Evaluasi Kinerja Detektor Adaptif pada Sistem ATCS (Area Traffic Control Sytem) (Studi Kasus : Simpang Gamping, Yogyakarta)
|
|
- Ari Yandi Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 1 Evaluasi Kinerja Detektor Adaptif pada Sistem ATCS (Area Traffic Control Sytem) (Studi Kasus : Simpang Gamping, Yogyakarta) Hesti Iftitachul Musyarofah 1, Wahyu Widodo 2, Hary Agustriono 3 ABSTRAK ATCS (Area Traffic Control System) di Yogyakarta telah digunakan sejak tahun Namun sampai saat ini belum pernah dilakukan evaluasi terhadap kinerja detektornya. Detektor yang ada pada daerah studi adalah jenis adaptif menggunakan frekuensi radar. Berdasarkann informasi yang didapatkan, detektor yang ada belum dapat mendeteksi kendaraan kecil dengan baik serta waktu siklus yang dimiliki kurang sesuai dengan kinerja simpang bersinyal sesuai dengan Manual Jalan Indonesia (MKJI) yang ada pada daerah studi. Evaluasi dilakukan dengan dua metode survei yaitu manual melalui rekaman CCTV dan survei melalui software I-Traffic yang ada pada ATCS. Volume kendaraan dari survei manual dan dari pembacaan software I-Traffic dibandingkan kemudian dihitung standar deviasinya. Setelah itu, dihitung waktu siklus hasil survei manual. Untuk mengetahui kinerja waktu siklus yang dihasilkan dari perhitungan manual dan melalui I-Traffic, maka dilanjutkan dengan menghitung parameterparameter kapasitas (C), derajat kejenuhan (DS),panjang antrian (QL), dan tundaan (D). Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan volume kendaraan hasil survei melalui software I-Traffic dan survei manual melalui rekaman CCTV sebesar 4919 kend/12 jam (Selatan-Timur) dan 5801 kend/12 jam (Barat-Selatan). siklus semula 85 (Pagi) dan 89 (Sore) menjadi 68 (Pagi) dan 63 (Sore). pada jam semula 1378 (Timur) Menjadi 1371, 933 (Selatan) menjadi 1001, 1517 (Barat) menjadi jam semula 1711 (Timur) Menjadi 1372, 706 (Selatan) menjadi 1156, 1175 (Barat) menjadi 725. Kejenuhan jam semula 0,76 (Timur) Menjadi 0,76, 0,82(Selatan) menjadi 0,76, 0,65 (Barat) menjadi 0,76. Kejenuhan jam semula 0,58 (Timur) Menjadi 0,73, 1,31 (Selatan) menjadi 0,80, 0,52 (Barat) menjadi 0,84. Panjang Antrian jam semula 193 (Timur) Menjadi 153, 70 (Selatan) menjadi 56, 85 (Barat) menjadi 75. Panjang Antrian jam semula 193 (Timur) Menjadi 137, 70 (Selatan) menjadi 63, 85 (Barat) menjadi 57. Tundaan Rata-rata jam semula 33,98 menjadi 29,50 dan jam ,13 Menjadi 30,88. ITP jam adalah tetap pada tingkat D dan pada jam naik dari tingkat F menjadi D. Keywords : Volume Kendaraan, siklus,, kejenuhan, Panjang antrian, Tundaan 1. Mahasiswa Teknik Sipil Dosen Pembimbing Dua 2. Dosen Pembimbing Satu
2 1 2 I. PENDAHUUAN 1.1. Latar belakang Mengkaji dan mengidentifikasi kinerja detektor adaptif pada sistem ATCS (area traffic contro system) merupakan langkah awal dalam melakukan evaluasi. Evaluasi kinerja detektor adaptif pada sistem ATCS menjadi sangat penting dilakukan ketika kinerjanya dirasa sudah tidak sesuai dengan yang diinginkan dan akan dilakukan perbaikan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menjadi salah bahan masukan dalam pengambilan kebijakan terhadap pengembangan dan peningkatan sistem detektor yang ada ATCS DISHUBKOMINFO DIY yang telah digunakan sejak tahun Metode yang digunakan dalam evaluasi kinerja detektor adaptif pada sistem ATCS ini adalah dengan cara membandingkan hasil perhitungan volume arus lalu lintas oleh detektor adaptif yang ditunjukkan oleh software I-Traffic dengan perhitungan volume arus lalu lintas hasil survei manual di lapangan melalui rekaman CCTV Analisis perhitungan dilakukan dengan cara mencari standar deviasi dari kedua jenis survei, menghitung waktu siklus, derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan yang ada pada kedua waktu siklus yang ada pada data survei dengan didasarkan pada Manual Jalan Indonesia (MKJI) Detektor adaptif Detektor adalah suatu sistem yang merupakan komponen penting dari sebuah ATCS. Fungsi detektor pada sistem ATCS adalah untuk menjalankan dan memperpanjang fase. Detektor dapat berupa inductance detector, tombol yang biasanya ditekan oleh pejalan kaki, detektor infra merah, gelombang mikro dan wireless studs (Anthony Fitts dan Peter Midgley, 2010) Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (2012), detektor kendaraan (vehicle detector) mempunyai fungsi utama untuk mendeteksi lalu lintas kendaraan yang masuk