KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PADANG DALAM PENATAAN KOTA LAMA PADANG TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PADANG DALAM PENATAAN KOTA LAMA PADANG TAHUN"

Transkripsi

1 1 KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PADANG DALAM PENATAAN KOTA LAMA PADANG TAHUN Elan Purwana 1, Refni Yulia 2, Kharles 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat elanpurwana18@gmail.com ABSTRACT This study discuss about the governments policies of Padang city in arrangement of long city related with the policy of isseud the government in managing the long city period with formulated as followed: How the background of policy about protection to long city Padang and how the policy realization in arranging long city as reserve civilization area as legacy history of Padang city. This study used history method with stage heuristik, intern and extern critic, interpretation, and historiografi. The result showed governments policies in arranging long city Padang began 1998 with the issued decision letter from Mayor about arranging long city, which proceed with collecting data toward region and building as reserve civilization Padang city. When the Fauzi Bahar government ( ) in reserve civilization area of long city Padang done inventorying process and revitalization after a quake Directive policy of mayor Mahyeldi attempt arranging long city as developed history tour and civilization, to be area tour especially in Muaro Padang, Batang Arau, and Gunung Padang. Keywords: Policy, Old Buildings,Government PENDAHULUAN Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang pasal 72 menjelaskan bahwa pengembangan kawasan wisata sejarah meliputi kawasan cagar budaya kota lama Pondok dan Muaro Kecamatan Padang Selatan, kawasan wisata sejarah di Kelurahan Belalang Tangsi Kecamatan Padang Barat, dan kawasan cagar budaya nagari adat tradisional di Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Bangunan-bangunan cagar budaya yang terdapat didaerah tersebut merupakan bukti keberadaan kolonial Belanda di Padang. Bukti-bukti peninggalan kolonial Belanda itu menjadi potensi wisata sejarah yang tidak ternilai yaitu pariwisata kota tua. Guna mewujudkan rencana kearah penataan kawasan kota tua,

2 2 pemerintah kota Padang memulainya dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota Padang Nomor 03 Tahun 1998 tentang Penetapan Bangunan Cagar Budaya dan Kawasan Bersejarah, dalam Surat Keputusan tersebut pemerintah menginstruksikan untuk melakukan pendataan terhadap bangunanbangunan tua di Kota Padang yang selanjutnya ditetapkan sebagai bangunan dan kawasan bersejarah yang harus dijaga, dilindungi, dan dilestarikan oleh segenap masyarakat baik pemilik benda cagar budaya, pemerintah maupun swasta. Sebagai tindak lanjut dari instruksi Surat Keputusan Walikota, maka dilakukanlah survey terhadap bangunan-bangunan kategori cagar budaya di kota Padang. Berdasarkan survey tersebut ditemukan sekitar 74 bangunan tua di Kota Padang dengan kategori cagar budaya. Zuyen Rais adalah walikota Padang yang mengeluarkan kebijakan penataan kota tua Padang sekaligus telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Keluarnya Surat Keputusan menjadi tonggak dasar dalam menata kota tua Padang kedepannya. Pasca terselenggaranya program tersebut, pemerintah kemudian mengadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya penjagaan dan pemeliharaan bangunan tua dan bersejarah di kota Padang terutama kepada masyarakat pemilik bangunan tua untuk tidak melakukan perubahan terhadap keaslian bangunan. Persebaran objek wisata sejarah di kota Padang terbagi kedalam 5 kecamatan diantaranya adalah di kecamatan Lubuk Begalung terdapat 1 objek wisata sejarah, kecamatan Padang Selatan sebanyak 17, kecamatan Padang Timur sebanyak 12, kecamatan Padang Barat sebanyak 49, dan kecamatan Padang Utara sebanyak 1 objek wisata sejarah. Kecamatan Padang Barat mempunyai objek wisata sejarah lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lain, maka dari itu dikawasan ini banyak tersebar bangunan-bangunan sejarah peninggalan kolonial. Harus diakui bahwa penanganan terhadap bangunan tua di Padang tergolong lamban. Salah

3 3 satu kendala utama dalam penata kelolaan kota tua adalah masalah kepemilikan bangunan. Hampir sebagian besar bangunan bersejarah yang terdapat di kota lama Padang adalah milik personal, sehingga pemerintah merasa kesulitan untuk merevitalisasi bangunan tersebut. Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak berkewajiban melakukan perbaikan terhadap bangunan yang dimiliki oleh pribadi kecuali sifatnya adalah bantuan. Sementara itu, akibat pesatnya pembangunan kota menyebabkan sebagian dari bangunan kota tua yang dilindungi mengalami perombakan, perubahan fungsi, bahkan pemusnahan. Jika hal ini dibiarkan maka dikhawatirkan semakin menjurus kearah pemusnahan secara total yang pada akhirnya merugikan banyak pihak. Kondisi ini mulai memprihatinkan, apalagi dengan melihat kondisi bangunan-bangunan tua yang sudah mulai hilang sisi keasliannya, nilai historis yang mulai memudar, dan terjadi kerusakan disisi bangunan. Kota tua menjadi semakin tidak terurus, tidak terawat, serta tidak memiliki status kepemilikan yang jelas. Hal ini semakin diperparah ketika terjadinya gempa di Padang 30 September Sangat disayangkan apabila potensi sejarah dan budaya bangsa ini dibiarkan begitu saja tidak terawat dan tidak berpenghuni. Upaya-upaya perbaikan lingkungan bangunan bersejarah dan tindakan perbaikan fisik, diharapkan dapat melindungi bangunan dan lingkungan dari kepunahan. Undangundang No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung pasal 38 tentang pelestarian bangunan cagar budaya dan PP Nomor 36 Tahun 2005 pasal 84, 85, 86, 87, 88, dan 89 serta Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya merupakan aspek legal yang harus ditegakkan bersama-sama masyarakat dan pemerintah kota guna menegakkan ketertiban dalam pembangunan dan pelestarian kawasan dan bangunan lama bersejarah di kota Padang. Realitas saat ini, kondisi kota tua Padang yang kurang mendapatkan perhatian publik maupun pemerintah kota

4 4 mengakibatkan banyaknya bangunan-bangunan lama bersejarah mengalami anacaman kepunahan, bahkan satu persatu dibongkar oleh pemilik atau penyewa. Beberapa permasalahan aktual pada kawasan ini antara lain, Pertama adalah kecenderungan terjadinya perubahan karakter pada kawasan kota tua. Kedua, aspek hukum yang dipakai dalam perlindungan bangunan bersejarah belum diterapkan dengan jelas, aspek hukum yang ada hanya berupa daftar bangunan yang dilindungi berupa Surat Keputusan Walikota. Ketiga, bahwa kegiatan pelestarian baru dipahami sebagai upaya dari pemerintah saja, karena secara ekonomis dan praktis kegiatan ini belum dirasakan manfaatnya bagi masyarakat umum. Kondisi ini sangat disayangkan apabila bangunanbangunan bersejarah yang menjadi peninggalan masa kolonial Belanda di Padang sampai kehilangan sisi keaslian dan historisnya. Pemerintah kota Padang perlu melakukan tindakan untuk melindungi bangunan tersebut yang apabila dibiarkan begitu saja maka bangunan akan hilang tidak berjejak, sementara disisi lain apabila kawasan cagar budaya yang ada di kota Padang dilestarikan dengan baik serta penanganan yang tepat kawasan ini mampu memberikan keuntungan bagi pemerintah dan masyarakat luas dari segi pariwisata, pembangunan, serta perekonomian daerah kota Padang seperti halnya wisata sejarah kota tua Jakarta, kota tua Semarang, kota tua Sawahlunto dan beberapa kota lain di Indonesia. Berdasarkan pernyataan diatas, perlu dilakukan tindakan sebagai upaya pelestarian kawasan cagar budaya kota Padang, dalam hal ini perlu diperhatikan apakah pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sudah berjalan dengan semestinya, pengamatan perlu dilakukan untuk melihat kebijakankebijakan yang telah ditampung untuk melakukan pelestarian terhadap bangunan tua dikawasan kota lama Padang. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul Kebijakan Pemerintah Kota Padang dalam Penataan Kota Lama Padang Tahun

