BAB V PENUTUP. persepsi stakeholder (Nasabah, Karyawan, Auditor, dan Mahasiswa) terkait audit

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Simpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat perbedaan persepsi stakeholder (Nasabah, Karyawan, Auditor, dan Mahasiswa) terkait audit syariah pada lembaga keuangan syariah di Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Tidak terdapat audit expectation gap antara auditor syariah dan stakeholders pada lembaga keuangan syariah yang diwakili oleh mahasiswa, karyawan bank, nasabah dilihat dari sisi konsep audit syariah, Hal ini menunjukkan tidak eksistensi audit expectation gap diantara auditor dengan stakeholder, hal ini juga dapat dilihat dari persamaan nilai rata-rata auditor sebesar 3,83 dan stakeholder yaitu 3,87. Pemahaman konsep mengenai pengauditan keuangan syariah antara audit dengan stakeholder memiliki pemahaman konsep audit yang sama. Apabila ditindaklanjuti adanya perbedaan antara semuanya menunjukkan ada perbedaan persepsi dari sisi konsep audit syariah mahasiswa (3,71) dengan karyawaan (3,95) dan nasabah (4,00). Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor syariah dan stakeholders pada lembaga keuangan syariah yang diwakili oleh mahasiswa, karyawan bank, nasabah berkaitan dengan dimensi independensi auditor syariah. Tidak adanya gap yang berarti mengenai netralitas seorang auditor dalam melakukan dan 71

2 melaksanakan kegiatan audit pada lembaga keuangan syariah juga diperjelas dengan jawaban stakeholder, rata-rata yang diperoleh kedua kelompok tersebut juga hampir sama yaitu 4,45 untuk auditor sedangkan stakeholder 4,27. Hasil uji post hoc menunjukkan rata-rata independensi antara auditor, karyawan, dan nasabah menunjukkan rata-rata yang sama, sedangkan rata-rata persepsi mahasiswa (4,18) dengan auditor (4,45) hasilnya berbeda. Hal ini dapat diartikan mahasiswa masih memiliki persepsi yang idealis mengenai independensi auditor. Hipotesis ketiga menyimpulkan terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor syariah dan stakeholders pada lembaga keuangan syariah yang diwakili oleh mahasiswa, karyawan bank, nasabah berkaitan dengan dimensi kualifikasi auditor syariah. Kualifikasi auditor ini terkait dengan keterampilan, kemampuan, kompetensi dan kualifikasi dalam bidang syariah yang mendukung dalam kegiatan audit seorang audit. Hasil persepsi kualifikasi auditor menunjukkan hasil yang berbeda, dimana dilihat dari nilai rata-rata persepsi stakeholder (4,17) lebih tinggi dari pada persepsi auditor (3,67). Stakeholder tentunya mengharapkan seorang auditor memiliki kualitas dan kompetensi yang tinggi dalam melakukan pengauditan di lembaga syariah. Hasil uji tindak lanjut menunjukkan hasil yang konsisten adanya perbedaan persepsi kualifikasi audit antara auditor dengan stakeholders yang terdiri dari mahasiswa, karyawan bank, nasabah. Hasil pengujian hipotesis keempat dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor syariah dan stakeholders pada lembaga keuangan syariah yang diwakili oleh mahasiswa, karyawan bank, 72

3 nasabah berkaitan dengan dimensi scope audit syariah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata auditor (3,69) lebih rendah dari pada persepsi stakeholder (3,94) mengenai ruang lingkup audit syariah yang mencakup segala aspek dan kegiatan operasional lembaga keuangan syariah. Perbedaan persepsi mengenai ruang lingkup audit diperjelas dengaan hasil uji post hoc dimana hasil rata-rata auditor berbeda nyata dengan mahasiswa, karyawan bank, dan nasabah. Hasil hipotesis kelima terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor syariah dan stakeholders pada lembaga keuangan syariah yang diwakili oleh mahasiswa, karyawan bank, nasabah berkaitan dengan dimensi framework audit syariah. Framework audit tersebut terkait kerangka kerja dalam pemeriksaan audit syariah yang dilakukan auditor, persepsi mengenai hal ini terdapat berbedaan yang berarti antara kedua kelompok tersebut. Nilai rata-rata persepsi framework auditor (3,78) lebih tinggi dibandingkan nilai stakeholder (3,63). Hasil post hoc menunjukkan persepsi framework audit mahasiswa berbeda nyata dengan auditor. Hipotesis keenam dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor syariah dan stakeholder pada lembaga keuangan syariah yang diwakili oleh mahasiswa, karyawan bank, nasabah berkaitan dengan dimensi komunikasi hasil audit syariah. Hal ini juga didukung dengan nilai rata-rata auditor (4,06) dan stakeholder (4,11) kedua rata-rata tersebut hampir sama persepsinya dalam proses penyampaian informasi audit syariah ke publik. Penilaian kedua kelompok ini membuktikan informasi hasil 73

4 yang diberikan auditor sesuai dengan persepsi stakeholder yang terdiri dari mahasiswa, karyawan bank, nasabah. B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini antara lain : 1. Penelitian ini dilakukan di daerah wilayah Yogyakarta, sehingga hasil penelitian tidak bisa digeneralisir untuk seluruh Indonesia. 2. Instrumen dan daftar pernyataan yang digunakan, dikembangkan dengan menerjemahkan instrumen penelitian sebelumnya yang dilakukan di luar negeri oleh Kasim et al. (2009). Peneliti berusaha menyesuaikan dengan keadaan di Indonesia dan telah melakukan beberapa kali perbaikan namun tetap memiliki kelemahan-kelemahan dalam pengertian maksud terjemah kuesioner. 3. Keterbatasan yang melekat di metode survei, yaitu peneliti tidak bisa mengontrol jawaban responden. Hal tersebut dikarenakan bisa saja responden tidak jujur dan tidak sesuai kondisi keadaan yang ada dalam menjawab pernyataan yang diajukan. 4. Pengujian statistik parametrik yang dilakukan mungkin belum tepat, karena masih ada beberapa variabel yang belum memenuhi asumsi homogenitas, sehingga hasil yang pengujian variabel tersebut belum dapat diyakini sepenuhnya. C. Saran Berdasarkan keterbatasan penelitian yang ada, peneliti memberikan beberapa saran, yaitu: 74

5 1. Perluasan jumlah sampel pada wilayah provinsi lainnya, agar hasil pengujian yang diperoleh dapat digeneralisikan untuk seluruh Indonesia. 2. Mempertimbangkan alternatif untuk menurunkan expectation gap di sektor syariah antara lain dengan meningkatkan pemahaman atas pengauditan terhadap lembaga keuangan perbankan syariah, terutama mahasiwa, karyawan bank, dan nasabah yang mewakili sebagai kelompok stakeholder. 3. Perusahaan perbankan juga perlu meningkatkan sumber daya manusia sebagai auditor di masing-masing bank yaitu dengan menyekolahkan stafnya ke jenjang pendidikan tertentu, atau dengan melakukan pelatihan audit kepada karyawan bank yang bersangkutan. 4. Perlu disosialisasikan pentingnya transparansi laporan lembaga keuangan syariah kepada masyarakat khususnya nasabah sebagai salah satu cara agar masyarakat mengerti cara membaca laporan keuangan auditan sehingga tidak terjadi perbedaan persepsi antara pihak perbankan dengan stakeholder. Hal ini bisa dilakukan melalui media elektronik atau media cetak. 75