BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Obyek Penelitian Jakarta Islamic Index (JII)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Obyek Penelitian Jakarta Islamic Index (JII)"

Transkripsi

1 BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data Hasil Penelitian Gambaran Umum Obyek Penelitian Jakarta Islamic Index (JII) Dalam rangka mengembangkan pasar modal Islami, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Sedangkan untuk menetapkan saham-saham yang akan masuk dalam perhitungan JII dilakukan urutan seleksi sebagai berikut: 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat paling 60

2 61 tidak 3 bulan terakhir, kecuali saham yang termasuk dalam 10 kapitalisasi besar. 2. Mempunyai rasio utang terhadap aktiva tidak lebih dari 90% di laporan keuangan tahunan atau tengah tahun. 3. Dari yang masuk kriteria 1 dan 2, dipilih 60 saham dengan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. 4. Kemudian dipilih 30 saham dengan urutan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya, sedangkan perubahan indeks jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus-menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan Bursa Efek Jakarta, yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weight). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index (FBMHI) Datuk DR. Syech Othman Alhabshi, Islamic Fund in Malaysia sented at The Fund management Industry Conference, Malaysia merupakan salah satu negara yang menyadari bahwa Malaysia dapat

3 62 menjadi negara maju dalam finansial Islam. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan dunia finansial dan investasi Islam di Malaysia, sekaligus didukung komitmen dari pemimpin negara baik secara politik, sosial maupun ekonomi. Pada tahun 1994, sebagai jawaban atas permintaan pasar, pemerintah Malaysia melalui Securities Commission Malaysia membentuk Islamic Capital Market Unit (ICMU) dan Islamic Instrument Study Group (IISG). ICMU ini bertugas melakukan riset dan pengembangan produk pasar modal Islam dan melakukan analisa terhadap semua efek yang tercatat di bursa-bursa Malaysia, disamping itu ICMU juga berfungsi sebagai tenaga riset dan sekretariat bagi Syariah Advisory Council (SAC). Dalam perkembangannya IISG kemudian diubah namanya menjadi Syariah Advisory Council (SAC) yaitu pada tahun SAC bertugas memberikan masukan kepada Securities Commission atas semua hal yang berhubungan dengan pengembangan pasar modal Islam dan sebagai pusat referensi, disamping itu, SAC juga melakukan pengkajian efek-efek konvensional yang sudah ada dari perspektif syariah, serta melakukan pengkajian dan pengembangan atas efek dan instrumen pasar modal lainnya. Sebagai hasil dari pengkajian tersebut, SAC mengeluarkan daftar efek-efek yang telah sesuai dengan prinsip syariah. Selanjutnya daftar tersebut akan di up-date dua kali dalam setahun.

4 63 Saat ini, berbagai instrument pasar modal syariah telah banyak tersedia bagi investor, antara lain, reksa dana syariah, saham syariah, index syariah dan obligasi syariah. Salah satunya yaitu FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index (FBMHI) dan FTSE Bursa Malaysia Emas Shariah Index (FBMES), merupakan index syariah baru yang menggantikan Kuala Lumpur Shariah Index (KLSI), yang bekerja sama dengan FTSE (Finansial Times Stock Exchange) Group. FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index diluncurkan pada tanggal 22 Januari FTSE Bursa Malaysia Hijrah Index dirancang sebagai salah satu produk investasi syariah yang memenuhi persyaratan investor Islam. Untuk kejelasan prinsipnya, index ini disaring oleh Securities Commission, SAC dan konsultasi global syariah, Yasaar Ltd. Anggota FTSE Bursa Malaysia Hijrah Index tidak diizinkan untuk terlibat dalam salah satu kegiatan inti antara lain: perbankan atau kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan lain, seperti pemberi pinjaman dan broker, tetapi tidak termasuk lembaga keuangan Islam; alkohol; tembakau; game; manufaktur senjata; asuransi jiwa; dan daging babi dan non-halal produksi, pengemasan dan pengolahan atau kegiatan lainnya yang terkait dengan babi dan makanan non-halal. Perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut, yang dinilai berdasarkan prinsip syariah dan filsafat umum diterima, juga dikecualikan dari indeks:

5 64 Rasio utang dan utang dalam kombinasi yang tidak dapat diterima dan indikasi dari penggunaan yang tidak leverage relatif terhadap aset perusahaan. Aset likuid yang melebihi persentase yang diizinkan. Kas dan setara kas terhadap total aset yang melebihi persentase yang diizinkan. 4.2 Pembahasan Data Hasil Penelitian Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai obyek adalah perusahaanperusahaan yang listing di Jakarta Islamic Index (JII) dan FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index (FBMHI) yang terpilih sebagai sampel. Kriteria pemilihan sampel didasarkan pada saham-saham yang selalu tercatat dalam JII dan FBMHI periode Desember November Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 47 saham. Data dalam penelitian ini menggunakan data harga saham (closing price) mingguan dari masing-masing sampel perusahaan yang listing di JII dan FBMHI periode Desember November Data ini diperoleh dari data sumber sekunder yaitu Teknik analisa data menggunakan perhitungan teori Markowitz dengan menggunakan program Microsoft Excel.

6 Expected Return, Deviasi Standar dan Varians masing-masing saham individual JII dan FBMHI Untuk menghitung return, expected return, deviasi standar dan varians dari masing-masing saham individual menggunakan program Excel. Nilai return perusahaan diambil dari data perubahan harga saham perusahaan secara mingguan. Expected return dihitung menggunakan data historis dengan metode rata-rata. Deviasi standar dan varians dihitung dengan menggunakan formula STDEV dan VAR. Perhitungan expected return, deviasi standar dan varians dari masing-masing sampel ditunjukkan dalam tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 E(R), DEVIASI STANDAR DAN VARIANS SAHAM INDIVIDUAL JAKARTA ISLAMIC INDEX No. Kode Saham E(Ri) σ σ 2 1. AALI 0,0055 0,0585 0, ADRO -0,0009 0,0697 0, AKRA 0,0035 0,0325 0, ASII -0,0016 0,0494 0, ASRI -0,0007 0,0896 0, BKSL 0,0008 0,0744 0, CPIN 0,0037 0,0901 0, EXCL 0,0006 0,0496 0, HRUM -0,0031 0,0978 0, ICBP 0,0086 0,0769 0,0059

7 INCO 0,0095 0,0904 0, INDF 0,0036 0,0514 0, INTP -0,0030 0,0424 0, ITMG -0,0037 0,0668 0, JSMR -0,0014 0,0370 0, KLBF 0,0046 0,0555 0, LPKR -0,0008 0,0828 0, LSIP 0,0020 0,0713 0, PGAS 0,0024 0,0490 0, PTBA -0,0006 0,0681 0, SMGR -0,0013 0,0539 0, TLKM 0,0047 0,0489 0, UNTR 0,0025 0,0509 0, UNVR 0,0016 0,0551 0,0030 Sumber: data diolah oleh peneliti Berdasarkan tabel 4.1 diatas, diperoleh nilai expected return tertinggi dari saham JII yaitu saham INCO dengan nilai return sebesar 0,0095 dan nilai expected return terendah yaitu saham ITMG dengan nilai return sebesar - 0,0037. Hasil ini menunjukkan bahwa saham INCO diperkirakan mampu memberikan keuntungan yang diharapkan terbesar diantara dua puluh tiga saham lainnya, sebaliknya saham ITMG diperkirakan mampu memberikan keuntungan yang diharapkan terkecil diantara dua puluh tiga saham lainnya. Untuk nilai deviasi standar tertinggi dari saham JII yaitu pada saham HRUM sebesar 0,0978 dan varians sebesar 0,0095, sedangkan nilai deviasi

8 67 standar terendah yaitu pada saham AKRA sebesar 0,0325 dan varians sebesar 0,0010. Tabel 4.2 E(R), DEVIASI STANDAR DAN VARIANS SAHAM INDIVIDUAL FTSE BURSA MALAYSIA HIJRAH SHARIAH INDEX No. Kode Saham E(Ri) σ σ 2 1. AEON (M) (6599) 0,0052 0,0368 0, AMWAY (M) (6531) 0,0025 0,0137 0, BKAWAN (1899) 0,0042 0,0716 0, HAPSENG (5138) 0,0009 0,0723 0, JTH (4383) 0,0039 0,0323 0, JCY (5161) 0,0007 0,0876 0, KNM (7164) 0,0001 0,0545 0, KRISASSETS (2445) 0,0034 0,0163 0, MMH (5186) -0,0021 0,0422 0, MBSB (1171) 0,0033 0,0384 0, MAS (3786) -0,0150 0,0800 0, MPI (6548) 0,0093 0,0808 0, MMC (2194) 0,0013 0,0320 0, NESTLE (M) (4707) 0,0028 0,0206 0, PETRONA (5183) 0,0025 0,0200 0, PUNCAK (6807) 0,0213 0,0811 0, SAPURA (7811) 0, ,0373 0, SHELL (4324) -0,0043 0,0173 0, STARHILL (3336) 0,0033 0,0205 0,0004

