I. PENGANTAR. A. Latar Belakang Permasalahan. sinar X dalam bidang medis, yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENGANTAR. A. Latar Belakang Permasalahan. sinar X dalam bidang medis, yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan"

Transkripsi

1 1 I. PENGANTAR A. Latar Belakang Permasalahan Radiografi dental untuk tujuan diagnostik merupakan bentuk penggunaan sinar X dalam bidang medis, yang dalam pelaksanaannya berkaitan dengan adanya radiasi pengion sinar X dengan kategori dosis sangat rendah (Wall et al., 2006). Pada penggunaan teknik digital, dosis efektif yang diserap oleh pasien pada radiografi panoramik berkisar antara 4,7 microsievert (µsv) sampai dengan 14,9 µsv sedangkan teknik analog mencapai 26 μsv (Gijbels et al., 2005). Berdasarkan data pada penelitian Kurniawati (2013), diperoleh hasil bahwa perhitungan laju dosis yang dihasilkan oleh mesin radiografi panoramik merk Yoshida Panoura di Laboratorium Radiologi Dentomaksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi UGM dalam sekali paparan adalah 47 μsv. Menurut Whaites (2009) nilai batas dosis paparan radiasi yang dipersyaratkan oleh The International Commission on Radiological Protection (ICRP) maksimal sebesar 0,3 milisievert (msv). Dengan demikian dosis yang dihasilkan oleh paparan radiasi radiografi panoramik di Kedokteran Gigi UGM masih jauh di bawah dosis yang dipersyaratkan. Radiografi panoramik di bidang kedokteran gigi sangat sering digunakan sebagai prosedur rutin untuk menegakkan diagnosis dan sebagai evaluasi keberhasilan perawatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Penggunaan radiografi untuk tujuan tersebut sering berakibat terjadinya pengulangan paparan radiasi radiografi dan terjadinya peningkatan dosis efektif yang diterima pasien (Okano & Sur, 2010). Dosis yang sangat rendah akibat paparan radiasi radiografi

2 2 panoramik bukan berarti tidak menimbulkan efek sama sekali terhadap sel dan jaringan hidup yang terpapar (Wall et al., 2006). Radiasi pengion akibat paparan radiasi radiografi panoramik dapat menyebabkan reaksi ionisasi pada objek yang dikenainya. Pada teknik radiografi panoramik, mukosa mulut yang berkontak langsung dengan saliva akan menjadi objek pertama yang terpapar oleh radiasi pengion dan mengalami ionisasi (Whaites, 2002). Radiasi pengion dapat merusak sel dengan cara mentransfer sejumlah energi terhadap atom atau biomolekul target sehingga mengubah karakteristiknya (Fenech, 2000). Pada sel yang terkena paparan radiasi akan terjadi beberapa jalur kerusakan baik sitotoksisitas maupun genotoksisitas. Kerusakan sitoksisitas berupa piknosis, karioreksis serta kariolisis dan kerusakan genotoksisitas berupa pembentukan mikronukleus (Tolbert et al., 1992). Pada penelitian Cerqueira et al. (2008), Ribeiro et al. (2008) dan Popova et al. (2007) menemukan bahwa, radiasi sinar X akibat radiografi dental menggunakan teknik panoramik menyebabkan terjadinya efek genotoksik berupa peningkatan jumlah mikronukleus pada sel epitel gingiva dan mukosa bukal. Peningkatan jumlah mikronukleus tersebut maksimal terjadi pada hari ke-10 sesudah paparan dan akan mengalami penurunan pada hari ke-14 setelah paparan dihentikan. Menurut Cerqueira et al. (2008), belum diketahui dengan pasti kapan waktu hilangnya mikronukleus secara total pada sel yang telah terpapar radiografi panoramik. Peningkatan jumlah mikronukleus menunjukkan terjadinya peningkatan frekuensi kerusakan kromosom dan perubahan inti sel akibat paparan radiasi salah satunya radiografi dental teknik panoramik (Ribeiro et al., 2008).

