STUDI PENGEMBANGAN KAWASAN MADURA (PENDEKATAN PEMASARAN WILAYAH)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENGEMBANGAN KAWASAN MADURA (PENDEKATAN PEMASARAN WILAYAH)"

Transkripsi

1 STUDI PENGEMBANGAN KAWASAN MADURA (PENDEKATAN PEMASARAN WILAYAH) 1 Syaiful Rahman, 2 Moses L. Singgih, 3 Daniel M. Rosyid 1 Mahasiswa Program Pasca Sarjana, Jurusan Arsitektur, Bidang Keahlian Studi Pembangunan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sya_rmn@yahoo.co.id 2 Dosen Magister Manajemen Teknologi ITS 3 Dosen Kelautan ITS ABSTRAK Pembangunan kawasan Madura memiliki tantangan tersendiri, rendahnya indikator-indikator pembangunan menjadi barometer kompleksitas masalah pembangunan di wilayah ini. Pengembangan kawasan Madura memiliki kendala utama yaitu terbatasnya infrastruktur serta akses transportasi dari dan ke kawasan Madura. Dengan demikian kondisi ini ikut memperlemah perkembangan potensi ekonomi di kawasan Madura. Padahal masih cukup banyak potensi yang cukup menjanjikan dan layak dikembangkan, namun hingga kini akibat keterbatasan yang ada, masih belum optimal atau bahkan belum tersentuh sama sekali. Dibangunnya Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) merupakan sebuah langkah maju dalam upaya akselerasi pengembangan kawasan Madura ke depan, yang juga menjadi tantangan bagi setiap kabupaten di kawasan Madura. Karena hingga kini belum ada kebijakan yang mengatur secara khusus upaya pengembangan kawasan Madura, terutama yang memadukan konsep pemasaran wilayah agar kawasan Madura dapat menjadi daya tarik yang unik. Untuk itu perlu dilakukan pengkonsepan bentuk pengembangan kawasan Madura yang mengakomodir tantangan kawasan Madura. Dalam penelitian ini menggunakan konsep pemasaran wilayah yang diperkenalkan oleh Kertajaya (2005) yaitu menggunakan model Strategic Place Triangle dengan sembilan elemen yang dikelompokkan ke dalam tiga dimensi, yaitu; Strategi (Segmentasi, Targeting, Positioning), Taktik (Diferensiasi, Marketing Mix, dan Selling), dan Value (Merek, Servis, dan Proses). Model tersebut dijabarkan dalam bentuk kuesioner yang digunakan untuk memperoleh data dari beberapa institusi terpilih di setiap kabupaten yang ada di kawasan Madura serta beberapa institusi di Propinsi Jawa Timur. Hasil penelitian memberi kesimpulan bahwa penggabungan kawasan Madura ke dalam satu Bakorwil (IV) dengan Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten Gresik belum memberikan solusi bagi upaya mengentaskan ketertinggalan kawasan Madura serta diperlukan sebuah institusi khusus yang berwenang dalam upaya percepatan pengembangan kawasan Madura dengan visi dan misi yang dirumuskan dari pendekatan pemasaran wilayah. Pengembangan kawasan Madura difokuskan pada tiga sektor utama yaitu; industri, perdagangan, dan pariwisata. Kata kunci: Pengembangan, Pemasaran Wilayah, Strategic Place Triangle, Kawasan Madura.

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan Madura yang terdiri dari empat kabupaten (Sumenep, Pameka san, Sampang, dan Bangkalan) merupakan kawasan yang relatif tertinggal dibanding wilayah lainnya di Propinsi Jawa Timur. Hal ini tercermin dari indikator-indikator pembangunan, yang menunjukkan posisi kabupaten-kabupaten di kawasan Madura tersebut berada di bawah kabupaten-kabupaten lainnya di Jawa Timur. Sudah banyak usaha untuk meningkatkan potensi kabupaten di kawasan Madura, namun upaya ini belum dapat terealisasi sampai saat ini. Terisolasinya kabupaten-kabupaten yang berada di kawasan Madura dari kabupaten/kota lain di Propinsi Jawa Timur oleh selat Madura menjadi salah satu penyebab terjadinya hal ini. Keputusan Presiden RI nomor 79 tahun.2003 tentang Pembangunan Jembatan Surabaya- Madura menjadi harapan baru bagi masyarakat di Pulau Madura dalam upaya membangun wilayahnya. Tahun 2008 adalah tahun tantangan baru bagi penduduk di kawasan Madura, mengingat pembangunan proyek Jembatan Surabaya-Madura dipastikan sudah selesai. Upaya pengembangan kabupaten-kabupaten di Madura harus segera dimulai, terutama dengan sinkronisasi kebijakan pengembangan orientasi pembangunan antar wilayah dalam kawasan di Madura. Upaya mewujudkan sinergi pembangunan antar wilayah di dalam kawasan Madura dapat menjadi modal berharga dalam upaya pengembangan kawasan ini. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi: a. Bagaimana merumuskan bentuk pengembangan kawasan Madura yang berorientasi pada pemasaran wilayah? b. Bentuk institusi seperti apakah yang seharusnya berperan dalam upaya pengembangan kawasan Madura? Tujuan Penelitian Sebagai jawaban terhadap permasalahan yang telah diuraikan dalam sub bab permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Mengaplikasikan konsep pemasaran wilayah dalam mengakomodir tantangan pengembangan kawasan Madura. b. Merekomendasikan institusi yang semestinya berperan dalam pengembangan kawasan Madura. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh: a. Mencari alternatif lain rumusan strategi dalam pengembangan kawasan Madura. b. Memperkaya khasanah keilmuan terutama yang berkaitan dengan pengaplikasian konsep pemasaran wilayah. A-27-2