9 SUNWAY (5176) -0,0023 0,0233 0, TA (4898) 0,0095 0,0427 0, (4197) 0,0013 0,0101 0, UNITED (2089) 0,0012 0,0236 0,0005 Sumber: data diolah oleh peneliti Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diperoleh nilai expected return tertinggi dari saham FBMHI yaitu saham PUNCAK dengan return sebesar 0,0213 dan nilai expected return terendah yaitu saham MAS -0,0150. Hasil ini menunjukkan bahwa saham PUNCAK diperkirakan mampu memberikan keuntungan yang diharapkan terbesar diantara dua puluh dua saham lainnya, dan sebaliknya saham MAS diperkirakan mampu memberikan keuntungan yang diharapkan terkecil diantara dua puluh dua saham lainnya. Untuk nilai deviasi standar tertinggi yaitu pada saham JCY sebesar 0,0876 dengan varians sebesar 0,0076 dan nilai deviasi standar terendah yaitu pada saham sebesar 0,0101 dengan nilai varians sebesar 0, Kovarians dan Koefisien Korelasi masing-masing saham individual JII dan FBMHI Diversifikasi Markowitz menunjukkan bahwa secara umum risiko mungkin dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa saham tunggal ke dalam portofolio. Persyaratan utama untuk dapat mengurangi risiko di dalam portofolio ialah return untuk masing-masing saham tidak berkorelasi secara positif sempurna. Sebelum melakukan analisis pembentukan portofolio,

10 69 terlebih dahulu investor harus mengetahui kovarians dan koefisien korelasi antar suatu saham dengan saham lainnya. Kovarians antar saham menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai return suatu saham. Nilai kovarians positif menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang sama, sedangkan nilai kovarians negatif menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang berlawanan. Kovarians dihitung dengan menggunakan formula COVAR. Penyajikan hasil perhitungan kovarians antar saham-saham JII terlihat dalam lampiran 1. Penggabungan dua buah saham yang memberikan nilai kovarians positif salah satunya terdapat pada saham ICBP dan saham INDF sebesar 0,001. Nilai kovarians dengan nilai negatif salah satunya terjadi pada penggabungan antara saham AKRA dan saham AALI sebesar -0,0159. Penyajikan hasil perhitungan kovarians antar saham-saham FBMHI terlihat dalam lampiran 2. Penggabungan dua buah saham yang memberikan nilai kovarians positif salah satunya terdapat pada saham JCY dan KNM sebesar 0,0011. Nilai kovarians dengan nilai negatif salah satunya terjadi pada penggabungan antara saham HAP SENG dan saham AEON (M) sebesar -0,0004. Koefisien korelasi adalah suatu ukuran statistik yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif antara dua variabel relatif terhadap masingmasing deviasinya. Dalam konteks diversifikasi, ukuran ini lebih dapat

11 70 menjelaskan besarnya diversifikasi yang dapat dicapai oleh portofolio dibandingkan dengan kovarians. Ukuran koefisien korelasi yaitu berjarak antara +1 sampai dengan -1, dimana nilai koefisien korelasi = +1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien korelasi = -1 menunjukkan korelasi negatif sempurna dan nilai koefisien korelasi = 0 menunjukkan bahwa tidak ada korelasi. Perhitungan koefisien korelasi ini dilakukan menggunakan formula CORREL. Jika dua buah saham mempunyai return dengan koefisien korelasi +1 (positif sempurna), maka semua risikonya tidak dapat didiversifikasi atau risiko portofolio tidak akan berubah sama dengan risiko saham individualnya. Jika dua buah saham mempunyai return dengan koefisien korelasi -1 (negatif sempurna), maka semua risikonya dapat didiversifikasi atau risiko portofolio akan sama dengan nol. Jika koefisien korelasi diantara +1 dan -1, maka akan terjadi penurunan risiko di portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua risikonya. Penyajian perhitungan koefisien korelasi saham-saham JII terlihat dalam lampiran 3 dan saham-saham FBMHI terlihat dalam lampiran Pembentukan Portofolio Optimal Model Markowitz Salah satu cara diversifikasi yang dapat dilakukan oleh investor adalah pembentukan portofolio model Markowitz. Diversifikasi Markowitz dimana mempertimbangkan karakteristik aset seperti tingkat expected return serta klasifikasi industri suatu aset. Sehingga investor akan lebih efektif dalam

12 71 memilih aset-aset yang mampu memberikan manfaat diversifikasi yang lebih optimal. Model Markowitz menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Waktu yang digunakan hanya satu periode. 2. Tidak ada biaya transaksi. 3. Preferensi investor hanya didasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari portofolio. 4. Tidak ada jaminan dan simpanan bebas risiko. Pemilihan portofolio investor dengan pendekatan Markowitz didasarkan pada preferensi mereka terhadap return harapan dan risiko masing-masing pilihan portofolio. Pada dasarnya, investor terdiri dari 3 jenis berdasarkan preferensi terhadap risiko investasi yaitu conservative, moderate dan aggresive. Investor yang bersifat conservative akan cenderung menghindari risiko atau yang dikenal dengan risk averse. Investor jenis ini akan mencari jenis investasi yang lainnya. Investor yang bersifat moderate merupakan investor yang tidak ekstrim dalam mengambil return dan risiko investasi atau risk neutrality. Sedangkan investor yang bersifat aggresif akan cenderung menginginkan tingkat return yang tinggi tanpa memikirkan besarnya risiko yang ditanggung atau risk seeker. Hasil analisis penelitian memberikan suatu langkah yang akan ditempuh dalam pembentukan portofolio yang optimal. Pengambilan sampel dari berbagai sektor yang memiliki laba positif, akan memberikan kecenderungan peningkatan harga saham yang otomatis akan memberikan

13 72 return saham yang positif, maka kemungkinan masuknya saham kedalam portofolio optimal akan lebih besar. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 58,3% yaitu sebesar 14 emiten saham-saham JII periode Desember 2012 November 2013 masuk dalam portofolio optimal. Dan sebanyak 82,6% yaitu sebesar 19 emiten saham-saham FBMHI periode Desember 2012 November 2013 masuk dalam portofolio optimal. Setelah diketahui tingkat kovarians dan korelasi antar saham, tahap selanjutnya adalah melakukan perhitungan return dan risiko portofolio. Pada tahap ini diperlukan tambahan variabel untuk menghitung return dan risiko portofolio, yaitu proporsi dana yang dialokasikan pada setiap saham dalam suatu portofolio. Proporsi tersebut digunakan sebagai bobot (Wi) dalam menghitung tingkat return dan risiko portofolio. Dengan membentuk portofolio yang jumlah anggotanya terdiri dari 2 saham, maka jumlah portofolio yang dapat dibentuk dari 14 saham JII sebanyak 91 kombinasi portofolio. Dengan asumsi proporsi dana (Wi) untuk masing-masing saham adalah sama yaitu sebesar 0,5. Hasil perhitungan expected return portofolio dan risiko portofolio seperti terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Komposisi Portofolio Markowitz Jakarta Islamic Index Portofolio Kombinasi Saham ERp σp σ 2 p 1 AKRA dan LSIP 0,0027 0,0400 0,0016

14 73 2 AKRA dan BKSL 0,0021 0,0412 0, AKRA dan CPIN 0,0036 0,0500 0, AKRA dan EXCL 0,0020 0,0300 0, AKRA dan INCO 0,0065 0,0556 0, AKRA dan AALI 0,0045 0,0400 0, AKRA dan ICBP 0,0060 0,0489 0, AKRA dan INDF 0,0035 0,0346 0, AKRA dan UNTR 0,003 0,0316 0, AKRA dan KLBF 0,0040 0,0374 0, AKRA dan PGAS 0,0029 0,0316 0, AKRA dan TLKM 0,0041 0,0346 0, AKRA dan UNVR 0,0025 0,0331 0, LSIP dan BKSL 0,0014 0,0492 0, LSIP dan CPIN 0,0028 0,0580 0, LSIP dan EXCL 0,0013 0,0469 0, LSIP dan INCO 0,0057 0,0614 0, LSIP dan AALI 0,0037 0,0591 0, LSIP dan ICBP 0,0053 0,0559 0, LSIP dan INDF 0,0028 0,0046 0, LSIP dan UNTR 0,0022 0,0487 0, LSIP dan KLBF 0,0033 0,0473 0, LSIP dan PGAS 0,0022 0,0441 0, LSIP dan TLKM 0,0033 0,0403 0,0016

15 74 25 LSIP dan UNVR 0,0018 0,0456 0, BKSL dan CPIN 0,0022 0,0692 0, BKSL dan EXCL 0,0007 0,0427 0, BKSL dan INCO 0,0051 0,0583 0, BKSL dan AALI 0,0031 0,0403 0, BKSL dan ICBP 0,0047 0,0595 0, BKSL dan INDF 0,0022 0,0522 0, BKSL dan UNTR 0,0016 0,0484 0, BKSL dan KLBF 0,0027 0,0522 0, BKSL dan PGAS 0,0016 0,0476 0, BKSL dan TLKM 0,0027 0,0452 0, BKSL dan UNVR 0,0012 0,0487 0, CPIN dan EXCL 0,0021 0,0559 0, CPIN dan INCO 0,0066 0,0595 0, CPIN dan AALI 0,0046 0,0545 0, CPIN dan ICBP 0,0061 0,0670 0, CPIN dan INDF 0,0036 0,0606 0, CPIN dan UNTR 0,0031 0,0561 0, CPIN dan KLBF 0,0041 0,0614 0, CPIN dan PGAS 0,0030 0,0559 0, CPIN dan TLKM 0,0042 0,0556 0, CPIN dan UNVR 0,0026 0,0567 0, EXCL dan INCO 0,0050 0,0502 0,0025

16 75 48 EXCL dan AALI 0,0030 0,0418 0, EXCL dan ICBP 0,0046 0,0540 0, EXCL dan INDF 0,0021 0,0406 0, EXCL dan UNTR 0,0015 0,0396 0, EXCL dan KLBF 0,0026 0,0424 0, EXCL dan PGAS 0,0015 0,0393 0, EXCL dan TLKM 0,0026 0,0403 0, EXCL dan UNVR 0,0011 0,0393 0, INCO dan AALI 0,0075 0,0512 0, INCO dan ICBP 0,0090 0,0556 0, INCO dan INDF 0,0065 0,0512 0, INCO dan UNTR 0,0065 0,0489 0, INCO dan KLBF 0,0070 0,0482 0, INCO dan PGAS 0,0059 0,0471 0, INCO dan TLKM 0,0071 0,0458 0, INCO dan UNVR 0,0055 0,0559 0, AALI dan ICBP 0,0070 0,0545 0, AALI dan INDF 0,0045 0,0484 0, AALI dan UNTR 0,0040 0,0427 0, AALI dan KLBF 0,0050 0,0500 0, AALI dan PGAS 0,0039 0,0406 0, AALI dan TLKM 0,0051 0,0370 0, AALI dan UNVR 0,0035 0,0441 0,0019

17 76 71 ICBP dan INDF 0,0061 0,0512 0, ICBP dan UNTR 0,0055 0,0509 0, ICBP dan KLBF 0,0066 0,0522 0, ICBP dan PGAS 0,0055 0,0507 0, ICBP dan TLKM 0,0066 0,0522 0, ICBP dan UNVR 0,0051 0,0522 0, INDF dan UNTR 0,0030 0,0415 0, INDF dan KLBF 0,0041 0,0489 0, INDF dan PGAS 0,003 0,0418 0, INDF dan TLKM 0,0041 0,0415 0, INDF dan UNVR 0,0026 0,0435 0, UNTR dan KLBF 0,0035 0,0438 0, UNTR dan PGAS 0,0024 0,0476 0, UNTR dan TLKM 0,0036 0,0380 0, UNTR dan UNVR 0,0020 0,0384 0, KLBF dan PGAS 0,0035 0,0469 0, KLBF dan TLKM 0,0046 0,0450 0, KLBF dan UNVR 0,0031 0,0452 0, PGAS dan TLKM 0,0035 0,0438 0, PGAS dan UNVR 0,0020 0,0435 0, TLKM dan UNVR 0,0031 0,0016 0,0026 Sumber: data diolah oleh peneliti

18 77 Berdasarkan tabel 4.3 tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 91 kemungkinan portofolio yang dibentuk. Expected return portofolio terbesar ditunjukkan pada portofolio kombinasi antara saham INCO dan ICBP sebesar 0,0090, sedangkan nilai expected return terendah ditunjukkan pada portofolio kombinasi antara saham EXCL dan BKSL sebesar 0,0007. Deviasi standar terbesar dimiliki oleh portofolio kombinasi antara saham CPIN dan BKSL sebesar 0,0692. Begitu pula saham saham FBMHI, dengan membentuk portofolio yang jumlah anggotanya terdiri dari 2 saham, maka jumlah portofolio yang dapat dibentuk dari 19 saham yaitu sebanyak 171 kombinasi portofolio. Dengan asumsi proporsi dana (Wi) untuk masing-masing portofolio sebesar 0,5. Hasil perhitungan expected return portofolio dan risiko portofolio seperti terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.4 Komposisi Portofolio Markowitz FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index Portofolio Kombinasi Saham ERp σp σ 2 p 1 AEON dan JTH 0,0045 0,0278 0, AEON dan BKAWAN 0,0047 0,0458 0, AEON dan MMC 0,0032 0,0275 0, AEON dan HAPSENG 0,0030 0,0418 0, AEON dan JCY 0,0029 0,0243 0, AEON dan KNM 0,0026 0,0374 0,0014

19 78 7 AEON dan NESTLE 0,0040 0,0223 0, AEON dan MBSB 0,0042 0,0334 0, AEON dan MPI 0,0072 0,0566 0, AEON dan AMWAY 0,0038 0,0262 0, AEON dan KRISASSET 0,0043 0,0288 0, AEON dan PETRONA 0,0028 0,0277 0, AEON dan UNITED 0,0032 0,0200 0, AEON dan SAPURA 0,0026 0,0244 0, AEON dan PUNCAK 0,0132 0,0489 0, AEON dan STARHILL 0,0042 0,0212 0, AEON dan TA 0,0073 0,0316 0, AEON dan 0,0032 0,0230 0, JTH dan BKAWAN 0,0040 0,0360 0, JTH dan MMC 0,0026 0,0252 0, JTH dan HAPSENG 0,0024 0,0400 0, JTH dan JCY 0,0023 0,0471 0, JTH dan KNM 0,0020 0,0312 0, JTH dan NESTLE 0,0033 0,0244 0, JTH dan MBSB 0,0036 0,0305 0, JTH dan MPI 0,0066 0,0529 0, JTH dan AMWAY 0,0032 0,0230 0, JTH dan KRISASSET 0,0036 0,0206 0, JTH dan PETRONA 0,0032 0,0246 0,0006

20 79 30 JTH dan UNITED 0,0025 0,0173 0, JTH dan SAPURA 0,0019 0,0240 0, JTH dan PUNCAK 0,0126 0,0433 0, JTH dan STARHILL 0,0036 0,0197 0, JTH dan TA 0,0067 0,0282 0, JTH dan 0,0026 0,0202 0, BKAWAN dan MMC 0,0027 0,0229 0, BKAWAN dan 0,0025 0,0509 0,0026 HAPSENG 38 BKAWAN dan JCY 0,0024 0,0565 0, BKAWAN dan KNM 0,0021 0,0308 0, BKAWAN dan NESTLE 0,0035 0,0400 0, BKAWAN dan MBSB 0,0037 0,0288 0, BKAWAN dan MPI 0,0067 0,0380 0, BKAWAN dan AMWAY 0,0033 0,0387 0, BKAWAN dan 0,0038 0,0150 0,0002 KRISASSET 45 BKAWAN dan 0,0033 0,0400 0,0016 PETRONA 46 BKAWAN dan UNITED 0,0027 0,0331 0, BKAWAN dan SAPURA 0,0021 0,0400 0, BKAWAN dan PUNCAK 0,0127 0,0721 0, BKAWAN dan 0,0037 0,0193 0,0003 STARHILL 50 BKAWAN dan TA 0,0068 0,0335 0, BKAWAN dan 0,0027 0,0158 0, MMC dan HAPSENG 0,0011 0,0418 0,0017

21 80 53 MMC dan JCY 0,0010 0,0469 0, MMC dan KNM 0,0007 0,0312 0, MMC dan NESTLE 0,0020 0,0281 0, MMC dan MBSB 0,0023 0,0267 0, MMC dan MPI 0,0053 0,0433 0, MMC dan AMWAY 0,0019 0,0189 0, MMC dan KRISASSET 0,0023 0,0187 0, MMC dan PETRONA 0,0019 0,0187 0, MMC dan UNITED 0,0012 0,0193 0, MMC dan SAPURA 0,0006 0,0239 0, MMC dan PUNCAK 0,0113 0,0433 0, MMC dan STARHILL 0,0023 0,0187 0, MMC dan TA 0,0054 0,0264 0, MMC dan 0,0013 0,0178 0, HAPSENG dan JCY 0,0008 0,0353 0, HAPSENG dan KNM 0,0005 0,0471 0, HAPSENG dan NESTLE 0,0018 0,0383 0, HAPSENG dan MBSB 0,0021 0,0416 0, HAPSENG dan MPI 0,0051 0,0526 0, HAPSENG dan AMWAY 0,0017 0,0372 0, HAPSENG dan 0,0021 0,0374 0,0014 KRISASSET 74 HAPSENG dan 0,0017 0,0382 0,0014 PETRONA 75 HAPSENG dan UNITED 0,0010 0,0335 0,0011