5 5 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan cara penulisan deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan atau menceritakan suatu objek, kondisi, atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu yang bisa dilakukan dengan menganalisis data, fakta, dan mengutamakan objektifitas dan tidak ada uji hipotesis. Pengguna penulisan deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kebijakan pemerintah kota Padang dalam penataan kota lama Padang tahun sebagai upaya perlindungan dan pelestarian kawasan cagar budaya kota lama Padang. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam penelitian ini, tahapan permulaan dan tahapan berikutnya saling berkaitan satu sama lain. Secara garis besar melalui empat tahap yaitu: Heuristik, Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi dan Historiografi. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kota Lama Masa Zuiyen Rais ( ) Surat Keputusan Walikota Padang No. 03 Tahun 1998 tentang Penetapan Bangunan Cagar Budaya dan Kawasan Bersejarah di Kota Padang. Produk hukum ini menetapkan 74 bangunan sebagai bangunan cagar budaya dan lokasi sebarannya berada sekitar Kawasan Kota Lama Padang (di Kecamatan. Padang Barat, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Padang Timur). Pemerintah kota Padang memberikan plakat atau label pada bangunan-bangunan yang merupakan bangunan bersejarah/cagar budaya yang dilindungi. Beberapa respon dan isu yang berkembang tentang penetapan ini seperti apa manfaat dan keuntungan dari bangunan yang telah ditetapkan sebagai bangunan Cagar budaya, insentive apa yang akan diperoleh oleh pemilik bangunan, dan beberapa isu yang berkaitan dengan masalah pemeliharaan dan pengelolaan. Namun hasil studi ini belum ditindaklanjuti salah satu perangkat

6 6 kendali upaya pelestarian dan pengelolaan Kawasan Kota Lama Padang yang mempunyai aspek legal seperti peraturan daerah ataupun Surat Keputusan Walikota. Keluarnya Surat Keputusan menjadi tonggak dasar dalam menata kota tua Padang kedepannya. Pasca terselenggaranya program tersebut, pemerintah kemudian mengadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya penjagaan dan pemeliharaan bangunan tua dan bersejarah di kota Padang terutama kepada masyarakat pemilik bangunan tua untuk tidak melakukan perubahan terhadap keaslian bangunan. B. Kota Lama Masa Fauzi Bahar ( ) Periode strategi dan kebijakan pembangunan kota Padang diarahkan kepada pusat jaringan ekonomi dan transportasi regional, pusat utama pelayanan sosial dan pusat pemerintahan, sehingga terbuka peluang pengembangan yang bersifat kumulatif. 1. Padang Lama Sebelum Gempa Pemerintah kota Padang menunjukkan kesungguhannya menyelamatkan dan melestarikan bangunan tua bernilai sejarah dengan melakukan inventarisasi serta revitalisasi terhadap bangunan lama di kota Padang, yaitu kegiatan dalam upaya penyelamatan bangunan kolonial atau bangunan tua bernilai sejarah disepanjang Batang Arau, Pasa Gadang, Pasa Batipuh, Pasa Mudik, Pasa Melintang. Hingga tahun 2008 belum ada peraturan daerah di kota Padang yang secara khusus mengatur masalah-masalah perlindungan bangunan cagar budaya. Beberapa permasalahan aktual pada kawasan ini antara lain: pertama adalah kecenderungan terjadinya perubahan karakter pada kawasan tersebut. Kedua, aspek hukum yang dipakai dalam perlindungan bangunan bersejarah belum diterapkan dengan jelas, aspek hukum yang ada hanya berupa daftar bangunan yang dilindungi berupa surat Keputusan Walikota. Ketiga, bahwa kegiatan pelestarian baru dipahami sebagai upaya dari pemerintah saja, karena

7 7 secara ekonomis dan praktis kegiatan ini belum dirasakan manfaatnya bagi masyarakat umum. 2. Padang Lama Setelah Gempa 2009 Peristiwa gempa bumi kota Padang, Rabu 30 September 2009 yang mengakibatkan kerugian jiwa, kerusakan berat bangunan infrastruktur dan fasilitas pemerintah, sektor ekonomi,perumahan dan pemukiman dan aktivitas kehidupan terganggu. Kawasan Padang Lama juga tidak luput dari bencana ini, beberapa bangunan pusaka yang telah diidentifikasi sebelumnya juga banyak mengalami kerusakan. Evaluasi Penetapan Bangunan Lama Bersejarah di Kota Padang yang disusun oleh Pemerintah Kota Padang terdiri dari 274 bangunan, dimana 129 bangunan rusak berat, 77 bangunan rusak sedang, 51 bangunan rusak ringan, dan 17 bangunan dalam kondisi aman. Kerusakan yang terdapat pada bangunan termasuk kedalam kategori ringan, sedang, dan berat. Harus diakui bahwa penanganan terhadap bangunan tua di Padang tergolong lamban. Setelah dilakukan pendataan terhadap bangunan pasca gempa tahun 2009, baru pada tahun 2011 pemerintah kembali menyinggung persoalan bangunan tua melalui seminar yang mendatangkan ahli Jepang dari National Research Institute For Cultural Heritage (NRICH) yakni Prof. Karnei. Adapun fokus dari seminar tersebut adalah upaya untuk menciptakan bangunan peninggalan kolonial sebagai landscap perkotaan. C. Kota Lama Padang Masa Pemerintahan Mahyeldi ( ) Arah kebijakan kota lama Padang masa pemerintahan walikota Mahyeldi yaitu Rehabilitasi dan Penataan Kawasan Pusat Kota Lama Padang, kawasan yang meliputi daerah Pondok, Muaro, dan Pasa Gadang, fokus pembangunan yaitu kepada rehabilitasi bangunan tua, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan, penyusunan regulasi bangunan, pembentukan forum pelaku konservasi, dan refungsi bangunan dikawasan untuk kegiatan komersial dan wisata. Pengembangan kawasan pariwisata budaya kota Padang diarahkan pada kawasan kota lama

8 8 yaitu Pondok dan kawasan Muaro serta kawasan ruang terbuka hijau di lapangan Imam Bonjol. Selain itu dikembangkan kawasan permukiman tradisional/adat yang masih menjalankan adat dalam kehidupan sehari-hari, rencana pengembangan Nagari adat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan Kecamatan Koto Tangah serta Kecamatan Pauh. Pemerintah kota Padang sedang melakukan pendataan ulang terhadap bangunan cagar budaya kota Lama, pendataan ini dilakukan dengan membentuk tim ahli cagar budaya kota Padang yang berjumlah tiga sampai dengan lima orang, tim ahli cagar budaya ini yang nantinya akan bekerja dilapangan guna memeriksa kondisi bangunan cagar budaya, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan meninjau kembali kondisi cagar budaya mulai dari usia, penemuan nilai sejarah, dan material yang dibutuhkan dalam upaya perbaikan Realisasi arahan kebijakan kota lama Padang tahun sudah mulai dilakukan oleh pemerintah kota Padang, hal ini dibuktikan dengan adanya perbaikan terhadap sejumlah bangunan yang terdapat dikawasan Batang Arau dan Gunung Padang. Perbaikan dilakukan dengan langkah merenovasi jalan, taman, serta bangunan di sekitar Batang Arau. Sekitar kawasan pelabuhan Batang Arau sedang dibangun area rekreasi bermain. KESIMPULAN Kota Lama Padang sebagai bukti keberadaan kolonial Belanda memiliki kawasan dan sejumlah bangunan yang dijadikan sebagai cagar budaya kota Padang. Pemerintah kota Padang telah mengeluarkan kebijakan sebagai upaya penataan kawasan dan bangunan disekitar Batang Arau dan Muaro. Surat Keputusan Wali kota Tahun 1998 merupakan landasan awal pengelolaan kota lama dengan melakukan pendataan terhadap bangunan disekitar kawasan Batang Arau,periode dilakukan revitalisasi terhadap bangunan cagar budaya yang mengalami kerusakan pasca gempa tahun Periode kota lama berdasarkan arahan kebijakan pembangunan mengarah kepada upaya

