Gerakan Politik S.M. Kartosoewirjo (DI/TII )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gerakan Politik S.M. Kartosoewirjo (DI/TII )"

Transkripsi

1 Gerakan Politik S.M. Kartosoewirjo (DI/TII ) WAHYU IRWANSYAH TAMBUNAN Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: Diterima tanggal 2 Februari 2013/Disetujui tanggal 12 Juli 2013 Political movement is a social movement in politics. Political movement is more than a movement that has the purpose of achieving political power. This is a study about political movement of Kartosoewirjo. Darul Islam and the Indonesian Islamic Army as a political movement. The focus discusses whether Darul Islam movement and the Indonesian Islamic Army led by S.M. Kartosoewirjo ( ) was a political movement. The findings of this study among others, there are three things which explains that the Darul Islam / Indonesian Islamic Army is a political movement. First, the establishment of the movement of DI/TII as a form of disillusionment with the leadership of Soekarno; Second, the mobilization of resources is done in the movement of DI/TII; Third, the movement of DI/TII managed to cause political tensions with the Indonesian government. The method used is descriptive-qualitative method that is intended to describe an event in more detail. Keywords: Darul Islam, Indonesian Islamic Army, political movement. Pendahuluan 1 Gerakan politik adalah gerakan sosial kemasyarakatan di bidang politik. Gerakan politik bisa saja berfokus pada satu masalah atau dari serangkaian isu permasalahan yang ada, bisa juga berfokus pada kolektivitas kegelisahan bersama dari kelompok sosial. 1 Gerakan politik lebih merupakan suatu gerakan yang memiliki tujuan pencapaian kekuasaan politik atau mengganggam kuasa politik. Dan wujud dari gerakan politik muncul dalam bentuk revolusi maupun juga melalui jalur pemilihan umum, yang berujung pada bagaimana kekuasaan bisa diperoleh dan digunakan (seized power). Bentuk-bentuk gerakan politik bisa dalam bentuk organisasi politik yang bekerja untuk mengorganisir indivihttp://id.wikipedia.org/wiki/gerakan_politik diakses pada 28 Juli 2012 du untuk mendorong aksi revolusi atau juga membentuk partai politik untuk mengikuti pemilihan umum. Namun dalam konteks ini, gerakan politik dijabarkan dalam bentuk yang jauh lebih luas dari sekedar gerakan partai politik, yang lebih cenderung kepada perilaku perilaku dalam sebuah pemilihan umum kepala daerah dan juga kegiatan untuk mengumpulkan massa demi memenangkan pemilihan umum tersebut, melainkan lebih kepada sebuah gerakan yang dilakukan berdasarkan adanya sebuah kesamaan nilai dan pandangan politik serta kepentingan yang ingin diperjuangkan bersama. Dalam upaya memperjuangankan nilai serta kesamaan pandangan politik tersebut, sangat berkaitan dengan proses proses politik. Dan juga ada perubahan politik yang ingin dicapai tentunya. 26

2 Sulit untuk membedakan batas antara gerakan politik dan gerakan sosial. Gerakan sosial sendiri dapat diartikan sebagai gerakan sekelompok individu yang berbentuk informal dan terorganisir, berjumlah besar ataupun juga hanya individu yang secara spesifik fokus pada isu isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau, mengkampanyekan sebuah perubahan sosial. Gerakan sosial merupakan gerakan yang secara sadar melibatkan orang dan organisasi dalam jumlah yang memadai, yang diikat bersama oleh visi untuk melakukan perubahan sosial. 2 Dapat dilihat bahwa gerakan sosial juga meliputi isu isu yang bersifat politik. Saya sendiri cenderung melihat gerakan politik merupakan bagian dari gerakan sosial. Bahkan lebih jauh, gerakan sosial yang tentu saja memiliki tujuan untuk mencapai suatu perubahan sosial pada akhirnya mau tidak mau akan berbenturan pada upaya untuk memenangkan kebijakan politik terkait isu yang dibawa oleh gerakan tersebut. Misalnya gerakan buruh, gerakan gender, dan sebagainya, tentu menuntut sebuah perumusan kebijakan politik yang melindungi isu isu tentang buruh ataupun gender tersebut. Maka dalam prakteknya, gerakan sosial juga berkaitan dengan nilai nilai politik. Dan gerakan sosial tidak bisa dipisahkan dari kegiatan kegiatan yang bersifat politik. Lalu, tentang Kartosoewirjo. Ia lahir di Cepu 3 pada tanggal 7 Januari Ia lahir dari keluarga yang memiliki jabatan di pemerintahan Belanda, ayahnya merupakan mantri candu pada masa Belanda berkuasa di Indonesia, ini menyebabkan Kartosoewirjo berhak mendapatkan pendidikan di sekolah sekolah Belanda pada waktu itu. Kartosoewirjo pada tahun sempat mengenyam pendidikan kedokteran di NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) di Surabaya sebelum akhirnya dikeluarkan dari kampus karena dianggap Belanda terlalu liar dan terlibat dalam gerakan komunis. Begitu keluar dari NIAS, Kartosoewirjo lalu aktif dalam gerakan pemuda Jong Java, Jong Islamieten Bond, dan juga Sjarikat Islam. Di 2 diakses pada 28 Juli Damien Dematra, Kartosoewirjo Pahlawan atau Teroris,( Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. 2011), hal. 10. Sjarikat Islam malah Kartosoewirjo sempat merasakan menjadi pengurus dan juga menjadi asisten pribadi Tjokroaminoto. Melalui Tjokroaminoto, Kartosoewirjo kemudian berkenalan dengan Soekarno, keduanya sama sama belajar kepada Tjokroaminoto, keduanya juga sama sama berjuang untuk meraih kemerdekaan Indonesia, hanya saja Soekarno memilih jalan nasionalis dengan kemudia mendirikan partai politik yang juga berhaluan nasionalis, sedangkan Kartosoewirjo cenderung kepada perjuangan Islam dan Indonesia merdeka nantinya harus menjadi Negara yang berlandaskan pada ajaran Islam. Disinilah letak perbedaan antara keduanya yang kemudian tidak memiliki titik temu. Tanggal 17 Agustus tahun 1945, Indonesia akhirnya berhasil memproklamasikan kemerdekaannya. Soekarno kemudian dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia. Dan Kartosoewirjo harus menerima bahwa Indonesia merdeka bukan sebagai Negara Islam melainkan Negara nasionalis. Akhirnya Kartosoewirjo menarik diri dari politik nasional dan kembali ke Jawa Barat, di Malang. Disana dia menghidupkan kembali sekolah pesantren yang pernah didirikannya pada saat masih menjadi pengurus Sjarikat Islam. Namun Kartosoewirjo masih terus mengikuti perkembangan politik Nasional saat itu. Indonesia diawal kemerdekaannya juga tidaklah langsung menjadi Negara yang tanpa masalah, Belanda bahkan masih ingin menguasai kembali Indonesia dengan berbagai cara, termasuk melalui jalur delegasi dan perundingan. Bahkan pada 17 Januari 1948, Indonesia dan Belanda pun menandatangani perjanjian Renville. Adapun isi dari perjanjian Renville ini adalah bahwa Belanda hanya mengakui sebagian Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera sebagai bagian dari wilayah Indonesia dan disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah kekuasaan Belanda. 4 Maka untuk itu pula, pusat pemerintahan pun dipindahkan ke Jawa Tengah dan seluruh Tentara Indonesia harus ditarik kembali ke 4 diakses pada 10 Juli