3 TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Wilayah Pemasaran wilayah adalah suatu ilmu yang baru, sebagai penerapan konsep dalam pemasaran yang digunakan untuk menjadikan suatu daerah menjadi menarik. Setidaknya ada tiga platform dalam pemasaran daerah/wilayah (Kertajaya, 2005), yaitu: a. Be a good house: yaitu berupaya untuk menarik dan mengakuisisi pelanggan (customer acquisition). b. Treat your guest properly: yaitu upaya memuaskan mereka (customer satisfaction). c. Building a home sweet home: yaitu upaya mempertahankan mereka ( customer retention). Kertajaya (2005) merekomendasikan konsep pemasaran daerah yang dikenal sebagai Strategic Place Triangle, yang terdiri atas Sembilan Elemen Pemasaran Daerah, yaitu; a. Segmentasi adalah cara melihat pasar secara kreatif, karena itu segmentasi dapat disebut sebagai mapping strategy atau strategi memetakan pasar. b. Targetting upaya pemilihan pemasar wilayah atau daerah untuk memilih segmen pasar mana yang akan dituju. Definisi lain dari targetting adalah sebagai cara mengalokasikan sumber daya daerah secara efektif melalui pemilihan target pasar yang tepat. Targetting juga disebut sebagai fitting strategy. c. Positioning memiliki definisi sebagai upaya menempatkan merek suatu daerah atau wilayah di benak pelanggan (consumer s mind). Dalam tahapan ini dilakukan upaya pemasar daerah mendefinisikan keberadaan produk dan layanan daerah di benak target market. d. Diferensiasi adalah upaya membedakan diri dengan daerah pesaing baik dalam hal konten, konteks, dan infrastruktur. e. Marketing Mix (bauran pemasaran) yaitu mengintegrasikan produk, harga, saluran distribusi, dan promosi daerah. f. Selling adalah upaya menjual potensi daerah dengan melakukan relationship jangka panjang dengan TTI (Trader, Tourist, dan Investor) dan TDO (Talent berupa SDM berkualitas, Developer berupa pengembang, dan Organizer yaitu event organizer) g. Brand atau Merek sebagai value (nilai) indicator, yaitu indikator yang menggambarkan seberapa kokoh dan solid value atau nilai yang ditawarkan pada pelanggan. Karena merek menggambarkan nilai yang ditawarkan dan menjadi alat kunci bagi TTI_TDO dalam menetapkan pilihannya. h. Servis adalah sebuah paradigma dari daerah untuk selalu memenuhi keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan, atau disebut sebagai value enhancer. i. Proses adalah suatu upaya bagi daerah yang memungkinkannya memberikan nilai terbaik bagi pelanggan melalui rangkaian kegiatan baik di dalam maupun di luar rantai aktivitas mereka. Proses merupakan value enabler bagi daerah. Landasan Teori Berdasarkan pembahasan dalam tinjauan pustaka maka konsep pemasaran wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pemasaran wilayah atau daerah yang direkomendasikan oleh Hermawan Kertajaya yang dikenal dengan konsep Strategic Place Triangle dengan sembilan elemennya. Konsep ini sudah diaplikasikan dalam upaya memasarkan Yogyakarta yang menghasilkan branding Jogja, Never Ending Asia dan dinilai cukup berhasil dalam prakteknya. A-27-3

4 METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode preskriptif mengacu pada pedoman yang digunakan dalam konsep pemasaran wilayah Strategic Place Triangle. Aspek Yang Diteliti Dalam penelitian ini, aspek yang diteliti adalah: a. Kapabilitas visi dan misi Renstra yang paling mutakhir di tiap kabupaten di Madura dalam mensikapi perubahan kawasan Madura. b. Potensi setiap kabupaten yang ada di Madura sebagai dasar dalam pengembangan kawasan Madura. c. Menerapkan konsep pemasaran wilayah dengan metode Strategic Place Triangle dalam upaya pengembangan kawasan Madura. Sumber dan Metode Pengumpulan Data Ada dua sumber data yang digunakan, yaitu: a. Data sekunder sebagai bahan acuan awal yang berasal dari berbagai sumber data, seperti: Kabupaten/Kota dalam Angka 2005, Jawa Timur dalam Angka 2005, Indikator Makro 2005, serta Atlas Potensi Sumber Daya Alam Pesisir Pantai Madura. b. Data primer hasil pengumpulan data dalam bentuk kuesioner yang berkaitan dengan penelitian. Prosedur Penelitian Langkah penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: a. Pengumpulan teori yang berkaitan dengan tujuan penelitian. b. Pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan potensi wilayah Madura. c. Melakukan pemilahan dalam komponen TOWS yang digunakan sebagai dasar memetakan kondisi kawasan Madura. d. Melakukan pengumpulan data primer kepada para pakar serta pihak-pihak yang berkompeten dengan tujuan penelitian, terutama dalam merumuskan konsep pengembangan wilayah berdasarkan konsep Strategic Place Triangle. e. Hasil yang diperoleh dalam penelitian digunakan dalam merumuskan strategi pengembangan Kawasan Madura. HASIL DAN PEMBAHASAN Perumusan Analisis Pemasaran Wilayah Kawasan Madura Memetakan Perubahan Eksternal Perubahan teknologi menjadi aspek utama dalam analisis perubahan lingkungan eksternal. Khusus untuk analisis kawasan Madura, perubahan teknologi tidak hanya terkait pada bahasan teknologi informasi namun perubahan teknologi transportasi yang menghubungkan antara daerah-daerah di kawasan Madura dengan daerah-daerah di Pulau Jawa lainnya. Perubahan politik dan regulasi daerah yang sangat mendasar adalah berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan A-27-4

5 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menjadi tonggak berlakunya otonomi daerah yang merubah sistem pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralistik. Memetakan Pesaing dan Pelanggan Kawasan Madura diharapkan mampu bersaing dan memenangkan persaingan di tingkat lokal (scope propinsi). Setidaknya potensi pasar dinilai masih cukup besar pada wilayah tersebut, adapun daerah-daerah yang menjadi pesaing utama dalam pengembangan kawasan Madura ke depan untuk bidang industri adalah Kabupaten Sidoarjo, untuk bidang pariwisata adalah Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu), dan untuk bidang perdagangan adalah Kota Surabaya Pelanggan individu di kawasan Madura sebagian besar dipengaruhi oleh faktor budaya, utamanya mereka yang merasa ada kaitan batin dengan tanah Madura sebagai tempat para leluhurnya atau merupakan keturunan/suku Madura. Sementara pelanggan bisnis masih relatif rendah di kawasan Madura, terutama karena kendala transportasi yang belum memadai. Sebenarnya cukup banyak potensi sumber daya alam yang ada di kawasan Madura, namun sampai saat pengembangannya belum maksimal. Analisis Internal Daerah Sumber daya alam yang ada di kawasan Madura potensial dilakukan penelitian dan pengembangan eksplorasi, terutama sumberdaya kebumian (mineral) yang dihasilkan dari proses geologi. Potensi wisata terutama jenis wisata bahari walaupun belum dikembangkan secara optimal, setidaknya dari data yang ada, Kabupaten Sumenep memiliki Pantai Lombang dan Pantai Slopeng. Sumber daya intangibles (tidak tampak) bagi kawasan Madura adalah rasa harga diri atau kehormatan diri yang sangat dijunjung tinggi oleh orang Madura yang bila diarahkan dapat menjadi spirit atau semangat dalam upaya membangun Madura di masa mendatang. Analisis TOWS Berdasarkan paparan dari analisis eksternal dan internal dalam pembahasan sebelumnya, dapat dilakukan analisa SEPERTI PADA Tabel 1. berikut: I N T E R N A L EKSTERNAL OPPORTUNITIES/PELUANG(O) Teknologi informasi memudahkan pemasaran potensi kawasan Madura. Otonomi daerah dapat menjadi dasar bagi penataan kawasan Madura. Satu Bakorwil dengan Kabupaten/Kota yang pesat perekonomiannya. Tabel 1. TOWS Matrik KEKUATAN/STRENGTHS(S) a. Karakter orang Madura yang memiliki harga diri yang tinggi. b. Posisi berdekatan dengan pusat perdagangan Kota Surabaya. c. Kawasan strategis bagi pemasaran menuju Kawasan Timur Indonesia. Sebaran potensi sumber daya alam yang beragam dan potensial dikembangkan. STRATEGI SO Merumuskan kebijakan pengembangan sumber daya manusia. Mengembangkan industri padat sumber daya lokal dengan output akhir yang bernilai ekonomi paling tinggi. WEAKNESS/KELEMAHAN(W) Sumber daya manusia masyarakat kawasan Madura masih rendah. Arus migrasi sebagian besar masyarakat ke luar kawasan Madura. Terisolirnya kawasan Madura menjadikannya tidak menarik bagi para investor. STRATEGI WO Memanfaatkan teknologi informasi untuk memperkenalkan potensi kawasan Madura. Menjadikan masyarakat Madura di luar kawasan sebagai penghubung sarana memperkenalkan Madura. Membuat kebijakan investasi yang A-27-5

6 Jembatan Suramadu memperlancar produk dari dan ke kawasan Madura. THREATS/ANCAMAN(T) Tingkat kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat. Tingkat akses dan penguasaan teknologi masyarakat di luar Madura lebih tinggi. Ketatnya persaingan antar wilayah dalam era otonomi daerah Keberadaan jembatan Suramadu membawa bentuk permasalahan perkotaan. Merumuskan Visi Mengoptimalkan pengembangan produk yang berorientasi pasar, khususnya lokal serta target pasar utama yaitu Kawasan Timur Indonesia. Merekomendasikan reorientasi peran Bakorwil, tidak hanya sekedar koordinasi namun dapat menjadi fasilitator percepatan pengembangan kawasan. STRATEGI ST Karakter masyarakat yang kuat menjadi modal ketahanan wilayah serta dapat diarahkan pada kemauan untuk membangun daerah yang maju Meningkatkan densitas penguasaan teknologi di masyarakat Madura. Membangun kerjasama dengan stakeholder perdagangan di Kota Surabaya dalam memasarkan produk-produk dari Madura. sinergis antar daerah serta memudahkan perijinan investasi Memperbaik infrastruktur transportasi penghubung jembatan Suramadu dengan wilayah-wilayah dalam kawasan STRATEGI WT Mengoptimalkan penguasaan teknologi informasi di masyarakat. Berupaya menarik masyarakat Madura di luar kawasan yang memiliki potensi. Menyiapkan para birokrat dan masyarakat terutama dalam mensikapi keberadaan jembatan Suramadu Berdasarkan paparan sebelumnya pengembangan kawasan Madura akan dititikberatkan pada tiga sektor utama, yaitu: industri, pariwisata, dan perdagangan. Pengembangan industri dan pariwisata menjadi langkah awal dalam pengembangan kawasan Madura. Selanjutnya sektor perdagangan akan berkembang terutama untuk memasarkan produk/komoditi yang dihasilkan dari sektor industri dan sebagai dampak samping berkembangnya sektor pariwisata. Jiwa atau karakter yang kuat yang dimiliki oleh masyarakat Madura dapat dijadikan modal utama atau spirit dalam pengembangan kawasan Madura. Pengembangan kawasan Madura diharapkan hanya memerlukan waktu sepuluh tahun, dua tahun pertama adalah masa-masa kritis yang terutama karena pada masa tersebut merupakan proses percepatan awal menyiapkan masyarakat Madura sebelum jembatan Suramadu terealisir. Dengan demikian visi kawasan Madura adalah: Dengan spirit Madura, kawasan Madura akan menjadi pusat kawasan industri, pariwisata, dan perdagangan di Indonesia Segmentasi Pelanggan individu di kawasan Madura sebagian besar memiliki kewarganegaraan Indonesia yaitu 76,78 persen (BPS Kabupaten se -Madura; 2004). Untuk pelanggan domestik umumnya adalah bersuku Madura yang berada di perantauan dengan tujuan utama adalah mendatangi kerabat yang berada di Madura. Sementara untuk pelanggan individu yang berasal dari manca negara sebagian besar bertujuan untuk berwisata terutama di objek wisata pantai, museum, dan obyek wisata sejarah. Berdasarkan data hasil survei industri tahunan BPS Propinsi Jawa Timur, diperoleh informasi pelanggan bisnis/institusi sebagian besar bergerak di bidang industri, terutama industri yang mengolah hasil alam yang ada di Madura, seperti garam, ikan serta tembakau. Industri lainnya yang juga berkembang di Madura adalah pembuatan perahu serta tekstil (batik Madura). Sebagian industri yang ada di kawasan Madura adalah industri berskala sedang (memiliki tenaga kerja orang) yang modalnya berasal dari pribadi atau perorangan. A-27-6

7 Targeting Kawasan Madura merupakan kawasan yang cukup berpotensi bagi pengembangan sektor industri, terutama karena letak geografisnya yang dekat dengan pusat perdagangan lokal propinsi (Surabaya) selain itu harga la han yang cukup murah, mengingat lahan-lahan di kawasan ini tidak berpotensi untuk kegiatan di sektor pertanian. Selain itu pengembangan industri di Kawasan Madura relatif aman dari bencana geologi, karena letaknya cukup jauh dari zona penunjaman maupun gunung api aktif. Posisi Madura juga cukup strategis bagi pusat perdagangan ke wilayah Kawasan Timur Indonesia. Potensi wisata terutama wisata bahari dan budaya, berpotensi dikembangkan di kawasan Madura. Saat ini pasar masih bersifat lokal, baik untuk sektor industri, perdagangan, maupun pariwisata. Sementara itu mereka yang tertarik berkunjung ke Madura terutama berasal dari manca negara, saat ini masih bersifat melakukan research. Namun dengan dibangunnya Jembatan Suramadu, sebagai infrastruktur yang vital, bisa dipastikan bahwa pengembangan industri, perdagangan, dan wisata di Kawasan Madura akan cepat berkembang. Kawasan Madura memiliki target menjadi sebuah kawasan industri yang berkembang terutama industri berbasis sumber daya lokal, untuk dimanfaatkan bagi pembangunan di Kawasan Madura sendiri serta di Kawasan lain di sekitar Madura. Selain itu kedekatan salah satu kabupaten dengan pusat wisata Indonesia (Bali), yang juga memiliki potensi wisata terutama wisata bahari dan budaya yang cukup potensial. REKOMENDASI PENGEMBANGAN KAWASAN MADURA INSTITUSI DARI SISI Institusi Pengembangan Kawasan Madura Menggantungkan sepenuhnya tanggung jawab pengembangan kawasan Madura pada Bakorwil IV di rasa kurang tepat. Karena dalam Perda Prop. Jatim nomor 5 tahun 2001Bab II Pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa Bakorwil, adalah unsur penunjang Pemerintah Propinsi di bidang pengkoordinasian, pembinaan, dan pengawasan penyelenggaraan otonomi Propinsi dan otonomi Kabupaten/Kota di wilayah. Bakorwil dapat menjadi institusi yang direkomendasikan dengan syarat harus merevisi Perda Propinsi nomor 5 tahun 2001 dengan memasukkan kewenangan dalam upaya percepatan pengembangan daerah-daerah tertinggal dalam tugas pokok dan fungsinya. Pemikiran lainnya adalah dengan membentuk sebuah institusi tersendiri yang memiliki otorita khusus dalam upaya pengembangan kawasan Madura di masa mendatang. Institusi ini diharapkan dapat mewujudkan visi yang telah dijabarkan dalam paparan sebelumnya. Rekomendasi Misi Pengembangan Kawasan Madura dari Aspek Pemasaran Untuk mewujudkan visi dalam pengembangan kawasan Madura institusi tersebut memiliki misi yang diperoleh dari hasil analisis matriks TOWS. Adapun misi yang direkomendasikan adalah sebagai berikut: a. Membangun karakter masyarakat yang kuat sebagai modal ketahanan wilayah serta mengarahkannya untuk membangun kawasan Madura. b. Menyiapkan para birokrat dan masyarakat terutama dalam mensikapi pesatnya tantangan yang dihadapi kawasan Madura. A-27-7