9 9 pengembangan wisata sejarah dan wisata budaya, terutama dikawasan kota lama, Gunung Padang, dan Muara Padang. DAFTAR PUSTAKA Arsip : Koran Singgalang.C-23, Marshalleh Adaz, Masih Perlukah Kota Tua?. Sabtu 22 Januari Peraturan Daerah Kota Padang, Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang. RPJM KOTA PADANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Kota Padang Tahun Jurnal : Refni Yulia,2015. Kebijakan Pengelolaan Kota Tua di Kota Padang,dalam Proceeding ECO-LOGIC CITY,hal Buku : Gottschalk, Louis Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press Colombijn, Freek Paco-Paco Kota Padang. Yogyakarta: Ombak. Laporan : Identifikasi Pendataan dan Pelestarian Cagar Budaya Kota Padang Tahun 2012 Laporan Pedoman Teknik Perbaikan dan Penanganan Fisik Bangunan Lama Bersejarah (Padang: Pemerintah Kota Padang.2010),

REVITALISASI KAWASAN KOTA TUA PADANG SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF WISATA SEJARAH DI KOTA PADANG

REVITALISASI KAWASAN KOTA TUA PADANG SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF WISATA SEJARAH DI KOTA PADANG Jurnal Bakaba Volume 6, Nomor 2, Desember, 2017 REVITALISASI KAWASAN KOTA TUA PADANG SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF WISATA SEJARAH DI KOTA PADANG Penulis : Refni Yulia, SS, M.Hum, Meri Erawati, SS, M.Hum,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KOTA PADANG PASCA GEMPA TAHUN (Studi Kasus: Kecamatan Kuranji) ABSTRACT

PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KOTA PADANG PASCA GEMPA TAHUN (Studi Kasus: Kecamatan Kuranji) ABSTRACT PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KOTA PADANG PASCA GEMPA TAHUN 2009-2014 (Studi Kasus: Kecamatan Kuranji) Putri Oktavia¹, Refni Yulia², Livia Ersi² ¹ Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

Emergency Action Plan Padang City

Emergency Action Plan Padang City Emergency Action Plan Padang City Pasca Gempa 30 September 2009 Team Ahli dan Unit Perencanaan Strategis Badan Pelaksana Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BPRR) Padang Kantor Balai Kota, 21 November 2009

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KOTA PADANG

PEMERINTAHAN KOTA PADANG PEMERINTAHAN KOTA PADANG Pembangunan Infrastruktur Kawasan Ramah Disabilitas Disampaikan pada : Seminar Tingkat Tinggi Untuk Kota Inklusif Jakarta, 31 Oktober 2017 Oleh : H. Mahyeldi No Kecamatan Luas

Lebih terperinci

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

PROGRAM JANGKA PENDEK: - Peningkatan kapasitas P3KP - Pengelolaan secara internal

PROGRAM JANGKA PENDEK: - Peningkatan kapasitas P3KP - Pengelolaan secara internal @SITA Pendirian Jaringan Kota Pusaka Indonesia/JKPI), declared by Minister Culture and Tourism, in Solo, October 25, 2008 Assisted by Indonesian Heritage Trust PROGRAM JANGKA PENDEK: - Peningkatan kapasitas

Lebih terperinci

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980)

PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980) PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PADANG (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tanggal 21 Maret 1980) Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa dengan perkembangan di Propinsi

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, TATA BANGUNAN, DAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KAWASAN STRATEGISS KOTA BUKITTINGGI

KAWASAN STRATEGISS KOTA BUKITTINGGI K A W A S A N S T R A T E G I S K O T A B U K I T T I N G G I 5. BAB 5 KAWASAN STRATEGIS Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

