BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yandi Sonny Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio jari tangan Rasio jari merupakan perbandingan panjang dari 2 buah jari yang berbeda, yang diukur dari titik tengah pada lipatan paling bawah dimana jari bersendi dengan tangan sampai ujung jari, bukan ujung kuku. Telah lama di ketahui bahwa perkembangan jari tangan kedua dan keempat di dalam kandungan dipicu oleh paparan hormon seks saat itu. Maka rasio panjang jari tangan kedua dan keempat (2D:4D) yang biasa digunakan sebagai sebuah indikator dari paparan testosteron prenatal (Jordan-Steen, 2009). Rasio ini dipertimbangkan menjadi sebuah tanda dari keseimbangan hormon testosteron dan estrogen ketika berada di dalam kandungan (Manning et al., 2014). Rasio jari memiliki korelasi negatif dengan testosteron prenatal dan korelasi positif dengan estrogen prenatal. Rasio jari rendah (nilainya < 1) terjadi apabila testosteron prenatal yang tinggi dan estrogen prenatal yang rendah sedangkan Rasio jari tinggi (nilainya > 1) ketika testosteron prenatal rendah dan estrogen prenatal tinggi (Manning et al., 2000). Rasio panjang jari tangan kedua dan keempat (2D:4D) sebagai suatu ciri dimorfik seksual telah diketahui sejak tahun Laki-laki relatif memiliki jari kedua yang lebih pendek daripada jari keempat. Dikatakan rasio rendah atau lebih maskulin, itu berarti lebih tingginya paparan testosteron prenatal atau lebih sensitif terhadap androgen atau keduanya (Bailey & Hurd, 2004). Begitu pula ditemukan pada etnik Ebira dari Nigeria, laki-laki memiliki jari kedua yang lebih pendek dari jari keempat yang mana berbeda signifikan ketika dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan panjang jari kedua dan keempat pada perempuan kurang lebih sama. Sehingga rasio panjang jari tangan kedua dan keempat (2D:4D) menjadi dimorfik seksual dengan perempuan memiliki rasio yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Ibegbu et al., 2012).
2 5 Gambar 2.1 Pola Rasio Jari Tangan Kanan Pada tahun 2011, John Manning kembali mempublikasikan teori rasio jarinya. Dia mendeskripsikan bagaimana rasio jari 2D:4D bisa diterima sebagai ukuran keseimbangan antara konsentrasi testosteron dan estrogen prenatal. Terdapat pada artiket yang berjudul sebagai berikut : 'Resolving the role of prenatal sex steroids in the development of digit ratio'. Ada 7 elemen kunci di dalam hipotesis John Manning : 1. Rasio jari 2D:4D merupakan hasil dari keseimbangan antara testosteron prenatal dan estrogen prenatal. 2. Rasio jari 2D:4D tinggi merupakan hasil dari rendahnya konsentrasi testosteron atau tingginya konsentrasi estrogen. 3. Rasio jari 2D:4D rendah merupakan hasil dari tingginya konsentrasi testosteron atau rendahnya konsentrasi estrogen. 4. Jari keempat (4D) memiliki reseptor hormon yang lebih banyak daripada jari kedua (2D) sehingga rasio jari 2D:4D paling banyak dipicu oleh perubahan panjang jari keempat (karena konsentrasi hormon prenatal) 5. Penelitian terhadap manusia dan hewan tentang hubungan antara hormon prenatal dan rasio jari 2D:4D umumnya lebih kuat pada tangan sebelah
3 6 kanan. 6. Rasio jari 2D:4D bervariasi sesuai jenis kelamin (laki-laki umumnya memiliki jari keempat lebih panjang dari jari kedua dibandingkan perempuan). 7. Rasio jari 2D:4D berbeda-beda sesuai etnik. Rasio panjang jari kemudian diketahui berhubungan dengan kesehatan, tingkah laku, dan kondisi psikologis (Nicolas & Jacks, 2012). 2.2 Kecerdasan Definisi Kecerdasan Kecerdasan adalah keunggulan atau kesempurnaan perkembangan akal budi, seperti kepandaian, kecermatan, dan ketajaman pikiran. Dalam bahasa Inggris digunakan dua istilah yang maksudnya sama, yaitu intelligence dan quotient (Sumardi, 2000). Sedangkan menurut Gardner tahun 1983 di dalam Smith (2006), kecerdasan adalah Suatu kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai budaya Jenis-jenis kecerdasan Penelitian tentang kecerdasan oleh seorang ahli psikolog dan ahli pendidikan dari Harvard Univercity, Howard Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame of The Mind (1983) di dalam buku Bahaudin tahun 2007 ditulis manusia memiliki lebih dari 200 cara untuk menjadi cerdas, bukan hanya satu cara saja. Manusia tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi banyak kecerdasan yang disebut multiple intelligences. Pada penelitian Gardner yang pertama kali, ditemukan tujuh macam kelompok kecerdasan dasar lalu kemudian dikembangkan menjadi sepuluh kelompok (Bahaudin, 2007).
4 7 Di dalam buku Bahaudin (2007) dijelaskan secara singkat sepuluh kelompok kecerdasan sebagai berikut : 1. Kecerdasan Interpersonal adalah bagaimana manusia dapat saling memahami satu sama lain yang juga mempengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi. 2. Kecerdasan logika/matematika adalah kemampuan untuk memproses secara analistis. Kemampuan ini terkait yang bersifat kuantitatif. 3. Kecerdasan spasial/visual adalah suatu kemampuan dalam membangun gagasan atau model, membayangkna penerapan dan mengubahnya yang semuanya dilakukan di dalam pikirannya. 4. Kecerdasan musical adalah sensitivitas terhadap irama, melodi dan nada. Kemampuan ini baik dalam posisi sebagai pendengar maupun sebagai pelaku, terutama dalam dunia musik. 5. Kecerdasan linguistik/verbal yaitu kemampuan untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya secara jernih baik secara lisan maupun tertulis. 6. Kecerdasan intrapersonal adalah suatu kemampuan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri antara lain dengan melakukan refleksi, merenung mengenai dirinya dan sebagainya. 7. Kecerdasan fisik/tubuh suatu kemampuan dalam melakukan gerakan fisik. 8. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali situasi emosi dirinya ataupun situasi emosi orang lain dan bereaksi dengan cara yang positif sesuai dengan budaya orang tersebut. 9. Kecerdasan terhadap alam adalah kemampuan menikmati hidup dan berinteraksi dan menyatu dengan alam secara baik. 10. Kecerdasan mengenai eksistensi diri adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami hidup dan kehidupannya, misalnya dalam menjawab pertanyaan apa hidup ini dan kenapa dan untuk apa saya hidup. Di dalam buku Sumardi (2006) disebutkan pada tahun 2000-an, di kenal ada tiga belas macam kecerdasan. Ketiga belas kecerdasan itu ialah : 1. Kecerdasan bahasa (linguistic intelligence)
5 8 2. Kecerdasan logika (logical-mathematical intelligence) 3. Kecerdasan visual-ruang (visual-spatial intelligence) 4. Kecerdasan raga (bodily-kinesthetic intelligence) 5. Kecerdasan musik (musical intelligence) 6. Kecerdasan sosial (interpersonal intelligence) 7. Kecerdasan pribadi (intrapersonal intelligence) 8. Kecerdasan masak (culiner intelligence) 9. Kecerdasan alam (natural intelligence) 10. Kecerdasan emosi (emotional intelligence) 11. Kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) 12. Kecerdasan keuletan (adversity quotient) 13. Kecerdasan keuangan (financial quotient) Berdasarkan konsep kecerdasan menurut Gardner, awalnya hanya ada tujuh kecerdasan (kemudian berkembang menjadi delapan) dan disebutnya sebagai kecerdasan majemuk (multiple intelligence) ialah verbal linguistik, logika matematika, kinestetik-jasmani, visual-spasial, musik, antarpribadi, intrapribadi dan naturalis (Smith, 2006). Seseorang dapat memiliki beberapa kecerdasan sekaligus, hanya saja ada yang menonjol dan ada yang biasa-biasa saja. Sebagai contohnya sebagai berikut : 1. Albert Einstein, memiliki kecerdasan logika dan kecerdasan musik yang menonjol, membuat dia menjadi pemenang hadiah Nobel di bidang fisika tahun 1921 dan tampil bermain biola bersama Orkestra Wina yang prestisius itu (Sumardi, 2006). 2. Taufik Hidayat, atlet idola remaja awal tahun 2000-an merupakan contoh pemuda yang meiliki kecerdasan majemuk yang menonjol, yaitu kecerdasan raga, kecerdasan keuletan, dan kecerdasan logika (Sumardi, 2006). 3. Habibie memiliki 2 jenis kecerdasan yaitu matematik dan music (Pasiak, 2006). 4. Warren Buffet adalah contoh orang yang cerdas secara numerik
6 9 (Tanuwidjaja, 2009). 5. Oprah Winfrey dan Barrack Obama adalah sosok dengan kecerdasan verbal-linguistik yang tinggi (Tanuwidjaja, 2009). 6. Bill Clinton bangkit untuk menjadi salah satu presiden yang paling dihormati dan disukai di Amerika Serikat karena dia memiliki kecerdasan interpersonal yang memungkinkannya memahami rakyatnya, berhubungan dengan mereka dan memotivasinya. Dia juga memiliki kecerdasan linguistik-verbal yang memungkinkannya menyampaikan pidato yang berbobot, menggetarkan emosi dan persuasif. Akhirnya, dia memiliki kecerdasan logis-matematis yabg relatif kuat yang memungkinkannya menganalisis, manafsirkan dan menyelesaikan masalah (Lwin dkk, 2008). 7. Sir Isaac Newton adalah salah satu intelek ilmiah pertama sepanjang masa. Newton memberi sumbangan kepada semua cabang matematika, tetapi terutama terkenal karena penyelesaiannya atas masalah kontempirer dalam geometri analitik mengenai penggambaran garis tangent pada kurva (diferensiasi) dan penentuan luas yang dibatasi oleh kurva (integrasi). Newton dipilih menjadi Profesor Matematika di Cambridge University pada 1669 (Lwin dkk, 2008) Kemampuan verbal dan numerik Kecerdasan intelektual diperkenalkan oleh Alfred Binet seorang psikologi Perancis pada tahun 1900 mengembangkan alat ukur untuk memprediksi kemampuan siswa sekolah dasar di Paris. Kemudian dikembangkanlah berbagai tes lain seperti Scholastic Achievement Test (SAT). Tes ini mendasarkannya pada matematik dan kemampuan verbal seseorang (Bahaudin, 2007). Dalam Sunaryo (2004), bakat didefinisikan sebagai taraf kecerdasan individu yang bersifat khusus dalam bidang atau pekerjaan tertentu. Menurut Guilford ada 3 dimensi faktor bakat, yaitu : a. Dimensi perseptual : kemampuan di dalam melakukan persepsi yang mencakup kepekaan indra, perhatian, orientasi ruang, dan waktu, dan kecepatan persepsi.
7 10 b. Dimensi psikomotor : mencakup kekuatan, impuls, kecepatan gerak, kecermatan, dan koordinasi. c. Dimensi intelektual : mencakup ingatan, pengenalan, berpikir dan evaluatif. Kecerdasan itu menjadi dasar umum untuk berkembangnya bakat-bakat yang ada pada manusia (Fudyatanta, 2004). Bakat terkait dengan kemampuan khusus seseorang untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Bakat berasal dari faktor bawaan dan lingkungan. Inteligensi merupakan kemampuan umum seseorang sedangkan bakat merupakan kemampuan yang bersifat khusus. Tes bakat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan seseorang berhasil dalam bidang-bidang tertentu. Tes bakat, termasuk tes seri multipel bakat yang merupakan sejumlah tes yang dipakai untuk mengukur berbagai macam bakat seseorang, tidak hanya satu bakat saja. Misalnya tes seri FACT (Flanagan Aptitude Classification Test), yang terdiri dari 14 subtes bakat, mulai dari bakat untuk menjadi juru ketik sampai bakat teknik-insinyur. FACT disusun oleh Jc Flanagan dari USA (Fudyatanta, 2004). Di dalam Fudyatanta (2004) terdapat bermacam-macam seri multipel bakat diantaranya yaitu : a. Differential Aptitude Tes (DAT) b. General Aptitude Tes Battery (GATB) c. Flanagan Aptitude Slassification Test (FACT) d. Academic Promise Tests (APT) e. Flanagan Industrial Tests (FIT) f. Guilford-Zimmerman Aptitude Survey g. Nonreading Aptitude Test Battery (NATB) h. SRA Primary Mental Abilities i. Stucture-of-Intellect Abilities Tests
8 11 Berikut pembahasan dari beberapa jenis tes di atas : 1. Tes Perbedaan Bakat - Differential Aptitude Tests (DAT) Tes ini disusun oleh : George K. Bennett, Harold G. Seashore, Aleander G. Wesman. Tes ini dibuat karena keterbatasan tes kecerdasan yang mendapatkan hasil skor tunggal. DAT terdiri dari 7 subtes, yaitu : a. Tes Penalaran Verbal - Verbal Reasoning b. Tes Kemampuan Numerik - Numerikal Ability c. Tes Penalaran Abstrak - Abstract Reasoning d. Tes Relasi Spasial - Space Relation e. Tes Penalaran Mekanik - Mechanical Reasoning f. Tes Keakuratan-Kecepatan Klerika - Clerical Speed and Acuracy g. Tes Penggunaan Bahasa - Languange Usage (Spelling and Sentences) 2. Seri Tes Bakat Umum General Aptitude Tes Battery (GATB) GATB dikembangkan oleh United State Employment Service (USES). Tes GATB banyak dipakai para konselor untuk bimbingan kerja karyawan. GATB terdiri 12 macam subtes, yakni : a. Tes Perbandingan Nama b. Tes Komputasi (Perhitungan) c. Tes Tiga Dimensi d. Tes Perbendaharaan Kata e. Tes Memasangkan Alat f. Tes Aritmatik g. Tes Memasangkan Bentuk (matching form) h. Tes Membuat Tanda (mark making) i. Tes Meletakkan (place test) j. Tes Membalik (turn test) k. Tes Merakit (asembeling) l. Tes Mengurai (diasembel)
9 Kemampuan verbal Kecerdasan verbal mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui katakata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis (Lwin et al., 2008) Istilah lain yang biasa digunakan yaitu kecerdasan linguistik, adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Ini adalah kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair dan pengacara. Jenis pemikiran inilah yang menghasilkan King Lear karya Shakespeare, Odyssey karya Homerus, dan Kisah Seribu Satu Malam dari Arab.Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai fakta. Mereka gemar sekali membaca, dapat menulis dengan jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas. Bisa jadi mereka adalah ahli sastra (Armstrong, 2002). Akan tetapi, kecerdasan bermain kata-kata merupakan aset di setiap bidang lain juga. Misalnya, dokter harus berkomunikasi dengan pasiennya, pengusaha harus bernegosiasi dan menulis laporan, sedangkan komandan tentara harus mengilhami anak buahnya. Beberapa orang terkenal yang memiliki kemampuan ini adalah Sir Winston Churchill, Larry King, John F. Kennedy dan Martin Luther King (Lwin et al., 2008). Di dalam Armstrong (2002), secara sederhana kita dapat memeriksa kecerdasan apa yg paling menonjol dalam diri kita. Berikut adalah daftar periksa untuk kecerdasan verbal/linguistik : a. Buku sangat penting bagi saya. b. Saya dapat mendengar kata-kata di kepala saya sebelum saya membaca, berbicara, atau menuliskannya. c. Saya mendapatkan lebih banyak hal dari mendengarkan radio atau kaset yang banyak berisi kata-kata daripada televisi atau film.
10 13 d. Saya tidak mengalami kesulitan dalam permainan kata seperti Scrabble, Anagrams, atau Password. e. Saya senang menghiburdiri sendiri atau orang lain dengan lelucon, sajak luculucuan, atau permainan kata. f. Kadang-kadang orang lain terpaksa berhenti dan meminta saya untuk menjelaskan makna kata yang saya gunakan dalam tulisan atau pembicaraan saya. g. Ketika bersekolah, saya menganggap pelajaran bahasa, studi sosial, dan sejarah lebih mudah daripada matematika dan ilmu alam. h. Kalau saya berkendaraan di jalan bebas hambatan, saya lebih memperhatikan kata-kata yang tertulis di papan reklame daripada memperhatikan pemandangan. i. Dalam percakapan, saya sering mengungkapkan segala sesuatu yang pernah saya baca atau dengar. j. Akhir-akhir ini saya menulis sesuatu yang amat saya banggakan atau yang membuat saya mendapat pengakuan dari orang lain Kemampuan numerik Kecerdasan matematis-logis adalah kemmapuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah (Lwin et al., 2008). Kecerdasan logis-matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemogram komputer. Newton menemukan kecerdasan ini ketika menemukan kalkulus. Demikian pula dengan Einstein ketika ia menyusun teori relatifitasnya. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-matematis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional (Armstrong, 2002)
11 14 Berikut adalah daftar periksa untuk melihat apakah seseorang tersebut berbakat di bidang logis-matematis/numerik : a. Dengan mudah saya dapat menghitung angka-angka dalam benak saya. b. Matematika dan atau sains merupakan mata pelajaran favorit saya di sekolah. c. Saya suka melakukan permainan atau memecahkan soal yang menuntut pemikiran logis. d. Saya suka mengadakan percobaan kecil "Bagaimana seandainya" (misalnya, "Bagaimana seandainya saya melipatduakan jumlah air yang saya tuangkan ke rumpun mawar di halaman rumah setiap minggunya?"). e. Saya selalu mencari pola keteraturan, atau urutan logis dari segala sesuatu. g. Saya menaruh minat pada perkembangan baru dalam sains. h. Saya berpendapat bahwa hampir segala sesuatu mempunyai penjelasan yang masuk akal. h. Kadang-kadang saya berpikir dalam konsep yang jelas, abstrak, tanpa kat, tanpa gambar. i. Saya sering menemukn salah penalaran dalam segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan orang di rumah maupun di tempat kerja. j. Saya merasa lebih nyaman bila segala sesuatu sudah diukur, dikelompokkan, dianalisis, atau dikuantifikasikan dengan cara tertentu. 2.3 Hubungan rasio jari tangan dan kemampuan verbal dan numerik Penelitian tentang rasio jari tangan dan kemampuan verbal dan numerik telah dimulai sejak lama. Di dalam Luxen (2005), dinyatakan Jensen (1998) telah menemukan bahwa rasio 2D:4D memiliki korelasi positif dengan tingkat kemampuan verbal tetapi korelasi negatif dengan kemampuan numerik. Sedangkan pada penelitian Marc F. Luxen dan Bram P. Buunk yang dilakukan pada tahun 2005 dengan sampelnya orang Belanda sebanyak 81 orang, dengan rata-rata usia 20 tahun mendapatkan hasil sama, yaitu adanya korelasi negatif dengan kemampuan numerik dan korelasi positif dengan kemampuan verbal tetapi hanya terdapat hubungan pada jari tangan kanan saja, sedangkan yang kiri tidak ditemukan adanya hubungan.
12 15 Selanjutnya pada tahun 2006, Bernhard Fink, Helen Brookes, Nick Neave, John T. Manning, dan David C. Geary juga melakukan penelitian dengan jumlah sampel 73 orang. Rata-rata usia sampelnya yaitu 6-11 tahun. Sampel berasal dari UK dan Austria. Hasil penelitian ini ialah terdapat korelasi negatif antara rasio 2D:4D dengan kemampuan numerik pada kedua tangan kanan maupun kiri tetapi hanya terdapat pada jenis kelamin laki-laki saja.
Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si
TES BAKAT Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si faridaagus@yahoo.co.id Pengertian Bakat Suatu Kombinasi dari serangkaian karakteristik kemampuan individu untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, atau serangkaian
Lebih terperinciPENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG
PENGANTAR PENGUKURAN BAKAT NENY ANDRIANI, M.PSI,PSIKOLOG TES BAKAT & MINAT DEFINISI BAKAT & TES BAKAT Suatu Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yg menunjukkan kapasitias seseorang untuk menguasai
Lebih terperinciAdakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,
Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis
Lebih terperinciBingkai-Bingkai Akal Budi Felix Lengkong
FELIX LENGKONG BINGKAI-BINGKAI AKAL BUDI Bingkai-Bingkai Akal Budi Felix Lengkong Tiga puluh dua tahun lalu, seorang professor dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Howard Gardner menulis buku Frames
Lebih terperinci5 Tes Bakat Diah Widiawati, M.Psi
www.mercubuana.ac.id Pada pertemuan yang lalu, kita membahas mengenai Inteligensi, sebagai salah satu aspek dalam diri manusia yang perlu diketahui ; dan Tes Inteligensi sebagai alat untuk mengukur inteligensi
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi
NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN
Lebih terperinciTES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP
TES INTELLIGENSI NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP INTELIGENSI, APAKAH ITU? Adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan
Lebih terperinciMENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak
MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya
Lebih terperinciNama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A
Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : 06320004 Matkon IV A A. ARTIKEL MENGAJAR SISWA YANG BERAGAM DENGAN ANEKA CARA 19 September 2007 Dunia pendidikan sesungguhnya dipenuhi berbagai kebhinekaan. Sebab, tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,
Lebih terperinciPROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS
JURNAL BUANA MATEMATIKA. Vol. 5, No. 1, Tahun 2015 PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS Ika Sulistyowati 1, Sri Rahayu 2, Nur Fathonah 3 (SMP Negeri 1 Driyorejo)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dianggap sulit oleh siswa (Angel et all, 2004:2). Penyebabnya adalah dikarenakan siswa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dimana penelitian ini mendeteksi seberapa kuat atau besarnya hubungan data dalam suatu penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan mengambil subjek populasi seluruh siswa kelas VIII
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dasawarsa terakhir, banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terhadap berbagai cara yang memungkinkan bunyi, irama, dan musik meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional secara bertahap yang dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual Pada deskripsi konseptual ini akan dibahas tentang kemampuan komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis
Lebih terperinciPROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK
PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK Emiliya Damayanti 1, Sunardi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Email: rvien@ymail.com Abstract. This study
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN (INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR) INDIKATOR 1. Mengidentifikasi sekurang-kurangnya empat faktor yang mempengaruhi pembelajaran. 2. Menjelaskan kedudukan guru dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlaku untuk semua, mulai usia dini sampai jenjang perguruan tinggi. Usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian hari. Dalam rangka mewujudkan pendidikan
Lebih terperinciMenstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah
Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K
KONTRIBUSI IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NIM
Lebih terperinciINTELIGENSI. Pertemuan pertama
INTELIGENI Pertemuan pertama Materi Perbedaan Inteligensi dan IQ Pengertian Inteligensi Pendekatan Inteligensi Teori-teori Inteligensi Manfaat T I U etelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa Fakultas Psikologi
Lebih terperinci9 Battery Test FACT Diah Widiawati, M.Psi
www.mercubuana.ac.id Pada pertemuan lalu, kita sudah membahas mengenai Battery Test, yaitu DAT dan GATB. Masih ada satu kelompok Battery Test lagi yang perlu kita bahas. Pada pertemuan minggu ini, kita
Lebih terperinci2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran
Lebih terperinciAbstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
KORELASI KECERDASAN VISUAL SPASIAL DAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DI SMA NEGERI 1 KEJURUAN MUDA Ariyani Muljo IAIN Langsa, Langsa, Kota Langsa Ariyanimulyo41@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk membina kepribadian anak didik yang belum dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini
Lebih terperinciAdhyatman Prabowo, M.Psi
Adhyatman Prabowo, M.Psi MATERI I: 1.Konsep Bakat 2.Teori Tes Bakat 3.Tes bakat & Intelegensi 4.Tes bakat & Kreativitas 5.Macam Tes Bakat: 6.Tes Bakat DAT 7.Tes Bakat GATB 8.Tes Bakat FACT 9.Keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk
Lebih terperinciMULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)
MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) Anak bahagia disekolah sudah disosialisasikan lewat Quantum Learning, Joy in School dan Super Learning. Alasan lewat penelitian menunjukkan bahwa apabila anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu eksak yang menjadi dasar perkembangan segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam tatanan kehidupan manusia.
Lebih terperinciANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung
ANAK BERBAKAT Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung A. Bakat, kemampuan dan prestasi Bakat (Aptitude) diartikan sebagi kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm. 49. Angkasa 2008), hlm Amsal Amri, Pedagogik Transformatif Aceh (Aceh: FKIP Universitas Syah Kuala 2008),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik adalah bagian dari kecerdasan majemuk. Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah pelajaran yang memegang peranan penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika merupakan ilmu universal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,
Lebih terperinciPENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
113 PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR Nur Samsiyah Abstrak Multiple intelegensi ialah kecerdasan ganda yang dimiliki oleh seseorang. Intelegensi adalah sehimpunan kemampuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang
Lebih terperinciOTAK DAN BERAGAM KECERDASAN
OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN Drs. MUNAWAR RAHMAT, M.Pd. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN DINAS PENDIDIKAN September 2003 BELAHAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN BELAHAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN BELAHAN OTAK KIRI
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang
9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Kecerdasan Naturalis A. Hakekat Kecerdasan Naturalis Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan
Lebih terperinciPenerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini
Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini dapat dimaknai sebagai untuk menyelesaikan masalah. berkaitan dengan daya pikir dan perkembangan kognitif. Pencetus teori perkembangan kognitif adalah
Lebih terperinciKORELASI KECERDASAN SPASIAL TERHADAP MATHEMATICAL PROFICIENCY SISWA SEKOLAH DASAR KOTA BANDA ACEH
KORELASI KECERDASAN SPASIAL TERHADAP MATHEMATICAL PROFICIENCY SISWA SEKOLAH DASAR KOTA BANDA ACEH Aklimawati 1), Rifaatul Mahmuzah 2) 1,2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Serambi Mekkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan
Lebih terperinciPERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK
1 PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK *) Oleh Edi Purwanta **) Pengantar Berbagai pandangan muncul tentang pendidikan, utamanya pendidikan bagi anak.. Masing-masing sangat bergantung pada sudut
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)
PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah
Lebih terperinciUmi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)
PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN
ANAK BERBAKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik dan jenis-jenis keberbakatan guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan
Lebih terperinciBentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan
Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia
Lebih terperinciETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi
ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dituntut untuk dapat belajar atau menuntut ilmu sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan hanya mengetahui jawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi proses perkembangan selanjutnya
Lebih terperinciTES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York)
TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) Pendahuluan Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes Binet (1937)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1. Definisi status nutrisi Status nutrisi adalah penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran nutrisi, terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik
Lebih terperinciDesain dan Pengembangan Pelatihan
Modul ke: Desain dan Pengembangan Pelatihan Teori Pembelajaran Efektif Fakultas PSIKOLOGI EY Eka Kurniawan, M. Psi eyeka13@gmail.com Program Studi Psikologi Renungan Tell me and I forget. Teach me and
Lebih terperinciHUBUNGAN KECERDASAN SPASIAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS 5 SD NEGERI 5 BANDA ACEH
HUBUNGAN KECERDASAN SPASIAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS 5 SD NEGERI 5 BANDA ACEH Hayatul Mardiah, Monawati, Fauzi ABSTRAK Mempelajari bangun ruang merupakan salah
Lebih terperinciMEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI
MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI Tuti Utami Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, FKIP, Universitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Mahmudi (2009) menyatakan bahwa, komunikasi matematis mencakup komunikasi tertulis maupun lisan. Komunikasi tertulis dapat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA DI KELAS V SD NEGERI LAMREUNG ACEH BESAR
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA DI KELAS V SD NEGERI LAMREUNG ACEH BESAR Ninda Riana, Monawati, Bakhtiar Hasan nindariana@gmail.com ABSTRAK Beragam kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berfungsi membantu siswa dalam perkembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif baik
Lebih terperinciDIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE
APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya
Lebih terperinciPerbedaan Individual. Psikologi Pendidikan
Perbedaan Individual Psikologi Pendidikan Pengertian Perbedaan Individual Salah satu karakteristik pembelajaran yang efektif jika pembelajaran dapat merespon kebutuhan khusus siswa, karena adanya perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap anak selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Belajar merupakan masalah bagi setiap orang, dan tidak mengenal usia dan waktu lebih-lebih bagi pelajar, karena masalah belajar tidak dapat lepas dari dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki kecerdasan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan dideskripsikan temuan temuan penelitian dan hasil pengujian hipotesis yang telah di uji pada bab sebelumnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memiliki kecerdasan dan tingkat intelejensi yang berbedabeda.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia memiliki kecerdasan dan tingkat intelejensi yang berbedabeda. Meskipun hingga saat ini sulit untuk mendefinisikan tentang apa itu kecerdasan,
Lebih terperinciPROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA
Bidang Kajian Jenis Artikel : Pendidikan Matematika : Hasil Penelitian PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Setyati Puji Wulandari 1), Imam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Lebih terperinciBAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?
BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK? MIF Baihaqi Acara: Super Amazing Seminar untuk Orangtua dan Guru Plaza Seno Medika, Jl. Ahmad Yani, Bandung Sabtu, 21 November 2009 Kontak: 0852 2003 5242
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu sistem pendidikan dapat memengaruhi kualitas suatu bangsa di masa depan. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti
Lebih terperinciTES KELOMPOK : TES INTELIGENSI & TES MINAT DAN BAKAT. Kuliah 9 Pengantar Psikodiagnostik
TES KELOMPOK : TES INTELIGENSI & TES MINAT DAN BAKAT Kuliah 9 Pengantar Psikodiagnostik Pengantar : Tes Kelompok Tes kelompok biasanya digunakan pada bidang pendidikan, pemerintahan, industri, dan militer
Lebih terperinci