GAMBARAN TIPE-TIPE KONFLIK INTRAPERSONAL WARIA YANG PERNAH MENIKAH BERDASARKAN GANGGUAN IDENTITAS GENDER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN TIPE-TIPE KONFLIK INTRAPERSONAL WARIA YANG PERNAH MENIKAH BERDASARKAN GANGGUAN IDENTITAS GENDER"

Transkripsi

1 Fakultas Psikologi GAMBARAN TIPE-TIPE KONFLIK INTRAPERSONAL WARIA YANG PERNAH MENIKAH BERDASARKAN GANGGUAN IDENTITAS GENDER Aulia 1 Noverina Sastrealti 2 Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran tipe-tipe konflik intrapersonal waria yang pernah menikah yang berdasarkan gangguan identitas gender. Pendekatan dalam penelitian ini mengunakan pendekatan fenomenologi dengan teknik analisis tematik yang bertujuan untuk melihat tipe-tipe konflik intrapersonal pada waria yang pernah menikah berdasarkan gangguan identitas gender dari pembagian tipetipe konflik intrapersonal teori Lapangan Kurt Lewin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua responden mengalami konflik intrapersonal yang berkaitan dengan identitas gender dan status mereka yang pernah menikah. Tipe-tipe konflik yang dialami terjadi dalam wilayah kehidupan yang berbeda-beda seperti wilayah fisiologis, wilayah cinta kasih dan rasa memiliki, serta wilayah aktualisasi diri. Tipe-tipe konflik yang dialami subjek penelitian mencakup konflik mendekat-mendekat, konflik menjauh-menjauh, konflik mendekat-menjauh, dan konflik mendekat-menjauh lebih dari satu. Kata Kunci : Konflik intrapersonal, Gangguan Identitas Gender, Waria. Salah satu fungsi utama kelompok teman sebaya menurut Santrock (2003) adalah untuk menyediakan berbagai informasi dunia d iluar keluarga. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Remaja belajar tentang apakah apa yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan remaja lain. Peran teman sebaya mempunyai arti yang sangat besar bagi remaja karena remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan bergabung dengan teman sebayanya. Remaja cenderung tidak ingin berbeda dengan temanteman atau kelompoknya sehingga remaja akan bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompoknya. Remaja yang menjadi anggota kelompok ini akan cenderung melakukan konformitas agar sesuai dengan norma yang ada didalam kelompoknya. Menurut Santrock (2003), konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Sedangkan dalam Baron dan Byrne (2003), mengatakan konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Biasanya remaja yang cenderung konform terhadap kelompok sebayanya akan berperilaku sesuai dengan yang menjadi standar yang ada dalam kelompok sebayanya. Menurut Santrock (2003), Konformitas terhadap tekanan kelompok sebaya dapat menjadi positif yang melibatkan aktivitas sosial yang baik dan merupakan keinginan untuk terlibat dalam dunia teman sebaya, misalnya berpakaian seperti teman-temannya dan ingin menghabiskan waktu dengan anggota perkumpulan. Namun demikian, konformitas menurut Santrock (2003), tidak selalu membawa pengaruh yang positif, remaja menggunakan bahasa yang asal-asalan, mencuri, coret mencoret, dan mempermainkan orang tua dan guru merupakan akibat dari konformitas yang negatif. Belakangan ini, media masa sering memuat tentang kasus-kasus pelanggaran dan kekerasan yang terjadi dikalangan remaja. Aksi-aksi kekerasan dapat terjadi di mana saja, seperti di jalan-jalan, di sekolah, bahkan di kompleks-kompleks perumahan. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal seperti mencaci maki maupun kekerasan fisik seperti, memukul, meninju dan sebagainya ( 18 April 2008). Pada Penulis 1 adalah staf pengajar Fakultas Psikologi dan penulis 2 adalah alumni Fakultas Psikologi 1

