VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Indeks SRI-KEHATI. Hayati Indonesia (KEHATI), meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Indeks SRI-KEHATI. Hayati Indonesia (KEHATI), meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Karakteristik Indeks SRI-KEHATI PT Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks SRI-KEHATI. SRI adalah kependekan dari Sustainable and Responsible Investment. Indeks SRI-KEHATI terdiri dari 25 saham dimana indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal yaitu dengan membuat suatu benchmark indeks baru yang secara khusus memuat emiten yang memiliki kinerja yang sangat baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial dan tata kelola perusahaan yang baik. Adapun kriteria pemilihan saham indeks SRI- KEHATI adalah sebagai berikut : 1) Seleksi Awal Seleksi awal dilakukan untuk memilih saham yang berpotensi menjadi anggota indeks. Adapun kriteria dalam seleksi awal adalah : a. Total Aset Total aset yang mempresentasikan ukuran dari emiten SRI, yakni emitenemiten yang memiliki total aset di atas Rp 1 triliun berdasarkan laporan keuangan auditan tahunan. b. Price Earning Ration (PER) PER emiten yang termasuk dalam kriteria ini adalah yang memiliki PER positif. c. Free Float Ratio Free float atau kepemilikan saham publik harus lebih besar dari 10 %. 42

2 2) Fundamental Dari seleksi awal tersebut diperoleh daftar nama emiten yang berpotensi masuk dalam anggota indeks SRI-KEHATI. Selanjutnya untuk memilih 25 saham yang terbaik, dilakukan pemeringkatan lebih lanjut dengan mempertimbangkan aspek fundamental yaitu dengan mempertimbangkan 6 faktor utama, diantaranya : a) Environmental, b) Community, c) Corporate Governance, d) Human Rights, e) Business Behaviour, f) Labour Practices and Decent Work. Dalam menentukan dan memilih saham-saham yang masuk dalam kriteria fundamental, Yayasan KEHATI menjalin kerja sama dengan independent data provider yaitu OWW-Consulting. Review dan pergantian saham yang masuk perhitungan indeks SRI-KEHATI dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal bulan Mei dan November. Indeks SRI-KEHATI diluncurkan pada tanggal 8 Juni 2009, namun hari dasar yang digunakan untuk perhitungan indeks adalah tanggal 28 Desember 2006 dengan nilai indeks adalah 100. Berdasarkan kriteria tersebut, setelah perusahaan emiten lolos pada seleksi awal, perusahaan emiten tersebut akan diseleksi kembali untuk mendapatkan 25 saham terbaik dengan melihat enam kriteria fundamental yang telah disebutkan di atas. Dalam hal kriteria lingkungan, Indeks SRI-KEHATI memberikan pengecualian kepada perusahaan yang bergerak dalam bidang senjata, alkohol, pestisida, dan nuklir dimana perusahaan tersebut tidak dapat masuk ke dalam daftar Indeks SRI-KEHATI. Adapun untuk kriteria lainnya, perusahaan harus memiliki Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik. Hal ini diperlukan untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat serta para pegawainya. 43

3 6.2 Analisis Tingkat Pengaruh Indeks SRI-KEHATI terhadap Pergerakan IHSG di BEI Perhitungan indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, partial/company listing, waran, dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang. Berikut disajikan hasil statistik deskriptif IHSG, Jakarta Islamic Indeks (JII), KOMPAS100, LQ45, Manufaktur, PEFINDO25, SRI-KEHATI, dan BISNIS-27 selama bulan Desember 2006 hingga Juli 2011 yang telah diolah dengan menggunakan Microsoft Excel Tabel 5. Statistika Deskriptif Selama Bulan Desember 2006 Juli 2011 N Minimum Maksimum Rata-rata St. Deviasi IHSG , , , ,3376 JII , , ,747 99,8758 KOMPAS , , , ,5174 LQ , , , ,6424 Manufaktur , , , ,6350 PEFINDO , , ,880 88,0433 SRI-KEHATI 58 66, , ,148 39,0620 BISNIS , , ,837 64,5505 Valid N 58 Sumber : Data Sekunder BEI 2011 (diolah) Hasil dari perhitungan di atas dengan jumlah pengamatan selama 58 bulan dimulai dari bulan Desember 2006 hingga Juli 2011, dapat dilihat bahwa IHSG sebagai variabel dependen memiliki nilai terendah yaitu sebesar 1241,541 yang 44

4 terjadi pada bulan November 2008, sementara nilai tertinggi IHSG adalah 4130,800 yang terjadi pada bulan Juli Nilai rata-rata IHSG adalah sebesar 2516,659 dengan standar deviasi sebesar 745,3376. Dengan nilai standar deviasi yang cukup besar ini menandakan bahwa nilai IHSG berfluktuasi cukup tajam. Berikut adalah hasil dari analisis statistika deskriptif (Tabel 5), yaitu : 1. Indeks Manufaktur Variabel Indeks Manufaktur dikatakan berpengaruh secara signifikan dikarenakan saham emiten yang tercatat di Indeks Manufaktur merupakan saham perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur seperti bidang industri dasar dan kimia, aneka industri serta industri barang konsumsi. Berdasarkan hasil Tabel 5, Manufaktur memiliki nilai terendah sebesar 217,554 yang terjadi pada bulan Oktober 2008, sementara nilai tertinggi Manufaktur adalah 973,271 yang terjadi pada bulan Juli Nilai rata-rata Manufaktur adalah sebesar 485,937 dengan standar deviasi sebesar 220,6350. Dengan nilai standar deviasi yang cukup besar ini menandakan bahwa pergerakan Manufaktur berfluktuasi cukup tajam. 2. Indeks KOMPAS100 Variabel Indeks KOMPAS100 dikatakan berpengaruh secara signifikan dikarenakan jumlah saham emiten yang tercatat di Indeks KOMPAS100 adalah sebanyak 100 saham. Berdasarkan hasil Tabel 5, KOMPAS100 memiliki nilai terendah sebesar 299,179 yang terjadi pada bulan November 2008, sementara nilai tertinggi KOMPAS100 adalah 942,947 yang terjadi pada bulan Juli Nilai rata-rata KOMPAS100 adalah sebesar 609,816 dengan standar deviasi sebesar 165,5174. Dengan nilai standar deviasi yang cukup besar ini menandakan bahwa pergerakan KOMPAS100 berfluktuasi cukup tajam. 45

