I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.
|
|
- Sucianty Sutedja
- 2 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme serta agen berbahaya. Lapisan terluar mukosa dilindungi oleh epitel skuamosa berlapis yang mempunyai mekanisme adaptasi pertahanan yang berbeda-beda tergantung letaknya. Mukosa yang menerima tekanan mekanik dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. Mukosa tersebut terdiri atas epitel skuamosa berkeratin yang melekat pada permukaan di bawahnya, yaitu jaringan ikat kolagen atau lamina propia. Mukosa di dasar mulut dan area bukal yang memudahkan aktivitas pengunyahan, berbicara dan menelan bolus makanan disebut mukosa lining yang dilapisi oleh epitel tidak berkeratin, sedangkan dorsum lidah dilapisi epitel berkeratin dan tidak berkeratin yang melekat pada otot lidah (Squier dan Kremer, 2001). Jaringan epitel rongga mulut mempunyai struktur tidak stabil yang secara teratur selalu beregenerasi melalui aktivitas pembelahan sel. Pembelahan sel tercepat terjadi pada area nonkeratin yang tipis seperti pada dasar mulut dan bawah lidah. Pembelahan sel jaringan epitel berlapis terjadi pada lapisan germinal, yaitu sel-sel yang paling dekat dengan lamina basalis, selanjutnya sel akan meninggalkan lapisan basalis dan masuk ke tahap diferensiasi (Junqueira dkk., 1997). Aktivitas pembelahan sel dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya infiltrasi ringan sel inflamasi
2 8 subepitel yang akan menstimulasi pembelahan sel, sedangkan inflamasi berat menyebabkan penurunan aktifitas proliferasi. Proliferasi sel epitel distimulasi oleh peptide growth factor yang disebut sitokin, yaitu epidermal growth factor (EGF), transforming growth factor-α (TGF-α), platelet derived growth factor (PDGF) dan interleukin 1 (IL-1). Obat-obatan dan radiasi juga dapat membatasi aktivitas proliferasi epitel terutama pada mukosa lining yang tidak berkeratin sehingga menyebabkan lebih tipis dan memudahkan terbentuknya ulkus (Junqueira dkk., 1997; Squier dan Kremer, 2001). Kerusakan mukosa rongga mulut yang terjadi akibat penggunaan obat topikal maupun obat sistemik salah satunya Aspirin yang digunakan untuk mengatasi nyeri gigi telah banyak dilaporkan. Konsumsi Aspirin dilaporkan dapat menyebabkan iritasi pada rongga mulut. Gejala yang timbul antara lain rasa terbakar, nekrosis koagulasi yang ditandai dengan terbentuknya mukosa berwarna putih yang berangsurangsur mengelupas membentuk lesi ulseratif berwarna merah. Lesi tersebut terasa nyeri dan membutuhkan waktu 3-7 hari untuk penyembuhan, tergantung dari tingkat keparahan (Shah dkk., 2012). Aspirin merupakan golongan obat NSAID yang sering digunakan untuk pereda atau penghilang nyeri. Efek samping penggunaan obat Aspirin banyak dilaporkan pada kasus saluran gastrointestinal. Kerusakan mukosa akut yang diinduksi oleh Aspirin terjadi dalam 60 menit dan terlihat adanya petekia hemoragi intramukosa dan erosi saluran gastrointestinal. Mekanisme kerja Aspirin, yaitu dengan menghambat jalur cyclooxigenase (COX) dan sistesis prostaglandin.
3 9 Penghambatan COX dapat menurunkan sekresi cairan mukus dan sekresi bikarbonat, menyebabkan kerusakan vaskular, akumulasi leukosit dan menghambat diferensiasi sel (Halter dkk., 2001). Dilaporkan oleh Shah dan Patel (2012) bahwa penggunaan dosis Aspirin 500 mg/kg pada tikus satu kali sehari secara peroral dapat menimbulkan ulkus di lambung dengan ulcer index sebesar 3,2. Aspirin mempunyai mekanisme menghambat COX secara irreversible, sehingga mempunyai efek antiplatelet selama 8-10 hari (Wagner dkk., 2004). Konsumsi jangka panjang Aspirin dengan dosis rendah dapat meningkatkan kerusakan sistem gastrointestinal sebanyak 0,1% - 0,2% pasien/tahun. Dilaporkan pula bahwa dosis rendah Aspirin (30-50 mg/hari) secara selektif dapat menghambat produksi tromboksan A2 pada platelet oleh COX-1 sehingga menyebabkan penekanan agregasi platelet, vasokonstriksi dan gangguan hemostasis epitel (Patrignani dkk., 1982 dan FitzGerald dkk., 1983 cit Thun dkk., 2002). Aspirin dapat menginduksi ulkus lambung dan menghambat penyembuhannya karena mempunyai mekanisme kerja dalam penghambatan cairan mukus dan prostaglandin. Penggunaan Aspirin secara sistemik pada hewan menginduksi kerusakan epitel permukaan lambung. Hasil penelitian tersebut berbanding lurus dengan penghambatan sistesis PGE2 (Wallace, 1990). Penelitian yang dilakukan Wang dkk., (1995) menunjukkan bahwa PGE 2 saliva berkurang selama tahap ulseratif dari stomatitis. Peranan PGE 2 pada epitel mukosa lambung dan epitel mukosa rongga mulut diduga karena adanya persamaan histologi. Penelitian yang dilaporkan oleh Ship (1996) menyatakan bahwa histologi
4 10 stomatitis aphtosa di rongga mulut sama dengan histologi pada ulkus intestinal (Ship, 1996). Indikasi lama pemberian Aspirin disarankan tidak lebih dari 10 hari untuk mengatasi nyeri (Yagiela dkk., 2010). Lama pemberian Aspirin pada epitel mukosa menyebabkan respon yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Cryer dan Feldman (1999) melaporkan bahwa periode pemberian Aspirin dalam jangka waktu lama, yaitu selama 3 bulan dengan dosis 10 mg per hari per oral menyebabkan penurunan prostaglandin (PGE2) pada mukosa lambung. Lama pemberian Aspirin selama 14 hari dilaporkan merusak lapisan epitel mukosa lambung. Kerusakan terdeteksi mulai hari ke-3 setelah paparan Aspirin (Metzger dkk., 1976 dan Svendsen dkk., 1987 cit Fenn, 2007). Selema dkk., (2010) melaporkan bahwa Aspirin dapat menyebabkan penghambatan regenerasi mukosa. Dalam keadaan normal, sel basalis dapat berproliferasi secara berkelanjutan, kemudian sel tersebut menggantikan sel di lapisan permukaan yang hilang, sehingga integritas mukosa tetap terjaga. Penghambatan aktifitas proliferasi sel menyebabkan epitel menjadi tipis dan terbentuk ulkus. Konsep homeostasis epitel menunjukkan bahwa proliferasi pada lapisan basalis seimbang dengan hilangnya sel pada lapisan permukaan mukosa (Junqueira dkk., 1997; Squier dan Kremer, 2001). Proliferasi sel pada lapisan suprabasalis dapat diketahui menggunakan marker KI-67 (Gonzales dkk., 1999). Protein KI-67 terdeteksi di semua siklus sel kecuali fase G0 dan mencapai puncak tertinggi saat terjadi pembelahan sel.
5 11 Pengujian ekspresi KI-67 dinilai melalui presentasi sel yang positif terwarnai coklat pada inti sel (Jonat dan Arnold, 2011). B. Permasalahan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: apakah lama pemberian Aspirin berpengaruh terhadap ekspresi KI-67 dan ketebalan epitel mukosa rongga mulut tikus galur Wistar? C. Keaslian Penelitian Laporan kasus mengenai kerusakan mukosa akibat konsumsi Aspirin antara lain timbulnya rasa terbakar, terbentuknya nekrosis koagulasi serta lesi yang terjadi pada daerah yang tidak umum pada mukosa mulut (Kawashima dkk., 1975; Saphir dan Bimstein, 2000; Shah dkk., 2012). Selain itu, penelitian eksperimental mengenai efek Aspirin yang pernah dilakukan diantaranya pengaruh pemakaian Aspirin terhadap perdarahan gastrointestinal, ulkus gastrointestinal, turunnya pertahanan dan perbaikan mukosa gastrointestinal, penghambatan penyembuhan luka, penurunan level proliferasi epitel pada tepi luka, penghambatan derajat angiogenesis dan maturasi dari jaringan granulasi pada dasar luka (Ukawa dkk., 1998; Wallace, 2000; Halter dkk., 2001; Wang dkk., 2007). Penelitian mengenai efek lama pemberian Aspirin terhadap ekspresi KI-67 dan ketebalan epitel mukosa rongga mulut sejauh pengetahuan penulis belum pernah dilaporkan.
6 12 D. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Menguji pengaruh lama pemberian Aspirin terhadap ekspresi KI-67 dan ketebalan epitel mukosa rongga mulut tikus galur Wistar. Tujuan Khusus: 1. Menganalisis ekspresi KI-67 pada epitel mukosa rongga mulut tikus galur Wistar yang diperlakukan dengan perbedaan lama pemberian Aspirin. 2. Mengevaluasi ketebalan epitel mukosa rongga mulut tikus galur Wistar dengan perbedaan lama pemberian Aspirin. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik: a. Mengkaji ekspresi protein KI-67 dan ketebalan epitel rongga mulut tikus galur Wistar terhadap paparan Aspirin. b. Sebagai acuan atau referensi penelitian lebih lanjut 2. Manfaat Aplikatif a. Sebagai bahan informasi bagi pasien mengenai resiko menggunakan Aspirin pada mukosa rongga mulut dalam jangka waktu 10 hari. b. Sebagai bahan pertimbangan pemilihan Aspirin bagi dokter dalam jangka waktu panjang dalam pengobatan.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biopsi adalah pengambilan jaringan dari tubuh makhluk hidup untuk mendapatkan spesimen histopatologi dalam upaya membantu menegakkan diagnosis (Melrose dkk.,
Volume 47, Number 3, September 2014
135 Volume 47, Number 3, September 2014 Research Report Pengaruh lama pemberian aspirin pada ekspresi protein KI-67 dan ketebalan epitel mukosa rongga mulut tikus Wistar jantan (The effect of aspirin administration
Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh
V. PEMBAHASAN UMUM Lesi mukosa akut lambung akibat efek samping OAINS/Aspirin merupakan kelainan yang sering ditemukan. Prevalensi kelainan ini sekitar 70 persen sedangkan pada 30 persen kasus tidak didapatkan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mukosa mulut dan gingiva merupakan jaringan lunak pelapis rongga mulut yang dapat mengalami perlukaan baik secara tidak sengaja maupun disengaja. Beberapa tindakan
BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma
BAB I PENDAHULUAN. pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh berbagai agen fisik maupun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingiva merupakan mukosa mulut yang mengelilingi gigi, melekat pada sementum dan tulang alveolus (Mjor dan Fejerskov, 1991). Perlukaan pada mukosa mulut sering
BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa
BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan subjek tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan subjek tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague-Dawley yang dipilih secara acak dari tempat pemeliharaannya. Subjek
BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang
BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka
I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang NSAID (non-steroidal antiinflamatory drugs) merupakan obat yang memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin melalui
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyembuhan secara baik dengan sendirinya (David dkk., 2013). Proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu tindakan bedah periodontal dapat menimbulkan perlukaan pada gingiva (Fedi dkk., 2004). Luka pada gingiva memiliki kemampuan untuk mengalami penyembuhan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka
BAB 5 HASIL PENELITIAN
25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan
BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut. Ulkus adalah istilah yang digunakan untuk menyebut luka pada jaringan kutaneus atau mukosa
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi adalah tindakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi adalah tindakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi dari dalam soket tulang. Pencabutan gigi merupakan prosedur yang paling sederhana dan
I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit penting dan serius dapat bermanifestasi sebagai ulser di mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, tuberkulosis,
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
SERABUT KOLAGEN PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA GINGIVA (Kajian In Vivo pada Rattus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaringan periodontal merupakan jaringan yang terdiri dari gingiva, ligamen periodontal,
BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, serta anti radang dan banyak digunakan untuk menghilangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk
BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingiva merupakan bagian mukosa oral yang menutupi prosesus alveolaris dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan gingiva
BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan tubuh karena sistem imun spesifik dan non spesifik belum matang dengan sempurna sehingga periode
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk memperbaiki maloklusi sebelum seluruh gigi permanen erupsi sehingga perawatan orthodonti
BAB 5 HASIL PENELITIAN
0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal
BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir-akhir ini semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir-akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan kondisi gigi-geliginya dan memutuskan untuk mencari
BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan jaringan ikat fibrosa, ditutupi epitel yang mengelilingi dan melekat ke gigi dan tulang alveolar dan meluas ke pertautan mukogingiva (Harty,2003).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejadian luka bakar di Indonesia masih menjadi suatu jenis trauma dengan tingkat kecacatan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi (Gowri et al., 2012).
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering
BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan
BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, tukak lambung menjadi suatu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dan dalam kondisi yang parah dapat menjadi penyebab kematian. Tukak lambung merupakan
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai 30%-40% dari seluruh keganasan. Insidens leukemia mencapai 2,76/100.000 anak usia 1-4 tahun (Permono,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit mata penyebab kebutaan di dunia adalah disebabkan oleh katarak. Pada tahun 1995 dikatakan bahwa lebih dari 80% penduduk dengan katarak meninggal
BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan pertahanan mukosa lambung. Penyebab umum dari gastritis
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Gastritis erosif adalah erosi mukosa lambung yang disebabkan oleh kerusakan pertahanan mukosa lambung. Penyebab umum dari gastritis erosif biasanya karena NSAID, alkohol,
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik
BAB I PENDAHULUAN. mulut secara sengaja maupun tidak sengaja. Ulkus traumatikus pada mukosa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosedur perawatan gigi terkadang dapat menyebabkan luka pada mukosa mulut secara sengaja maupun tidak sengaja. Ulkus traumatikus pada mukosa mulut adalah luka terbuka
BAB I PENDAHULUAN. OAINS yang termasuk dalam golongan salisilat yang banyak digunakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) atau disebut juga non steroid inflammatory drugs (NSAID) adalah obat yang paling sering diresepkan untuk mengurangi rasa nyeri
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, dimana kesalahan diagnosanya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan dengan pemeriksaan
BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan terjadinya mekanisme peradangan yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka dibidang kedokteran gigi dan mulut paling sering ditemukan dalam praktek dokter gigi dibidang bedah mulut yang melibatkan mukosa gingiva seperti tindakan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mengelilingi leher gigi. Fungsi utama gingiva adalah sebagai perlindungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa mulut yang menutupi tulang alveolar dan mengelilingi leher gigi. Fungsi utama gingiva adalah sebagai perlindungan pertama mukosa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena beberapa penyakit sistemik dapat bermanifestasi ke rongga mulut (Mays dkk., 2012). Stomatitis aftosa
I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri pada saat ini. Penemuan dan penelitian yang baru pun sangat dinantikan dan dibutuhkan manfaatnya.
BAB 1 PENDAHULUAN. Mukosa mulut memiliki salah satu fungsi sebagai pelindung atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mukosa mulut memiliki salah satu fungsi sebagai pelindung atau pertahanan yang akan melindungi rongga mulut dari trauma, penyakit, dan agen karsinogenik. Mukosa mulut
BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ulkus mulut merupakan kelainan patologis yang sering dijumpai di rongga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus mulut merupakan kelainan patologis yang sering dijumpai di rongga mulut dan penyakit yang sering dikeluhkan masyarakat. Ulkus mulut dapat terjadi di berbagai usia
BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. koronal prosesus alveolaris (Wolf dan Hassell, 2006). Berbagai tindakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingiva adalah mukosa mulut jaringan periodontal yang mengelilingi aspek koronal prosesus alveolaris (Wolf dan Hassell, 2006). Berbagai tindakan dalam praktik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asam salisilat merupakan obat analgesik non narkotik yang sering digunakan dalam masyarakat. Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik, antipiretik, dan antirematik
BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara anatomis sistem pencernaan manusia dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan saliva
BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi. Gastritis dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gastritis merupakan salah satu masalah saluran cerna yang paling sering terjadi. Gastritis dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuester)
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Regenerasi jaringan periodontal merupakan tujuan utama terapi periodontal (Uraz dkk., 2013). Salah satu tindakan terapi periodontal ialah bedah periodontal sebagai
BAB 2 LIPOMA PADA DASAR MULUT. mutiple, yang terbentuk dari jaringan lemak. Biasanya terdiri dari massa lobus yang
BAB 2 LIPOMA PADA DASAR MULUT 2.1. Definisi Banyak definisi mengenai lipoma pada dasar mulut yang ditulis oleh para ahli, tetapi dalam tulisan ini penulis hanya mengemukakan beberapa dari pengertian lipoma.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tukak lambung merupakan salah satu gangguan gastrointestinal utama, yang dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan dari faktor agresif (asam lambung dan
BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam pencabutan gigi (Datarkar, 2007). Proses penyembuhan luka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi pada pasien dengan kelainan sistemik seperti diabetes melitus membutuhkan pertimbangan yang serius dari beberapa aspek tindakan dan reaksi. Pasien dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014/2015 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa Br
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker leher kepala merupakan kanker yang terdapat pada permukaan mukosa bagian dalam hidung dan nasofaring sampai trakhea dan esophagus, juga sering melibatkan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ulkus yang terdapat di mukosa mulut merupakan lesi oral yang umum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulkus yang terdapat di mukosa mulut merupakan lesi oral yang umum dijumpai di masyarakat berbagai usia maupun jenis kelamin (Paleri dkk., 2010). Prevalensi
BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,
laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi pulpa dapat disebabkan oleh iritasi mekanis. 1 Preparasi kavitas yang dalam
BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa
NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)
NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem stomatognasi merupakan suatu unit fungsional yang terdiri atas gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi, sistem saraf
BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehilangan Gigi 1. Definisi Kehilangan gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak muncul di masyarakat. 13 Kehilangan gigi dapat menurunkan estetik, fungsi pengunyahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang terbesar dan kompleks yang menutupi permukaan tubuh. Kulit memiliki fungsi utama sebagai perlindungan dari gangguan dan rangsangan
[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat,
Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Obat anti inflamasi terbagi 2 : 1. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Kronis, bekerja di saraf perifer Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal Ex : Ibuprofen,
BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kelainan kornea sering menyebabkan timbulnya gejala pada mata.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan kornea sering menyebabkan timbulnya gejala pada mata. Permukaan mata secara reguler terpapar dengan lingkungan luar dan mudah mengalami trauma, infeksi dan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Luka merupakan rusaknya integritas kulit, permukaan mukosa atau suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya integritas kulit, permukaan mukosa atau suatu jaringan organ (Harper dkk., 2014). Luka trauma pada jaringan lunak rongga mulut umumnya
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA Oleh Kelompok 7 Vera Tri Astuti Hsb (071101030) Nova Winda Srgh (071101031) Hafizhoh Isneini P (071101032) Rini Sri Wanda (071101033) Dian P S (071101034) Kulit merupakan
BAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non-eksperimental menggunakan desain deskriptif retrospektif. 3.2 Waktu dantempat Penelitian Penelitian dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang sering dialami oleh setiap orang, baik dengan tingkat keparahan ringan, sedang atau berat. Luka pada
Pembesaran gingiva Pertumbuhan gingiva yang berlebihan yang disebabkan oleh pertambahan besar/size sel-sel yang dikandungnya (hipertrofi), atau
Gingival enlargement Pembesaran gingiva Pertumbuhan gingiva yang berlebihan yang disebabkan oleh pertambahan besar/size sel-sel yang dikandungnya (hipertrofi), atau pertambahan sel-selnya (hiperplasia).
BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir- akhir ini sering dibicarakan tentang boraks yang terdapat pada beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran beberapa bahan
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit
BAB I PENDAHULUAN. sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. 1 Luka bakar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar adalah bentuk kerusakan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. 1 Luka bakar termasuk
BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, lebih dari 3.400 manusia di dunia meninggal di jalan setiap hari dan lebih dari 10 juta manusia mengalami cedera dan disabilitas tiap tahunnya. Anak anak,
Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)
Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari
BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat anti inflamasi nonosteroid (OAINS) merupakan kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi diseluruh dunia untuk mendapatkan efek analgetik, antipiretik dan anti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka dapat didefinisikan sebagi rusak atau hilangnya sebagian jaringan dari tubuh disebabkan oleh suatu trauma. Menurut Pusponegoro (2005) luka dapat terjadi karena
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Terjadinya Inflamasi Inflamasi adalah salah suatu respon terhadap cedera jaringan ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan homeostasis tubuh
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit gigi dan mulut termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga,
BAB I PENDAHULUAN. Populasi penduduk lanjut usia merupakan kelompok penduduk yang paling cepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi penduduk lanjut usia merupakan kelompok penduduk yang paling cepat pertumbuhannya dibandingkan populasi secara umum, hal ini merupakan bukti bahwa akan ada
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi (Flaws dan Sionneau, 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi kronis rongga mulut dengan prevalensi 10 60% pada orang dewasa. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan