KAJIAN MENGENAI PROSPEK PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 5 TAHUN KE DEPAN 1) Oleh: Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., MSi 2) PENDAHULUAN
|
|
- Sucianty Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN MENGENAI PROSPEK PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 5 TAHUN KE DEPAN 1) Oleh: Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., MSi 2) Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia telah banyak mengalami perubahan. Dibandingkan dengan keadaan Tahun yang lalu, keadaan dan suasana Indonesia dewasa ini sudah sangat berbeda. Mungkin secara sekilas kondisi fisiknya terlihat sama saja, tetapi suasana batin kita, termasuk para pencari kerja sudah sangat berbeda. Perubahan ini tidak hanya karena dampak reformasi nasional yang terjadi dalam 14 tahun terakhir tetapi juga karena dampak pembangnan nasional sejak Orde Baru. Reformasi telah mengubah suasana otokrasi menjadi demokrasi, yang dalam prakteknya menampakkan kebebesan berpikir, berbicara dan bertindak. Kebebasan semacam itu tidak hanya terjadi di DPR dan DPRD, tetapi juga di berbagai media massa dan masyarakat umumnya. Kalau dalam orde baru kita terbiasa dalam keseragaman dalam berpendapat, berpikir, bertindak dan berpenampilan, maka kini banyak orang yang dalam banyak hal ingin menojolkan perbedaan dengan orang lain. Keseragaman telah banyak berubah menjadi keragaman. Dampaknya orang melihat kurang rasionalnya keseragaman, dan rasionalya atau perlunya keragaman dalam beberapa hal tertentu. Lahirnya otonomi daerah juga memunculkan perubahan-perubahan yang tidak sedikit. Dulu urusan pemerintahan, kelembagaan dinas-dinas dan peraturan-peraturan yang berlaku berada dalam keseragaman, sekarang yang terjadi adalah keragaman. Dulu struktur dan kebijaksanaan dinas-dinas ditentukan oleh pusat dan seragam untuk semua daerah, sekarang struktur dan kebijaksanaan ditentukan sendiri oleh masing-masing daerah, sehingga melahirkan keragaman tadi. Kita boleh senang atau tidak senang dengan perubahan-perubahan itu, tetapi itulah yang terjadi dan pertunjukan harus terus berjalan. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mencapai taraf hidup rakyat yang lebih berkualitas sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku. Sekarang ini, proses pembangunan telah sampai pada tahap yang mensyaratkan adanya partisipasi yang lebih besar agar tujuan pembangunan dapat tercapai (Margono Slamet, 2003). 1) Makalah disampaikan pada Kegiatan Jejaring Kerjasama Antar Lembaga Pemangku Kepentingan Jabatan Fungsional Pengantar Kerja selama 1 (satu) hari Tanggal 20 September 2013 di Denpasar, Bali. 2) Sekretaris Carierr Development Center Universitas Udayana, Dosen pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana 1
2 2 Partisipasi rakyat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga kerja rakyat secara sukarela, tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya rakyat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan memperbaiki kualitas hidup sendiri. Pembangunan selama empat pelita telah banyak membuka kesempatan itu, misalnya dengan tersedanya berbagai macam prasarana, sarana, dan kelembagaan untuk perbaikan bermacam aspek kehidupan. Apakah rakyat dengan sendirinya mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan itu? Pengalaman empiris menunjukkan bahwa hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya. Rakyat perlu mengalami suatu proses belajar untuk mampu mengetahui kesempatan kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya. Setelah mengetahui, kemampuan atau keterampilan mereka juga seringkali masih perlu ditingkatkan agar dapat memanfaatkan kesempatan-kesempatan itu. Setelah mengetahui dan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan, seringkali orang belum juga mau melakukannya. Oleh karena itu, seringkali diperlukan usaha khusus untuk membuat rakyat mau bertindak memanfaatkan kesempatan memperbaiki kehidupannya. Indikaktor keberhasilan pembangunan di Indonesia (termasuk Bali) selama ini hanya berpatokan pada pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Ukuran keberhasilan pembangunan tersebut tanpa memperhatikan pemerataan distribusi pendapatan bagi seluruh lapisan penduduk. Kebijakan pembangunan yang difokuskan pada kegiatan yang mampu mendatangkan pendapatan tinggi, dan mengabaikan berapa persen dari masyarakat yang mendapatkan bagian dari hasil tersebut. Membangun perekonomian Bali harus memperhatikan tiga pilar yakni pertanian, industri kecil, dan pariwisata (Suprapta, 2005). Ketiga pilar ekonomi itu mampu dikembangkan secara pararel dan bersinergi. Secara historis ketiga subsektor perekonomian tersebut telah memberikan kehidupan dan penghidupan bagi rakyat Bali. Kenyataanya, ketiga pilar ekonomi itu sangat berperan dalam menopang konservasi sumberdaya alam, lingkungan dan revitalisasi budaya Bali. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan artikel ini adalah mengkaji prospek perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Bali 5 tahun ke depan, karena saat ini Bali sedang mengalami perubahan struktur produksi dari dominasi sektor pertanian ke dominasi sektor non pertanian (industri). Meski tidak selalu berjalan seimbang, transformasi produksi ini biasanya dibarengi dengan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Adanya transformasi tenaga kerja yang bersifat sektoral ini biasanya juga diikuti dengan mobilisasi penduduk (tenaga kerja) secara geografis (Pitana dan Gayatri, 2005). Ini berarti faktor ekonomi mendapat tempat utama sebagai motivasi seseorang untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Migrasi tenaga kerja tidak hanya disebabkan oleh tekanan penduduk terhadap lahan, tetapi disebabkan juga oleh tuntutan tenaga kerja untuk memperoleh kesempatan kerja dan pekerjaan yang lebih baik.
3 3 METODOLOGI Artikel ini disusun berdasarkan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penulisan dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Travers, 1978). Penyelidikan selanjutnya dengan pengumpulan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen, sehingga dalam tulisan ini juga menggunakan teknik analisis dokumen berdasarkan data yang disedikan oleh BPS Bali yang tertuang dalam dokumen Bali dalam Angka Umur pencari kerja HASIL Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok umur penduduk Bali yang bekerja paling banyak berada pada kisaran tahun, dan kelompok umur yang paling sedikit jumlah pekerjanya adalah pada kisaran tahun. Tabel 1. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur Tahun 2011
4 4 Kisaran umur tahun adalah masa-masa memasuki Grahasta Asrama awal masa berumah tangga, sehingga penduduk Bali pada kelompok umur inilah memiiki motivasi yang paling kuat untuk bekerja karena dorongan untuk menghidupi keluarga kecil mereka. Sedangkan kelompok umur tahun adalah kelompok umur pelajar. Penduduk bali yang berada pada kisaran umur ini bekerja hanya sebagai penghasilan tambahan. Jenis Kelamin Kondisi ketenagakerjaan Bali menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 2. Dominasi Pria dalam ketenagakerjaan Bali masih tinggi. Ini terlihat dari penduduk usia kerja, angkatan kerja, jumlah pekerja, dan partisipasi angkatan kerja. Hal ini tidak terlepas dari budaya masyarakat bali yang menganut paham patrilineal, yaitu menempatkan laki-laki sebagai penerus dan pewaris keturunan. Namun, berdasarkan Tabe 2 terlihat bahwa pekerja dari kaum perempuan tidak menunjukkan komposisi yang timpang. Hal ini mengindikasikan juga bahwa di Bali sudah terjadi pergeseran nilai bahwa kaum perempuan tidak selamanya menjadi ibu rumah tangga yang harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumahan. Tabel 2. Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2011 Tingkat Pendidikan Tabel 3 menunjukkan data penduduk Bali yang berumur 15 Tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan yang tertinggi yang ditamatkannya. Hasilnya adalah penduduk Bali banyak bekerja dengan tingkat pendidikan yang rendah (SD) sebanyak orang. Data ini juga mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan yang rendah kemungkinan besar mendapatkan penghargaan dan pendapatan yang rendah pula, kecuali penduduk Bali yang dengan pendidikan rendah tersebut bukan menjadi karyawan ataupun buruh, melainkan menekuni suatu usaha misalnya seniman atau pengerajin, pendapatannya akan lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat pendidikannya.
5 5 Tabel 3. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2011 Status dalam Pekerjaan Utama Tabel 4 menunjukkan bahwa status pekerjaan utama penduduk Bali adalah sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak orang. Disisi lain terlihat bahwa sudah banyak penduduk Bali yang berusaha sendiri yaitu sebanyak orang. Pekerja bebas pertanian menjunjukkan data yang memprihatinkan karena jauh lebih sedikit dibandingkan status pekerjaan lainnya yaitu sebanyak orang. Data ini mengindikasikan juga bahwa penduduk Bali masih berorientasi ingin menjadi karyawan. Sehingga upaya menumbuhkan wirausaha-wirausaha muda harus lebih sering dilakukan di Bali.
6 6 Tabel 4. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Dalam Pekerjaan Utama Tahun 2011 Lapangan Usaha Tabel 5 memberi gambaran tentang penduduk Bali yang berumur 15 Tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha. Sebanyak orang memilih perdagangan, hotel dan rumah makan sebagai lapangan usahanya. Selain itu, sebanyak orang memilih usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan sebagai lahan usahanya. Data ini mengindikasikan bahwa di Bali sektor yang dominan adalah sektor pariwisata dan sektor pertanian dalam arti luas. Jenis Pekerjaan Tabel 6 menunjukkan data jenis pekerjaan penduduk Bali. Berdasarkan ranking tiga besar jenis pekerjaan maka dapat diurutkan dari yang terbanyak sebagai berikut: (1) Tenaga produksi, operator alat sebanyak orang; (2) Tenaga usaha pertanian dan kehutanan sebanyak orang; dan (3) Tenaga usaha penjualan sebanyak orang. Data ini mengindikasikan ada keterkaitan antara sektor usaha dan jenis pekerjaan. Tenaga produksi, operator mewakili sektor industri. Tenaga usaha pertanian jelas-jelas berasal dari sektor pertanian, sedangkan tenaga penjualan mencirikan dari sektor perdagangan. Dengan demikian ketiga sektor ini pula akan tumbuh dan berkembang di Bali.
7 7 Tabel 5. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2011 PEMBAHASAN Pencari kerja memiliki karakteristik individu yang beragam. Karakteristik individu tersebut dapat berupa umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Menurut Padmowihadjo (1994), umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur itu adalah faktor psikologis dalam belajar. Semakin tinggi umur semakin menurun kerja otot, sehingga terkait dengan fungsi kerja indera yang semuanya mempengaruhi daya belajar. Pada masa remaja, yaitu menjelang kedewasaan, perkembangan jauh lebih maju. Walaupun tidak banyak terjadi perubahan intelektual. Bali memiliki tenaga kerja yang berada pada kisaran umur Tahun. Kisaran umur ini adalah kisaran usia yang sangat produktif karena baik secara otot dan otak pada kisaran umur ini masih berfungsi dengan baik. Dengan demikian, produktivitas ketenagakerjaan Bali lima tahun mendatang memiliki potensi produktivitas yang tinggi, karena umur kronologis sebagai ukuran perkembangan dan pencapaian kemampuan tertentu. Selain itu dari hasil penelitian yang ditemukan bahwa perbedaan umur menunjukkan perbedaan-perbedaan kematangan, perbedaan-perbedaan ini juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan interaksinya dengan individu sebagai diri yang bersangkutan. Terkait dengan perkembangan umur, kebutuhan-kebutuhan terhadap keterampilan tertentu berubah. Perbedaan umur menunjukkan perbedaan keterampilan yang dibutuhkan.
8 8 Tabel 6. Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan/Jabatan Dalam Pekerjaan Utama Tahun 2011 Tingkat pendidikan pekerja Bali tergolong sangat rendah (terbanyak tamatan SD). Sistem pendidikan ketenagakerjaan Bali lima tahun mendatang akan memadai sesuai kebutuhan pasar kerja apabila: pertama, mampu melahirkan profesional yang cakap secara intelektual, emosional, dan sosial, tidak gagap dengan spesialisasi pilihannya. Kedua, mampu menyediakan peluang diajarkannya bidang-bidang pengetahuan umum. Ketiga, mampu membuka peluang bagi kelahiran kelompok diskusi lintas sektor. Pendekatan pendidikan yang tepat akan mempengaruhi kelanggengan individu dalam menyelesaikan proses belajarnya dan kesiapannya memasuki dunia kerja. Jenis kelamin pekerja berpengaruh terhadap efisiensi kerja. Walaupun informasi tentang kesetaraan gender sekarang ini banyak terdengar, tetap saja jenis kelamin berpengaruh terhadap efisiensi kerja. Hal ini disebabkan karena kenyataannya ada pekerjaan yang dapat diterima oleh pekerja pria maupun wanita. Namun disisi lain, ada pekerjaan yang khusus untuk pria dan khusus untuk wanita. Contohnya banyak wanita yang bekerja menjadi perawat, dan banyak pria yang bekerja untuk tenaga keamanan. Ini bukanlah masalah diskriminasi, tetapi masalah kekuatan fisik yang berkaitan dengan jobdeskripsi pekerjaannya. Lima tahun kedepan, program-program pelatihan ketenagakerjaan akan lebih efektif apabila jenis kelamin ini menjadi pertimbangan. Untuk latihan ketenagakerjaan yang memerlukan fisik yang kuat sebaiknya dipilih calon pencari kerja laki-laki, namun jika pekerjaan tersebut dapat dikerjakan oleh pria maupun wanita, maka latihannya pun dapat diikuti baik oleh pria maupun wanita.
9 9 Status pekerjaan utama penduduk Bali adalah sebagai buruh/karyawan. Lima tahun kedepan kondisi ini pun tidak akan berubah. Pendapatan dari buruh/karyawan tentunya masih kecil dibandingkan sebagai pengusaha. Tahun ini, telah banyak program pemerintah Provinsi Bali yang bekerjasama dengan Universitas Udayana diantaranya penumbuhan wirausaha muda, program kreativitas mahasiswa, inkubator bisnis Universitas Udayana. Jika program-program ini berhasil, maka status pekerjaan utama penduduk Bali akan bergeser dari buruh/karyawan menjada berusaha sendiri. Ini menjadi harapan kita bersama, untuk itu evaluasi terhadap program-program tersebut di atas harus terus dilakukan dan ditingkatkan kualitasnya di tahun tahun mendatang. Penduduk memilih perdagangan, hotel dan rumah makan sebagai lapangan usaha yang terbanyak. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena notabene Bali adalah daerah tujuan wisata dunia yang sudah terkenal di mancanegara. Lima tahun kedepan, jangan sampai Sektor pariwisata mematikan sektor-sektor yang lain. Kita tidak dapat hanya bergantung pada satu sektor saja. Karena jika sektor ini jatuh akan berakibat fatal, dan ini sudah terbukti ketika terjadi tragedi Bom Bali 1 ataupun Bom Bali II. Lima tahun mendatang, membangun perekonomian Bali harus memperhatikan tiga pilar yakni pertanian, industri kecil, dan pariwisata. Jenis pekerjaan penduduk Bali adalah: (1) Tenaga produksi, operator alat sebanyak orang; (2) Tenaga usaha pertanian dan kehutanan sebanyak orang; dan (3) Tenaga usaha penjualan sebanyak orang. Lima tahun mendatang komposisi jenis pekerjaan penduduk Bali akan bergeser. Jenis pekerjaan tenaga usaha pertanian dan kehutanan akan menurun hal ini disebabkan karena banyaknya alih fungsi lahan, dan digantikan oleh tenaga usaha penjualan. Trend ini sudah terlihat dari jumlah mahasiswa yang memilih jurusan pertanian yang semakin menurun, dan mahasiswa yang memilih jurusan ekonomi semakin banyak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Status pekerjaan utama penduduk Bali akan bergeser dari buruh/karyawan menjadi berusaha sendiri 2. Penduduk memilih perdagangan, hotel dan rumah makan sebagai lapangan usaha yang terbanyak. 3. Jenis pekerjaan tenaga usaha pertanian dan kehutanan akan menurun hal ini disebabkan karena banyaknya alih fungsi lahan, dan digantikan oleh tenaga usaha penjualan.
10 10 DAFTAR PUSTAKA BPS, Bali dalam Angka Tahun Denpasar: BPS Provinsi Bali. Margono Slamet, Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor: IPB Press Padmowihardjo, S Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Pitana, B. I Gde dan Gayatri, PG. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi Suprapta, D.N Pertanian Bali Dipuja Petaniku Merana. Denpasar: Taru Lestari Foundation. Travers, M.W Robert, An Introduction to Educational Research. Edisi Ke-4. New York: McMillan Publishing, Co.Inc.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penciptaan tenaga kerja yang produktif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENELITIAN
69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan
Lebih terperinciANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 NO.21/05/34/TH. XIII, 5 MEI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN Hasil Sakernas menunjukkan
Lebih terperinciVISI PAPUA TAHUN
ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat yang memiliki berbagai potensi yang belum dikembangkan secara optimal. Kabupaten Bogor dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah adalah serangkaian kebijakan sebagai usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat, untuk menciptakan keseimbangan pembangunan diberbagai daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat
Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat
Lebih terperinciNo. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan Pariwisata adalah asset yang dimiliki oleh Negara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sejarah dan Pariwisata adalah asset yang dimiliki oleh Negara yang harus dijaga dan dilestarikan. Sejarah dan pariwisata adalah dua hal yang harus kita pelihara dan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang
Lebih terperinciVISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO
1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor
Lebih terperinciPENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN
PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Dewasa ini pembangunan kependudukan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di
Lebih terperinciPERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER
PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013
No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65
Lebih terperinciPEMETAAN POTENSI TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN
PEMETAAN POTENSI TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2011-2015 Sri Maryanti, Rita Wiyati dan Muhammad Thamrin Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru, 28265, Indonesia Telp: 0761-52581 Email:ssrimaryanti@yahoo.com
Lebih terperinciKetenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pembangunan sekarang ini sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan. Produktivitas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN
No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan modal utama pembangunan masyarakat nasional Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan terpenting dalam pembangunan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar dan laju pertumbuhan tinggi. Pada SENSUS Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinci(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber
I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016
No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59
Lebih terperinciDAFTAR ISI PENGANTAR
DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan
Lebih terperinci5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG
Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan
Lebih terperinciSiapakah Yang Disebut Petani itu
Siapakah Yang Disebut Petani itu Oleh: Erizal Jamal Peneliti Utama pada Kelti Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis, PSE-KP Deptan, Bogor (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional semakin besar. Ini terasa saat perekonomian nasional menghadapi krisis
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN
No. 68 /11/17/Th IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Agustus 2015
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah
Lebih terperinciBAB IV. Karakteristik Pekerjaan di Indonesia dan Latar Belakang Demografi Narasumber
BAB IV Karakteristik Pekerjaan di Indonesia dan Latar Belakang Demografi Narasumber 4.1 Karakteristik Pekerjaan di Indonesia Karakteristik Pekerjaan di Indonesia Jam Kerja, waktu Istirahat kerja, waktu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
Studi Sosiaf'Elipiiomi Masyara^l Lingfiungan %iimufi di%pta (Peli^nbaru - BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sasaran pokok dalam kebijaksanaan pembangunan adalah mewujudkan perubahan struktural dibidang ekonomis-sosiologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja adalah dua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk menjadi potensi terjaminnya ketersediaan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.X, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,43 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015
No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen
Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016
No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai
Lebih terperinciMIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh
MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan dan paling
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. terutama pada posisi jabatan struktural. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terdapat
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta merupakan dinas yang memiliki jumlah pegawai perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki, terutama pada posisi jabatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki keleluasaan untuk mengelola daerah dan sumberdaya alam yang ada di daerahnya. Dengan keleluasaan
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: pemberdayaan, kesejahteraan, potensi, koperasi wanita
Judul : Peran Koperasi Wanita dalam Upaya Pemberdayaan Perempuan pada Koperasi Wanita di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar Nama : Cyntia Putri Devanty NIM : 1306105108 Abstrak Kabupaten Gianyar sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011
No. 60/11/51/Th. V, 7 Nopember 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011 Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011, tercatat sebanyak 2.952,55 ribu penduduk usia kerja,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan
Lebih terperinciTABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th.XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,89 PERSEN Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan
Lebih terperinciPERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA. Oleh: Iwan Setiawan*)
PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA Oleh: Iwan Setiawan*) ABSTRAKS Indonesia sedang dihadapkan pada masalah ketenagakerjaan yang cukup kompleks. Permasalahan tersebut, sebagian
Lebih terperinciSeuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sementara pada waktu yang sama mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar akan menguntungkan bila diikuti dengan kualitas yang memadai. Artinya aspek kualitas penduduk menjadi sangat penting agar jumlah yang besar
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut
Lebih terperinciPEMBERIAN EKSTRAKURIKULER PERTANIAN PADA SISWA SD DI DESA GUNAKSA KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI ABSTRAK
IPTEKMA Volume 2 No.1, 01-04. 2010 ISSN: 2086-1354 Bidang Kemahasiswaan UNUD PEMBERIAN EKSTRAKURIKULER PERTANIAN PADA SISWA SD DI DESA GUNAKSA KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI Ayu Rahmawatiningsih, I Made Angga
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012
No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55
Lebih terperinciTUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar
Lebih terperinciTerwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera
BAB - V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia dilandaskan pada Trilogi pembangunan, yaitu stabilitas nasional yang mantap, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan
Lebih terperinciNOMOR 15 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON - 2 -
LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON - 2 - NOMOR 15 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH ( POLDAS ) KOTA CIREBON TAHUN 2000-2004 Menimbang : DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.37/05/64/Th.XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2016 mencapai 1.650.377 orang,
Lebih terperinciINDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP
INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP (Studi Kasus: Industri Besar-Sedang Di Kota Cilacap) TUGAS AKHIR Oleh: ANI KURNIATI L2D 001 403 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/05/18/Th.VII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,05 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 52/11/34/Th.XIV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi pemahaman yang sama dengan pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1988:4-5). Pertumbuhan ekonomi adalah
Lebih terperinciSistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan
1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi salah satunya tercantum dalam Millenium Development
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.43/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2017 mencapai 1.678.913 orang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
Lebih terperinci