PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KOTA PADANG PASCA GEMPA TAHUN (Studi Kasus: Kecamatan Kuranji) ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KOTA PADANG PASCA GEMPA TAHUN (Studi Kasus: Kecamatan Kuranji) ABSTRACT"

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KOTA PADANG PASCA GEMPA TAHUN (Studi Kasus: Kecamatan Kuranji) Putri Oktavia¹, Refni Yulia², Livia Ersi² ¹ Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ² Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The earthquake that occurred in 2009 in West Sumatra has devasting impact on community settlements, one of them in Kuranji sub-district. Kuranji area also experienced a very rapid growth after the earthquake in The development of the settlement is actually a study of Urban History. For historical research, the borders of the city certainly follow the development of the city itself. This study aims to explain how the circumstances that exist in the Kuranji area before the earthquake and the development after the earthquake 2009 earthquake. The methods used in research is history method heuristic, source critical, interpretation, and historiography. The results of research show that: Kuranji sub-district is one of the sub-districts that experienced a very rapid development after the earthquake in It is seen in terms of settlement in Kuranji sub-district this is because people was trauma of earthquake in 2009 ago. Also related to the development of Bypass roads and in accordanced with government regulations that people are also prohibited to build houses in the red zone of the city of Padang. Keyword: Settlement, Earthquake, Development, Kuranji Sub-district PENDAHULUAN Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Sebelum terjadi gempa 2009 permukiman di kota Padang lebih banyak menyebar dikawasan pusat kota dibanding kawasan pinggirannya. Permukiman tersebar cenderung terkonsentrasi pada lima kecamatan, seperti di wilayah Kecamatan Padang Utara, Padang Barat, Padang Selatan, Padang Timur dan Kecamatan Nanggalo. Kawasan ini menjadi kawasan permukiman yang padat karena bangunan pemerintahan banyak dibangun sekitar kawasan ini yang lebih dikenal dengan kawasan pusat kota, serta sekitar tepian pantai juga dianggap kawasan yang baik untuk membangun rumah, karena dijadikan sebagai tempat wisata. Banyak developer yang ingin membangun rumah untuk ditinggali oleh penduduk kota Padang. Tata ruang kota menjadi berubah akibat gempa yang terjadi pada tanggal 30 September 2009 di kota Padang khususnya

2 di Kecamatan Kuranji. Gempa berkekuatan 7,9 skala richter atau VI-VII MMI yang terjadi di kota Padang dan daerah lain di Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009 memberikan dampak yang sangat besar. Kerusakan parah dapat dilihat dari prasarana dan sarana pemerintahan, perekonomian, perumahan dan permukiman masyarakat. Banyak sarana hunian di kota Padang yang runtuh dan mengalami rusak berat, hal ini mempengaruhi terhadap data sarana hunian kota Padang. Peristiwa ini membuat perubahan dalam penataan tata ruang kota, langkah awalnya ialah dengan memindahkan pemeritahan kota Padang (Balaikota Padang) ke kawasan Bypass. Bencana gempa bumi yang terjadi pada tahun 2009 tidak hanya berefek pada perpindahan pusat pemerintahan, namun juga berdampak pada permukiman masyarakat. Tanah perumahan dizona merah pada tahun 2010 sebesar 7.123,23 ha menurun menjadi 6.696,27 ha pada tahun Hal ini menjelaskan bahwa banyak perumahan yang ditinggal oleh pemilik rumah yang berlokasi di zona merah (Kecamatan Padang Timur, Padang Barat dan Padang Utara) yang berpindah ke zona hijau baik menumpang dirumah sanak atau keluarga ataupun yang mengontrak serta ada yang migrasi atau pindah ke luar kota Padang. Saat ini trend pertumbuhan perumahan berada di daerah timur, berdasarkan data interpretasi Citra Satelit pada tahun 2012, didapati bahwa luas lahan yang terbangun di kota Padang mengarah ke timur dan selatan kota. Berdasarkan data dari survey penduduk di kota Padang dari tahun jumlah penduduk yang terdapat di kota Padang mengalami peningkatan di daerah timur kota Padang. Salah satu kecamatan yang memiliki pertumbuhan penduduk yang paling pesat ialah kecamatan Kuranji. Pada kecamatan Kuranji jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 123,771 jiwa meningkat pada tahun 2010 menjadi 126,729 jiwa. Pemko Padang memberikan izin untuk pemberhentian membangun perumahan dikawasan barat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bencana besar dari gempa dan tsunami. Upaya untuk menata dan memulihkan kembali kehidupan kota tersebut memerlukan pokok-pokok kebijakan dan rencana aksi darurat yang dapat dijadikan landasan untuk merencanakan kembali pembangunan Padang kota baru. Sejak tahun kecamatan Kuranji mengalami tingkat pertumbuhan permukiman sangat pesat, dapat terlihat bahwa setelah tahun 2009 tumbuh menjadi menjadi ha luas permukiman.

