TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid telur Telenomus spp. diklasifikasikan dalam Klas : Insekta;

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid telur Telenomus spp. diklasifikasikan dalam Klas : Insekta;"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Taksonorni Parasitoid telur Telenomus spp. diklasifikasikan dalam Klas : Insekta; Ordo Hymenoptera; Sub ordo Apocrita; Superfamili : Platygasteroidea; Famili : Scelionidae. Selanjutnya famili Scelionidae dibagi atas 3 sub famili yaitu Telenominae, Teleasinae dan Scelioninae (Masner 1993; Csiro 1996;). Sedangkan Kalshoven (1981) dan Borror et al. (1992) memasukkan genus Telenomus ke dalam superfamili Proctotrupoidea dan fanlili Scelionidae. Saat ini genus Telenomus mempunyai lebih dari 500 spesies yang keseluruhannya adalah parasitoid telur. Di Akiia, 11 spesies diantaranya diiaporkan menyerang hama dari famili Pyralidae dan 7 spesies telah dikenal sebagai parasitoid pada telur penggerek batang serealea (Polaszek et al. 1993). Selanjutnya Bin & Johnson (1982), diacu dalam Honda & Trjaptzin (19951 melaporkan bahwa hampir 600 spesies Telenomus yang sudah dikenal, namun baru 10-25% yang sudah diakukan studi biologi dan sistematikanya. Masalah taksonorni dari parasitoid telur ini merupakan persoaian besar yang hampir tidak terpecahkan bahkan sampai saat ini (Nixon 1937, Ein & -- Johnson 1982 dan Polaszek & Kimani ). Walaupun kekurangan informasi dasar mengenai biosistematik, Telenomus spp. merniliki sejdah karakter yang menjadikan mereka sebagai agens pengendali biologi yang efektif seperti kapasitas mencari inang yang tinggi, potensi reproduksi yang tinggi dan kapasitas

2 penyebaran yang juga tinggi, kisaran ekologi yang lebar serta lebii spesifik dan sinkron terhadap hang (Honda & Trjaptzin 1995). 5 Karakter Morfologi Untuk Identifikasi Johnson (1984) rnenyatakan bahwa sebagian besar spesies Telenomus dicirikan oleh beberapa karakter sebagai berikut: antena betina 11 ruas (10 mas pada beberapa spesies T. californicus kompleks), antena jantan 12 ruas ( 11 mas pada T. pachycoris). Antena betina dengan 5 ruas gada ( 6 mas pada beberapa spesies kelornpok T. podisi, 4 ruas pada beberapa spesies kelompok T. luricis), kadang-kadang gada tidak jelas batasannya, frons licin ai bagian tengah (terukir pada beberapa spesies dari kelompok T. Jorlol7dunus dm kelornpok T. crassiclava), rnata berambut, kepala hampir bentuk segi empat, scutellum licin, sayap depan transparan, vena marginal lebih pendek daripada stigma, vena postmarginal lebii panjang daripada stigma, sayap belakang sempit sampai lebar, tergit metasoma pertama dengan sepasang atau lebii rambut sub lateral; tergit kedua sama atau lebii panjang daripada lebamya; tubuh berwama coklat sampai hitam (kuning sebagian atau keseluruhan pada T. xanthosoma, jantan kelompok T. tabanivorus, T. melanogaster dan beberapa spesies dari T. arzamae, T. floridanus dan kelompok T. crassiclava); mesosoma bin metalik atau hijau pada beberapa spesies. Telenomus spp. me~pfikan tabuhan kecil ymg kebmyakan bemama hitam, ukurannya lebii kurang lmm (Kalshoven 1981 dan Polaszek & Kimani 1990). Ukuran yang relatif kecil ini merupakan hambatan dalam melakukan

3 identifikasi sehingga sering menyebabkan kesalahan dalam identifikasi spesies. Hal ini pemah terjadi pada Telenomus yang menyerang Pyralidae di AEika, dari 12 spesies yang telah diiaporkan, hanya 1 yang didasarkan pada identifikasi yang benar (Polaszek & i(imani 1990). Pada famili Scelionidae beberapa karakter dapat digunakan untuk identifikasi genus sampai spesies. Alba (1989) menggunakan beberapa karakter untuk identifikasi spesies Telenomus yaitu antara lain sayap, torak, abdomen, tergit, tibia dan warna. Sedangkan Polaszek et al. (1993) menggunakan karakter genitalia jantan, antma jantan, tarsus, tibia, femur dan warna tubuh. Barrion & Litsinger (1989) menambahkan beberapa karakter seperti rumbai sayap, vertex dan preoccipital carina. Keragaman antar spesies dan dalam spesies Nixon (1937) yang telah banyak mengidentifikasi Telenomus mengemukakan bahwa kesulitan dalam mendeskripsi dan mengklasifikasikan sejumlah besar anggota genus ini mash belum bisa diatasi karena sulitnya menangkap perbedaan diantara mereka. Satu spesies sering diciriian oleh karakter yang bercampur baur dengan karakter yang juga d i oleh semua spesies sehingga sulit diterima oleh mata yang tidak biasa dalam menghadapi perubahan spesifik yang terjadi pada genus ini. Dijelaskan bahwa genitalia jantan merupakan karakter yang tidak terhingga nilainya dalam identifikasi. Namun, sediaan alat kopulasi dari spesies yang berhubungan dekat yang

4 membentuk kelompok spesies yang kompak sangat sulit dibedakan dengan metode biasa. Bin & Johnson (1982) menemukan 4 spesies baru Telenomus dari telur Pyralidae di daerah tropik. Selain itu ada satu spesies yang dideskripsi ulang yakni T. alecto. Identifikasi ini diiakukan selain dengan menggunakan karakter genitalia jantan, juga menerapkan pengukuran morfometrik dan karakter nunus sensila pada ruas-ruas antena Empat spesies baru tersebut adalah: I: applanatus Bin & John., T. versicolor Bin & John., T. transversus Bin & John. dan T. globosus Bin & John Pengetahuan mengenai perbedaan spesies dalam genus Teler7onzus sering didasarkan pada adanya perbedaan yang sangat sedikit pada morfologinya (Johnson et al. 1987). Studi morfologi yang dilakukan pada spesies kompleks T. busseolae Gah. dari Afiika telah berhasil memisahkan spesies kompleks ini menjadi 4 spesies yang berbeda. Dua dari empat Tvlenornus ini merupakan spesies simpatrik yang berhubungan melalui distribusi, hang dan periode oviposisi. Variasi yang ditemukan pada spesies-spesies yang menyerang Pyralidae dan Noctuidae ini terdapat pada kepala, mesosoma dan genitalia jantan (Polaszek et al. 1993). Keragaman dalam spesies pada Hymenoptera parasit sangat berhubungan dengan perbedaan inang seperti yang diingatkan oleh Salt (1941) dalam Johnson et al. (1987) bahwa ahli sistematika hams mempertimbangkan pengaruh perbedaan inang pada morfologi parasitoid. Buchori el al. (1997)

5 juga melaporkan adanya variasi pada Telenomus sp. yang dipelihara pada telur Spodoptera litura (F.) dan S. exigua (Hbn) ( Lepidoptera: Noctuidae). Variasi terjadi pada lebar kepala, lama hidup dan keperidian. Fenomena ini juga ierjadi pada T. upplanatus Bin & John. yang dipelihara pada dua macam penggerek tebu yaitu Eldana dan Maliarpha. Perbedaan terdapat pada struktur genitalia jantan dan sensila pada antenomer jantan. Selanjutnya Johnson et al. (1987) juga melaporkan adanya variasi pada T. alsophilae Vier. yang dipelihara pada 5 spesies hang yaitu Caenurgina crassiuscula Haworth (Lepidoptera: Noctuidae); Campaea perlata Guene'e, Tetracis cachexiata G~~ene e, Plugodis seriiraria Herich-SchaeRer, Pergu~nrr honestaria Walker (Lepidoptera: Geometridae). Variasi tersebut mencakup lebar kepala serta panjang dan lebar antenomer. DNA Sebagai Penanda Genetik Perkiiaan keragaman antara dan dalam spesies perlu untuk optimisasi dalam strategi pemeliharaan parasitoid guna meningkatkan efisiensinya dalam program pengendalian biologi (Masutti 1994). Teknik molekuler yang menggunakan analisis DNA dapat mendeteksi keragaman antara spesies dm dalam spesies serangga parasitoid. Penggunaan analisis DNA juga dapat membedakan dua populasi parasitoid yang mirip secara morfologi (spesies kriptik), spesies yang berhubungan dekat, biotipe dan klon pada spesies yang sama (Heimpel et al, 1997; Cenis et al. 1993).

6 DNA yang telah banyak digunakan dalam studi sistematika adalah DNA inti, DNA mitokondria, DNA ribosom dan DNA satelit. DNA mitokondria biasanya digunakan untuk mempelajari struktur populasi, alian gen, hibridisasi, biogeografi dan Nogenetik. Sekuen DNA satelit biasanya menggambarlcan spesifik spesies, sehingga dapat digunakan untuk diagnosis spesies (Hoy 1994). Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) Polymerase Chain Reaction merupakan metode in vitro untuk n~engamplifikasi sejumlah kecil DNA atau RNA. Beberapa macanl ballan yang diperlukan antara lain DNA polynlerase, dntps, n~olekul DNA fenz17late dan dua oligonukleotida sebagai primer. Reaksi ampliiiasi sangat bergantung pada keberadaan enzim polymerase sebagai katalisator, terutama yang tahan panas. Enzim yang paling terkenal dan banyak digunakan adalah tag DNA polyrneruse (taq polymerase) yang diisolasi dari bakteri tahan panas Themus aquaticus. Deoksinukleotida tripospat (dntps) terdiri atas 4 nukleotida yaitu deoksiadenosin tripospat (datp), deoksiguanidiin tripospat (dgtp), deoksisitid'in tripospat (dctp) dan deoksitimidii tripospat (dttp) (Kessing et al. 1989). Proses PCR terdiri atas beberapa tahap reaksi dengan perlakuan panas yang berbeda-beda secara berulang-ulang dalam beberapa siklus tertentu yaitu denaturasi, anealisasi dan sintesis DNA. Dengan pengulangan reaksi secara simultan tersebut, maka junllah DNA sasaran yang diamplifiiasi menjadi berlipat ganda (Hoy 1994).

7 PCR-RAPD adalah teknik PCR yang menggunakan satu primer acak guna menghasilkan ampliiasi DNA. Hasil pola pita DNA dengan teknik PCR- RAPD menyediakan informasi tentang variasi genetik dalam keseluruhan genom serangga (Dowdy & McGaughey 1996). Tigkat variasi genetik (DNA) dapat dideteksi dengan menggunakan teknik RAPD. Dalam analisis DNA pada Hymenoptera, teknik ini lebh baik daripada teknik allozyme yang mendeteksi tingkat protein. RAPD mendeteksi keragaman berdasarkan pada amplifikasi di daerah-daerah yang bervariasi pada suatu genom dengan menggunakan satu primer acak dan tidak memerlukan pengetahuan tentang sekuen DNA (Edward & Hoy 1993). Keuntungan menggunakan teknik PCR-RAPD antara lain adalah prosesnya yang berlangsung cepat karena mulai dari awal prosedur sampai visualisasi DNA yang diamplitikasi pada suatu gel dapat ditentukan kia-kira 24 jam (Kambhampati et al. 1992); relatif murah dibandiigkan dengan sekuensing; dapat digunakan untuk berbagai studi antara lain analisis filogenetik, hubungan kekerabatan, mengidentifikasi spesies yang mirip secara morfologi, membedakan strain serta mengidentsasi asal geografi beberapa serangga yang dintroduksi (Cenis et al. 1993; Heimpel et ul. 1997; Dowdy & Mc.Maughey 1996). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PCR-RAPD yaitu konsentrasi DNA contoh, panjang primer, komposisi basa primer, konsentrasi ion magnesium dan suhu hibridiiasi primer. Semuanya ini hams diiontrol

8 secara hati-hati agar bisa diperoleh pita-pita DNA yang utuh dan baik (&rani et al. 1998). Hoy (1994) menambahkan bahwa analisis variabilitas genetik melalui amplifikasi DNA dengan primer acak menghasilkan data yang tidak kodorninan, tetapi karena kemudahan dan kecepatan menghasilkan data, teknik ini telah banyak digunakan untuk mengidentifkasi spesies-spesies yang sulit dibedakan secara morfologi. Inang Telenon~uspp. Kebanyakan inang Telenomus spp. merupakan hama penting pertanian, kehutanan dan peternakan. %saran hang dari genus ini cukup lebar terutarna dari ordo Lepidoptera dan Hemiptera. Pernah diiaporkan bahwa parasitoid genus ini juga ditemukan pada Diptera. Spesies tertentu dari genus ini inangnya ada yang terbatas pada genus tertentu tetapi ada pula yang dapat hidup pada beberapa famili. Misalnya T. clisiocampae Riley merupakan Telenomus yang hanya berinang pada genus Malacosoma ( Lepidoptera: Lasiocampidae) sedangkan T. alsophilae berhasil dipelihara pada 17 genus dari famili Geometridae dan Noctuidae (Johnson 1984). Polaszek dan Kimani (1990) menambahkan bahwa walaupun kisaran inang dari Telenomus spp. cukup lebar, nmnun spesilisitas inang bervariasi antar spesies, beberapa spesies dapat menyerang telur dari beberapa genus dalam satu ordo dan yang lain kelihata sangat terbatas pada satu spesies saja. Ada kelompok yang sangat knat asosiasinya dengan hang seperti kelompok spesies

9 laricis adalah semua spesies yang memarasit telur Miridae dan kelompok spesiesfloridanus khusus memarasit telur Lygaeidae. Telenomus spp. merupakan parasitoid yang telah terbukti sebagai agens pengendali biologis yang penting. Beberapa proyek telah diiakukan untuk pengendalian biologi populasi Pyralidae dengan menggunakan parasitoid telur genus Telenomus dengan hasil yang menjanjikan. Contohnya adalah di Ivory Coast untuk mengendalikan Eldana saccharina Wk., Maliarpha separatella Rag. dan Scirpophaga melanoclysta Mey. pada tebu, padi dan jagung. Di India digunakan untuk melawan serangan Chilo sacchariphagus (Boyer) pada tebu. di Bolivia untuk mengendalikan serangan D[ulr.uea rufescens Box. dan D. saccharalis (F.) juga pada tebu (Bin & Johnson 1982). Telenomus remus Nix. telah digunakan untuk program pengendalian hayati hama Spodoptera spp. di Barbados dan telah dicapai hasil yang baik Parasitoid yang sama juga telah diintroduksi ke India dan diiepas pada pertanaman tembakau, kubis dan kapas (Mani & Khrisnamoorthy 1986). Beberapa spesies Telenomus yang berinang pada Lepidoptera famili Pyralidae antara lain adalah T. rowani Gah., T. dignus Gah., T. dignoides Nix. yaitu menyerang Scirpophaga spp. (Kalshoven 1981). Sasmita dan Baehaki (1997) melaporkan dua spesies Telenomus pada penggerek padi putih di Sukamandi yaitu T. rowani dun T. dignus dengan persentase parasitisasi berturut-turut 19,75% dan 26,86%.

10 Kalshoven (1981) menyatakan bahwa pada Chilo spp. dietahui satu betina Telenomus spp. dapat menyerang telur sedangkan pada kelompok telur penggerek padi putih yang biasanya berjumlah sekitar 200 telur, 50-75% diantaranya terparasit dan parasitoid tersebut diduga T. rowani atau T. dignoides. Pada Tabel 1 berikut dapat dilihat beberapa spesies Telenomus serta inangnya yang pernah dilaporkan ada di Indonesia. Tabel 1. Telenomus spp. yang pemah dilaporkan ada di Indonesia No Spesies Inang Pustaka Lokasi 1 Telenonius Scirpophaga ii?iiotata (Wlk.) Nixon ( 1937) Jawa diznzrs. S. iiicerfztlas (Wlk.) &Chilo Kalshoven (1 981) 2 T. rowani SPP. S. innotata dan Nixon (1937), S. incerlulas Klashoven (1981) Jawa 3 T. dignoides S. aurijlua, Scirpophaga spp. 4 T. luculius Nocruidae Nixon (1937), Kalshoven (1981) Nixon (1937) 5 T. bene$ciens Diatraea slrialalis Sn, Nixon (1937), Klashoven (1 981) 6 T. transversus Tvporiza irrnotata Bin &Johnson (1982) 7 T. spodopterae Spodoplera litura (F.) ~alshbven (1981) 8 T. javae Hidari irava (Mr.) Kalshoven (1981) (Lepidoptera: Hesperidae) 9 T. tirathabae Tirathaba sp. (Lepidoptera : Nixon (1937), Wlk. Pyralidae) Kalshoven (1981) I0 T. ces Nezara viridula L. (Hemiptera: Nixon (1937) Pentatomidae) 11 T. remus S. litura Shephard & Barrion 12 Telenomus sp. A Piezoderus hybneri (Gmelin) (Hemiptera: Pentatomidae) 13 Telenomus sp. B Nezara viridula Cirebon Jawa Cirebon Sulawesi Jawa Jawa Lembang (1998) Indonesia Shepard & Barrion Indonesia (1998) Shepard & Barrion /loo%\ Indonesia

11 Spesies Telenomus yang diketahui menyerang ordo Lepidoptera famili Noctuidae adalah T remus Nix., T. Spodopterae Dodd., T. nawai Ash. (Polaszek 2001) dan T. alsophilae Ash. (Fedde 1977). Honda & Trjapitzin (1995) melaporkan spesies baru T. hugi Hond. & Trjap. yang menyerang ulat daun alpokat Sabulodes aegrotata (Guenee') (Lepidoptera: Geometridae) di Kalifornia Selatan. Sedangkan T. attaci Nix. merupakan spesies yang menyerang telur kupu- kupu gajah, Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) di Kuala Lumpur dan Bangkok (Nixon 1937). Pada ordo Diptera diietahui ada 3 famili yang menjadi inang Telenornus yaitu Tabanidae, Asilidae dan Stratiomyidae. Spesies Telenomus tersebut adalah T. tabanivorus Ash. dan T. en~ersoifii Gir. (Johnson 1984). Sedangkan T. cyrus Nix. dan T. triptus Nix. adalah dua spesies Telenomus yang dilaporkan menyerang telur kepik (Hemiptera: Pentatomidae) di Jawa dan Malaysia (Nixon 1937).

12 Pada tabel berikut ini dapat dilihat Telenomus spp. yang pernah dilaporkan di beberapa negara lain Tabel 2. Parasitoid telur, Telenomus spp. yang pernah diaporkan di beberapa negara lain No Spesies Inang I Tanaman Daerah Inang sebaran Pustaka 1 T. nawai Spodoptera spp. Jepang Arakaki, Noda & Yamagishi (2000) 2 1: isis Polasz. Sesamia spp. IJagung Afiika Polaszek et al. (1993) 3 T. bussealae Gah 4 T. nagarajae Polasz. 5 T. sesamiae Wu & Chen. 6 T. triptus Nix. 7 T. padisi Ash. 8 T. alsophilae Ash. 9 T. heliothidis Ash. 10 T. sphingis Ash. 11 T fariai 12 T. manolus Nix. Bussealafisca (Lepidoptera: Noctuidae)l Jagung Sesamia spp. lpadi & tebu Sesamia sp. IJagung Scotinophara caarctata Padisus maculiventris Kedelai Alsophilae IPinus & Eucalyptus Heliothis virescensl Tomat Ifeliathis virescens Triatoma phyllosoma Hemiptera:Reduviidae Afiika, Polaszek et al. (1993) Mesir, Iran, Irak, Israel Papua New Polaszek el al. (1993) Guinea, Bangladesh China Polaszek et al. (1993) Malaysia Nixon (1937) Amerika Barrion & Litsinger (1989), Okuda & Yeargan (1988) Amerika Bustillo & Drooz (l977), Fedde (1977) Amerika Strand & Vinson (1983) Amerika Farrar et al. (1994) Venezuela Rabinovich, Jorda & Bemstein (2000) Malaysia Nixon (1937)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

Dari hasil eksplorasi Telenomus, diperoleh 9 spesies Telenomus dari. berbagai lokasi di P. Jawa seperti terlihat pada Tabel 4 berikut:

Dari hasil eksplorasi Telenomus, diperoleh 9 spesies Telenomus dari. berbagai lokasi di P. Jawa seperti terlihat pada Tabel 4 berikut: ~~ - Inang dan Penyebaran Telenomus Dari hasil eksplorasi Telenomus, diperoleh 9 spesies Telenomus dari berbagai lokasi di P. Jawa seperti terlihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Telenomus spp. yang didapat

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN MOLEKULER PARASITOID TELUR, Telenomus spp. (HYMENOPTERA: SCELIONIDAE) DARI BEBERAPA DAERAH DI JAWA

KARAKTER MORFOLOGI DAN MOLEKULER PARASITOID TELUR, Telenomus spp. (HYMENOPTERA: SCELIONIDAE) DARI BEBERAPA DAERAH DI JAWA KARAKTER MORFOLOGI DAN MOLEKULER PARASITOID TELUR, Telenomus spp. (HYMENOPTERA: SCELIONIDAE) DARI BEBERAPA DAERAH DI JAWA OLEK : NETT1 YULIARTI PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggerek batang padi adalah salah satu hama utama pada tanaman padi. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu mendapatkan perhatian serius.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas strategis yang selalu mendapatkan prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Upaya meningkatkan produksi padi terutama ditujukan untuk

Lebih terperinci

Distribusi dan Kelimpahan Parasitoid Telur, Telenomus spp. di Sumatera Barat: Status dan Potensinya Sebagai Agens Pengendali Hayati

Distribusi dan Kelimpahan Parasitoid Telur, Telenomus spp. di Sumatera Barat: Status dan Potensinya Sebagai Agens Pengendali Hayati Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2006, Vol. 3, No. 2, 104-113 Distribusi dan Kelimpahan Parasitoid Telur, Telenomus spp. di Sumatera Barat: Status dan Potensinya Sebagai Agens

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid yang ditemukan di Lapang Selama survei pendahuluan, telah ditemukan tiga jenis parasitoid yang tergolong dalam famili Eupelmidae, Pteromalidae dan Scelionidae. Data pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. beberapa lokasi di Pulau Jawa. Lokasi pengambilan sampel parasitoid di Jawa

BAHAN DAN METODE. beberapa lokasi di Pulau Jawa. Lokasi pengambilan sampel parasitoid di Jawa BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini diiakukan mulai bulan Februari 2001 sampai Desember 2001. Parasitoid dikoleksi dari beberapa peitanaman padi, tebu dan kedelai di beberapa lokasi di Pulau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tanaman tebu diduga berasal dari daerah Pasifik Selatan, yaitu New Guinea dan selanjutnya menyebar ke tiga arah yang berbeda. Penyebaran pertama dimulai pada 8000 SM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI Arifin Kartohardjono Balai Besar Penelitian Tanaman padi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun, TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali

PEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali 41 PEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali Sekuen individu S. incertulas untuk masing-masing gen COI dan gen COII dapat dikelompokkan menjadi haplotipe umum dan haplotipe-haplotipe

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang mudah dikenali dan distribusinya tersebar luas di dunia. Dominan hidupnya di habitat terestrial. Kelimpahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh kokoh, leher pendek, paruh ramping dan cere berdaging. Distribusi burung Famili Columbidae tersebar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kebugaran T. chilonis pada Dua Jenis Inang Pada kedua jenis inang, telur yang terparasit dapat diketahui pada 3-4 hari setelah parasitisasi. Telur yang terparasit ditandai dengan perubahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman semusim yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni TINJAUAN PUSTAKA Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni siklus hidupnya terdiri dari telur larva pupa imago. E. kamerunicus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID TELUR PADA PERTANAMAN KEDELAI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TINGKAT SERANGAN DAN POPULASI HAMA. Oleh :

STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID TELUR PADA PERTANAMAN KEDELAI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TINGKAT SERANGAN DAN POPULASI HAMA. Oleh : STRUKTUR KOMUNITAS PARASITOID TELUR PADA PERTANAMAN KEDELAI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TINGKAT SERANGAN DAN POPULASI HAMA Oleh : Okti Aryani Hapsari A44101059 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid TINJAUAN PUSTAKA Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada atau di dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nektar dan embun madu sebagai

Lebih terperinci

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Debbie S. Retnoningrum Sekolah Farmasi, ITB Pustaka: 1. Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, hal. 27-28; 110-120 2. Groves MJ, 2006, hal. 40 44 3. Brown TA, 2006,

Lebih terperinci

e-j. Agrotekbis 4 (3) : , Juni 2016 ISSN :

e-j. Agrotekbis 4 (3) : , Juni 2016 ISSN : e-j. Agrotekbis 4 (3) : 280-287, Juni 2016 ISSN :2338-3011 JENIS DAN TINGKAT PARASITASI PARASITOID TELUR PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (Scirpophaga innotata WALKER) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal

TINJAUAN PUSTAKA. (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek batang padi kuning dikenal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggerek Batang Padi Kuning, Scirpophaga incertulas (Walker). Penggerek batang padi kuning disebut dengan berbagai nama. Kapur (1964) menyatakan bahwa pada tahun 1863 penggerek

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al.

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al. 4 II. TELAAH PUSTAKA Jabon (Neolamarckia sp.) merupakan tanaman yang tumbuh di daerah beriklim muson tropika seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Filipina. Jabon juga ditemukan tumbuh di Sri Lanka,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Fase Pradewasa Telur Secara umum bentuk dan ukuran pradewasa Opius sp. yang diamati dalam penelitian ini hampir sama dengan yang diperikan oleh Bordat et al. (1995) pada

Lebih terperinci

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan sayapnya ditutupi oleh sisik. Sayap berupa membran yang ditutupi oleh sisik. Imago Lepidoptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) termasuk dalam famili Euphorbiaceae merupakan salah satu tanaman yang baik sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) Tanaman kamboja (Plumeria sp.) merupakan salah satu contoh dari famili Apocynaceae. Kamboja diketahui merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI I. PENDAHULUAN Kabupaten Bantul mencanangkan sasaran : (1). Padi, luas tanam 32.879 ha, luas panen 31.060 ha, produktivitas 65,43 ku/ha GKG, produksi 203.174 ton, ( 2)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hymenoptera. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri empat sayap yang tipis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hymenoptera. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri empat sayap yang tipis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Parasitoid Berdasarkan hasil rearing daun pisang yang dilakukan di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat di peroleh empat jenis parasitoid dari pupa Erionota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman dioecious. Jenis kelamin betina menjamin keberlangsungan hidup suatu individu, dan juga penting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera

TINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera TINJAUAN PUSTAKA Serangga Ordo Hymenoptera Ordo Hymenoptera termasuk ke dalam kelas Insecta. Ordo ini merupakan salah satu dari 4 ordo terbesar dalam kelas Insecta, yang memiliki lebih dari 80 famili dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu dari beberapa tanaman palma penghasil minyak yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan termasuk industri padat karya. Pengusahaan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Seiring dengan berkembangnya industri makanan dan pakan ternak, permintaan terhadap komoditas kedelai meningkat pesat. Untuk memenuhi kebutuhan akan kedelai tersebut

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maskoki memiliki keindahan dan daya tarik tersendiri karena bentuk dan ukuran tubuhnya serta keindahan pada variasi warna dan corak yang beragam (Perkasa & Abdullah

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan Indonesia telah disusun sedemikian ketat. Ketatnya aturan karantina tersebut melarang buah-buahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Raven (1992) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Anthophyta : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Cendawan Endofit

TINJAUAN PUSTAKA. Cendawan Endofit TINJAUAN PUSTAKA Cendawan Endofit Deskripsi Cendawan endofit disebut juga sebagai mikosimbion endofitik merupakan cendawan yang melakukan kolonisasi dalam jaringan tanaman tanpa menimulkan gejala sakit

Lebih terperinci

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem Peran Varietas Tahan dalam PHT Dr. Akhmad Rizali Stabilitas Agroekosistem Berbeda dengan ekosistem alami, kebanyakan sistem produksi tanaman secara ekologis tidak stabil, tidak berkelanjutan, dan bergantung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycines max L. Merril) Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman eksotik yang diperkirakan berasal dari Manshukuw (Cina) yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada budidaya pertanian (Li et al.,

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada budidaya pertanian (Li et al., 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ancaman serangan organisme penganggu tumbuhan semakin bertambah terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesehatan manusia serta keamanan lingkungan. Famili Tephritidae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) 1.1 Biologi Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara parallel pada permukaan daun yang hijau. Telur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DNA Mitokondria Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga sistem organ. Dalam sel mengandung materi genetik yang terdiri dari DNA dan RNA. Molekul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Embriani BBPPTP Surabaya LATAR BELAKANG Serangan hama merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi dan mutu tanaman. Berbagai

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan mas merupakan salah satu ikan dengan penyebaran dan domestikasi terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia dan dari lokai

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama 121 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama Tiga tanaman yang digunakan dari klon MK 152 menunjukkan morfologi organ bunga abnormal dengan adanya struktur seperti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

Icerya purchasi & Rodolia cardinalis

Icerya purchasi & Rodolia cardinalis Pengendalian Hayati Merupakan salah satu cara pengendalian hama yang tertua dan salah satu yang paling efektif. Catatan sejarah: tahun 300-an (abad keempat) petani di Kwantung, Cina, telah memanfaatkan

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Klaten Perbedaan Lokasi antar Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Klaten Perbedaan Lokasi antar Kecamatan 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten terletak di Provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, di sebelah Timur berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi (Oryza sativa L.) Pentingnya Padi sebagai Tanaman Pangan Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditi pangan yang mendapat prioritas utama dalam pembangunan pertanian karena menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati memberikan harapan baru untuk pengendalian hama pertanian terutama fungi yang bersifat patogen. Secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mampu memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, terus menghasilkan ragam varietas anggrek

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD)

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD) KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID Trichogramma sp DAN SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA

KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID Trichogramma sp DAN SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA 28 KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID Trichogramma sp DAN SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA ABUNDANCE AND POPULATION PARASITOID Trichogramma sp STEM BORER PEST ATTACK IN RICE

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp.

TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp. 4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Parasitoid Brachymeria sp. Penggunaan parasitoid sebagai agens pengendali biologis untuk mengendalikan serangga hama merupakan salah satu tindakan yang bijaksana dan cukup beralasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Helicoverpa armigera (Hubner) merupakan hama yang umum menyerang tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa armigera (Hubner) merupakan

Lebih terperinci