang Permasalahan. sinar X dalam bidang medis, yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang Permasalahan. sinar X dalam bidang medis, yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan 1 I. PENGANTAR A. Latar Belakang Permasalahan Radiografi dental untuk tujuan diagnostik merupakan bentuk penggunaan sinar X dalam bidang medis, yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan adanya radiasi

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan sekitar dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain (World Health

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun lalu. Sekitar satu milyar penduduk dunia merupakan perokok aktif dan hampir 80% dari total tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

GIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM

GIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM GIZI DAN KANKER Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM Pendahuluan Kanker : penyakit menakutkan, blm ada terapi baku Ciri khas sel kanker : pengendalian pertumbuhan yg menurun / tidak terbatas Invasi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan insiden dan mortalitas yang tinggi (Carlos et al., 2014). Sampai saat ini telah

I. PENDAHULUAN. dengan insiden dan mortalitas yang tinggi (Carlos et al., 2014). Sampai saat ini telah I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan sehubungan dengan insiden dan mortalitas yang tinggi (Carlos et al., 2014). Sampai saat ini telah tedapat 529.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan asupan nutrisi atau

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan

Lebih terperinci

kanker). Tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis. Perubahan pola makan di negara-negara berkembang seperti Indonesia

kanker). Tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis. Perubahan pola makan di negara-negara berkembang seperti Indonesia PENDAHULUAN Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dengan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia. Kanker rongga mulut ditemukan 2-5% dari seluruh keganasan, dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia. Kanker rongga mulut ditemukan 2-5% dari seluruh keganasan, dan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang saat ini mendapatkan perhatian serius di dunia. Kanker rongga mulut ditemukan 2-5% dari seluruh keganasan, dan merupakan urutan ke-6 terbanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang dijumpai hampir 30% dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada perempuan,

Lebih terperinci

b. Tumor: massa jaringan abnormal yg tumbuh berlebihan, terus-menerus meskipun rangsang yang menimbulkannya telah hilang.

b. Tumor: massa jaringan abnormal yg tumbuh berlebihan, terus-menerus meskipun rangsang yang menimbulkannya telah hilang. Kasus: Seorang perempuan Ny. J berusia 40 th mnegeluh ada benjolan di payudara sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu. Benjolan tidak berwarna kemerahan dan tidak terasa nyeri. Pasien juga tidak mengeluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol atau alkohol yang merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, dan tak berwarna. Etanol merupakan jenis alkohol yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan kanker tersering kedua di negara negara barat, dan menyebabkan 55.000 kematian penduduk Amerika Serikat pada tahun 2005 (Gommeaux et al.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang kurang menentu, secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya, serta mempengaruhi kesehatan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang telah menjadi

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang telah menjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker dengan insidensi dan mortalitas terbanyak pada wanita di dunia, yaitu sebanyak 1.384.155 kejadian dan 458.503 kematian (IARC, 2013). 70%

Lebih terperinci

Memaknai Paradigma Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) atau Hari Tanpa Rokok Sedunia (HTRS)

Memaknai Paradigma Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) atau Hari Tanpa Rokok Sedunia (HTRS) Memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 31 Mei 2011 Memaknai Paradigma Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) atau Hari Tanpa Rokok Sedunia (HTRS) Oleh : Agus Samsudrajat S, SKM Hampir Setiap tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang yang beralamat di jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan Kerja atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama di seluruh dunia dan menempati keganasan terbanyak pada wanita baik di negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker ditetapkan sebagai penyebab utama kematian di dunia dengan angka yang mencapai 7,6 juta atau (sekitar 13% dari semua kematian setiap tahunnya) pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor rongga hidung dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal adalah tumor yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal di sekitar hidung.

Lebih terperinci