BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. INDUSTRI 1. Pengertian Industri Industri adalah semua perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan merubah bahan dasar dan atau barang yang kurang nilainya manjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Termasuk kedalam sektor ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan perakitan (assembling) dari suatu industri(bps, 2002). Dalam artikel Daud Sajo (2009) yang berjudul Klasifikasi Industri, istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2003 industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang yang lebih tinggi penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Sedang menurut departemen perindustrian, undang-undang repuplik indonesia nomor 5 tahun 2003, yang dimaksud dengan industri adalah Kegiatan ekonomi

2 yang mengolah bahan mentah, baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Pengertian industri menurut BPS (2004) Merupakan pengusaha atau usaha industri yang merupakan salah satu unit (kesatuan usaha) melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada satu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. 2. Penggolongan Industri Menurut Badan Pusat Statistik/BPS (2004), mengelompokan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang di pekerjakan, industri di kelompokan menjadi empat bagaian, yaitu: a) Industri besar; jika memperkerjakan 100 orang atau lebih tenaga kerja. b) Industri sedang; jika memperkerjakan orang tenaga kerja. c) Industri kecil; jika memperkerjakan 5-19 orang tenaga kerja. d) Industri kerajinan rumah tangga; jika memperkerjakan 1-4 orang tenaga kerja. Industri berdasarkan skala produksi dan tingkat teknologi yang digunakan dapat dikelompokan menjadi empat yaitu; kelompok industri besar, kelompok industri menengah, kelompok industri kecil dan industri rumah tangga.

3 Berdasarkan pembagian industri diatas industri ukiran kayu di Desa Kandangwangi masuk dalam kelompok industri kecil karena mempekerjakan 5-19 pengrajin, disamping itu tempat industrinya satu tempat dengan tempat tinggal pengrajin dan masih menggunakan mesin yang sederhana. Bila dilihat dari faktor geografi yang mendukung industri ukiran kayu di Desa Kandangwangi yaitu banyaknya tenaga kerja dan dekat dengan bahan mentah. Itu karena banyak masyarakat Desa yang masih menganggur pada usia produktif, selain itu di Banjarnegara cukup mudah untuk mendapatkan bahan dasar berupa kayu. 3. Bahan Baku Industri Menurut Ahyani bahan baku atau bahan mentah merupakan bahan yang digunakan untuk keperluan proses produksi. Hal-hal yang berkaitan dengan bahan baku selama satu periode: 1) Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu periode 2) Kelayakan harga barang 3) Kontinuitas persediaan barang 4) Kualitas bahan baku 5) Sifat bahan baku 6) Biaya pengangkutan bahan baku (Syamriloade, 2010) Seperti industri-industri dalam pembuatan ukiran kayudi Desa Kandangwangi memerlukan kayu sebagai bahan baku dasar. Kayu yang dugunakan untuk membuat ukiran kayuharus cukup keras agar tidak mudah pecah dan tidak mudah

4 di tumbuhi jamur. Salah satu kayu yang cocok sebagai bahan dasar adalah kayu mahoni. B. INDUSTRI KECIL Industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan dirumah-rumah penduduk, yang pekerjannya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak teriakat jam kerja dan tempat. Bahwa industri kecil adalah usaha produktif diluar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama maupun sampingan. (Tambunan, 2001) Tetapi Industri ukiran kayu di Desa Kandangwangi juga mengalami indikasi yang kurang stabil. Faktor utama penyebab banyaknya industri yang gulung tikar yaitu harga bahan baku yang semakin tinggi kemudian pembayaran dan pembelian kurang lancar. Karena itulah industri ukiran kayu sangat rawan untuk gulung tikar bahkan mengalami kebangkrutan. C. PENDIDIKAN 1. Pengertian Pendidikan Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai denagn nilai nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang di berikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