INVESTMENT OPPORTUNITIES OF PADANG CITY

INVESTMENT OPPORTUNITIES OF PADANG CITY INVESTMENT OPPORTUNITIES OF PADANG CITY World Best Halal Destination World Best Halal Culinary Destination World Best Halal Tour Operator GENERAL DESCRIPTION OF PADANG CITY SAUDI ARABIA DUBAI PADANG FREMANTLE

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18/PRT/M/2011

PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18/PRT/M/2011 SOSIALISASI MAKASSAR, 10-12 MEI 2011 PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18/PRT/M/2011 1. Landasan Hukum dan Teori 2. Peraturan Menteri PU 3. Kegiatan Revitalisasi Kawasan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan integral pembangunan yang semakin dipertimbangkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Pengaruh pembangunan pariwisata terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Proses evaluasi implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan pada. 52 Laporan Keuangan SKPD dilakukan dengan membandingkan LK SKPD

BAB V PENUTUP. Proses evaluasi implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan pada. 52 Laporan Keuangan SKPD dilakukan dengan membandingkan LK SKPD BAB V PENUTUP 6.1 Kesimpulan Proses evaluasi implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan pada 52 Laporan Keuangan SKPD dilakukan dengan membandingkan LK SKPD dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KOTA PADANG 409 PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN JALAN PADANG BY PASS DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI MASYARAKAT SEKITAR ( ) Oleh : NURMANSYAH

PEMBANGUNAN JALAN PADANG BY PASS DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI MASYARAKAT SEKITAR ( ) Oleh : NURMANSYAH PEMBANGUNAN JALAN PADANG BY PASS DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI MASYARAKAT SEKITAR (1991-2003) Oleh : NURMANSYAH 04 1 8 1 0 2 2 JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 A B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KOTA PADANG 393 PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan

Lebih terperinci

REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA, SAWAHLUNTO MENUJU KOTA WISATA

REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA, SAWAHLUNTO MENUJU KOTA WISATA REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA, SAWAHLUNTO MENUJU KOTA WISATA Situasi Sebelum Inisiatif Sejarah kota Sawahlunto tidak dapat dipisahkan dari aktivitas penambangan batu bara. Daerah terpencil ini menjadi

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA PADANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KOTA PADANG

BAB III MONOGRAFI KOTA PADANG 44 BAB III MONOGRAFI KOTA PADANG 3.1 Kondisi Geografis dan Demografis Kota Padang Kota Padang sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera dan berada antara 0 44'

Lebih terperinci

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki** Community Preparedness In Mitigation of Earthquake And Tsunami Along The Coast Of Pariaman by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki** *Geography Education Departmen Of STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Keberadaan bangunan bersejarah merupakan

Lebih terperinci

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, visi dan misi pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PADANG NOMOR 461 TAHUN 2014 TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMBANTU WALIKOTA

Lebih terperinci

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat

Lebih terperinci

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Nilai strategis dari aspek-

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Nilai strategis dari aspek- BAB V KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN SIJUNJUNG 5.1. PROSES PENETAPAN KAWASAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN SIJUNJUNG 5.1.1 Fungsi, Dasar dan Kriteria Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis

Lebih terperinci

BAB III Visi dan Misi

BAB III Visi dan Misi BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG

Lebih terperinci

Dipersiapkan Oleh: Tim Ahli dan Unit Perencanaan Strategis Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BPRR) KOTA PADANG Padang, Desember 2009

Dipersiapkan Oleh: Tim Ahli dan Unit Perencanaan Strategis Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BPRR) KOTA PADANG Padang, Desember 2009 MEMBANGUN KEMBALI PADANG KOTA TERCINTA: Pokok-pokok Kebijakan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kota Padang serta Rencana Aksi Darurat (Emergency Action Plan) Dipersiapkan Oleh: Tim Ahli dan Unit Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar peranan humas adalah sebagai communicator organisasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar peranan humas adalah sebagai communicator organisasi kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadan Humas atau Public Relations (PR) pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan oleh semua jenis organisasi, baik organisasi komersial ataupun non komersial, seperti

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADANG PINGGIRAN KOTA PASCA GEMPA TAHUN 2009

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADANG PINGGIRAN KOTA PASCA GEMPA TAHUN 2009 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADANG PINGGIRAN KOTA PASCA GEMPA TAHUN 2009 Oleh Ririn Gustina Putri 1 Kharles 2 Refni Yulia 3 Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This study

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL

PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG JURNAL Oleh: RAHMAN ILAHI NPM: 100300 INFLUENCE OF RESIDENT GROWTH TO THE SETTLEMENT ENVIRONMENT IN IN PAUH SUBDISTRICT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat hubungan masyarakat dengan aktivitas ekonomi. 1. pembeli bertemu untuk menawarkan hasil perdagangan di pasar.

BAB I PENDAHULUAN. melihat hubungan masyarakat dengan aktivitas ekonomi. 1. pembeli bertemu untuk menawarkan hasil perdagangan di pasar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar sebagai salah satu kegiatan ekonomi merupakan sarana untuk melihat hubungan masyarakat dengan aktivitas ekonomi. 1 Para pedagang dan pembeli bertemu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Pemerintah telah berperan sebagai Koordinator, Regulator, dan Dinamisator. Diamana Pemerintah selalu bekerja bersama dengan lembaga budaya yang lain di Kotagede

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri dan Kota adalah dua hal yang saling berkaitan. Hal ini disebabkan sektor industri merupakan salah satu indikator suatu daerah telah maju atau bisa disebut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA

PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA D://Vero/Juta/Akademik/Bahankulia h/peranc.kota D://Vero/Juta/Akademik/Bahankuliah/Peranc.Kota D://Vero/Juta/Akademik/Bahankuliah/Peranc.Kota KOTA ( Grunfeld

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Solo : Aneka Solo, 1995, hal 10. Statistik DaerahKecamatan Padang Barat Tahun

PENDAHULUAN. Solo : Aneka Solo, 1995, hal 10. Statistik DaerahKecamatan Padang Barat Tahun 2 PENDAHULUAN Sumatera Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di pesisir pulau Sumatera. Provinsi ini merupakan bagian dari Indonesia, yang memiliki lautan yang lebih luas dari pada daratan. 1 Sumatera

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMEDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMEDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMEDASI Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil analisis, selanjutnya terdapat rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil dari kesimpulan tersebut.

Lebih terperinci

REVITALISASI GEDUNG BIOSKOP RIA KOTA PEMATANGSIANTAR SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN POTENSI WISATA SEJARAH SKRIPSI OLEH NOVIA WENTI

REVITALISASI GEDUNG BIOSKOP RIA KOTA PEMATANGSIANTAR SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN POTENSI WISATA SEJARAH SKRIPSI OLEH NOVIA WENTI REVITALISASI GEDUNG BIOSKOP RIA KOTA PEMATANGSIANTAR SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN POTENSI WISATA SEJARAH SKRIPSI OLEH NOVIA WENTI 120406076 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Akuntabilitas Kinerja merupakan salah satu media pertanggungjawaban dari Dinas Kebudayaan dan yang pada dasarnya adalah mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 21 A TENTANG PEGAWAI HONOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN DIREKTORI CAGAR BUDAYA DI KOTA PADANG TUGAS AKHIR

RANCANGAN DIREKTORI CAGAR BUDAYA DI KOTA PADANG TUGAS AKHIR i RANCANGAN DIREKTORI CAGAR BUDAYA DI KOTA PADANG TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Diploma (A.Md) dalam bidang Ilmu Perpustakaan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 2005 Kerjasama

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 2005 Kerjasama DAFTAR PUSTAKA A. Arsip dan Dokumen Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 1995 Kerjasama dengan Bapedda dan Kantor Statistik Kabupaten Agam Tahun 1996. LubukBasung: BPS. 1996. Badan