3 3 Lebih lanjut, Rana et al. (2010) mengungkapkan bahwa, biomarker mikronukleus akibat dosis radiasi sinar X yang sangat rendah tidak menyebabkan kerusakan ikatan rantai ganda pada deoxyribonucleic acid (DNA), namun tetap berefek menyebabkan terjadinya perubahan kestabilan kromosom yang berkaitan dengan karsinogenesis. Terlebih lagi, ketika paparan radiasi radiografi panoramik dilakukan pengulangan sehingga terjadi paparan sebanyak 2 kali dalam 1 hari, menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah mikronukleus yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan mikronukleus akibat paparan radiasi radiografi panoramik satu kali paparan (Shantiningsih, 2012). Munculnya mikronukleus merupakan salah satu tanda awal terjadinya gangguan proliferasi sel dan berkaitan dengan mekanisme penting dalam karsinogenesis (Prasad et al., 1995). Mikronukleus ini bersifat semipermanen karena akan menetap dalam jangka waktu sekitar 1-2 kali pembelahan (Pawitan, 2005). Timbulnya mikronukleus sering diyakini sebagai penanda (marker) pada tahap dini mekanisme karsinogenesis pada sel yang terkena (van Poppel et al., 1992). Pada pasien dengan head and neck carcinoma cell squamosa ditemukan adanya peningkatan frekuensi mikronukleus pada mukosa normal di sekitar lesi, yang potensial menjadi lesi prekanker akibat terjadinya ketidakstabilan kromosom (Delfino et al., 2002). Akibat paparan radiasi akan terjadi reaksi ionisasi sehingga menyebabkan terbentuknya senyawa kimia yang disebut radikal bebas. Radikal bebas memiliki sifat yang sangat reaktif sehingga dapat menyebabkan oksidasi lebih lanjut pada molekul di sekitarnya. Ketika radikal bebas dan hasil oksidasi bereaksi terhadap

4 4 molekul kompleks dalam sel terutama kromosom, maka rantai kromosom menjadi terputus dan susunan basa nukleotida berubah (Whaites, 2009). Akibat lebih lanjut jika kerusakan DNA terjadi terutama pada gen gatekeeper akan menginduksi mekanisme karsinogenesis berupa pembelahan sel yang tertunda, modifikasi dan perubahan sel secara permanen serta peningkatan kecepatan pembelahan sel (Alberts et al., 2002). Pada sel yang mengandung radikal bebas setelah terjadinya reaksi oksidasi menyebabkan beberapa senyawa kimia bergabung dengan DNA membentuk DNA adduct (Tremblay, 2010). DNA adduct tersebut dapat dikenali dengan adanya senyawa 8-hydroxy-2-deoxyguanosine yang terekspresi sebagai 8-oxo-dG. Senyawa 8-hydroxy-2-deoxyguanosine merupakan suatu bentuk DNA adduct yang terjadi akibat reaksi oksidatif antara lain akibat paparan sinar X (Wulff et al., 2008). DNA adduct 8-oxo-dG dapat terdeteksi pada sel-sel mukosa bukal yang terkelupas (Borthakur et al., 2008). Jika terbentuknya DNA adduct 8-oxo-dG tidak diperbaiki akan menyebabkan terjadinya misspairing pada susunan basa nukleotida G:C menjadi A:T sehingga menimbulkan mutasi genetik (Preston et al., 2009). Perubahan genetik juga dapat terjadi sebagai respon sel terhadap radiasi sinar X, ultraviolet, dan sinar gama yang dapat merupakan rangkaian dalam mekanisme karsinogenesis dalam tahap inisiasi (Wulff et al., 2008). Berkaitan dengan hal tersebut, maka penggunaan radiasi pengion akibat radiografi panoramik yang mempunyai efek terbentuknya radikal bebas terhadap sel yang terpapar juga harus diminimalkan, terutama dihindarkan terjadinya pengulangan paparan radiasi radiografi dental untuk mencegah kemungkinan