5 mencapai tingkat hidup atau kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Ihsan,2010) Pendidikan menunjukan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya. Dengan memperhatikan batasan batasan pendidikan tersebut, ada beberapa pengertian dasar yang perlu dipahami bahwa pendidikan merupakan sutu proses terhadap anak didik berlansung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila ( Hasbullah, 2008) 2. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan merupakan gambaram atau pandanagn hidup manusia, baik secara perorangan atau secara kelompok. Berbicara tentang tujuan pendidikan maka berhubungan dengan sistem nilai dan norma-norma dala suatukebudayaan baik dalam mitos, filsafat ideologi dan sebagainya. Tujuan pendidikan mengandung 3 nilai, yaitu: a. Otonomi, artinya berani memberi kesadaran pengetahuan dan kemampuan kepada individu atau kelompok, untuk dapat hidup mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik b. Keadilan, bahwa tujuan pendidikan tersebut harus memberi kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi dengan memberi pendidikan yang sama. c. Survival, dengan pendidikan akan menjamin pewaris kebudayaan dari satu generasi kegenerasi berikutnya (Salam, 2002)

6 D. PENDIDIKAN ANAK 1. Pengertian Pendidikan Anak Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa yunani paedagogike ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata pais yang artinya anak dan kata ago yang berarti aku membimbing. Jadi paedogogike aku membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak dengan maksud membawanya ketempat belajar, dalam bahasa yunani disebut paedagogos. Jika ini diartikan secara simbolis, maka perbuatan membimbing seperti yang dikatakan diatas itu, merupakan inti perbuatan mendidik yang tugasnya hanya membimbing saja, pada waktu saat ia harus melepaskan anak itu kembali ke dalam masyarakat (Hadi,2008) Senada dengan hal tersebut Kingsley mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Mansyur (2009,327) bahwa pendidikan adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan kemandirian. Dari definisi diatas, maka dapat dirumuskan bahwa pendidikan anak mengandung beberapa unsur, yakni : a) Pendidikan merupakan bagian sebuah aktivitas b) Pendidikan merupakan sebuah proses dalam rangka mendewasakan manusia c) Pendidkan adalah dalam rangka memanusiakan manusia d) Pendidikan adalah usaha sadar dalam rangka membimbing dan mengarahkan manusia kearah lebih baik.

7 2. Tingkat Pendidikan Anak Tingkat pendidikan anak atau jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik. Tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang akandikembangkan,sedangkan pendidikan diselenggarakan secara pendidikan formal dan non formla yang saling melengkapi dan memperkaya (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah. Sedangkan pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berstruktur dan berjenjang Jenjang atau tingkat pendidikan yang dimaksud adalah: a. Pendidikan Dasar Pendidikan Dasar merupakan jenjang atau tingkat pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan MadrasahTsanawiyah (MTS).

8 b. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah atas (SMA) dan pendidikan menengah kejurusan (SMK) c. Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang atau tingkat pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. (Ahmadi,2008) Tingkat pendidikan anak adalah jenjang atau tingkatan yang telah ditempuh yang terdiri atas pendidikan SD, SMP, SMA dan PT. Begitu pula yang terjadi pada anak para perajin ukiran kayu, walaupun hanya sebagai pekerja atau buruh dengan pendidikan yang rendah tiak membuat para pekerja buta akan pendidikan terbukti anak-anak mereka tetap sekolah ditingkat SD,SMP,SMA,bahkan ada yang sampai menyekolahkan anak mereka keperguruan tinggi. Adapun beberapa anak yang tidak sekolah karena beberapa faktor antaranya faktorekonomi dan faktor bahwa sekolah hanya menghabiskan biaya. 3. Faktor yang mempengaruhi pedidikan anak Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup atau sistem sosial dan keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ikatan keluarga membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antara pribadi, kerjasama da disiplin tingkah laku yang lebih baik.

9 Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai berikut: a. Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa sungguhsungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi. b. Sikap oarang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa,sikap melindungi atau membicarakan secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak. Jadi sangat wajar jika faktor yang mempengaruhi pendidikan anak terletak ditangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya. Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.(sulaiman Ibrahim,2010) Adapun faktor lainnya yang mempengaruhi pendidikan anak adalah a. Sekolah Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda. Begitu juga para pengajar berasl dari berbagai latarbelakang pemikiran dan budaya serta kepribadian. Seorang pengajar merupakan tokoh dan figur yang menjadi panutan

10 anak-anak dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk. Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang disanjung, didengar dan ditiru. Sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran anak. Oleh sebabitu, seorang pengajar harus membekali diri dengan ilmu agama yang shahih sesuai denagn pemahaman Salafush-Shalih dan ahlak yang mullia, serta rasa sayang kepada anak didik. b. Lingkungan Lingkungan tempat bermain dan lalu lalang anak-anak terdapat banyak manusia dengan berbagai macam pemikiran, latar belakang sosial dan pendidikan. Dengan beragam latar belakang, mereka sangat membahayakan proses pendidikan anak, karena anak belum memiliki folter untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. Disela-sela bermain, anak akan mengambil dan meniru perangai serta tingkahlaku temannya atau orang yang sedang lewat, sehingga terkadang mampu merubah pemikiran lurus menjadi rusak, apalagi mereka mempunyai kebiasaan buruk, misalnya perokok, pemabuk dan pecandu narkoba, maka mereka lebih cepat menebarkan kerusakan di tengah pergaulan anak-anak dan remaja. (Diaryapipah,2012)

11 E. KESEJAHTERAAN 1. Pengertian Kesejahteraan Menurut UU No.16 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan social yang sebaikbaiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD Indikator Kesejahteraan Kesejahteraan merupakan sesuatu yang bersifat subyektif, sehingga ukuran kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga berbeda satu sama lain. Tetapi pada prinsipnya kesejahteraan berkaitan erat dengan kebutuhan dasar. Apabila kebutuhan dasar bagi individu atau keluarga dapat dipenuhi, maka dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan dari individu atau keluarga tersebut sudah tercapai. Kebutuhan dasar erat kaitannya dengan kemiskinan, apabila kebutuhan dasar belum terpenuhi oleh individu atau keluarga, maka dikatakan bahwa individu atau keluarga tersebut berada dibawah garis kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik (1996), pendapatan per kapita sering digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Ekonomi masyarakat yang makmur ditunjukan oleh pendapatan per kapita yang tinggi, dan sebaliknya ekonomi masyarakat yang kurang makmur ditunjukan oleh pendapatan per kapita yang rendah. Tingkat kesejahteraan sosial pada penelitian ini diukur dengan pendekatan

12 pengamatan terhadap kondisi perumahan, pendidikan, kesehatan, dan pola pengeluaran rumah tangga. Kesejahteraan masyarakat mempunyai aspek yang sangat kompleks dan tidak memungkinkan untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek kesejahteraan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator kesejahteraan di Kecamatan Wanadadi. Indikator tersebut adalah : a. Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga digunakan sebagai proksi kesejahteraan karena dipandang lebih mencerminkan apa yang dinikmati oleh masyarakat wilayah. Pendapatan rumah tangga dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan keluarga dari semua sumber pendapatan. b. Keadaan tempat tinggal Penilaian terhadap kondisi rumah didasarkan pada jenis dinding rumah, jenis lantai, jenis atap, serta status kepemilikan. c. Fasilitas tempat tinggal Fasilitas tempat tinggal merupakan salah satu hal yang digunakan sebagai ukuran kesejahteran masyarakaat, hal ini dikarenakan fasilitas tempat tinggal sangat penting untuk kegiatan rumah tangga. Fasiltas tempat tinggal didasarkan pada ada atau tidaknya perlengkapan rumah, kakus, alat mandi,dll. d. Kesehatan anggota keluarga Kondisi kesehatan didasarkan pada kondisi sanitasi perumahan serta kondisi perlengkapan air minum, air mandi, cuci, dan kakus (Biro Pusat statistik, 1991). Kondisi perkembangan kesehatan rakyat yang antara lain tercermin dari tingkat

13 akses terhadap kesehatan punya pengaruh yang sangat besar terhadap kesejahteraan rakyat. Selain itu, kesehatan bersama pendidikan adalah investasi yang terpenting dalam pengembangan sumberdaya manusia. e. Pendidikan anak Pendidikan adalah karakteristik penting dalam menentukan pekerjaan dan pendapatan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah (Sumarwan, 2004). Rendahnya tingkat pendidikan dapat menyebabkan terbatasnya akses kepala keluarga pada kegiatan produktif, dengan kata lain kepala keluarga mempunyai peluang sangat kecil untuk bekerja di sektor pekerjaan yang produktif. Oleh karena itu, perlu adanya upaya-upaya dan kebijakan yang nyata dan sungguhsungguh untuk memeratakan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Di samping itu, diperlukan juga kebijakan pendidikan yang tidak saja ditujukan untuk mengembangkan aspek intelektual, tetapi juga mengembangkan karakter peserta didik. Dengan demikian pendidikan menyiapkan siswa untuk memiliki kemampuan akademik, dapat beradaptasi dengan lingkungan yang cepat berubah, kreatif dalam mencari solusi masalah, dan memiliki watak yang baik. f. Alat transportasi Tingkat kesejahteraan diukur dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga yang didasarkan pada pola pengeluaran untuk pangan, barang dan jasa,bahan bakar dan perlengkapan rumah tangga. Ada atau tidaknya alat transportasi dapat

14 digunakan sebagai indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Karena alat transportasi merupakan sesuatu kebutuhan penting yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam beraktifitas. F. PENTAHAPAN KELUARGA Di lihat dari segi tahapan pencapaian tingkat kesejahteraannya menurut BKKBN, Keluarga dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu : 1. Keluarga Pra Sejahtera Keluarga pra sejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic Needs) secara minimal, seperti kebutuhan sepiritual, pangan, sandang papan dan kesehatan. 2. Keluarga Sejahtera I Yaitu keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dalam hal sandang, papan, pangan dan pelayanan kesehatan yang sangat dasar. Indikator yang di perlukan adalah sebagai berikut : a. Pada umumnya seluruh keluarga makan dua kali sehari atau lebih. b. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian. c. Bagaian yang terluas dari lantai rumah tidak dari tanah. d. Apabila anak sakit diberi pengobatan yang moderen atau dibawa kelembaga pengobatan.

15 3. Keluarga Sejahtera II Yaitu apabila keluarga itu selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dapat pula memenuhi kebutuhan sosial pesikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya. Indikator yang dipergunkan adalah 4 indikator pada keluarga sejahtera 1 dan keluarga tersebut harus pula memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Paling kurang seminggu sekali keluarga menyediakan daging atau ikan atau telur untuk lauk pauk. b. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru setahun sekali. c. Luas lantai paling kurang 8 m² untuk tiap penghuni rumah. d. Seluruh anggota keluarga yang berumur dibawah 60 tahun bisa membaca tulisan latin. e. Seluruh anak yang berusia 6 sampai 12 tahun bersekolah saat ini. f. Paling kurang 1 anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai pekerjaan tetap. g. Seluruh anggota keluarga dalam 1 bulan terakhir dalam keadaan sehat, sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsi dari masing-masing. h. Anggota keluarga melaksanaian ibadah secara teratur menurut agama yang dianutnya masing-masing. 4. Keluarga Sejahtera III

16 Yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, kebutuhan sosial psikologinya, an sekaligus dapat memenuhi kebutuhan pengembangan tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan dalam lingkungan desa atau wilayahnya. Keluarga ini harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada keluarga sejahtera 1 dan keluarga sejahtera II dan juga harus memenuhi syaratsyarat dibawah ini : a. Sebagaian dari penghasilan keluarga dapat disishkan untuk tabungan keluarga. b. Keluarga biasanya makan bersama paling urang 1 kali sehari c. Keluarga biasanya ikut serta dalam kegiatan masyarakat lingkungan tempat tinggal. d. Keluarga melakukan rekreasi keluar wilayah paling tidak 3 bulan sekali. e. Keluarga dapat memperoleh kabar atau berita dari surat kabar, radio atau majalah. f. Anggota keluarga mampu mengunakan sarana transportasi yang disesuaika dengan daerah setempat. 5. Keluarga sejahtera III Plus Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, kebutuhan dasar psikologis, kebutuhan sosial psikologis, kebutuhan pengembangan, dan sekaligus secara teratur ikut menyumbang kegiatan sosial dan ikut aktif dalam kegiatan semacam itu. Apabila keluarga-keluarga ini

17 memenuhi syarat-syarat yang terdapat pada keluarga Sejahtera I, keluarga sejahtera II dan keluarga Sejahtera III. Dan juga memenuhi syarat-syarat di bawah ini, maka keluarga ini dimasukan dalam tingkat keluarga sejahtera III Plus. Adapun syarat-syarat tambahan yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat keluarga sejahtera III Plus : a. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan bagi kegiatan sosialmasyarakat dalam bentuk materi. b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan, yayasan, atau institusi masyarakat lainnya.

18 G. Penalitian Relevan Nama Judul Tujuan penelitian Metode penelitian Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Goly Amin Priyono (2004) TingkatKesejahteraa n Masyarakat Buruh Pabrik Pati dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Anak di Desa Gumelar, Kabupaten Banyumas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingat kesejahteraan masyarakat buruh pabrik pati terhadaptingkat pendidikan anak di Desa Gumelar, Kecematan Gumelar, Kabupaen Banyumas Proposional random sampling Tabulasi silang Terdapat pengaruh negative tingkam kesejahteraan masyarakat buruh terhadap pedidikan anak Ahmad Sangidun (2004) Pengaruh tingkat kesejahteraan keluarga terhadap minat menyekolahkan anak di Desa Karang Pari, Kecematan Batar Kawung, Kabupaten Brebes Tujuan ini adalah untuk emngetahui pengaruh tingkat kesejahteraan keluarga terhadap minat menyekolahkan ank di Desa Karang Pari, Kecematan Batar Kawung, Kabupaten Banyumas Proposional random sampling Deskriptif Kualitatif Tabulasi Silang, Kai Kuadrat Hasil [penelitian menunjukan bahwa minat menyekolahkan anak merupakan aspek perhatian yang berkatagori rendah dan aspek penyediaan berkatagori sedang Tanti Rahayu (2014) Pengaruh tingkat kesejahteraan perajin ukiran kayu terhadap tingkat pendidikan anak di Desa Kandangwangi, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara Tujuan ini untuk mengetahui pengaruh tingkat kesejahteraan tingkat pekerja terhadap tingkat pendidikan anak di Desa Kandangwangi, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara. Survey dan proposive sampling Korelasi spearman rank Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kesejahteraan dengan tingkat pendidikan anak

19 H. Bagan Alir Penelitian MASYARAKAT I. Lapangan kerja kerajinan ukiran kayu HASIL PRODUKSI UKIRAN KAYU PENGHASILAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PERAJIN TINGKAT PENDIDIKAN ttti ANAK

20 A. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan pekerja industri ukiran kayu dengan pendidikan anak. Ha : Terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan pekerja industri ukiran kayu dengan pendidikan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Menurut Muhibbin syah (2010:10) Pendidikan berasal dari kata didik, lalu kata ini mendapatkan awalan me sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan

Lebih terperinci

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom KONSEP KELUARGA SEJAHTERA OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom tanggal upload : 28 April 2009 A. LATAR BELAKANG KEBERHASILAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) ANGKA KELAHIRAN (TOTAL FERTILITY RATE),

Lebih terperinci

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes Pendahuluan Visi GKBN ( Gerakan Keluarga Berencana Nasional ) Mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)

Lebih terperinci

3. Seluruh ayggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian. 6. Paling kurang satu orang aggota keluarga berumur 15 tahun ke atas

3. Seluruh ayggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian. 6. Paling kurang satu orang aggota keluarga berumur 15 tahun ke atas LAMPIRAN Lampiran 1 Tahapan keluarga sejahtera (BKKBN 2003) Keluarga pra sejahtera. Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional (pasal 1 ayat 1), pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Nelayan Nelayan dalam Ensiklopedia Indonesia dinyatakan sebagai orangorang yang secara aktif melakukan penangkapan ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan 1. Pengertian Kesejahteraan Dari hasil Pre-Confrence Working for the 15th international confrence of social welfare.kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP), PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP PESERTA PROGRAM DI KELURAHAN KERTASARI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2012 Oleh : Teguh Setiadi Abstrak : Penelitian ini ingin mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah, keluarga sekolah maupun masyarakat dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia, yaitu menciptakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama.

BAB II TINJUAN PUSTAKA. saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama. BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Keluarga Keluarga juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah kajian mengenai kesejahteraan masyarakat repong damar Desa Bandarjaya di Kecamatan Bengkunat Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Khusnul Khotimah, 2014 Studi Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Khusnul Khotimah, 2014 Studi Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara didunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Pemberdayaan mempunyai dua dimensi. Pertama, suatu proses mengalihkan kemampuan, kekuatan dan kekuasaan kepada masyarakat agar menjadi lebih berdaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani Keluarga petani ialah keluarga yang kepala keluarga atau anggota keluarganya bermatapencaharian sebagai petani. Keluarga petani mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian, ini dilaksanakan di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara, dengan waktu penelitian selama 2 (dua) bulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah sejak dikeluarkannya UU No 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,

Lebih terperinci

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran 224 LAMPIRAN 225 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 2 3 1 4 Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran 226 Lampiran 2 Hasil uji reliabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mobilitas Penduduk 1. Pengertian Mobilitas penduduk Menurut Mantra, (2003, dalam Novayanti dan Sudibia, 2013:565) mobilitas penduduk merupakan suatu gerak penduduk yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kuznet dalam todaro (2003:99) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara bersangkutan untuk menyediakan

Lebih terperinci

BAB II RIWAYAT KEHIDUPAN MUSLIM ABDULLAH. yang harus dipenuhi didalam suatu ikatan setelah itu baru menuntut haknya.

BAB II RIWAYAT KEHIDUPAN MUSLIM ABDULLAH. yang harus dipenuhi didalam suatu ikatan setelah itu baru menuntut haknya. BAB II RIWAYAT KEHIDUPAN MUSLIM ABDULLAH A. Latar Belakang Keluarga Muslim Abdullah Keluarga merupakan unit satuan terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat (Ahmadi, 1991:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah. 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan. Pendapatan merupakan balas jasa bekerja setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan. Pendapatan merupakan balas jasa bekerja setelah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendapatan Keluarga 1. Pengertian Pendapatan Pada dasarnya tujuan orang bekerja adalah untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan merupakan balas jasa bekerja setelah menyelesaikan

Lebih terperinci

Konsep Keluarga Sejahterah

Konsep Keluarga Sejahterah Konsep Keluarga Sejahterah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan program Pembangunan jangka panjang tahap II Pelita VI bahwa pembangunan ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Orang tua merupakan sosok penting bagi setiap keberhasilan pendidikan dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi panutan bagi anak-anaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan perekonomian dan menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang eksistensi proyek Bangsa Indonesia yang mempunyai tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya seperti yang tercantum dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Dan perjuangan pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan teknik-teknik dan alat tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menggunakan teknik-teknik dan alat tertentu. BAB II LANDASAN TEORI A. DEFINISI TENUN Berbagai pengertian telah banyak dikemukakan oleh para ahli mengenai pertenunan. Pengertian-pengertian ini secara umum merujuk kepada pengertian yang sama, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sosial Ekonomi Masyarakat Kehidupan sosial ekonomi adalah hal-hal yang didasarkan atas kriteria tempat tinggal dan pendapatan. Tempat tinggal yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Industri Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak pihak yang cukup memperhatikan berbagai kegiatan dan permasalahan yang ada di bidang pendidikan. Melalui kegiatan pendidikanakant erbentuk kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencari data,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencari data, 1 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode dan pendekatan penelitian Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencari data, guna mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Suharyono dan Moch Amien (1994:15), Geografi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 32 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI KB HJ. ISRIATI BAITURRAHMAN 2 SEMARANG RINGKASAN TESIS Diajukan Kepada Program Studi magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun T e n t a n g PENYANDANG CACAT

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun T e n t a n g PENYANDANG CACAT UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun 1997 T e n t a n g PENYANDANG CACAT UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 07Fakultas EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Sistem Etika (1) Gunawan Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Pengertian Etika Etika adalah kajian ilmiah terkait dengan etiket

Lebih terperinci

Oleh : Bustanul Arifin K BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Bustanul Arifin K BAB I PENDAHULUAN Kepedulian terhadap sanitasi lingkungan diprediksi dari tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga pada keluarga sejahtera I kelurahan Kerten kecamatan Laweyan kota Surakarta Oleh : Bustanul Arifin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Organisasi Dharma Wanita Persatuan 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan Sebagaimana telah digariskan dalam Garis-Garis

Lebih terperinci

AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008

AKMENIKA UPY, Volume 2, 2008 KONTRIBUSI HOME INDUSTRY DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA (STUDI KASUS DI DESA WUKIRSARI, IMOGIRI) Abstrak Lilik Siswanta Penelitian ini menguji kegiatan home industry tatah sungging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003: 3) geografi ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

A /'\ purposive. pzzq. ' sampling METODE PENELITIAN sampling

A /'\ purposive. pzzq. ' sampling METODE PENELITIAN sampling METODE PENELITIAN Desain, ternpat dan waktu penelitian Desain penelitian ini adalah cross secrional. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kabupaten Lembata selama 3 bulan, mulai bulan Juni sampai dengan

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 92

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 92 TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Pencapaian Indikator Kluster Perlindungan Khusus % 55 55 6 6 65 65 7 7 BKBPP Jumlah Indikator Kluster Perlindungan Khusus yang tercapai dibagi jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

Tarjo merupakan ayah dari Kusno. Ia lahir di Purbalingga pada 16 juli Namun

Tarjo merupakan ayah dari Kusno. Ia lahir di Purbalingga pada 16 juli Namun BAB II RIWAYAT KEHIDUPAN KI DALANG KUSNO A. Latar Belakang Keluarga Kusno Keluarga merupakan unit satuan masyarakat yang terkecil sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat Keluarga sebagai

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan KONSEP PENDIDIKAN Imam Gunawan KONSEP MENDIDIK Mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara di dunia internasional. Kecenderungan tersebut yang kemudian mendorong bangsa Indonesia

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri

Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri oleh : Kasriyati, S.Pd. Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual

Lebih terperinci

PANCASILA. Sebagai Sistem Etika. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik

PANCASILA. Sebagai Sistem Etika. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik Modul ke: PANCASILA Sebagai Sistem Etika Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK Fakultas Teknik H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa tahap perkembangan. Keseluruhan tahap perkembangan itu merupakan proses yang berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG DI OBYEK WISATA DESA WINDUAJI KECAMATAN PAGUYANGAN

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG DI OBYEK WISATA DESA WINDUAJI KECAMATAN PAGUYANGAN KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PEDAGANG DI OBYEK WISATA DESA WINDUAJI KECAMATAN PAGUYANGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S-1) Oleh: TEGUH AFRIYANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Yunia Trias Kristiawati, Budiyono, Riawan Yudi Purwoko Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya metode penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya metode penelitian. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya metode penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh pemecahan terhadap berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

Lebih terperinci

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN. Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian. No. Variabel Penelitian Indikator Nomer Butir 1. Karakteristik tenaga kerja

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN. Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian. No. Variabel Penelitian Indikator Nomer Butir 1. Karakteristik tenaga kerja 84 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Tabel. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian No. Variabel Penelitian Indikator Nomer Butir. Karakteristik tenaga kerja. Nama. Alamat. Umur 4. Jenis kelamin 5. Status perkawinan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL DAN KEMANDIRIAN ANAK. Dwi Retno Setiati Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta

PERAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL DAN KEMANDIRIAN ANAK. Dwi Retno Setiati Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta PERAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL DAN KEMANDIRIAN ANAK Dwi Retno Setiati Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendiskripsikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040

Lebih terperinci

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman Oleh: Pipin Piniman MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Pendidikan. Menurut Suhartono (2007) pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Pendidikan. Menurut Suhartono (2007) pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pendidikan Menurut Suhartono (2007) pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang Zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.

Lebih terperinci

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN Lingkungan Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas anak didik yang merupakan pemilik masa depan sangat ditentukan oleh perlakuan kita terhadap mereka saat ini. Maju mundurnya suatu bangsa di masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah,

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis terbentuk paling dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

I. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Setiap individu yang dilahirkan ke dunia memerlukan pendidikan untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan berguna bagi nusa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sedangkan ayat 5. mendapatkan pendidikan sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sedangkan ayat 5. mendapatkan pendidikan sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UUD 45 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 1 menyebutkan

Lebih terperinci

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Definisi Ada Daftar Pustakanya

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Definisi Ada Daftar Pustakanya Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli Definisi Ada Daftar Pustakanya Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Bagi kalian yang memang sedang mencari pengertian pendidikan untuk digunakan sebagai landasan teori atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara kita (Indonesia) tentang pendidikan juga diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mendorong peserta didik untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci