Optimasi Gizi Mocaf Merah Ditinjau dari Berbagai Konsentrasi Angkak. Miger Nomensen Wali Allung*, Sri Hartini ** dan Margareta Novian Cahyanti**

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Optimasi Gizi Mocaf Merah Ditinjau dari Berbagai Konsentrasi Angkak. Miger Nomensen Wali Allung*, Sri Hartini ** dan Margareta Novian Cahyanti**"

Transkripsi

1 ABSTRAK Optimasi Gizi Mocaf Merah Ditinjau dari Berbagai Konsentrasi Angkak Miger Nomensen Wali Allung*, Sri Hartini ** dan Margareta Novian Cahyanti** *Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika **Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Jln. Diponegoro no Salatiga Jawa Tengah Indonesia Penelitian bertujuan untuk menentukan konsentrasi angkak yang menghasilkan kandungan gizi optimum mocaf (modified cassava flour) merah. Fermentasi dilakukan dengan angkak sebagai starter dengan berbagai konsentrasi angkak. Analisis kadar gizi mocaf merah meliputi pengukuran kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak, kadar karbohidrat, dan kadar protein. Data penelitian dianalisis dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 kali ulangan, sebagai perlakuan adalah konsentrasi penambahan angkak yaitu 0% (kontrol), 10%, 14%, 18%, dan 22% (b/b) dan sebagai ulangan adalah waktu analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angkak memberi pengaruh terhadap kadar gizi kecuali kadar air mocaf merah. Kandungan gizi optimum diperoleh pada mocaf merah yang difermentasi dengan 14% angkak. Kadar gizi yang diperoleh adalah kadar air 8,59 ± 2,15%; kadar abu 2,35 ± 0,31%; kadar serat kasar 12,42 ± 1,72%; kadar lemak 3,24 ± 1,06%; karbohidrat 34,78 ± 4,65%; dan kadar protein 5,32 ± 0,96%. Kata kunci : angkak, fermentasi, mocaf merah, singkong. PENDAHULUAN Penggunaan tepung terigu sebagai bahan dasar dalam pembuatan olahan makanan sangat dibutuhkan saat ini. Tingginya kebutuhan tepung terigu di Indonesia mengakibatkan meningkatnya nilai impor akan tepung terigu (Ferawati dkk., 2014). Di sisi lain Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam yang mampu digunakan sebagai bahan subtitusi gandum. Salah satu hasilnya adalah umbi -umbian seperti ubi kayu atau singkong. Lahan singkong seluas 1,4 juta hektar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan rata-rata produksi singkong sebesar 16 juta ton per tahun. Beberapa wilayah Indonesia, masyarakat mengkonsumsi singkong sebagai makanan pokok (Darmawan dkk., 2013). Singkong merupakan salah satu sumber kalori pangan yang paling murah di dunia. Kelebihan singkong dengan jenis umbi lain, tanaman singkong yang hampir tumbuh di mana dan kapanpun, bahkan dengan fasilitas yang rendah (Abidin et al., 2013). Singkong merupakan hasil pertanian yang mudah rusak atau waktu penyimpanan yang relatif rendah karena kadar air singkong segar yang tinggi. Selain itu asam sianida (HCN) dalam singkong dapat menyebabkan keracunan. Hal inilah yang menyebabkan harganya relatif rendah (Kurniati dkk., 2012). Pengolahan singkong menjadi tepung singkong merupakan salah 1