8 c. Merumuskan kebijakan pengembangan sumber daya manusia yang berorientasi pada penguasaan dan pemanfaatan teknologi. d. Memadukan kebijakan investasi yang sinergis antar daerah serta memudahkan perijinan investasi. e. Mengembangkan industri padat sumber daya lokal dengan output akhir yang bernilai ekonomi paling tinggi. f. Mengoptimalkan pengembangan produk yang berorientasi pasar, khususnya lokal serta target pasar utama yaitu Kawasan Timur Indonesia. g. Memanfaatkan teknologi informasi untuk memperkenalkan dan memasarkan potensi di kawasan Madura. h. Memperbaik infrastruktur transportasi penghubung jembatan Suramadu dengan wilayah-wilayah dalam kawasan i. Menjalin hubungan dengan masyarakat Madura di luar kawasan Madura dalam mempromosikan produk kawasan Madura. 1. Membangun kerjasama dengan stakeholder perdagangan di Kota Surabaya dalam memasarkan produk-produk dari Madura. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu: a. Penggabungan kawasan Madura ke dalam satu Bakorwil (IV) dengan Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten Gresik belum memberikan solusi bagi upaya mengentaskan ketertinggalan kawasan Madura. b. Visi dan misi kabupaten di kawasan Madura belum mengakomodir tantangan di masa mendatang, terutama dibangunnya jembatan Suramadu. c. Perlu dibentuk institusi khusus bagi percepatan pengembangan kawasan Madura yang memiliki visi dan misi yang dihasilkan dari pengaplikasian konsep pemasaran wilayah. Saran Beberapa hal yang disarankan berdasarkan hasil pembahasan adalah sebagai berikut: a. Proses percepatan pengentasan ketertinggalan suatu wilayah tidak dapat hanya dengan mengelompokkannya dengan wilayah lain yang lebih maju, semestinya ada suatu upaya percepatan secara khusus. b. Visi dan misi mestinya dibangun dari pengakomodasian perubahan tantangan dan peluang (ekternal faktor) yang akan dihadapi kemudian melihat kelemahan dan kekuatan (internal faktor) yang dimiliki. c. Bakorwil dapat dijadikan sebagai wadah pengakomodasian pengembangan kawasan Madura, namun perlu dilakukan revisi dalam Perda Propinsi Jawa Timur nomor 5 tahun d. Pemikiran lainnya adalah dengan membentuk sebuah institusi tersendiri yang memiliki kewenangan dalam mewujudkan visi dan misi pengembangan kawasan Madura yang dihasilkan dengan pendekatan pemasaran wilayah. A-27-8

9 e. Pengembangan kawasan Madura difokuskan pada tiga sektor utama yaitu; industri, perdagangan, dan pariwisata. DAFTAR PUSTAKA Bappeprop Jawa Timur. (2001) Atlas Potensi Sumber Daya Alam Pesisir Pantai Madura. LPM-ITS, Surabaya.. (2005) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Jawa Timur. Bappeprop, Surabaya. Kertajaya, Hermawan, dkk. (2005) Attracting, Tourists, Traders, Investors: Strategi Memasarkan Daerah di Era Otonomi. MarkPlus&Co, Jakarta. Kotler, Philip, dkk. (2003) Rethinking Market-ing Sustainable Enterprise di Asia. (Terjemahan). PT Prenhallindo, Jakarta.. (2005) Marketing Management (edisi Terjemahan). PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta. Nisjar, Karhi dan Winardi. (1997) Bandung. Manajemen Strategik. Penerbit Mandar Maju, Nugroho D., Riant. (2003) Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Elex Media Komputindo, Jakarta.. (2003) Reinventing Pembangunan: Menata Ulang Paradigma Pembangunan untuk Membangun Indonesia Baru dengan Keunggulan Global. Elex Media Komputindo, Jakarta. Rangkuti, Freddy. (2005). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT SUN, Jakarta. Subaharianto, Andang, dkk. (2004) Tantangan Industrialisasi Madura: Membentur Kultur, Menjunjung Leluhur. Bayumedia Publishing, Malang. Tarigan, Robinson. (2005) Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara, Jakarta. A-27-9

BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand

BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika keseluruhan aktivitas pemasaran harus diringkas menjadi satu kata saja, maka kata yang keluar adalah branding. Jika semua tujuan pemasaran digabung menjadi satu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BAB III ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Isu Strategis Dalam penyusunan renstra Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor tentunya tidak terlepas dari adanya isu strategis pembangunan Kota Bogor, yaitu : a. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis tingkat perkembangan desa 20 desa tergolong kategori

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan mulai tahun 2011 hingga 2013. Menurut data yang dihimpun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kita akan terus mengkaji kembali perubahan-perubahan dalam lingkungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kita akan terus mengkaji kembali perubahan-perubahan dalam lingkungan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Kita akan terus mengkaji kembali perubahan-perubahan dalam lingkungan eksternal kawasan pariwisata Lamongan (teknologi, ekonomi, politik, regulasi, kondisi

Lebih terperinci

STRATEGI SUSTAINABLE MARKETING ENTERPRISE DALAM PENGEMBANGAN WIDYAISWARA MENDUKUNG CITRA LEMBAGA KEDIKLATAN YANG DIPERHITUNGKAN

STRATEGI SUSTAINABLE MARKETING ENTERPRISE DALAM PENGEMBANGAN WIDYAISWARA MENDUKUNG CITRA LEMBAGA KEDIKLATAN YANG DIPERHITUNGKAN STRATEGI SUSTAINABLE MARKETING ENTERPRISE DALAM PENGEMBANGAN WIDYAISWARA MENDUKUNG CITRA LEMBAGA KEDIKLATAN YANG DIPERHITUNGKAN ABSTRAK Widyaiswara merupakan salah satu alternatif jabatan dalam pengembangan

Lebih terperinci

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Konsep pengembangan wilayah mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan desentralisasi dalam rangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri jasa yang bergerak di bidang kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak perusahaan baru hadir dan berkompetisi dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN KARYAWAN Studi Kasus pada Hotel X Puncak, Bogor

STRATEGI PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN KARYAWAN Studi Kasus pada Hotel X Puncak, Bogor JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 4 No. 1, April 2004 : 69-74 STRATEGI PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN KARYAWAN Studi Kasus pada Hotel X Puncak, Bogor Oleh: Jan Horas V. Purba Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENJUALAN PRODUK JASA PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN QUANTITATIVE STRATEGIC PLANNING MATRIX (QSPM) (Studi Kasus di CV. Delta Berlian Holiday) Diajukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI CITRA PARIWISATA KABUPATEN KEBUMEN TUGAS AKHIR TKP 477

IDENTIFIKASI CITRA PARIWISATA KABUPATEN KEBUMEN TUGAS AKHIR TKP 477 IDENTIFIKASI CITRA PARIWISATA KABUPATEN KEBUMEN TUGAS AKHIR TKP 477 OLEH: ARIS MARSUDI L2D 301 319 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 i ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Perumusan Strategi Analisis yang digunakan dalam perumusan strategi RPJMD Minahasa Utara tahun 2010-2015 ini digunakan Metode Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat. Dimana kenaikan pendapatan

Lebih terperinci

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KOTA SORONG PERIODE

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KOTA SORONG PERIODE VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KOTA SORONG PERIODE 2017-2022 Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Sorong Drs. Ec. Lamberthus Jitmau, MM & dr. Hj. Pahima Iskandar A. LATAR BELAKANG Kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha sangatlah ketat, hal ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha sangatlah ketat, hal ini ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha sangatlah ketat, hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berusaha untuk merebut market share dan new market melalui

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF SRI WIDAYATI, SYAMSUL MA ARIF BUNASOR SANIM.

RINGKASAN EKSEKUTIF SRI WIDAYATI, SYAMSUL MA ARIF BUNASOR SANIM. RINGKASAN EKSEKUTIF SRI WIDAYATI, 2006. Analisis Strategik Pemberdayaan Unit Pelaksana Teknis Peternakan, Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak di Bekasi. Di bawah bimbingan SYAMSUL MA ARIF dan BUNASOR SANIM.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 STRATEGI PEMASARAN 2/13/13

PERTEMUAN 12 STRATEGI PEMASARAN 2/13/13 PERTEMUAN 12 STRATEGI PEMASARAN 2/13/13 1 PEMASARAN Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi atas ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan dan kuesioner wawancara penelitian. DAFTAR PERTANYAAN dan KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN

Lampiran 1. Daftar pertanyaan dan kuesioner wawancara penelitian. DAFTAR PERTANYAAN dan KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN LAMPIRAN 77 Lampiran. Daftar pertanyaan dan kuesioner wawancara penelitian DAFTAR PERTANYAAN dan KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN Judul : Kajian Strategi Pemasaran Sarana Transportasi Laut PT. PELNI di Kawasan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2006-2009 Oleh Tim Renstra PMG 1. UU No. 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan dan Lokasi Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan MSP Trans merupakan perusahaan perseorangan yang berdiri pada tahun 2000 dengan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN - 2 STRATEGI PEMASARAN

KEWIRAUSAHAAN - 2 STRATEGI PEMASARAN KEWIRAUSAHAAN - 2 Modul ke: STRATEGI PEMASARAN Fakultas Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak Program Studi www.mercubuana.ac.id 1 PEMASARAN Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK TOYOTA PADA UD. DUA TIGA TUJUH MOTOR. Oleh : VINA SORAYA A

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK TOYOTA PADA UD. DUA TIGA TUJUH MOTOR. Oleh : VINA SORAYA A PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL MEREK TOYOTA PADA UD. DUA TIGA TUJUH MOTOR Oleh : VINA SORAYA A21107638 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Globalisasi perdagangan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang memiliki prospek dan potensi cukup besar untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. Kesimpulan tersebut dikompilasi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan informasi akan diterima lebih cepat oleh masyarakat. Banjirnya informasi dari berbagai macam media informasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebarluasan suatu produk atau jasa kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. penyebarluasan suatu produk atau jasa kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi sangat fundamental dan berperan. Komunikasi adalah sebagian dari kehidupan manusia, karena dalam melaksanakan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak monolitik sentralistik di pemerintahan pusat kearah

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan

Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan Nyoman Ayu Nila Dewi STMIK STIKOM BALI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Belitung terletak antara 107 08 BT sampai 107 58 BT dan 02 30 LS sampai 03 15 LS dengan luas seluruhnya 229.369 Ha atau ±2.293,69 Km2. Pada peta dunia Pulau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 126 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Terjadinya bencana Lumpur Panas Porong yang telah menenggelamkan sejumlah desa di Kabupaten Sidoarjo, tidak hanya memberikan kerugian bagi kawasan yang ditenggelamkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata telah mengalami perkembangan yang pesat dalam satu dekade belakangan ini. Saat ini, pariwisata merupakan industri jasa terbesar di dunia

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN MOBIL MEREK DAIHATSU PADA DEALER DAIHATSU JEMBER

STRATEGI PEMASARAN MOBIL MEREK DAIHATSU PADA DEALER DAIHATSU JEMBER Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 82 STRATEGI PEMASARAN MOBIL MEREK DAIHATSU PADA DEALER DAIHATSU JEMBER Shinta Nurafni Untari 1, Sutrisno Djaja 1,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. BMT Berkah dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented

BAB V PEMBAHASAN. BMT Berkah dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented 91 BAB V PEMBAHASAN A. Strategi Bersaing Bisnis Dengan Menggunakan Analisa SWOT Pada BMT Berkah Trenggalek BMT Berkah Trenggalek pada penilaian peneliti berada pada posisi kuadran I yaitu dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya jumlah penjualan mobil dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya jumlah penjualan mobil dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, para pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan industri otomotif di Indonesia dalam beberapa tahun ini berkembang dengan sangat pesat dan diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa

Lebih terperinci

Curriculum Vitae Digital: Analisis Pemasaran Desain Menggunakan SWOT (Inovasi Siswa Animasi SMK Negeri 2 Surabaya Menuju Ekonomi Kreatif )

Curriculum Vitae Digital: Analisis Pemasaran Desain Menggunakan SWOT (Inovasi Siswa Animasi SMK Negeri 2 Surabaya Menuju Ekonomi Kreatif ) Curriculum Vitae Digital: Analisis Pemasaran Desain Menggunakan SWOT (Inovasi Siswa Animasi SMK Negeri 2 Surabaya Menuju Ekonomi Kreatif ) Ika Anggun Camelia SMK Negeri 2 Surabaya ika.angguncamelia@gmail.com

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi, khususnya di era globalisasi saat ini tidak dapat dielakkan lagi. Untuk dapat berkembang dan bertahan di dunia bisnis, suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Hasil analisis dari penelitian tentang pengembangan objek wisata pantai di Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Konsep Strategis Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini telah terjadi disetiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2005 : 82)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2005 : 82) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merek American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2005 : 82) mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG [- BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan sektor Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2009 s/d 2013 telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi kokoh, sejak Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi kokoh, sejak Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki era global saat ini, perkembangan di dunia khususnya di bidang ekonomi sudah mengarah pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu pembangunan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI SEPATU MELALUI PENDEKATAN CITY MARKETING DI KECAMATAN TROWULAN, KABUPATEN MOJOKERTO

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI SEPATU MELALUI PENDEKATAN CITY MARKETING DI KECAMATAN TROWULAN, KABUPATEN MOJOKERTO PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI SEPATU MELALUI PENDEKATAN CITY MARKETING DI KECAMATAN TROWULAN, KABUPATEN MOJOKERTO Handy Twinosa 3608100006 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang maupun produk jasa. Semua perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. barang maupun produk jasa. Semua perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era persaingan bisnis merupakan era di mana banyak perusahaan yang bersaing dalam memasarkan produk yang dimilikinya, baik produk yang berupa barang maupun produk

Lebih terperinci

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. YTH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah sebagai bentuk reformasi pemerintahan daerah bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Langkah-Langkah di dalam penerapan strategi pemasaran dibuat se efektif dan se relevan mungkin agar dapat di implementasikan. Dalam penyusunan karya tulis ini dijabarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA PT INDO JAYA SUKSES MAKMUR

ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA PT INDO JAYA SUKSES MAKMUR ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA PT INDO JAYA SUKSES MAKMUR Frengky Hariyanto - 1301030322 Email : frengky_hariyanto@yahoo.co.id Dosen Pembimbing Hartiwi Prabowo, SE., MM. ABSTRAK PT Indo Jaya Sukses Makmur

Lebih terperinci

Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama Peningkatan Ketahanan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global Malang, 17 Mei

Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama Peningkatan Ketahanan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global Malang, 17 Mei MODEL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KEMANDIRIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN EKONOMI (Strategi Pemberdayaan Ekonomi Pada Masyarakat Ranupani Kabupaten Lumajang) Candra Wahyu Hidayat Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI.i. DAFTAR TABEL..ix. DAFTAR GAMBAR.xi. DAFTAR LAMPIRAN.xii. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah... 6

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI.i. DAFTAR TABEL..ix. DAFTAR GAMBAR.xi. DAFTAR LAMPIRAN.xii. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah... 6 DAFTAR ISI DAFTAR ISI.i DAFTAR TABEL..ix DAFTAR GAMBAR.xi DAFTAR LAMPIRAN.xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian 7 1.4 Manfaat Penelitian..7 1.5 Sistematika

Lebih terperinci

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RISET UNGGULAN DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

Lebih terperinci

FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER

FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER 1 FAKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN JEMBER Cinditya Estuning Pitrayu Nastiti 1, Ema Umilia 2 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Drucker mengatakan bahwa hanya ada satu defisini dari tujuan bisnis, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Drucker mengatakan bahwa hanya ada satu defisini dari tujuan bisnis, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelanggan merupakan public eksternal perusahaan yang memiliki kedudukan penting bagi kelangsungan usaha suatu perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Percepatan pembangunan, IFAS, EFAS, SWOT

Kata Kunci : Percepatan pembangunan, IFAS, EFAS, SWOT Analisis Swot Percepatan Pembagunan Kota Kediri Suhardi 1, Sigit Wisnu S.B. 2, Linawati 3 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri Suhardi.19@gmail.com, sigitwisnu@unpkediri.ac.id,linawati@unpkediri.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut American Marketing Association adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian operasi pemasaran total, termasuk perumusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pariwisata dan turisme sangat pesat belakangan ini. Terlepas dari isu-isu keamanan yang terjadi di setiap negara, pariwisata tumbuh sebagai salah

Lebih terperinci

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era otonomi saat ini, kemampuan setiap daerah dalam memasarkan potensi daerahnya sangatlah penting, karena hal ini akan berpengaruh besar terhadap daya saing suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA) Tugas Akhir PERIODE 108 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN SEBAGAI DASAR DALAM PENENTUAN STRATEGI PENGADAAN BAHAN BAKU PADA PT. GLOBAL TROPICAL SEAFOOD KAPEDI SUMENEP ( ENDANG WIDYASTUTI )

ANALISIS LINGKUNGAN SEBAGAI DASAR DALAM PENENTUAN STRATEGI PENGADAAN BAHAN BAKU PADA PT. GLOBAL TROPICAL SEAFOOD KAPEDI SUMENEP ( ENDANG WIDYASTUTI ) ANALISIS LINGKUNGAN SEBAGAI DASAR DALAM PENENTUAN STRATEGI PENGADAAN BAHAN BAKU PADA PT. GLOBAL TROPICAL SEAFOOD KAPEDI SUMENEP ( ENDANG WIDYASTUTI ) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Wiraraja Sumenep

Lebih terperinci

BAB.I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB.I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang selama ini dicapai menunjukkan angka yang cukup menggembirakan. Namun jika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Strategis

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Strategis 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Strategis Strategi menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar (2008) didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SWOT PADA STRATEGI PEMASARAN SIMPANAN QURBAN DI BMT HARAPAN UMAT PATI CABANG PURI KABUPATEN PATI

BAB IV ANALISIS SWOT PADA STRATEGI PEMASARAN SIMPANAN QURBAN DI BMT HARAPAN UMAT PATI CABANG PURI KABUPATEN PATI BAB IV ANALISIS SWOT PADA STRATEGI PEMASARAN SIMPANAN QURBAN DI BMT HARAPAN UMAT PATI CABANG PURI KABUPATEN PATI A. Analisis Data Analisis data dari penelitian ini adalah analisis deskriptif yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas. Penggunaan teknologi yang tidak hanya terbatas pada bidang bisnis dan perdagangan tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah jasa pelayanan penginapan.

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah jasa pelayanan penginapan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepariwisataan selain pengembangan usaha objek dan daya tarik wisata, perlu adanya keseimbangan pengembangan usaha sarana akomodasi bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetisi bisnis diantara perusahaan di era global saat ini semakin ketat, baik dilihat dari tingkat persaingan antar perusahaan maupun teknik-teknik pemasaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara perusahaan, baik antar perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Sehingga setiap

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci