PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MENURUT SUB SEKTOR BULAN SEPTEMBER 2017

Transkripsi

1 No. 64/10/52/Th.X, 2 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MENURUT SUB SEKTOR BULAN SEPTEMBER 2017 Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 105,85 yang berarti NTP bulan September 2017 mengalami peningkatan 0,80 persen bila dibandingkan dengan bulan Agustus 2017 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 105,01 Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan September 2017 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 107,26; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 86,22; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 95,99; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 119,97 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 105,80. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 114,83 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 91,24 Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 105,85 yang berarti NTP bulan September 2017 mengalami peningkatan 0,80 persen bila dibandingkan dengan bulan Agustus 2017 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 105,01. Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan September 2017, terdapat 24 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 9 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sumsel yaitu sebesar 2,16 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Babel yaitu sebesar 0,95 persen Pada bulan September 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,20 persen. Deflasi disebabkan karena terjadinya penurunan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) pada kelompok Sandang sebesar 0,03 persen Makanan jadi sebesar 0,09 persen; dan Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,66 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 64/10/52/Th.X, 2 Oktober

2 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan September 2017 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi Nusa Tenggara Barat berada di atas 100 ( tercatat 105,85 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya. Grafik 1 NTP Provinsi NTB Januari 2015 September 2017 (2012=100) NTP bulan September 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,80 persen bila dibandingkan dengan NTP Agustus 2017 yaitu dari 105,01 menjadi 105,85. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,67 persen dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) turun sebesar 0,13 persen. Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan September 2017 kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (119,97), sub sektor Perikanan (105,80) dan subsektor Tanaman Pangan (107,26). Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Perkebunan Rakyat (95,99) dan subsektor Hortikultura (86,22). 2 Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No.64/10/52/Th.X, 2 Oktober 2017

3 Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor September 2017 (2012=100) 1. TanamanPangan Bulan Agustus 2017 September 2017 (1) (2) (3) (4) a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. NilaiTukarPetani (NTPP) Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. NilaiTukarPetani (NTPH) Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. NilaiTukarPetani (NTPR) Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. NilaiTukarPetani (NTPT) Perikanan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. NilaiTukarPetani (NTN) a. PerikananTangkap a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. NilaiTukarPetani (NTN) b. PerikananBudidaya a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) c. NilaiTukarPetani (NTN) Gabungan a. Indeks yang Diterima (It) b. Indeks yang Dibayar (Ib) KonsumsiRumahTangga BPPBM c. NilaiTukarPetani (NTP) Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 64/10/52/Th.X, 2 Oktober

4 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan September 2017 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,67 persen yaitu dari 132,96 menjadi 133,85 dengan peningkatan tertinggi terjadi di subsektor Tanaman Pangan. Subsektor yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima (Ib) yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 2.24 persen dan Subsektor Perkebunan Rakyat sebesar 0,59 persen. 2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan September 2017 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami penurunan sebesar 0,13 persen yaitu dari 126,62 menjadi 126,46. Demikian halnya dengan Indeks konsumsi rumahtangga yang mengalami penurunan sebesar 0,20 persen sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan sebesar 0,06 persen. Grafik 2 Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB September 2017 (2012=100) 4 Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No.64/10/52/Th.X, 2 Oktober 2017

5 3. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP) Pada bulan September 2017 NTPP mengalami peningkatan sebesar 2,38 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani meningkat yaitu sebesar 2,24 persen sedangkan indeks yang dibayar petani turun sebesar 0,13 persen. Indeks harga yang diterima petani sub kelompok padi mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan lalu, hal ini disebabkan meningkatnya harga penjualan gabah, jagung, ketela pohon dan kacang tanah. Berbeda dengan Indeks yang dibayar (Ib) petani yang mengalami penurunan 0,13 persen, penurunan ini diakibatkan turunnya indeks Konsumsi Rumahtangga sebesar 0,19 persen yaitu untuk pembelian bahan makanan, Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, serta sandang. Sedangkan indeks BPPBM hampir tidak mengalami perubahan. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan September 2017 mengalami penurunan sebesar 1,95 persen. Hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani menurun masing-masing sebesar 2,01 persen dan 0,07 persen. Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 3,64 persen yang disebabkan karena menurunnya harga cabai rawit, bawang merah, tomat, cabai merah, bayam, bawang putih, petsai/sawi, kangkung. Indeks yang dibayar petani (Ib) subsektor hortikultura menurun 0,07 persen disebabkan oleh menurunnya konsumsi rumahtangga pada sub kelompok bahan makanan seperti cabai rawit,, bawang merah, bawang putih, cabai merah, kemudian pada sub kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau seperti gula pasir, rokok putih filter, rokok kretek, sub kelompok sandang seperti pembelian kaos oblong/polos, ongkos jahit pakaian, kemeja panjang sersin. Indeks BPPBM juga mengalami penurunan sebesar 0,08 persen yang disebabkan penurunan biaya untuk pembelian bibit seperti bibit ketimun, bibit bawang merah, bibit nanas, bibit melon dan bibit terong. c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada bulan September 2017 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi peningkatan sebesar 0,91 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani meningkat sebesar 0,59 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani turun sebesar 0,32 persen. Peningkatan indeks yang diterima petani disebabkan karena meningkatnya harga hasil produksi tanaman perkebunan rakyat antara lain pinang, kopi, biji jambu mete, kakao dan jarak. Penurunan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh menurunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,38 persen untuk keperluan sub kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau serta sandang. Demikian halnya dengan Indeks BPPBM yang turun sebesar 0,01 persen yang disebabkan Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 64/10/52/Th.X, 2 Oktober

6 menurunnya harga pupuk dan obat-obatan seperti NP/NPK, ZA, harga tali nylon, ember dan lain-lain. d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada bulan September 2017, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,41 persen, hal ini disebabkan karena menurunnya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,42 persen termasuk indeks yang dibayar petani (Ib) juga menurun sebesar 0,01 persen. Penurunan Indeks harga yang diterima (It) petani terjadi pada semua sub kelompok kecuali sub kelompok ternak kecil. Pada sub kelompok Ternak Besar Indeks Harga Yang diterima turun sebesar 0,48 persen, sub kelompok unggas turun sebesar 0,79 persen dan pada sub kelompok Hasil ternak juga turun sebesar 0,35 persen. Hal ini disebabkan menurunnya harga jual ternak seperti ayam ras pedaging, babi, telur ayam ras dan sapi potong. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada bulan September 2017 NTNP mengalami penurunan sebesar 0,75 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,95 persen dan indeks harga yang dibayar petani juga megalami penurunan 0,20 persen. Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan mengalami penurunan sebesar 1,42 persen dan tidak ada penurunan pada sub kelompok budidaya. Penurunan disebabkan menurunnya harga penjualan hasil tangkapan seperti peperek, bawal, tembang, tongkol, teri, kurisi/kerisi, cakalang, kuniran, kerapu, tuna, baronang, dan selar. Penurunan indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh menurunnya indeks BPPBM sebesar 0,05 persen dipengaruhi oleh menurunnya harga biaya produksi dan penambahan barang modal seperti jaring angkat, biaya transportasi untuk pembelian oli pelumas dan lain-lain. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No.64/10/52/Th.X, 2 Oktober 2017

7 Tabel 2 Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor September 2017 (2012=100) 1. TanamanPangan Bulan Agustus 2017 September 2017 (1) (2) (3) (4) a. IndeksDiterimaPetani Padi Palawija b. IndeksDibayarPetani IndeksKonsumsiRumahTangga Indeks BPPBM Hortikultura a. IndeksDiterimaPetani Sayur-sayuran Buah-buahan TanamanObat b. IndeksDibayarPetani IndeksKonsumsiRumahTangga Indeks BPPBM Tanaman Perkebunan Rakyat a. IndeksDiterimaPetani Tanaman Perkebunan Rakyat b. IndeksDibayarPetani IndeksKonsumsiRumahTangga Indeks BPPBM Peternakan a. IndeksDiterimaPetani TernakBesar Ternak Kecil Unggas HasilTernak b. IndeksDibayarPetani IndeksKonsumsiRumahTangga Indeks BPPBM Perikanan a. IndeksDiterimaPetani Penangkapan Budidaya b. IndeksDibayarPetani IndeksKonsumsiRumahTangga Indeks BPPBM Gabungan a. IndeksDiterimaPetani b. IndeksDibayarPetani KonsumsiRumahTangga BPPBM Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 64/10/52/Th.X, 2 Oktober

8 Perbandingan antar Provinsi Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan September 2017, hanya 9 provinsi mengalami penurunan NTP dan 24 provinsi yang mengalami peningkatan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sumsel yaitu sebesar 2,16 persen, diikuti oleh Provinsi Kalbar sebesar 1,50 persen dan Sulbar sebesar 1,41 persen. Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Babel sebesar 0,95 persen, diikuti oleh Sulsel sebesar 0,70 persen dan Kaltim sebesar 0,46 persen. Kode Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya September 2017 (2012=100) Provinsi IT IB NTP Indeks persenperb Indeks persenperb Indeks Persen Perb (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 NAD SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG BABEL KEPRI DKI JABAR JATENG YOGYAKARTA JATIM BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU UTARA MALUKU PAPUA BARAT PAPUA Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No.64/10/52/Th.X, 2 Oktober 2017

9 Nasional Indeks Harga Konsumen Perdesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan September 2017 di Provinsi NTB terjadi deflasi sebesar 0,20 persen. Defflasi disebabkan karena penurunan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) pada kelompok Bahan Makanan sebesar 0,66 persen; Kelompok Makanan Jadi sebesar 0,09 persen dan Kelompok Sandang sebesar 0,03 persen. Tabel 4 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Nusa Tenggara Barat September 2017 (2012=100) Sub Kelompok Agustus 2017 September 2017 Perubahan (1) (3) (3) (4) KonsumsiRumahtangga Bahan makanan Makananjadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transportasi dan Komunikasi Deflasi perdesaan yang terjadi pada bulan September 2017 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh menurunnya harga cabai, bawang merah, bawang putih, cabai merah, kubis/kol, sawi hijau, cakalang, rajungan, anggur, daging ayam ras, kacang panjang tomat sayur, tongkol, kemeja panjang, sarung, kerudung, teri, kacang kedelai, wortel, daging ayam buras, cumi-cumi, kerapu, papaya sayur, susu bubuk instan, uang bayaran sekolah, apel, sabun cuci batangan, beras, training pack, ketela rambat. ban luar motor, ban dalam motor, biaya pulsa ponsel prabayar, sepeda motor, oli/pelumas, Puskesmas, emas perhiasan, peci/kopiah, sepatu, ongkos jahit, rambutan. Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 64/10/52/Th.X, 2 Oktober

10 Grafik 3 Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia September 2017 (2012=100) 0,60 0,51 0,46 0,40 0,20 0,17 0,11 0,07 0,06 0,05 0,01-0,01-0,02-0,04-0,09-0,13-0,20-0,16-0,22-0,23-0,25-0,33-0,34-0,36-0,38-0,40-0,40-0,54-0,63-0,64-0,66-0,67-0,70-0,71-1,23-1,24 0,00-0,20-0,40-0,60 SUMUT NAD NTT RIAU PAPUA SUMB AR JAMB I BANTEN MALUKU KALBAR KEPRI SULSEL KALTIM JAB AR NTB BENGKULU SULBAR LAMPUNG DKI SULTRA PAPUA BARAT MALUKU UTARA JATENG KALSEL JATIM BALI SULTENG SUMSEL YOGYAKARTA BABEL KALTEN G GORO NTALO SULUT -0,80-1,00-1,20-1,40 10 Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No.64/10/52/Th.X, 2 Oktober 2017

11 Diterbitkan oleh: Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 64/10/52/Th.X, 2 Oktober