2 kalangan remaja aksi kekerasan ini biasa dikenal sebagai tawuran pelajar, di kota padang saja selama bulan Maret 2008 telah terjadi empat kali kasus perkelahian pelajar ( 18 April 2008). Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku agresif dari seorang individu atau kelompok ( 18 April 2008). Menurut Sears, dkk ( 2006), mendefenisikan agresi sebagai tindakan yang melukai orang lain dan dimaksudkan untuk itu. Faktor penentu perilaku agresif yang utama adalah rasa marah dan proses belajar masa lampau. Proses belajar ini bisa melalui langsung terhadap respon agresif atau melalu imitasi. Konformitas Konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan mempengaruhi aspekaspek kehidupan remaja. Menurut Santrock (2003), konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Baron dan Byrne (2003) mengungkapkan bahwa konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Tekanan untuk melakukan konformitas berakar dari kenyataan bahwa di berbagai konteks ada aturan-aturan eksplisit ataupun yang tak terucap yang mengindikasikan bagaimana kita seharusnya atau sebaiknya bertingkah laku. Aturan-aturan ini dikenal sebagai norma sosial Fakultas Psikologi dan aturan-aturan ini seringkali menimbulkan efek yang kuat pada tingkah laku. Menurut Chaplin (2002), conformity (konformitas) adalah kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Lebih lanjut, konformitas merupakan ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai diri. Menurut Baron dan Byrne (2003) ada 3 faktor yang mempengaruhi konformitas, yaitu: 1. Kohesivitas dan Konformitas Kohesivitas dapat didefinisikan sebagai derajat ketertarikan yang dirasakan oleh individu terhadap suatu kelompok yang berpengaruh. Ketika Kohesivitas tinggi, ketika individu suka dan mengagumi suatu kelompok orang-orang tertentu, tekanan untuk melakukan konformitas bertambah besar. Lagi pula individu tahu bahwa salah satu cara untuk diterima oleh orang-orang tersebut adalah dengan menjadi seperti mereka dalam berbagai hal. Sebaliknya, ketika kohesivitas rendah, tekanan terhadap Penulis 1 adalah staf pengajar Fakultas Psikologi dan penulis 2 adalah alumni Fakultas Psikologi 2

3 konformitas juga rendah, buat apa individu mengubah tingkah lakunya untuk menjadi sama dengan orang-orang yang tidak benarbenar disukai atau kagumi. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kohesivitas memunculkan efek yang kuat terhadap konformitas, sehingga hal ini jelas-jelas merupakan suatu penentu yang penting mengenai sejauh mana kita akan menuruti bentuk tekanan sosial ini. Fakultas Psikologi Menurut Hurlock (2002), konformitas terhadap standar budaya kawula muda mempunyai dua efek serius dan mendasar, yaitu: 1. Konformitas menyebabkan alienasi (keterasingan) dan protes terhadap budaya dewasa. 2. Konformitas merupakan persiapan yang buruk untuk memasuki masyarakat biasa yang ditandai dengan nilai-nilai dewasa. Para remaja yang harus mengikuti standar budaya kawula muda bila ingin diterima 2. Konformitas dan Ukuran kelompok Studi-studi terkini malah menemukan bahwa konformitas cendrung meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran kelompok hingga delapan orang anggota tambahan atau lebih. Jadi tampak bahwa semakin besar kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecendrungan seseorang untuk ikut serta, bahkan meskipun itu berarti kita akan menerapkan tingkah laku yang berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan. 3. Norma sosial oleh kelompok sebayanya harus mempelajari standar perilaku dan nilai-nilai yang nantinya harus diubah sebelum mereka diterima oleh budaya dewasa. METODE Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas I sampai kelas 3 SLTP Negeri 7 Semarang, karena siswa-siswi kelas 1 sampai kelas 3 SLTP termasuk dalam kelompok usia remaja awal. Populasi dalam penelitian ini berbentuk kelas-kelas yang terdiri dari 18 kelas. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Cluster Random Sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varian satu jalur, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua populasi. HASIL Hasil analisis data menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan kecenderungan fobia Penulis 1 adalah staf pengajar Fakultas Psikologi dan penulis 2 adalah alumni Fakultas Psikologi 3

4 Fakultas Psikologi sosial antara remaja awal yang mempunyai tipe kepribadian ekstrovert dengan remaja awal yang mempunyai tipe kepribadian introvert. Hal ini ditunjukkan oleh F sebesar 15, 132 dan nilai p<0,01. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang penulis ajukan. Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa rerata kecenderungan fobia sosial tipe kepribadian ekstrovert (A1) sebesar 96,512 dan rerata kecenderungan fobia sosial tipe kepribadian introvert (A2) sebesar 106,200. Hal ini berarti remaja awal dengan tipe kepribadian introvert memiliki kecenderungan fobia sosial yang lebih tinggi dibandingkan remaja awal dengan tipe kepribadian ekstrovert. Sumbangan efektif atau peranan tipe kepribadian terhadap kecenderungan fobia sosial ditunjukkan oleh R2 sebesar 0,166. Dengan demikian peranan tipe kepribadian terhadap kecenderungan fobia sosial sebesar 16,6 %, sehingga masih terdapat 83,4 % faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan fobia sosial di luar variabel tipe kepribadian seperti jenis kelamin, lingkungan tempat tinggal, tingkat pendidikan, gaya hidup dan status sosial ekonomi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan yang sangat signifikan kecenderungan fobia sosial antara remaja awal bertipe kepribadian ekstrovert dengan remaja awal bertipe kepribadian introvert, ditunjukkan dengan besarnya F = 15,132 dan p< 0, Remaja awal bertipe kepribadian introvert memiliki kecenderungan fobia sosial yang lebih tinggi daripada remaja awal bertipe kepribadian ekstrovert. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata kecenderungan fobia sosial tipe kepribadian introvert sebesar 106,200 yang lebih besar dibanding rerata kecenderungan fobia sosial tipe kepribadian ekstrovert sebesar 96, Sumbangan efektif variabel tipe kepribadian terhadap kecenderungan fobia sosial sebesar 16,6 % yang ditunjukan oleh R2 sebesar 1,166 sehingga masih terdapat 83,4 % faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan fobia social di luar variabel tipe kepribadian. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi siswa, sebagai subjek penelitian yang kebetulan mempunvai tipe kepribadian introvert dan mempunyai kecenderungan fobia sosial yang tinggi maka, perlu secara khusus ditangani oleh para orang tua, guru dan psikolog. Cara penanganannya antara lain melalui kelompok belajar atau kegiatan keterampilan dan olah raga sehingga dengan kebersamaan, rasa kepercavaan akan tercipta hubungan komunikasi dengan orang lain. Akhirnya akan terjadi keterbukaan diri yang mengarah pada pemahaman diri yang lebih baik. Dengan demikian akan menurunkan tingkat introversinya dan kecenderungan fobia sosial akan berkurang yang pada akhirnya akan relatif lebih sehat mentalnya. Sedangkan bagi subjek yang bertipe kepribadian ekstrovert, dipertahankan dan dipupuk terus sifat sosiabilitasnya sehingga tidak akan ada kecenderungan fobia sosial dalam dirinya. 2. Bagi para pendidik di tempat penelitian, agar senantiasa membimbing dan mengarahkan siswasiswinya secara tepat dan jeli dengan kepribadian masing-masing stswa-siswinya. Dan seperti dijelaskan di atas bahwa pihak sekolah harus mengadakan kegiatan-kegiatan baik intra maupun ekstrakurikuler yang variatif dan mengandung unsur-unsur sosiabilitas serta menarik yang disesuaikan dengan trend remaja tapi tetap bersifat edukatif agar siswa-stswi khususnya yang bertipe kepribadian introvert munpu melatih dirinva bersosialisasi sehingga mengurangi kecenderungan fobia sosial. 3. Bagi para pembaca pada umumnya, bahwa bukan berarti setiap individu dengan tipe kepribadian introvert pasti akan mengalami fobia sosial tapi hendaknya mampu mengontrol diri dan mawas diri agar terhindar dari resiko mengalami kecenderungan fobia sosial. Dan apabila pembaca atau orang-orang sekitar mengalami kecenderungan fobia sosial sebaiknya segera intropeksi diri dan berusaha untuk mengatasinya, selain itu jangan segan-segan untuk konsultasi dengan para ahli. 4. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema yang sama diharapkan dapat menambah atau memperhatikan faktor-- faktor atau variabel-variabel lain yang mempengaruhi kecenderungan fobia sosial selain tipe kepribadian seperti jenis kelamin, lingkungan tempat tinggal, tingkat pendidikan, gaga hidup dan status sosial ekonomi. Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi dan memperbanyak sampel, agar ruang lingkup dan generalisasi penelitian menjadi lebih Penulis 1 adalah staf pengajar Fakultas Psikologi dan penulis 2 adalah alumni Fakultas Psikologi 4

