BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Kinerja adalah hasil atau tingkat keberasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkin, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. (Veithzal, 2005). Dan menurut Daryanto (1997) merinci pengertian kinerja adalah prestasi kerja, sesuatu yang dicapai atau diperlihatkan atau sesuatu kemampuan kerja. Jadi kinerja adalah kemampuan untuk melakukan kerja dengan hasil yang memuaskan, diukur dengan cara mengevaluasi hasil pekerjaan. Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendir, tetapi berhubungan dengan mesin, lingkungan kerja, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan. Kinerja dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan atau kinerja dapat ditingkatkan bila tuntutan tugas sesuai dengan kapasitas fisik dan mental mahasiswa. Tujuan tersebut dapat dicapai maka mahasiswa harus diberikan fasilitas meliputi: fasilitas stasiun kerja, sarana kerja, linkungan kerja, dan organisasi kerja dengan kemampuan, kebolehan, dan 8

2 9 keterbatasan mahasiswa, dengan harapan tercapainya hasil kerja yang berkualitas. 2.2 Pemotong Pelat Eser Klasifikasi mesin potong pelat eser Mesin potong pelat eser merk Colgar buatan Italia, tenaga potong dengan sistem hidrolik secara otomatis, dilengkapi dengan alat mengatur ketebalan pelat eser. Tebal pelat eser yang bisa dipotong maksimum 8 mm. Demensi mesin potong pelat eser; panjang 210 cm, lebar 60 cm dan tinggi 90 cm (Susila, 2001). Di intervensi adalah stasiun kerja pada mesin potong pelat eser yang belum maksimal dapat menyangga pelat eser yang mempunyai ukuran panjang 240 cm, lebar 120 cm, tebal 0,3 cm, dan berat 115 kg, masih dipegang oleh mahasiswa. Hasil yang hendak dicapai dari proses pemotongan pelat eser adalah agar mahasiswa dapat secara aman, nyaman efektif, efisien sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan. Mesin potong pelat eser dapat dicermati pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Mesin Potong Pelat

3 Pemotongan pelat eser dan permasalahan ergonomi Penelitian pendahuluan pada proses pemotong pelat eser di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali didapatkan gambaran bahwa terdapat permasalahan khususnya pada bagian proses pemotongan pelat eser yang dapat meningkatkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan menurunkan produktivitas kerja. Permasalahan yang dihadapi mahasiswa di bagian proses pemotong pelat eser dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas angkat dan angkut, beban pelat eser cukup berat 115 kg/lembar dengan panjang 240 cm, lebar120 cm, tebal 0,3 cm, dilakukan 4 orang, jarak dari gudang material ke mesin potong 95 meter. 2) Aktivitas angkat dan angkut pada pemotongan pelat eser meliputi; mengangkat, mengangkut, menyangga, mendorong, menarik dan menaruh pelat eser yang dipotong dilakukan secara manual. 3) Posisi berdiri, tetap menyangga, mendorong, menarik pelat eser pada proses pemotongan pelat eser pekerjaan ini dilakukan sampai pelat eser itu selesai dipotong dengan ukuran 50 mm x 50 mm dalam waktu 1 jam. Sikap kerja berdiri dilakukan karena stasiun kerja tidak dilengkapi alat kedudukan pelat eser sebagai landasan pelat eser yang dipotong. Hal tersebut jelas menimbulkan beban tambahan dan menyebabkan kelelahan otot. Pengukuran pada mesin potong pelat eser dengan data lebar meja mesin 60 cm, panjang 240 cm, tinggi 90 cm, data ini sebagai acuan dalam mendesain alat kedudukan pelat eser. Permasalahan tersebut di atas menimbulkan beban kerja tambahan dan keluhan muskuloskeletal bagi mahasiswa pada akhirnya

4 11 dapat menurunkan produktivitas kerja. Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan tugas-tugas mahasiswa, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap stasiun kerja pada bagian pemotongan pelat eser. 2.3 Aspek Ergonomi Aspek ergonomi dimaksudkan adalah tentang aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, manajemen dan desain/perancangan (Manuaba, 2004). Pendekatan disiplin ilmu ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki kinerja manusia seperti kecepatan, keselamatan kerja disamping mengurangi kelelahan yang terlalu cepat dan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia. Jadi ergonomi adalah ilmu, teknologi, dan seni untuk menyerasikan alat, cara kerja dilakukan pada kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya (Tarwaka, 2004). Merangcang stasiun kerja perlu diperhatikan seperti: aspek-aspek ergonomi, informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik. Tujuan ini dapat dicapai malalui aktivitas dengan efisien, efektif, aman, dan nyaman. Tujuan ideal adalah mangatur pekerjaan tersebut berada dalam batas-batas dimana manusia bisa mentolerirnya, tanpa menimbulkan kelainan-kelainan (Manuaba, 2006).

5 Desain Stasiun Kerja Desain produk buatan Negara-negara maju, masih banyak ditemukan desain stasiun kerja khususnya mesin potong pelat eser yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja lokal, sehingga pekerja tidak dapat melakukan gerakan dengan optimal, terangkatnya bahu, leher dan lengan, sebaliknya tempat penyangga pelat eser yang terlalu rendah menyebabkan tulang belakang membungkuk pada saat bekerja. Masalah tersebut dapat diatasi dengan penyesuaian antara karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin, sistemnya, ruangan, lingkungan kerja sehingga pekerja dapat bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien (Manuaba, 2000). Kaitannya ergonomi dengan desain Sutalaksana (2000), konsep dasar ergonomi, bahwa dalam rangka mendukung efisiensi, kenyamanan, dan keselamatan dalam menggunakan desain alat kerja, maka desain yang ergonomis harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi, dan teknologi tepat guna, seperti faktor-faktor reabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakian kemudahan dalam pemakian dan efisiensi dalam pemakian. Setiap peralatan yang dipakai tidak menimbulkan beban tambahan bagi pemakainya. Desain alat kedudukan pelat eser dapat dicermati pada Gambar 2.2.