dan/atau keluar persimpangan untuk menghasilkan data karakteristik lalu lintas yang dibutuhkan untuk melakukan optimasi pengaturan sinyal. Detektor kendaraan mempunyai komponen utama sebagai berikut: 1. Sensor untuk mendeteksi kendaraan yang melintas 2. Prosesor untuk mengolah data hasil deteksi 3. Communication-unit untuk berkomuniasi dengan sub sistem lainnya 4. Sumber energi (power supply). Felisiano Syandhuwardana dkk (2011), mengatakan bahwa adaptif merupakan suatu pengaturan perwaktuan pengaturan nyala lampu lalu lintas secara otomatis dan seketika pada setiap jalur ATCS Faizahalk (2013), mengatakan bahwa ATCS (Area Traffic Control System) merupakan alat untuk mengatur lalu lintas pada persimpangan dengan mempergunakan traffic light yang dikendalikan secara otomatis dengan software aplikasi jarak jauh (online). Pada ATCS telah menggunakan kamera yang tersedia sistem mendeteksi gambar kendaraan di traffic light. Jika panjang antrian kendaraan telah mencapai limit yang telah ditentukan, maka sistem otomatis akan memperpanjang waktu hijau di persimpangan yang antriannya paling panjang. Sistem tersebut menggunakan deteksi citra. Tetapi, apabila panjang antrian telah melebihi batas kamera, maka operatorlah yang bertugas merubah waktu secara manual I-Traffic Software yang digunakan untuk mengatur waktu sinyal pada persimpangan yang menggunakan detektor adaptif, data arus lalu lintas yang telah terdekteksi oleh radar akan terbaca sebagai jumlah antrian (density) perfase dan total jumlah 1. Mahasiswa Teknik Sipil Dosen Pembimbing Dua 2. Dosen Pembimbing Satu
3 3 kendaraan yang telah melewati simpang (total Vehicle). Hasil dari jumlah antrian (density) akan digunakan untuk menentukan lama nyala lampu hijau pada simpang, density akan menghitung jumlah kendaraan mengantri selama periode lampu merah dan akan mengulang hitungan kembali setelah memasuki periode antara hijau ke kuning. sedangkan total vehicle yang merupakan hasil dari total jumlah kendaraan yang melewati simpang selama satu jam dan akan mengulang hitungan setiap 1 jam. II. METODE PENELITIAN 2.1. Alat penelitian Data geometrik persimpangan Melakukan pengukuran lebar masing-masing lengan pada simpang Gamping, Sleman, Yogyakarta dengan menggunakan bantuan meteran, alat tulis, dan kamera serta menggunakan tally counter untuk menghitung jumlah arus kendaraan pada masing-masing survei Proses kerja detektor ATCS Dalam melakukan perhitungan terhadap jumlah arus kendaraan yang melewati detektor pada persimpangan terdapat proses-proses sebagai berikut: Radar mendeteksi kendaraan yang lewat data kendaran yang lewat dikirim ke server di CC Room dengan radio frekuensi server menerima data dan mengolah di program I traffic visual kondisi simpang lewat CCTV dijadikan pertimbangan operator menyesuaikan program waktu siklus yang sesuai dengan kebutuhan simpang hitung jumlah kendaraan dan antrian pada simpang Siklus ditentukan kontroller menerima dan mengatur nyala lampu hijau, merah dan kuning pada setiap simpang lampu lalu lintas menyala sesuai dengan waktu siklus pengaturan yang telah ditentukan Gambar 1 Proses kerja detektor adaptif sistem ATCS Sumbet data Melakukan dua jenis survei yaitu survei melalui software I-Traffic dan survei manual melalui rekaman CCTV. Untuk mendapatkan data jumlah arus kendaraan yang tercatat oleh detektor pada sistem ATCS dapat dilakukan dengan melihat pada software I-Traffic yang ada di CC Room ATCS DISHUBKOMINFO DIY, kemudian mencatatnya pada setiap fase yang terjadi dan diakumulasi selama satu jam selama 12 jam. Serta melakukan survei manual dengan menghitung jumlah kendaraan yang pada hasil rekaman CCTV sistem ATCS Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Simpang Gamping, Sleman, Yogyakarta. Jenis simpang tiga bersinyal (333L), dengan tipe pendekat terlindung (P). Gambar 2 Lokasi penelitian 2.3. Prosesa analisis data Parameter-parameter yang digunakan Dalam analisis data kedua survei digunakan parameter-parameter kinerja simpang bersinyal pada Manual Jalan Indonesia (MKJI) 1997, diantaranya yaitu sebagai berikut: 1. siklus dan waktu hijau kejenuhan 4. Panjang antrian 5. Tundaan Perhitungan arus lalu lintas Dalam perhitungan arus lalu lintas dilakukan per satuan jam dalam satu atau lebih periode yaitu sesuai dengan kondisi lalu lintas yang ada berdasarkan pada arus lalu lintas rencana pada jam puncak pagi, siang, dan sore.