5 luas dan mencapai proporsi yang seimbang. DAFTAR PUSTAKA Adi, IR. 1994, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan i1mu Kesejahteraan Sosial. Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa. Carlson, N Discovery Psychology. Massachussetts. : Allyn and Bacon. Coleman, JC, Butcher, J Nand Carson, RC Abnormal Psychology and Modern life, (6`h Edition). Illinois : Scott, Foreman and Company. Djarwanto, 1990, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknik Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Liberty. Eysenck, HD and Wilson, G. 1982, Know Your Own Personality. Great Britain : Hazell Watson & Viney Ltd, Aylesbury, Bucks. Gunarsa, SD Psikologi Perkembangan. Jakarta Gunung Mulia. Hidayat, T Psikologi Remaja. Surakarta HP UNS. Hurlock, E. B Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rent ang Kehidupan. Edisi kelima.(terjemahan oleh Istiwidiyanti). Jakarta : Erlangga. Ibrahim, AS, Fobia Sosial Pada K e l o m p o k e k s e k u t i f d i Jakarta. Tempo interaktifcom Kaplan, HI dan Sadock, BJ Sinopsis Psikiatri. Ilmu P e n g e t a h u a n P e r i l a k u Psikiatri Klinis. Edisi kedua. J i l i d 2 ( A l i h b a h a s a o i e h Widjaya Kusuma). Jakarta Binarupa Aksara Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. (Alih bahasa.: WM. Roan). Jakarta : Widya Medika. Fakultas Psikologi Mappiare, A Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional. Marks, I.M Cemas dan Fobia. Jakarta : PT Dian Rakyat. Monks, FJ, Knoers, AMP dan Haditono, SR. 1994, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Morgan, HG dan Morgan, MH Segi Praktis Psikiatris. Edisi kedua (Alih bahasa oleh Rudy Hartanto dan I Made Wiguna S). Jakarta : Binarupa Aksara. Prawoto, WA dan Subardja, FL Penelaahan tentang Perasaan dan Penghayatan terhadap L i n g k u n g a n d a r i 2 5 A n a k Remaja Bermasalah. jurnal Psikologi Indonesia. No ti. Jakarta : ISPSI Pusat Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Suadirma n Psikologi dalam. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Supratiknya, A. 1995, Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius. Suryabrata, S Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Tambunan, NR Remaja Mandiri 1. Jakarta : Arcan. Team Pelayanan Medik, 1983, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. (Edisi 111). Yogyakarta : RSJ Lalipwa. Tim Kompas Fobia Sosial tak Mudah Dipahami. Kompas : 19 Maret 2000, Halaman 16. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara. Wilson, TG Abnormal Psychology Integrating Perspective. N ew York Allyn and Bacon. Lewis, D. 1990, Taklukan Fobia Anda. ( Terjemahan oleh Kuniudawati)- Jakarta : Arcan. Linda, D Tingkah Laku Abnormal Suatu Pendekatan Perkembangan. Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Soegijopranata. Penulis 1 adalah staf pengajar Fakultas Psikologi dan penulis 2 adalah alumni Fakultas Psikologi 5

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DALAM KELOMPOK SEBAYA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA DI SMA KARTIKA 1-5 PADANG. Isna Asyri Syahrina Ruri Handayani

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DALAM KELOMPOK SEBAYA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA DI SMA KARTIKA 1-5 PADANG. Isna Asyri Syahrina Ruri Handayani HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DALAM KELOMPOK SEBAYA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA DI SMA KARTIKA 1-5 PADANG Isna Asyri Syahrina Ruri Handayani Fakultas Psikologi Universitas Putra Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA PEREMPUAN DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA PEREMPUAN DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA PEREMPUAN DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG Oleh : Andita Ayu Sartika*) Endang Sri Indrawati**) Dian Ratna Sawitri**) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak kriminalitas dilakukan oleh remaja (Republika, 2 0 0 5 ). Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi perlu dilakukan dalam menganalisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan korelasi Product Moment. Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada kalangan pelajar saat ini yang mengakibatkan citra dari sekolah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada kalangan pelajar saat ini yang mengakibatkan citra dari sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan yang terjadi saat ini baik individu maupun kelompok (massal) sudah merupakan berita harian, apalagi tawuran (perkelahian) yang terjadi pada kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI AGRESI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YAYASAN KEJURUAN TEKNOLOGI BARU (SMK YKTB) 2 KOTA BOGOR Oleh: Amalina Ghasani 15010113130113 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Para psikolog selama ini memberi label masa remaja sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang kedepan diharapkan muncul

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BABV PENUTUP. dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang

BABV PENUTUP. dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang BABV PENUTUP BABV PENUTUP 5.1. Bahasan Kondisi depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ada di dalam dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang melakukan aborsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Dalam mahasiswa terdapat beberapa golongan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan agresivitas siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menggambarkan bahwa siswa di SMP Negeri 5 gunung

BAB V PENUTUP. dengan agresivitas siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menggambarkan bahwa siswa di SMP Negeri 5 gunung BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai interaksi sosial teman sebaya dengan agresivitas siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menggambarkan bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini bagi masyarakat, aksi-aksi kekerasan baik yang dilakukan secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi kekerasan dapat

Lebih terperinci

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa menerima pendidikan di sekolah formal untuk mendapatkan bekal yang akan berguna dalam kehidupannya kelak. Sudah menjadi tugas siswa untuk belajar dan menimba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN Masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja sebagai masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi masyarakat, terutama yang dilakukan oleh remaja dengan persentase kasus kenakalan remaja meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa perubahan ini terjadi diantara usia 13 dan 20 tahun

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Barlow, H.D., & Durand, V.M. (1995). Abnormal Psychology. Amerika. Serikat: Brook/Cole Publishing Company.

DAFTAR PUSTAKA. Barlow, H.D., & Durand, V.M. (1995). Abnormal Psychology. Amerika. Serikat: Brook/Cole Publishing Company. DAFTAR PUSTAKA Barlow, H.D., & Durand, V.M. (1995). Abnormal Psychology. Amerika Serikat: Brook/Cole Publishing Company. Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL Diajukan Kepada Program Studi Bimbingan Dan Konseling Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkah laku menolong sering muncul dalam masyarakat, dimana perilaku ini diberikan guna meringankan penderitaan orang lain, misalnya menolong orang lain yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas dalam setiap tahap perkembangannya. Remaja tidak terlepas dari tahapan demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi BAB I PENDAHULUAN A.Deskripsi Permasalahan Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : AKTUALISASI DIRI KODE MATA KULIAH / SKS : HM / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : AKTUALISASI DIRI KODE MATA KULIAH / SKS : HM / 2 SKS b 1 Pengertian A. Pengertian : memahami dan menjelaskan pengertian aktualisasi diri B. Kepribadian sehat : memahami dan menjelaskan pribadian yang sehat C. Daya dorong Aktualisasi diri : memahami dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja identik dengan masa pubertas, di masa ini terjadi perubahan fisik di semua bagian tubuh baik ekternal maupun internal yang juga mempengaruhi psikologis remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Afiatin, T Persepsi Pria dan Wanita terhadap Kemandirian. Jurnal Psikologi Tahun XX, Nomor 1, halaman 7-14.

DAFTAR PUSTAKA. Afiatin, T Persepsi Pria dan Wanita terhadap Kemandirian. Jurnal Psikologi Tahun XX, Nomor 1, halaman 7-14. DAFTAR PUSTAKA Afiatin, T. 1993. Persepsi Pria dan Wanita terhadap Kemandirian. Jurnal Psikologi Tahun XX, Nomor 1, halaman 7-14. Amabile, T.A. 1989. Growing Up Creative. New York : Crow Pub. Ancok, D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi kasus kekerasan baik fisik maupun non fisik yang melibatkan remaja sebagai pelaku ataupun korban. Kekerasan yang sering terjadi adalah

Lebih terperinci

BULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA. (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent)

BULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA. (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent) BULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent) MILDA REYNA Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak

Lebih terperinci

KONFORMITAS. Konformitas dan Norma SoSial. Konformitas dan Penelitian Solomon Asch. Pengaruh Sosial dan Kontrol Pribadi (bag 1) Halaman 1

KONFORMITAS. Konformitas dan Norma SoSial. Konformitas dan Penelitian Solomon Asch. Pengaruh Sosial dan Kontrol Pribadi (bag 1) Halaman 1 1 KONFORMITAS dan Norma SoSial adalah Suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. dan Norma Sosial Tekanan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adhi, R Metropolitan. (11 Oktober 2003).

DAFTAR PUSTAKA. Adhi, R Metropolitan.  (11 Oktober 2003). 75 DAFTAR PUSTAKA Adhi, R. 2003. Metropolitan. www.kompas.com (11 Oktober 2003). Ahmadi, H.A. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Ancok, D. 1985. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) Gea Lukita Sari 1, Farida Hidayati 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing dalam dirinya, baik untuk menghadapi masalah dalam dirinya sendiri atau dalam bersosialisasi dengan teman-teman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan. ketidakseimbangan, yang tercakup dalam storm dan stres, sehingga remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan. ketidakseimbangan, yang tercakup dalam storm dan stres, sehingga remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercakup dalam storm dan stres, sehingga remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA 1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Disusun oleh : AHMAD ARIF F 100 030

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku agresif seringkali diperbincangkan oleh masyarakat karena hal tersebut memicu kekhawatiran masyarakat sekitar, terutama di kalangan pelajar SMK. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat dimana remaja menghabiskan sebagian waktunya. Remaja berada di sekolah dari pukul tujuh pagi sampai pukul tiga sore, bahkan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat berbentuk positif atau negatif. Konformitas menurut Brehm dan Kassin (dalam Sarwana, 2009) adalah kecenderungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji Asumsi dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis, uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Tujuan dari uji asumsi

Lebih terperinci

DESKRIPSI DAN SILABI MATA KULIAH

DESKRIPSI DAN SILABI MATA KULIAH DESKRIPSI DAN SILABI MATA KULIAH 1. IDENTIFIKASI MATA KULIAH a. Nama Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik (PPD) b. Kode Mata Kuliah : MDK 2104 c. Jumlah SKS : 2 SKS d. Program Studi : Psikologi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan teknologi membuat individu selalu mengalami perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan individu berada dalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (1987). Test Prestasi. Yogyakarta: Liberty. Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (1987). Test Prestasi. Yogyakarta: Liberty. Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar DAFTAR PUSTAKA Arjanggi. (2010). Metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya Meningkatkan Hasil Belajar Berdasar Regulasi Diri. Jurnal Psikologi. Vol. 14 no. 2. Hal. 91-97. Azwar, S. (1987). Test Prestasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja yaitu ketika sudah menginjak usia 14-18 tahun. Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu berbeda antara satu sama lain, karena pada dasarnya setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, menyesuaikan diri, dan mengatasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara konsep diri

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara konsep diri 48 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan : 1. Terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara konsep diri dengan sikap

Lebih terperinci

BABV PENUTUP. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang

BABV PENUTUP. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang BABV PENUTUp.- BABV PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan. harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan. harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu pengertian.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan konformitas teman sebaya dengan konsep diri terhadap kenakalan remaja di Jakarta Selatan,

Lebih terperinci

Hubungan Konformitas dengan Motivasi Belajar Santri Puteri di Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep

Hubungan Konformitas dengan Motivasi Belajar Santri Puteri di Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep Hubungan Konformitas dengan Motivasi Belajar Santri Puteri di Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep Oleh : Roziana Amalia (10410057) Dosen Pembimbing : Drs. H. Yahya.,MA Santri yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : INTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : HETI SETYANINGSIH F 100 090 114

Lebih terperinci

oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta MATERI KULIAH RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA II Hubungan Remaja dengan Teman Sebaya oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Perbedaan perkembangan sosial Masa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Haditono.S, 1991, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Gadjah Mada University

DAFTAR PUSTAKA. Haditono.S, 1991, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Gadjah Mada University 94 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1996, Prosedur penelitian, Jakarta, Mujahid press Asmani, J. 2012, Mengatasi kenakalan remaja di sekolah, Yogyakarta, Buku biru. Azwar, S. 2011, Penyusunan skala psikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, M & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, A. (1999). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.

DAFTAR PUSTAKA. Ali, M & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, A. (1999). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu. 56 DAFTAR PUSTAKA Ali, M & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, A. (1999). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu. Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan periode pencarian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Nina Prasetyowati F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abiatin, T.,Martaniah, S. M Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Psikologika No. 6 Tahun III.

DAFTAR PUSTAKA. Abiatin, T.,Martaniah, S. M Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Psikologika No. 6 Tahun III. DAFTAR PUSTAKA Abiatin, T.,Martaniah, S. M. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Psikologika No. 6 Tahun III. Ajayi. 1991. Buletin Psikologi, Tahun XI, No 1-6 Juni 2003.

Lebih terperinci

Kata kunci: Prasangka terhadap kelompok, konformitas, teman sebaya

Kata kunci: Prasangka terhadap kelompok, konformitas, teman sebaya Tawuran, Prasangka Terhadap Kelompok Siswa Sekolah Lain, Serta Konformitas pada Kelompok Teman Sebaya Proyeksi, Vol. 4 (2), 85-94 TAWURAN, PRASANGKA TERHADAP KELOMPOK SISWA SEKOLAH LAIN, SERTA KONFORMITAS

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anoraga, P Psikologi Dalam Perusahaan. Jakarta. PT. Rineka Cipta Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

DAFTAR PUSTAKA. Anoraga, P Psikologi Dalam Perusahaan. Jakarta. PT. Rineka Cipta Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. DAFTAR PUSTAKA Aditomo, A. dan Retnowati S. 2004. Perfeksionisme, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi. No.1, 1-15. 2003. Anoraga, P. 2000. Psikologi Dalam Perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja. hubungan lebih matang dengan teman sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja. hubungan lebih matang dengan teman sebaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami

Lebih terperinci

PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU AGRESIFITAS PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA PAWYATAN DAHA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU AGRESIFITAS PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA PAWYATAN DAHA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU AGRESIFITAS PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA PAWYATAN DAHA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik dituntut untuk memiliki

Lebih terperinci