6 Gambar 2.2 Desain Alat Kedudukan Pelat eser Antropometri dan perbaikan stasiun kerja Ukuran tubuh pekerja Indonesia khususnya pemotong pelat eser, lebih kecil dibandingkan di negara-negara maju seperti Eropa. Kondisi tersebut sering menimbulkan masalah ergonomi terutama dalam menggunakan peralatan kerja yang dibuat oleh negara-negara maju tersebut. Data antropometri sangat bermanfaat dalam desain peralatan kerja termasuk dalam desain stasiun kerja. Teori ergonomi bahwa peralatan kerja dan fasilitas kerja yang digunakan harus sesuai dengan orang yang menggunakan. Keserasian intaraksi antara stasiun kerja dan manusia pemakainya akan sangat menentukan ergonomis tidaknya sikap kerja mahasiswa yang bersangkutan. Apabila ukuran atau desain stasiun kerja telah sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya maka sikap kerja menjadi alamiah atau sebaliknya. Antropametri adalah pengukuran demensi tubuh dan karakteristik fisik tubuh lainnya yang digunakan untuk mendesain suatu produk atau alat (Suma mur

7 14 (1984); Sanders.,Mecormick (1987).,Sutajaya (2009). setiap melakukan desain atau redesain stasiun kerja haruslah berpedoman pada data antropometri. Ini dimaksudkan agar pekerja dapat menggunakan stasiun kerja secara nyaman, aman, efektif, efisien untuk meningkatkan produktivitas kerja. Menentukan ukuran stasiun kerja alat kedudukan pelat eser pada mesin potong pelat eser, data antropometri mahasiswa memegang peranan penting. Mengetahui data antropometri dapat dilakukan perbaikan pada stasiun kerja yang sesuai bagi mahasiswa yang menggunakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mendesain stasiun kerja pemotong pelat eser adalah sebagai berikut. 1) Tinggi alat kedudukan pelat eser pada mendesain alat kedudukan pela teser tingginya disesuaikan dengan meja pada mesin potong agar alat kedudukan pelat eser datar. 2) Ruang gerak Stasiun kerja harus didesain sesuai dengan aktivitas, sehingga mahasiswa dapat bergerak bebas selama proses pemotongan pelat eser Sikap kerja kaitannya dengan stasiun kerja Mendesain dan mengorganisasikan pekerjaan akan lebih bijak dari kebiasaan sikap kerja yang tidak alamiah dijadikan dasar dalam mengubah menjadi kebiasaan baru dan prilaku alamiah (Sutajaya 1998). Masalah yang dihadapi pekerja akibat stasiun kerja yang tidak ergonomis antara lain timbulnya sikap kerja yang tidak alamiah seperti; membungkuk, mengangkat lengan dan bahu, menyangga beban yang berat, hal ini akan menyebabkan terjadinya

8 15 kelelahan otot. Menurut Bridger (1995) bahwa sikap kerja dipengaruhi oleh tiga faktor adalah sebagai berikut. 1) Karakteristik fisik seperti umur,jenis kelamin, data antropometri, berat badan, cepat dan efisien. 2) Jenis keperluan tugas seperti, pekerjaan yang memerlukan ketelitian, memerlukan kekuatan tangan, giliran tugas, waktu istirahat dan lain-lain. 3) Desain stasiun kerja seperti, ukuran tempat duduk, ketinggian landasan kerja kondisi permukaan atau bidang kerja dan faktor lingkungan kerja. Kondisikerja pada pemotongan pelat eser di Bengkel Teknologi Mekanik belum sepenuhnya mengikuti tiga faktor tersebut di atas, sehingga perlu dilakukan perubahan. Kondisi kerja seperti itu dapat meningkatkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan menurunkan produktivitas. Mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pemakian kerja hendaknya prinsip-prinsip ergonomi harus sudah dimasukkan semenjak mendesain suatu alat atau stasiun kerja atau pada tahap perencanaan (Manuaba, 2004). Sikap membungkuk, berdiri, berdiri miring adalah sikap kerja yang tidak alamiah yang memungkinkan tidak dapat melaksanakan pekerjaan dengan efektif dan usaha otot yang besar. Hal ini dilakukan karena tidak tahu bagiamana yang benar, terpaksa dilakukan karena ruangan terbatas, alat/mesin yang dioperasikan tidak dapat dilakukan dengan cara sikap alamian. Sikap kerja yang dilakukan pada pemotong pelat eser adalah sikap kerja berdiri sambil menyangga pelat eser, memdorong, menarik, sehingga menimbulkan sikap paksa pada beberapa

9 16 otot-otot tubuh. Sikap kerja hendaknya diupayakan dalam posisi alamiah sehingga tidak menimbulkan sikap paksa (Adiatmika, 2007., Cumming, 2003). 2.5 Aktivitas Angkat dan Angkut secara Manual Aktivitas mengangkat dan mengangkut dan meletakkan pelat eser yang beratnya 115 kg/lembar masih dilakukan oleh tenaga manusia. Mengatasi masalah-masalah yang timbul perlu diperhatikan; medan kerja, cara angkat dan angkut, berat beban, jarak, frekuensi dan banyaknya beban yang diangkat dan diangkut harus benar-benar serasi dengan kemampuan, kebolehan dan batasan pekerja (Grandjean, 1998 dan Manuaba, 2001). Hal tersebut harus diupayakan agar gerakan yang dilakukan bersifat alamiah untuk menghindari beban tambahan dan kelelahan dini. Cara angkat dan angkut perlu dilakukan dengan benar, misalnya kedua tangan, lengan dan seluruh tubuh ikut berperan. Harus diupayakan agar kedua belah bahu dan tubuh terbebani secara merata. Di samping itu beban harus benar-benar diukur sesuai kemampuan pekerja (Thurman, 1988 dan Kroemer, 1994). Titik kritis pada waktu mengangkat dan mengangkut objek terletak pada tidak terpenuhinya kebutuhan dan ketersediaan tenaga, belum tersedianya petunjuk praktis secara lengkap dalam mengangkat dan mengangkut objek, kurangnya proses pendidikan dan pelat eser bagi pekerja, lemahnya pengawasan di lapangan, dan tidak tersedianya program berkelanjutan (Adiputra, 1998a).

10 Alat bantu angkat dan angkut Upaya untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan kerja yang sebesarbesarnya, maka tenaga manusia hendaknya tidak dijadikan sebagai alat angkat dan angkut utama. Menghindari manusia sebagai alat angkat dan angkut utama, maka pekerja perlu dilengkapi dengan alat bantu yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan di desain sesuai dengan antropometri pekerjanya. Jenis alat bantu angkat dan angkut yang dapat digunakan antara lain; roller Conveyors, belt comveyors, trolley conveyors, sliding rails conveyors dan sebagainya. Aktivitas angkat dan angkut secara manual pada proses pemotongan pelat eser banyak melibatkan aktivitas mengangkat, menurunkan, mendorang, menarik, mengangkut, dan menyangga beban. Mencegah dan mengurangi cedera maka aktivitas angkat dan angkut secara manual tersebut perlu dilakukan dengan benar dan dilengkapi dengan alat bantu kerja yang ergonomi. Ada beberapa pedoman dalam melakukan modifikasi terhadap angkat dan angkut secara manual adalah sebagai berikut. 1) Kurangi tenaga mengangkat dan menurunkan dengan cara: a. Mengeliminasi mengangkat dan mengangkut objek secara manual dengan menggunakan alat bantu elevating conveyors. b. Mengurangi beban angkat dengan memperkecil ukuran objek, mengurangi kontainer, mengurangi jumlah objek yang diangkat. c. Mengurangi aktivitas menahan dari tubuh dengan mengubah bentuk objek, menyediakan pegangan yang tepat.

11 18 2) Kurangi tenaga mendorong dan menarik dengan cara: a. Mengeliminasi keperluan untuk mendorong dan menarik dengan menggunakan power conveyors, sliders, rollers. b. Mengurangi berat objek dengan memperkecil ukuran objek. c. Mengurangi jarak mendorong dan menarik dengan memperbaiki tata letak ruangan, relokasi ruang produksi, areal penyimpanan. 3) Kurangi tenaga mengangkut dengan cara: a. Mengubah mengangkut secara manual menjadi mendorong atau menarik dengan menggunakan conveyors, sliders atau alat bantu yang sejenis. b. Mengurangi berat objek angkut dengan memperkecil ukuran objek. c. Mengurangi jarak angkut dengan memperbaiki tata letak ruang kerja. 4) Kurangi tenaga menyangga dengan cara: a. Mengurangi berat objek dengan memperkecil ukuran objek. b. Mengurangi waktu menyangga beban. c. Mengeliminasi menyangga dengan alat penyangga (jigs), meja conveyors. Aktivitas angkat dan angkut secara manual pada proses pemotongan pelat eser meliputi; mengangkat, menurunkan, mendorang, menarik, menyangga dan mengangkut pelat eser, maka prinsip-prinsip modifikasi di atas dapat dijadikan pedoman dalam perbaikan stasiun kerja. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mengurangi beban aktivitas menyangga, mendorong dan menarik pelat eser adalah dengan mendesain alat kedudukan pelat eser sebagai penyangga dan mengangkut pelat eser dalam proses pemotongan pelat eser.

12 Batasan beban yang boleh diangkat Mengurangi cedera otot bagian belakang seperti; pinggang dan punggung pada aktivitas angkat dan angkut pelat eser maka harus dipertimbangkan kriteria angkat baik secara fisiologik maupun psikofisik. Batasan angkat didasarkan pada perhitungan risiko cedera pada discus lumbar-5 dan sacral-1 (L5/S1), maka batas angkat maksimum yang direkomendasikan adalah sebesar 3,4 Kn sebagai gaya tekan pada discus tersebut. Di antara ruas-ruas tulang belakang terdapat discus yang berfungsi sebagai peredam bila ada gesekan atau benturan. Cedera atau nyeri sering terjadi pada discus (intervertebrae disc) yang berada di antara discus ke-4 dan ke-5 (L4/L5) atau terletak di antara lumbar ke-5 dan sacrum ke-1(l5/s1). Ilustrasi dari discus L4/L5 dan L5/S1 dapat dicermati pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Lokasi Vertebral Lumbalis Sakrallis (discus L4/L5 dan L5/S1). Kelainan Herniasi Akibat Mengangkat Terdapat pada L5/S1. Sumber: Helander (1995)

13 20 Batasan angkat secara fisiologik dilakukan dengan cara mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang-ulang ( repetitive lifting), dapat ditentukan dari jumlah kebutuhan oksigen. Kelelahan kerja yang terjadi akibat aktivitas angkat yang berulangulang akan meningkatkan risiko rasa nyeri pada tulang belakang. Selanjutnya batasan angkat secara psikofisik pada penilaian subjektif pekerja mempertimbangkan sejauh mana individu merasa mampu mengangkat beban maksimum (Helander, 1995 dan Bridger, 1995). Secara umum beban angkat perseorangan yang direkomendasikan oleh International Labor Organisation (ILO) untuk pria dan wanita dicermati pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Beban Angkat dan Angkut bagi Laki-laki dan Wanita yang Direkomendasi Umur (tahun) Maksimum untuk Maksimum untuk Laki-laki (Kg) Wanita (Kg) > Sumber: Pheasant (1991). Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara mengangkat dan mengangkut, beban yang diangkat dan diangkut, ketinggian landasan mengangkat dan jarak angkut berpengaruh terhadap beban kerja, kelelahan dan produktivitas kerja. Faktor tugas pekerjaan, lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi performansi kerja.

14 Organisasi Kerja Manuaba (2000) bahwa jam yang berlebihan, jam kerja lembur diluar batas kemampuan akan dapat mempercepat munculnya kelelahan, menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja. Setiap fungsi tubuh memerlukan keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian energi (kerja istirahat). Organisasi kerja menurut Suma mur (1982) terutama mengenai waktu kerja, istirahat, dan waktu makan. Ketiganya menentukan tingkat kesehatan, dan effisiensi tenaga kerja. Waktu kerja menyangkut aspekaspek lamanya waktu kerja, istirahat dan periode waktu, sedangkan menurut Grandjean (1998) dan Manuaba (2001) dengan menambah waktu kerja lama, menyebabkan irama kerja menjadi lambat dan output per jam turun. Sebaliknya dengan memperpendek waktu kerja dari 8,5 menjadi 8 jam per hari output meningkat antara 3-10,5% terutama untuk pekerja manual Waktu kerja Masalah waktu kerja yang memicu timbulnya kelelahan pekerja, manajemen berupaya untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan waktu istirahat yang cukup untuk proses pemulihan kondisi fisik yang lelah, juga di lakukan pengetahuan waktu kerja yang di selingi dengan waktu istirahat. Perubahan waktu kerja dapat memberikan dampak terhadap efisiensi kerja. Menurut Grabdjean (1998) dan Wignjosoebroto (2003) bahwa memperpendek jam keja dari 8 ¾ jam per hari bisa meningkatkan keluaran antara 3% sampai 10%.

15 22 Waktu kerja 8 jam adalah waktu kerja optimal manusia bekerja sehari. Setiap 50 menit jam kerja diberi istirahat 10 menit, sehingga dapat meningkatkan produktivitas (Pheasent, 1991). Dalam setiap satu jam diperkenankan istirahat 10 menit atau setiap setengah jam terdapat 5 menit istirahat untuk mengurangi kelelahan otot. Jika hal ini dilampaui akan dapat mengakibatkan kerugian bagi pekerja. Bagi pekerja berat memperpanjang waktu kerja harian misalnya kerja lembur, bila dilakukan berlebihan dapat mengakibatkan kerugian yang biasa di mulai dengan meningkatkan absensi karena sakit akibat rasa lelah yang berlebihan (Manuaba, 2003a; Wignjosoebroto, 2003) Waktu istirahat Suma mur (1984), terdapat empat jenis waktu istirahat yaitu istirahat secara spontan, istirahat curian, istirahat karena adanya kaitan dengan proses kerja dan istirahat karena ditetapkan. Istirahat spontan istirahat pendek yang segera setelah pembebanan. Istirahat curian terjadi karena beban kerja tidak seimbang dengan kemampuan kerja. Istirahat oleh karena proses kerja adalah tergantung dari peralatan atau prosedur-prosedur kerja. Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat yang diatur, misalnya istirahat paling sedikit 45 menit sampai 60 menit setelah empat jam kerja berturut-turut (Grandjean, 1998). 2.7 Lingkungan Kerja Faktor lingkungan kerja dapat mempengaruhi beban kerja, kelelahan dan produktivitas kerja adalah sebagai berikut.

16 23 1) Kebisingan adalah suatu bunyi yang tidak dikehendaki dan tidak diinginkan dan bersifat menggangu kenyamanan dan kesehatan telinga (Buchari,2007). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain. Faktor yang mempengaruhi kebisingan adalah indensitas, sifat bising, dan paparan waktu kerja (Tana.L, 2002). Kebisingan juga dapat mempengaruhi fisiologi tubuh seperti denyut jantung meningkat, tekanan darah meningkat, metabolisme meningkat dan menurunnya aktivitas alat pencernaan (Adiputra, 2002). Nilai ambang batas (NBA) kebisangan adalah nilai intensitas suara tertinggi yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan gangguan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari ditetapkan 85 dba (Pulat, 1992). 2) Getaran adalah suatu assillasi mekanik (mechanical ascillation), yang dapat diterima oleh pekerja (Grandjean, 1998). Efek fisiologi getaran dapat berupa efek getaran seluruh tubuh (whole-body vibration) maupun efek pada tangan dan lengan (hand-arm vibration), dan getaran dapat menyebabkan efek performansi. 3) Debu yang ada di Bengkel Teknologi Mekanik khususnya pada bagian pemotongan pelat eser tidak ada masalah, sudah mendapat perhatian dari kepala bengkel. Suma mur (1984), bahwa debu dapat masuk melalui: a. Saluran pernapasan yang akan dibawa ke dalam paru-paru. b. Mata, yang dapat menyebabkan iritasi, gatal, merah, bengkak. c. Mulut, yang akan dibawa menuju saluran pencernaan yang dapat menyebabkan iritasi, mual, muntah, mulas dan lain-lain.

17 24 Mencegah dan mengendalikan terjadinya efek pernapasan akibat debu di tempat kerja dapat dilakukan dengan cara pengendalian teknis, administraktif dan proteksi diri (Suma mur, 1984 dan Grandjean, 1998). Lingkungan kerja yang tidak dikendalikan dengan baik akan berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan pekerja, hal ini dapat menyebabkan adanya beban kerja tambahan yang memicu timbulnya kelelahan lebih cepat. 2.8 Beban Kerja Pekerja dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan akan dihadapkan pada beban kerja yang bervariasi. Menurut Adiputra (1998) bahwa beban kerja (work load) dapat dibedakan menjadi dua kelompok adalah sebagai berikut: 1) External load adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh dari pekerjaan yang dilakukan. Termasuk external load adalah tugas ( task), organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga asfek ini disebut sebagai stressor (Adiputra, 1998). a. Tugas (task) yang dilakukan bersifat fisik seperti stasiun kerja, sikap kerja, dan kecepatan lain-lain, yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja. b. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, upah, stasiun kerja, tim kerja, kerja bergilir dan lain-lain. c. Lingkungan kerja, seperti mikroklimat, intensitas penerangan, kebisingan, getaran, debu, dan lain-lain.

18 25 2) Internal load adalah beban kerja yang berasal dari dalam tubuh pekerja yang berkaitan erat dengan adanya harapan, keinginan, kepuasan, taboe dan lain lain (Adiputra, 1998b). Penilaian untuk dapat mengetahui tingkat beban kerja yang diterima oleh pekerja. Menurut Rodahl (1989) penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode adalah sebagai berikut: 1) Metode subjektif, yaitu penilaian yang dilakukan oleh orang bersangkutan sebagai pengalaman pribadinya, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit atau pengalaman lain yang dirasakan. 2) Metode objektif, yaitu penilaian yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain seperti reaksi fisiologi (denyut nadi, dan perubahan tindak tanduk). Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi denyut nadi, sedangkan penilaian beban kerja subjektif dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dengan kuesioner akan terlihat adanya suatu kelelahan yang dialami pekerja, karena adanya interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan, tempat kerja, cara kerja, peralatan kerja dan lingkungan, aktivitas yang disertai adanya stress mental dapat meningkatkan rerata denyut nadi secara bermakna sebesar 16,80 denyut per menit pada pria dan 18,70 denyut per menit pada wanita (p<0,01), (Bridger, 1995).

19 26 Penilaian beban kerja pemotong pelat eser dapat dilihat dari derajat beban kerja dengan menghitung denyut nadi kerja yaitu rerata denyut nadi kerja selama bekerja. Nadi kerja (work pulse) dihitung berdasarkan selisih denyut nadi saat kerja dengan denyut nadi istirahat (resting pulse). Grandjean (1998) bahwa meningkatnya denyut nadi istirahat ke denyut nadi saat bekerja yang diijinkan adalah 35 denyut per menit bagi laki-laki seperti; denyut nadi istirahat dihitung pada saat duduk dan 30 denyut per menit bagi wanita seperti denyut nadi istirahat dihitung pada saat duduk agar kerja bisa berlangsung 8 jam berkesinambungan. Adiputra (2002) denyut nadi per menit menggambarkan aktivitas jantung dalam memompa darah keluar masuk organ jantung. Hal ini sangat berhubungan dengan metabolisme tubuh. Semakin besar denyut jantung per menitnya itu berarti semakin tinggi aktivitas tubuh sehingga metabolisme tubuhpun semakin tinggi. Tubuh yang sedang bekerja, dapat saja direfleksikan oleh denyut nadi per menit atau besar asupan oksigen, suhu tubuh, dan pengeluaran kalorinya. Salah satu cara yang digunakan untuk menghitung denyut nadi secara palpasi adalah dengan meraba denyut nadi kerja pada arteri radialis dan dicatat secara manual memakai jam henti (stop watch) menggunakan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan, lebih mudah, cepat dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal dengan hasil yang cukup reliabel. Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi.

20 27 Denyut nadi akan segera berubah selaras dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanika, fisika maupun kimiawi. Grandjean (1998) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung denyut nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada batas tertentu nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh mempunyai hubungan linier tinggi dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Adiputra (2002) dan Suyasning (2007) bahwa beban kerja meningkat dibutuhkan Adenosin Triphosphat (ATP) atau energi lebih banyak. ATP atau energi diperoleh dari hasil metabolisme baik aerobik maupun anaerobik. Pada metabolisme aerobik dibutuhkan oksigen yang bersenyawa dengan glukosa sehingga terbentuk CO2 + H2O + ATP (Energi). Oksigen dibawa ke otot-otot oleh sirkulasi darah. Dengan demikian apabila beban kerja meningkat maka kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Memenuhi kebutuhan oksigen ini, denyut nadi bekerja lebih cepat. Salah satu katagori penentuan berat ringannya beban kerja didasarkan pada perhitungan denyut nadi kerja, dapat dicermati pada Tabel 2.2.