5 3. Indeks LQ45 Indeks LQ45 dikatakan berpengaruh secara signifikan dikarenakan jumlah saham emiten yang tercatat di Indeks LQ45 adalah sebanyak 45 saham. Berdasarkan hasil Tabel 5, LQ45 memiliki nilai terendah sebesar 241,352 yang terjadi pada bulan Oktober 2008, sementara nilai tertinggi LQ45 adalah 729,836 yang terjadi pada bulan Juli Nilai rata-rata LQ45 adalah sebesar 494,568 dengan standar deviasi sebesar 125,6424. Dengan nilai standar deviasi yang cukup besar ini menandakan bahwa pergerakan LQ45 berfluktuasi cukup tajam. 4. Indeks JII Indeks JII dikatakan berpengaruh secara signifikan dikarenakan jumlah saham emiten yang tercatat di Indeks JII adalah sebanyak 30 saham. Berdasarkan hasil Tabel 5, JII memiliki nilai terendah sebesar 193,683 yang terjadi pada bulan Oktober 2008, sementara nilai tertinggi JII adalah 567,119 yang terjadi pada bulan Juli Nilai rata-rata JII adalah sebesar 402,747 dengan standar deviasi sebesar 99,8758. Dengan nilai standar deviasi yang cukup besar ini menandakan bahwa pergerakan JII berfluktuasi cukup tajam. 5. Indeks PEFINDO25 Variabel Indeks PEFINDO25 dikatakan berpengaruh secara signifikan dikarenakan jumlah saham emiten yang tercatat di Indeks PEFINDO25 adalah sebanyak 25 saham. Berdasarkan hasil Tabel 5, PEFINDO25 memiliki nilai terendah sebesar 122,918 yang terjadi pada bulan November 2008, sementara nilai tertinggi PEFINDO25 adalah 472,019 yang terjadi pada bulan Juli Nilai rata-rata PEFINDO25 adalah sebesar 241,880 dengan standar deviasi sebesar 88,0433 yang artinya pergerakan PEFINDO25 berfluktuasi cukup tajam. 46

6 6. Indeks BISNIS-27 Variabel Indeks BISNIS-27 dikatakan berpengaruh secara signifikan dikarenakan jumlah saham emiten yang tercatat di Indeks BISNIS-27 adalah sebanyak 27 saham. Berdasarkan hasil Tabel 5, BISNIS-27 memiliki nilai terendah sebesar 106,035 yang terjadi pada bulan Oktober 2008, sementara nilai tertinggi BISNIS-27 adalah 357,765 yang terjadi pada bulan Juli Nilai ratarata BISNIS-27 adalah sebesar 227,837 dengan standar deviasi sebesar 64,5505. Dengan nilai standar deviasi yang cukup besar ini menandakan bahwa pergerakan BISNIS-27 berfluktuasi cukup tajam. 7. Indeks SRI-KEHATI Variabel Indeks SRI-KEHATI dikatakan berpengaruh secara signifikan dikarenakan jumlah saham emiten yang tercatat di Indeks SRI-KEHATI adalah sebanyak 25 saham. Berdasarkan hasil Tabel 5, SRI-KEHATI memiliki nilai terendah sebesar 66,461 yang terjadi pada bulan Oktober 2008, sementara nilai tertinggi SRI-KEHATI adalah 212,563 yang terjadi pada bulan Juli Nilai rata-rata SRI-KEHATI adalah sebesar 135,148 dengan standar deviasi sebesar 39,0620 yang artinya pergerakan SRI-KEHATI berfluktuasi cukup stabil. Nilai standar deviasi yang cukup tinggi merepresentasikan bahwa variabel tersebut berfluktuasi sangat tajam. Hasil dari analisis statistika deskriptif tersebut terlihat bahwa Indeks Manufaktur memiliki standar deviasi yang paling besar dibandingkan indeks lain yaitu sebesar 220,6350. Dengan nilai standar deviasi yang cukup besar tersebut mengindikasikan pergerakan Indeks Manufaktur berfluktuasi cukup tajam dan cukup mempengaruhi pergerakan IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa ketika Indeks Manufaktur mengalami kenaikan maka akan 47

7 berpengaruh secara signifikan meningkatkan IHSG. Namun, ketika Indeks Manufaktur mengalami penurunan yang cukup tajam maka akan mengakibatkan IHSG mengalami penurunan yang cukup tajam pula. Sedangkan untuk Indeks SRI-KEHATI yang memiliki nilai standar deviasi paling kecil dibandingkan indeks lain mengindikasikan bahwa pergerakan Indeks SRI-KEHATI berfluktuasi cukup stabil. Fluktuasi yang cukup stabil tersebut akan memberikan dampak kenaikan maupun penurunan yang tidak terlalu tajam terhadap pergerakan IHSG. Pergerakan saham pada ketujuh indeks tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 2. Grafik Pergerakan Variabel Independen Sumber : Data Sekunder BEI 2011 (diolah) 6.3 Analisis Tingkat Pengaruh 25 Saham Emiten terhadap Pergerakan Indeks SRI-KEHATI Berdasarkan hasil analisis tingkat pengaruh 25 saham emiten terhadap pergerakan Indeks SRI-KEHATI dengan menggunakan model ARCH dan GARCH maka didapatkan model yang terbaik yakni ARCH (1). Hasil yang 48

8 didapatkan dari model ARCH (1) berdasarkan data harga saham harian penutupan Indeks SRI-KEHATI dan harga saham harian penutupan 25 emiten yang tercatat di Indeks SRI-KEHATI selama bulan November 2010 hingga April 2011 terdapat 24 variabel yang signifikan mempengaruhi pergerakan Indeks SRI-KEHATI. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah Merck Tbk (MERK) karena memiliki nilai probabilitas sebesar 0,5300 (p > alpha 10 %). Tabel 6. Tingkat Pengaruh 25 Saham Emiten terhadap Indeks SRI-KEHATI Periode November 2010 April 2011 Variabel Koefisien Std. Eror z-statistik Prob. Keterangan AALI 0, , , ,0000 Signifikan ADHI 0, , , ,0800 Signifikan ANTM 0, , , ,0016 Signifikan ASII 0, , , ,0000 Signifikan BBCA 0, , , ,0000 Signifikan BBNI 0, , , ,0000 Signifikan BBRI 0, , , ,0000 Signifikan BDMN 0, , , ,0000 Signifikan BMRI 0, , , ,0000 Signifikan EXCL 0, , , ,0000 Signifikan INDF 0, , , ,0000 Signifikan INTP 0, , , ,0000 Signifikan ISAT 0, , , ,0000 Signifikan KLBF 0, , , ,0000 Signifikan LSIP 0, , , ,0076 Signifikan MEDC 0, , , ,0000 Signifikan MERK -0, , , ,5300 Tidak Signifikan PGAS 0, , , ,0000 Signifikan PTBA 0, , ,0080 0,0000 Signifikan SMCB 0, , , ,0000 Signifikan SMGR 0, , , ,0000 Signifikan TINS 0, , , ,0010 Signifikan TLKM 0, , , ,0000 Signifikan UNTR 0, , , ,0000 Signifikan UNVR 0, , , ,0000 Signifikan C -3, , ,8987 0,0000 Signifikan R-squared 0, Adjusted R-squared 0, Sumber : Data Sekunder BEI 2011 (diolah) Dari hasil model ARCH (1) diperoleh R-sq sebesar 99,9 % yang artinya telah memenuhi Goodness of Fit. Hal ini menunjukkan sebesar 99,9 % pergerakan 49