22 81 76 HAPSENG dan SAPURA 0,0004 0,0335 0, HAPSENG dan 0,0111 0,0559 0,0031 PUNCAK 78 HAPSENG dan 0,0021 0,0393 0,0015 STARHILL 79 HAPSENG dan TA 0,0052 0,0479 0, HAPSENG dan 0,0011 0,0377 0, JCY dan KNM 0,0004 0,0563 0, JCY dan NESTLE 0,0017 0,0458 0, JCY dan MBSB 0,0020 0,0494 0, JCY dan MPI 0,0050 0,0657 0, JCY dan AMWAY 0,0016 0,0443 0, JCY dan KRISASSET 0,0020 0,0447 0, JCY dan PETRONA 0,0016 0,0452 0, JCY dan UNITED 0,0009 0,0487 0, JCY dan SAPURA 0,0003 0,0536 0, JCY dan PUNCAK 0,0110 0,0626 0, JCY dan STARHILL 0,0020 0,0447 0, JCY dan TA 0,0051 0,0489 0, JCY dan 0,0010 0,0441 0, KNM dan NESTLE 0,0014 0,0287 0, KNM dan MBSB 0,0017 0,0329 0, KNM dan MPI 0,0047 0,0533 0, KNM dan AMWAY 0,0013 0,0275 0, KNM dan KRISASSET 0,0017 0,0280 0,0007

23 82 99 KNM dan PETRONA 0,0013 0,0287 0, KNM dan UNITED 0,0006 0,0291 0, KNM dan SAPURA 0, ,0324 0, KNM dan PUNCAK 0,0107 0,0533 0, KNM dan STARHILL 0,0017 0,0289 0, KNM dan TA 0,0048 0,0342 0, KNM dan 0,0007 0,0274 0, NESTLE dan MBSB 0,0030 0,0262 0, NESTLE dan MPI 0,0060 0,0415 0, NESTLE dan AMWAY 0,0026 0,0175 0, NESTLE dan 0,0031 0,0199 0,0003 KRISASSET 110 NESTLE dan PETRONA 0,0026 0,0196 0, NESTLE dan UNITED 0,0020 0,0145 0, NESTLE dan SAPURA 0,0014 0,0217 0, NESTLE dan PUNCAK 0,0120 0,0433 0, NESTLE dan STARHILL 0,0030 0,0210 0, NESTLE dan TA 0,0061 0,0244 0, NESTLE dan 0,0020 0,0148 0, MBSB dan MPI 0,0063 0,0476 0, MBSB dan AMWAY 0,0029 0,0243 0, MBSB dan KRISASSET 0,0033 0,0263 0, MBSB dan PETRONA 0,0029 0,0022 0, MBSB dan UNITED 0,0022 0,0021 0,0004

24 MBSB dan SAPURA 0,0016 0,0278 0, MBSB dan PUNCAK 0,0123 0,0427 0, MBSB dan STARHILL 0,0033 0,0193 0, MBSB dan TA 0,0064 0,0210 0, MBSB dan 0,0023 0,0220 0, MPI dan AMWAY 0,0059 0,0474 0, MPI dan KRISASSET 0,0063 0,0499 0, MPI dan PETRONA 0,0059 0,0415 0, MPI dan UNITED 0,0052 0,0412 0, MPI dan SAPURA 0,0046 0,0494 0, MPI dan PUNCAK 0,0153 0,0612 0, MPI dan STARHILL 0,0063 0,0415 0, MPI dan TA 0,0094 0,0455 0, MPI dan 0,0053 0,0443 0, AMWAY dan 0,0029 0,0172 0,0002 KRISASSET 137 AMWAY dan PETRONA 0,0025 0,0171 0, AMWAY dan UNITED 0,0012 0,0117 0, AMWAY dan SAPURA 0,0012 0,0192 0, AMWAY dan PUNCAK 0,0119 0,0550 0, AMWAY dan 0,0029 0,0185 0,0003 STARHILL 142 AMWAY dan TA 0,0060 0,0330 0, AMWAY dan 144 KRISASSET dan PETRONA 0,0019 0,0116 0,0001 0,0029 0,0141 0,0002

25 KRISASSET dan 0,0023 0,0141 0,0002 UNITED 146 KRISASSET dan 0,0017 0,0194 0,0003 SAPURA 147 KRISASSET dan 0,0123 0,0595 0,0035 PUNCAK 148 KRISASSET dan 0,0033 0,0141 0,0002 STARHILL 149 KRISASSET dan TA 0,0064 0,0234 0, KRISASSET dan 0,0023 0,0138 0, PETRONA dan UNITED 0,0015 0,0165 0, PETRONA dan SAPURA 0,0012 0,0229 0, PETRONA dan 0,0119 0,0558 0,0031 PUNCAK 154 PETRONA dan 0,0029 0,0205 0,0004 STARHILL 155 PETRONA dan TA 0,0021 0,0342 0, PETRONA dan 0,0013 0,0145 0, UNITED dan SAPURA 0,0006 0,0212 0, UNITED dan PUNCAK 0,0112 0,0412 0, UNITED dan STARHILL 0,0022 0,0144 0, UNITED dan TA 0,0053 0,0239 0, UNITED dan 0,0012 0,0108 0, SAPURA dan PUNCAK 0,0106 0,0447 0, SAPURA dan 0,0016 0,0208 0,0004 STARHILL 164 SAPURA dan TA 0,0047 0,0278 0, SAPURA dan 166 PUNCAK dan STARHILL 0,0006 0,0187 0,0003 0,0123 0,0421 0,0017

26 PUNCAK dan TA 0,0154 0,0526 0, PUNCAK dan 0,0113 0,0416 0, STARHILL dan TA 0,0064 0,0273 0, STARHILL dan 0,0023 0,0132 0, TA dan 0,0054 0,0217 0,0004 Sumber: data diolah oleh peneliti Berdasarkan tabel 4.4 tersebut, dapat diketahui bahwa portofolio yang terbentuk atas saham PUNCAK dan TA memiliki expected return portofolio terbesar yaitu sebesar 0,0154; sedangkan nilai expected return terendah dimiliki oleh portofolio yang terbentuk atas saham KNM dan SAPURA yaitu sebesar 0, Deviasi standar terbesar dimiliki oleh kombinasi saham antara JCY dan PUNCAK sebesar 0, Besarnya Penurunan Risiko Akibat Pembentukan Portofolio Untuk menjawab perumusan masalah penelitian yaitu apakah diversifikasi dengan model Markowitz terbukti dapat meminimalkan risiko investasi. Berapa besar risiko perusahaan menurun akibat dari portofolio model Markowitz adalah sebagai berikut. Besarnya penurunan risiko rata rata individual saham akibat diversifikasi tergantung dari besarnya korelasi return antar saham portofolio. Jika korelasi antar saham adalah positif sempurna (+1), maka risiko portofolionya adalah rata-rata tertimbang risiko individualnya. Contoh perhitungan penurunan risiko portofolio kombinasi antara saham AKRA dan

27 86 LSIP, rata-rata tertimbang risiko individual yaitu sebesar (σ 2 p) = (0,5 x 0,0010) + (0,5 x 0,0050) = 0,003. Pembentukan portofolio AKRA dan LSIP akan menurunkan risiko rata-rata individual saham sebesar (0,003-0,0016) = 0,0014 atau sebesar (0,0014 / 0,0030) = 0,466 = 46,6%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dibentuknya portofolio saham AKRA dan LSIP mampu menurunkan risiko rata-rata individual hingga 46,6%. Portofolio Tabel 4.5 Koefisien Korelasi dan Prosentase Penurunan Risiko Individual Portofolio Jakarta Islamic Index Kombinasi Saham Koefisien Korelasi Prosentase Penurunan Risiko Individual 1 AKRA dan LSIP -0, ,6 % 2 AKRA dan BKSL -0, ,1 % 3 AKRA dan CPIN -0, ,4 % 4 AKRA dan EXCL 0, ,0 % 5 AKRA dan INCO -0, ,7 % 6 AKRA dan AALI -0, ,2 % 7 AKRA dan ICBP 0, ,8 % 8 AKRA dan INDF -0, ,3 % 9 AKRA dan UNTR -0, ,8 % 10 AKRA dan KLBF -0, ,0 % 11 AKRA dan PGAS -0, ,1 % 12 AKRA dan TLKM 0, ,0 %

28 87 13 AKRA dan UNVR -0, ,0 % 14 LSIP dan BKSL -0, ,0 % 15 LSIP dan CPIN 0, ,6 % 16 LSIP dan EXCL 0, ,5 % 17 LSIP dan INCO 0, ,5 % 18 LSIP dan AALI 0, ,6 % 19 LSIP dan ICBP -0, ,1 % 20 LSIP dan INDF 0, ,7 % 21 LSIP dan UNTR 0, ,6 % 22 LSIP dan KLBF 0, ,0 % 23 LSIP dan PGAS 0, ,6 % 24 LSIP dan TLKM -0, ,1 % 25 LSIP dan UNVR 0, ,0 % 26 BKSL dan CPIN 0, ,0 % 27 BKSL dan EXCL -0, ,0 % 28 BKSL dan INCO 0, ,0 % 29 BKSL dan AALI -0, ,0 % 30 BKSL dan ICBP 0, ,5 % 31 BKSL dan INDF 0, ,3 % 32 BKSL dan UNTR 0, ,5 % 33 BKSL dan KLBF 0, ,4 % 34 BKSL dan PGAS 0, ,8 % 35 BKSL dan TLKM 0, ,7 %

29 88 36 BKSL dan UNVR 0, ,8 % 37 CPIN dan EXCL 0, ,9 % 38 CPIN dan INCO -0, ,7 % 39 CPIN dan AALI 0, ,5 % 40 CPIN dan ICBP 0, ,7 % 41 CPIN dan INDF 0, ,7 % 42 CPIN dan UNTR 0, ,5 % 43 CPIN dan KLBF 0, ,6 % 44 CPIN dan PGAS 0, ,9 % 45 CPIN dan TLKM 0, ,3 % 46 CPIN dan UNVR 0, ,7 % 47 EXCL dan INCO -0, ,3 % 48 EXCL dan AALI 0, ,3 % 49 EXCL dan ICBP 0, ,1 % 50 EXCL dan INDF 0, ,0 % 51 EXCL dan UNTR 0, ,7 % 52 EXCL dan KLBF 0, ,3 % 53 EXCL dan PGAS 0, ,5 % 54 EXCL dan TLKM 0, ,9 % 55 EXCL dan UNVR 0, ,4 % 56 INCO dan AALI -0, ,7 % 57 INCO dan ICBP -0, ,7 % 58 INCO dan INDF -0, ,4 %

30 89 59 INCO dan UNTR -0, ,7 % 60 INCO dan KLBF -0, ,0 % 61 INCO dan PGAS -0, ,0 % 62 INCO dan TLKM -0, ,6 % 63 INCO dan UNVR 0, ,5 % 64 AALI dan ICBP 0, ,6 % 65 AALI dan INDF 0, ,3 % 66 AALI dan UNTR 0, ,6 % 67 AALI dan KLBF 0, ,8 % 68 AALI dan PGAS 0, ,8 % 69 AALI dan TLKM -0, ,3 % 70 AALI dan UNVR 0, ,6 % 71 ICBP dan INDF 0, ,8 % 72 ICBP dan UNTR 0, ,0 % 73 ICBP dan KLBF 0, ,7 % 74 ICBP dan PGAS 0, ,2 % 75 ICBP dan TLKM 0, ,1 % 76 ICBP dan UNVR 0, ,7 % 77 INDF dan UNTR 0, ,5 % 78 INDF dan KLBF 0, ,5 % 79 INDF dan PGAS 0, ,0 % 80 INDF dan TLKM 0, ,6 % 81 INDF dan UNVR 0, ,1 %

31 90 82 UNTR dan KLBF 0, ,4 % 83 UNTR dan PGAS 0, ,4 % 84 UNTR dan TLKM 0, ,6 % 85 UNTR dan UNVR 0, ,0 % 86 KLBF dan PGAS 0, ,5 % 87 KLBF dan TLKM 0, ,0 % 88 KLBF dan UNVR 0, ,3 % 89 PGAS dan TLKM 0, ,5 % 90 PGAS dan UNVR 0, ,6 % 91 TLKM dan UNVR 0, ,6 % Rata-rata prosentase penurunan risiko individual 41,15 % Sumber: data diolah oleh peneliti Berdasarkan tabel 4.5 tersebut, dapat diketahui bahwa portofolio yang terbentuk atas saham BKSL dan AALI mengalami penurunan risiko individual tertinggi yaitu sebesar 64,0%, sedangkan portofolio yang terbentuk atas saham UNTR dan PGAS mengalami penurunan risiko individual terendah yaitu sebesar 10,4%. Kombinasi portofolio JII yang penurunan prosentase risiko individual dibawah rata-rata sebanyak 43 portofolio, sedangkan portofolio yang penurunan prosentase risiko individual diatas ratarata sebanyak 48 kombinasi portofolio.

32 91 Tabel 4.6 Koefisien Korelasi dan Prosentase Penurunan Risiko Individual Portofolio FTSE Bursa Malaysia Hijrah Shariah Index Portofolio Kombinasi Saham Koefisien Korelasi Prosentase Penurunan Risiko Individual 1 AEON dan JTH 0, ,1 % 2 AEON dan BKAWAN -0, ,1 % 3 AEON dan MMC -0, ,1 % 4 AEON dan HAPSENG -0, ,6 % 5 AEON dan JCY 0, ,4 % 6 AEON dan KNM 0, ,2 % 7 AEON dan NESTLE 0, ,9 % 8 AEON dan MBSB 0, ,5 % 9 AEON dan MPI 0, ,9 % 10 AEON dan AMWAY 0, ,2% 11 AEON dan KRISASSET 0, ,0 % 12 AEON dan PETRONA 0, ,6 % 13 AEON dan UNITED 0, ,5 % 14 AEON dan SAPURA 0, ,0 % 15 AEON dan PUNCAK 0, ,4 % 16 AEON dan STARHILL 0, ,9 % 17 AEON dan TA 0,3421 9,00 % 18 AEON dan -0, ,5 %

33 92 19 JTH dan BKAWAN -0, ,0 % 20 JTH dan MMC 0, ,0 % 21 JTH dan HAPSENG -0, ,3 % 22 JTH dan JCY 0, ,8 % 23 JTH dan KNM 0, ,8 % 24 JTH dan NESTLE 0, ,2 % 25 JTH dan MBSB -0, ,0 % 26 JTH dan MPI 0, ,5 % 27 JTH dan AMWAY 0,0947 9,00 % 28 JTH dan KRISASSET 0, ,3 % 29 JTH dan PETRONA -0, ,2 % 30 JTH dan UNITED -0, ,0 % 31 JTH dan SAPURA 0, ,5 % 32 JTH dan PUNCAK 0, ,0 % 33 JTH dan STARHILL -0, ,1 % 34 JTH dan TA 0, ,8 % 35 JTH dan -0, ,2 % 36 BKAWAN dan MMC 0, ,3 % 37 BKAWAN dan 0, ,5 % HAPSENG 38 BKAWAN dan JCY -0, ,2 % 39 BKAWAN dan KNM 0, ,0 % 40 BKAWAN dan NESTLE -0, ,0 % 41 BKAWAN dan MBSB -0, ,7 %

34 93 42 BKAWAN dan MPI -0, ,0 % 43 BKAWAN dan 0, ,3 % AMWAY 44 BKAWAN dan 0, ,8 % KRISASSET 45 BKAWAN dan -0, ,0 % PETRONA 46 BKAWAN dan UNITED -0, ,0 % 47 BKAWAN dan -0, ,0 % SAPURA 48 BKAWAN dan -0, ,3 % PUNCAK 49 BKAWAN dan 0, ,3 % STARHILL 50 BKAWAN dan TA 0,3694 4,30 % 51 BKAWAN dan 0, ,3 % 52 MMC dan HAPSENG 0, ,1 % 53 MMC dan JCY 0, ,1 % 54 MMC dan KNM 0, ,8 % 55 MMC dan NESTLE 0, ,8 % 56 MMC dan MBSB 0, ,6 % 57 MMC dan MPI 0, ,0 % 58 MMC dan AMWAY 0, ,4 % 59 MMC dan KRISASSET 0, ,0 % 60 MMC dan PETRONA 0, ,1 % 61 MMC dan UNITED 0, ,0 % 62 MMC dan SAPURA 0, ,5 % 63 MMC dan PUNCAK 0, ,0 % 64 MMC dan STARHILL 0, ,1 %

35 94 65 MMC dan TA 0, ,0 % 66 MMC dan 0, ,4 % 67 HAPSENG dan JCY -0, ,2 % 68 HAPSENG dan KNM 0, ,6 % 69 HAPSENG dan NESTLE 0, ,0 % 70 HAPSENG dan MBSB -0, ,4 % 71 HAPSENG dan MPI -0, ,8 % 72 HAPSENG dan 0, ,9 % AMWAY 73 HAPSENG dan 0, ,1 % KRISASSET 74 HAPSENG dan -0, ,0 % PETRONA 75 HAPSENG dan UNITED -0, ,4 % 76 HAPSENG dan -0, ,1 % SAPURA 77 HAPSENG dan 0, ,0 % PUNCAK 78 HAPSENG dan 0, ,4 % STARHILL 79 HAPSENG dan TA 0, ,2 % 80 HAPSENG dan 0, ,1 % 81 JCY dan KNM 0, ,9 % 82 JCY dan NESTLE 0, ,5 % 83 JCY dan MBSB 0, ,6 % 84 JCY dan MPI 0, ,0 % 85 JCY dan AMWAY 0, ,6 % 86 JCY dan KRISASSET 0, ,7 % 87 JCY dan PETRONA 0, ,0 %

36 95 88 JCY dan UNITED 0, ,2 % 89 JCY dan SAPURA 0, ,0 % 90 JCY dan PUNCAK 0, ,6 % 91 JCY dan STARHILL -0, ,0 % 92 JCY dan TA 0, ,9 % 93 JCY dan -0, ,6 % 94 KNM dan NESTLE 0,153 81,8 % 95 KNM dan MBSB -0, ,4 % 96 KNM dan MPI 0, ,4 % 97 KNM dan AMWAY 0, ,3 % 98 KNM dan KRISASSET 0, ,8 % 99 KNM dan PETRONA 0, ,5 % 100 KNM dan UNITED 0, ,9 % 101 KNM dan SAPURA 0, ,3 % 102 KNM dan PUNCAK 0, ,4 % 103 KNM dan STARHILL 0, ,5 % 104 KNM dan TA 0, ,1 % 105 KNM dan 0, ,3 % 106 NESTLE dan MBSB 0, ,3 % 107 NESTLE dan MPI 0, ,7 % 108 NESTLE dan AMWAY 0, ,0 % 109 NESTLE dan 0, ,5 % KRISASSET 110 NESTLE dan PETRONA -0, ,0 %

37 NESTLE dan UNITED -0, ,5 % 112 NESTLE dan SAPURA 0, ,9 % 113 NESTLE dan PUNCAK 0, ,8 % 114 NESTLE dan 0, ,2 % STARHILL 115 NESTLE dan TA 0, ,4 % 116 NESTLE dan 0, ,0 % 117 MBSB dan MPI 0, ,3 % 118 MBSB dan AMWAY -0, ,3 % 119 MBSB dan KRISASSET 0, ,0 % 120 MBSB dan PETRONA 0, ,4 % 121 MBSB dan UNITED 0, ,8 % 122 MBSB dan SAPURA 0, ,1 % 123 MBSB dan PUNCAK -0, ,4 % 124 MBSB dan STARHILL 0, ,6 % 125 MBSB dan TA 0, ,0 % 126 MBSB dan 0, ,6 % 127 MPI dan AMWAY -0, ,3 % 128 MPI dan KRISASSET -0, ,3 % 129 MPI dan PETRONA 0,272 50,7 % 130 MPI dan UNITED 0, ,4 % 131 MPI dan SAPURA 0, ,4 % 132 MPI dan PUNCAK 0, ,0 % 133 MPI dan STARHILL 0, ,7 %

38 MPI dan TA 0, ,8 % 135 MPI dan 0, ,4 % 136 AMWAY dan 0, ,3 % KRISASSET 137 AMWAY dan 0, ,0 % PETRONA 138 AMWAY dan UNITED -0, ,0 % 139 AMWAY dan SAPURA -0, ,1 % 140 AMWAY dan PUNCAK 0,0911 9,09 % 141 AMWAY dan -0, ,0 % STARHILL 142 AMWAY dan TA 0, ,6 % 143 AMWAY dan 0, ,1 % 144 KRISASSET dan 0, ,3 % PETRONA 145 KRISASSET dan 0, ,0 % UNITED 146 KRISASSET dan 0, ,0 % SAPURA 147 KRISASSET dan -0, ,0 % PUNCAK 148 KRISASSET dan 0, ,3 % STARHILL 149 KRISASSET dan TA 0, ,0 % 150 KRISASSET dan 0, ,3 % 151 PETRONA dan UNITED 0, ,5 % 152 PETRONA dan 0, ,1 % SAPURA 153 PETRONA dan -0, ,1 % PUNCAK 154 PETRONA dan 0, ,2 % STARHILL 155 PETRONA dan TA -0, ,7 %

39 PETRONA dan 0, ,0 % 157 UNITED dan SAPURA 0, ,5 % 158 UNITED dan PUNCAK -0, ,4 % 159 UNITED dan -0, ,5 % STARHILL 160 UNITED dan TA -0, ,5 % 161 UNITED dan -0, ,6 % 162 SAPURA dan PUNCAK 0, ,7 % 163 SAPURA dan 0, ,9 % STARHILL 164 SAPURA dan TA 0, ,8 % 165 SAPURA dan -0, ,1 % 166 PUNCAK dan 0, ,7 % STARHILL 167 PUNCAK dan TA 0, ,9 % 168 PUNCAK dan -0, ,9 % 169 STARHILL dan TA 0, ,3 % 170 STARHILL dan 0, ,0 % 171 TA dan -0, ,8 % Rata-rata prosentase penurunan risiko individual 43,5 % Sumber: data diolah oleh peneliti Berdasarkan tabel 4.6 tersebut, dapat diketahui bahwa portofolio yang terbentuk atas saham MMC dan MBSB mengalami penurunan risiko individual terbesar yaitu sebesar 91,6%, sedangkan portofolio yang terbentuk atas saham AMWAY dan PUNCAK mengalami penurunan risiko individual terendah yaitu sebesar 9,09%. Kombinasi portofolio FBMHI yang penurunan

40 99 prosentase risiko individual dibawah rata-rata sebanyak 67 portofolio, sedangkan portofolio yang penurunan prosentase risiko individual diatas ratarata sebanyak 104 kombinasi portofolio.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peneliti dengan data sekunder. Obyek dalam penelitian ini adalah saham-saham di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peneliti dengan data sekunder. Obyek dalam penelitian ini adalah saham-saham di BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan sebuah obyek penelitian yang diambil oleh peneliti dengan data sekunder. Obyek dalam penelitian ini adalah saham-saham di

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan indeks yang

BAB IV PEMBAHASAN. dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan indeks yang BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian JII (Jakarta Islamic Indeks) pertama kali diluncurkan oleh BEI (pada saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta) bekerjasama dengan PT Danareksa Investment

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah adalah pasar modal yang menerapkan prinsip prinsip syariah, yaitu larangan terhadap setiap transaksi

Lebih terperinci

Fuji Nurdiani

Fuji Nurdiani ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE DESEMBER 2015 MEI 2016 Fuji Nurdiani 131212069 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam

Lebih terperinci

Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Metode Single Indeks Saham. Presented By : Slamet Hidayatulloh

Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Metode Single Indeks Saham. Presented By : Slamet Hidayatulloh Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Metode Single Indeks Saham Pada Jakarta Islamic Index (JII) Presented By : Slamet Hidayatulloh BAB I ( LATAR BELAKANG, RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH )

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif 4.1.1 Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM SYARIAH DENGAN SINGLE-INDEX MODEL

ANALISIS PEMILIHAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM SYARIAH DENGAN SINGLE-INDEX MODEL ANALISIS PEMILIHAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM SYARIAH DENGAN SINGLE-INDEX MODEL Yuni Pristiwati Noer W Jurusan Akuntansi, STIE Swastamandiri Surakarta, Email: yuni_pristi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM

BAB IV ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM 58 BAB IV ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM A. Saham-saham yang membentuk portofolio optimal Portofolio optimal merupakan portofolio yang terdiri atas saham-saham yang memiliki kombinasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal Dalam portofolio yang dibentuk, kita membentuk kombinasi yang optimal dari beberapa asset (sekuritas) sehingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini,

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini, BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini, diukur dengan menggunakan rasio Sharpe yaitu diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yaitu desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara

III. METODE PENELITIAN. yaitu desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membentuk portofolio yang memberikan komposisi optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan saham yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dijalankan sesuai prinsip syariah. Prinsip-prinsip syariah tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dijalankan sesuai prinsip syariah. Prinsip-prinsip syariah tersebut 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai obyek adalah Jakarta Islamic Indeks yang listing di BEI. Jakarta Islamic Index (JII) adalah index

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PORTOFOLIO DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE (Studi Pada Perusahaan yang Listing Pada Indeks Lq 45 di BEI Periode 2012)

EVALUASI KINERJA PORTOFOLIO DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE (Studi Pada Perusahaan yang Listing Pada Indeks Lq 45 di BEI Periode 2012) EVALUASI KINERJA PORTOFOLIO DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE (Studi Pada Perusahaan yang Listing Pada Indeks Lq 4 di BEI Periode 2012) Sulistya Rini Siti Ragil Handayani Rustam Hidayat Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Kuncoro (2013: 145). Data kuantitatif adalah data yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Kuncoro (2013: 145). Data kuantitatif adalah data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif. Menurut Kuncoro (2013: 145). Data kuantitatif adalah data

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. goal programming dan lexicographic goal programming pada empat saham yang

BAB III PEMBAHASAN. goal programming dan lexicographic goal programming pada empat saham yang BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas pembentukan portofolio menggunakan metode goal programming dan lexicographic goal programming pada empat saham yang akan dipilih menjadi kandidat portofolio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian negara. Melalui pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. Jakarta Islamic Indeks didirikan pada tanggal 3 Juli 2000, yang

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. Jakarta Islamic Indeks didirikan pada tanggal 3 Juli 2000, yang BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Jakarta Islamic Index ( JII ) Jakarta Islamic Indeks didirikan pada tanggal 3 Juli 2000, yang merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif antar perusahaan dimana perusahaan berlomba-lomba dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif antar perusahaan dimana perusahaan berlomba-lomba dalam mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian Indonesia menyebabkan persaingan yang kompetitif antar perusahaan dimana perusahaan berlomba-lomba dalam mencari alternative pendanaan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal menjadi alternatif tempat para investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan atau yang dikenal dengan istilah investasi. Menurut (Halim, 2005:4)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh tingkat pengembalian (return) berupa deviden dan capital gain. Investor

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh tingkat pengembalian (return) berupa deviden dan capital gain. Investor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor dalam melakukan investasi pada saham di pasar modal bertujuan memperoleh tingkat pengembalian (return) berupa deviden dan capital gain. Investor yang rasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif. dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif. dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) 62 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian dan Data Deskriptif 4.1.1 Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ingin memperoleh dana tambahan untuk operasional perusahaan serta

I. PENDAHULUAN. ingin memperoleh dana tambahan untuk operasional perusahaan serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal menjadi alternatif bagi investor yang ingin menanamkan modalnya dengan harapan mendapatkan keuntungan dan menjadi fasilitas bagi emiten yang ingin memperoleh

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Portfolio Saham Dana Pensiun Bank Indonesia Pada Tahun 2012

Evaluasi Kinerja Portfolio Saham Dana Pensiun Bank Indonesia Pada Tahun 2012 FINESTA Vol., No. 1, (014) 14-19 14 Evaluasi Kinerja Portfolio Saham Dana Pensiun Bank Indonesia Pada Tahun 01 Endraw Putra Tjendana Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua, pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua, pasar modal menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. tinggi. Di tengah pelemahan perekonomian Indonesia, rasap isubirtnok

BAB IV HASIL PENELITIAN. tinggi. Di tengah pelemahan perekonomian Indonesia, rasap isubirtnok BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Hasil Penelitian Pasar saham syariah dinilai masih punya ruang tumbuh cukup tinggi. Di tengah pelemahan perekonomian Indonesia, rasap isubirtnok nagnubag mahas agrah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada emiten akan semakin kuat. Semakin banyak permintaan saham pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada emiten akan semakin kuat. Semakin banyak permintaan saham pada suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan/ kinerja perusahaan. Jika harga saham selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Darmadji, T dan Fakhrudin M.H Pasar Modal di Indonesia Pendekatan. Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.

DAFTAR PUSTAKA. Darmadji, T dan Fakhrudin M.H Pasar Modal di Indonesia Pendekatan. Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. 87 DAFTAR PUSTAKA Abdilah, Sulton Bani, & Rahayu, Sri. 2013. Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Saham Menggunakan Model Indeks Tunggal Untuk Pengambilan Keputusan Investasi (Studi Kasus Saham Index

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. Indeks Saham Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Industri Syariah Sejarah perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi perbankan, asuransi dan pasar modal pada dasarnya merupakan suatu proses sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan cukup signifikan. Hal itu ditunjukan dengan semakin banyak jumlah sekuritas yang diperdagangkan dengan kapitalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Salah satu pilihan bagi para investor tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Salah satu pilihan bagi para investor tersebut adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern seperti saat ini, banyak sekali pilihan bagi para investor untuk menginvestaikan uangnya dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) Investor dalam membentuk portofolio diperlukan perhitungan return ekspektasi dari masing-masing aktiva untuk dimasukkan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN 2011 2013 Sofyarosa Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma ABSTRAK

Lebih terperinci

: Amelia Pujaastuti Npm : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ati Harmoni, SSi., MM

: Amelia Pujaastuti Npm : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ati Harmoni, SSi., MM ANALISIS PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL (Studi Pada Saham Indeks LQ-45 di BEI Tahun 2011-2015) Nama : Amelia Pujaastuti Npm : 10212705 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama dalam proses alokasi dana masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL BERDASARKAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM-SAHAM KELOMPOK INDEKS LQ-45

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL BERDASARKAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM-SAHAM KELOMPOK INDEKS LQ-45 ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL BERDASARKAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM-SAHAM KELOMPOK INDEKS LQ-45 Esi Fitriani Komara, SE Manajemen, UNJANI Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi esifitriani91@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang terus berada pada indeks LQ45 periode

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang terus berada pada indeks LQ45 periode BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks LQ45 adalah perhitungan dari 45 saham, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas sahamsaham

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai Penerapan Metode Mean Conditional

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai Penerapan Metode Mean Conditional BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai Penerapan Metode Mean Conditional Value at Risk dalam Portofolio Black-Litterman pada saham Jakarta Islamic Index (JII) dan Index Harga Saham Gabungan

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI PORTOFOLIO SAHAM PASAR MODAL SYARIAH DENGAN MODEL MARKOWITZ DAN MODEL INDEKS TUNGGAL

ANALISIS INVESTASI PORTOFOLIO SAHAM PASAR MODAL SYARIAH DENGAN MODEL MARKOWITZ DAN MODEL INDEKS TUNGGAL ANALISIS INVESTASI PORTOFOLIO SAHAM PASAR MODAL SYARIAH DENGAN MODEL MARKOWITZ DAN MODEL INDEKS TUNGGAL (Studi Pada Saham Perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Indeks di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

Amelinda Islamey Suhadak Nila Firdausi Nuzula Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Amelinda Islamey Suhadak Nila Firdausi Nuzula Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM LQ45 MENGGUNAKAN HARGA TERTINGGI, HARGA TERENDAH, DAN CLOSE PRICE DALAM KEPUTUSAN INVESTASI (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014) Amelinda Islamey Suhadak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel independen berupa operating leverage, financial leverage serta satu variabel dummy berupa karakteristik

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (white et

BAB II LANDASAN TEORI. dan kreditor membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (white et BAB II LANDASAN TEORI A. Rasio keuangan 1. Rasio Keuangan dan Manfaat Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan resiko dan tingkat imbal hasil dari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh :

SKRIPSI. Disusun oleh : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ESTIMASI HARGA SAHAM DENGAN MODEL DISCOUNT EXPECTED CASHFLOW DALAM KEPUTUSAN INVESTASI (STUDI PADA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2007) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Sejarah singkat Pasar Modal Syariah Sejarah Pasar Modal Syari ah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syari ah oleh PT Danareksa

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dijelaskan pembahasan yang berkaitan dengan Pendekatan Fuzzy

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dijelaskan pembahasan yang berkaitan dengan Pendekatan Fuzzy BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dijelaskan pembahasan yang berkaitan dengan Pendekatan Fuzzy Compromise Programming untuk Views dalam Portofolio Black Litterman. Selanjutnya, akan diterapkan pada

Lebih terperinci

Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011

Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011 36 LAMPIRAN 1 Daftar anggota saham LQ-45 Periode Januari-Desember 2011 No. Nama Emiten Frekuensi Jumlah Kode Nama Perusahaan November 10 Januari 11 Februari Juli 11 Agustus 11 Januari 12 1. AALI Astra

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Deskripsi Berbagai Indeks Saham Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara dapat mempengaruhi pasar modal lainnya di negara yang. untuk negara yang masih berkembang (www.bapepam.go.id).

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara dapat mempengaruhi pasar modal lainnya di negara yang. untuk negara yang masih berkembang (www.bapepam.go.id). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri yang terjadi di setiap negara menimbulkan globalisasi yang berdampak pada hubungan antara negara satu dan lainnya. Sebagai contoh adalah pasar

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL

PENGGUNAAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL Penggunaan Metode Capital (Herarum Sekarwati) 425 PENGGUNAAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL DALAM MENENTUKAN KEPUTUSAN BERINVESTASI SAHAM ( Studi Pada Saham Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

: Fanzi Nalar Prasetia NPM : Jurusan : Manajemen : Dr. Bambang Gunawan Hardianto

: Fanzi Nalar Prasetia NPM : Jurusan : Manajemen : Dr. Bambang Gunawan Hardianto Analisis Pembentukan Portofolio Efisien Pada Sektor Industri Pertambangan Yang Tercatat Dalam Indeks LQ45 Dengan Menggunakan Model Markowitz Di Bursa Efek Indonesia Nama : Fanzi Nalar Prasetia NPM : 15209431

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.1 April 2017 Page 260

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.1 April 2017 Page 260 ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.4, No.1 April 2017 Page 260 ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL BERDASARKAN METODE CONSTANT CORRELATION DAN PENILAIAN KINERJA DENGAN SHARPE DAN TREYNOR MEASURE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Intesitas transaksi setiap sekuritas di pasar modal berbeda - beda. Sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan aktif diperdagangkan

Lebih terperinci

Nama : AGUNG HARY PURNOMO Kelas : 4EA18. Dosen Pembimbing: Dr. Lana Sularto SE., MMSI

Nama : AGUNG HARY PURNOMO Kelas : 4EA18. Dosen Pembimbing: Dr. Lana Sularto SE., MMSI ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO YANG EFISIEN PADA SAHAM SYARIAH SEKTOR PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MARKOWITZ Nama : AGUNG HARY PURNOMO Kelas : 4EA18 Dosen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Asuransi Bumiputera sebagai perusahaan asuransi pelopor di Indonesia, yang keberadaannya masih berada di tingkat tertinggi dalam dunia perasuransian,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang 12 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Jakarta Islamic Indeks Jakarta Islamic Index adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat mengesankan. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks harga saham-saham

I. PENDAHULUAN. sangat mengesankan. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks harga saham-saham I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pasar modal syariah Indonesia menunjukkan kemajuan yang sangat mengesankan. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks harga saham-saham kelompok Jakarta Islamic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam bentuk, seperti reksadana, obligasi, saham, dan sebagainya. Sebelum

BAB I PENDAHULUAN. macam bentuk, seperti reksadana, obligasi, saham, dan sebagainya. Sebelum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal berperan besar di dalam perekonomian suatu negara dimana mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana. Peluang

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO ANTARA INVESTASI EMAS DAN SAHAM SYARIAH. Tais Khuron BRI Syariah

KAJIAN PERBANDINGAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO ANTARA INVESTASI EMAS DAN SAHAM SYARIAH. Tais Khuron BRI Syariah Signifikan Vol. 4 No. 1 April 2015 KAJIAN PERBANDINGAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO ANTARA INVESTASI EMAS DAN SAHAM SYARIAH Tais Khuron BRI Syariah Tais.khuron@gmail.com Abstract. The objective of this

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang tahu memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal dari harta yang dimilikinya. Investasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah saham-saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) (www.idx.co.id) dan FTSE

Lebih terperinci

Optimasi Multi-Objective pada Pemilihan Portofolio dengan Metode Nadir Compromise Programming

Optimasi Multi-Objective pada Pemilihan Portofolio dengan Metode Nadir Compromise Programming JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (13) 2337-35 (2301-928X Print) 1 Optimasi Multi-Objective pada Pemilihan Portofolio dengan Metode Nadir Compromise Programming Ema Rahmawati dan Subchan. Jurusan

Lebih terperinci

JURNAL FOURIER April 2015, Vol. 4, No. 1, ISSN: X

JURNAL FOURIER April 2015, Vol. 4, No. 1, ISSN: X JURNAL FOURIER April 2015, Vol. 4, No. 1, 58 79 ISSN: 2252-763X ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL MODEL INDEKS TUNGGAL DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus: Saham Jakarta Islamic Index

Lebih terperinci

49 Universitas Indonesia

49 Universitas Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Asuransi Kerugian ABC, yang akan membatasi penelitian pada hasil investasi dana yang dikelola dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bisnis utama perusahaan asuransi adalah penjualan premi atau pengumpulan dana masyarakat. Pengumpulan dana ini dilakukan melalui upaya perusahaan asuransi

Lebih terperinci

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM.

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. OVERVIEW Tujuan dari bab ini adalah untuk mempelajari konsep return dan risiko portofolio dalam investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk mendapatkan sejumlah keuntungan atau laba dalam jumlah tertentu. Pemilik dana pada

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN SINGLE INDEX MODEL (SIM) DAN RANDOM MODEL (Studi pada Bursa Efek Indonesia periode )

ANALISIS KOMPARATIF PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN SINGLE INDEX MODEL (SIM) DAN RANDOM MODEL (Studi pada Bursa Efek Indonesia periode ) ANALISIS KOMPARATIF PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN SINGLE INDEX MODEL (SIM) DAN RANDOM MODEL (Studi pada Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan individu maupun organisasi menanamkan modalnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan individu maupun organisasi menanamkan modalnya adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penanaman dana pada satu aset atau lebih. Menurut Henry (2009:4) investasi merupakan kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumber daya saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Investasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu maupun institusi melakukan investasi untuk mewujudkan tujuan mereka di masa depan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar modal yaitu Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange ) dan Bursa Efek Surabaya (Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor agar dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Martono,Agos harjito, Menegemen keuangan,yogyakarta,cv Adipura, 2001, Hal.240.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Martono,Agos harjito, Menegemen keuangan,yogyakarta,cv Adipura, 2001, Hal.240. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era modern sekarang, banyak perusahaan yang sangat berkembang dengan pesat. Salah satu contohnya adalah industri manufaktur. Perkembangan industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Financial Laboratory Fakultas Ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Financial Laboratory Fakultas Ekonomi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Financial Laboratory Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maliki Malang, dengan memanfaatkan harga-harga saham JII

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Discriminant pada model Black-Litterman dan penerapan pendekatan Least

BAB III PEMBAHASAN. Discriminant pada model Black-Litterman dan penerapan pendekatan Least BAB III PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini dibahas mengenai pendekatan Least Discriminant pada model Black-Litterman dan penerapan pendekatan Least Discriminant pada model Black-Litterman dengan saham

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survei

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survei III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survei terhadap objek penelitian. Cooper dan Schindler dalam Salamah (2011) menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun pemerintah jangka panjang dalam berbagai instrumen keuangan yang diperjualbelikan, salah satunya

Lebih terperinci

Judul : Pembentukan Portofolio Optimal Pada

Judul : Pembentukan Portofolio Optimal Pada Judul : Pembentukan Portofolio Optimal Pada Saham-Saham Perusahaan Sub- Sektor Konstruksi Bangunan di Bursa Efek Indonesia (Pendekatan Markowitz) Nama : Ade Sukma Giharta NIM : 1315251173 Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau

Lebih terperinci

Optimasi Multi Objektif Pada Pemilihan Portofolio Saham Syariah Menggunakan Compromise Programming (CP) dan Nadir Compromise Programming (NCP)

Optimasi Multi Objektif Pada Pemilihan Portofolio Saham Syariah Menggunakan Compromise Programming (CP) dan Nadir Compromise Programming (NCP) JURNAL FOURIER Oktober 207, Vol., No. 2, 9-04 ISSN 2252-73X DOI: 0.442/fourier.207.2.9-04 E-ISSN 254-5239 Optimasi Multi Objektif Pada Pemilihan Portofolio Saham Syariah Menggunakan Compromise Programming

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1. Pengertian Portofolio Dalam fenomena yang terjadi pada dunia keuangan, "portofolio" digunakan untuk menyebutkan kumpulan investasi yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mempermudah dalam pemecahan masalah, data diklasifikasikan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mempermudah dalam pemecahan masalah, data diklasifikasikan 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Untuk mempermudah dalam pemecahan masalah, data diklasifikasikan menjadi dua, 1 yaitu : a) Data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal merupakan wadah bagi pemilik modal (investor) untuk melakukan investasi dan salah satu alternatif untuk melakukan pembiayaan. Pasar modal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Study ini menganalisis portofolio ke tiga aset yaitu saham, emas, dan

III. METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Study ini menganalisis portofolio ke tiga aset yaitu saham, emas, dan III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Study ini menganalisis portofolio ke tiga aset yaitu saham, emas, dan Sertifikat Bank Indonesia.. Harga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data yang berada diperusahaan yang terdaftar dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat mengesankan. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks harga sahamsaham

I. PENDAHULUAN. yang sangat mengesankan. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks harga sahamsaham I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pasar modal syariah Indonesia menunjukkan kemajuan yang sangat mengesankan. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks harga sahamsaham kelompok Jakarta Islamic

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dari sumber yang ada. Tabel 4.1 Data Price to Book Value Tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dari sumber yang ada. Tabel 4.1 Data Price to Book Value Tahun BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar menjadi anggota Jakarta Islamic Index (JII) selama juni 2011 juni 2014, yang diseleksi

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan laporan Organisasi Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia merupakan salah satu negara Asia Pasifik yang memiliki posisi penting dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Blue chip Istilah ini sebenarnya berasal dari istilah di kasino, di mana blue chip mengacu pada counter yang memiliki nilai paling besar. saham blue chip

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia (BEI), karena perusahaan yang akan diambil merupakan perusahaan yang telah go public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sebelum penggabungan PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT. Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 November

Lebih terperinci