Bab I PENGANTAR. A. Latar Belakang. menunjukkan bahwa tugas-tugas yang telah dikenali sebelumnya dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I PENGANTAR. A. Latar Belakang. menunjukkan bahwa tugas-tugas yang telah dikenali sebelumnya dapat"

Transkripsi

1 1 Bab I PENGANTAR A. Latar Belakang Kajian-kajian tentang aplikasi dari Teori Beban Kognitif (TBK) menunjukkan bahwa tugas-tugas yang telah dikenali sebelumnya dapat diselesaikan dengan lebih mudah dibandingkan tugas-tugas yang baru (Paas, Renkl, & Sweller, 2004; van Merrenboer & Sweller, 2005). Tugas-tugas yang telah dikenali sebelumnya lebih mudah untuk diselesaikan karena melibatkan lebih sedikit fungsi memori kerja. Arsitektur kognitif manusia dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi memori kerja yang terbatas: belajar lebih sulit dilakukan jika melibatkan lebih banyak fungsi memori kerja (Paas dkk., 2004). Fungsi memori kerja yang tinggi dapat diilustrasikan pada kasus menyelesaikan tugas yang sama sekali baru, Ketika menyelesaikan tugas yang sama sekali baru, memori kerja individu difungsikan untuk mengenali berbagai pola dan stimulus baru. Pengenalan pola dan stimulus baru ini menambah beban kerja memori yang seharusnya dapat dialokasikan untuk pemrosesan informasi. Oleh TBK, alokasi fungsi memori kerja yang menghambat proses belajar ini disebut sebagai beban kognitif ekstra (Paas dkk., 2004; van Merrenboer & Swelller, 2005). Sebaliknya, menyelesaikan tugas yang sudah dikenali sebelumnya membutuhkan lebih sedikit fungsi memori kerja, karena informasi mengenai pemrosesan stimulus telah disimpan sebelumnya dalam bentuk skema di memori jangka-panjang (Paas dkk., 2004). 1

2 2 Dengan memproses informasi yang sama berulang-ulang, individu dapat mencapai apa yang disebut TBK sebagai otomatisasi. Dalam otomatisasi, skema dapat diakses tanpa sadar dalam penyelesaian tugas (Paas, Renkl, & Sweller, 2003; Paas dkk., 2004). Individu yang telah familiar dengan satu tugas tertentu, seperti pada kasus koki yang telah memasak selama puluhan tahun dapat menyelesaikan tugasnya dengan melibatkan sedikit sekali fungsi memori kerja, seakan-akan koki tersebut dapat memasak tanpa berusaha sama sekali (effortless). Fungsi memori kerja dan usaha yang rendah juga memungkinkan individu menyelesaikan beberapa tugas secara simultan, atau yang biasa dikenal sebagai multitasking (Lee & Taatgen, 2002). Beberapa tugas tersebut dapat dilaksanakan secara simultan karena dalam multitasking individu mengerahkan kemampuannya dalam menggunakan beberapa modalitas sensori (indera) sekaligus, mengatur fungsi kognitifnya untuk (a) memilah-milah informasi yang relevan dan (b) memprioritaskan informasi mana yang diolah lebih dulu (Hembrooke & Gay, 2003). Proses pemilahan informasi tersebut menjadi penting karena antara satu tugas dengan tugas lainnya dapat saling menginterupsi satu sama lain, membuat penyelesaian keseluruhannya menjadi tidak optimal (Bell, Compeau, dan Olivera, 2005). Multitasking memungkinkan individu yang untuk memindahkan atensi dan usahanya dari satu tugas ke tugas yang lain tanpa harus mempelajari ulang informasi yang sama atau memulai tugas yang sama dari awal (Spink, Ozmutlu, & Ozmutlu, 2002). Multitasking merupakan kemampuan yang penting dimiliki, terutama dengan semakin meningkatnya jumlah informasi (Palfrey & Gasser, 2008). Multitasking memungkinkan individu untuk mengolah sejumlah besar informasi secara simultan, dan mengkompensasikan keterbatasan fungsi memori

3 3 kerjanya dengan memindahkan atensi dan usahanya dari satu tugas ke tugas yang lain. Multitasking memungkinkan individu untuk menyelesaikan beberapa tugas hampir secara bersamaan. Penelitian kuasi-eksperimental ini bertujuan menjawab dua pertanyaan utama: bagaimana peran familiaritas tugas dalam multitasking, dan apakah multitasking dapat dipelajari melalui paparan yang tinggi terhadap kondisi yang mengharuskan seseorang untuk melakukannya. Kedua pertanyaan tersebut akan dijawab melalui dua tahapan studi. Tahapan studi pertama memfokuskan pada peran familiaritas tugas dalam multitasking: Apakah melakukan multitasking pada tugas yang familiar lebih mudah dibandingkan melakukan multitasking pada tugas yang tidak familiar? Berbagai penelitian mengenai multitasking menunjukkan bahwa familiaritas terhadap tugas (task familiarity) merupakan faktor yang penting dalam menentukan kapan seseorang akan melakukan berbagai tugas secara simultan (Small & Vorgan, 2008; Lee, Lin, & Robertson, 2011). Umumnya, tugas-tugas yang sudah dirasa familiar lebih mudah disambikan dengan tugas lainnya. Seseorang yang sudah terbiasa mengetik misalnya, dapat mengetik tanpa perlu memperhatikan keyboard dan dapat melakukannya sambil mengobrol dengan rekan kerjanya. Tahapan studi kedua memfokuskan pada peran paparan lingkungan yang mengharuskan dilakukannya multitasking terhadap kemampuan individu dalam melakukan multitasking: Apakah individu yang terpapar lingkungan multitasking secara intens dapat melakukan multitasking dengan lebih baik dibandingkan dengan individu yang tidak terpapar lingkungan multitasking secara intens?

4 4 Internet merupakan contoh yang ideal sebagai lingkungan dengan tingkat paparan multitasking yang tinggi. Jumlah data digital di dunia maya berkembang secara eksponensial dari tahun ke tahun (Palfrey & Gasser, 2008). Mengikuti perkembangan informasi yang sangat cepat tersebut, individu modern dituntut untuk memiliki kemampuan memproses informasi yang lebih efisien. Dalam berbagai literatur yang ditemukan dari awal tahun 2000-an memang ditemukan bahwa generasi yang lebih muda memiliki kemampuan yang lebih baik dalam bernavigasi di dunia yang kaya teknologi. Generasi ini dikenal sebagai Penduduk Asli Digital (Prensky, 2001; Palfrey & Gasser, 2008) atau Generasi Net (Tapscott, 2009). Generasi net lahir dan besar bersamaan dengan berkembangnya internet. Mereka lahir setelah generasi Migran Digital (Prensky, 2001) yang menemukan internet di usia dewasa. Di Amerika Serikat, penduduk asli digital terdiri dari warga negara yang lahir setelah tahun 1980, sehingga mereka menghabiskan masa remajanya di akhir tahun 1990 an, di mana internet dan komputer personal umum ditemukan di rumah-rumah pribadi (Tapscott, 2009). Tabel 1 Karakteristik Penduduk Asli Digital Karakteristik Marc Prensky (2001) Urs Palfrey & Lars Gasser (2008) Tokoh Don Tapscott (2009) Larry D. Rosen (2010) multitasking multitasking Multitasking multitasking rentang atensi rendah rentang atensi rendah empati rendah empati rendah ahli teknologi ahli teknologi ahli teknologi ahli teknologi percaya diri percaya diri kerja kolaboratif kerja kolaboratif kerja kolaboratif kesegeraan kesegeraan keterbukaan & toleransi keterbukaan & toleransi kustomisasi Kustomisasi memadukan kerja & hiburan memadukan kerja & hiburan