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Jambi, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan di Indonesia. Selain tenaga kerja yang terserap cukup besar, sektor ini juga masih mampu memberikan kontribusi pendapatan

Lebih terperinci

PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT

PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT Mata Kuliah MKKK-5111225213 PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT M-2: PUSAKA (Heritage): Terminologi, kriteria, signifikansi dan keragamannya Cagar

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR Oleh: KHAIRINRAHMAT L2D 605 197 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH Bab IV tediri dari ; Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan pencapaian kota

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan

Lebih terperinci

Visi Mewujudkan Kabupaten Klaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing. Misi ke 1 :

Visi Mewujudkan Kabupaten Klaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing. Misi ke 1 : Tabel 6.1 Strategi, dan Arah Kebijakan Kabupaten Klaten Tahun 016-01 Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Cerdas, Sehat, dan Berbudaya 1 Mewujudkan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi Terwujudnya pemenuhan.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar

Lebih terperinci

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG Ike Martha Monica 1, Erna Juita 2, Farida 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dalam UU tersebut, dikatakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Pada bahagian ini akan dilakukan perumusan indikator indikator dari setiap faktor faktor dan sub faktor risiko bencana yang sudah dirumuskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SPASIAL PERUMAHAN DAN PUSAT PELAYANAN DIKAWASAN PINGGIRAN KOTA KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG ABSTRACT

DISTRIBUSI SPASIAL PERUMAHAN DAN PUSAT PELAYANAN DIKAWASAN PINGGIRAN KOTA KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG ABSTRACT DITRIBUI PAIAL PERUMAHAN DAN PUAT PELAYANAN DIKAWAAN PINGGIRAN KOTA KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG Wina Aprilia 1 Erna Juita 2 Afrital Rezki 1. Mahasiswa Program tudi Pendidikan Geografi TKIP PGRI umatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam 2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi interaksi

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pembangunan kebudayaan dan pariwisata, dengan ini menginstruksikan : Kepada

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TAMAN JURUG SEBAGAI KAWASAN WISATA DI SURAKARTA

PENGEMBANGAN TAMAN JURUG SEBAGAI KAWASAN WISATA DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TAMAN JURUG SEBAGAI KAWASAN WISATA DI SURAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Diajukan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REVITALISASI DAN KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH KAWASAN KOTA LAMA DI KOTA SEMARANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REVITALISASI DAN KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH KAWASAN KOTA LAMA DI KOTA SEMARANG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN REVITALISASI DAN KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH KAWASAN KOTA LAMA DI KOTA SEMARANG Bhakti Sulistyo, D2B606009,Dra,Wiwik W.MSi, Dra,Puji A.MSi Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Sawahlunto merupakan kota yang tumbuh karena pertambangan batu bara. Akan tetapi pada tahun 1997, produksi batu bara di PT. BA UPO kurang dari target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KRITERIA DAN BESARAN TAMBAHAN PENGHASILAN

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia disamping sebagai pusat kegiatan Pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan juga sekaligus merupakan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Bab ini akan menjabarkan visi dan misi pembangunan di Kabupaten Malang selama 5 tahun mendatang (2016-2021). Hal ini sejalan dengan amanat di dalam pasal 263

Lebih terperinci

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA Oleh : BOBY REYNOLD HUTAGALUNG L2D 098 415 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

(RENCANA KERJA) TAHUN 2015

(RENCANA KERJA) TAHUN 2015 (RENCANA KERJA) TAHUN 205 DINAS PASAR PEMERINTAH KOTA PADANG TAHUN 205 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Merujuk kepada Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 08 tahun 2002 tentang Pengelolaan dan Retribusi

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini, dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional masa depan. Bidang kelautan merupakan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional masa depan. Bidang kelautan merupakan usaha yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang kelautan merupakan bidang yang sangat menjanjikan dalam pembangunan nasional masa depan. Bidang kelautan merupakan usaha yang meliputi sektor perikanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Dishubkombudpar 55 BAB II PERENCANAANKINERJA A. RENCANA STRATEGIS SKPD Penetapan Visi,

Lebih terperinci