3 wilayah yang masih menjadi bagian Indonesia saja. Kartosoewirjo melihat ini sebagai bentuk kegagalan pemerintah Indoensia mempertahankan kedaulatannya. Dan kemudian memilih untuk mendeklarasikan sendiri pemerintahannya dengan mendirikan sebuah Negara yang berlandaskan Islam di Indonesia, dan dia melihat perjanjian Renville mengakibatkan bahwa Jawa Barat merupakan wilayah vacuum of power. Maka pada tahun 1949 di Jawa Barat Kartosoewirjo bersama pengikutnya memproklamasikan Darul Islam /Tentara Islam Indonesia dengan Kartosoewirjo sebagai imamnya. Dengan demikian menaik untuk membahas gerakan DI/TII yang dimotori oleh Kartosoewirjo ini sebagai sebuah gerakan politik. Metode Studi ini menggunakan pendekatan sejarah politik. Fokusnya membahas gerakan politik Kartosoewirjo pada tahun Teknik pengumpulan data studi ini menggunakan teknik studi pustaka dan dokumen, analisis data studi ini menggunakan teknik analisis kualitatif. Profil Kartosoewirjo Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, lahir di Cepu pada tanggal 7 Januari Cepu merupakan sebuah kota kecil antara Blora dan Bojonegoro yang menjadi daerah perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Untuk bisa lebih memahami karakter Kartosoewirjo, akan lebih mudah bila kita memahami bagaimana kondisi sosial politik yang terjadi di Indonesia pada waktu itu yang tentu saja kondisi itu akan mempengaruhi perkembangan karakter Kartosoewirjo itu sendiri. Dalam hal ini, saya akan menggunakan pendekatan sejarah alternatif (alternative history) untuk melihat kondisi di Indonesia pada waktu itu. Pada 1901, pemerintahan Belanda yang pada waktu itu menguasai Indonesia, menerapkan kebijakan politik etis di Indonesia. 6 Dan Kartosoewirjo lahir pada saat kebijakan politik etis tersebut sedang dijalankan. Kebijakan politik etis ini mengizinkan anak anak pribumi yang orangtuanya bekerja untuk pemerintahan Belanda berhak untuk mendapatkan pendidikan modern di sekolah sekolah Belanda pada waktu itu. Kedudukan orang tua Kartosoewirjo waktu itu yang merupakan mantri candu di pemerintahan Belanda menyebabkan Kartosoewirjo berhak memasuki sekolah sekolah Belanda. Hal ini tentu saja memberikan perbedaan tersendiri antara Kartosoewirjo dengan anak anak pribumui seusianya pada waktu itu. Dimana banyak anak pribumi yang sejak kecil harus ikut membantu orang tuanya bekerja dan tidak memiliki kesempatan untuk mendapat pendidikan di sekolah modern, Kartosoewirjo dapat dikatakan beruntung dapat mengenyam pendidikan di sekolah sekolah modern pada waktu itu. Dia juga tidak perlu banyak membantu pekerjaan orang tuanya, karena posisi ayahnya sebagai seorang mantri candu untuk pemerintahan Belanda waktu itu tidak memerlukan tenaga yang besar seperti bila bekerja sebagai petani. Hal ini memberi pengaruh kepada Kartosoewirjo ketika dia mulai menyadari bahwa anak anak pribumi lain yang seusianya menjaga jarak dengan Kartosoewirjo hanya karena Karto merupakan anak dari seorang pribumi yang bekerja kepada Belanda. Kartosoewirjo mulai merasakan ada keanehan dengan latar belakang kondisi sosialnya, kenapa ia bisa sekolah sedangkan anak anak lain seusianya tidak bisa mendapatkan kesempatan yang sama, hal tersebut mulai menjadi sebuah keresahan tersendiri pada Kartosoewirjo sampai dia besar nanti. Pada tahun 1901, Belanda menetapkan sistem politik etis (politik balas budi). Penerapan politik etis ini menyebabkan banyak sekolah modern yang dibuka untuk penduduk pribumi. Kartosoewirjo adalah salah seorang anak negeri yang berkesempatan mengenyam pendidikan modern ini. Hal ini disebabkan karena ayahnya memiliki kedudukan yang cukup penting sebagai seorang pribumi saat itu. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo sejak kecil sudah mengenyam pendidikan di 5 Damien Dematra, Kartosoewirjo Pahlawan atau Teroris, Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 2011 hal Al Chaidar, Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo, Jakarta : Darul Farah, 1999 hal.3 28