2 2

3 satu cara untuk memperpanjang masa simpannya, satu sisi bahwa komposisi gizi tepung singkong tidak jauh berbeda dengan tepung terigu putih yang sumber bahan bakunya dari gandum (Abidin et al., 2013). Pengolahan singkong menjadi tepung menyebabkan kandungan gizi singkong terutama protein mengalami penurunan (Marniza dkk., 2011). Fermentasi dapat mengubah sifat fisikokimia dan sifat fungsional umbi -umbian serta meningkatkan kemampuan daya cerna. Tandrianto (2014) menyatakan bahwa fermentasi dapat meningkatkan protein yang terkandung di dalam singkong. Dengan demikian, tepung singkong yang difermentasi mempunyai kelebihan daripada tepung singkong biasa, yaitu kandungan protein yang tinggi, HCN lebih rendah, aplikasi luas, dan dispersi ke produk pangan lebih mudah. Dalam penelitian Marniza dkk. (2011), singkong yang diolah tanpa melalui fermentasi (kontrol) terlihat kasar dibandingkan tepung singkong melalui fermentasi yang terlihat halus. Hal ini disebabkan oleh kemampuan mikroorganisme dalam perubahan tekstur umbi singkong selama proses fermentasi berlangsung. Mikroorganisme mampu menghidrolisis serat yang berupa polisakarida (selulosa) menjadi monosakarida (glukosa). Angkak atau ragi beras merah merupakan produk hasil fermentasi substrat tepung oleh Monascus purpureus sehingga penampakannya berwarna merah. Angkak telah digunakan secara luas di Asia sebagai pewarna alami pada ikan, keju Cina, anggur merah, dan sosis. Angkak sudah ada sejak lama digunakan sebagai bahan bumbu, pewarna, dan obat karena mengandung bahan bioaktif berkhasiat (Purwanto, 2011). Angkak kerap kali dipakai semacam obat penyembuh waktu seorang menanggung derita demam berdarah serta pula dipakai semacam bumbu masak. Harga angkak cukup murah serta bisa didapati di beberapa pasar tradisional dikarenakan beberapa orang yang memakai angkak sebagai penambah kesehatan badan (Soleman, 2014). Angkak dapat digunakan pada produksi pada fermentasi pangan kering dan minuman beralkohol seperti wine (Andarwulan & Faradilla, 2012). Dari latar belakang permasalahan yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan (mocaf modified cassava flour) merah dengan kandungan gizi optimum ditinjau dari berbagai konsentrasi angkak. METODE Singkong segar dibersihkan dari kulitnya dan dicuci dengan air bersih. Singkong kemudian dikukus selama ± 60 menit selanjutnya ditiriskan dan didinginkan hingga singkong mencapai suhu ruang. Singkong tersebut dihaluskan lalu diinokulasi dengan angkak 10%, 14%, 18%, dan 22% b/b lalu difermentasi selama 3 hari. Sebagai kontrol adalah tepung singkong tanpa angkak langsung dikeringkan pada suhu 50 ± 2 0 C selama 7 hari (Marniza dkk., 2011). Hasil fermentasi dikeringkan pada suhu 50 ± 2 0 C selama 7 hari. Setelah itu hasil pengeringan dihaluskan dan disaring dengan ayakan 80 mesh (Tandrianto dkk., 2014). Tepung singkong tersebut dikenal dengan mocaf (modified cassava flour). Mocaf merah kemudian dianalisis kadar air, kadar abu, kadar serat kasar (SNI Tepung Mocaf, 2011), kadar lemak, kadar protein (Sudarmadji dkk., 1997), analisis kadar karbohidrat (Bintanah & Handarsari, 2014), dan analisis kadar asam sianida (HCN) (SNI Tepung Mocaf, 2011). 3

4 Data penelitian dianalisis dengan menggunakan rancangan dasar RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 5 perlakuan dan 5 kali ulangan. Sebagai perlakuan adalah konsentrasi angkak 0% (kontrol); 10%; 14%; 18%; dan 22% b/b, sedangkan sebagai kelompok adalah waktu analisis. Pengujian antar rataan perlakuan dilakukan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5% (Steel & Torie, 1989). HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Kadar Gizi (% ± SE ) Mocaf Merah Antar Berbagai Konsentrasi Penambahan Angkak (% b/b) Konsentrasi Angkak (%) Kadar Air 8,20 ± 1,35 8,78 ± 2,85 8,59 ± 2,15 8,68 ± 2,75 7,59 ± 1,63 w = 2,22 (a) (a) (a) (a) (a) Kadar Abu 2,48 ± 0,35 2,42 ± 0,29 2,35 ± 0,31 2,12 ± 0,29 1,99 ± 0,29 w = 0,19 (b) (b) (b) (a) (a) Serat Kasar 14,31 ± 2,24 11,71 ± 1,00 12,42 ± 1,72 10,80 ± 2,40 8,73 ± 1,62 w = 3,58 (b) (ab) (b) (ab) (a) Lemak 1,34 ± 0,70 3,08 ± 0,68 3,24 ± 1,06 3,86 ± 0,57 3,36 ± 0,86 w = 1,21 (a) (b) (b) (b) (b) Karbohidrat 41,26 ± 3,15 36,92 ± 4,03 34,78 ± 4,65 35,01 ± 6,04 37,69 ± 2,87 w = 5,46 (b) (ab) (a) (a) (ab) Protein 2,15 ± 1,10 4,23 ± 1,83 5,32 ± 0,96 5,42 ± 2,07 6,14 ± 1,09 w = 2,51 (a) (ab) (b) (b) (b) Asam Sianida Keterangan : *w = BNJ 5 % ** Angka-angka yang dikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antarperlakuan tidak beda nyata, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan antarperlakuan berbeda nyata. 4

5 Pembuatan mocaf merah dilakukan melalui fermentasi singkong dengan penambahan angkak berbagai konsentrasi. Nadzira dkk. (2016) menyatakan bahwa ragi Monascus sp. atau angkak telah dibuat untuk suatu kemudahan yaitu lebih cepat, praktis dan efisien dalam penggunaannya dalam proses fermentasi. Monascus sp. mampu tumbuh baik pada bahan yang mengandung pati, protein atau lipid misalnya kentang, singkong, jagung, gandum, barley, oat, dan beras. Hal tersebut disebabkan kapang ini memproduksi enzim-enzim α-amilase, β- amilase, glukoamilase, protease, lipase, glukosidase, dan ribonuklease (Triana & Yulenery, 2015). Pada akhir proses fermentasi singkong yang difermentasi dengan 10% dan 14% angkak secara kasat mata terlihat lebih berair atau basah, dan lembek. Purwanto (2011), Rahmadi (2003) dan Nadzira dkk. (2016) menyatakan bahwa selama tahap pertama periode fermentasi, mikroba memanfaatkan sumber karbon dari substrat untuk produksi gula-gula sederhana yang kemudian diubah menjadi energi dengan hasil samping berupa metabolit primer, alkohol, asam, karbon dioksida, dan air. Air merupakan salah satu hasil samping proses fermentasi yang akan mempengaruhi kadar air substrat produk fermentasi. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar air mocaf merah berkisar pada 7 8% dan nilai ini masih memenuhi standar kadar air mocaf (maksimal 13%) (SNI Mocaf, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa pengeringan telah optimum. Pada proses fermentasi, pengeringan, dan dilanjutkan dengan grinding, terjadi pemecahan komponen-komponen bahan sehingga jumlah air terikat yang terbebaskan semakin banyak. Akibatnya tekstur bahan semakin lunak dan berpori sehingga menyebabkan penguapan air selama proses pengeringan semakin mudah (Rasulu dkk., 2012). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa penambahan angkak 10% hingga 14% dalam proses fermentasi tidak memberi pengaruh terhadap kadar abu mocaf merah. Namun pada pemberian angkak 18% dapat menurunkan kadar abu mocaf merah. Pada penambahan angkak 22% dalam proses fermentasi tidak lagi berpengaruh terhadap kadar abu mocaf merah bilah dibandingkan dengan 18%. Setyawati dkk. (2014) menyatakan bahwa penurunan kadar abu terjadi karena dalam proses fermentasi terjadi peningkatan bahan organik akibat dari adanya proses degradasi bahan (substrat) oleh mikroba. Semakin sedikit bahan organik yang terdegradasi, maka relatif semakin sedikit juga terjadinya penurunan kadar abu secara proporsional, sebaliknya semakin banyak bahan organik yang terdegradasi maka relatif semakin banyak juga terjadinya peningkatan bahan organik secara proporsional. Berdasarkan Sastra (2008), kadar abu bahan pangan merupakan total dari mineral yang dikandung oleh bahan tersebut. Kurniawan dkk. (2016) menyatakan bahwa mikroba membutuhkan mineral substrat untuk meningkatkan aktivitas enzim sebab dalam menghasilkan enzim, mikroba juga memerlukan mineral sebagai aktivator enzim seperti Mn 2+, Mg 2+, Ca 2+, dan lain-lain. Menurut Wibowo (2010), kadar abu berhubungan erat dengan kadar serat suatu bahan pangan. Kadar serat dan abu mempunyai hubungan yang positif, tingginya serat kasar akan berpengaruh positif terhadap kadar abu suatu bahan pangan. 5

6 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi kadar serat kasar mocaf merah. Penambahan 10% angkak dapat menurunkan kadar serat kasar mocaf merah namun pada pemberian 14% angkak tidak memberi pengaruh bila dibandingkan dengan kadar serat kasar kontrol (tepung singkong). Penambahan angkak 18% dan 22% berpengaruh selama proses fermentasi yaitu terjadi penurunan kadar serat kasar mocaf merah. Proses fermentasi mocaf merah dimulai denga beberapa tahap termasuk pencucian dan pengukusan. Patty dkk. (2014) mengemukakan bahwa pada saat pengukusan, uap air berdifusi masuk ke dalam substrat secara perlahan dan larut sehingga komponen serat yang terkandung oleh substrat atau bahan menurun. Andayani & Indriati (2012) menyatakan bahwa penurunan kandungan serat kasar dimungkinkan karena enzim yang dihasilkan oleh Monascus sp. seperti maltase, lipase, dan ribonuklease mendegradasi bahan organik. Berdasarkan SNI Mocaf (2011) bahwa kadar serat maksimum yaitu sebesar 2,0%, hal ini berarti kadar serat mocaf merah termasuk cukup tinggi berkisar antara 8 14%. Hal ini berdasarkan Rahmadi (2003), bahwa fase pertumbuhan mikroorganisme mencapai fase pertumbuhan diperlambat menyebabkan kesempatan mikroorganisme mendegradasi komponen serat lebih terbatas. Mulia dkk. (2016) menyatakan bahwa banyaknya serat kasar yang dikandung suatu bahan pangan menyebabkan sel dinding yang kuat dan akibatnya daya cerna pangan menjadi rendah. Daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kadar serat dalam pangan, komposisi penyusun serat kasar, dan aktivitas mikroorganisme. Berdasarkan Tabel 1, pemberian angkak 10% dapat meningkatkan kadar lemak mocaf merah bila dibandingkan dengan kontrol. Namun pemberian 14 22% angkak tidak memberi pengaruh terhadap kadar lemak mocaf merah. Rahmadi (2003) menyatakan bahwa peningkatan kandungan lemak karena terjadi peningkatan jumlah mikroorganisme selama proses fermentasi berlangsung sehingga meningkatnya aktivitas dalam mendegradasi bahan organik menjadi asam lemak. Selama proses fermentasi berlangsung, mikroorganisme melakukan biosintesis asam lemak de novo yang berasal dari pemecahan karbohidrat yang mudah terfermentasi. Kurniati dkk. (2012) menyatakan bahwa kenaikan kadar lemak disebabkan mikroorganisme dapat memproduksi minyak mikroba selama proses fermentasi. Mikroorgnasime, seperti setiap sistem sel hidup lainnya, menghasilkan lipid atau lemak. Inilah yang disebut dengan spesies berminyak. Enzim lipase memecahkan lemak menjadi asam lemak dan gliserol, kemudian asam lemak dan gliserol digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhan (Kurniawan dkk., 2016). Pada proses fermentasi, kandungan karbohidrat mocaf merah menurun seiring bertambahnya konsentrasi angkak hingga 14%. Pada penambahan angkak 18% tidak berpengaruh lagi bahkan kandungan karbohidrat pada mocaf merah 22% tidak ada beda nyata dengan mocaf dengan angkak 10%. Dalam Rahmadi (2003) menyatakan bahwa perubahan utama selama fermentasi ditunjukkan oleh menurunnya kadar karbohidrat. Selama proses fermentasi, mikroorganisme melakukan biosintesis asam lemak de novo yang berasal dari pemecahan karbodirat yang mudah terfermentasi. Karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa dan kemudian akan terbentuk energi yang digunakan bagi pertumbuhan dan aktivitas kapang (Mirwandhono dkk., 2006). Enzim α-amilase dan α-glukosidase merupakan enzim yang bekerja 6

7 dalam pencernaan karbohidrat menjadi glukosa. Enzim α-amilase mempunyai spesivitas memotong ikatan α-1,4 glikosida pada pati secara acak dan tidak akan memotong cabang yang memiliki ikatan α-1,6-glikosida. Gula-gula sederhana yang terbentuk akan dialihkan untuk produksi pigmen angkak yang merupakan metabolit sekunder (Samudra dkk., 2015; Jenie dkk., 1994). Amilase merupakan enzim yang mempunyai kemampuan memecahkan ikatan glukosida pada polimer pati. Beberapa kelompok enzim amilase adalah α-amilase, β-amilase, dan γ- amilase (Nangin & Sutrisno, 2015). Proses fermentasi berpengaruh terhadap kandungan protein mocaf merah. Dibandingkan dengan tepung singkong, protein mocaf merah meningkat seiring bertambahnya konsentrasi angkak. Selama proses fermentasi berlangsung, semakin banyak mikroorganisme atau kapang yang dapat menguraikan substrat dan enzim dihasilkan juga berbanding lurus dengan pertumbuhan kapang. Peningkatan jumlah enzim dan populasi kapang akan meningkatkan kandungan protein hasil fermentasi sebab enzim juga disebut juga protein (Ardiansyah dkk., 2014). Monascus sp. menghasilkan enzim protease selama proses fermentasi berlangsung yang menyebabkan kenaikan kadar protein mocaf merah. Peningkatan kandungan protein mocaf merah disebabkan oleh adanya pertambahan jumlah mikroorganisme yang berperan sebagai single cell protein (SCP), yaitu protein yang didapat dari mikroorganisme (Purwanto, 2011; Tandianto dkk., 2014). Peningkatan jumlah mikroba atau penggandaan mikroba ini saat mikroba berada pada pertumbuhan fase log, pada fase ini mikroba menghasilkan enzim untuk mensintesis substrat dan pada kondisi yang optimal populasi sel mikroba akan berlipat (Kurniawan dkk., 2016). Pada proses fermentasi dengan konsentrasi angkak 18% dan 22% angkak tidak memberi pengaruh terhadap peningkatan kandungan protein mocaf merah. Artinya bahwa fase laju kerja kapang dalam meningkatkan protein telah mencapai titik optimum pada penambahan angkak 14%. Mirwandhono dkk. (2006) mengatakan bahwa proses degradasi protein karena jamur telah mencapai fase pertumbuhan eksponensial sehingga laju pertumbuhan populasi kapang mulai mengalami penurunan. Uji kualitatif asam sianida (HCN) mocaf merah menunjukkan hasil uji yang negatif. Uji kualitatif HCN dilakukan juga pada singkong segar, singkong setelah dicuci dan singkong setelah dikukus. Hasil uji menunjukkan bahwa singkong segar dan singkong setelah direndam kurang lebih 10 menit lalu dibilas dengan air bersih positif masih positif HCN namun ada perbedaan warna. Singkong segar lebih perubahan warna (mengindikasi bahwa positif HCN) yang terjadi lebih mencolok dibandingkan dengan singkong setelah dicuci. Irzam & Harijono (2014) menyatakan bahwa HCN bersifat mudah larut dalam air. Air akan menyebabkan senyawa linamarin terhidrolisis dan memebentuk asam sianida yang larut dalam air. Ketika air rendaman dalam beberapa menit dibuang, HCN yang larut dalam air akan ikut terbuang bersama dengan air sehingga kadar HCN makin berkurang dibandingkan dengan HCN yang ada pada singkong segar. Pada singkong setelah dikukus, uji HCN menunjukkan hasil uji negatif. Marniza dkk. (2011) menyatakan bahwa kandungan HCN dapat dihilangkan atau dikurangi jumlahnya dengan perlakuan pengeringan, pemotongan, perendaman, pengukusan dan fermentasi. Proses pengeringan berperan mengurangi kadar HCN. HCN bersifat volatil yang 7

8 mudah menguap pada suhu ruang karena mempunyai titik didih rendah yaitu 25,70 0 C. Proses pengeringan dengan suhu 55 0 C menyebabkan linamarin banyak yang rusak dan hidrogen sianidanya banyak yang terbuang keluar sehingga HCN pada tepung fermentasi ubi kayu pun berkurang. Pada uji kualitatif HCN tepung mocaf merah menunjukka hasil uji negatif. Proses fermentasi berpengaruh terhadap kandungan HCN yang ada pada singkong segar. Mikroba menghasilkan enzim linamarase (β-glukosidase) yang berperan penting dalam memecahkan linamarin, sehingga banyak asam sianida yang dibebaskan hingga menjadi berkurang hingga hingga bebas asam sianida. Selama proses fermentasi proses hidrolisis dilakukan oleh β- glukosidase pada glukosa sianogenik menghasilkan sebagian gula dan hidroksinitril yang akan kembali terpisahkan menjadi sianida dan campuran karbonil (ketosa dan aldosa) (Irzam & Harijono, 2014). SIMPULAN Angkak berpengaruh terhadap kandungan gizi mocaf merah. Kandungan gizi optimum diperoleh pada mocaf merah yang difermentasi dengan 14% angkak. Kadar gizi yang diperoleh menunjukkan kadar air 8,59 ± 2,15%; kadar abu 2,35 ± 0,31%; kadar serat kasar 12,42 ± 1,72%; kadar lemak 3,24 ± 1,06%; karbohidrat 34,78 ± 4,65%; dan kadar protein 5,32 ± 0,96%. Uji kualitatif HCN mocaf merah menghasilkan hasil uji negatif. DAFTAR PUSTAKA Abidin, A.Z., Devi, C., & Adeline., Development of Noodles Based on Cassava Flour. J. Eng. Technol. Sci., 45(1), pp Andarwulan, N., & Faradilla, R.F., Merah Angkak. Dalam Pewarna Alami untuk Pangan (Hal ). Bogor: SEAFAST Centre institut Pertanian Bogor Ardiansyah., Mulyani, S., & Fridarti., Perubahan Kandungan Nutirsi Pelepah dan Daun Sawit Melalui Fermentasi dengan Kapang Phanerocaete chryscoporium. Jurnal Penelitian. Universitas Taman Siswa: Padang Bintanah, S., & Handarsari, E., Komposisi Kimia dan Organik Formula Nugget Berbasis Tepung Tempe dan Tepung Ricerban. Indonesian Journal of Human Nutrition, 1, pp Darmawan, M.R., Andreas, P., Jos, B., & Sumardiono, S., Modifikasi Ubi Kayu dengan Proses Menggunakan Starter Lactobacillus casei untuk Produk Pangan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(4), pp Ferawati, P., Suhaidi, I., & Lubis, Z., Evaluasi Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensori dari Komposisi Terigu, Ubi Kayu, Kedelai, dan Pati Kentang dengan Penambahan Xanthan Gum. J. Rekayasa Pangan dan Pert., 2(1), pp

9 Irzam, F.M., & Harijono., Pengaruh Penggantian Air dan Penggunaan NaHCO 3 dalam Perendaman Ubi Kayu Iris (Manihot esculenta Crantz) Terhadap Kadar Sianida pada Pengolahan Tepung Ubi Kayu. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(4), pp Kurniawan, H., Utomo, R., & Yusiati, L.M., Kualitas Nutrisi Ampas Kelapa (Cocos nucifera L.) Fermentasi Menggunakan Aspergillus niger. Buletin Peternakan, 40(1), pp Kurniati, L.I., Aida, N., Gunawan, S., & Widjaja, T., Pembuatan Mocaf (Modified Cassava FlourI) dengan Proses Fermentasi Menggunakan Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseaei, dan Rhizopus oryzae. Jurnal Teknik Pomits, 1(1), pp.1-6 Marniza., Medikasari., & Nurlaili , Produksi Tepung Ubi Kayu Berpotensi: Kajian Pemanfaatan Tepung Kacang Bengkuk Sebagai Sumber Nitrogen Ragi Tempe. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian, 16(1), pp Mirwandhono, E., Bachhari, I., & Situmorang, D., Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger. Jurnal Agribisnis Perternakan, 2(3), pp Mulia, D.S., Yulingsih, R.T., Maryanto, H., & Purbomartono, C., Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam Menjadi Bahan Pakan Ikan dengan Fermentasi Bacillus subtilis. J.Manusia dan Lingkungan, 23(1), pp Nadzira., Zubaidah, E., Sriherfyna, F.H., Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Viabilitas dan Metabolit Sekunder Ragi Angkak. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 4(2), pp Nangin, D., & Sutrisno, A., Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah dari Mikroba: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2), pp Patty, R.H., Antara, N.S., & Arnata, I.W., Pengaruh Bagian Rebung dan Perlakuan Pendahulan Terhadap Karakteristik Tepung dari Rebung Bambu Tabah. Universitas Udayan, Bali. Purwanto, A , Produksi Angkak oleh Monascus purpureus dengan Menggunakan Beberapa Varietas Padi yang Berbeda Tingkat Kepulenannya. Widya Warta No. 01 Tahun XXXV. ISSN Rahmadi, D., Pengaruh Lama Fermentasi dengan Kultur Mikroorganisme Campuran Terhadap Komposisi Kimiawi Limbah Kubis. J. Indon. Trop. Anim. Agric, 28(2), pp Rasulu, H., Yuwono, S.S., & Kusnadi, J., Karakteristik Tepung Ubi Kayu Terfermentasi Sebagai Bahan Pembuatan Sagukasbi. Jurnal Teknologi Pertanian, 13(1), pp.1-7 Samudra, A.G., Nugroho, A.E., & Husni, A., Aktivitas Inhibisi α-amilase Karagenan dan Senyawa Polifenol dari Eucheuma denticulantum. Media Farmasi, 12(3), pp

10 Setyawati, N.E., Muhtarudin., & Liman Pengaruh Lama Fermentasi Trametes sp Terhadap Kadar Bahan Kering, Kadar Abu, dan Kadar Serat Kasar Daun Nenas Varietas Smooth cayene. Universitas Lampung, Lampung SNI Tepung Mocaf., Tepung Mocaf. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta Soleman, M., Angkak Efektif Turunkan Kadar Kolesterol dan Murah. [Diunduh 22 Juli 2015] Steel, R., & Torie, J.H., Analisis Data Statistik Deskriptif. Surabaya: Erlangga Sudarmadj, S., Haryono, B., & Suhardi., Prosedur Analitik untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Tandrianto, J., Mintoko, D. K., & Gunawam, S., Pengaruh Fermentasi pada Pembuatan Mocaf (Modified Cassava Flour) dengan Menggunakan Lactobacillus plantarum terhadap Kandungan Protein. Jurnal Teknik Pomits, 3(2), pp Triana, E., & Yulinery, T., Uji Toksisitas Citrin yang Dihasilkan oleh Angkak Hasil Fermentasi Berbagai Isolat Mmirwaonascus purpureus Terhadap Larva Artemia salin Leach. Pros. Sem. Nas. Masy. Biodiv. Indon., pp Wibowo, A.H., Pendugaan Kandungan Nutien Dedak Padi Berdasarkan Karakteristik Fisik. Tesis. Institut Pertanian Bogor: Bogor 10

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, kimia dan pakan ternak. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki konsumsi yang besar terhadap produk tepung terigu baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu nasional masih belum

Lebih terperinci

PENGARUH FERMENTASI PADA MENGGUNAKAN RAGI ROTI. Pembimbing: Setiyo Gunawan, ST. Ph.D

PENGARUH FERMENTASI PADA MENGGUNAKAN RAGI ROTI. Pembimbing: Setiyo Gunawan, ST. Ph.D PENGARUH FERMENTASI PADA PEMBUATAN MOCAF DENGAN MENGGUNAKAN RAGI ROTI (SACCHAROMYCES CEREVISEAE), RAGI TEMPE (RHYZOPUS ORYZAE), DAN LACTOBACILLUS PLANTARUM TERHADAP KANDUNGAN ZAT NUTRISI DAN ANTI-NUTRISI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan telah banyak dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu (Manihot Esculenta) merupakan tanaman umbi berupa perdu dengan nama lain singkong atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika Selatan, tepatnya dari negara

Lebih terperinci

MOCAF MERAH KAYA ANTIOKSIDAN

MOCAF MERAH KAYA ANTIOKSIDAN SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL C ISBN : 978-602-73159-1-4 MOCAF MERAH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati 1 I. PENDAHULUAN Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati (lebih banyak mengandung amilopektin dibanding amilosa). Untuk keperluan yang lebih luas lagi seperti pembuatan biskuit,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan dan Instrumen. Cara Kerja. Fermentasi Tepung [9] Penepungan [16] Analisa Aktivitas Antioksidan [5]

METODE PENELITIAN. Bahan dan Instrumen. Cara Kerja. Fermentasi Tepung [9] Penepungan [16] Analisa Aktivitas Antioksidan [5] 1 Monascus yang memberi pengaruh positif pada kesehatan melalui penghambatan reduktase 3- hydroxy-methyglutaryl-koenzim A (HMG CoA) yang merupakan enzim kunci terhadap proses sintesis kolesterol dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti makanan pokok karena mengandung karbohidrat sebesar 27,9 g yang dapat menghasilkan kalori sebesar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : () Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia memerlukan beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia antara lain

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol digunakan pada etanol yang dihasilkan dari bahan baku tumbuhan melalui proses fermentasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai ekonomis penting. Ikan gurame juga banyak digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Banyak sekali produk olahan yang berasal dari singkong, salah satunya adalah tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan cadangan BBM semakin berkurang, karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerupuk merupakan suatu jenis makanan kecil yang sudah lama dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan dikonsumsi sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler mempunyai potensi yang besar dalam memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia, karena sifat proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Depy Afiandiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Depy Afiandiningsih, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan produk makanan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi di bidang pangan. Para produsen makanan berlomba-lomba menciptakan sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Industri makanan di Indonesia tidak lepas dari bahan baku tepung terigu. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan utamanya. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan utama yang dialami oleh peternak. Hal tersebut dikarenakan harga pakan yang cukup mahal yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena memiliki potensi keuntungan yang menjanjikan. Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam budidaya ternak unggas secara intensif biaya pakan menduduki urutan pertama yaitu mencapai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA 0 KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia terdapat lebih dari 12.000 jenis kacang-kacangan, diantaranya kacang tanah, hijau, merah, jogo, kapri, koro, tolo, dan kedelai (Bakti, 2003). Di antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga, industri, pertambangan dan lain-lain. Limbah berdasarkan sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. tangga, industri, pertambangan dan lain-lain. Limbah berdasarkan sifatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari proses produksi maupun konsumsi yang dilakukan oleh manusia, baik dalam skala rumah tangga, industri, pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil singkong. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil singkong. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil singkong. Menurut Badan Pusat Statistik, produksi singkong nasional pada tahun 2010 adalah 24,08 juta ton/tahun dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi permintaan. Artinya, kebijakan energi tidak lagi mengandalkan pada ketersediaan pasokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak merupakan salah satu cara pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian dijadikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyebaran ubi kayu atau singkong ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyebaran ubi kayu atau singkong ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Singkong Penyebaran ubi kayu atau singkong ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada tahun 1914-1918. Pada tahun 1968, Indonesia menjadi negara pengghasil singkong nomor lima di

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak dari masyarakat Indonesia yang terlalu bergantung pada beras, mereka meyakini bahwa belum makan jika belum mengonsumsi nasi. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayatun Nufus, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk melalui fermentasi sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya fermentasi banyak digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan gencarnya iklan produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satu jenis komoditas pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cakupan pangan di Indonesia secara mandiri masih merupakan masalah serius yang harus kita hadapi saat ini dan masa yang akan datang. Bahan pokok utama masih bertumpu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai di Indonesia selain tempe. Tahu juga sering dijadikan sebagai lauk-pauk karena rasanya yang enak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. PREPARASI SUBSTRAT DAN ISOLAT UNTUK PRODUKSI ENZIM PEKTINASE Tahap pengumpulan, pengeringan, penggilingan, dan homogenisasi kulit jeruk Siam, kulit jeruk Medan, kulit durian,

Lebih terperinci

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Efektivitas Cairan Rumen Domba Penelitian Tahap 1 dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui volume enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi yang tepat untuk penurunan

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur relatif pendek, mudah diproduksi pada berbagai lahan dengan produktifitas antara 20-40 ton/ha

Lebih terperinci

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *) Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif Oleh : Sri Purwanti *) Pendahuluan Pangan produk peternakan terutama daging, telur dan susu merupakan komoditas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya sebagai Media Usar Tempe (The Use of Tempe, Soybean Flour and Both as a media of Tempe Starter) Oleh, Fitriana Wahyu Nugraheni NIM : 412011003 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cookies merupakan alternatif makanan selingan yang cukup dikenal dan digemari oleh masyarakat. Cookies dikategorikan sebagai makanan ringan karena dapat dikonsumsi setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada umumnya proses penggilingan padi secara komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak atau bekatul, yang selama ini sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin menipis seiring dengan meningkatnya eksploitasi manusia untuk pemenuhan kebutuhan akan bahan bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara agraris dan sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian harus

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil samping agroindustri dari pembuatan minyak inti sawit. Perkebunan sawit berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tongkol jagung merupakan limbah tanaman yang setelah diambil bijinya tongkol jagung tersebut umumnya dibuang begitu saja, sehingga hanya akan meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinkubasi dengan pembungkus daun Jati (Tectona grandis L.). Koji lamtoro yang digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan kecap melalui 2 tahap fermentasi, yaitu fermentasi koji dan moromi. Pada tahap fermentasi koji, koji dengan variasi inokulum ragi tempe dan usar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak ditumbuhi pohon kelapa. Kelapa memberikan banyak hasil misalnya kopra yang

Lebih terperinci

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger) Edhy Mirwandhono, Irawati Bachari, dan Darwanto Situmorang: Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lahan pertanian mengakibatkan impor beras semakin tinggi, atau bahkan krisis

I. PENDAHULUAN. lahan pertanian mengakibatkan impor beras semakin tinggi, atau bahkan krisis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan yang semakin meningkat dan menyempitnya lahan pertanian mengakibatkan

Lebih terperinci

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA 0 KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Tempat dan Waktu Penelitian. (Canavalia ensiformis L.). Koro pedang (Canavalia ensiformis), secara luas

I PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Tempat dan Waktu Penelitian. (Canavalia ensiformis L.). Koro pedang (Canavalia ensiformis), secara luas I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Tujuan Penelitian, (3) Identifikasi Masalah, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, dan (6) Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada tahun 2012 menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu, diperlukan upaya peningkatan produksi etanol secara besar-besaran

I. PENDAHULUAN. itu, diperlukan upaya peningkatan produksi etanol secara besar-besaran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan bakar minyak (BBM) saat ini meningkat. Bahan bakar fosil tersebut suatu saat dapat habis karena eksploitasi terus menerus dan tidak dapat diperbaharui.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelinci adalah salah satu ternak penghasil daging yang dapat dijadikan sumber protein hewani di Indonesia. Sampai saat ini masih sangat sedikit peternak yang mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak

Lebih terperinci