21 28 Tabel 2.2 Katagori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja Katagori Beban Kerja N0 1 Sangat ringan 2 Ringan 3 Sedang 4 Berat 5 Sangat berat 6 Luar biasa beratnya(ekstrim) Sumber : Grandjean (1998) Denyut Nadi Kerja ( denyut per menit ) Diatas 175 Pada pekerjaan manual handling seperti pada pemotongan pelat eser sistem energi memegang peranan yang sangat penting. Pembentukan energi dalam otot dimulai dari rangsangan otot pada motor endplate yaitu awal dari adanya pengubahan ikatan energi kimiawi dalam bentuk ATP ke energi mekanis (ATP ADP + Phosphat + Energi). Oleh karena simpanan ATP sangat terbatas, maka dibentuk secara terus menerus dari energi yang didapat dalam oksidasi glucose dan lemak. Selanjutnya oksigen ditransportasikan ke otot-otot darah. Apabila oksigen cukup maka sistem aerobik berlangsung, karena merupakan metabolisme yang lengkap dengan hasil akhir energi yang lebih banyak. Kelelahan otot sering dihubungkan dengan metabolisme anaerobic, karena penurunan ph akibat dari terbentuknya asam laktat. Grandjean (1998) menjelaskan bahwa beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kilo Joule (kj) yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat, dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut, maka denyut nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja, khususnya beban kerja fisik.

22 Kelelahan Kerja Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari cedera lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Eko, 2008). Kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya akan bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Fitrihana, 2008 dan Grandjean, 1998). Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Dan kelelahan umum adalah biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotomi, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1998 dan Waters & Bhattacharya, 1996). Secara gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan dan kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja (Astrand & Rodohl, 1997 dan Pulat, 1992). Kelelahan otot dan kelelahan umum disebabkan karena jenis pekerjaan yang bersifat fisik berat dan lingkungan kerja Keluhan Muskuloskeletal Sistem muskuloskeletal adalah sistem otot rangka atau otot yang melekat pada tulang yang terdiri atas otot-otot serat lintang yang sifat gerakannya dapat diatur (voluter). Pada pemotongan pelat eser banyak melibatkan kerja otot statis maupun dinamis. Kerja otot statis terjadi pada aktivitas mengangkat, menyangga, mendorong, menarik dan menurunkan beban ( otot lengan, bahu,

23 30 pinggang dan punggung), sedangkan kerja otot dinamis terjadi pada aktivitas mengangkut, mendorong, dan menarik seperti; otot-otot bagian bawah. Mengurangi tingkat kelelahan otot pada pemotongan pelat eser dapat dilakukan dengan menggunakan alat kedudukan pelat eser sebagai landasan pelat eser sebelum dan sesudah pelat eser dipotong sehingga aktivitas menyangga dapat ditiadakan. Sikap paksa sewaktu bekerja dan berlangsung lama dapat menyebabkan adanya beban pada sistem muskuloskeletal dan efek negatif pada kesehatan (Santoso, 2004). Kroeman (1994) menyatakan bahwa kelelahan otot terjadi akibat adanya kerja otot statik. Kelelahan otot merupakan fenomena fisiologi dapat diukur secara langsung dengan Electromyography (EMG) untuk mendeteksi penyebab terjadinya kelelahan, sedangkan metode pengukuran secara tidak langsung berupa penilaian subjektif pada pekerja dengan menanyai dan menunjukan diagram tubuh atau kuesioner untuk menentukan lokasi kelelahan atau gangguan muskuloskeletal disebut Nordic Body Map. Kuesioner Nordic Body Map dipilih sebagai alat ukur untuk menilai kelelahan otot berupa gangguan muskuloskeletal dengan alasan digunakan metode ini karena mudah, murah dan cukup reliabel. Penerapan di lapangan dilakukan penjelasan sederhana kepada pekerja Produktivitas Kerja Pengertian Produktivitas Produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila jumlah keluaran meningkat dengan jumlah masukan yang sama (Chew,

24 dan Hardjosoedarmo, 1996). Manuaba (2004) menyatakan bahwa produktivitas dapat ditingkatkan melalui pendayagunaan seoptimal mungkin sumber daya manusia atau mengalihkan teknologi tepat guna, disamping upaya mengefisienkan kemampuan melalui penggunaan alat, cara kerja, dan lingkungan yang serasi. Mendesain atau meredesain stasiun kerja harus memperhatikan aspek ergonomi yang ada. Dan konsep teknologi tepat guna yang dipadukan dengan pendekatan SHIP yang harus dilakukan secara konsekuen dan berkesinambungan (Manuaba, 2009a). Melalui pndekatan SHIP bahwa masalah harus dipecahkan: 1) Secara sistemik atau melalui pendekatan sistem dimana semua faktor yang ada di dalam suatu sistem dan diperkirakan dapat menimbulkan masalah harus ikut diperhitungkan, sehingga tidak ada lagi masalah baru sebagai akibat dari keterkaitan sistem. 2) Secara holistik dimana suatu faktor yang terkait atau diperkirakan ada masalah haruslah dipecahkan secara proaktif dan menyeluruh. 3) Secara interdisipliner, artinya semua disiplin terkait harus dimanfaatkan karena makin kompleknya masalah yang ada tidak akan dipecahkan secara maksimal jika dikerjakan melalui satu disiplin, sehingga perlu dipecahkan melalui lintas disiplin ilmu. 4) Secara partisipatori, artinya semua orang yang terlibat dalam pemecahan masalah tersebut harus dilibatkan sejak awal secara maksimal agar dapat di wujudkan mekanisme kerja yang kondusif dan

25 32 diperoleh produk yang berkualitas sesuai dengan tuntutan jaman (Manuaba, 2003a). Pendekatan ergonomi holistik atau teknologi tepat guna adalah suatu pendekatan dimana teknologi yang akan digunakan harus dikaji secara komprehensip melalui enam kriteria yaitu; secara teknis, ekonomis, ergonomis, sosio budaya bisa dipertanggung jawabkan, hemat akan energi, dan tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2007) Pengukuran produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) per satuan waktu (time). Konsep ini bisa dipakai di dalam menghitung produktivitas kerja di semua sektor kegiatan termasuk perbaikan stasiun kerja penggunaan alat kedudukan pelat eser sebagai penyangga dan mengangkut pelat eser sebelum dan setelah dilakukan pemotongan pelat eser. Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan menghitung produktivitas total, yaitu perbandingan antara total keluaran dengan total masukan per satuan waktu. Hal ini semua faktor masukan terhadap total keluaran diperhitungkan. Menghitung produktivitas parsial, yaitu perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan seperti upah tenaga kerja, bahan energi, beban kerja, skor keluhan sujebtif dan lain-lain. Produktivitas dihitung secara parsial dari sudut pandang ergonomi. Manuaba (2000) secara umum produktivitas dapat diformulasikan adalah sebagai berikut. Luaran (output) Produktivitas = (1) Masukan (input) x Waktu (time)

26 33 Keterangan formulasi produktivitas adalah sebagai berikut: 1) Luaran/produksi (output) adalah rerata jumlah hasil potongan pelat eser. 2) Masukan (input) adalah rerata nadi kerja denyut per menit yang didapat dari selisih rerata denyut nadi waktu kerja dikurangi rerata denyut nadi istirahat. 3) Waktu (time) adalah lama proses pemotongan pelat eser dalam satuan menit Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja baik yang berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan tempat kerja. Manuaba (2003a) dan Pheasant (1991) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut: 1) Tenaga kerja seperti; umur, gizi, kondisi fisik, keterampilan dan psikologis pekerja. 2) Peralatan kerja seperti; alat, sarana kerja, mesin-mesin dan lain-lain. 3) Lingkungan kerja seperti; kebisingan, getaran, suhu, kelembaban, debu dan lain-lain. Manuaba (2005) menyatakan usaha-usaha yang harus dilakukan dalam perbaikan produktivitas kerja untuk pencapaian tujuan ergonomi dilakukan dengan memperhatikan delapan aspek ergonomi adalah sebagai berikut: 1) Status nutrisi yang memadai sebagai sumber energi seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. 2) Aplikasi tenaga otot secara optimal dan efisien untuk menekan stress pekerja sampai batas minimum. 3) Sikap tubuh yang diterapkan dalam sikap kerja dengan memperhatikan situasi

27 34 pembebanan terhadap tubuh, jenis pekerjaan dan ruang lingkungan pekerjaan. 4) Kondisi lingkungan kerja untuk mencegah beban yang berlebihan terhadap fisik dan mental. 5) Kondisi yang berkaitan dengan waktu atau yang berkaitan dengan pola kerja, waktu kerja dan waktu istirahat. 6) Kondisi informasi untuk menunjukkan penampilan (performance) kerja secara puas dan luas. 7) Kondisi sosial untuk meningkatkan kualitas intraksi antar pekerja. Tugas yang dilakukan sudah menjadi udaya kerja karena dilakukan dengan cara nyaman dapat menyokong kehidupan yang sejahtera bagi karyawan. 8) Intraksi manusia dengan mesin dengan proporsi pembagian tugas pekerjaan yang tepat antara manusia dengan mesin/alat.

28 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK POLITEKNIK NEGERI BALI

APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK POLITEKNIK NEGERI BALI TESIS APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK POLITEKNIK NEGERI BALI OLEH I NYOMAN SUTARNA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK

IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK Murni Nasrun 1 1 Masyarakat Desa Tanah Merah Email: - Abstrak Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB V tentang Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan Mata Dan Meningkatkan

Lebih terperinci

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI 1 SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh: Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com Abstrak Industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adapun massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai 81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS TUGAS AKHIR ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS DITINJAU DARI ASPEK BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI (Studi Kasus di PT. Bahama Lasakka, Batur, Ceper, Klaten) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISIS BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (Studi Kasus: PT. Perkasa Mandiri Furniture, Sukoharjo)

TUGAS AKHIR. ANALISIS BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (Studi Kasus: PT. Perkasa Mandiri Furniture, Sukoharjo) TUGAS AKHIR ANALISIS BEBAN KERJA PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (Studi Kasus: PT. Perkasa Mandiri Furniture, Sukoharjo) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang kotor merupakan salah satu masalah klasik dalam suatu wilayah perkotaan. Persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan perumahan, sekolah dan gedung-gedung perkantoran membawa tren tersendiri bagi para arsitek dan desainer interior. Mereka dituntut membuat gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 70 BAB V HASIL PENELITIAN Hasil dan analisis hasil pengamatan dan pengukuran terhadap variabel pada penelitian ini disajikan sebagai berikut : 5.1 Kondisi Subjek Penelitian 5.1.1 Analisis deskripsi karakteristik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA Muchlison Anis Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK

SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK Pendahuluan Komang Nelly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bekerja merupakan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan bekerja, manusia berharap akan memperoleh suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK OLEH WAHYU PURWANTO LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang

Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang 2 Status sekolah bermutu yang didapat dari pengakuan terakreditasi memang penting, tetapi masyarakat tetap berkepentingan dengan sekolah bermutu walaupun belum terakreditasi. Sekolah bermutu mampu mendidik

Lebih terperinci

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA Tubuh manusia dirancang untuk melakukan pekerjaan, massa otot beratnya hampir ½ berat badan, memungkinkan dpt menggerakan tubuh Setiap beban kerja

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Kelamin Adanya perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat produktivitas seseorang. Secara universal, tingkat produktivitas laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu isu ergonomi kesehatan semakin banyak diminati, mengingat setiap aktivitas kehidupan, mulai dari bangun tidur hingga istirahat pada semua orang akan melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Aplikasi Ergonomi di Sektor Jasa Konstruksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Aplikasi Ergonomi di Sektor Jasa Konstruksi 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aplikasi Ergonomi di Sektor Jasa Konstruksi Selain bekerja di sektor pertanian dan perdagangan masyarakat yang tinggal di Bali juga bekerja di sektor konstruksi, ini perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Bali adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan vokasional. Lulusan politeknik diharapkan sudah siap kerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi dan Penerapannya Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan peralatan, mesin, sistem, organisasi dan lingkungan pada kemampuan, kebolehan dan batasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industrialisasi dalam pembangunan Indonesia telah berkembang pesat di semua sektor, baik formal maupun informal. Perkembangan tersebut bukan saja menyajikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional Indonesia sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia. Salah satu unsur kualitas sumber daya manusia adalah tingkat kesehatan, baik kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah salah satu di antaranya adalah nyeri otot leher. Bekerja dengan posisi berdiri yang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melaksanakan sebuah pekerjaan dapat membuat seseorang berisiko mengalami gangguan atau cedera. Kebanyakan cedera akibat kerja biasanya mengenai sistem muskuloskeletal.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Sektor Informal Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pola kegiatannya

Lebih terperinci

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Kerja Bekerja adalah suatu kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pekerjaan yang sering dilakukan oleh tenaga kerja yang bekerja di industri atau pabrik adalah pekerjaan mengangkat beban atau sering disebut dengan manual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL Otong Andi Juhandi (30402785) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Kontak Person : Otong Andi

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA PENGGUNAAN MESIN GERINDA PADA PERAJIN BATU PERMATA DI KARANGASEM

ANALISIS BEBAN KERJA PENGGUNAAN MESIN GERINDA PADA PERAJIN BATU PERMATA DI KARANGASEM ANALISIS BEBAN KERJA PENGGUNAAN MESIN GERINDA PADA PERAJIN BATU PERMATA DI KARANGASEM M. Yusuf Staf Pengajar Politeknik Negeri Bali (Mahasiswa Program Pascasarjana Ergonomi-Fisiologi Kerja, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Demikian juga dalam dunia industri, penggunaan teknologi atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Demikian juga dalam dunia industri, penggunaan teknologi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia tidak bisa terlepas dari suatu peradaban dunia dari waktu-kewaktu yang semakin berkembang. Perubahan tersebut tentunya menuju kearah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah hotel. Dinas Pariwisata Bali mencatat jumlah hotel yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah hotel. Dinas Pariwisata Bali mencatat jumlah hotel yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kunjungan wisatawan ke Bali setiap tahun mengalami peningkatan yang pesat. Biro Pusat Statistik Bali 2014 mencatat pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi merupakan integrasi dari tenaga kerja, material, metode kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah bagi

Lebih terperinci

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti Sumaryanti Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA

. II. TINJAUAN PUSTAKA . II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan akar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama ini dilakukan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama ini dilakukan BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Proses produksi kain endek tiga tahun belakangan ini mengalami kemunduran, hal ini disebabkan karena proses midang selama

Lebih terperinci

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak Penelitian ini dilakukan di pasar Bringharjo dan Giwangan dengan objek buruh gendong perempuan. Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi yang pada tanggal 2 Oktober 2009 ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fatigue atau sering disebut dengan kelelahan adalah dimana kondisi tubuh yang merespon setiap otot yang stres untuk segera melakukan pemulihan atau istirahat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai

Lebih terperinci

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT

PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT Herwina Mulyantari 1, Ary Permatadeny Nevita 2 1,2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Nusantara PGRI Kediri E-mail: 1 herwinatari@gmail.com,

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan

BAB VI PEMBAHASAN. Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian tentang Pengaruh Dua Ukuran Lukisan Berbeda Dalam Sebuah Ruang Pameran Terhadap Kelelahan secara umum dan Kenyamanan memandang dari Pengunjung

Lebih terperinci

Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci. dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan. Cardiovasculair Load

Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci. dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan. Cardiovasculair Load hal II - 81 Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan Cardiovasculair Load Risma Adelina Simanjuntak 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kenyamanan Memandang Secara Umum. Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kenyamanan Memandang Secara Umum. Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kenyamanan Memandang Secara Umum Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan rentang gerakan kepala. Secara antropometrik

Lebih terperinci