5 5 Tingginya akses internet yang dimiliki generasi net membuat mereka mengembangkan karakteristik khas yang berbeda dari generasi sebelumnya seperti terangkum pada tabel 1. Generasi net dipandang mengembangkan kemampuan multitasking (Prensky, 2001; Barnes, Marateo, & Ferris, 2007; Palfrey & Gasser, 2008; Rosen, 2010), lebih fleksibel dalam beradaptasi dengan hal-hal baru (Prensky, 2001), lebih toleran dengan perbedaan (Palfrey & Gasser, 2008; Tapscott, 2009), memiliki kemampuan menggabungkan kerja dengan hiburan (Palfrey & Gasser, 2008; Tapscott, 2009), dan menggunakan teknologi untuk kerja produktif dan kolaboratif (Palfrey & Gasser, 2008; Tapscott, 2009). Karakteristik generasi net berbeda dengan karakteristik migran digital. Migran digital memiliki fokus terhadap pekerjaan yang lebih baik, dan mampu bekerja dalam waktu yang panjang karena keterbatasan pekerjaan dan hiburan di masa mereka (Prensky, 2001). Adanya perbedaan-perbedaan yang cukup menonjol antara generasi net dengan migran digital mensyaratkan dilakukannya perubahan yang fundamental di berbagai bidang, termasuk di dalamnya pekerjaan (Palfrey & Gasser, 2008), keluarga (Rosen, 2007 dan Palfrey & Gasser, 2008), dan pendidikan (Prensky 2001; Oblinger & Oblinger, 2005; dan Barnes dkk., 2007). Dalam bidang pekerjaan misalnya, generasi net menuntut adanya jam kerja dan aturan-aturan kerja yang lebih fleksibel, seperti adanya kemungkinan untuk bekerja dari rumah (Palfrey & Gasser, 2008). Dalam keluarga, generasi net menuntut orangtua untuk lebih memberikan kebebasan bagi mereka dalam bereksplorasi menggunakan teknologi (Rosen, 2007; Palfrey & Gasser, 2008). Dalam bidang pendidikan, generasi net menuntut institusi pendidikan untuk menyediakan infrastruktur yang memungkinkan pencarian informasi dari sumber lain (Tapscott, 1999),

6 6 mengijinkan penggunaan berbagai media untuk mendukung belajar (Barnes dkk., 2007), dan adanya pendidik yang lebih melek teknologi (Bayne & Ross, 2007). Generasi net menuntut berbagai pihak untuk berjibaku dalam mengakomodir kebutuhan mereka, agar mereka dapat berkembang dengan lebih baik. Namun demikian, perbedaan karakteristik generasi net dengan generasi sebelumnya seperti yang dituliskan oleh Prensky (2001), Palfrey & Gasser (2008), dan Tapscott (2009) sebenarnya tidak didukung dengan bukti empirik yang kuat seperti terlihat dalam kumpulan studi di tabel 2.

7 7 Tabel 2 Penelitian-penelitian Mengenai Penduduk Asli Digital Peneliti Metode Responden Hasil Robert B. Kvavik (2005) Gregor Kennedy, Kerri-Lee Krause, Terry Judd, Anna Churchward, & Kathleen Gray (2006) Anoush Margaryn & Allison Littlejohn (2008) Survey Survey Survey dan Wawancara mahasiswa dari 13 Universitas di lima negara bagian A.S mahasiswa tahun pertama Universitas Melbourne yang lahir antara tahun 1985 hingga mahasiswa S1 untuk survey, dan 8 mahasiswa S1 dan 8 staff pendidikan di U.K. untuk wawancara Teknologi seperti , IM, dan peramban dokumen telah umum dikenal dan digunakan generasi net, namun untuk teknologi yang lebih baru seperti mengolah video dan desain situs, belum terlalu banyak yang memahami Temuan survey menunjukkan bukti empiris yang minim terhadap gambaran stereotip tentang generasi net: terhubung 24 jam sehari/7 hari seminggu. Walau sebagian responden menunjukkan tingkat keahlian dan minat yang tinggi terhadap teknologi, sebaran tingkatan tersebut cukup bervariasi sehingga tidak dapat menggeneralisasi mereka sebagai satu kelompok. Sebagian besar responden yang berusia lebih muda menggunakan teknologi secara lebih aktif dibandingkan responden yang berusia lebih tua. Namun demikian, mereka tidak menggunakannya secara efektif untuk mendukung belajar. Teknologi yang digunakan mahasiswa terbatas, baik untuk belajar formal, nonformal, maupun rekreasi. Hanya sebagian kecil yang memahami penggunaan alat pengelola pengetahuan kolaboratif seperti Wiki, personal web, dan berbagai teknologi kolaboratif lainnya. Barbara Combes (2009) Survey & Analisis Kluster 533 mahasiswa dari dua Universitas di Australia Responden juga ditemukan tidak memiliki pandangan yang berbeda secara radikal mengenai pengelolaan dan kolaborasi pengetahuan berdasarkan literasi digital. Walaupun kelompok penduduk asli digital memiliki frekuensi penggunaan internet yang tinggi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menggunakan internet, mereka tidak memiliki literasi internet yang tinggi. Analisis kluster tidak menunjukkan terbentuknya kluster yang spesifik terkait ciri-ciri penduduk asli digital lanjut ke halaman 5

8 8 lanjutan dari halaman 4 Peneliti Metode Responden Hasil Survey 1069 warga negara Inggris berusia 8-19 tahun Ellen Helsper & Rebecca Eynon (2009) Orang-orang muda cenderung merupakan pengguna komputer dan internet regular, dan memiliki akses yang baik ke dua hal tersebut. Kepentingan penggunaan internet tidak homogen. Mereka menggunakan internet untuk aktivitas informal umum (hiburan, pencarian informasi, komunikasi, kreativitas, dan partisipasi) dan kegiatan yang berkaitan dengan tugas (menyusun tugas, mencari bahan untuk tugas). Chris Jones, Ruslan Ramanau, Simon Cross, & Graham Healing (2010) Neila Ramdhani & Wisnu Wiradhany (2013) Survey Survey 534 mahasiswa tahun pertama dari lima Universitas di Inggris 308 WNI dengan akses internet yang lahir antara tahun 1970 an an Kualitas akses internet, persepsi tentang kemampuan penggunaan internet, dan keyakinan untuk menjalankan sekolah dengan optimal menjadi faktorfaktor yang menjelaskan tingginya frekuensi penggunaan internet dan komputer tersebut Mahasiswa merupakan pengguna teknologi yang aktif dan secara umum mereka menggunakan teknologi lebih banyak dari yang diharapkan institusi pendidikan. Namun demikian, variasi kemampuan penggunaan teknologi, baik secara umum maupun untuk belajar mahasiswa yang menjadi responden terlalu tinggi untuk dikatakan sebagai satu kelompok. Variasi ini tinggi baik antar usia maupun gender. Tidak terdapat perbedaan akses, aktivitas, biaya yang dikeluarkan, waktu yang dihabiskan, dan sikap terhadap teknologi antara mereka yang lahir antara tahun 1970 an, 1980 an, dan 1990 an

9 9 Penelitian yang dilakukan mengenai generasi net di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Indonesia seperti yang terangkum dalam tabel 2 menunjukkan setidaknya dua poin penting. Pertama, generasi net secara umum lebih aktif menggunakan teknologi dibandingkan generasi sebelumnya. Tetapi dari sisi aktivitas, kelompok yang lahir antara tahun 1980 an (A.S, Australia, Inggris) atau 1990 an (Indonesia) terlalu heterogen untuk diklasifikasikan sebagai satu generasi (Kennedy dkk., 2006; Margaryn & Littlejohn, 2008; Jones dkk., 2010). Hanya sebagian kecil responden yang menunjukkan kemampuan kerja kolaboratif dan berinovasi seperti yang dikemukakan Tapscott (2009) misalnya. Sebagian besar dari kelompok ini hanya aktif menggunakan teknologi yang umum ditemukan lintas generasi seperti telepon genggam dan . Kedua, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam penggunaan teknologi lintas generasi (misal: Combes, 2009; Hargittai, 2010). Mereka yang lahir pada generasi sebelumnya, walaupun tidak menggunakan teknologi seaktif generasi di bawahnya juga telah familiar dengan teknologi yang ditemukan lintas generasi. Dari penjabaran di atas, terlihat bahwa kemunculan generasi net merupakan hal yang harus ditanggapi secara kritis. Kemunculan generasi net seharusnya ditanggapi sebagai sebuah evolusi, bukan revolusi (Bennet dkk., 2008). Teknologi dan kemampuan yang terkait dengan teknologi bukanlah sesuatu yang tidak dapat dipelajari. Penelitian Ramdhani & Wiradhany (2013) misalnya, menunjukkan bahwa orang-orang yang lahir di dekade yang berbeda, dengan akses terhadap teknologi yang kurang lebih sama, tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam aktivitas, dana yang dikeluarkan, waktu yang dihabiskan, dan sikap terhadap teknologi. Temuan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hargittai (2010) di Amerika Serikat. Penelitian Hargittai

10 10 menunjukkan bahwa kelompok dengan tingkat sosio-ekonomi berbeda memiliki aktivitas dan keahlian menggunakan internet yang berbeda akibat perbedaan dalam akses. Artinya, selama akses terhadap teknologi terbuka, tiap orang memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan pola pikir yang dimiliki generasi net, termasuk di dalamnya, kemampuan untuk melakukan multitasking. Multitasking merupakan kemampuan yang relevan, tidak hanya bagi penduduk asli digital, namun juga bagi mereka yang ingin mengikuti perkembangan teknologi secara umum. Informasi yang tersebar dalam jaringan (online) akan semakin bertambah dari waktu ke waktu, dan sistem pengelolaan yang baik dibutuhkan untuk menghadapi banyaknya informasi tersebut, termasuk kemampuan untuk mengelola berbagai informasi sekaligus. Penelitian Carrier dkk. (2009) menunjukkan bahwa multitasking merupakan kemampuan yang ditemukan lintas generasi. Studi kedua diharapkan mampu menjelaskan bagaimana peran akses internet terhadap kemampuan individu dalam melakukan multitasking. B. Rumusan Masalah Penelitian ini bertujuan menjawab dua masalah: 1. Dalam kondisi multitasking atau terdistraksi, apakah subjek yang mengerjakan tugas yang familiar menunjukkan skor pemahaman bacaan yang lebih baik dibandingkan subjek yang mengerjakan tugas yang tidak familiar?

11 11 2. Dalam kondisi multitasking atau terdistraksi, apakah subjek yang memiliki akses internet yang lebih tinggi menunjukkan skor pemahaman bacaan yang lebih baik dibandingkan subjek yang memiliki akses internet yang lebih rendah? C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Memahami peran familiaritas tugas dan akses internet dalam kemampuan individu untuk melakukan multitasking. 2. Manfaat Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya kajian tentang psikologi kognitif secara umum dan teknologi dan perilaku secara khusus. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan intervensi terhadap penduduk asli digital, khususnya terkait dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. D. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan Lin, Robertson, dan Lee (2009) juga mengkaji perbedaan kemampuan multitasking antara beberapa kelompok. Jika dalam penelitian Lee dkk., kelompok yang dibandingkan adalah expert (mereka yang ahli dalam membaca) dengan yang tidak, dalam penelitian ini kondisi yang akan dibandingkan adalah individu dihadapkan dengan tugas yang familiar dengan individu dihadapkan tugas yang tidak familiar.

12 12 Hembrooke dan Gay (2003) dan Watson dan Strayer (2010) juga meneliti tentang multitasking. Hembrooke dan Gay menggunakan memori sebagai variabel dependen, sedangkan Watson dan Strayer menggunakan operation span task (OSPAN) dalam bentuk auditori sebagai variabel dependen dan pengkondisian. Berbeda dengan penelitian umum mengenai multitasking menggunakan eksperimen atau kuasi-eksperimen, Carrier dkk. (2008) melakukan studi deskriptif mengenai multitasking. Dalam studinya, Carrier dkk. mengukur multitasking menggunakan self-report.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diakses melalui media cetak, namun bisa diakses secara online dengan adanya internet,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diakses melalui media cetak, namun bisa diakses secara online dengan adanya internet, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dikaruniai kecerdasan. Salah satu kecerdasan manusia menurut Binet dan Wechsler adalah kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bau, rasa, dan sentuhan. Informasi tersebut akan masuk ke dalam pikiran sebagian masuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bau, rasa, dan sentuhan. Informasi tersebut akan masuk ke dalam pikiran sebagian masuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup di dunia ini penuh dengan informasi yang berupa pemandangan, suara, bau, rasa, dan sentuhan. Informasi tersebut akan masuk ke dalam pikiran sebagian

Lebih terperinci

CHAPTER 3 KETERAMPILAN UNTUK ABAD 21 DIAN PERMATASARI KUSUMA DAYU

CHAPTER 3 KETERAMPILAN UNTUK ABAD 21 DIAN PERMATASARI KUSUMA DAYU CHAPTER 3 KETERAMPILAN UNTUK ABAD 21 DIAN PERMATASARI KUSUMA DAYU Dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi didunia pendidikan dampaknya sangatlah terasa saat ini dan kedepan. Sehingga orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan teknologi di Indonesia, semakin terbuka luas juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan teknologi di Indonesia, semakin terbuka luas juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan teknologi di Indonesia, semakin terbuka luas juga peluang bagi seseorang untuk dapat menjangkau dan menggunakan teknologi tersebut. Beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Atensi merupakan proses memilih beberapa informasi dan menghalangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Atensi merupakan proses memilih beberapa informasi dan menghalangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atensi adalah salah satu konsep psikologi kognitif yang senantiasa mengalami perkembangan. Atensi merupakan proses memilih beberapa informasi dan menghalangi

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DENGAN TEKNIK MEANS-END ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

2015 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DENGAN TEKNIK MEANS-END ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan yang pernah dibangun di masa lampau sudah tidak lagi relevan dengan peradaban dan perekonomian dunia saat ini. Kehidupan dunia pada saat ini secara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: mempengaruhi individu untuk melakukan internalisasi nilai-nilai organisasi

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: mempengaruhi individu untuk melakukan internalisasi nilai-nilai organisasi BAB V PENUTUP A. Simpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik atas hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: 1. Identifikasi organisasional berpengaruh positif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi sangat terasa cepat di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi sangat terasa cepat di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju ini dampak perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat terasa cepat di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi semakin

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang teknologi. Perkembangan teknologi mengalami

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam penelitian ini, telah dibuktikan melalui uji hipotesa bahwa terdapat korelasi antara self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN Pada era sekarang ini informasi sudah menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu mempunyai keinginan untuk mengetahui sesuatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan 16/S1/KTP/OKTOBER/2013 PENGGUNAAN GOOGLE DOCS UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas

Lebih terperinci

BAB II DIGITAL NATIVE DAN DIGITAL IMMIGRANT (Studi Tentang Penggunaan Teknologi Informasi oleh Guru Madrasah di Kaliantan Selatan)

BAB II DIGITAL NATIVE DAN DIGITAL IMMIGRANT (Studi Tentang Penggunaan Teknologi Informasi oleh Guru Madrasah di Kaliantan Selatan) BAB II DIGITAL NATIVE DAN DIGITAL IMMIGRANT (Studi Tentang Penggunaan Teknologi Informasi oleh Guru Madrasah di Kaliantan Selatan) A. Landasan Teoritis 1. Penelitian yang Relevan Menurut penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman telah memberikan dampak yang besar bagi kemajuan teknologi komunikasi. Pada beberapa tahun yang lalu, penggunaan telepon genggam hanya sebatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Internet merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat modern, termasuk masyarakat Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini sedang maraknya perkembangan teknologi informasi di seluruh dunia dan telah menciptakan banyak inovasi dan keahlian baru disegala bidang informasi tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).

BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membaca merupakan kegiatan yang akrab dengan manusia. Kegiatan membaca berlangsung terus menerus selama manusia hidup. Mulai dari membaca merk makanan, judul

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN RINGKASAN Penelitian ini bertujuan mengkaji partisipasi remaja dalam komunitas baca online dan memetakan peran komunitas baca online dalam mendorong pengembangan kemampuan literasi remaja. Pada akhirnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1) pendidikan itu sendiri merupakan usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal abad ke-21, istilah internet sudah dikenal berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, terlepas dari usia, tingkat pendidikan, dan status sosial.

Lebih terperinci

SANTI E. PURNAMASARI UMBY

SANTI E. PURNAMASARI UMBY SANTI E. PURNAMASARI UMBY Konsep teori ini muncul karena pada kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa setiap hari dalam kehidupan seorang anak selalu ada tantangan yang harus ia jawab atau

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009 1 1. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajer merupakan seseorang yang berusaha menggapai tujuan organisasi atau perusahaan dengan mengatur orang lain agar bersedia melakukan tugas yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam e-learning terutama yang berbasis web, terdapat dua konsep belajar yang berbeda, yaitu Virtual Learning Environment (VLE) dan Personal Learning Environment

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir 1.2 Identifikasi Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir 1.2 Identifikasi Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan tugas akhir, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir, serta sistematika penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mingkin, karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, dan cakupan batasan penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 174 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah Perpustakaan ITS Surabaya dan Perpustakaan UK Petra Surabaya melakukan pemanfaatan fungsi ruang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Waktu, Populasi dan Sampel Penelitian Pada bagian ini, peneliti akan menguraikan mengenai lokasi, waktu, populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI PERALATAN Teknologi Informasi dan Komunikasi. tik.com

MENGIDENTIFIKASI PERALATAN Teknologi Informasi dan Komunikasi.  tik.com MENGIDENTIFIKASI PERALATAN Teknologi Informasi dan Komunikasi http://mahir tik.com Telekomunikasi adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dan sistem komunikasi yang mentransmisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Metode penelitian deskriptif analisis digunakan untuk mengaji tuturan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama terlaksananya sasaran pendidikan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang perubahan media habit seseorang dalam mengkonsumsi koran dan media online di era teknologi informasi, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 64 4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Peneliti menetapkan dua jenis lokasi untuk penelitian ini, lokasi pertama merupakan lokasi pengembangan produk, yaitu di SLB Bina Kasih Kota Bandung. Lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan seyogyanya menyiapkan generasi yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak individu dilahirkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berkomunikasi. Di segala tempat manusia selalu terlibat komunikasi, karena di segala tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Hasilnya nanti diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan telepon genggam dengan spesifikasi yang jauh lebih bagus

BAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan telepon genggam dengan spesifikasi yang jauh lebih bagus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, perkembangan teknologi begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya teknologi informasi, seperti telepon genggam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak ratusan juta orang di seluruh dunia bermain game. Permainan game

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak ratusan juta orang di seluruh dunia bermain game. Permainan game BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bermain game merupakan salah satu bentuk hiburan yang paling terkenal dan menjadi sebuah aktivitas yang diminati oleh masyarakat. Belakangan ini, sebanyak ratusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir merupakan aktivitas yang selalu dilakukan otak untuk metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut manusia dapat melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan evolusi Web telah fenomenal, dan terus tumbuh menurut Murugesan et al [1] Web telah mengubah cara orang mengumpulkan informasi, melakukan pekerjaan mereka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan kekayaan alam yang berlimpah. Dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa dan ragam kekayaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. asertivitas, pengguna dan bukan pengguna media sosial twitter

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. asertivitas, pengguna dan bukan pengguna media sosial twitter BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu perbedaan asertivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan diharapkan untuk selalu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi memberikan berbagai dampak positif bagi kemajuan dunia pendidikan. Teknologi informasi yang dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat, bukan hanya sebagai kegiatan jalan-jalan atau rekreasi, namun

BAB I PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat, bukan hanya sebagai kegiatan jalan-jalan atau rekreasi, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wisata yang sering dikenal dengan istilah traveling kini telah menjadi semakin dikenal oleh masyarakat, bukan hanya sebagai kegiatan jalan-jalan atau rekreasi, namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kemajuan suatu organisasi, khususnya bagi sektor publik dalam pelayanan publik (Nurmandi, 2006). Banyak organisasi semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang telah digunakan oleh pendidik selama lebih dari 50 tahun. Pembelajaran berbasis masalah ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. persepsi, maka lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. persepsi, maka lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. DEFINISI OPERASIONAL Agar istilah di dalam penelitian ini tidak menimbulkan perbedaan persepsi, maka lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut: 1. Efektivitas Gambar merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Contoh dan Teknik Penarikan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crosss sectional study. Desain cross sectional study adalah salah satu caraa pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi membawa indikator kemajuan di bidang teknologi, khususnya teknologi informasi seperti internet, teknologi ini tidak hanya mungkin menyediakan informasi

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunarungu jenjang SMALB termasuk dalam masa dimana siswa dituntut untuk siap memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan pendidikan ke jenjang

Lebih terperinci

LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN. NIP/Nomor Seri Karpeg. Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal

LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN. NIP/Nomor Seri Karpeg. Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN Lampiran 1B Nama Guru NIP/Nomor Seri Karpeg Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal NUPTK/NRG Nama sekolah dan alamat Tanggal

Lebih terperinci

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Internet merupakan salah satu bentuk evolusi perkembangan komunikasi dan teknologi yang berpengaruh pada umat manusia. Salah satu akibat adanya internet adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, sering ditemukan baik dalam tulisan ilmiah atau artikel

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, sering ditemukan baik dalam tulisan ilmiah atau artikel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah Dewasa ini, sering ditemukan baik dalam tulisan ilmiah atau artikel populer yang menekankan perlunya perangsangan terhadap kreativitas sejak kecil. Kreativitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rumusan masalah serta pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rumusan masalah serta pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian 91 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan rumusan masalah serta pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan dan saran dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa masa berikutnya. Sedangkan pendidikan pada usia dini akan bermanfaat

I. PENDAHULUAN. masa masa berikutnya. Sedangkan pendidikan pada usia dini akan bermanfaat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia Sekolah Dasar merupakan masa awal kehidupan untuk memperoleh pendidikan yang sangat berguna sebagai dasar untuk menentukan pendidikan pada masa masa berikutnya.

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional selain matematika dan bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh jaringan sosial,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh jaringan sosial, BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh jaringan sosial, pendanaan dan energi organisasi produktif terhadap eksplorasi dan eksploitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan. Hal ini berhubungan dengan perkembangan teknologi yang menuntut seni untuk tujuan

Lebih terperinci

2015 REDUKSI DIDAKTIK BAHAN AJAR SPERMATOPHYTA SEBAGAI UPAYA MENGENDALIKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA SESUAI GAYA BELAJAR

2015 REDUKSI DIDAKTIK BAHAN AJAR SPERMATOPHYTA SEBAGAI UPAYA MENGENDALIKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA SESUAI GAYA BELAJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara tropis dimana di dalamnya begitu beranekaragam makhluk hidup. Sebetulnya ini akan sangat memudahkan

Lebih terperinci

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 2 dari 14

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 2 dari 14 Penilaian Kinerja Guru Kelas/ Mata Pelajaran 1. Menguasai karakteristik peserta didik 1 dari 14 1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya. 2. Guru memastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya hidup modern dengan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya hidup modern dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Restaurant adalah salah satu industri di dunia yang berkembang dengan cepat, khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya hidup modern dengan fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat kompleks. Banyak orang menemui kesulitan dalam menguasai keterampilan menulis.

Lebih terperinci

Intel Teach Program Assessing Projects

Intel Teach Program Assessing Projects Kiasan dalam Kelas Senior Bahasa Inggris Senior sekolah menengah atas dalam kelas Bahasa Inggris Cleo Barnes akan memulai unit 3-minggu pada kiasan, menjawab Pertanyaan Penting, Mengapa orang tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan menumbuhkan berbagai pengaruh bagi penggunanya. Masyarakat dituntut untuk lebih mampu memanfaatkan teknologi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade terakhir ini, daya saing negara Indonesia ditengahtengah persaingan dengan negara lain cenderung tidak memuaskan. Hal ini tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjuru dunia. Berdasarkan data yang didapatkan dari Internet Live Stats (2014),

BAB I PENDAHULUAN. penjuru dunia. Berdasarkan data yang didapatkan dari Internet Live Stats (2014), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era teknologi saat ini, penggunaan internet telah menyebar di seluruh penjuru dunia. Berdasarkan data yang didapatkan dari Internet Live Stats (2014), hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dihadapkan dengan perkembangan dan perubahan zaman yang begitu cepat, dimana manusia bertanggung jawab untuk memecahkan masalahmasalah yang muncul setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai pusat penghimpun, pengolah dan penyebaran informasi. Pengelolaan perpustakaan pada masa kini semakin menuntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama pada mahasiswa, semakin berkembangnya social media maka banyak yang membuka usaha di social media contohnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga pendidikan terdiri dari lembaga pendidikan formal (sekolah), non formal (kursus atau bimbingan belajar), dan lembaga informal (keluarga). Biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat pengguna smartphone lebih banyak dibandingkan handphone biasa. Survei yang dilakukan perusahaan komunikasi CloudTalk menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet merupakan kebutuhan dan bagian dari kehidupan sehari-hari saat ini, baik itu digunakan untuk media komunikasi, mencari berbagai informasi, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situs jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta

Lebih terperinci

Dewasa ini penggunaan Internet secara signifikan

Dewasa ini penggunaan Internet secara signifikan Dewasa ini penggunaan Internet secara signifikan mengubah gaya hidup maupun pandangan masyarakat dalam beberapa cara. Berbagai saluran tidak bisa lepas dari keberadaan internet mulai dari aspek pribadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 52 BAB III METODE PENELITIAN 53 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang mengkaji tentang model komunikasi kelompok dalam pembentukan citra anak jalanan ini menggunakan pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah sekelompok kecil dari masyarakat yang berkesempatan mengembangkan kemampuan intelektualnya dalam mendalami bidang yang diminatinya di perguruan

Lebih terperinci