KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM
|
|
- Sudomo Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM Made Yati Widhaswari 1)*, Nieke Karnaningroem 2) 1 Program Magister TPLP, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, ITS Kampus Sukolilo Surabaya, dee_daniswara82@yahoo.co.id. 2 Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, ITS Kampus Sukolilo Surabaya, nieke@enviro.its.ac.id. ABSTRAK Target pemerintah dalam RPJMN terkait sanitasi adalah tercapainya kondisi Bebas Buang Air Besar Sembarangan (Bebas B ABS). Pemerintah Kabupaten Karangasem dengan kepemilikan jamban sebesar 52%, mengupayakan peningkatan sanitasi dengan melaksanakan program PHBS yang salah satu kriterianya adalah penggunaan jamban sehat. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis kondisi sosial, teknis, dan kelembagaan sanitasi, untuk kemudian dirumuskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan Bebas BABS di Kecamatan Karangasem. Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dan wawancara (purposive sampling), serta kuesioner 96 responden (proportionated stratified random sampling). Data sekunder dikumpulkan dari: Dinas Kesehatan, Dinas PU, dan Dinas Kebersihan & Pertamanan. Kondisi sanitasi di Kecamatan Karangasem dapat diketahui dari tingginya jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban (34%), dan peri laku sanitasi yang buruk, ditunjukkan dengan tingginya prosentase BABS, yaitu sebesar 43%. Sistem yang layak diterapkan adalah sistem setempat baik individual maupun komunal, dengan teknologi leher angsa dan dudukan jamban alas kayu atau plester beton berpenutup sebagai teknologi bangunan atas jamban. Teknologi pengolah tinjanya yang sesuai diterapkan adalah cubluk dan. Upaya peningkatan sanitasi untuk mencapai Bebas BABS dilakukan dengan membangkitkan kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat, pembangunan prasarana sanitasi dan pemeliharaannya, serta penyusunan kebijakan atau regulasi terkait sanitasi dan larangan BABS, serta pengawasan dalam keberlanjutan programnya. Kata kunci : Sanitasi, Bebas BABS, jamban, perubahan perilaku,kebijakan PENDAHULUAN Target Pemerintah dalam RPJMN adalah terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan dengan sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk (5% skala kota dan 5% skala komunal) dan 90% sistem onsite. Terkait dengan hal tersebut, Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) ditetapkan pemerintah pusat sebagai upaya yang dapat memaksimalkan pencapaian target nasional tersebut dengan melibatkan masyarakat, swasta, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat. Salah satu target PPSP yang mendukung pencapaian target RPJMN adalah terciptanya kondisi yang Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (Bebas BABS). Dukungan Pemerintah D-3-1
2 Kabupaten Karangasem dalam pencapaian target nasional Bebas BABS tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Diprakarsai oleh Dinas Kesehatan, Pemerintah Kabupaten Karangasem menargetkan peningkatan masyarakat yang memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (dengan penggunaan jamban sehat sebagai salah satu komponennya) dari 60% menjadi 70% pada tahun Menurut BPS (2010), masyarakat Kabupaten Karangasem yang memiliki jamban adalah sebesar 52%, dengan demikian terdapat 48% masyarakat yang tidak memiliki jamban dan terindikasi melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2009, masyarakat pada umumnya buang air besar di tanah lapang/kebun (38%), sungai (8%), dan lainnya (2%). Kabupaten Karangasem memiliki kawasan pusat kegiatan berskala regional kabupaten yang terletak di Kecamatan Karangasem, yaitu Kawasan Perkotaan Amlapura yang terdiri atas 3 (tiga) kelurahan yang ad a di Kecamatan Karangasem. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan dan perkembangan wilayah yang berdampak terhadap tingginya kepadatan penduduk dan angka kemiskinan, khususnya di 3 (tiga) kelurahan yang dimaksud, yaitu Kelurahan Karangasem, Kelurahan Subagan, dan Kelurahan Padangkerta. Kepadatan penduduk dan kemiskinan yang tinggi, dikaitkan dengan rendahnya kepemilikan jamban dan sumber air minum yang rawan pencemaran, akan meningkatkan resiko sanitasi. Kerawanan sanitasi berkaitan pula dengan kebiasaan masyarakat karena keberadaan tempat dan kemudahan akses untuk melakukan buang air besar di kebun atau sungai, sesuai hasil Susenas (2010). Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sanitasi dengan pendekatan bottom up maupun top down agar permasalahan sanitasi dapat selesaikan sesuai kebutuhan masyarakat dengan teknologi yang tepat. Perilaku masyarakat dalam hal ini tidak dapat diabaikan karena prosentase rumah tangga yang BABS sangat dipengaruhi oleh kebiasaan hidup masyarakat itu sendiri, selain dapat disebabkan karena akses yang minim terhadap prasarana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial, teknis, dan kelembagaan sanitasi terkait Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Kecamatan Karangasem, dan upaya-upaya peningkatan kondisi tersebut menuju kondisi yang Bebas Buang Air Besar Sembarangan (Bebas BABS). Diharapkan nantinya memberikan solusi penanganan sebagai upaya peningkatan sanitasi bagi masyarakat Kecamatan Karangasem khususnya ditinjau dari aspek sosial, teknis, dan kelembagaan, agar tidak ada lagi yang BABS METODE Analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan fakta, mengacu pada hasil studi pustaka dengan mencakup beberapa aspek yaitu aspek sosial, aspek teknis, dan aspek kelembagaan. Data yang dibutuhkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam ( in depth interview), observasi, dan penyebaran kuesioner. Data sekunder didapat dari beberapa instansi terkait yaitu Bappeda, Dinas PU, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD), dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Sampel ditentukan dengan perhitungan jumlah dan metode yang sesuai agar representatif sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan terhadap populasi. D-3-2
3 a. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap informan dengan metode purposive sampling: Aparat pemerintah; Bappeda, Dinas Kesehatan (dan Puskesmas), Dinas PU, BPMPD, Kecamatan, dan Kelurahan. Tokoh masyarakat; yaitu kepala desa/dusun dan ketua/sekretaris banjar dari 3 (tiga) desa sampel. b. Kuesioner Perhitungan besaran sampel kuesioner menggunakan satuan rumah tangga atau KK yang diwakili oleh individu. Besarnya sampel dihitung dengan menggunakan rumus (Sugiarto dkk, 2003): = + S dimana: n = jumlah sampel N = jumlah populasi Z = tingkat kepercayaan S 2 = p (1-p); dimana proporsi populasi tidak diketahui, maka nilai S 2 dibuat maksimum dengan p = 0,5 d = batas ketelitian yang diinginkan Pembagian cluster didasarkan pada hasil perhitungan skoring tingkat kepadatan penduduk, jumlah penduduk miskin, jumlah jamban, dan angka penyakit diare pada masing-masing desa/kelurahan. Skor tertinggi mengindikasikan kondisi yang paling rawan sanitasi berdasarkan kategori di atas. Masing-masing cluster tersebut adalah: Cluster 1 : Kelurahan Karangasem, Kelurahan Subagan, Kelurahan Padangkerta Cluster 2 : Desa Bugbug, Desa Bukit, Desa Seraya Tengah, Desa Seraya Cluster 3 Barat : Desa Tumbu, Desa Pertima, Desa Tegallinggah, Desa Seraya Timur Jumlah sampel ditentukan minimal berjumlah 30 responden, mengacu pada L.R Gay (1996) dalam Course Guide: Advanced Educational Research Methods. Penyebaran kuesioner dilakukan di 3 (tiga) desa (masing -masing 1 desa sebagai wakil cluster), yaitu: Kelurahan Karangasem (36 responden), Desa Seraya Tengah (30 responden), dan Desa Seraya Timur (30 responden). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Aspek Sosial Kondisi aspek sosial masyarakat di Kecamatan Karangasem terkait sanitasi dan permasalahan yang ada: 1) Pengetahuan dan perilaku sanitasi Pengetahuan masyarakat tentang sanitasi berkaitan dengan kemudahan memperoleh informasi sanitasi. Hasil survei menunjukkan bahwa 27% responden pernah mengikuti penyuluhan, khususnya tentang penyakit dan himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya. Sebagian besar masyarakat menyatakan tidak boleh melakukan BABS (75%), dan sebanyak 56% responden menyatakan tidak tahu dampak BABS bagi kesehatan diri dan lingkungannya. Dengan demikian, nampak bahwa sebanyak 19% responden meskipun tidak D-3-3
4 mengetahui dampak BABS, mereka menyatakan tidak boleh BABS; antara lain disebabkan karena malu dan terpaksa karena tidak memiliki jamban. Pernyataan responden terkait boleh atau tidaknya BABS dan dampak yang terjadi dapat disebabkan karena kurangnya penyuluhan tentang sanitasi. Pengetahuan tentang dampak BABS tidak menjamin masyarakat untuk tidak BABS. Hal ini tercermin dari adanya responden yang masih BABS meskipun tahu tentang dampak BABS. Perilaku sanitasi masyarakat berkaitan erat dengan kepemilikan jamban. Dari hasil survei, dapat diketahui bahwa 66% responden telah memiliki jamban, dan 34%nya tidak memiliki jamban. Hasil survei juga menunjukkan 57% responden telah BAB di jamban, sedangkan 43%nya melakukan BAB di kebun atau sungai. Dengan demikian, terdapat 9% responden yang melakukan BABS meskipun mereka telah memiliki jamban. Dari 43% responden yang melakukan BABS, 16% diantaranya menyatakan perasaan yang biasa-biasa saja saat melakukan BABS. Responden tersebut menunjukkan rendahnya kesadaran akan sanitasi. 2) Kemauan merubah kebiasaan Diantara 43% responden yang masih melakukan BABS, terdapat 27% responden yang merasa malu dan terpaksa melakukan BABS. Mereka menyatakan terpaksa melakukan BABS karena tidak memiliki jamban. Dari 75% responden yang menyatakan tidak boleh BABS, ada beberapa diantaranya yang tidak memiliki jamban. BABS mereka lakukan dengan terpaksa dan malu karena tidak memiliki jamban. Hasil survei menunjukkan bahwa diantara 43% responden yang masih BABS, 34%nya menyatakan ingin merubah kebiasaan, namun 9%nya menyatakan tidak ingin merubah kebiasaan. Perubahan kebiasaan akan lebih mudah dilakukan pada masyarakat yang memang benar-benar ingin merubah kebiasaan terkait pengetahuan tentang sanitasi dan dampaknya bagi kesehatan diri dan lingkungannya. 3) Kemauan dan kemampuan membangun jamban Hasil survei menunjukkan bahwa diantara 34% responden yang tidak memiliki jamban, 30% menginginkan jamban individual (jamban keluarga), sedangkan 4%nya menginginkan jamban komunal dengan pembiayaan dari pemerintah. Kemampuan masyarakat dalam membangun jamban, berdasarkan hasil survei, menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat menyatakan memiliki kemampuan membangun jamban kurang dari Rp ,00 (45%). Kemampuan masyarakat yang rendah dalam membangun jamban membutuhkan strategi dalam pembiayaannya, terutama agar seluruh masyarakat dapa mendapat akses terhadap sanitasi yang layak. B. Analisis Aspek Teknis Menurut TTPS (2010), pilihan sistem sanitasi yang tepat pada daerah berkepadatan penduduk <25 jw/ha adalah sistem setempat ( on site system). Hasil proyeksi penduduk yang didasarkan perkembangan penduduk 10 (sepuluh) tahun terakhir, yaitu dengan r=0,0101, maka jumlah penduduk pada tahun 2015 meningkat dari jiwa menjadi jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Karangasem pada tahun 2015 adalah 10 ha/jw. Dengan demikian hingga tahun 2015, sistem yang layak diterapkan di Kecamatan Karangasem adlaah sistem setempat (on site system). Berdasarkan hasil survei, kondisi dan permasalahan sanitasi secara teknis di Kecamatan Karangasem antara lain: D-3-4
5 1) Kondisi fisik Kondisi fisik Kecamatan Karangasem secara umum adalah tidak rawan banjir, bahkan di beberapa desa rawan kekeringan (Desa Seraya Barat, Desa Seraya Tengah, dan Desa Seraya Timur). Menurut Djonoputro, E.R, dkk (2009), pada daerah yang kering, masyarakat yang terkena dampak sanitasi tidak terlalu signifikan. Ketersediaan air bersih diperoleh masyarakat ketiga desa tersebut dengan bantuan dari program Bali Mandara yang dilakukan dengan pendistribusian air bersih menggunakan truk tangki yang menurut warga setiap 3-4 hari sekali datang mengunjungi mereka. Menurut hasil survei, sumber air minum yang digunakan sebagian besar masyarakat di Kecamatan Karangasem adalah PDAM (59%), dan sumur (25%). Muka air tanah yang pada umumnya rendah (>10m) relatif aman bagi penerapan sistem setempat. Sistem setempat sesuai diterapkan pada kondisi kemiringan 0-2%, dan menurut Soeparman (2002), yang terpenting adalah bahwa jamban atau kolam pembuangan tinja harus ditempatkan lebih rendah, atau sekurang-kurangnya sama tinggi dengan sumber air bersih. Menurut Dirjen Cipta Karya Kementerian PU (201 0) jarak minimum antara sumur dengan bidang resapan atau cubluk adalah 10 m. Kedekatan dengan kebun atau sungai merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat sulit menghilangkan kebiasaan BABS. Menurut responden dan hasil pengamatan lapangan, jarak yang memungkinkan untuk mereka capai ketika hendak BAB di sungai atau jamban adalah m. Akan tetapi di beberapa Desa seperti Desa Seraya Barat, Desa Seraya Tengah, dan Desa Seraya Timur terdapat larangan desa untuk tidak BAB di sungai. 2) Ketersediaan lahan Masalah ketersediaan lahan lahan muncul pada beberapa daerah atau lokasi yang padat penduduk seperti Kelurahan Subagan, Kelurahan Karangasem, dan Kelurahan Padangkerta. Selain itu, kondisi ekonomi masyarakat yang rendah dan tidak tersedia cukup lahan untuk membangun jamban atau tangki septik mendorong masyarakat untuk BABS. Menurut Mukerjee, N dan Josodipoerno. RI (2000), ketersediaan lahan menunjang peningkatan permintaan akan jamban, sehingga ketidaktersediaan lahan merupakan faktor penghambat permintaan jamban dalam rumah tangga. Hasil survey menunjukkan bahwa dari 34% responden yang tidak memiliki jamban, 24% diantaranya menyatakan masih memiliki lahan, dan 10%nya tidak memiliki lahan. Berkaitan dengan upaya pembangunan jamban keluarga, ketidaktersediaan lahan ini dapat diatasi, diantaranya dengan mengumpulkan dana bersama agar dapat digunakan untuk membangun jamban pada sepetak lahan yang dimiliki salah satu anggota atau lahan lain yang dapat dimanfaatkan secara bersama (komunal). 3) Kebutuhan akan teknologi yang murah Berdasarkan hasil survei, sebagian besar masyarakat menyataan bahwa pembangunan jamban membutuhkan biaya yang mahal, yaitu > Rp ,00, sehingga masyarakat enggan membangun jamban meskipun mereka merasa membutuhkannya. Ketidaktahuan masyarakat terhadap pilihan teknologi jamban yang terjangkau membuat mereka semakin mengesampingkan sanitasi sebagai kebutuhan hidup. D-3-5