5 5 dimulainya mekanisme karsinogenesis (Cameron, 1991). Bagi dokter gigi yang bekerja di bidang Radiologi Kedokteran Gigi (RKG), tentunya perlu melakukan upaya yang berkaitan dengan proteksi radiasi termasuk dalam hal ini menghindari pengulangan paparan radiasi radiografi. Dengan upaya tersebut diharapkan efek samping yang diperoleh pasien setelah mendapatkan paparan radiasi dapat diminimalkan. Segala kemungkinan terbentuknya mutasi akibat berbagai mutagen perlu diminimalkan (Alberts et al., 2004). Selain dengan menghindari pengulangan paparan, perlu dicari suatu bahan yang dapat berfungsi sebagai proteksi terhadap efek samping paparan radiasi radiografi sehingga dapat mencegah risiko timbulnya mekanisme karsinogenesis pada pasien yang mendapatkan paparan radiasi radiografi panoramik. β-carotene merupakan salah satu agen antioksidan yang telah diketahui mempunyai peran mencegah mekanisme karsinogenesis (Davison & Moon, 1992). Peran antikanker pada β-carotene ini lebih tinggi dibandingkan lycopene (Arab et al., 2001). Pada percobaan pencegahan terjadinya kanker paru, pemberian β-carotene secara peroral dengan dosis 30 mg/hari menghasilkan konsentrasi pada jaringan paru sebesar 26 μmol/kg. Konsentrasi tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi lycopen sebesar 1,2 μmol/kg dengan dosis pemberian 60 mg/hari sehingga disimpulkan bahwa, pemberian β-carotene lebih efektif untuk mencegah terjadinya kanker paru (Krinsky et al., 2004). Senyawa β-carotene juga telah dibuktikan dapat menurunkan jumlah mikronukleus pada beberapa kasus. Pada kasus kebiasaan mengunyah tembakau yang memicu terbentuknya kanker mulut, dilakukan percobaan pemberian suplemen β-carotene secara oral. Hasilnya, walaupun kebiasaan itu tetap

6 6 diteruskan, namun jumlah mikronukleus dalam sel mengalami penurunan (Rosin, 1993). Dalam penelitian van Poppel et al. (1992) β-carotene juga dilaporkan dapat digunakan untuk menurunkan frekuensi mikronukleus pada sputum dahak perokok berat setelah diberikan suplementasi secara peroral. Hal ini mengindikasikan bahwa, β-carotene dapat berperan pula dalam menurunkan risiko terjadinya kanker paru. Pada beberapa penelitian sebelumnya melaporkan suplementasi oral β-carotene pada subjek manusia dan tikus, secara signifikan mampu meningkatkan konsentrasi β-carotene dalam plasma darah. Suplementasi itu berperan pula menurunkan jumlah mikronukleus pada sel limfosit yang diradiasi sinar X. Berdasarkan hasil tersebut diyakini bahwa, β-carotene memberi perlindungan melawan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan pada kromosom (Umegaki et al., 1994; Umegaki et al., 1997; Salvadori et al., 1996). Mekanisme kerja β-carotene dalam mencegah terjadinya mekanisme karsinogenesis yaitu dengan berperan sebagai antioksidan karena memiliki ikatan rangkap yang dapat mengikat radikal bebas dan dengan memfasilitasi komunikasi sel (Zhang et al., 1992; Krinsky et al., 2004). Gap junction ini disusun oleh protein transmembran yang disebut connexin yang salah satunya adalah Connexin-43 atau yang sering disebut dengan Cx-43. Protein Cx-43 merupakan suatu protein utama penyusun gap junction yang memfasilitasi komunikasi antar gap junction. Terjadinya peningkatan komunikasi gap junction ditandai dengan adanya peningkatan ekspresi Cx-43 sehingga Cx-43 dikenal sebagai penanda komunikasi gap junction (Zhang et al., 1992). Komunikasi interseluler gap junction tersebut, sangat penting dalam fungsi regulasi proliferasi mitosis sel (Albert et al., 2004). Pada beberapa jenis sel kanker ditemukan adanya penurunan

7 7 kapasitas komunikasi interseluler dan terjadi penurunan jumlah gap junction (Klaunig&Ruch, 1990). Oleh karena itu, maka kemampuan carotenoid termasuk β-carotene dalam menghambat transformasi neoplastik berhubungan dengan kemampuannya untuk menstimulasi komunikasi junctional (Ball, 2004). Kemampuan β-carotene ini lebih tinggi dalam meningkatkan gap junction dibandingkan dengan lycopene (Arab et al., 2001). Dalam penelitian Buajeeb et al. (2008) ditemukan bahwa, β-carotene dapat digunakan untuk menurunkan jumlah mikronukleus pada mukosa oral pasien yang mengalami Oral Lichen Planus (OLP). Dosis yang digunakan dalam penelitian tersebut sebesar 60 mg per hari yang diberikan selama 3 bulan. Menurut beberapa penelitian sebelumnya, efek suplementasi β-carotene selama 3 bulan tersebut tidak akan memberikan efek toksisitas selama diberikan dalam dosis aman maksimal 60 mg per hari (Mayne et al., 1998). Dari penelitian tersebut dapat diasumsikan bahwa, jika kondisi sudah terlanjur parah, seperti terjadinya OLP yang merupakan kondisi premaligna, pemberian suplementasi β-carotene harus diberikan dalam jangka panjang dan dosis yang lebih besar. Efek suplementasi oral selama 3 bulan dengan dosis 60 mg tersebut akan memberikan efek kekuningan yang bersifat reversibel pada telapak tangan dan palatum lunak (Buajeeb et al., 2008). Untuk mencegah efek samping pemberian dalam dosis besar, perlu dicari alternatif dengan cara aplikasi lokal di rongga mulut. Aplikasi lokal pada rongga mulut memiliki keuntungan adanya kemampuan untuk menurunkan dosis obat yang digunakan dibandingkan dengan pemberian secara sistemik (Shargel et al., 2007).

8 8 Rongga mulut merupakan tempat awal masuknya sediaan obat namun kontaknya dengan mukosa mulut hanya berlangsung sebentar. Untuk mendapatkan hasil pengobatan melalui mukosa mulut atau pengobatan lokal pada mukosa mulut, sistem penghantaran obat harus didesain untuk dapat bertahan pada area yang dituju. Hal ini karena absorbsi obat secara lokal melalui rongga mulut memiliki kendala dengan adanya kemungkinan larutnya obat dalam saliva. Kemungkinan larutnya sediaan obat tersebut dapat menghambat keberhasilan absorbsi obat dalam mukosa (Washington et al., 2001). Pada sediaan berbentuk patch mukoadesif, absorbsi obat dapat dicapai secara langsung terlokalisir pada daerah yang ditempatkan patch. Sediaan patch yang terbentuk mempunyai kekuatan mukoadesif sehingga tidak akan terlepas dari tempatnya akibat gerakan lidah (Divyen, et al., 2010). Hewan coba kelinci memiliki karakter dan periode turn over mukosa gingiva yang mirip dengan manusia yaitu berkisar antara hari pada mukosa gingiva (Misra, 2011). Oleh karena itu, pemberian β-carotene secara lokal di rongga mulut akan diberikan dengan bentuk patch gingiva mukoadesif pada hewan coba kelinci. B. Perumusan masalah Paparan radiasi yang dihasilkan pada teknik radiografi panoramik hanya menggunakan dosis relatif kecil sekitar 47 μsv. Dosis yang rendah tersebut ternyata menimbulkan efek berupa pembentukan mikronukleus (Cerqueira et al., 2008; Riberio et al., 2008). Mikronukleus diyakini merupakan penanda yang berhubungan dengan tahap dini mekanisme karsinogenesis (van Poppel et al., 1992). Reaksi oksidatif yang mengenai DNA akibat paparan radiasi sinar X dapat

9 9 dideteksi dengan ekspresi 8-oxo-dG (Wulff et al., 2008). Penelitian menggunakan suplementasi oral β-carotene telah banyak dilakukan dan dilaporkan dapat menurunkan jumlah mikronukleus, baik pada pasien kanker mulut, kanker paru maupun pasien OLP (van Poppel et al., 1992; Rosin, 1993; Buajeeb et al., 2008). Suplementasi oral β-carotene pada subjek manusia dan tikus juga dilaporkan secara signifikan menurunkan jumlah mikronukleus pada sel limfosit yang secara in vitro diradiasi sinar X (Umegaki et al., 1994; Salvadori et al., 1996). Salah satu kemampuan β-carotene adalah dengan meningkatkan komunikasi gap junction yang dideteksi dengan adanya Cx-43 (Zhang et al., 1992; Krinsky et al., 2004). Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam penelitian ini akan digunakan β-carotene sebagai suatu bahan pencegah efek samping prosedur radiografi di kedokteran gigi dengan harapan dapat meminimalkan peningkatan jumlah mikronukleus akibat paparan radiasi radiografi panoramik sehingga transformasi ke arah terjadinya karsinogenesis dapat dihindarkan. Untuk menghindari suplementasi oral dengan dosis besar yang akan menyebabkan efek samping kekuningan seperti yang terjadi pada penelitian Buajeeb et al. (2008), maka peneliti ingin mencoba pemberian β-carotene sebagai agen pencegah efek samping radiasi secara lokal pada mukosa dalam bentuk patch gingiva mukoadesif. Penggunaan aplikasi patch gingiva mukoadesif β-carotene ini diharapkan mampu menurunkan dosis obat yang diberikan dibandingkan dengan suplementasi secara sistemik. Dengan demikian pada penelitian ini diajukan beberapa masalah yaitu: 1. Apakah β-carotene dapat menembus membran mukosa gingiva dan dibuat sediaan patch gingiva mukoadesif β-carotene?

10 10 2. Apakah aplikasi patch gingiva mukoadesif β-carotene memberi efek terhadap hasil radiograf? 3. Apakah aplikasi patch gingiva mukoadesif β-carotene meningkatkan kadar β-carotene dalam darah? 4. Apakah patch gingiva mukoadesif β-carotene mampu mencegah peningkatan jumlah mikronukleus akibat paparan radiasi radiografi panoramik pada mukosa gingiva? 5. Pada dosis berapakah patch gingiva mukoadesif β-carotene mampu mencegah peningkatan jumlah mikronukleus? 6. Kapankah waktu yang paling efektif untuk aplikasi patch gingiva mukoadesif β-carotene sebagai pencegah terjadinya efek samping paparan radiasi radiografi panoramik? 7. Apakah peningkatan jumlah mikronukleus setelah aplikasi patch gingiva mukoadesif β-carotene berhubungan dengan peningkatan ekspresi Cx-43? 8. Apakah terjadinya mikronukleus akibat paparan radiasi radiografi panoramik pada mukosa gingiva berhubungan dengan perubahan ekspresi 8-oxo-dG? 9. Apakah patch gingiva mukoadesif β-carotene juga mempunyai efek terhadap perubahan ekspresi 8-oxo-dG? 10. Apakah aplikasi patch gingiva mukoadesif β-carotene akan menimbulkan reaksi inflamasi pada mukosa gingiva? C. Keaslian Penelitian Penelitian yang telah ada di antaranya adalah penelitian Poppel et al. (1992) tentang efek pemberian β-carotene dapat menurunkan jumlah mikronukleus pada sputum dahak perokok berat. Penelitian lain, Rosin (1993) adalah penggunaan

11 11 β-carotene dapat menurunkan frekuensi mikronukleus pada individu yang mempunyai kebiasaan mengunyah tembakau walaupun kebiasaan tersebut tetap diteruskan. Umegaki et al. (1994) meneliti efek β-carotene secara sistemik dalam mencegah pembentukan mikronukleus pada sel limfosit tikus yang dipapar sinar X. Salvadori et al. (1996) meneliti penggunaan β-carotene sebagai pencegah efek samping sistemik pada tikus yang diberi paparan sinar X ditinjau dari frekuensi mikronukleus. Buajeeb et al. (2008) meneliti efek β-carotene untuk menurunkan jumlah mikronukleus pada mukosa oral pasien yang mengalami OLP. Untuk pembuatan dalam sediaan film patch mukoadesif, Divyen et al. (2010) membuat sediaan film mukoadesif dengan bahan lycopen. Dari seluruh penelitian yang ada, sejauh ini belum ditemukan adanya penelitian tentang sediaan patch gingiva mukoadesif β-carotene yang digunakan sebagai pencegah efek samping pada paparan radiasi dental dilihat melalui jumlah mikronukleus dalam sel gingiva. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Memberikan informasi ilmiah tentang efek β-carotene sebagai agen pencegah efek samping paparan radiasi radiografi panoramik yang menggunakan dosis paparan radiasi sangat rendah. 2. Menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian agen pencegah efek samping secara lokal di rongga mulut sebelum, pada saat dan atau sesudah paparan.

12 12 3. Memperluas kajian pemanfaatan β-carotene dengan bentuk sediaan lokal di rongga mulut untuk memperkecil dosis yang diberikan dibandingkan dengan pemberian suplementasi oral. 4. Menjadi acuan ilmiah bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih lanjut mengenai agen pencegah efek samping untuk radiodiagnosis di kedokteran gigi. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui mekanisme β-carotene dalam menembus mukosa gingiva untuk kemudian dibuat dalam sediaan patch gingiva mukoadesif β-carotene. 2. Mengetahui efek aplikasi patch gingiva mukoadesif β-carotene terhadap hasil radiograf. 3. Mengetahui kadar β-carotene dalam darah setelah aplikasi patch gingiva mukoadesif β-carotene. 4. Memahami penggunaan patch gingiva mukoadesif β-carotene sebagai pencegah efek samping prosedur radiografi panoramik untuk mencegah peningkatan jumlah mikronukleus pada mukosa gingiva. 5. Mendapatkan dosis patch gingiva mukoadesif β-carotene yang dapat berfungsi sebagai pencegah efek samping paparan radiasi radiografi panoramik. 6. Mengetahui waktu yang paling sesuai untuk aplikasi patch gingiva mukoadesif β-carotene supaya dapat berfungsi sebagai pencegah efek samping paparan radiasi radiografi panoramik.

13 13 7. Membuktikan bahwa mekanisme patch gingiva mukoadesif β-carotene dalam mencegah peningkatan jumlah mikronukleus melalui peningkatan ekspresi Cx Memahami hubungan terbentuknya mikronukleus dan 8-oxo-dG sebagai akibat paparan radiasi radiografi panoramik. 9. Membuktikan bahwa patch gingiva mukoadesif β-carotene berefek terhadap perubahan ekspresi 8-oxo-dG? 10. Mengetahui apakah patch gingiva mukoadesif β-carotene dapat bersifat biokompatibel terhadap mukosa gingiva yang ditempelinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Radiasi sinar X dapat memberikan efek terhadap sistem kehidupan secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keparahannya berbanding lurus dengan dosis dan memiliki ambang batas. Jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keparahannya berbanding lurus dengan dosis dan memiliki ambang batas. Jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar X terhadap jaringan biologis dapat memberikan efek deterministik dan stokastik. Efek deterministik merupakan efek yang keparahannya berbanding

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran RINGKASAN SUMMARY DAFTAR PUSTAKA xii

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran RINGKASAN SUMMARY DAFTAR PUSTAKA xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... INTISARI......

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usage and Attitude Urban Indonesia oleh Research International (2008),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usage and Attitude Urban Indonesia oleh Research International (2008), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan cat rambut dianggap sebagai solusi untuk menutupi uban maupun merubah penampilan untuk mengikuti mode. Menurut penelitian Usage and Attitude Urban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Hidayatullah dkk., 2013). Kompetisi renang mulai diadakan di Olympics pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Hidayatullah dkk., 2013). Kompetisi renang mulai diadakan di Olympics pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Renang merupakan gerakan yang dilakukan oleh manusia ketika berada di air yang dapat digunakan sebagai kegiatan olahraga maupun rekreasi (Fransinata dan Marsudi,

Lebih terperinci

Efek Aplikasi Patch Gingiva Mukoadesif β-carotene Akibat Paparan Radiografi Panoramik

Efek Aplikasi Patch Gingiva Mukoadesif β-carotene Akibat Paparan Radiografi Panoramik p-issn ARTIKEL 2460-0164 PENELITIAN Efek Aplikasi Patch Gingiva Mukoadesif β-carotene Akibat Paparan Radiografi Panoramik Rurie Ratna Shantiningsih* dan Silviana Farrah Diba** *Bagian Radiologi Dentomaksilofasial,

Lebih terperinci

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru, lambung dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun dari jaringan yang merupakan kumpulan dari sejumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari seluruh kasus kanker yang terjadi. Sekitar 90-95% dari total kanker pada rongga mulut merupakan kanker sel skuamosa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit multifaktorial yang timbul dari tidak seimbangnya protoonkogen, antionkogen, gen yang mengendalikan apoptosis, dan gen yang mengatur perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak sekitar tahun 1980 istilah dry cleaning mulai dikenal meluas oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak sekitar tahun 1980 istilah dry cleaning mulai dikenal meluas oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak sekitar tahun 1980 istilah dry cleaning mulai dikenal meluas oleh masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini terjadi seiring

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan seni dan ilmu dalam membuat gambar bayangan gigi dan struktur sekitarnya. Radiografi berperan penting di bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit penting dan serius dapat bermanifestasi sebagai ulser di mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, tuberkulosis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kanker merupakan penyakit paling mematikan ke-5 dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kanker merupakan penyakit paling mematikan ke-5 dan mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus tumbuh atau bertambah dan tidak dapat mati (Depkes RI, 2013). Di Indonesia, kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa jaringan abnormal yang berproliferasi cepat, tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap setelah hilangnya rangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutagen (mutagene) adalah bahan yang dapat menginduksi. deoxyribonucleic acid (DNA) menjadi mutasi. Adapun yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mutagen (mutagene) adalah bahan yang dapat menginduksi. deoxyribonucleic acid (DNA) menjadi mutasi. Adapun yang dimaksud dengan BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Mutagen (mutagene) adalah bahan yang dapat menginduksi deoxyribonucleic acid (DNA) menjadi mutasi. Adapun yang dimaksud dengan mutasi adalah perubahan susunan nukleotida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut adalah ruangan yang di dalamnya terdapat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut adalah ruangan yang di dalamnya terdapat berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut adalah ruangan yang di dalamnya terdapat berbagai organ yang memiliki peran penting dalam fungsi pencernaan manusia. Rongga mulut dibatasi oleh lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senyawa genotoksik seperti Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) yang

BAB I PENDAHULUAN. senyawa genotoksik seperti Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asap rokok merupakan klastogen, yaitu material yang dapat menyebabkan rusaknya kromosom 1. Asap rokok mengandung berbagai senyawa genotoksik seperti Polycyclic aromatic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak untuk hidup sehat telah ditetapkan secara internasional sebagai hak dasar dari setiap manusia yang ada di bumi ini. Hak untuk hidup sehat bukan hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu mengumpulkan data. Fungsi analisis

Lebih terperinci

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 BSK sudah lama diketahui diderita manusia terbukti ditemukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan menjadi

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit ganas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi kronik memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya kanker. Salah satu penyakit inflamasi kronik adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dipicu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak terjadi didunia dan meliputi sekitar 2,8% kasus keganasan (Jemal dkk., 2006). Kanker kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah infertilitas pria merupakan masalah yang menunjukkan peningkatan dalam dekade terakhir ini. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sebesar 50 %, sehingga anggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai proteksi kerusakan sel-sel ginjal. Bawang putih diperoleh dari Superindo dan diekstraksi di Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan selsel jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk karena terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dry cleaning. Pada tahun 1980 Indonesia mulai mengenal dry cleaning seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dry cleaning. Pada tahun 1980 Indonesia mulai mengenal dry cleaning seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses mencuci tanpa air telah dikenal sejak tahun 1825 di Perancis. Setelah memasuki pasar industri Perancis, proses tersebut kini lebih dikenal dengan istilah

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan BAB. I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Sinar-X merupakan sepenggal spektrum gelombang elektromagnetik yang terletak di ujung energi tinggi spektrum gelombang elektromagnetik di bawah dan bersinggungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan asupan nutrisi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari GLOBOCAN memperkirakan, terdapat sekitar 14,1 juta ditemukan kasus kanker baru dan tercatat 8,2 juta jiwa meninggal akibat kanker pada tahun 2012 di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker leher kepala merupakan kanker yang terdapat pada permukaan mukosa bagian dalam hidung dan nasofaring sampai trakhea dan esophagus, juga sering melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangan sel yang tidak normal, yang tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini meningkatnya pencemaran lingkungan berdampak negatif pada kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal bebas secara alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol merupakan zat kimia yang dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh. Penggunaan alkohol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pencucian tersebut berlangsung selama sabun cuci, blau atau kanji belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pencucian tersebut berlangsung selama sabun cuci, blau atau kanji belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman dahulu, orang Indonesia hanya mengenal cara mencuci tekstil atau produk tekstil secara sederhana, yaitu dengan menggunakan air serta lerak. Metode pencucian

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang. struktur normalnya yang dikenal dengan homeostasis normal. Sel akan

BAB I. A. Latar Belakang. struktur normalnya yang dikenal dengan homeostasis normal. Sel akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap sel melakukan metabolisme untuk mempertahankan fungsi dan struktur normalnya yang dikenal dengan homeostasis normal. Sel akan beradaptasi apabila mendapat stimulus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentagamavunon-0 (PGV-0) atau 2,5-bis-(4ʹ hidroksi-3ʹ metoksibenzilidin) siklopentanon adalah salah satu senyawa analog kurkumin yang telah dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat di kota-kota besar terutama pada negara berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat di kota-kota besar terutama pada negara berkembang dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini jumlah penggunaan kendaraan bermotor semakin meningkat di kota-kota besar terutama pada negara berkembang dengan sistem transportasi umum yang kurang baik.sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maraknya kasus kanker di negara berkembang dihubungkan dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maraknya kasus kanker di negara berkembang dihubungkan dengan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan permasalahan pandemik umum yang telah banyak menyumbangkan angka kematian dalam populasi dunia. Sedikitnya 20 juta penduduk dunia telah terdiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tetapi juga di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker kepala leher

BAB I PENDAHULUAN. industri tetapi juga di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker kepala leher BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidens penyakit kanker saat ini semakin meningkat, tidak hanya di negara industri tetapi juga di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker kepala leher merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena adanya perubahan abnormal dari gen yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Radiasi terdiri dari beberapa jenis, ditinjau dari massanya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi yaitu pengambilan gambar menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang dapat

Lebih terperinci

Volume 46, Number 3, September 2013

Volume 46, Number 3, September 2013 119 Volume 46, Number 3, September 2013 Research Report Korelasi antara jumlah mikronukleus dan ekspresi 8-oxo-dG akibat paparan radiografi panoramic (The correlation of micronucleus formation and 8-oxo-dG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akses terhadap obat merupakan salah satu hak azasi manusia. Obat merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau sering disebut juga sebagai tumor ganas (maligna) atau neoplasma adalah istilah umum yang mewakili sekumpulan besar penyakit yang bisa mengenai bagian manapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan alkohol sebagai minuman yang sudah tentu bertentangan dengan ajaran islam saat ini ada kecenderungan meningkat di masyarakat. Penggunaan alkohol terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar setelah penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini tampak adanya peningkatan kasus kanker disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Kanker dan Kanker Payudara Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya abnormalitas regulasi pertumbuhan sel dan meyebabkan sel dapat berinvasi ke jaringan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal adalah kanker ketiga tersering di dunia dan merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua di Amerika Serikat, setelah kanker paru-paru. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection ORIGINAL ARTICLE Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection Nadia Surjadi 1, Rahmi Amtha 2 1 Undergraduate Program, Faculty of Dentistry Trisakti University, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam diagnosis danpengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut tertentu. Meskipundosis radiasi dalamradiografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sinar X telah lama dikenal dalam bidang kedokteran umum maupun kedokteran gigi sebagai suatu alat yang sangat membantu dalam suatu diagnosa penyakit gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang dialami oleh setiap manusia di dunia, tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi proses penuaan dapat diperlambat. Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K)

Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Pendahuluan Sel kanker : sel normal yang telah mengalami perubahan menjadi sel berproliferasi melampaui batas pertumbuhan normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penggunaan teknologi nuklir disadari benar bahwa selain dapat diperoleh manfaat bagi kesejahteraan manusia juga ditemui posisi bahaya bagi keselamatan manusia.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan klinis yang biasanya digunakan untuk membantu penegakan diagnosa dan rencana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga pinnata) sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bidang telah menyebabkan masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang lebih

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bidang telah menyebabkan masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang lebih I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kemudahan komunikasi, peningkatan status perekonomian masyarakat, serta peningkatan pengetahuan sebagai hasil pembangunan nasional di segala bidang telah menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT

RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : IRA IPADA PUTRI NIM : 050600033 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B sebagai racun 2.1.1 Definisi Racun Racun ialah zat yang bekerja dalam tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena beberapa penyakit sistemik dapat bermanifestasi ke rongga mulut (Mays dkk., 2012). Stomatitis aftosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

Mata Kuliah KESEHATAN LINGKUNGAN

Mata Kuliah KESEHATAN LINGKUNGAN Mata Kuliah KESEHATAN LINGKUNGAN FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA DAYA TAHAN TUBUH MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN SESI 2 Dra. Susi Iravati, Apt., PhD 1 Stimuli terhadap manusia Stimuli endogenous (di dl dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang sangat penting di bidang kedokteran gigi. Ini karena hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kortikosteroid bukan merupakan obat baru bagi masyarakat. Di dunia kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat kortikosteroid mulai berkembang

Lebih terperinci