4 sekolah sekolah Belanda. Dia pun termasuk anak yang pintar di sekolahnya. Namun begitu, lingkungan dia tinggal sangat kental dengan nuansa Islam. Sehingga walaupun mendapat pendidikan di sekolah Belanda, nilai nilai ajaran Islam juga masih melekat kental dalam diri Kartosoewirjo. Pada usia 6 tahun, 1911, Kartosoewirjo mulai masuk sekolah di Inlandsche School der Tweede Klasse. 7 Sekolah kelas dua yang khusus untuk anak anak kaum pribumi. Dia termasuk murid yang pintar di kelas nya dan dapat mengikuti pelajaran pelajaran dengan baik di sekolah. Dia memiliki banyak teman namun tidak teman dekat. Ia pun tumbuh menjadi anak yang ulet dan cerdas. Pada tahun 1917, ayah Kartosoewirjo kemudian melanjutkan sekolah Kartosewirjo ke HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Di sini, Kartosoewirjo segera mendapat teman teman baru yang juga anak anak pribumi dan bekerja untuk pemerintahan Belanda, keturunan ningrat dan juga anak anak peranakan keturunan Belanda. Sama seperti di sekolah sebelumnya, Kartosoewirjo juga merupakan seorang murid yang pintar di kelas, dan menonjol di tiap tiap pelajaran. Pada tahun 1920, ayah Kartosoewirjo mendapat kenaikan pangkat dan dipindah tugaskan ke Bojonegoro. Sehingga keluar- 8 ganya pun dibawa ikut pindah ke Bojonegoro. Hal ini juga memberikan efek langsung kepada sekolah Kartosoewirjo yang juga harus pindah sekolah ke Bojonegoro. Di sana, Kartosoewirjo disekolahkan di Europeesche Lagere School. Ini merupakan salah satu sekolah elite yang menggunakan sistem pendidikan Eropa dan dirancang untuk anak anak kulit putih dan juga anak anak peranakan Indo-Eropa di sana. Di Bojonegoro, Kartosoewirjo mengenal Ustadz Notodihardjo, seorang tokoh Islam modern yang mengikuti alur pemikiran Muhammadiah. Ia menanamkan pemikiran Islam modern ke dalam alam pemikiran Kartosoewirjo. Pemikiran Notodiharjo ini sangat memengaruhi sikap Kartosoewirjo dalam meresponi ajaranajaran Islam. Bersama ustadz Notodihardjo inilah Kartosoewirjo mulai belajar tentang Islam secara mendalam. 7 Damien Dematra, op.cit. hal Ibid, hal. 57 Pada usia 18 tahun, yaitu tahun 1923, Kartosoewirjo berhasil menyelesaikan pendidikannya dari Europeesche Lagere School. Dalam pertimbangan ayah Kartosoewirjo, karena diuntungkan oleh kebijakan politik etis yang sedang diterapkan Belanda, maka tentu anaknya bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan anaknya juga harus mendapat pekerjaan yang layak dan diakui di masyarakat, yaitu antara insinyur atau dokter. Oleh karena itu ayah Kartosoewirjo memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Kartosoewirjo ke Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya. 9 Di NIAS inilah sebenarnya Kartosoewirjo mulai aktif dalam perjuangan melawan Belanda. Dia tinggal di salah satu rumah kos di sekitar wilayah kampusnya. Ketika baru tiba di kos, dia pun kemudian berjalan keluar untuk melihat pemandangan kampus. Sesampainya di kampus, Kartosoewirjo melihat sebuah perkumpulan pemuda yang menamai diri mereka Jong Java. Ia pun bergabung dengan Jong Java dan mulai aktif terlibat dalam kegiatan kegiatan di Jong Java. Sedangkan kuliahnya di NIAS harus menjalani masa kuliah umum selama 3 tahun,barulah di tahun ke-empat mulai memasuki kuliah inti. Selama 3 tahun ini Kartosoewirjo pun aktif mengikuti kegiatan perjuangan pemuda di Surabaya, bersama Jong Java, dia pun aktif melakukan aksi aksi melawan pemerintahan Belanda. Dia juga banyak membaca buku buku dari berbagai bidang ilmu lain selain buku buku kedokteran, dan dia juga dipinjamkan buku buku tentang komunisme oleh pamannya, Marko Kartodikromo, seorang sastrawan dan wartawan yang cukup terkenal pada masa itu. Tentu saja pergerakan Kartosoewirjo diamati oleh pemerintahan Belanda yang tak ingin menyekolahkan seseorang hanya untuk kemudian berani melawan dan mengancam pemerintahan Belanda. Hingga suatu hari kamar kos Kartosoewirjo pun digeledah secara paksa oleh prajurit Belanda dan mereka menemukan buku buku komunis yang dipinjamkan oleh pamannya tadi di kamar Kartosoewirjo. Komunis pada waktu itu merupakan ancaman bagi pihak Belanda, tentu saja mereka tidak suka bila warga pribumi mempelajari 9 Ibid, hal

5 tentang komunisme, oleh karena itu, pada tahun ketiga tepat dimana Kartosoewirjo harus mulai melanjutkan ke perkuliahan inti, saat itu pula ia dikeluarkan dari NIAS oleh pemerintah Belanda dengan alasan terlibat dalam gerakan komunis. Dan sampai saat itu pula riwayat pendidikan formal Kartosoewirjo berakhir. Tapi bukan berarti semangat dan perjuangan Kartosoewirjo pun berakhir juga. Ketika bersekolah di NIAS, Kartosoewirjo mulai aktif dalam pergerakan perjuangan Indonesia. Begitu sampai di Surabaya Kartosoewirjo bergabung dalam gerakan Jong Java. Dalam masa ketika Kartosoewirjo mulai sekolah di NIAS, dia banyak menghabiskan waktu diluar sekolah dengan organisasi pemuda yang dia ikuti, bahkan kuliah yang seharusnya menjadi tujuan utama dia di Surabaya menjadi tidak prioritas lagi bagi Kartosoewirjo. Di organisasinya, ia mulia aktif terlibat dalam diskusi diskusi politik. Ia pun bergabung dengan organisasi Sjarikat Islam dibawah pimpinan Hadji Oemar Said Tjokroaminoto yang merupakan tokoh yang sangat dikagumi oleh Kartosoewirjo. 10 Pemikiran pemikiran Tjokroaminoto inilah yang kemudian banyak mempengaruhi sikap, tindakan dan orientasi dari Kartosoewirjo. Lalu ketika pamannya Marko Kartodikromo, seorang wartawan dan sastrawan meminjamkan buku buku komunis kepada Kartosoewirjo, buku itulah yang menyebabkan Kartosoewirjo akhirnya dikeluarkan dari sekolahnya di Surabaya, namun dikeluarkan dari sekolah tidak membuat Kartosoewirjo gentar dan ragu untuk melanjutkan perjuangannya, dia tetap ingin melawan Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kartosoewirjo pun tetap aktif di gerakan Jong Java, bahkan dia sempat menjadi ketua cabang Jong Java di Surabaya. Lalu kemudian pada tahun 1925, ketika anggota anggota Jong Java yang lebih mengutamakan cita cita keislaman mendirikan Jong Islamieten Bond, Kartosoewirjo pun lalu pindah ke organisasi ini karena memang sikap Kartosoewirjo yang menjadikan agamanya sebagai landasan utama dalam hidupnya dan perjuangannya, bukan pada paham nasionalisme, dan tak lama setelah masuk ke Jong Islamieten Bond, Kartosoewirjo terpilih menjadi ketua cabang Jong Islamieten Bond di Surabaya. 11 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo adalah seorang orator ulung. Melalui Jong Java dan juga Jong Islamieten Bond kemudian Kartosoewirjo terlibat dalam salah satu peristiwa sejarah gerakan pemuda yang menjadi titik balik perjuangan pemuda, Sumpah Pemuda. Kartosoewirjo pun terus aktif di organisasi perjuangan kemerdekaan. Dia juga bergabung dengan Sjarikat Islam, organisasi masa yang kemudian menjadikan dirinya partai politik berbasis Islam, sehingga kemudian dikenal dengan Partai Sjarikat Islam (PSI). Di dalam PSI ini Kartosoewirjo kemudian kenal dengan Oemar Said Tjokroaminoto dan juga Agoes Salim. Mereka adalah tokoh pemimpin di PSI, terlebih Tjokroaminoto, adalah merupakan sosok yang sejak lama dikagumi oleh Kartosoewirjo. Tentu saja sejak bergabung dengan Partai Sjarikat Islam, Kartosoewirjo banyak bertukar fikiran dengan pemimpin PSI mengenai pandangan politik dan juga kesamaan cita cita untuk mendirikan suatu Negara Islam. Hal yang sangat berpengaruh dalam jalan perjuangan Kartosoewirjo adalah ketika dia dikeluarkan dari sekolah NIAS di Surabaya, lalu disusul dengan meninggalnya ayah Kartosoewirjo di Bojonegoro sehingga Kartosoewirjo pun harus pulang ke Bojonegoro dan untuk membantu perekonomian ibunya, diapun mengajar di sekolah rakyat di Bojonegoro. Tak lama setelah itu, Kartosoewirjo diminta langsung oleh Tjokroaminoto untuk menjadi sekretaris Tjokroaminoto, dan Kartosoewirjo pun langsung menerima permintaan itu tanpa ragu. Keakraban secara pribadi terjalin setelah Kartosoewirjo tinggal dirumah Tjokroaminoto dan secara berkelanjutan mendapat transformasi pengalaman politik dari Tjokroaminoto. Kemudian Kartosoewirjo menemani Tjokroaminoto pindah ke Cimahi di dekat Bandung. Tentu saja Kartosoewirjo lalu aktif bergabung dengan organisasi Sjarikat Islam yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. Dan kepribadian Kartosoewirjo yang tegas dan cerdas membuatnya cepat dikenal dikalangan Sjarikat Islam yang saat itu telah menjadi partai politik dan mengganti namanya menjadi PSIHT (Partai Sjarikat Islam Hindia 10 Al Chaidar, op.cit. hal Ibid, hal

6 Timoer). Peningkatan karir Kartosoewirjo dikalangan Partai Sjarikat Islam berkembang dengan pesat. Pada bulan desember di tahun yang sama, 1927 di kongres PSIHT yang dilaksanakan di Pekalongan, Kartosoewirjo terpilih menjadi sekretaris umum PSIHT. Dalam kongres itu juga, diputuskan bahwa pimpinan partai harus dipindahkan ke Batavia. Selain bertugas sebagai sekretaris umum PSIHT, Kartosoewirjo juga bekerja sebagai wartawan di harian Fadjar Asia. Semula ia bertugas sebagai korektor, kemudian diangkat menjadi reporter. S. M. Kartosoewirjo juga bekerja sebagai Pemimpin Redaksi Koran harian Fadjar Asia. Ia membuat tulisantulisan yang berisi penentangan terhadap bangsawan Jawa (termasuk Sultan Solo) yang bekerjasama dengan Belanda. Kariernya kemudian melejit saat ia menjadi sekretaris jenderal Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). PSII merupakan kelanjutan dari Sarekat Islam. Kartosoewirjo kemudian bercitacita untuk mendirikan negara Islam (Daulah Islamiyah). Di PSII ia menemukan jodohnya. Ia menikah dengan Umi Kalsum, anak seorang tokoh PSII di Malangbong. Ia kemudian keluar dari PSII dan mendirikan Komite Pembela Kebenaran Partai Sarekat Islam Indonesia (KPKPSII). Ia mendasarkan segala tindakkan politiknya saat itu berdasarkan pembedahan dan tafsirannya sendiri terhadap Al-Qur an. Prestasi Kartosoewirjo di harian Fadjar Asia juga terus berkembang, di usianya yang masih 22 tahun, Kartosoewirjo telah menjadi redaktur harian Fadjar Asia, dan dia pun aktif menerbitkan artikel artikel yang secara tegas mengkritisi hal hal yang terjadi yang dianggapnya sebagai bentuk perlawanan terhadap para penjajah. 12 Pada usianya yang masih muda, Kartosoewirjo pun lalu menjadi tokoh yang disegani oleh masyarakat, dia masih muda, pernah bersekolah di NIAS, menjadi sekretaris pribadi untuk Tjokroaminoto, lalu menjadi sekretaris PSIHT dan juga redaktur di salah satu harian yang terkemuka pada waktu itu. Mengenai Sjarikat Islam, yang sempat berganti nama menjadi Partai Sjarikat Islam Hindia Timoer, lalu pada 1929 berganti nama lagi menjadi Partai Sjarikat Islam Indonesia dan lebih sering disebut PSII. Karir Kartosoewirjo di PSII terus menanjak, bahkan di kongres 1929, dalam kongres partai, Kartsoewirjo terpilih menjadi wakil ketua di partai tersebut. 13 Dalam organisasi Sjarikat Islam, sampai berubah menjadi Partai Sjarikat Islam Indonesia, tradisi non-kooperasi terhadap kelompok penjajah menjadi satu nilai yang kuat tertanam di Sjarikat Islam ini. Pada saat kongres pertama partai ini dilaksanakan yaitu tahun 1923 dan 1924, Sjarikat Islam banyak mengembangkan konsep konsep berdikari atau swadeshi yang banyak terilhami dari perjuangan Mahatma Gandhi di India. Sehingga memang dari awal berdiri partai ini senantiasa mencoba untuk selalu tidak terikat dan tidak bergantung pada kaum kolonial. Secara praktis maka tentu partai Sjarikat Islam Indonesia ini akan menolak bentuk bentuk kerjasama dengan kelompok penjajah dan tentu juga menolak semua pengaruh kolonial terhadap partai ini. Namun seiring berjalan waktu dan siasat licik Belanda dalam memecah belah lawannya, lambat laun memberikan pengaruh kepada Partai Sjarikat Islam. Terdapat pertentangan di dalam tubuh PSII, yaitu antara Dewan Eksekutif di bawah pimpinan Abikoesno Tjokrosoejoso yang tetap memperjuangkan politik non-kooperasi dimana dia tidak mau bekerja sama dengan kelompok kolonial. Dan pihak Dewan Partai dibawah pimpinan Agoes Salim yang cenderung pada sikap untuk bekerja sama dengan kekuasaan kolonial. Dalam pandangan Agoes Salim, seandainya politik non-kooperasi tetap diteruskan, akan ada kerugian forum politik yang akan mempercepat keruntuhan partai dan dia mendesak agar diadakan suatu referendum tentang masalah ini. Pertentangan ini cukup membawa pengaruh terhadap internal Partai Sjarikat Islam Indonesia, pihak Agoes Salim pun mengangkat isu bahwa haluan politik non-kooperatif yang dijalankan oleh Abikoesno merupakan kebijakan yang hanya mementingkan kepentingan partai dan tidak memperdulikan kepentingan rakyat. Hingga pada akhir tahun 1935, sebelum kongres partai dilaksanakan, Abikoesno melepaskan jabatannya dan langkah ini kemudian diikuti oleh Kartosoewirjo juga. Namun pada kongres partai ke-22 di tahun 1936, Abikoesno malah terpilih menjadi ketua partai, 12 Ibid, hal Ibid, hal

7 dan dengan peraturan baru bahwa kongres hanya menetapkan ketua saja, maka Abikoesno pun mutlak menjadi formateur dalam partai itu dan Abikoesno langsung memilih Kartosoewirjo sebagai wakilnya. Dan pada Januari 1937, Agoes Salim, Moehammad Roem, Sabirin, Sangadji, Muclish dan 23 anggota fraksi Agoes Salim dikeluarkan dari keanggotaan PSII karena pertentangan politik non-kooperasi. Dan ini semakin memicu perpecahan di kubu partai, karena Salim lalu membentuk partai Islam yang baru yang diberi nama Pergerakan Penjadar. Setelah itu, Abikoesno lalu membuat pernyataan bahwa kongres PSII tahun 1936 telah menyetujui bentuk politik non-kooperasi dan melakukan politik hidjrah yang menentang secara tegas untuk menerima kerja sama dengan kolonialisme dan menuntut penghapusan kolonialisme itu sendiri. Dan untuk penjelasan mengenai langkah politik hidjrah ini kemudian dijelaskan oleh Kartosoewirjo melalui dua jilid brosur partai yang ditulisnya. Melanjuti kebijakan politik hidjrah yang menolak untuk melakukan kerja sama dengan kolonialisme, maka pada tahun 1937 di kongres partai ke- 23, dibawah pimpinan Kartosoewirjo dibentuk suatu komisi yang harus menyusun program aksi hidjrah PSII. Kartosoewirjo lalu berhasil merumuskan program aksi tersebut dan program tersebut disepakati pada tahun 1938 di kongres partai selanjutnya. 14 Dalam program tersebut, Kartosoewirjo juga menyebutkan bahwa PSII harus memiliki lembaga pendidikan sendiri, dan dia mengusulkan didirikannya sekolah Soeffah PSSI, lembaga pendidikan ini kemudian secara resmi dibuka pada tahun 1939 di Malangbong di bawah pimpinan Kartosoewirjo sendiri. 15 Tampak jelas bahwa selama berada di Sjarikat Islam, Kartosoewirjo tetap teguh pendirian dalam upaya menciptakan kondisi kemerdekaan yang dibangun atas nilai nilai Islam, dan Kartosoewirjo secara tegas melalui partai Sjarikat Islam Indonesia menolak dengan tegas segala bentuk kerjasama dengan pihak Belanda dan segala bentuk bentuk kolonialisme. Dan Kartosoewirjo sebagai bentuk perjuangannya daripada bekerja sama dengan pemerintah Belanda, dia lebih baik mendirikan lembaga pendidikan sendiri dan 14 Ibid, hal Ibid, hal. 47 mendidik kaum muda untuk masa depan yang lebih baik tanpa menerima bantuan dari kaum penjajah. Akan tetapi sangat disayangkan, karena program yang disusun tersebut tidak dapat dilaksanakan seperti seharusnya, karena situasi yang terjadi di internal partai mengalami perubahan haluan politik. Pada tahun 1939, sebagai pimpinan partai, Abikoesno mengajak Kartosoewirjo untuk memutar haluan partai dengan bergabung ke GAPI (Gabungan Politik Islam) dalam mengatasi tekanan politik pemerintah kolonial yang makin mendesak. Namun Kartosoewirjo dengan tegas menolak ajakan ini dan tetap konsisten dalam konsep politik hidjrah yang dijalankannya yaitu dengan menolak semua bentuk kompromi dan kerja sama dengan kolonialisme. Sehingga perdebatan yang sengit antara Abikoesno dan Kartosoewirjo pun tak terhindarkan. Dalam pemikiran Kartoseowirjo, tuntutan GAPI adalah dibentuknya suatu parlemen Indonesia, dan itu merupakan bentuk kompromi dan kooperasi juga yang bertentangan dengan prinsip politik hidjrah yang menentang kompromi dengan kolonialisme, hanya saja dengan corak yang berbeda. Hal ini mengakibatkan Kartosoewirjo dan teman teman yang mendukungnya akhirnya dikeluarkan dari Partai Sjarikat Islam Indonesia. 16 Namun tentu saja kepribadian dan karakter Kartosoewirjo yang tegas membuatnya tidak mundur dan menyerah dari perjuangannya dan tetap melaksanakan politik hidjrah dan juga pendidikan kader. Begitu Kartosoewirjo dikeluarkan dari PSII, ia dan beberapa temannya lalu mendirikan partai independen yang diberi nama KPK PSII (Komisi Pembela Kebenaran Partai Sjarikat Islam Indonesia). Dalam pemikiran Kartosoewirjo, organisasi yang tengah dirintisnya inilah merupakan bentuk sebenarnya dari Sjarikat Islam sebenarnya. Melalui KPK PSII Kartosoewirjo lalu kemudian melanjutkan perjuangan politik hidjrahnya. Secara sederhana hidjrah artinya adalah pindah. Kartosoewirjo melihat dalam sistem sosial politik yang sedang terjadi dimana Indonesia sedang dijajah Belanda, apapun kerjasama yang dilakukan oleh Belanda hanyalah bentuk untuk mematikan perjuangan kemerdekaan bangsa dan memecah belah kesatuan kekuatan bangsa Indonesia, namun tekanan 16 Ibid, hal

8 untuk ikut dalam sistem itu juga cukup besar dirasakan oleh para kaum pejaung bangsa hingga akhirnya ikut melakukan kompromi dan bekerja sama dengan Belanda merupakan langkah yang harus diambil. Namun dalam pandangan Kartoseowirjo, yang kita tahu bersama bahwa pola pikirnya sangat Islam-minded, tentu saja berkompromi menjadi hal yang tidak perlu dilakukan karena tidak akan mungkin menguntungkan bangsa Indonesia. Namun Kartosoewirjo sadar betul bahwa melawan secara fisik adalah tindakan konyol yang tidak akan berhasil. Maka cara yang paling ideal adalah hidjrah, pindah. Pindah dalam segi pemikiran bahwa tidak perlu melakukan kompromi dan kerja sama dengan koloni adalah harga mutlak karena hanya akan menimbulkan ketergantungan pada kaum penjajah, dan pendidikan yang selama ini didapat dari sekolah Belanda kepada anak anak tertentu saja, haruslah bisa secara adil dan merata kepada semua anak. Begitulah politik hidjrah yang dicanangkan oleh Kartoseowirjo, bahwa bangsa Indonesia tidak perlu pindah ke wilayah lain, namun hanya sekedar pindah dari watak, tabiat dan pola pikir masing masing individu, dan untuk itu mutlak diperlukan lembaga pendidikan. Namun begitu Kartosoewirjo dikeluarkan dari PSII, maka semua konsep yang dia buat tentang politk hidjrah ditinggalkan begitu saja, bahkan sekolah Soeffah yang di Malangbong juga ditutup. Namun melalui KPK PSII yang didirikan oleh Kartosoewirjo, pada tahun 1940 akhirnya didirikan kembali lembaga pendidikan, di Malangbong juga, dengan nama lembaga pendidikan kader Suffah. Lembaga pendidikan ini didirikan dengan konsep sebuah pesantren tradisional, dimana para siswanya juga tinggal disitu. Kartosoewirjo mengajarkan Bahasa Belanda, Astrologi dan Ilmu Tauhid kepada para siswa, selain ilmu pengetahuan umum, ilmu agama Islam, di pesantren ini juga diajarkan tentang politik agar para siswanya sadar tentang kondisi yang terjadi dan mengetahui bahwa mereka sedang tidak merdeka dan tidak bebas. Pada akhirnya nanti, lembaga pendidikan Suffah inilah yang akan menjadi basis kekuatan perjuangan Kartosoewirjo nantinya dalam menegakkan Darul Islam. DI/TII Sebagai Sebuah Gerakan Politik Darul Islam dalam kerangka berfikir Kartosoewirjo adalah sebuah bentuk masyarakat yang tertib dan berlandaskan pada ajaran Islam. Kartosoewirjo dalam mewujudkan cita citanya sangatlah keras dan teguh. Banyak upaya yang dilakukan oleh Kartosoewirjo dalam menegakkan Darul Islam ini. Bahkan pada akhirnya, Kartosoewirjo mengambil garis keras dengan mendirikan juga Tentara Islam Indonesia yang dididik di sekolah yang didirikan oleh Kartosoewirjo, yaitu sekolah Suffah. Gerakan politik yang dimaksud disini bukanlah mengarah pada partai politik dan juga gerakan memenangkan sebuah pemilihan umum, tapi lebih kepada gerakan politik yang berawal dari sebuah keyakinan terhadap ideologi atau nilai nilai dan berdasar pada kesamaan itu berusaha untuk menjadikan nilai atau ideologi tersebut menjadi kebenaran yang diakui oleh semua orang, dalam hal ini hukum Islam. Ada beberapa hal yang bisa mengindikasi gerakan DI/TII yang didirikan Kartosoewirjo ini adalah merupakan sebuah gerakan politik Pertama, didirikannya gerakan DI/TII sebagai bentuk kekecewaan terhadap kepemimpinan Soekarno. Jelas dapat kita lihat, bahwa tujuan dari Kartosoewirjo adalah ingin menjadikan ajaran Islam sebagai landasan Negara, dan menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam. Namun, permasalahan yang dihadapi oleh Kartosoewirjo tidaklah mudah dalam mencapai tujuan tersebut. Harus diakui bahwa memang Indonesia tidaklah semuanya merupakan umat Islam dan pemerintahan yang sah pun telah dibentuk dengan Soekarno sebagai presidennya. Menyadari kondisinya, Kartosoewirjo tidak langsung melakukan gerakan perlawanan, namun ia pulang ke Malang dan kembali mengajar di lembaga pendidikan suffah yang dikelolanya bersama beberapa sahabatnya. Di lain pihak, Belanda kembali berusaha menduduki Indonesia. Tidak dengan cara kekerasan melainkan dengan cara diplomasi. Berbagai macam perundingan pun dilakukan, antara lain yang paling berpengaruh adalah perjanjian Linggarjati dan juga perjanjian 33

9 Renville, wakil Indonesia dalam dua perjanjian ini adalah Perdana Menteri Indonesia, yaitu untuk perjanjian Linggarjati Indonesia diwakili oleh Sjahrir dan pada perjanjian Renville Indonesia diwakili oleh Amir Syarifudin. Kedua perjanjian itupun kemudian disepakati dengan hanya memberikan kerugian kepada bangsa Indonesia. Perjanjian Linggarjati menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara bagian dibawah kekuasaan Belanda dan Belanda hanya mengakui beberapa saja dari wilayah Indonesia. Antara lain Sumatera, Jawa dan Madura. Pada perjanjian Renville, juga demikian. Belanda mengakui garis demarkasi wilayah Indonesia, yaitu hanya sebagian kecil wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan delapan keresidenan disekitar. Diluar dari itu tidak diakui Belanda sebagai wilayah Indonesia. Kartosoewirjo sangat kecewa dengan pemerintahan Soekarno, Kartosoewirjo lalu akhirnya menjadikan ini sebagai momen untuk mewujudkan cita citanya. Ketika perjanjian Renville disepakati, pemerintahan Indonesia harus pindah dari Jakarta, dan dibawa ke Jogjakarta. Setelah pusat pemerintahan dipindah ke Jogjakarta, Tentara Nasional Indonesia juga ditarik mundur ke Jogjakarta. Kartosoewirjo yang berada di Jawa Barat, menyadari bahwa Jawa Barat waktu itu bukanlah lagi merupakan bagian dari Indonesia, dan masih merupakan wilayah jajahan Belanda akibat dari perjanjian Renville. Keadaan ini pun lalu dijadikan sebagai waktu yang tepat untuk Kartosoewirjo mendeklarasikan Darul Islam yang selama ini telah menjadi cita citanya. Kartosoewirjo lalu mengumpulkan teman temannya yang sependapat dengan dia dan juga murid muridnya di sekolah suffah. Yang dijadikan motif oleh Kartosoewrijo dihadapan teman temannya bukanlah semata mata tentang Darul Islam, melainkan kekecewaan terhadap pemerintahan Soekarno yang menyebabkan Indonesia terus kehilangan wilayahnya dan juga sepak terjang Belanda yang masih terus ingin menguasai kembali Indonesia. Oleh karena itu, Kartosoewirjo mengajak teman temannya untuk mendirikan Darul Islam, dengan tujuan untuk menciptakan Negara yang berlandaskan oleh ajaran Islam. Dan juga untuk melawan Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia, Kartosoewirjo juga mendirikan Tentara Islam Indonesia, yang merupakan kader kader di sekolah suffah yang pada masa pemerintahan Jepang diajarkan keterampilan militer. Berdasarkan teori pilihan rasional, dikatakan setiap individu memiliki daya nalar yang tinggi. Dalam artian tidak serta merta selalu berada dibawah tekanan struktur sosial. Menurut Coleman, salah seorang teoritis pilihan rasional, bahwa setiap tindakan sosial seseorang bertujuan untuk mencapai hasil yang diinginkannya secara individual, hal inilah yang akhirnya membentuk nilai dan juga preferensi dari si aktor. 17 Pilihan rasional sebagai model penjelasan dari tindakan-tindakan manusia dimaksudkan untuk memberikan analisa formal dari pengambilan keputusan rasional berdasarkan sejumlah kepercayaan dan tujuan. Dalam hal ini yang melatarbelakangi Kartosoewirjo mendirikan gerakan DI/TII ini adalah bentuk kekecawaan terhadap pemerintahan Soekarno yang dianggap gagal mempertahankan kedaulatan Indonesia karena malah kembali masuk dalam cengkraman pemerintah Belanda. Hal ini yang membuat kemudian Kartosoewirjo mendirikan DI/TII. Kedua, adanya mobilisasi sumber daya yang dilakukan dalam gerakan DI/TII. Dalam konteks gerakan politik tentu saja diperlukan sumber daya sumber daya yang merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam proses pelaksanaan gerakan tersebut dan juga hasil yang akan dicapai dari proses tersebut. Teori mobilisasi sumber daya lebih menekankan pada permasalahan teknis, bukan pada sebab mengapa gerakan itu muncul. Para penganut teori mobilisasi sumber daya ini memandang bahwa kepemimpinan, organisasi dan teknik sebagai faktor yang menentukan sukses tidaknya sebuah gerakan. Berdasarkan itu, analisis terhadap konsep dan bentuk kepemimpinan yang diterapkan oleh Kartosoewirjo dalam mengatur organisasinya /membahas-teori-pertukaran-teori-jaringanserta-teori-pilihan-rasional diakses pada 3 September

10 demi menjalankan gerakan politiknya dan teknis teknis yang diterapkan oleh Kartosoewirjo dalam mengarahkan massanya untuk mewujudkan Darul Islam merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan tolak ukur apakah gerakan yang dilakukan oleh Kartosoewirjo secara empiris adalah merupakan gerakan politik. Dalam teori gerakan mobilisasi sumber daya ini pula, dikatakan bahwa gerakan sosial muncul karena tersedianya faktor faktor pendukungnya, seperti adanya sumber sumber pendukung, tersedianya kelompok koalisi dan adanya dukungan dana, adanya tekanan dan upaya pengorganisasian yang efektif serta sumber daya yang penting berupa ideologi. 18 Pada 24 Maret 1940, ketika masih menjabat sebagai pengurus Sjarikat Islam, Kartosoewirjo mendirikan Institut Suffah. Nama itu diambil dari bahasa Arab, suffah, yang berarti "menyucikan diri". Menempati area perbukitan sekitar empat hektare milik Ardiwisastra, lembaga pendidikan ini berada di sekitar jalan raya Malangbong-Blubur Limbangan. Tempatnya terpencil dari keramaian kota, di tengah-tengah kebun kelapa, dan masuk beberapa meter dari jalan raya. Lembaga itu mirip pesantren. Siswanya menetap di sana. Selain mendapat pengajaran ilmu pengetahuan umum dan pendidikan agama, para siswa dididik ilmu politik. Kartosoewirjo sendiri mengajar bahasa Belanda, ilmu falak (astronomi), dan ilmu tauhid kepada siswanya yang berasal dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam masa pendudukan Jepang, fokus pendidikan di Lembaga Suffah ini adalah pendidikan kemiliteran, karena saat itu Jepang getol memberi pelatihan militer. Siswa yang dilatih kemiliteran di Suffah lalu menjadi laskar Islam, Hizbullah dan Sabilillah, yang kelak menjadi inti Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat. Pada 1949, di saat Kartosoewirjo ingin memproklamasikan DI/TII, Jawa Barat sedang berada dalam kekuasaan Belanda, aki- 18 Mansoer Fakih, Tiada Transformasi tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme Kaum Terpinggir : Studi Tentang Ideologi, Isu, Strategi dan Dampak Gerakan, (Yogyakarta: Insist Press. 2002), hal. xxvii. bat dari perjanjian Renville, sedangkan Tentara Nasional Indonesia pada waktu itu juga ditarik mundur dari wilayah Jawa Barat menuju Jogjakarta. Otomatis ketika Kartosoewirjo memproklamasikan DI/TII di Malangbong Jawa Barat waktu itu, maka Kartosoewirjo harus berhadapan dengan pasukan tentara Belanda yang saat itu sedang gencar gencar nya untuk kembali menguasai Indonesia. Pendidikan agama dan politik yang diajarkan oleh Kartosoewirjo di lembaga suffah itu ternyata cukup efektif membangun semangat dan kerangka pola fikir dari semua muridnya. Hal ini dapat dilihat dari Tentara Islam Indonesia sangat yakin dan antusias dalam menghadapi pasukan Belanda dan sediktipun tidak gentar. Juga pendidikan militer yang diajarkan pada saat masa pemerintahan Jepang. Pasukan Hizbullah dan juga Sabilillah yang dilahirkan dari lembaga pendidikan Suffah ini bahkan mampu beberapa kali memukul mundur pasukan Belanda dan menguasai hampir seluruh Jawa Barat. Dalam konteks gerakan Darul Islam yang dilakukan oleh Kartosoewirjo, tentu saja target yang ingin dicapai adalah perubahan sistem politik Indonesia yang menganut ideologi Pancasila menuju Negara yang berideologi Islam. Tentu saja dalam hal ini, massa merupakan hal yang juga menjadi sumber daya yang penting. Lembaga pendidikan suffah merupakan salah satu sumber dari basis massa yang digunakan oleh Kartosoewirjo dalam menjalankan DI/TII. Bahkan lembaga ini memberikan kontribusi yang besar dalam membentuk Tentara Islam Indonesia yang tangguh dan gerilya. Dan Kartosoewirjo mampu memobilisasi massa di Lembaga Suffah itu menjadi basis massa yang bisa diandalkan dalam mencapai cita citanya. Ketiga, gerakan DI/TII berhasil menimbulkan ketegangan politik dengan pemerintahan Indonesia. Kartosoewirjo menggalang gerakan DI/TII untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berlandaskan islam. Tentu pertempuran dengan pasukan Belanda tidak dapat dielakkan. Bahkan setelah akhirnya Belanda berhasil diusir dari Indonesia, ketegangan tidak berhenti. Kartosoewirjo dan DI/TII dianggap sebagai pemberontak oleh 35

11 pemerintah Indonesia dan harus segera ditangkap. Ketegangan ini tidak bisa diredam begitu saja karena yang dituntut oleh Kartosoewirjo adalah ingin mengganti dasar Negara dari Pancasila menjadi ajaran Islam, dari Negara yang nasionalis ingin dirubah menjadi Negara Islam. Soekarno pun yang melihat ancaman yang ditimbulkan oleh DI/TII dan Kartosoewirjo akhirnya mengeluarkan perintah kepada Tentara Nasional Indonesia untuk menangkap Kartosoewirjo. Penutup Darul Islam / Tentara Islam Indonesia yang dibentuk oleh Kartosoewirjo pada 1949 merupakan sebuah bentuk gerakan politik. Terdapat tiga hal penting yang mengindikasi DI/TII sebagai sebuah gerakan politik. Indikasi tersebut antara lain didirikannya gerakan DI/TII sebagai bentuk kekecewaan terhadap kepemimpinan Soekarno. Selain itu mobilisasi sumber daya yang dilakukan dalam gerakan DI/TII. Kemudian gerakan DI/TII berhasil menimbulkan ketegangan politik dengan pemerintahan Indonesia. Daftar Pustaka Dematra, Damien Kartosoewirjo Pahlawan atau Teroris, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Al Chaidar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo. Jakarta. Darul Farah. Fakih, Mansoer Tiada Transformasi tanpa Gerakan Sosial, dalam Zubir, Zaiyardam. Radikalisme Kaum Terpinggir : Studi Tentang Ideologi, Isu, Strategi dan Dampak Gerakan, Yogyakarta: Insist Press. diakses pada 10 Juli diakses pada 28 Juli diakses pada 28 Juli membahas-teori-pertukaran-teorijaringan-serta-teori-pilihan-rasional diakses pada 3 September

BAB II PROFIL S.M. KARTOSOEWIRJO

BAB II PROFIL S.M. KARTOSOEWIRJO BAB II PROFIL S.M. KARTOSOEWIRJO Pada bab ini, akan dipaparkan profil tentang Kartosoewirjo. Kita tentu perlu tahu bagaimana latar belakang Kartosoewirjo mulai dari keluarga, lingkungan, pendidikan dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang menjadi kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan BAB V KESIMPULAN Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan suatu bukti perwujudan dari tekad dan kehendak Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi Islam merupakan sebuah ideologi yang melahirkan aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting?

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting? Oleh : Suswanta 4 Alasan Mengapa Buku ini Penting? 1. Merupakan pengembangan dari skripsi beliau : Perkembangan PSII Sebelum Fusi Parpol : Analisis Konflik Kepemimpinan 1971-1973 2. Satu-satunya buku yang

Lebih terperinci

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN Kepartaian yang terjadi di Indonesia, sudah mulai tumbuh dan berkembang sejak masa kolonial Belanda, untuk hal yang menarik untuk disimak dalam buku ini, dimulai

Lebih terperinci

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME NASIONALISME Nasionalisme diartikan sebagai perangkat nilai atau sistem legitimasi baru yang mendasari berdirinya sebuah negara baru Dekolonisasi diartikan sebagai proses menurunnya kekuasaan negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang perjalanan sejarah RI pernah meletus suatu perlawanan rakyat terhadap pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan Pemerintah Hindia-Belanda , karena adanya penderitaan

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan Pemerintah Hindia-Belanda , karena adanya penderitaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbentuknya pergerakan nasional kepada masyarakat merupakan suatu hal penting bagi kehidupan di Sumatera Timur khususnya di kota Medan. Hal ini berkaitan dengan penderitaan

Lebih terperinci

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Oleh: Didin Saripudin Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Konsep IPS-Sejarah dalam Memaknai Zaman Pergerakan Nasional di Indonesia

Lebih terperinci

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI S.M. KARTOSUWIRJO. Islam, harus dipahami bagaimana lingkungan sosial-budaya dan masyarakat tempat ia

BAB II BIOGRAFI S.M. KARTOSUWIRJO. Islam, harus dipahami bagaimana lingkungan sosial-budaya dan masyarakat tempat ia BAB II BIOGRAFI S.M. KARTOSUWIRJO A. Biografi S.M. Kartosuwirjo Untuk memahami pemikiran Kartosuwirjo sebagai seorang tokoh gerakan Islam, harus dipahami bagaimana lingkungan sosial-budaya dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah 1 BAB I PNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Indikator Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang Dampak Kebijakan Imperialisme Jepang di Indonesia Uji Kompetensi 2. Kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan politik adalah gerakan sosial kemasyarakatan di bidang politik. Gerakan politik bisa saja berfokus pada satu masalah atau dari serangkaian isu permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita

BAB V KESIMPULAN. beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita 102 BAB V KESIMPULAN Periode Revolusi merupakan masa-masa yang sulit bagi Banten untuk beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita untuk menjadikan Banten yang diperintah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau keluarga Islam, yaitu dunia atau wilayah Islam. Adapun yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. atau keluarga Islam, yaitu dunia atau wilayah Islam. Adapun yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Darul Islam (bahasa Arab dar al Islam) secara harfiyah berarti rumah atau keluarga Islam, yaitu dunia atau wilayah Islam. Adapun yang dimaksud adalah negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah sekian lama berada dalam belenggu penjajahan, tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi

Lebih terperinci

ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL

ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL Faktor ekstern dan intern lahirnya nasionalisme Indonesia. Faktor ekstern: Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905 yang menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta oleh Ir.Soekarno dan Drs.Muhammad Hatta, seluruh tanah air pun menggegap gempita

Lebih terperinci

BAB 6: SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL

BAB 6: SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL www.bimbinganalumniui.com 1. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904 1905 membuktikan bahwa Jepang sanggup menyamai bahkan melebihi salah satu negara Barat. Kemenangan Jepang tahun 1905 menyadarkan

Lebih terperinci

Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta. ( Suatu Studi Perbandingan Mengenai Konsep Nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta )

Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta. ( Suatu Studi Perbandingan Mengenai Konsep Nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta ) Nasionalisme Sukarno dan Nasionalisme Hatta ( Suatu Studi Perbandingan Mengenai Konsep Nasionalisme menurut Sukarno dan Hatta ) A. Latar Belakang 1. Identifikasi Permasalahan Sukarno dan Hatta adalah dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh

BAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya kaum buruh 1 selalu menuntut hak hak normatifnya berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh perempuan, hak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa Bandung pada periode revolusi fisik tahun 1945-1948 merupakan waktu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah. Nama kelompok : Achmad Rafli Achmad Tegar Alfian Pratama Lulu Fajar F Nurul Vita C Kelas : XII TP2 1. Perhatikan penyataan-pernyataan berikut. 1. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer *PRRI/Permesta Pemberontakan Ideologi PKI tahun 1948 PKI tahun 1965 Pemberontakan PRRI/Permesta Tokoh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Gambar 5.8 merupakan salah satu bentuk upaya mewariskan nilai- nilai perjuangan di suatu daerah kepada generasi yang tidak mengalami perjuangan

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma 10 II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Peranan Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

Lebih terperinci

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Anggota kelompok 3: 1. Ananda Thalia 2. Budiman Akbar 3. Farrel Affieto 4. Hidayati Nur Trianti Strategi Perlawanan

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mudah untuk dicapai. Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mudah untuk dicapai. Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang saat ini dinikmati oleh bangsa Indonesia bukanlah usaha mudah untuk dicapai. Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan yang tidak hanya

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1900 yang diawali dengan munculnya sekelompok mahasiswa yang membentuk perkumpulan

Lebih terperinci

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh Aprilia Nur Hasanah NIM 070210302089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BIOGRAFI MR. ASAAT DATUK MUDO

BIOGRAFI MR. ASAAT DATUK MUDO BIOGRAFI MR. ASAAT DATUK MUDO Mr. Asaat Datuk Mudo adalah putra Minangkabau Sumatera Barat yang lahir di Dusun Pincuran Landai, Kenagarian Kubangputih, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam pada 18 September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. tertentu. DalamKamus Besar Bahasa Indonesia, usaha

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. tertentu. DalamKamus Besar Bahasa Indonesia, usaha BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. DalamKamus Besar Bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI KEMASYARAKATAN GERAKAN PEMUDA DAN RAKYAT INDONESIA (GPRI) Pemuda adalah salah satu elemen bangsa yang mempunyai peran dan tanggung jawab terhadap arah bangsa demi mewujudkan keadilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, persepektif sejarah selalu menampilkan ruang dan waktu, setiap peristiwa selalu menampilkan tiga unsur yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi BAB IV PENUTUP 4.1.Kesimpulan Menjadi pemain baru dalam pemilu di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Semua hal mulai dari syarat untuk menjadi partai, syarat lolos verifikasi untuk menjadi peserta pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

KISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS

KISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS 2.1. Menganalisis Kolonialisme dan Imperialisme Perkembangan Pengaruh Barat di Barat dan Perubahan Merkantilisme dan Ekonomi, dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di pada masa Kolonial Demografi, Kapitalisme

Lebih terperinci

Siapa pendiri SDI??? Tirto Adisuryo pernah mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor 1909 Tirto mendapat dukungan dari keluarga Badjanet

Siapa pendiri SDI??? Tirto Adisuryo pernah mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor 1909 Tirto mendapat dukungan dari keluarga Badjanet Sarekat Islam Siapa pendiri SDI??? Tirto Adisuryo pernah mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor 1909 Tirto mendapat dukungan dari keluarga Badjanet (keturunan arab) Tujuan SDI Bogor adalah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Bahwa PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis yang berasaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. 115 maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 tidak hanya memberi keuntungan-keuntungan ekonomi

Lebih terperinci

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1 SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1 FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABUS Fakultas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Organisasi ekstra universitas merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini yang penting adanya. Karena pada masa ini meliputi berdirinya organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa adalah kelompok sosial masyarakat yang mempunyai kapasitas intelektual untuk memahami kondisi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA PEMBUKAAN Bahwa Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 telah memberikan arah dan landasan perjuangan bagi bangsa Indonesia, yang selanjutnya pada pasal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUBARAN NEGARA MADURA TAHUN A. Perjuangan Rakyat Madura Menentang Pembentukan Negara Madura

BAB IV PEMBUBARAN NEGARA MADURA TAHUN A. Perjuangan Rakyat Madura Menentang Pembentukan Negara Madura BAB IV PEMBUBARAN NEGARA MADURA TAHUN 1950 A. Perjuangan Rakyat Madura Menentang Pembentukan Negara Madura Semangat rakyat Madura untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia terlihat ketika disiarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Analisis Masalah PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). Partai Komunis Indonesia merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia

Lebih terperinci