6 Pilihan teknologi Pilihan teknologi yang layak diterapkan pada masing-masing desa/kelurahan utamanya didasarkan pada kondisi fisik wilayah penelitian, ketersediaan lahan, serta kemauan dan kemampuan masyarakat dalam membangun prasarana sanitasi (jamban). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Desa/ Kelurahan Karangasem Bugbug Subagan Padangkerta Tumbu Bukit Seraya Tengah Pertima Tegalinggah Seraya Barat Seraya Timur Kepadatan Penduduk Sumber: Analisis, 2011 Tabel 1. Pilihan Teknologi Yang Layak Kemiringan Lahan Muka Air Tanah Kemampuan membangun Kemauan membangun % > 8m Tinggi individual % > 10m Sedang individual % > 8m Tinggi individual % > 8m Tinggi individual % > 10m Rendah %, >40% 25-40%, >40% individual, komunal > 10m Sedang individual > 10m Sedang individual % > 10m Rendah % > 10m Rendah %, >40% individual, komunal individual, komunal > 10m Sedang individual 7 > 40% > 10m Rendah individual, komunal Pilihan Teknologi Kayu/plester beton berpenutup atau WC leher angsa, cubluk Kayu/plester beton berpenutup atau WC leher angsa, cubluk Kayu/plester beton berpenutup atau WC leher angsa, cubluk Kayu/plester beton berpenutup atau WC leher angsa, cubluk C. Analisis Aspek Kelembagaan Kondisi dan persoalan terkait kelembagaan di Kecamatan Karangasem diantaranya: Kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dalam penyusunan program dan pengelolaan sanitasi Peran instansi dan lembaga masyarakat pada umumnya terkait dengan penyakit dan belum terfokus pada sanitasi Kualitas dan kuantitas SDM masih kurang, khususnya pada SDM kesehatan sebagai penyuluh maupun sanitarian Belum ada kebijakan dan peraturan terkait sanitasi Secara umum, pengelolaan sanitasi di Kabupaten Karangasem ditangani oleh Dinas Kesehatan melalui program promosi kesehatan, yaitu sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan salah satu komponennya penggunaan jamban sehat. Secara D-3-6
7 fisik, penyediaan prasarana sanitasi dikelola oleh Dinas PU dengan programnya dalam RPJMD adalah pembangunan IPAL Komunal. Dinas Kesehatan berperan dalam peningkatan pengetahun masyarakat mengenai sanitasi dan perubahan perilaku agar masyarakat hidup bersih dan sehat, sedangkan Dinas PU berperan dalam pembangunan fisiknya, khususnya sistem komunal. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat secara mandiri atau PNPM Mandiri yang bersifat bottom up, di Kecamatan Karangasem dalam waktu 5 tahun terakhir tidak pernah melaksanakan pembangunan MCK (jamban komunal). Hal ini berkaitan dengan kemauan dan minat masyarakat Kecamatan Karangasem sendiri sebagai penerima program. Dengan peningkatan pengetahuan sanitasi, diharapkan masyarakat lebih mengutamakan pembangunan prasarana sanitasi baik sistem individual maupun komunal. Masyarakat yang masih melakukan BABS (43%) membutuhkan suatu program atau kegiatan yang melibatkan pemerintah dan lembaga masyarakat setempat, khususnya dengan membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi. Muncul dan meningkatnya kesadaran akan sanitasi diharapkan mampu merubah perilaku masyarakat sehingga mau mengupayakan pembangunan prasarana sanitasi. Beberapa lembaga yang berperan dalam peningkatan kesadaran dan perubahan perilaku masyarakat ini adalah Dinas Kesehatan, PKK, dan Posyandu. Penyediaan prasarana sanitasi (jamban) baik sistem individual maupun komunal khususnya bagi masyarakat yang memiliki kemampuan rendah (< Rp ,00 yang menurut hasil survei mencapai 45%) membutuhkan peran Dinas PU, PNPM Mandiri dalam pengadaannya. Pembiayaan dapat diupayakan dengan sistem kredit atau tabungan. Selain itu, dapat pula memanfaatan koperasi dan kas desa, atau dengan sistem arisan jamban dan pinjaman bergulir. Aspek keterjangkauan dan keberlanjutan progam harus diperhatikan, dimana dalam pembangunannya digunakan bahan lokal yang lebih murah dan mudah untuk didapatkan. Pemeliharaan dan perawatan prasarana yang ada khususnya pada sistem komunal, merupakan salah satu kunci keberlanjutan. Perlu dilakukan sosialisasi dan pendampingan dalam pemeliharaan dan perawatan prasarana yang telah terbangun, agar apabila kerusakan terjadi, sistem dapat tetap dijalankan dengan perbaikan dan perawatan. Penyusunan kebijakan atau peraturan sanitasi di tingkat daerah, maupun di tingkat masyarakat (dalam bentuk peraturan desa atau hukum adat ( awig-awig)), baik dengan sanksi berupa materi/denda maupun sanksi sosial perlu dilakukan. KESIMPULAN DAN SARAN Kondisi sanitasi di Kecamatan Karangasem dapat diketahui dari tingginya jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban (34%), dan perilaku sanitasi yang buruk yang ditunjukkan dengan tingginya jumlah masyarakat yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yaitu sebesar 43%. Upaya peningkatan sanitasi untuk mencapai kondisi yang Bebas BABS dilakukan dengan membangkitkan kesadaran masyarakat, pembangunan prasarana sanitasi dan pemeliharaannya, dan penyusunan kebijakan atau regulasi terkait sanitasi dan larangan BABS dengan melibatkan lembaga masyarakat khususnya dalam perubahan perilaku masyarakat dan pendanaan pembangunan prasarananya, serta pengawasan dalam keberlanjutan programnya. Upaya perubahan perilaku sanitasi di Kecamatan Karangasem membutuhkan program atau kegiatan khusus yang bersifat bottom up, dengan mekanisme kebijakan yang didukung pemerintah yang bersifat top down, seperti Sanitasi Total Berbasis D-3-7
8 Masyarakat (STBM). Penyediaan prasarana sanitasi, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah bagaimanapun juga membutuhkan pendampingan dan fasilitasi dari pemerintah melalui program pemberdayaan masyarakat, seperti PNPM Mandiri dan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat (Pamsimas) DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Karangasem, (2011), RPJMD Kabupaten Karangasem , Bappeda Kabupaten Karangasem, Karangasem. Badan Pusat Statistik (2010a), Karangasem Dalam Angka 2009, BPS, Karangasem. Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem (2010), Profil Kesehatan Kabupaten Karangasem Tahun 2009, Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, Karangasem. Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan (2003), Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta Djonoputro, E.R, dkk (2009), Buku Panduan Opsi Sanitasi yang Terjangkau untuk Daerah Spesifik, Tanggal Akses 19 Agustus Gay, L.R., (1996), Educational Research: Competencies For Analysis And Application 5th Edn. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, dalam Course Guide Edu 801: Advanced Educational Research Methods, Prof. Nduka Okoh, Ph.D., Faculty of Education University of Benin, Benin City, www. nou.edu.ng, diakses Tanggal 6 Desember Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan Bappenas (2010), Pera turan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun , Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. Mukerjee, N dan Josodipoerno. RI (2000), Menjual jamban?bukan, menjual gaya hidup?, WSP-EAP, Jakarta Soeparman dan Suparmin (2002), Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu Pengantar), Buku Kedokteran EGC, Jakarta Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) (2010), Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS, Jakarta. D-3-8
T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI
T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,
Lebih terperinciEVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN GUGUK PANJANG KOTA BUKITTINGGI
EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN GUGUK PANJANG KOTA BUKITTINGGI Oleh: WIDYA LAILANY 3310202707 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. JONI HERMANA, MScES,PhD Program Magister Teknik Prasarana
Lebih terperinciBAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 RENCANA KEGIATAN AIR LIMBAH Salah satu tujuan utama pembangunan air limbah domestik Kabupaten Bombana yaitu Meningkatkan akses Layanan Air limbah Domestik
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam
Lebih terperinciPENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1
PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan
Lebih terperinciTugas Akhir- RE091324
Tugas Akhir- RE091324 Perencanaan Bebas Buang Air Besar Sembarangan Melalui Pilihan Teknologi Sanitasi Studi Kasus Wilayah Kerja Puskesmas Barengkrajan Kabupaten Sidoarjo Mahasiswa: (3310 100 066) Dosen
Lebih terperinciRingkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016
Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota
Lebih terperinciBAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3. RENCANA KEGIATAN AIR LIMBAH Salah satu tujuan utama pembangunan air limbah domestik Kabupaten Bombana yaitu Meningkatkan akses Layanan Air limbah Domestik
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016
KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun
Lebih terperinciL a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1
Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinci1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016
1. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016 1. Jumlah masyarakat yang BABS di Barat adalah 28.257 KK atau 15.58%. 2. Jumlah masyarakat yang menggunakan cubluk/tangki
Lebih terperinciLAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciSTRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan
STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki
Lebih terperinciLampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah
Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan
Lebih terperinci1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi
Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.
Lebih terperinciLAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT
LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan
Lebih terperinciKERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2
KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program
Lebih terperinciLampiran 2. Hasil Analisis SWOT
Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT A. Sub Sektor Air Limbah Domestik Tabel Kerangka Kerja Logis (KKL) Sektor Air Limbah Domestik Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi (SWOT) Indikasi Program Indikasi
Lebih terperinciDESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN
DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,
Lebih terperinciBab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi
3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai
Lebih terperinciKOTA TANGERANG SELATAN
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak
Lebih terperinciSTUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015
STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian
Lebih terperinciBab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI
Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek BABS dari 30,5 % menjadi
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran
RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi
II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu
Lebih terperinciOleh: Desi Farida Nrp
Tesis STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN DI KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA Oleh: Desi Farida Nrp. 3310 202 710 PROGRAM MAGISTER TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten
BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh
Lebih terperinciBUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI 2013 Tangga
Lebih terperinciMAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING
LATAR BELAKANG Permasalahan sanitasi di Kabupaten Mamasa merupakan masalah yang harus segera mendapatkan perhatian serius baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh melalui
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Tujuan, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Tujuan : Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Wajo melalui pengelolaan air limbah
Lebih terperinciEVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO
EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO NEIKLEN RIFEN KASONGKAHE 3311202811 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. JONI HERMANA, MscES., PhD Magister Teknik Sanitasi Lingkungan Institut Teknologi
Lebih terperinciKerangka Kerja Logis Pembangunan Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu
Kerangka Kerja Logis Pembangunan Sanitasi u Permasalahan Mendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Program Kegiatan Air Limbah Domestik 1. Pemerintah 1. Pemerintah Berkurangnya praktek
Lebih terperinciKAJIAN PENINGKATAN LAYANAN SISTEM PERPIPAAN AIR MINUM PERKOTAAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO
KAJIAN PENINGKATAN LAYANAN SISTEM PERPIPAAN AIR MINUM PERKOTAAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO Sutanto Kusumo 1*), Nieke Karnaningroem 2) 1) Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman Jurusan
Lebih terperinciBAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi
BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam
Lebih terperinciBab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi
Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Tujuan pengembangan air limbah : Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
Lebih terperinci2.1 Visi Misi Sanitasi
Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri
Lebih terperinciSia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun
.1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi
Lebih terperinciKONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN
KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN DIREKTORAT PENGEMBANGAN PLP DITJEN CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KONDISI SANITASI DI KAWASAN KUMUH Permukiman Kumuh adalah
Lebih terperinciBAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN
BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN 3.1. Enabling And Sustainability Aspect 3.1.1 Aspek Non Teknis 1) Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Isu strategis aspek Kebijakan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin
Lebih terperinci2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal
Lampiran 5 Diskripsi Program Utama A. Komponen Air Limbah Domestik 1. Program Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota sabang belum memiliki Qanun atau Peraturan Walikota; mengenai pengelolaan air limbah,
Lebih terperinciPermasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.
A. KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) A.1. KERANGKA KERJA LOGIS AIR LIMBAH Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan Belum adanya Master Plan dan peta Pengelolaan air limbah domestik Mendapatkan
Lebih terperinciB A B V PROGRAM DAN KEGIATAN
B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing
Lebih terperinciBAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI
BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab IV ini merupakan inti dari Strategi Pengambangan Sanitasi Kota Tebing Tinggi tahun 2016-2020 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian
Lebih terperinciBAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi
Lebih terperinciPemerintah Daerah, swasta, masyarakat
E. DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN E.1. BIDANG AIR LIMBAH Nama Program Rencana Induk dan Pra Studi Kelayakkan Bidang PLP. 1. Penyusunan Master Plan Air Limbah Skala Kota Mendapatkan gambaran tentang kondisi
Lebih terperinciSTRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi
Lebih terperinciKERANGKA KERJA LOGIS (KKL)
KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) Tabel 1. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan mendesak Tingginya Praktek BABS hingga saat ini sebesar 33,20% (13.230 KK) Isu-isu Strategis Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran
Lebih terperinciDINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI
DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI
RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi
Lebih terperinci5.1. Area Beresiko Sanitasi
5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup
Lebih terperincipeningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:
Lebih terperinciBAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI
BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Bab ini merupakan milistone keempat penyusunan Buku Putih Sanitasi yang sangat penting bagi Kabupaten karena akan menetapkan prioritas wilayah
Lebih terperinciSTRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKOTAAN DI KOTA PADANG, STUDI KASUS KECAMATAN PADANG BARAT
STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKOTAAN DI KOTA PADANG, STUDI KASUS KECAMATAN PADANG BARAT Wiwi Nelza 1) dan Eddy Setiadi Soedjono 2) 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI. 3.1 Tujuan,Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNANN SANITASI 3.1, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Tabel 3.1,sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembngan Air Limbah Domestik Tercapainya peningkatan cakupan dan
Lebih terperinciPertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah
Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan konsultasi ini mengkonsultasikan perumusan visi dan misi, tujuan dan sasaran, penetapan sistem dan zona sanitasi, serta penetapan layanan, termasuk rumusan
Lebih terperinciDESKRIPSI PROGRAM UTAMA
DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,
Lebih terperinciBAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi Kota Tomohon yang akan di capai yang terkandung dalam RPJMD dan disesuaikan dengan visi dan misi sanitasi yang terdapat dalam
Lebih terperinciDeskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah
Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru
Lebih terperinciMatrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu
Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki
Lebih terperinciIdentifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya
C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciBAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI
BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S
Lebih terperinciBab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi
45 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Sukabumi Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Peningkatan akses layanan air limbah rumah tangga menjadi 85 90 % pada akhir
Lebih terperinciL-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1
L-3 Kerangka Kerja Logis TABEL KKL Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 TABEL KKL SUBSEKTOR KEGIATAN AIR LIMBAH IPLT masih dalam proses optimalisasi BABs masih 34,36% Cakupan layanan sarana prasarana
Lebih terperinciBAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA
BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.
Lebih terperinciTersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017
Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua
Lebih terperinci3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Bab ini merupakan strategi sanitasi kota tahun 2013 2017 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran/target serta strategi sub sektor persampahan, drainase, air limbah serta aspek PHBS. Penjelasan masingmasing
Lebih terperinciBab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi
Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek Buang Air Besar Sembarangan
Lebih terperinci3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan
Lebih terperinciLAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN
LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Sub Sektor Air Limbah Program Penyusunan Master Plan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen ini sangat diperlukan
Lebih terperinciTabel Deskripsi Program / Kegiatan
Lampiran E. Deskripsi Program & Kegiatan Tabel Deskripsi Program / Kegiatan Komponen Air Limbah Program Penyusunan Masterplan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014
BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor
Lebih terperinciSOSIALISASI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) FISIK 2019 DALAM MENDUKUNG AKSES UNIVERSAL AIR MINUM SANITASI
SOSIALISASI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) FISIK 2019 DALAM MENDUKUNG AKSES UNIVERSAL AIR MINUM SANITASI Jakarta, 4 April 2018 Direktorat Perkotaan, Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/ Bappenas CAPAIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup
Lebih terperinci1. Sub Sektor Air Limbah
1. Sub Sektor Air Limbah Permasalahan mendesak Tujuan Sasaran Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan Praktek BABS saat ini 23% 1.Menyusun perda/perbup mengenai Penyusunan Perda/Perbup Konstruksi,
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab ini menjelaskan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek teknis saja tetapi juga aspek non teknis (kelembagaan, pendanaan, komunikasi, partisipasi
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten Tahun
BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak
Lebih terperinciLAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR
LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi
Lebih terperinciSub Sektor : Air Limbah
Sub Sektor : Air Limbah No. Faktor Internal % Skor 1.00 2.00 3.00 4.00 Angka KEKUATAN (STRENGHTS) Adanya struktur organisasi kelembagaan pengelola limbah 1.1 domestik pada PU BMCK Memiliki Program kegiatan
Lebih terperinciKOTA TANGERANG SELATAN
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciTarget. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0%
Strategi Sanitasi Kota Kota Subulussalam BAB V STRATEGI MONEV Tabel 5.1: Matriks Kerangka Logis Tujuan: Tersedianya layn IPLT Data Dasar Sasaran Indikator Sumber Nilai & Tahun Adanya Masyarakat 0% EHRA
Lebih terperinciDirektur Pengembangan PLP Ir. M. Maliki Moersid, MCP Disampaikan pada : Kick Off Meeting Nasional Program PPSP 2015 Jakarta, 10 maret 2015
TARGET PEMBANGUNAN SANITASI NASIONAL 2015-2019 Direktur Pengembangan PLP Ir. M. Maliki Moersid, MCP Disampaikan pada : Kick Off Meeting Nasional Program PPSP 2015 Jakarta, 10 maret 2015 CAPAIAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN
BUKU TIH SANITASI KABUPATEN NATUNA 2014 BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan
Lebih terperinciARAH PEMBANGUNAN SEKTOR SANITASI Disampaikan oleh : Ir. M. Maliki Moersid, MCP Direktur Pengembangan PLP
ARAH PEMBANGUNAN SEKTOR SANITASI 2015-2019 Disampaikan oleh : Ir. M. Maliki Moersid, MCP Direktur Pengembangan PLP KONDISI SANITASI SAAT INI SUB SEKTOR 2010 2011 2012 2013 Air Limbah 55,53% 55,60% 57,82%
Lebih terperinciDeskripsi Program / Kegiatan
Deskripsi Program / Kegiatan Penyusunan Masterplan/ Outplan Sistem Air Limbah Skala Kota dan Penyusunan DED IPLT Belum adanya masterplan air limbah Kabupaten Pohuwato berwawasan lingkungan. Tersedianya
Lebih terperinciBAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013
BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Program pengembangan sanitasi saat ini dan yang akan di rencanakan berdasar pada kajian yang telah dilakukan sebelumnya pada Buku Putih
Lebih terperinci