4 4 Q Q emp Q emp Q emp LV LV Dimana : Q Q LV, Q HV, Q MC HV HV MC = Arus kendaraan total =Arus kendaraan untuk masing-masing tipe (1) emp LV, emp HV, emp MC = Nilai emp untuk tiap-tiap kendaraan Tabel 1 Klasifikasi kendaraan No Klasifikasi Jenis Kendaraan 1 Light Vehicle (LV) 2 Heavy Vehicle (HV) 3 Motor Cycle (MC) 4 Unmotorised Vehicle (UM) Sumber : Abubakar, 1995 Sedan, jeep, oplet, mikrobus, pick up Bus standar, bus besar, truk sedang, truk berat Sepeda motor dan sejenisnya Bacak, sepeda, andong, dan sejenisnya Tabel 2 Nilai ekivalen mobil penumpang (emp) Jenis Kendaraan Kendaraan ringan (LV) Kendaraan berat (HV) Sepeda motor (MC) emp untuk tiap-tiap tipe kendaraan Terlindung Terlawan 1,0 1,0 1,3 1,3 0,2 0,4 Sumber : Manual Jalan Indonesia (MKJI) Perhitungan waktu siklus dan waktu hijau siklus sebelum penyesuaian (c ua) adalah waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal. Penentuan waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali waktu tetap dilakukan berdasarkan metoda Webster (1996) untuk meminimumkan tundaan total pada suatu simpang. Pertama-tama ditentukan waktu siklus (c), selanjutnya waktu hijau (g), pada masing masing fase (i). Penentuan waktu siklus dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut: MC (1,5 LTI 5) c ua (1 IFR) (2) Dimana : c ua : siklus sebelum penyesuaian sinyal LTI : hilang total per siklus (Dari sudut kiri bawah pada formulir SIG-IV) IFR :Rasio arus simpang (FR CRIT ) (Dari bagian terbawah koom 19) Penentuan waktu hijau dapat dilakukan dengan rumus (3.3) sebagai berikut: ( cua LTI) FRCRIT gi ( FRCRIT ) (3) Dimana : gi : Tampilan waktu hijau pada fase i FR CRIT : jumlah rasio arus Penentuan waktu siklus yang disesuaikan: c = g LTI Dimana : c = siklus yang disesuaikan g = hijau total per siklus LTI = hilang total per siklus (4) Perhitungan adalah jumlah maksimum arus kendaraan yang dapat melewati persimpangan jalan (intersection). C = S g/c (5) Dimana : C = S = Arus jenuh g = hijau c = siklus Perhitungan kejenuhan kejenuhan (DS) didefenisikan sebagai rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas, yang digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Untuk menghitung
5 5 derajat kejenuhan pada suatu ruas jalan perkotaan dengan rumus (MKJI 1997) sebagai berikut : DS = Q/C (6) Dengan : DS = kejenuhan Q = Arus maksimum C = Perhitungan Panjang antrian Dalam MKJI 1997, antrian yang terjadi pada suatu pendekat adalah jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau (NQ) yang merupakan jumlah antrian tersisa dari fase hijau sebelumnya(nq 2 ). Untuk menghitung jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau sebelumnya digunakan hasil perhitungan derajat kejenuhan yang tersisa dari fase hijau sebelumnya. (MKJI, 1997) Untuk DS > 0.5 : 2 8( DS 0.5) NQ1 0.25C ( DS 1) ( DS 1) C (7) Untuk DS < 0.5 atau DS = 0.5 ; NQ 1 = 0 Dengan : NQ 1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya DS = derajat kejenuhan C = kapasitas = arus jenuh dikalikan rasio hijau (S GR). Jumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NQ 2 ). 1GR Q NQ2 c 1GR DS 3600 (8) Dengan : NQ 2 = jumlah smp yang tersisa dari fase merah DS = derajat kejenuhan GR = rasio hijau (g/c) c = waktu siklus Q masuk = arus lalulintas pada tempat masuk di luar LTOR. Jumlah kendaraan antrian: NQ = NQ 1 + NQ 2 (9) Panjang antrian (QL) dengan mengalikan NQ max dengan luas rata-rata yang dipergunakan persmp (20 m 2 ) kemudian bagilah dengan lebar masuknya NQmax 20 Q L W masuk Sumber : Manual Jalan Indonesia (MKJI), 1997 Gambar 3 Perhitungan Jumlah Antria dalam smp (10) Perhitungan Tundaan Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang apabila dibandingkan dengan lintasan tanpa melalui simpang. Perhitungan tundaan berdasarkan MKJI (1997) dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: a. Perhitungan tundaan lalu lintas ratarata setiap pendekat (DT) kibat pengaruh timbal balik dengan gerakan-gerakan lainnya pada simpang dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: NQ DT c A C (11) Dengan: DT =Tundaan lalu lintas rata-rata (smp/detik) c = siklus yang disesuaikan
6 6 A = 2 0,5 (1 GR) (1 GR DS) atau dapat digunakan Gambar 3.4 GR = Rasio hijau (g/c) DS = kejenuhan NQ 1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hujau sebelumnya C = Gambar 4 Nilai konstanta A b. Penentuan tundaan geometrik ratarata masing-masing pendekat (DG) akibat perlambatan dan percepatan ketika menunggu pada suatu persimpangan dan/atau ketika dihentikan oleh lampu merah. Dapat dilihat pada persamaan (12) sebagai berikut: DG ( 1 psv ) pt 6 ( psv 4) (12) Dengan: DG = Tundaan geometrik rata-rata untuk pendekat (detik/smp) p SV = Rasio kendaraan terhenti pada pendekat = Min (NS,1) p T = Rasio kendaraan berbelok pada pendekat Sehingga didapatkan tundaan ratarata melalui persamaan (13) sebagai berikut: D DT DG (13) c. Perhitungan tundaan total dalam detik adalah dengan mengalikan tundaan rata-rata dengan arus lalu lintas d. Perhitungan tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (D 1 ) yaitu dengan membagi jumlah nilai tundaan dengan arus total dalam detik dengan mengalihkan tundaan rata-rata. Untuk mengetahui tingkat pelayanan suatu simpang dapat disimpulkan dari besarnya nilai tundaan yang terjadi. Dalam hal ini dapat dilihat sesuai dengan tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3 Tingkat pelayanan berdasarkan Tundaan (D) Tingkat Pelayanan Tundaan (det/smp) Keterangan A < 5 Baik Sekali B 5,1-15 Baik Sekali C 15,1-25 Sedang D 25,1-40 Kurang E 40,1-60 Buruk F > 60 Buruk Sekali Sumber : Manual Jalan Indonesia (MKJI), 1997 III. HASIL PENELITIAN 3.1 Perbandingan arus lalu lintas Hasil survei dengan detektor adaptif sistem ATCS Hasil survei jumlah arus lalu lintas dengan detektor adaptif dapat diketahui pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Hasil perhitungan jumlah arus lalu lintas dengan detektor ATCS arah Selatan-Timur dan Barat-Selatan Arah Hari/Tanggal Selatan-Timur (F2) Barat-Selatan (F3) Selasa, Jumlah (kend/12 jam)
7 Hasil survei dengan rekaman CCTV Hasil survei jumlah arus lalu lintas dengan perhitungan manual melalui rekaman CCTV dapat diketahui pada tabel 5 dan 6 sebagai berikut: Tabel 5. Hasil survei jumlah arus lalu lintas dengan Rekaman CCTV arah Selatan-Timur HARI/TANG GAL WAKTU ARAH Selatan-Timur (F2) MC LV HV UM Selasa, Jumlah 8338 Jumlah tanpa MC dan UM (kend/jam) 3784 Tabel 6.. Hasil survei jumlah arus lalu lintas dengan Rekaman CCTV arah Barat- Selatan HARI/TANG GAL ARAH Jumlah (Kend/jam) Jumlah (Kend/jam) WAKTU Barat-Selatan (F3) MC LV HV UM Selasa, Jumlah 6918 Jumlah tanpa MC dan UM (kend/jam) 2962 Tabel 7. Perbandingan Volume Kendaraan Survei Manual dan I-Traffic Arah Selatan- Timur HARI/TAN GGAL WAKTU Arah dan Jenis Survei Barat- Selatan (F3) Survei Manual Barat- Selatan (F3) Survei melalui I- Traffic Selasa, Jumlah Total Selisih 5801 Jumlah Tanpa (MC dan UM) Selisih Kinerja Simpang siklus dan waktu hijau siklus dan waktu hijau dapat dilihat pada tabel 7 dan 8 sebagi berikut: Tabel 8 Data Sinyal Simpang Gamping Sleman DIY pada siklus 1 I-Traffic Nama Jalan Jalan Jogjawates (T) Jalan Ringroad Selatan (S) Jalan Jogjawates (B) Fase Hijau Kuning Merah Sumber : Hasil pengamatan pada I-traffic, Siklus 85
8 8 Tabel 9 Data Sinyal Simpang Gamping Sleman DIY pada siklus 2 I-Traffic Nama Jalan Jalan Jogjawates (T) Jalan Ringroad Selatan (S) Jalan Jogjawates (B) Fase Hijau Kuning Merah Sumber : Hasil pengamatan pada I-traffic, Pada perhitungan kapasitas, derajat kejenuhan, panjang antrian, dan tundaan dilakukan dua kali karena untuk mengetahui keefektifan siklus yang ditampilkan oleh software I-Traffic ATCS dengan hasil perhitungan manual namun dengan jumlah arus kendaraan yang dihasilkan oleh survei manual melalui rekaman CCTV. Tabel 10 simpang dari waktu siklus I-Traffic Hari/Tanggal Arah hijau (g) siklus ( c ) Arus jenuh (S) (smp/jam ) Tabel 11 simpang dari waktu siklus baru hasil perhitungan Siklus 89 (C=S (g/c)) Timur Selatan Barat Timur Selatan Barat Hari/Tanggal Arah hijau (g) siklus ( c ) Arus jenuh (S) (smp/jam ) (C=S (g/c)) Timur Selatan Barat Timur Selatan Barat kejenuhan Tabel 12 kejenuhan dari waktu siklus I-Traffic Hari/Tanggal agustus Kode pendekat Tabel 13 kejenuhan dari waktu siklus baru hasil perhitungan Hari/Tanggal agustus Panjang Antrian Arus lalu lintas (C) (C=S g/c) Tabel 43 Panjang antrian dari waktu siklus I- Traffic Tabel 15 Panjang antrian dari waktu siklus baru hasil perhitungan kejenuha n (DS) T S B T S B Kode pendekat Hari/Tanggal arah Agustus Hari/Tanggal arah Agustus Arus lalu lintas (C) (C=S g/c) kejenuha n (DS) T S B T S B Jumlah Jumlah smp yang smp yang tersisa datang dari fase selama hijau fase nerah (NQ 1 ) (NQ 2 ) NQ TOTAL NQ MAX Panjang antrian (QL) (m) T S B T S B Jumlah Jumlah smp yang smp yang tersisa datang dari fase selama hijau fase nerah (NQ 1 ) (NQ 2 ) NQ TOTAL NQ MAX Panjang antrian (QL) (m) T S B T S B
9 Tundaan Tabel 16 Tundaan dari waktu siklus I-Traffic Hari/Tanggal arah Agustus (C) (C=S g/c) kejenuhan (DS) DT DG Tabel 17 Tundaan dari waktu siklus baru hasil perhitungan Tabel 18. Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal Hasil Survei Manual Melalui CCTV dan Survei Melalui Software I-Traffic Tabel 19. Perbandingan Kinerja Simpang Bersinyal Hasil Survei Manual Melalui CCTV dan Survei Melalui Software I-Traffic D=DT+D G T S B T S B Hari/Tanggal arah Agustus Kode Pendekat (C) (C=S g/c) kejenuhan (DS) DT DG D=DT+D G T S B T S B siklus I- Traffic Siklus Baru Kapasit I-Traffic as Baru Kejenuha n I- Traffic Kejenuha n Baru T ,76 0,76 S ,82 0,76 B ,65 0,76 T ,58 0,73 S ,31 0,80 B ,52 0,84 Kode Pendekat Panjang Antrian I- Traffic Panjang Antrian Baru T S B T S B Tundaan rata-rata I-Traffic 33,98 238,13 Tundaan rata-rata Baru 29,5 30,88 IV. KESIMPULAN dan SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Detektor adaptif sistem ATCS yang dipasang di Simpang Gamping disetting untuk tidak terlalu dapat mendeteksi kendaraan kecil hanya deteksi jenis LV dan HV 2. Volume arus lalu lintas yang dihitung dari survei manual melalui rekaman CCTV lebih banyak dan lebih akurat karena dapat dibedakan setiap jenis kendaraanya. 3. Standar deviasi dari kedua data hasil survei terdapat perbedaan yang cukup besar 4. siklus yang ada di I-Traffic lebih besar daripada hasil perhitungan sehingga menghasilkan kapasitas yang kecil, dan memperbesar derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan DAFTAR PUSTAKA Abu bakar, 1 (1991), Rekayasa Lalu Lintas, Cetakan Pertama,, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota. Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Antoni Anton, (2011), Analisis panjang antrian kendaraan pada simpang bersinyal (studi kasus pada lengan selatan simpang empat Jetis, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta Dirjen Bina Marga., 1997, Manual Jalan Indonesia (MKJI), Depertemen Pekerjaan Umum, Jakarta Faizahalk, 2013, ATCS (Area Traffic Control System), /01, Jawa Timur Fitts, Antoni. dan Peter Midgley., 2010, Tinjauan Mobilitas Perkotaan dan Penerapan Area Traffic Control System di Surabaya, Indonesia Infrastructure Initiative, Jakarta
10 10 Hay, 1997 dalam Jatmiko, Y.S., 2010, Evaluasi kinerja simpang bersinyal, Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta Hisyam. M.H., 2009, Penerapan ATCS (Area Traffic Control System) Sebagai Alternatif Solusi Masalah Transportasi Perkotaan, 09/05/penerapan-atcs-area-trafficcontrol.html, Malang I.B. Swamardika, A, 2005, Simulasi Kontrol Lampu Lalu Lintas Sistem Detektor dengan menggunakan PLC untuk Persimpangan Jalan Waribang- WR.Supratman Denpasar, Vol.4 No.2 Juli-Desember 2005, Teknik Elektro Universitas Udayana, Denpasar Jatmiko, Y.S., 2010, Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta Kamus Besar Bahas indonesi Online, Kamus Besar Bahas indonesi Online, Moko interview, (), Interview cara kerja detektor, Bengkel Qumicon Jalan Kaliurang KM.7, Yogyakarta Putra, M.Surya Permana, 2013, Analisis kinerja simpang bersinyal di persimpangan Denggung (Studi kasus : Jalan Magelang KM 9,5 Yogyakarta, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta Putranto, I.F., dan Pratama, R.P, 2010, Evaluasi Kinerja Simpang Jalan Menur-Jalan Manyar Kertoarjo Raya-Jalan Menur Raya-Jalan Kertajaya Raya, Sebelum dan Sesudah Pemasangan Alat ATCS- ITS, NonDegree Cover_id.pdf, Surabaya Sari., A.D., 2012, Pemahaman ATCS, 01/pemahaman-atcs.htm?m=1, Malang Sari., A.D., 2012, Penerapan ATCS (Area Traffic Control system) Sebagai Alternatif Solusi Masalah Transportasi Perkotaan, 01/pemahaman-atcs.htm?m=1, Malang Sari., A.D., 2012, Cara Kerja ATCS, 01/pemahaman-atcs.htm?m=1, Malang Syandhuwardhana, F., Setiawan, B., dan Widyanto, E, 2011, Pengendalian ATCS dengan CCTV Dinamis Melalui Port Parallel, Teknik Elektro Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang Team Leader., Evaluasi Penerapan Area Traffic Control System (ATCS) Di DKI Jakarta, Bandung, dan Surabaya, Direktorat Bina Sarana Transportasi Perkotaan, Jakarta
BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Simpang Bersinyal Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Simpang Bersinyal 3.1.1 Geometrik Perhitungan dikerjakan secara terpisah untuk setiap pendekat. Satu lengan simpang dapat terdiri lebih dari satu pendekat, yaitu dipisahkan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelajar sekaligus kota wisata. Identitas sebagai kota pelajar tercermin dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) mempunyai identitas sebagai kota pelajar sekaligus kota wisata. Identitas sebagai kota pelajar tercermin dari banyaknya institusi perguruan
Lebih terperinciNASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : SIMPANG EMPAT BERSINYAL DEMANGAN) ABSTRAK
NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : SIMPANG EMPAT BERSINYAL DEMANGAN) Afdhol Saputra 1, Wahyu Widodo 2, Muchlisin 3 ABSTRAK Simpang sebagai titik pertemuan beberapa
Lebih terperinciEVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN
EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN Winoto Surya NRP : 9921095 Pembimbing : Prof. Ir. Bambang Ismanto S. MSc. Ph.D. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Lebih terperinciKONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS
DAFTAR ISTILAH KONDISI DAN KARAKTERISTIK LALU LINTAS Emp smp Type 0 Type P EKIVALEN MOBIL PENUMPANG SATUAN MOBIL PENUMPANG ARUS BERANGKAT TERLAWAN ARUS BERANGKAT TERLINDUNG Faktor dari berbagai tipe kendaraan
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir
ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 UMUM Analisa kinerja lalu lintas dilakukan untuk mengetahui tingkat pelayanan, dan dimaksudkan untuk melihat apakah suatu jalan masih mampu memberikan pelayanan yang
Lebih terperinciREKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA
REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 KOMPONEN SIKLUS SINYAL Siklus. Satu siklus sinyal adalah satu putaran penuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya adalah jalan yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri sebagai berikut: 1. Digunakan untuk kendaraan
Lebih terperinciDAFTAR ISTILAH KARAKTERISTIK LALU LINTAS. Arus Lalu Lintas. UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas.
283 KARAKTERISTIK LALU LINTAS Arus Lalu Lintas DAFTAR ISTILAH UNSUR LALU LINTAS Benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas. Kend KENDARAAN Unsur lalu lintas diatas roda LV HV KENDARAAN RINGAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Simpang adalah suatu area yang kritis pada suatu jalan raya yang merupakan tempat titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro,
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG
EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG Marsan NRP : 9921019 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bambang I.S., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO
EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO Dwi Anita M. J. Paransa, Lintong Elisabeth Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado E-mail:whiedwie19@gmail.com
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran Tabel 5.1 Data Umum dan Kondisi Geomterik Ruas Jalan Prof. dr. Sardjito PENDEKAT TIPE LINGKUNGAN JALAN
Lebih terperinciMANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA
MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA YONES YUBILIA BIRING¹, A. A. GDE KARTIKA, ST, MSc², BUDI RAHARJO, ST, MT² ¹Mahasiswa Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi
Lebih terperinciSTUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG
STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG Pembimbing Nama : Yuda NRP : 0621017 : Dr. Budi Hartanto Susilo Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simpang Persimpangan didefinisikan sebagai titik pertemuan antara dua atau lebih jalan yang saling berhubungan atau berpotongan dimana lintasan-lintasan kendaraan berpotongan.
Lebih terperinciWaktu hilang total : LTI = 18 KONDISI LAPANGAN. Tipe Lingku ngan Jalan. Hambatan Samping Tinggi/ren dah. Belok kiri langsung Ya/Tidak
Lampiran 1 SIG I ( Geometri Pengaturan Lalu Lintas Lingkungan ) Formulir SIG I : GEOMETRI PENGATURAN LALU LINTAS LINGKUNGAN Kota : Bandung Simpang : Asia Afrika Ahmad Yani Ukuran kota : 2.146.360 jiwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Simpang Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di daerah perkotaan biasanya banyak memiliki simpang, dimana pengemudi harus memutuskan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Masukan 1. Kondisi geometrik dan lingkungan persimpangan Berdasarkan hasil survei kondisi lingkungan dan geometrik persimpangan Monumen Jogja Kembali dilakukan dengan
Lebih terperinciSTUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG
STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG Oleh : Hendy NRP : 0021109 Pembimbing : Budi Hartanto S, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKHIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Lebih terperinciSIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM
SIMPANG TANPA APILL 1 Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM PENDAHULUAN Pada umumnya, simpang tanpa APILL dengan pengaturan hak jalan digunakan di daerah pemukiman
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Umum Pendekatan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dan analisis data yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Berdasarkan survei yang dilakukan pada Simpang Gintung, maka diperoleh data geometrik simpang dan besar volume lalu lintas yang terjadi pada simpang tersebut.
Lebih terperinciANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)
ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung) (TUGAS AKHIR) Oleh : KADEK NINDYA KARUNIA PUTRI NIM: 1204105028
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II Bab II Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hirarki jalan Jalan merupakan sarana yang paling penting dalam sebuah kota, karena dengan dilihat dari penataan jalan, sebuah kota dapat dikatakan sudah
Lebih terperinciANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS
ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SEARA TEORITIS DAN PRAKTIS Risna Rismiana Sari Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds.iwaruga Bandung 40012. Email: risna_28@yahoo.com
Lebih terperinciANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA PURWOSARI KABUPATEN PASURUAN)
Reka Buana Volume 1 No 1, September 2015 - Februari 2016 1 ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA PURWOSARI KABUPATEN PASURUAN) Muhammad Syaikhu (1, Esti Widodo
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Lebih terperincidi kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk. persimpangan (http://id.wikipedia.org/wiki/persimpangan).
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Simpang Jalan Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Simpang adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih ruas jalan bertemu,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 1. Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota Direktorat Jendral
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1999 Pedoman Perencanaan dan Pengoprasian Lalu Lintas di Wilayah Perkotaan. 2.
Lebih terperinciKata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan
ABSTRAK Kampus Universitas Udayana terletak disalah satu jalan tersibuk di Kota Denpasar yaitu jalan P.B. Sudirman, sehingga sering kali terjadi kemacetan. Peningkatan jumlah mahasiswa setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, banyak mengalami perkembangan yang pesat di segala bidang. Salah satunya adalah perkembangan di bidang perdagangan.
Lebih terperincilangsung. Survei dilakukan dengan pengukuran lebar pendekat masing-masing
BABV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Kondisi Geometrik Jalan Kondisi geometrik jalan didapat dari hasil pengumpulan data primer yang telah dilakukan dengan melakukan survei kondisi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dijabarkan dalam sebuah bagan diagram alir seperti gambar 3.1. Gambar 3.1. Diagram alir pelaksanaan studi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berfikir Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian dari dimulainya penelitian sampai selesainya penelitian
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kondisi Simpang 3.1.1. Kondisi geometri dan lingkungan Kondisi geometri digambarkan dalam bentuk gambar sketsa yang memberikan informasi lebar jalan, lebar bahu dan lebar median
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
15 BAB III LANDASAN TEORI A. Penggunaan dan Perlengkapan Jalan Berdasarkan Undang Undang Nomor Tahun 009 Tentang lalulintas dan Angkutan jalan, setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer
BAB IV Pembahasan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Survey Data lalu lintas yang digunakan dalam penelitian adalah data mengenai arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer yang
Lebih terperinci(2) Untuk approach dengan belok kiri langsung (LTOR) W E dapat dihitung untuk pendekat dengan atau tanpa pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.2.
BAB III LANDASAN TEORI A. Proses Analasis Data Pada proses analisa data, dari hasil analisa data pada saat pengamaatan dikumpulkan selanjutnya akan dilakukan proses analisa perhitungan dengan menggunakan
Lebih terperinciAnalisa Kapasitas dan Tingkat Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tiga Purwosari Kabupaten Pasuruan)
1 Analisa Kapasitas dan Tingkat Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tiga Purwosari Kabupaten Pasuruan) Muhammad Syaikhu Esti Widodo, Andy Kristafi A. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciKonferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PERBANDINGAN MANFAAT NILAI WAKTU PADA VOLUME LALU LINTAS JAM PUNCAK DENGAN VOLUME LALU LINTAS 24 JAM PENUH Studi Kasus pada Perbaikan
Lebih terperinciMulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data
BAB IV METODOLOGI PENELITITAN A. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang akan dilakukan dan dijelaskan pada bagan alir sebagai berikut: Mulai Studi pustaka Observasi awal Proposal disetujui TIDAK Survei
Lebih terperinciNursyamsu Hidayat, Ph.D.
Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Menghindari kemacetan akibat adanya konflik arus lalulintas Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan
Lebih terperinciANALISIS KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL LAMPU LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN PASIR PUTIH JALAN KAHARUDDIN NASUTION KOTA PEKANBARU
ANALISIS KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL LAMPU LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN PASIR PUTIH JALAN KAHARUDDIN NASUTION KOTA PEKANBARU Oleh : Husni Mubarak Fakultas Teknik Universitas Abdurrab,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA SURVEI LAPANGAN 1. Kondisi Lingkungan dan Geometrik Jalan Kondisi lingkungan dan geometrik jalan pada masing-masing pendekat dapat di lihat pada Tabel 5.1 berikut ini.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simpang Bersinyal Simpang bersinyal adalah titik bertemunya arus kendaraan yang diatur dengan lampu lalu lintas. Umumnya penggunaan simpang bersinyal yaitu : 1. Untuk menghindari
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
28 BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah simpang tiga jalan Pakuningratan Yogyakarta. Dilihat dari tipe persimpangan, pertigaan ini merupakan jalan lokal karena terdapat
Lebih terperinciEVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG
EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG Angga Hendarsyah Astadipura NRP : 0221055 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Lebih terperinciAnalisa Kinerja Simpang Bersinyal Pingit Yogyakarta
Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Pingit Yogyakarta Febriana Ramadhani, Widarto Sutrisno, Iskandar Yasin Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa widarto.sutrisno@ustjogja.ac.id, febriana29@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERSETUJUAN iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR ISTILAH
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Research Board. Report No. 123; Vermont South, Victoria, Australia. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Akcelik, R. 1989. Traffic signals; Capacity and Timing Analysis. Australian Road Research Board. Report No. 123; Vermont South, Victoria, Australia. Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM),
Lebih terperinciEfektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan. Ir. Sri Utami, MT
NEUTRON, Vol.4, No. 1, Februari 2004 21 Efektifitas Persimpangan Jalan Perkotaan Kasus : Simpang Sudirman & Simpang A.Yani Kota Pacitan Ir. Sri Utami, MT ABSTRAK Pada daerah tertentu di Kota Pacitan sering
Lebih terperinciANALISIS PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DENGAN METODA MKJI (STUDI KASUS SIMPANG BBERSINYAL UIN KALIJAGA YOGYAKARTA)
ANALISIS PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DENGAN METODA MKJI (STUDI KASUS SIMPANG BBERSINYAL UIN KALIJAGA YOGYAKARTA) Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Universitas
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN
EVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN Adhe Riqki Tasnim 1), H. Akhmadali 2), Siti Nurlaily Kadarini 2) Abstrak Kepadatan lalu lintas sering
Lebih terperinciANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda)
ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda) TUGAS AKHIR Oleh : Honey Handrika 1104105078 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciTUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO
TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO Johanis Lolong ABSTRAK Persimpangan adalah salah satu bagian jalan yang rawan terjadi konflik lalu lintas karena
Lebih terperinciDAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
vii DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi vii xii xiv
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)
EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : HENDRI SETYO
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Persimpangan Jalan Persimpangan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) adalah dua buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kondisi Simpang 3.1.1 Kondisi geometri dan lingkungan Kondisi geometri persimpangan juga memberikan pengaruh terhadap lalu lintas pada simpang, sehingga harus digambarkan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. entah jabatan strukturalnya atau lebih rendah keahliannya.
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, evaluasi adalah penilaian. Layaknya sebuah penilaian (yang dipahami umum), penilaian itu diberikan dari orang yang lebih tinggi
Lebih terperinciPERENCANAAN ULANG GEOMETRIK PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Kisaran Meulaboh)
PERENCANAAN ULANG GEOMETRIK PADA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Kisaran Meulaboh) Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh Ijazah Sarjana Teknik
Lebih terperinciANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)
ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN) Andi Syaiful Amal Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik - Universitas Muhammadiyah Malang Kontak Person
Lebih terperinciPERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI
PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI Febrina Ishak Syahabudin Theo K. Sendow, Audie L. E.Rumayar Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciJurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 ( ) ISSN:
EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL MENGGUNAKAN PROGRAM aasidra (Studi Kasus : Persimpangan Jalan 14 Februari Teling Jalan Diponegoro Jalan Lumimuut Jalan Toar, Kota Manado) 2011 Julia Astuti Djumati M.
Lebih terperinci2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Pengesahan... ii Persetujuan... iii Motto dan Persembahan... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 10 (Sepuluh) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI
EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI Resha Gunadhi NRP : 9921038 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciLAMPIRAN. xii. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN A. DATA LALU LINTAS ALTERNATIF JALAN LAYANG I... xiii B. DATA LALU LINTAS ALTERNATIF JALAN LAYANG II... xviii C. DATA LALU LINTAS ALTERNATIF JALAN LAYANG III... xxiii D. Lampiran Video Pengambilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Simpang Persimpangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sistem jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan jalan di daerah
Lebih terperinciTHE PERFORMANCE ANALYSIS OF A SIGNALIZED JUNCTION (Case Study:Jalan Teuku Umar Barat Jalan Gunung Salak)
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 1, Januari 2011 ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Jalan Teuku Umar Barat Jalan Gunung Salak) A.A.N.A. Jaya Wikrama Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)
EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG) Andi Syaiful Amal Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Univ.Muhammadiyah Malang Kampus III Jl. Tlogomas
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai
BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebeneran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat dan tak meragukan,
Lebih terperinciANALISA KINERJA PELAYANAN SIMPANG CHARITAS KOTA PALEMBANG
ANALISA KINERJA PELAYANAN SIMPANG CHARITAS KOTA PALEMBANG Ferli Febrian Rhaptyalyani Wirawan Djatmiko Student Alumni Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering Sriwijaya University Jln. Palembang-Prabumulih
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH
BAB IV ANALISA PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH 4.1 Data Geografis Simpang BEKASI CYBER PARK JL. KH. NOER ALI (KALI MALANG) KALI MALANG KALI MALANG MALL METROPOLITAN Gambar 4.1 Simpang Jalan Jenderal Ahmad
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Kondisi Simpang Bersinyal 1. Kondisi geomatrik dan lingkungan Kondisi geometri digambarkan dalam bentuk sketsa yang memberikan infirmasi lebar jalan, lebar bahu dan lebar median
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Ruas Jalan Raya Ciledug Berikut adalah hasil survey total arus lalu lintas per jam. Nilai total arus ini di lihat dari tiap hari sibuk dan jam sibuk. Tabel 4.1
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diambil kesimpulan:
100 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diambil kesimpulan: 1. Kinerja simpang untuk kondisi simpang tak bersinyal menghasilkan nilai derajat kejenuhan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Mulai. Studi Literatur. Penentuan Daerah Studi. Pengumpulan Data. Data Primer. Data Sekunder
BAB III METODOLOGI A. Kerangka Umum Pendekatan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan dan di lakukan pemodelan lalulintas dengan sistem komputer. Bagan alir yang menerangkan
Lebih terperinciSIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM
SIMPANG BER-APILL 1 Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM PENDAHULUAN Lampu lalu lintas merupakan alat pengatur lalu lintas yang mempunyai fungsi utama sebagai pengatur
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Dampak Lalu Lintas Dikun dan Arif (1993) mendefinisikan analisis dampak lalu-lintas sebagai suatu studi khusus dari dibangunnya suatu fasilitas gedung dan penggunaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berfikir Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian dari mulainya penelitian sampai selesainya penelitian
Lebih terperinciEVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK
EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK Dian Idyanata 1) Abstrak Kemacetan merupakan suatu konflik pada ruas jalan yang menyebabkan antrian pada ruas jalan
Lebih terperinciPEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT
PEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT Noor Mahmudah 1*, Deka Haryadi Bayunagoro 2, Muchlisin 3 1,2,3 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciANALISIS PANJANG ANTRIAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (STUDI KASUS SIMPANG JALAN AFFANDI YOGYAKARTA)
2 ANALISIS PANJANG ANTRIAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI (STUDI KASUS SIMPANG JALAN AFFANDI YOGYAKARTA) Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Universitas
Lebih terperinciSTUDI WAKTU TUNDAAN AWAL DAN ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN JALAN CIPAGANTI - EYCKMAN BANDUNG
STUDI WAKTU TUNDAAN AWAL DAN ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN JALAN CIPAGANTI - EYCKMAN BANDUNG Arif Budiman NRP : 9921051 Pembimbing : Silvia Sukirman., Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciAnalisa Panjang Antrian Dengan Tundaan pada persimpangan Bersignal Jl. Raden saleh dengan Jl.Balai kota Medan (STUDI KASUS) SURYO UTOMO
Analisa Panjang Antrian Dengan Tundaan pada persimpangan Bersignal Jl. Raden saleh dengan Jl.Balai kota Medan (STUDI KASUS) Disusun Oleh: SURYO UTOMO 04 0404 027 BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan
BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat dan tak meragukan,
Lebih terperinciANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.
ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.TUBUN) TUGAS AKHIR Diajukan utuk melengkapi tugas tugas dan Melengkapi
Lebih terperinciTINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997
TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 Sri Wahyuni Rachman, M. J. Paransa, James Timboeleng Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciSTUDI KINERJA RUAS DAN PERSIMPANGAN DI KAWASAN LAPANGAN KAREBOSI PADA JLN. JEND. SUDIRMAN DI KOTA MAKASSAR
STUDI KINERJA RUAS DAN PERSIMPANGAN DI KAWASAN LAPANGAN KAREBOSI PADA JLN. JEND. SUDIRMAN DI KOTA MAKASSAR Arifin Liputo Dosen S1 Jurusan Teknik Sipil Fak. Teknik Univ. Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan
Lebih terperinciKata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.
ABSTRAK Volume lalu lintas Kabupaten Badung mengalami peningkatan setiap tahunnya yang diakibatkan bertambahnya jumlah kepemilikan kendaraan. Kemacetan pada persimpangan Jalan Raya Denpasar Singaraja (KM-19)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal Jl. Ir. H. Djuanda- Cikapayang memakai acuan MKJI 1997. Cara yang digunakan dalam penelitian adalah pengamatan secara
Lebih terperinciANALISIS OPTIMASI TRAFFIC LIGHT DENGAN TEORI FUZZY LOGIC MENGGUNAKAN ALTERNATIF APLIKASI MATLAB (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT LHOKSEUMAWE)
ANALISIS OPTIMASI TRAFFIC LIGHT DENGAN TEORI FUZZY LOGIC MENGGUNAKAN ALTERNATIF APLIKASI MATLAB (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT LHOKSEUMAWE) Muhammad, Syukriah dan Dahniar Jurusan Teknik Industri, Universitas
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)
ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA) Lili Anggraini¹, Hamzani², Zulfhazli³ 1) Alumni Jurusan Teknik Sipil, 2), 3) Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian dari mulainya penelitian sampai selesainya penelitian yang
Lebih terperinciSTUDI ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL JALAN ACEH JALAN BANDA BANDUNG
STUDI ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL JALAN ACEH JALAN BANDA BANDUNG ANDY Nrp 0121008 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi DAFTAR NOTASI
Lebih terperinci