9 Indeks SRI-KEHATI dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,01 % dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model Estimasi Model ARCH (1) Model ARCH (1) perlu dilakukan pengujian secara statistik agar dapat dikatakan baik. Adapun uji yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan suatu model adalah dengan uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Uji heteroskedastisitas dengan perumpamaan H0 merupakan homoskedastis dan H1 merupakan heteroskedastis dimana apabila nilai probabilitas (p) kurang dari alpha (10 %) maka tolah H0. Berikut adalah tabel hasil uji heteroskedastisitas. Tabel 7. Uji Heteroskedastisitas ARCH F-statistik 0, Prob. F(1,120) 0,6044 Obs*R-squared 0, Prob. Chi-Square(1) 0,6009 Sumber : Data Sekunder 2011 (diolah) Berdasarkan Tabel 7, nilai p (0,6009) lebih besar dari alpha 10 % maka terima H0 artinya homoskedastisitas dimana sebaran terlihat menyebar. Sedangkan untuk memastikan tidak adanya autokorelasi dapat dilakukan uji secara formal yaitu melalui uji Durbin Watson. Berdasarkan hasil analisis dengan model ARCH (1) diperoleh nilai uji Durbin Watson adalah sebesar 2,043673, nilai ini mencapai angka dua sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan saling bebas atau tidak terjadinya autokorelasi (Lampiran 2) Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan maupun Tidak Signifikan terhadap Pergerakan Indeks SRI-KEHATI Hasil dari model ARCH (1) diketahui bahwa terdapat 24 variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan Indeks SRI-KEHATI. Saham emiten yang secara signifikan berpengaruh terhadap pergerakan Indeks SRI- 50

10 KEHATI dikarenakan saham dari perusahaan emiten tersebut memiliki volatilitas yang cukup besar. Selain itu, saham emiten yang tercatat di Indeks SRI-KEHATI merupakan perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar. Berdasarkan Tabel 7, 24 variabel berpengaruh secara signifikan dengan tanda positif yang artinya setiap kenaikan harga saham harian emiten per lembar akan meningkatkan harga saham Indeks SRI-KEHATI. Sedangkan untuk variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah Merck Tbk (MERK) dengan nilai p (0,5300) lebih besar dari taraf nyata 10 % dan bertanda negatif. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan satu lembar harga saham harian MERK akan menurunkan Indeks SRI-KEHATI sebesar 0, Perilaku investor dalam berinvestasi dapat menjadi penyebab ketidaksignifikan Merck Tbk terhadap Indeks SRI-KEHATI. 6.4 Strategi Pengembangan Indeks SRI-KEHATI Analisis strategi pengembangan indeks SRI-KEHATI meliputi analisis internal dan analisis eksternal dari indeks yang dikeluarkan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). Analisis internal dan eksternal dari indeks SRI-KEHATI ini dilakukan dengan cara studi pustaka, mencari referensi dari internet mengenai perkembangan indeks-indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia, melakukan diskusi dan wawancara dengan para karyawan Yayasan KEHATI divisi investment administration, wawancara dengan lembaga-lembaga lain yaitu Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), serta dengan melakukan pengisian kuesioner oleh para karyawan divisi investment administration dan perwakilan dari KLH yakni Kepala Bidang Insentif Pendanaan Lingkungan. Pengisian 51

11 kuesioner ini dilakukan untuk pembobotan faktor-faktor internal dan eksternal tersebut yang kuesionernya dapat dilihat pada Lampiran 3. Analisis internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan indeks SRI-KEHATI sehingga dapat mengoptimalkan kekuatan dan menekan kelemahan yang dimiliki dalam rangka menentukan strategi pengembangan indeks tersebut. Analisis eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang akan dihadapi dalam hal pengembangan indeks SRI-KEHATI sehingga menentukan perencanaan strategi yang efektif dalam pengembangan indeks tersebut kedepannya. 1. Analisis Faktor Internal Analisis internal indeks SRI-KEHATI terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan. Identifikasi faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan digunakan untuk menentukan strategi yang perlu dilakukan untuk mengembangkan SRI-KEHATI. Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Kekuatan Faktor kekuatan yang dimiliki indeks SRI-KEHATI pada umumnya adalah sebagai berikut: 1) Mencerminkan Investasi yang Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab Indeks SRI-KEHATI merupakan satu-satunya indeks terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dalam hal kriteria penilaian pemilihan saham-saham perusahaan emiten memperhitungkan aspek sosial dan aspek lingkungan. Tujuan dari dibentuknya indeks SRI-KEHATI adalah untuk merangkul dan menciptakan wadah bagi dunia usaha agar dapat turut serta pada upaya 52

12 konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan dalam bentuk investasi. Dalam upaya meningkatkan kualitas pertumbuhan investasi, penanaman modal harus diarahkan pada sektor industri yang berkelanjutan dan tidak mengeksploitasi sumberdaya alam (SDA). Kegiatan mengeksploitasi SDA akan mengakibatkan langkanya suatu sumberdaya sehingga suatu proyek menjadi tidak berkelanjutan (sustainable). Oleh karena itu, indeks SRI-KEHATI diciptakan agar para investor mulai dapat melihat investasi kepada perusahaan emiten tercatat yang memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam usahanya agar tetap menjaga keberadaan SDA dan keanekaragaman hayati serta menciptakan investasi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. 2) Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Merupakan Perusahaan Besar Perusahaan emiten terpilih dalam indeks SRI-KEHATI merupakan perusahaan berkapitalisasi besar sehingga patut diperhitungkan bagi investor untuk membeli saham di perusahaan emiten tersebut. Namun hanya terdapat 25 perusahaan emiten terpilih yang berhasil lolos seleksi awal sehingga memungkinkan bagi investor untuk tidak mempunyai banyak pilihan dalam membeli saham. Keputusan untuk hanya memilih 25 perusahaan emiten dikarenakan jumlah tersebut telah mencerminkan pasar modal. Adapun kriteria dari tahap seleksi awal adalah: a) Total aset di atas Rp 1 triliun berdasarkan laporan keuangan auditan tahunan, b) Emiten memiliki price earning ratio yang positif, c) Kepemilikan saham publik harus lebih besar atau sama dengan 10 %. Dalam kriteria seleksi awal mengenai total aset sebesar Rp 1 triliun, hal ini bukan berarti 53

13 mencerminkan besar atau kecilnya suatu perusahaan dikarenakan tidak ada patokan bahwa harus seberapa besar total aset yang dimiliki perusahaan tersebut agar dapat dikatakan sebagai perusahaan besar. Akan tetapi, perusahaan emiten yang terpilih di indeks SRI-KEHATI dikatakan besar karena memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat kenaikan saham Indeks Harga Saham Gabungan. 3) Volatilitas Cenderung Stabil Sesuai Dengan Kondisi Pasar Naik turunnya suatu pergerakan saham sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas pergerakan saham yaitu inflasi, harga minyak dunia, nilai kurs rupiah, perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, serta perilaku investor (Samsul 2008). Namun volatilitas yang dialami indeks SRI-KEHATI selama awal periode hingga Juli 2011 dikatakan cukup stabil. Hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 2. Grafik Volatilitas Indeks SRI-KEHATI Sumber : Data Sekunder SRI-KEHATI 2011 (diolah) 54

14 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa volatilitas yang dialami indeks SRI- KEHATI yang cenderung stabil. Kondisi saham minimum terjadi pada tanggal 31 Oktober 2008 dengan nilai 66,461. Sedangkan kondisi saham maksimum terjadi pada tanggal 29 Juli 2011 dengan nilai 212,563. b. Faktor Kelemahan Faktor kelemahan yang dimiliki indeks SRI-KEHATI pada umumnya adalah sebagai berikut : 1) Publikasi SRI-KEHATI Masih Kurang Indeks yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dipublikasikan lewat lantai bursa yang setiap harinya selalu ditampilkan perkembangannya. Demikian halnya dengan daftar perusahaan yang tercatat dalam setiap indeks juga ditampilkan di lantai bursa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua investor dapat memperoleh informasi mengenai indeks adalah melalui pengumuman di lantai bursa tersebut. Oleh karena itu, perilaku investor dikatakan menjadi salah satu faktor penyebab naik turunnya saham karena semua informasi dapat diperoleh di Bursa Efek Indonesia. Indeks SRI-KEHATI sebagai indeks yang tergolong baru telah melakukan langkah lain untuk memperkenalkan kepada publik mengenai indeks SRI- KEHATI yakni melalui seminar. Pada tanggal 11 Mei 2011 Yayasan KEHATI mengadakan seminar dengan tema Tantangan dan Peluang Menuju Green Economy dengan Indeks SRI-KEHATI. Selain itu, pada tanggal 08 Juni 2011, Yayasan KEHATI mengadakan seminar bertemakan Responsible Investment in Indonesia. Namun hanya dengan mengadakan 55

15 seminar yang bukan menjadi agenda tetap sehingga membuat publik menjadi kurang mengenal tentang indeks SRI-KEHATI. 2) Sulit dalam Pengumpulan Data Perusahaan Sesuai Kriteria Indeks SRI-KEHATI Dalam hal mencari data mengenai kinerja lingkungan, hubungan dengan masyarakat, tata kelola perusahaan, penghormatan atas hak asasi manusia, perilaku bisnis dan praktik ketenagakerjaan akan mengingatkan pada Committe Draft ISO minus isu konsumen bahwa tak mudah membangkitkan dan mengumpulkan data yang terkait dengan keenam aspek tersebut. Indonesia belum memiliki kebiasaan untuk menelusuri dengan seksama aspek sosial dan lingkungan perusahaan 2. Dengan demikian, akan menjadi kesulitan bagi indeks SRI-KEHATI untuk mengumpulkan data perusahaan terkait aspek sosial dan lingkungan. 2. Analisis External Factor Evaluation (EFE) Analisis eksternal indeks SRI-KEHATI terdiri dari faktor peluang dan ancaman. Masing-masing faktor yang mempengaruhi dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor Peluang Faktor peluang yang dimiliki indeks SRI-KEHATI pada umumnya adalah sebagai berikut : 1) Rancangan Peraturan Pemerintah Mengenai Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup maka Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Instrumen Ekonomi 2 Meningkatan Sri Kehati Index.htm diakses pada tanggal 07 Juli

16 Lingkungan Hidup dimana didalamnya terdapat bagian kelima terkait tentang pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal yang ramah lingkungan. Hal ini akan memberikan peluang yang cukup besar bagi SRI-KEHATI karena merupakan pasar modal yang ramah lingkungan. Adanya Peraturan Pemerintah tersebut diharapkan akan menjadi acuan bagi para investor untuk mulai membeli saham di indeks SRI-KEHATI karena melihat aspek lingkungan demi meningkatkan investasi yang berkelanjutan. 2) Adanya Isu-Isu Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2002 telah meluncurkan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan (PROPER) sebagai pengembangan dari PROPER PROKASIH. Sejak dikembangkan, PROPER telah diadopsi menjadi instrumen penaatan di berbagai negara seperti China, India, Filipina, dan Ghana, serta menjadi bahan pengkajian di berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Tujuan penerapan instrumen PROPER adalah untuk mendorong peningkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui penyebaran informasi kinerja penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Guna mencapai peningkatan kualitas lingkungan hidup. Peningkatan kinerja penaatan dapat terjadi melalui efek insentif dan disinsentif reputasi yang timbul akibat pengumuman peringkat kinerja PROPER kepada publik. Para pemangku kepentingan (stakeholders) akan memberikan apresiasi kepada perusahaan yang berperingkat baik dan memberikan tekanan dan atau dorongan kepada perusahaan yang belum 57

17 berperingkat baik. Adanya PROPER ini akan memberikan kemudahan bagi SRI-KEHATI untuk menilai perusahaan yang telah berkinerja baik terhadap aspek lingkungan. 3) Semakin Tingginya Kesadaran Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati Tingginya kesadaran akan pentingnya lingkungan dan keanekaragaman hayati menjadi peluang dalam meningkatkan investasi yang berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya organisasi yang berkaitan dengan lingkungan serta kegiatan yang mendukung lingkungan seperti penanaman pohon yang dilakukan oleh suatu lembaga yang juga bekerjasama dengan perusahaan. Selain itu, saat ini suatu perusahaan harus memiliki Corporate Social Responsibility (CSR) dalam kegiatannya guna menjalin kerjasama sosial dan lingkungan dengan masyarakat maupun dengan para pegawai. Adanya CSR akan menjadikan kinerja perusahaan tersebut menjadi lebih tertata dengan baik dalam menjalankan kegiatannya yang berkaitan dengan sosial dan lingkungan. 4) Perusahaan yang Memiliki Kepedulian Terhadap Lingkungan Akan Meningkatkan Citra Perusahaan Perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan akan lebih menguntungkan baik dari segi keuangan maupun citra perusahaan. Hal ini berkaitan dengan yang dikatakan oleh penasihat konsultan senior kebijakan perubahan iklim Bank Dunia, Mubariq Ahmad dalam seminar dengan tema Tantangan dan Peluang menuju Green Economy dengan Indeks SRI-KEHATI yang diadakan Yayasan KEHATI pada tanggal 11 Mei Keuntungan secara finansial dapat langsung dilihat melalui 58

18 indeks SRI-KEHATI yang menunjukkan dalam dua tahun perjalanannya sejak 2009 terbukti bahwa 25 perusahaan yang tercatat dalam indeks tersebut tingkat kenaikan harga sahamnya per tahun lebih dari 25 % 3. Selain itu, keuntungan yang diperoleh bagi perusahaan yang memperhatikan aspek sosial lingkungan adalah meningkatkan citra perusahaan yang diharapkan akan menjadi ketertarikan bagi investor. b. Faktor Ancaman Faktor ancaman yang dimiliki indeks SRI-KEHATI pada umumnya adalah sebagai berikut : 1) Kondisi Perekonomian Indonesia yang Kurang Kondusif Kondisi perekonomian Indonesia yang kurang kondusif sangat mempengaruhi pergerakan saham. Perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, serta perilaku investor (Samsul 2008) menjadi faktorfaktor yang mempengaruhi volatilitas pergerakan saham. Saat ini di Bursa Efek Indonesia, nilai kapitalisasi perusahaan tambang yang tercatat di IHSG mencapai 13,9 % dari nilai kapitalisasi seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Mengingat pergerakan IHSG banyak didorong oleh saham-saham yang aktif diperdagangkan, maka kenaikan harga minyak dunia secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong kenaikan harga saham perusahaan tambang. Hal ini tentunya akan mendorong kenaikan IHSG pula. 3 perusahaan-peduli-lingkungan-untung-lebih-banyak.htm diakses pada tanggal 13 Mei

19 2) Investor Masih Tidak Melihat Aspek Lingkungan dalam Membeli Saham Kepercayaan investor akan tergantung dari indikator makro yang meliputi defisit perdagangan, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan keamanan politik suatu negara 4. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor utama investor membeli saham adalah karena return yang diinginkan tinggi sehingga memaksimumkan profit. Kurangnya kesadaran investor untuk melihat aspek lingkungan membuat indeks SRI-KEHATI tidak menjadi pilihan utama investor dalam membeli saham. 3) Sulit Menilai Aspek Lingkungan Indonesia diketahui masih sulit dalam menilai aspek-aspek nonfinansial suatu peusahaan karena aspek yang menyangkut lingkungan sifatnya sangat privatisasi. Dalam kriteria yang ditetapkan oleh indeks SRI- KEHATI terkait aspek lingkungan diantaranya adalah perusahaan tersebut dalam produksinya tidak memproduksi alkohol, senjata, pestisida, nuklir, tembakau, dan bahan-bahan beracun yang dianggap dapat merusak lingkungan dan keanekaragaman hayati. Namun dalam praktiknya, SRI- KEHATI mengalami kesulitan dalam pengumpulan data tersebut dikarenakan luasnya permasalahan lingkungan yang ada di Indonesia Analisis Matriks SWOT Indeks SRI-KEHATI Analisis SWOT merumuskan alternatif-alternatif strategi pengembangan indeks SRI-KEHATI. Hasil analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 8. 4 Laporan Studi berjudul Riil Investor di Pasar Modal Indonesia, Bapepam-LK,

20 Tabel 8. Matriks SWOT Indeks SRI-KEHATI Kekuatan (Strengths) 1. Mencerminkan Investasi yang Berkelanjutan dan Internal Bertanggung Jawab 2. Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Merupakan Perusahaan Besar Eksternal 3. Volatilitas Cenderung Stabil Sesuai Dengan Kondisi Pasar Peluang (Opportunities) Strategi S-O 1. Rancangan Peraturan 1. Penguatan kelembagaan Pemerintah Mengenai dalam menjadikan pasar Instrumen Ekonomi modal yang ramah Lingkungan Hidup lingkungan 2. Adanya Isu-Isu 2. Menyeleksi perusahaanperusahaan yang Lingkungan Hidup 3. Semakin tingginya memiliki kepedulian kesadaran lingkungan terhadap lingkungan dan keanekaragaman ditinjau dari PROPER hayati 4. Perusahaan yang Memiliki Kepedulian Terhadap Lingkungan Akan Meningkatkan Citra Perusahaan Ancaman (Threats) 1. Kondisi Perekonomian Indonesia yang Kurang Kondusif 2. Investor Masih Tidak Melihat Aspek Lingkungan dalam Membeli Saham 3. Sulit Menilai Aspek Lingkungan Sumber : Data Primer 2011 (diolah) Strategi S-T 1. Penguatan penilaian aspek lingkungan kepada setiap perusahaan 2. SRI-KEHATI mendorong pemerintah untuk membantu penciptaan kondisi perekonomian yang kondusif agar terciptanya investasi yang berkelanjutan dikarenakan aspek lingkungan tidak menjadi penentu dominan dalam menentukan perilaku investor Kelemahan (Weakness) 1. Publikasi SRI- KEHATI Masih Kurang 2. Sulit dalam Pengumpulan Data Perusahaan Sesuai Kriteria Indeks SRI-KEHATI Strategi W-O 1. Adanya advokasi mengenai indeks dan penegakan aturan bagi setiap perusahaan yang tidak ramah lingkungan 2. Melakukan pendataan perusahaan sehingga diperoleh peringkat dari yang tertinggi sampai terendah yang dilihat berdasarkan kriteria penilaian Strategi W-T 1. Memperbaiki aspek penilaian yang lebih transparan dari beberapa kriteria indeks ramah lingkungan 61

21 Alternatif strategi pengembangan yang dihasilkan melalui analisis SWOT disusun dengan menggunakan kombinasi antara faktor-faktor strategis internal dan eskternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mana faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan studi pustaka, literatur internet, dan diskusi serta wawancara responden. Berdasarkan analisis matriks SWOT tersebut, dirumuskan strategi-strategi pemasaran yang dapat diaplikasikan sebagai berikut : 1. Strategi SO Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (Rangkuti 2006). Berdasarkan analisis matriks SWOT pada indeks SRI-KEHATI, dihasilkan dua alternatif strategi SO yaitu: 1) Penguatan kelembagaan dalam menjadikan pasar modal yang ramah lingkungan, 2) Menyeleksi perusahaan-perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan ditinjau dari PROPER. Indeks SRI-KEHATI perlu memperkuat kelembagaannya dalam menjadikan pasar modal yang ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan indeks SRI-KEHATI merupakan satu-satunya indeks yang menilai aspek lingkungan dalam melakukan penyeleksian perusahaan emiten. Oleh karena itu, diperlukan penguatan kelembagaan dalam hal menilai kriteria aspek lingkungan agar perusahaan emiten yang terpilih oleh indeks SRI-KEHATI dijadikan pilihan yang tepat bagi para investor untuk membeli saham di perusahaan tersebut. Selain memperkuat kelembagaan, guna mengembangkan indeks SRI- KEHATI juga diperlukan penyeleksian perusahaan-perusahaan yang 62

22 memiliki kepedulian terhadap lingkungan ditinjau dari PROPER. Tujuan penerapan instrumen PROPER adalah untuk mendorong peningkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui penyebaran informasi kinerja penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Dalam hal ini, PT Holcim Indonesia Tbk sebagai salah satu perusahaan yang telah tetap berada dalam daftar indeks SRI-KEHATI memiliki penilaian PROPER dengan kategori Emas pada tahun 2010 yang artinya usaha dan atau kegiatan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat. Oleh karena itu, adanya PROPER dapat dijadikan panduan bagi indeks SRI-KEHATI dalam menyeleksi perusahaan emiten. 2. Strategi WO Menurut David (2009), strategi WO adalah strategi yang meminimalkan kelemahan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Terdapat dua alternatif strategi untuk strategi WO, yaitu: 1) Adanya advokasi mengenai indeks dan penegakan aturan bagi setiap perusahaan yang tidak ramah lingkungan, 2) Melakukan pendataan perusahaan sehingga diperoleh peringkat dari yang tertinggi sampai terendah yang dilihat berdasarkan kriteria penilaian. Advokasi mengenai indeks ramah lingkungan sangat diperlukan untuk mempengaruhi perilaku investor agar berinvestasi pada perusahaan yang lebih peduli akan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan aspek lingkungan perlu diperhatikan demi keberlanjutan suatu kegiatan atau usaha yang sama 63

23 berlakunya dalam berinvestasi. Peraturan bagi perusahaan yang tidak ramah lingkungan juga perlu ditegakkan mengingat kondisi lingkungan saat ini membutuhkan perhatian yang besar. Melakukan pendataan perusahaan sehingga diperoleh peringkat dari yang tertinggi sampai terendah yang dilihat berdasarkan kriteria penilaian juga diperlukan untuk mengembangkan indeks SRI-KEHATI. Pemberian pemeringkatan diharapkan akan memberikan informasi bagi para investor untuk mengetahui seberapa memperhatikannya perusahaan-perusahaan tersebut terhadap lingkungan. Hal ini juga berguna untuk meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan di dunia. 3. Strategi ST Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada. Terdapat dua alternatif strategi pemasaran yang dirumuskan melalui strategi ST, yaitu: 1) Penguatan penilaian aspek lingkungan kepada setiap perusahaan, 2) SRI-KEHATI mendorong pemerintah untuk membantu penciptaan kondisi perekonomian yang kondusif agar terciptanya investasi yang berkelanjutan dikarenakan aspek lingkungan tidak menjadi penentu dominan dalam menentukan perilaku investor. Strategi penguatan penilaian aspek lingkungan kepada setiap perusahaan bertujuan untuk lebih memperketat proses penyeleksian kriteria yang berkaitan dengan aspek lingkungan. Dengan begitu, perusahaan yang terpilih merupakan perusahaan yang benar-benar memperhatikan lingkungan dalam kegiatan usahanya. Hal ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi 64

24 perusahaan lain yang tidak ramah lingkungan untuk menjadi perusahaan ramah lingkungan. Selain itu, SRI-KEHATI mendorong pemerintah untuk membantu penciptaan kondisi perekonomian yang kondusif agar terciptanya investasi yang berkelanjutan dikarenakan aspek lingkungan tidak menjadi penentu dominan dalam menentukan perilaku investor menjadi strategi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi indeks SRI-KEHATI karena diketahui indeks tersebut memiliki volatilitas yang cenderung stabil. 4. Strategi WT Strategi WT adalah strategi yang bersifat defensif dengan cara meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman (David 2009). Terdapat tiga alternatif strategi WT yang dapat diterapkan, yaitu: 1) Memperbaiki aspek penilaian yang lebih transparan dari beberapa kriteria indeks ramah lingkungan. Memperbaiki aspek penilaian yang lebih transparan dari beberapa kriteria indeks ramah lingkungan sangat dibutuhkan guna menunjang kelancaran pengembangan indeks SRI-KEHATI. Hal ini dikarenakan dengan memperbaiki aspek penilaian yang lebih transparan akan menambah kepercayaan publik yang belum mengetahui tentang indeks SRI-KEHATI. 65

I. PENDAHULUAN. seiring dengan pemerataan pendapatan dan pemerataan hasil pembangunan.

I. PENDAHULUAN. seiring dengan pemerataan pendapatan dan pemerataan hasil pembangunan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan nasional harus berjalan seiring dengan pemerataan pendapatan dan pemerataan hasil pembangunan. Pembangunan suatu negara digambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada emiten akan semakin kuat. Semakin banyak permintaan saham pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada emiten akan semakin kuat. Semakin banyak permintaan saham pada suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan/ kinerja perusahaan. Jika harga saham selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Deskripsi Berbagai Indeks Saham Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis penilaian kinerja saham-saham BUMN dan portofolio BUMN dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Sharpe dan rasio Treynor untuk mengukur tingkat return-nya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan alternatif kepada masyarakat untuk berinvestasi. Investasi sendiri sebenarnya terdiri

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan

IV. PEMBAHASAN. pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan IV. PEMBAHASAN 4. 1. Gambaran Umum Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti yaitu pengaruh kebijakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti yaitu pengaruh kebijakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti yaitu pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham yang tercatat dalam Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Blue chip Istilah ini sebenarnya berasal dari istilah di kasino, di mana blue chip mengacu pada counter yang memiliki nilai paling besar. saham blue chip

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI IHSG

BAB II DESKRIPSI IHSG BAB II DESKRIPSI IHSG 2.1 Sejarah Singkat IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar modal yaitu Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange ) dan Bursa Efek Surabaya (Surabaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis.

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis. III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat historis. Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan go publik yang terdaftar dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Visi Bursa Efek Indonesia yaitu Menjadi bursa Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Misi Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 INDEKS KOMPAS 100. cerminan pergerakan harga saham. Indeks-indeks tersebut adalah (Idx, 2014) : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

BAB 2 INDEKS KOMPAS 100. cerminan pergerakan harga saham. Indeks-indeks tersebut adalah (Idx, 2014) : 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BAB 2 INDEKS KOMPAS 100 2.1 Sejarah Bursa Indeks Kompas 100 Saat ini BEI memiliki 11 jenis indeks harga saham, yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks merupakan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

BAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. BAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN 2.1. Bursa Efek Indonesia (BEI) Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik yang sedang menjadi perhatian dunia adalah masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang berkaitan dengan etika dan tanggungjawab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif 4.1.1 Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ROA dan ROE pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar (listing) pada Bursa

BAB V PENUTUP. ROA dan ROE pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar (listing) pada Bursa BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan oleh rasio profitabilitas ROA dan ROE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masa depan. Dari pengertian tersebut, ada dua atribut yang melekat yaitu risiko

II. TINJAUAN PUSTAKA. masa depan. Dari pengertian tersebut, ada dua atribut yang melekat yaitu risiko II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi dalam arti luas berarti mengorbankan rupiah sekarang untuk rupiah pada masa depan. Dari pengertian tersebut, ada dua atribut yang melekat yaitu risiko dan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Pasar Modal di Indonesia

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Pasar Modal di Indonesia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Pasar Modal di Indonesia Pasar modal di Indonesia dimulai dengan berdirinya cabang bursa efek Vereniging Voor de Effectendahel di Batavia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Intesitas transaksi setiap sekuritas di pasar modal berbeda - beda. Sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan aktif diperdagangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Kuncoro (2013: 145). Data kuantitatif adalah data yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Kuncoro (2013: 145). Data kuantitatif adalah data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif. Menurut Kuncoro (2013: 145). Data kuantitatif adalah data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal Dalam portofolio yang dibentuk, kita membentuk kombinasi yang optimal dari beberapa asset (sekuritas) sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan laporan Organisasi Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia merupakan salah satu negara Asia Pasifik yang memiliki posisi penting dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua, pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua, pasar modal menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah perusahaan yang masuk kedalam Jakarta Islamic Index pada tahun 2015. Jakarta Islamic Index melakukan penyaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pasar modal juga diatur dalam undang undang dan diartikan. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pasar modal juga diatur dalam undang undang dan diartikan. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pasar modal adalah pasar untuk segala macam instrument keuangan yang dapat diperjual belikan dengan jangka panjang, baik itu obligasi atau surat utang, saham (ekuiti), instrument

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kekuatan lebih dari masing-masing perusahaan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kekuatan lebih dari masing-masing perusahaan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian yang berkembang pesat diikuti oleh persaingan bisnis yang ketat dapat terlihat dari semakin banyaknya bisnis yang bermunculan dengan menawarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v i DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Daftar Lampiran... v I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 8 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang di lakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel ARIMA menggunakan variabel dependen harga saham LQ45 dan variabel independen harga saham LQ45 periode sebelumnya, sedangkan ARCH/GARCH menggunakan variabel dependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi ekonomi, globalisasi teknologi, globalisasi keuangan, dan lain-lain. Globalisasi merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011 2013, data lain yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa beberapa tahun terakhir ini. Jika kita melihat ke belakang, sejak awal Januari 2005 misalnya, pasar saham

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perekonomian Indonesia dapat dilihat pada angka pertumbuhan ekonomi yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998 pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Penelitian Terdahulu. Tahun. Penelitian

DAFTAR TABEL. Penelitian Terdahulu. Tahun. Penelitian DAFTAR TABEL Tabel 1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Tahun Penelitian Hasil Penelitian Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang sedangkan 1 Rizka dan Ratih 2009 dividen dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel independen berupa operating leverage, financial leverage serta satu variabel dummy berupa karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maliki Malang. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maliki Malang. Penelitian ini 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Periode Pengamatan Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maliki Malang. Penelitian ini meneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) negara dalam perekonomian modern seperti saat ini, pasar modal memiliki peran yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir. Selama periode 2005 hingga 2015, rata-rata pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir. Selama periode 2005 hingga 2015, rata-rata pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal di Indonesia cukup signifikan dalam satu dasawarsa terakhir. Selama periode 2005 hingga 2015, rata-rata pertumbuhan jumlah emiten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh masyarakat maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh masyarakat maupun lapangan kerja. Namun di sisi lain tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan

Lebih terperinci

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. hindia belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC.

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. hindia belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC. BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia Secara historis pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial belanda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan operasinya, perusahaan selalu berusaha untuk memperoleh laba sebesar-besarnya atau paling tidak berusaha menjaga kestabilan labanya. Laba

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan publik yang terdaftar berjumlah 393 perusahaan. Sampel dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan publik yang terdaftar berjumlah 393 perusahaan. Sampel dari BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Objek Penelitian Berdasarkan data yang diperoleh dari IDX dan IICG, diketahui bahwa perusahaan publik yang terdaftar berjumlah 393 perusahaan. Sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia sejak tahun 1987 tidak bergantung lagi pada pendanaan dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia sejak tahun 1987 tidak bergantung lagi pada pendanaan dari sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era ekonomi modern seperti saat ini perusahaan sangat memerlukan tambahan modal agar kinerja perusahaan terus maju dan berkembang. Perusahaan di Indonesia sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang terus berada pada indeks LQ45 periode

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang terus berada pada indeks LQ45 periode BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks LQ45 adalah perhitungan dari 45 saham, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas sahamsaham

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah adalah pasar modal yang menerapkan prinsip prinsip syariah, yaitu larangan terhadap setiap transaksi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN KURS TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN PADA INDEKS LQ 45 BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN KURS TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN PADA INDEKS LQ 45 BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO DAN KURS TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN PADA INDEKS LQ 45 BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI INI DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN GELAR SARJANA ILMU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan penanaman sejumlah dana maupun sumber daya lainnya pada satu atau lebih aset selama kurun waktu tertentu dengan harapan memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN INDEKS SRI- KEHATI BAGI PENERAPAN EMITEN RAMAH LINGKUNGAN DIYAH AYU PRAMITA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN INDEKS SRI- KEHATI BAGI PENERAPAN EMITEN RAMAH LINGKUNGAN DIYAH AYU PRAMITA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN INDEKS SRI- KEHATI BAGI PENERAPAN EMITEN RAMAH LINGKUNGAN DIYAH AYU PRAMITA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penanaman modal yang dilakukan saat ini dengan harapan keuntungan dimasa yang akan datang. Kegiatan investasi menjadi semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Obyek Penelitian Jakarta Islamic Index (JII)

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Obyek Penelitian Jakarta Islamic Index (JII) BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1.1 Jakarta Islamic Index (JII) Dalam rangka mengembangkan pasar modal Islami,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data dan Praproses Data yang digunakan berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dari bulan Januari 2004 sampai dengan Desember 2009. Sampai dengan

Lebih terperinci

: Amelia Pujaastuti Npm : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ati Harmoni, SSi., MM

: Amelia Pujaastuti Npm : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ati Harmoni, SSi., MM ANALISIS PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL (Studi Pada Saham Indeks LQ-45 di BEI Tahun 2011-2015) Nama : Amelia Pujaastuti Npm : 10212705 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks 94 BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif. dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif. dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) 62 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif 4.1.1 Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk secara langsung menjelaskan hubungan sebab akibat (non causality

III. METODE PENELITIAN. untuk secara langsung menjelaskan hubungan sebab akibat (non causality 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis serta menganalisis dan tidak untuk secara langsung menjelaskan hubungan sebab akibat (non causality relationship),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian negara. Melalui pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi obyek penelitian, desain penelitian, variabel dan skala pengukuran, metode pengumpulan data, jenis data, dan metode

Lebih terperinci

Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011

Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011 36 LAMPIRAN 1 Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011 No. Nama Emiten Frekuensi Jumlah Kode Nama Perusahaan November 10 Januari 11 Februari Juli 11 Agustus 11 Januari 12 1. AALI Astra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di suatu negara selalu dikaitkan dengan keberhasilan pengusaha-pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya. Dalam upaya pengembangan bisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) merupakan salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 45 saham dengan likuiditas (liquid) tinggi yang diseleksi melalui beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dari 45 saham dengan likuiditas (liquid) tinggi yang diseleksi melalui beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indeks LQ 45 dibuat dan diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquid) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ukuran perusahaan, dan good corporate governance terhadap kebijakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ukuran perusahaan, dan good corporate governance terhadap kebijakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan good corporate governance terhadap kebijakan dividen perusahaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan (Weston dan

I. PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan (Weston dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan apapun jenis usahanya secara umum mempunyai tujuan yaitu untuk memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan (Weston dan Copeland,1992:8). Namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempertimbangkan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:28) tentang sifat

BAB III METODE PENELITIAN. mempertimbangkan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:28) tentang sifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Alasan penulis menggunakan pendekatan kuantitatif adalah dengan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. Indeks Saham Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009

Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009 LAMPIRAN 143 Lampiran 1. Data PER, DPR, DY, ROE dan NPM LQ45 tahun 2009 1 ADRO 12,67 12,45 0,98 24,94 0,16 2 BBCA 17,57 0,25 0,01 24,44 0,25 3 BBNI 12,17 28,9 0,02 12,92 0,1 4 BBRI 12,91 22,27 0,02 26,81

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemajuan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemajuan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari tingkat aktivitas pasar modalnya. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 225, dan Indeks FTSE 100 terhadap pergerakan Indeks LQ45 Periode

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 225, dan Indeks FTSE 100 terhadap pergerakan Indeks LQ45 Periode BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh Indeks DJIA, Indeks Nikkei 225, dan Indeks FTSE 100 terhadap pergerakan Indeks LQ45 Periode 2013-2014 ini, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta.

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perusahaan sulit mendapatkan dana dengan cepat, padahal perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya dalam skala besar. Semakin besar skala peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi Data yang diperoleh merupakan data yang berasal dari saham-saham anggota LQ 45. Data tersebut di antaranya adalah data primer dan data sekunder. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instrumen keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar modal diantaranya surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, dan instrumen lainnya. Saham merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teratur setiap periode (Juliana dan Sulardi, 2003). Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. teratur setiap periode (Juliana dan Sulardi, 2003). Informasi akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat berdasarkan kinerjanya. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui laporan keuangan yag disajikan teratur setiap periode (Juliana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mengembangkan kegiatan bisnis, perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Kebutuhan dana akan semakin besar juga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM

BAB IV ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM 58 BAB IV ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM A. Saham-saham yang membentuk portofolio optimal Portofolio optimal merupakan portofolio yang terdiri atas saham-saham yang memiliki kombinasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini,

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini, BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan rasio Sharpe yaitu diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah Belanda pada awal tahun 1900, ketika Indonesia masih dijajah oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah Belanda pada awal tahun 1900, ketika Indonesia masih dijajah oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar Modal atau bursa saham di Indonesia pertama kali dimulai oleh pemerintah Belanda pada awal tahun 1900, ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda (Manurung 2005

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survei

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survei III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survei terhadap objek penelitian. Cooper dan Schindler dalam Salamah (2011) menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN 2011 2013 Sofyarosa Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks kompas 100 diluncurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian saat ini menuntut terbentuknya berbagai lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan fasilitas kepada

Lebih terperinci