3 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. a. Heuristik (pengumpulan data), Informasi diperoleh dari dari dua sumber primer dan sekunder. Sumber primer itu berupa naskah-naskah atau dokumen. Sedangkan sumber sekunder yaitu kesaksian dari seseorang yang tidak hadir pada kejadian tersebut. b. Kritik sumber, bertujuan untuk memastikan kebenaran dan mencari keaslian sumber. Kritik tersebut berupa kritik-kritik ekstern dan intern. c. Interpretasi yang bertujuan untuk membuat hubungan kausalitas dan merangkaikan fakta sejarah yang sejenis dan kronologis untuk memperoleh alur cerita yang sistematis melalui penafsiran fakta yang telah diuji kebenarannya, agar dapat diceritakan kembali. d. Historiografi, yakni penyajian data dan hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah atau skripsi. HASIL DAN PEMBAHASAN Permukiman Dikota Padang Sebelum Gempa Padang sebagai ibukota besar sekaligus sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat dan pusat pendidikan menjadi daya tarik yang tinggi untuk migrasi penduduk dari berbagai daerah di Sumatera Barat dan wilayah berbatasan Jambi, Sumatera Utara dan Bengkulu. Padang merupakan kota metropolitan yang menjadi tujuan dari negara-negara asing untuk menempatinya, selain banyak bangunan-bangunan bersejarah, Padang juga merupakan tempat yang strategis. Sebagian dari wilayahnya berada dekat dengan pantai, daerah ini juga bermuara dua sungai yang cukup besar yaitu Sungai Batang Arau dan Sungai Batang Kuranji. Pada mulanya permukiman ini membentuk Taratak, kemudian Koto, dan berkembang lagi menjadi Nagari. Penduduk kota Padang berasal dari Pagaruyuang, gerakan migrasi ini mulai bergerak ke Banuhampu Kabupaten Agam, dan mengarah ke daerah perbukitan Solok dan Padang, kemudian migrasi ini bergerak ke wilayah yang disebut sebagai kecamatan T K D Pada awal abad ke-14 saat VOC mulai beroperasi diwilayah kota Padang yang masuk melalui Pulau Cingkuak, VOC mendirikan loji-loji di daerah Kota Padang yang dikenal dengan Batang Arau, dengan demikian daerah tersebut berkembang menjadi permukiman hingga menyebar disekitar wilayah Muara Padang. Yang menjadi pusat kota pada masa VOC adalah daerah sekitaran kampung-kampung diatas, terkhusus pada daerah kampung Jawa,

4 karena daerah ini terpusat sebagai Pasar diantaranya pasar mudik dan pasar jawa. Permukiman di Kuranji sebelum gempa 2009 Kecamatan Kuranji merupakan kecamatan yang terletak di Pinggir K T Izin mendirikan pembangunan rumah dari Dinas Tata Ruang dan izin penempatannya baru ke kantor camatnya, dan untuk di kecamatan Kuranji harus melalui izin IMB dari kantor camat Kuranji. Latar belakang terjadinya perubahan permukiman di daerah Kuranji Perpindahan masyarakat ke kawasan Kuranji yang merupakan kawasan aman ini dilatar belakangi oleh beberapa faktor diantaranya adalah: 1. Gempa Bumi Kota Padang yang terletak pada pesisir pantai Pulau Sumatera sehingga rawan sekali terhadap gempa. Apalagi adanya pertemuan lempeng antara India dan Australia yang menyusup dibawah lempeng aurasia membentuk zona Banioff yang secara terus menerus bergerak secara aktif kearah barat-timur sehingga bisa menimbulkan gempa yang sangat kuat dan diikuti oleh tsunami. 2. Erosi Pantai Akibat posisi Kota Padang yang terletak dibagian pantai barat pulau Sumatera bagian barat dan berhubungan langsung dengan laut Hindia sehingga ombaknya agak besar. Pada umumnya perairan pantai dengan laut lepas lebih banyak ditemui di daerah Kota Padang, daerah ini berupa beberapa kecamatan kota Padang wilayah Kecamatan Padang Barat, Padang Selatan, dan Bungus Teluk Kabung. 3. Ancaman Tsunami Setelah gempa, masyarakat Kuranji telah banyak mengalami kerugian baik dari segi perekonomian, maupun dari segi fisik, seperti kehilangan harta benda, sanak keluarga dan termasuk juga kehilangan rumah yang runtuh akibat gempa bumi. Pada saat itu kota Padang diisukan bahwa akan terjadi tsunami yang dapat menenggelamkan kota ini. Perkembangan permukiman di Kecamatan Kuranji Permukiman di Kecamatan Kuranji pasca gempa tahun 2009 mengalami penurunan baik dari jumlah penduduk dan jumlah perumahan yang ada. Setelah sempat mengalami penurunan jumlah penduduk di Kecamatan Kuranji pasca gempa tahun 2009, secara berangsur-angsur jumlah penduduk kembali mengalami peningkatan. Karena masyarakat cenderung menjauhi kawasan pantai, karena masyarakat masih trauma dengan kejadian gempa yang lalu. Jumlah penduduk yang terjadi di wilayah Kuranji semakin meningkat, peningkatan itu terjadi dari

5 tahun 2009 sebanyak jiwa alasan memilih kawasan Kuranji sebagai tempat tinggal ialah karena kawasan ini termasuk pada kawasan zona aman. Kemudian peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak jiwa, tahun 2011 sebanyak , tahun 2012 sebanyak , tahun 2013 sebanyak dan pada tahun 2014 meningkat menjadi Jumlah penduduk yang menetap di Kawasan Kuranji ini yang semakin lama semakin meningkat, disebabkan karena pemilihan kawasan perumahan yang tepat dan terhindar dari kawasan rawan bencana, serta sejalan dengan salah satu tujuan Pemko Padang memindahkan pusat pemerintahan yaitu untuk mengurangi konsentrasi masa di wilayah bahaya. Perpindahan masyarakat ke Kecamatan Kuranji ini memang sangat besar disebabkan oleh faktor gempa 2009, sebelum gempa masyarakat di kawasan ini tidak begitu ramai, karena terletak diwilayah pinggiran kota dan jauh dari daerah pusat kota, sehingga developer pun tidak begitu tertarik untuk membangun perumahan di Kawasan Kuranji ini, dikarenakan masayarakat tidak begitu minat tinggal di Kawasan Kuranji ini. Namun pasca gempa 2009 hal tersebut menjadi berbanding terbalik karena banyak masyarakat yang ingin tinggal dikawasan pinggir kota. Barulah muncul penambahan perumahan-perumahan yang dibangun pada akhir tahun 2009 dikawasan Kuranji ini. Hal ini tentu memberikan perubahan terhadap permukiman serta dapat dirasakan dalam bidang ekonomi, sosial bagi masyarakat pribumi. Perubahan tersebut dapat dirasakan seiring dengan semakin banyaknya perumahan yang ada di Kecamatan Kuranji ini. Penambahan jumlah perumahan sangat memberikan dampak terhadap perkembangan permukiman di Kecamatan Kuranji ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak gempa bagi wilayah Kuranji ini diantaranya ialah: 1. Bertambahnya jumlah penduduk Masyarakat lebih banyak memilih kawasan permukiman di daerah pinggiran kota, khususnya di daerah Kuranji ini. Masyarakat banyak berpindah rumah meninggalkan zona merah yang menjadi daerah ancaman bencana gempa dan tsunami di Kota Padang. Semakin meningkatnya penduduk yang ada diwilayah ini, maka semakin tertunjanglah perekonomian masyarakat yang ada disekitar, dengan membuka usaha warung kecil-kecilan. Hal ini merupakan salah satu dampak yang positif di daerah Kuranji, yaitu kawasan ini bertambah ramai dengan jumlah penduduk yang lebih banyak. Dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

6 2. Bertambahnya kawasan perumahan Pada tahun 2009 setelah terjadinya gempa yang mengguncang kota Padang khususnya wilayah Kuranji dan melumpuhkan sebagian infrastruktur kota dan permukiman masyarakat. Akibatnya daerah yang disebut pemerintah sebagai kawasan zona merah dilarang untuk izin membangun sarana perumahan. Dari banyaknya kelurahan yang ada di wilayah Kuranji, setelah didapatkan data maka jumlah kawasan yang paling banyak perumahannya pasca gempa 2009 yaitu wilayah Kelurahan Kuranji. adapun penambahan perumahan di Kuranji tersebut adalah Green Sutra, Mahameru, Wahana V, Cahaya, Kamela, Karya Mulia Residence, Nurul Hasanah, Graha Kuranji Asli, Wisma Bumi Indah Rohani, Bukit Napa Permata. Ada juga dari penambahan perumahan di Kuranji ini bahwa memang telah ada perumahan tersebut sebelum gempa, namun hanya unitnya yang ditambah karna minat masyarakat semakin tinggi untuk bertempat tinggal di daerah Kuranji ini. Maka dapat disimpulkan pada tahun 2014 kawasan Kuranji menjadi kawasan favorit bagi masyarakat untuk membangun perumahan. Menurut beberapa hasil dari wawancara dan data dari Kecamatan Kuranji memang banyak masyarakat yang memilih kawasan Kuranji sebagai tempat tinggal dikarenakan suasana di daerah Kuranji masih sangat asri dan terletak didataran tinggi kota Padang. Perkembangan kawasan perumahan yang berada di Kuranji ini juga tidak terlepas dari adanya jalan Bypass baik yang di bangun oleh pemerintah maupun pihak developer atau pengembang perumahan. Perkembangan kawasan perumahan terpusat pada daerah Kuranji ini dan menjadi sarang perumahan bagi masyarakat serta menarik minat pengembang atau para developer untuk membangun rumah di kawasan kuranji. Semakin ramainya kawasan perumahan di daerah Kuranji ini menjadikan prilaku masyarakat pribumi berubah, seperti yang dahulunya terbilang kampungan dengan gaya bahasa yang masih asli sesuai dengan penduduk pribumi berubah menjadi modern dan mengikuti gaya dan bahasa masyarakat pendatang yang tinggal dikawasan perumahan sekitarnya. Serta dengan banyaknya kawasan perumahan baru ada juga yang membuka usaha dagang didepan rumah dan memang ada yang membangun ruko untuk tempat tinggal sekaligus tempat berdagang. Oleh sebab itu hal ini memberikan dampak yang positif bagi masyarakat yang memiliki perekonomian menengah kebawah karena dapat tambahan membiayai sekolah maupun tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan begitu ekonomi

7 di Wilayah Kuranji ini semakin meningkat pasca gempa Berkurangnya lahan pertanian subur Daerah dataran tinggi terutama kawasan pegunungan di Sumatera Barat yang paling sering terjadi bencana alam. Perlu antisipasi agar tidak terjadi banjir dengan diperlukan penanaman pohon agar melestarikan kawasan hijau dan diperlukan DAS untuk penampungan air. Seperti yang kita ketahui bahwa kawasan Kuranji merupakan salah satu dari kawasan pinggiran kota yang memiliki tanah pertanian yang subur, dan banyaknya batang air. Setelah terjadi gempa yang mengakibatkan padatnya kawasan Kuranji ini, banyak masyarakat yang memilih kawasan ini untuk tempat tinggal sebagai kawasan permukiman yang aman dari zona merah, maka dengan banyaknya perumahan yang dibangun diwilayah Kuranji ini mengakibatkan berkurangnya lahan untuk pertanian, serta drainase atau perairan yang ada di wilayah Kuranji ini. KESIMPULAN Kuranji merupakan salah satu dari 11 kecamatan yang ada di kota Padang yang terletak dikawasan pinggiran kota. Kawasan pinggiran kota Padang sebelum gempa belum menarik minat masyarakat untuk mendirikan kawasan permukiman. Dampak dari gempa bumi untuk kawasan Kecamatan Kuranji ini yaitu semakin bertambahnya jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Kuranji serta bertambahnya pendapatan ekonomi masyarakat Kuranji dan juga selain dampak positif juga ada dampaknya yang mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian subur masyarakat Kecamatan Kuranji ini. Dari sekian banyak perumahan yang ada di Kecamatan Kuranji penambahan perumahan yang paling signifikan yaitu di Kelurahan Kuranji, dikarenakan menurut data hasil penelitian perumahan yang ada di Kelurahan Kuranji semakin banyak pertambahannya pada tahun Pada kelurahan lain penambahan tidak terlalu banyak, karena perumahan memang sudah ada sebelum tahun 2009 namun belum ada penghuninya. Jumlah perumahan yang ada di Kecamatan Kuranji hingga tahun 2014 yaitu sebanyak 106 perumahan. Dengan begitu semakin meningkat pula perkembangan perekonomian penduduk tahun 2014 juga semakin meningkat karena kondisi kawasan ini sudah ramai penghuninya DAFTAR PUSTAKA A. Arsip : Data hasil pengkaplingan perumahan kota Padang tahun 2014 B. Buku : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Profil Kota Padang.Padang: Bappeda, Pemerintah Kota Padang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Profil Kota Padang.Padang: Bappeda, Pemerintah Kota Padang Gottschalk Louis Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia.

8 Kuntowijoyo, 2003.Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. Rusli Amran Padang Riwayatmu Dulu. Jakarta: CV. Yasaguna Sofwan Mardanas, Dkk Sejarah Kota Padang. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Inverntarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. 10 Tahun Kepemimpinan Walikota Padang Dr. H. Fauzi Bahar, M.Si Membangun kembali Padang Kota Tercinta, 9 desember 2009 C. Koran Padang Ekspress, K T, S E. Jurnal R f Y, A N Pola pemukiman di Kota Padang Pasca Gempa2009 ke kawasan Air Pacah, Jurnal Bakaba, (Volume 3 nomor 3 tahun 2014).

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PADANG DALAM PENATAAN KOTA LAMA PADANG TAHUN

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PADANG DALAM PENATAAN KOTA LAMA PADANG TAHUN 1 KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA PADANG DALAM PENATAAN KOTA LAMA PADANG TAHUN 1998-2016 Elan Purwana 1, Refni Yulia 2, Kharles 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kota pada mulanya berawal dari suatu pemukiman kecil, yang secara spasial mempunyai lokasi strategis bagi kegiatan perdagangan (Sandy,1978). Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan : (a) latar belakang, (b) perumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup penelitian dan (f) sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Pada bahagian ini akan dilakukan perumusan indikator indikator dari setiap faktor faktor dan sub faktor risiko bencana yang sudah dirumuskan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang rawan bencana, karena letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di Samudra Hindia sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dan keadaan gawat darurat telah mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat secara signifikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan data dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir Aceh dan Nias pada hari Minggu tanggal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Solo : Aneka Solo, 1995, hal 10. Statistik DaerahKecamatan Padang Barat Tahun

PENDAHULUAN. Solo : Aneka Solo, 1995, hal 10. Statistik DaerahKecamatan Padang Barat Tahun 2 PENDAHULUAN Sumatera Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di pesisir pulau Sumatera. Provinsi ini merupakan bagian dari Indonesia, yang memiliki lautan yang lebih luas dari pada daratan. 1 Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam banjir bandang yang terjadi di daerah Batu Busuk Kelurahan Lambuang Bukit Kecamatan Pauh Kota Padang pada Bulan Ramadhan tanggal Selasa, 24 Juli 2012

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH Bab IV tediri dari ; Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan pencapaian kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADANG PINGGIRAN KOTA PASCA GEMPA TAHUN 2009

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADANG PINGGIRAN KOTA PASCA GEMPA TAHUN 2009 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADANG PINGGIRAN KOTA PASCA GEMPA TAHUN 2009 Oleh Ririn Gustina Putri 1 Kharles 2 Refni Yulia 3 Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This study

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah , I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

MODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG

MODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG MODEL GEOSPASIAL POTENSI KERENTANAN TSUNAMI KOTA PADANG Dian Oktiari 1), Sudomo Manurung 2) 1) Sub Bidang Mitigasi Gempabumi BMKG 2) PT Exsa Internasional ABSTRACT Kota Padang s topography show that there

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dan pertumbuhan properti di Yogyakarta semakin pesat dari tahun ke tahun, mengingat kota Yogyakarta dikenal dengan kota pelajar. Hal ini menyebabkan kota

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN FUNGSI, KLASIFIKASI, PERSYARATAN ADMINISTRATIF DAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH (Studi Kasus: Kelurahan Tanjungmas, Kec. Semarang Utara Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: INDRI NOVITANINGTYAS L2D

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai lahan di Kota Padang menarik untuk dikaji. Beberapa hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai lahan di Kota Padang menarik untuk dikaji. Beberapa hal yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai lahan di Kota Padang menarik untuk dikaji. Beberapa hal yang meyebabkannya demikian adalah pertama karena fungsinya Kota Padang memiliki pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia disebut sebagai Negara kaya bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi (Prasetya dkk., 2006). Di antara semua bencana alam, gempa bumi biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RELOKASI PEMUKIMAN PASCA BENCANA GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI DI KELURAHAN KOTA ATAS SABANG Penekanan Desain Arsitektur Tradisional dan Bioklimatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Pergerakan lempeng tersebut menimbulkan patahan/tumbukan sehingga terjadinya gempa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian khusus dalam hal perlindungan terhadap bencana karena

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian khusus dalam hal perlindungan terhadap bencana karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana, baik bencana alam maupun yang disebabkan oleh manusia dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Perpustakaan, kantor arsip, museum, pusat dokumentasi,

Lebih terperinci

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48 Pewarta-Indonesia, Berbagai bencana yang terjadi akhir-akhir ini merujuk wacana tentang perencanaan tata ruang wilayah berbasis bencana. Bencana yang terjadi secara beruntun di Indonesia yang diakibatkan

Lebih terperinci

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana masih merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia hal ini disebabkan karena Indonesia berada pada zona pertemuan tiga lempeng tektonik meliputi lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi dengan alam sekelilingnya atau lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai Timur dan Pantai Barat. Salah satu wilayah pesisir pantai timur Sumatera Utara adalah Kota Medan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Palu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Hal II-01.

BAB 1 PENDAHULUAN. Palu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Hal II-01. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan, yang sebagian besar memiliki lebih dari 13.000 pulau dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 kilometer. Karenanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ilmu tentang bencana semakin berkembang dari tahun ke tahun seiring semakin banyaknya kejadian bencana. Berawal dengan kegiatan penanggulangan bencana mulai berkembang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI. Oleh : Lili Somantri

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI. Oleh : Lili Somantri PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI Oleh : Lili Somantri Abstrak Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana, baik karena faktor alam maupun karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan kondisi iklim global di dunia yang terjadi dalam beberapa tahun ini merupakan sebab pemicu terjadinya berbagai bencana alam yang sering melanda Indonesia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa. Hal ini mendorong masyarakat disekitar bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi. Jika dilihat secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang berada pada pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiga gerakan yaitu gerakan sistem sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran

BAB I PENDAHULUAN. tiga gerakan yaitu gerakan sistem sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia berada pada daerah pertemuan dua lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia serta dipengaruhi oleh tiga gerakan

Lebih terperinci

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Bab 5 5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan 5.2.1 Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Perhatian harus diberikan kepada kendala pengembangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bencana merupakan sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini dihadapi oleh kota-kota di Indonesia karena dampaknya mengancam eksistensi kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota padang adalah Kota terbesar dipantai barat Pulau Sumatera sekaligus Ibukota dari Provinsi Sumatera Barat. Kota ini memiliki luas wilayah 694,96 km 2 dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMINDAHAN PUSAT PE MERINTAHAN KOTA PADANG DARI WILAYAH KECAMATAN PADANG BARAT KE WILAYAH KECAMATAN KOTOTANGAH KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki wilayah yang luas dan terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera, berada dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air Indonensia. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bumi sebenarnya merupakan sebuah sistem yang sangat kompleks dan besar. Sistem ini bekerja diluar kehendak manusia. Suatu sistem yang memungkinkan bumi berubah uaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi secara tiba-tiba dalam tempo relatif singkat dalam hubungan antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai

Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai Christy Vidiyanti Mahasiswa Magister Arsitektur Alur Riset 2013/Arsitektur, Sekolah Arsitektur,

Lebih terperinci

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, visi dan misi pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Peristiwa ini terjadi akibat volume air di suatu badan air seperti sungai atau

Lebih terperinci

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN Konsep Entitas Objek Bidang Perumahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam 2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi interaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau

Lebih terperinci

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR Oleh: GRASIA DWI HANDAYANI L2D 306 009 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, Pasifik dan Australia dengan ketiga lempengan ini bergerak saling menumbuk dan menghasilkan suatu

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki** Community Preparedness In Mitigation of Earthquake And Tsunami Along The Coast Of Pariaman by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki** *Geography Education Departmen Of STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI -157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*) POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Oleh : Hendro Murtianto*) Abstrak Aktivitas zona patahan Sumatera bagian tengah patut mendapatkan perhatian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas merupakan alasan seseorang dalam melakukan suatu perjalanan. Ada tiga kategori aktivitas, yaitu aktivitas wajib, fleksibel, dan bebas (Stopher et al., 1996).

Lebih terperinci

INVESTMENT OPPORTUNITIES OF PADANG CITY

INVESTMENT OPPORTUNITIES OF PADANG CITY INVESTMENT OPPORTUNITIES OF PADANG CITY World Best Halal Destination World Best Halal Culinary Destination World Best Halal Tour Operator GENERAL DESCRIPTION OF PADANG CITY SAUDI ARABIA DUBAI PADANG FREMANTLE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah katulistiwa dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai pegunungan tinggi. Keragaman morfologi ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat

Lebih terperinci