STUDI ASPEK KENYAMANAN RUANG PEDESTRIAN DALAM RANGKA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGGUNAANNYA PADA KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN-JEND.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ASPEK KENYAMANAN RUANG PEDESTRIAN DALAM RANGKA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGGUNAANNYA PADA KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN-JEND."

Transkripsi

1 STUDI ASPEK KENYAMANAN RUANG PEDESTRIAN DALAM RANGKA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGGUNAANNYA PADA KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN-JEND. SUDIRMAN JAKARTA MIMI RAHMIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis yang berjudul STUDI ASPEK KENYAMANAN RUANG PEDESTRIAN DALAM RANGKA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGGUNAANNYA PADA KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN-JEND. SUDIRMAN JAKARTA, merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis Saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Agustus 2009 Mimi Rahmiati NRP A

3 ABSTRACT MIMI RAHMIATI. The Study of The Comfortness Aspects at Pedestrian Space in order to Increase Its Use Effectiveness on M.H. Thamrin-Jend. Sudirman Street Jakarta. Under the direction of BAMBANG SULISTYANTARA and NURHAYATI H.S. ARIFIN. The aim of this study were to analyze the three major factors which built the comfortness at pedestrian space on M.H. Thamrin-Jend. Sudirman street of Jakarta and to propose some recommendations for enhancing the effectiveness function of it. There were three methods used, Temperature Humidity Index (THI) criteria to represent climatic aspect, Scenic Beauty Estimation (SBE) value to represent visual aspect, and Chi-square to analyze perception-preference of user to the site. Based on the field study, the THI of the site was beyond the comfort zone (THI >26). The SBE value resulted the highest score was 98,8 and the lowest score was -76,2, and 20% of the scenery were considered as good view (the scores above 75,0) and 26% considered as lower scores (bad views, the scores under and/or equal 25). The Chi-square was showed that user jobs were the most influence factor to describe their appreciation to the site. The job background was related with 41,18% of the perception and 36,67% of the preference user. Those facts showed that the user job was related with comfortness conditions of the site especially for mobilizations to and from their office surroundings it. This study proposed the physical and functional comfortness can be reached by a better planning and design that considering materials, structures, dimensions, and placing of the street furniture. To enhance the climatic comfortness, it can be reached by providing shade of structures and plants canopy, monitoring and controlling the volume and gas emission of the vehicle, and planting plants that absorb pollution. And to enhance visual quality, it can be done by designing the site that combine hard materials and plants such of flowering plants and good maintenance of the site. Keywords: pedestrian space, climatic comfortness, visual quality, physical comfortness

4 RINGKASAN MIMI RAHMIATI. Studi Aspek Kenyamanan Ruang Pedestrian Dalam Rangka Peningkatan Efektivitas Penggunaannya Pada Kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman Jakarta. Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA dan NURHAYATI H.S. ARIFIN. Kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman Jakarta, merupakan kawasan jalan yang banyak dilalui oleh pengguna jalan, termasuk pejalan kaki. Sejak awal tahun 1980 hingga awal tahun 2000, penyediaan fasilitas jalur sirkulasi di kawasan ini yaitu berupa ruang pedestrian, kurang memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Pemikiran untuk memanusiakan lingkungan jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman, secara konseptual muncul pada tahun 1981 dengan rencana penataan kawasan oleh Dinas Pertamanan. Namun baru pada tahun 2002, setelah kondisi sosial, politik dan ekonomi mulai stabil, ide untuk mengembangkan pedestrian jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman kembali dimunculkan oleh Gubernur Sutiyoso hingga sekarang. Meskipun kondisi saat ini telah lebih baik daripada sebelumnya, masih terdapat permasalahan mengenai apresiasi pengguna ruang terhadap jalur pedestrian tersebut. Terutama dalam menunjang kenyamanan pengguna ruang, seperti kondisi fisik dan iklim mikro yang terbentuk pada ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman ini. Oleh karena itu, pada studi ini akan dianilisis aspek-aspek penunjang kenyamanan ruang, yaitu kenyamanan fisik/fungsi, klimatik dan visual yang dihubungkan dengan apresiasi pengguna mengenai persepsi dan preferensinya terhadap kenyamanan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kondisi faktual ruang pedestrian kaitannya dengan faktor klimatik dan fisik; (2) Menganalisis persepsi dan preferensi pengguna ruang; (3) Menganalisis kualitas visual/keindahan; (4) Menganalisis hubungan persepsi dan preferensi dengan faktor-faktor kenyamanan klimatik, fisik dan visual/keindahan; dan (5) Menyusun rekomendasi terkait dengan kebijakan, pengelolaan dan perbaikan fisik untuk meningkatkan kenyamanan yang diharapkan oleh pengguna. Penelitian ini dilaksanakan di jalur pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta dengan total panjang ± 6200 meter. Penelitian dilaksanakan

5 mulai bulan Mei 2007 sampai dengan Oktober Metode penelitian terdiri atas beberapa analisis data yang meliputi: Analisis Klimatik, Analisis Kondisi Fisik, Analisis Visual/Scenic Beauty Estimation (SBE), Analisis Chi-Square (Persepsi dan Preferensi ), dan Analisis Kebijakan dan Pengelolaan. Secara umum, kondisi ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta saat ini sudah lebih baik melalui penataan pedestrian yang dituangkan dalam kebijakan peraturan daerah. Meskipun demikian, lanskap yang telah telanjur terbangun ini menyebabkan banyak menemui kendala dalam rangka mengoptimalisasi fungsi pedestrian yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kondisi fisik tapak yang masih mengganggu mobilisasi pengguna untuk mengakses ruang-ruang pada tapak. Kondisi ruang yang terbangun tersebut belum sepenuhnya mendukung kenyamanan klimatik, hal ini terlihat terutama pada kondisi puncak panas harian (antara pukul WIB), nilai THI lebih dari 26. Kondisi klimatik tersebut menyebabkan pengguna ruang masih memilih menggunakan kendaraan didalam mobilisasinya untuk berpindah titik atau lokasi di sepanjang jalur pedestrian ini, daripada berjalan kaki menggunakan jalur pedestrian. Hal ini mengindikasikan bahwa kenyamanan di dalam ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman belum sepenuhnya memenuhi keinginan pengguna ruang. Berdasarkan persepsi responden, kategori uji jenis pekerjaan sangat mempengaruhi latar belakang responden dalam mengapresiasikan persepsinya terhadap kondisi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman (41,18%). Hal ini sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka mencapai titik-titik atau ruang-ruang di dalamnya. Sedangkan preferensi responden menunjukkan bahwa kategori uji tingkat pendidikan (40%), jenis pekerjaan (36,67%) dan umur (33,33%) mempe-ngaruhi apresiasi keinginannya terhadap kondisi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Kenyataan ini memberikan kecenderungan yang lebih baik, artinya bahwa masyarakat sudah lebih sadar terhadap lingkungan terutama hubungannya dengan kebijakan-kebijakan publik. Menurut persepsi dan preferensi responden tersebut, kondisi fisik pedestrian merupakan faktor yang lebih dominan sebagai penunjang kenyamanan

6 beraktivitas pada ruang pedestrian. Sedangkan kenyamanan visual bukan merupakan faktor dominan sebagai penunjang kenyamanan. Meskipun demikian, untuk membentuk sebuah fasilitas publik yang baik maka hendaknya selain kenyamanan fisik fasilitas itu sendiri, kenyamanan visual harus juga diperhatikan. Kenyamanan visual pada tapak dapat dibentuk melalui kualitas visual yang tinggi. Kualitas visual tinggi, yang diinginkan oleh pengguna tapak adalah pemandangan yang memiliki karakteristik tatanan yang rapi dari pohon serta konfigurasi tanaman pada pedestrian dan di sekelilingnya, badan pedestrian yang cukup lebar sehingga memberikan kesan luas terhadap ruang tersebut. Selain itu, kesan nyaman dan teduh yang ditimbulkan bayangan gedung-gedung memberikan stimulus kepada pengguna ruang untuk bergerak leluasa dan pandangan yang luas serta menyeluruh. Kombinasi kenyamanan fisik/fungsi, klimatik dan visual tersebut merupakan unit yang menyatu di dalam sebuah lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Untuk ke depannya, kebijakan peren-canaan mengenai penataan pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman seharusnya mampu mengakomodasikan faktor-faktor kenyamanan tersebut. Melalui perencanaan yang lebih baik, hendaknya lanskap yang terbangun tidak hanya memiliki keberpihakan pada pemilik bangunan dan pengguna jalan, tetapi juga pada pejalan kaki. Peningkatan kenyamanan lebih diarahkan pada kenyamanan fisik/klimatik pedestrian, hubungannya dengan kemudahan pergerakan pengguna. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi iklim mikro (suhu, kelembaban, angin dan sinar matahari), peningkatan kualitas fisik pedestrian, dari bahan dan material serta disain serta penempatan dan kesesuaian kelengkapan dan perlengkapan jalan (street furniture). Sedangkan kenyamanan visual, sebagai faktor pendukung kenyamanan dapat dicapai melalui penataan yang rapi antara elemen-elemen lunak (softscape) seperti tanaman dan elemen keras (hardscape) yaitu perlengkapan (misalnya peralatan pengatur lalu-lintas, bangunan pelengkap jalan, aksesoris jalan dan penerangan) dan kelengkapan (marka jalan, patok penuntun/deliniator, patok kilometer, keping penggoncang, jembatan, ponton, patung, jam, papan iklan, dan lainnya) jalan.

7 @ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

8 STUDI ASPEK KENYAMANAN RUANG PEDESTRIAN DALAM RANGKA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGGUNAANNYA PADA KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN-JEND. SUDIRMAN JAKARTA MIMI RAHMIATI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Arsitektur Lanskap SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

9 Penguji Luar Komisi Ujian Tesis Dr. Ir. Aris Munandar, MS.

10 Judul Tesis : STUDI ASPEK KENYAMANAN RUANG PEDESTRIAN DALAM RANGKA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGGUNAANNYA PADA KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN-JEND. SUDIRMAN JAKARTA Nama : Mimi Rahmiati NRP : A Program Studi : Arsitektur Lanskap Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. Ketua Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS. NIP NIP Tanggal Ujian: 31 Juli 2009 Tanggal Lulus:

11 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamiin segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih, karunia, rahmat dan tuntunannya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tulisan tesis ini. Seiring dengan pembangunan perkotaan, hendaknya diiringi dengan kebijakan perencanaan fasilitas publik yang lebih baik dan menjamin kenyamanan bagi penggunanya. Tesis ini mengangkat apresiasi pengguna dalam bentuk persepsi dan preferensi pada ruang pedestrian jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Alasan pemilihan ruang pedestrian adalah masih kurangnya perhatian dari pemerintah daerah dalam merencanakan ruang pedestrian yang baik dan nyaman, padahal fasilitas ini memegang peranan penting terutama bagi para pejalan kaki bermobilisasi. Selain apresiasi pengguna, Tesis ini juga menganalisis kondisi fisik, mikro-klimatik, visual dan kebijakankebijakan yang terkait dengan ruang pedestrian. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor fisik memegang peranan terbesar dalam membentuk ruang pedestrian yang baik dan nyaman. Menurut pengguna, ruang pedestrian yang nyaman dicirikan dengan kondisi fisik pedestrian yang terawat baik, lebar dan didukung dengan kualitas pemandangan sekitar yang indah serta mampu memberikan keteduhan. Sedangkan pedestrian yang tidak terawat, sempit, pemandangan yang tidak baik dan panas, merupakan karakteristik yang tidak dikehendaki oleh pengguna. Oleh karena itu, dalam perencanaan di masa depan, diharapkan faktor fisik mendapat perhatian lebih besar dengan tetap mempertimbangkan aspek visual dan mikro-klimatik yang akan dibangun nantinya. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan bimbingan-bimbingannya didalam penyusunan tesis ini. 2. Suami dan kedua putri tercinta, yang memberikan dorongan moral yang luar biasa, doa dan motivasi sehingga menjadi inspirator bagi Penulis untuk menyelesaikan tesis ini. i

12 3. Bapak Drs. Yayat dan Ibu Dra. Sri Rahayu dari Dinas BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Bapak Ir. Budhiyakto dan Bapak Drs. Dodo Supendi dari Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta, yang telah membantu didalam menyediakan datadata sekunder dan pendukung selama proses penelitian. 4. Mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor dan Universitas Trisakti Angkatan Tahun 2003 dan 2004, selaku responden didalam penilaian aspek estetika tapak. 5. Responden studi persepsi dan preferensi, yaitu pengguna ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. 6. Teman, kolega, sahabat dan semua pihak yang telah membantu, baik melalui dorongan moral dan spiritual selama proses penelitian, penyusunan dan penulisan tesis ini. Kritik dan saran sangat diperlukan Penulis untuk memberikan wawasan berpikir yang lebih baik bagi kemajuan tulisan-tulisan selanjutnya. Atas perhatian semua pihak, Penulis mengucapkan terimakasih. Bogor, Agustus 2009 Penulis ii

13 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 16 Nopember 1961 di Jakarta, sebagai putri terakhir dari enam bersaudara pasangan Bapak Thabroni ZA (Alm) dan Ibu Khomsyah (Alm). Pendidikan Sarjana ditempuh di Universitas Trisakti Jakarta Fakultas Arsitektur Lanskap, lulus pada bulan Mei tahun Pada bulan Juli tahun 2004, Penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun 1994 Penulis diterima bekerja di Pemda Provinsi DKI Jakarta pada Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2000 Penulis cuti untuk mengikuti tugas suami ke Amerika Serikat dan pada Juli tahun 2001 kembali ke Jakarta. Penulis pernah menduduki jabatan Kepala Seksi Bina Peran Serta Masyarakat sampai tahun 2002, kemudian ditugaskan sebagai Kepala Seksi Perencanaan pada tahun 2003 sampai dengan tahun Pada tahun 2006 ditugaskan ke Suku Dinas Pertamanan Kotamadya Jakarta Utara pada Seksi Pengembangan Kawasan. Kemudian pada tahun 2009 Penulis dipindah kembali ke Seksi Perencanaan Suku Dinas Pertamanan Kotamadya Jakarta Pusat hingga sekarang. iii

14 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Permasalahan Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian Kerangka Pikir Penelitian... 5 II TINJAUAN PUSTAKA Perkotaan dan Ruang Terbuka Lanskap Pedestrian Pengertian Kriteria Teknis Ruang Pedestrian Vegetasi pada Jalur Pedestrian Kelengkapan dan Perlengkapan Jalan (Street Furniture) Rambu-rambu lalu lintas Lampu jalan Halte Utilitas Papan reklame Tempat duduk Telepon, kotak pos dan tempat sampah Sistem Sirkulasi dan Sistem Pedestrian Jenis Pedestrian Bahan Permukaan Pedestrian Persepsi dan Preferensi Kenyamanan Lanskap Kenyamanan Klimatik Kebyamanan Fisik Kenyamanan Visual Pendugaan Keindahan Pemandangan III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Tahap Pengumpulan Data Tahap Analisis Analisis Klimatik Analisis Kondisi Fisik iv

15 Analisis Visual/Scenic Beauty Estimation (SBE) Analisis Chi-Square (Persepsi dan Preferensi ) Analisis Kebijakan dan Pengelolaan Perumusan Rekomendasi IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lanskap Pedestrian Kebijakan dan Pengelolaan Persepsi dan Preferensi Analisis Persepsi Pengguna Analisis Preferensi Pengguna Analisis Aspek Kenyamanan Kenyamanan Klimatik Kenyamanan Fisik/Fungsi Kenyamanan Visual Analisis Integratif dan Rekomendasi V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

16 DAFTAR TABEL Halaman 1. Lebar trotoar berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki Aspek, jenis, bentuk dan sumber pengambilan data Karakteristik responden analisis persepsi dan preferensi Hasil uji Chi-Square persepsi responden Karakter hasil uji Chi-Square terhadap persepsi responden, pada materi kuisioner yang memiliki nilai α < 0, Hasil uji Chi-Square preferensi responden Karakter hasil uji Chi-Square terhadap preferensi responden, pada materi kuisioner yang memiliki nilai α < 0, Kondisi klimatik di wilayah Jakarta Pusat, bulan Januari-Oktober Indeks suhu dan kelembaban (THI) wilayah Jakarta Pusat Tahun Perbandingan hasil pengamatan suhu dan kelembaban relatif Hasil pengelompokkan nilai SBE berdasarkan kualitas estetika Hubungan antara aspek kenyamanan fisik/fungsi, klimatik, visual dengan persepsi dan preferensi pengguna ruang vi

17 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka pikir penilitian Jarak ruang yang dibutuhkan antar pejalan kaki di depannya Proses persepsi Peta lokasi penelitian Proses studi Elemen-elemen penyusun jalan (street furniture) Konfigurasi dan struktur bangunan di sepanjang lanskap Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman Konfigurasi blok dan grid lanskap Jalan M.H. Thamrin Konfigurasi blok dan grid lanskap Jalan Jend. Sudirman Beragam aktivitas pengguna lanskap Pedestrian yang sempit Persentase karakteristik responden yang saling terkait atau dependent dengan materi kuisioner persepsi Persentase karakteristik responden yang saling terkait atau dependent dengan materi kuisioner preferensi Pemandangan pedestrian di depan Gedung BPPT, Jalan M.H. Thamrin Kondisi fisik ruang pedestrian yang tidak nyaman bagi pejalan kaki Pendugaan nilai keindahan pemandangan (SBE) pada lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta Pemandangan-pemandangan lanskap pedestrian yang memiliki nilai SBE tertinggi Pemandangan-pemandangan lanskap pedestrian yang memiliki nilai SBE terendah Pembagian hasil pengelompokkan nilai SBE berdasarkan kualitas estetika Beberapa titik yang perlu segera mendapat perhatian dalam perbaikan fungsi pedestrian vii

18 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Format Kuesioner Studi Persepsi dan Preferensi Format Kuesioner Penilaian Pendugaan Keindahan Tabel 1 Nilai Z dan SBE masing-masing lanskap Gambar 1 Foto-foto lanskap yang memiliki nilai SBE tertinggi Gambar 2 Foto-foto lanskap yang memiliki nilai SBE terendah Gambar 3 Foto-foto hasil mountage untuk meningkatkan kualitas kenyamanan lanskap pedestrian viii

19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan di berbagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, kota secara dinamis akan terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang menunjang bagi kehidupan dan aktivitas warganya. Fasilitas umum yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama bagi pejalan kaki adalah ruang pedestrian. Karakteristik pedestrian yang baik, menurut Simonds (1983) adalah diibaratkan sebagai anak sungai, mengalir mengikuti alur dengan mempunyai sedikit hambatan. Menurut Brooks (1988), fungsi sistem pedestrian paling sedikit mempunyai dua aturan yang umum, yaitu ruang untuk berjalan kaki dan tempat untuk duduk. Sebagai tempat untuk berjalan, kondisinya beragam sesuai dengan penggunaan lahan yang disediakan dan kualitas lingkungannya. Kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman Jakarta, merupakan kawasan jalan yang banyak dilalui oleh pengguna jalan, termasuk pejalan kaki. Sejak awal tahun 1980 hingga awal tahun 2000, penyediaan fasilitas jalur sirkulasi di kawasan ini berupa ruang pedestrian, kurang memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh keterbatasan lahan yang digunakan untuk ruang pedestrian, kurangnya peneduh karena kurangnya vegetasi pohon dan kehadiran tiang jembatan penyeberangan orang (JPO) yang semakin mempersempit lebar badan jalur pedestrian. Hal lain yang menyebabkan kurang nyamannya ruang pedestrian di kawasan tersebut adalah ruang pedestrian mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai ruang bagi penempatan struktur-struktur lain (seperti papan iklan, perlengkapan dan kelengkapan jalan, dan lainnya) dan bagian layanan pejalan kaki tanpa didukung oleh lebar ruang pedestrian yang cukup. Pemikiran untuk memanusiakan lingkungan jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, secara konseptual muncul pada tahun 1981 dengan rencana penataan

20 2 kawasan oleh Dinas Pertamanan. Namun saat itu pekerjaan fisik khususnya prasarana dan utilitas kota masih tumpang tindih sehingga pembuatan jalur pedestrian sulit dilaksanakan. Gagasan penataan tersebut muncul kembali di tahun , tetapi karena munculnya gejolak kondisi ekonomi, politik dan sosial tahun 1997, menyebabkan perencanaan yang sudah disosialisasikan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta tertunda pelaksanaannya. Baru pada tahun 2002, setelah kondisi sosial, politik dan ekonomi mulai stabil, ide untuk mengembangkan pedestrian jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman kembali dimunculkan oleh Gubernur Sutiyoso hingga sekarang. Sejak tahun 2003 hingga sekarang, pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah berupaya membangun fasilitas ruang publik berupa ruang pedestrian di jalan M.H. Thamrin -Jend. Sudirman, Jakarta. Saat ini pembangunan jalur pedestrian di Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman, Jakarta telah selesai dengan panjang keseluruhan ± 6200 meter, lebar pedestrian bervariasi tergantung kesepakatan antara pemilik kavling dengan pemda DKI Jakarta (rata-rata ± 3 meter). Meskipun kondisi saat ini telah lebih baik daripada sebelumnya, masih terdapat permasalahan mengenai apresiasi pengguna ruang terutama dalam menunjang kenyamanan pengguna ruang, seperti kondisi fisik dan iklim mikro. Sebagai salah satu jalur jalan utama di ibukota negara, maka seharusnya jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, termasuk ruang pedestriannya, mampu merefleksikan sebuah ruang lanskap yang fungsional sebagai area mobilisasi, elemen estetika kota dan menunjang kenyamanan pengguna ruang. Sebagai sebuah sarana publik, seharusnya mampu mengakomodasikan keinginan pengguna ruang sehingga menciptakan kenyamanan yang optimal bagi pengguna ruang itu sendiri. Oleh karena itu, salah satu hal penting yang harus dikaji adalah aspek kenyamanan ruang pedestrian tersebut. Menurut Marsh (1991), kenyamanan dapat dibentuk melalui 2 hal, yaitu kenyamanan klimatik dan kenyamanan visual. Kenyamanan klimatik dihubungkan dengan kesesuaian faktor-faktor iklim mikro dalam mempengaruhi temperatur kulit dan persepsi manusia terhadap panas dan dingin, yaitu meliputi radiasi matahari, temperatur udara, angin dan kelembaban. Kenyamanan visual berhubungkan dengan aspek kesesuaian pemandangan yang

21 3 ditangkap oleh mata pengamat dengan lingkungannya melalui persepsi dan preferensi. Faktor lain yang sering ditambahkan sebagai penunjang kenyamanan yaitu kenyamanan fisik. Kenyamanan fisik berkaitan erat dengan aspek kesesuaian bentuk dan disain objek atau elemen-elemen yang dibangun terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya kesesuaian bangku taman, lampu-lampu taman, pedestrian, papan reklame dan infrastruktur lainnya. Kenyamanan fisik ini sering dikaitkan dengan konsep ergonomis, yaitu objek atau stuktur yang dibangun secara dimensional dan strukturalnya mengikuti kebutuhan gerak tubuh manusia penggunanya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat optimal dan nyaman untuk digunakan oleh penggunanya. Oleh karena itu, untuk membentuk sebuah ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman sebagai ruang publik yang nyaman, maka diperlukan studi mengenai faktor-faktor yang meliputi kenyamanan klimatik, kenyamanan visual dan kenyamanan fisik. Hasil ini memberikan rekomendasi bentuk-bentuk perbaikan pada tapak sebagai bahan pertimbangan perencanaan lebih lanjut ruang pedestrian yang selain mendukung keindahan kota, juga memberikan kenyamanan bagi penggunanya Rumusan Permasalahan Ruang pedestrian yang telah dibangun di sepanjang Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman saat ini, kurang berfungsi efektif. Hal ini dapat terlihat dari pengguna ruang masih memilih menggunakan kendaraan untuk berpindah tempat ke tempat lainnya, daripada menggunakan ruang pedestrian. Faktor kenyamanan diduga menjadi penyebab masih rendahnya apresiasi pengguna ruang. Kondisi iklim mikro yang tidak nyaman dan kualitas visual tapak yang rendah diduga merupakan faktor-faktor ketidak-nyamanan yang dominan ditemui di sepanjang Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Oleh karena itu, diperlukan analisis mengenai kondisi-kondisi yang terkait dengan aspek kenyamanan untuk membangun sebuah perencanaan ruang pedestrian yang efektif, fungsional dan nyaman bagi pengguna dan masyarakat di sekitarnya.

22 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kondisi faktual ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta kaitannya dengan faktor klimatik dan fisik. 2. Menganalisis persepsi dan preferensi pengguna ruang terhadap kenyamanan ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. 3. Menganalisis kualitas visual/keindahan sebagai faktor pendukung kenyamanan pada ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. 4. Menganalisis hubungan persepsi dan preferensi dengan faktor-faktor kenyamanan klimatik, fisik dan visual/keindahan. 5. Menyusun rekomendasi terkait dengan kebijakan, pengelolaan dan perbaikan fisik untuk meningkatkan kenyamanan, sehingga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta dan juga diharapkan dapat diterapkan pada lanskap pedestrian lainnya Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam perencanaan ruang pedestrian secara umum dan perencanaan atau pengembangan ruang pedestrian jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta Pusat yang berfungsi secara efektif karena memenuhi kebutuhan pengguna, baik dari faktor kenyamanan klimatik, fisik/fungsi maupun visual/keindahan Batasan Penelitian Aspek kenyamanan lanskap dianalisis berdasarkan faktor-faktor klimatik, fisik/fungsi dan visual/keindahan pada ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta Pusat sepanjang ± 6200 meter (tahun 2008) Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar tersebut diketahui bahwa kawasan jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta khususnya pada ruang pedestrian dapat berfungsi secara

23 5 efektif jika dirancang, dibangun serta dikelola dengan tujuan memenuhi kebutuhan kenyamanan penggunanya. Faktor kenyamanan mencakup faktor klimatik (iklim mikro), faktor fisik dan fungsinya serta faktor keindahan (visual). Evaluasi terhadap kondisi faktual faktor-faktor tersebut dan melihat hubungannya dengan persepsi dan preferensi pengguna serta dengan menganalisis kebijakan Pemerintah Provinsi/Pemerintah Kota ataupun sistem pengelolaannya, akan dapat disusun suatu usulan/rekomendasi perbaikan, baik secara fisik maupun dari aspek kebijakan atau pengelolaan. Perbaikan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh pengguna ruang.

24 6 KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN - JEND. SUDIRMAN, JAKARTA RUANG PEDESTRIAN ASPEK LANSKAP/RUANG ASPEK PENGGUNA ASPEK PENGELOLAAN/ KEBIJAKAN IKLIM MIKRO : - SUHU - KELEMBABAN - CURAH HUJAN - INTENSITAS CAHAYA - ANGIN ELEMEN FISIK RUANG : - LOKASI - AKSESSIBILITAS - FASILITAS& INFRASTRUKTUR - POHON/TANAMAN - KELENGKAPAN& KUALITAS DISAIN VIEW LANSKAP PERSEPSI DAN PREFERENSI KEBIJAKAN& PENGELOLAAN YANG DIPERLUKAN ANALISIS KENYAMANAN IKLIM ANALISIS KENYAMANAN FISIK ANALISIS VISUAL SBE ANALISIS CHI-SQUARE RUANG PEDESTRIAN YANG DIRANCANG DAN DIKELOLA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN KENYAMANAN PENGGUNA ANALISIS SECARA KOMPREHENSIF RUANG PEDESTRIAN SEBAGAI FASILITAS PUBLIK KOTA YANG DIMANFAATKAN SECARA LEBIH EFEKTIF Gambar 1 Kerangka pikir penelitian.

25 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkotaan dan Ruang Terbuka Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 tahun 1987, kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Menurut Simonds (1983), kawasan perkotaan adalah suatu bentuk lanskap buatan manusia yang yang terbentuk akibat aktivitas manusia dalam mengelola kepentingan hidupnya, sedang kota adalah sebuah pusat populasi yang besar dan padat dengan aktivitas ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan. Pertambahan penduduk, perkembangan kawasan permukiman dan industri serta pembangunan sarana dan prasarana transportasi menyebabkan terjadinya penurunan luas lahan pertanian dan vegetasi lain sebagai suatu konsekuensi yang logis, karena tuntutan kebutuhan masyarakat. Walaupun demikian, keputusan mengenai perubahan penggunaan lahan atau konversi lahan areal bervegetasi menjadi lahan terbangun memerlukan perencanaan yang logis pula, agar tidak terjadi dampak negatif, misalnya berkurangnya lahan pertanian produktif, erosi, kenaikan suhu permukaan dan udara, penurunan kualitas lingkungan dan degradrasi lahan, ketidaknyamanan hunian dan polusi akibat kegiatan industri. Berdasarkan masalah-masalah tersebut maka berkembang kepedulian masyarakat di daerah perkotaan untuk menciptakan lingkungan yang lebih nyaman, terutama dalam hal keleluasaan berinteraksi, baik sesama individu, kelompok maupun antar keduanya. Kemudian disusun perencanaan-perencanaan mengenai tata guna ruang dan pemanfaatannya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kelangsungan lingkungan di sekitarnya. Melalui pengembangan ruang-ruang binaan di lingkungan perkotaan tersebut, maka muncul konsepkonsep perencanaan ruang terbuka dan/ruang terbuka hijau yang ditujukan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat perkotaan dalam hal interaksi dan sebagai penunjang kenyamanan di dalam ruang perkotaan. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, ruang terbuka adalah ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk

26 8 area atau kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur tanpa bangunan diatasnya. Menurut Rob Rimer dalam Hakim dan Utomo (2003), bentuk ruang terbuka secara garis besar ada dua jenis, yaitu memanjang (koridor) dan membulat. Bentuk memanjang pada umumnya hanya mempunyai batas pada sisisisinya, seperti pada jalan dan sungai, sedangkan bentuk membulat pada umumnya mempunyai batas di sekelilingnya, seperti pada lapangan upacara, area rekreasi dan lapangan olah raga. Menurut Simonds (1983), ruang terbuka berhubungan langsung dengan penggunaan struktur sehingga dapat mendukung fungsi struktur tersebut. Sebagian besar masalah perkotaan merupakan masalah sosial. Penguasaan ruang kota oleh manusia merupakan salah satu bentuk perilaku utama manusia modern. Fungsi ruang terbuka menurut Hakim (1991) adalah sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat yang lain, pembatas jarak antara massa bangunan dan pelembut arsitektur bangunan. Lebih lanjut Simonds (1983) menjelaskan bahwa, karakteristik dan kelangsungan hidup suatu kota sebagian besar ditentukan oleh pengaturan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dalam Rencana Umum Tata Ruang DKI Jakarta , disebutkan bahwa RTH mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Proteksi lingkungan Fungsi pengamanan ruang terbuka hijau adalah (i) mencegah pengikisan air laut dan kemungkinan meluasnya abrasi pantai (ii) mencegah meluapnya air sungai, waduk dan kanal. 2. Pemanfaatan Aspek pemanfaatan ruang terbuka hijau sangat luas, diantaranya ruang terbuka hijau diperuntukkan sebagai sarana penelitian, sarana olahraga dan rekreasi, kawasan untuk resapan air, sarana pengungsian pada saat bencana alam, sarana penampung luapan air di sepanjang sungai dan kesegaran kota serta halaman yang dinikmati setiap penghuninya. 3. Produksi Fungsi produksi ini berkaitan dengan penggunaan ruang terbuka hijau oleh pengelolanya, diantaranya sebagai daerah pertanian, perikanan, peternakan

27 9 atau kehutanan dan kegiatan jasa yang berkaitan dengan aktivitas rekreasi dan wisata. 4. Kelestarian Fungsi kelestarian ruang terbuka hijau mencakup dua aspek, yaitu (i) nilai-nilai alam dan sosial-budaya seperti lingkungan bersejarah, cagar budaya dan sumberdaya langka, dan (ii) lingkungan yang dilestarikan dan dipertahankan sebagai areal terbuka dengan kehidupan asli Lanskap Pedestrian Pengertian Lanskap merupakan ruang di sekeliling manusia, mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan (Eckbo, 1964). Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap apabila dipandang dari setiap tempat ternyata mempunyai karakterkarakter lanskap tertentu yang terbentuk secara alami. Karakter ini terbentuk karena adanya kesan harmoni dan kesatuan dari elemen yang ada di alam, seperti bentuk suatu lahan, formasi batuan, vegetasi dan binatang. Derajat harmoni atau kesatuan dari elemen-elemen lanskap tidak hanya diukur dari kesan yang menyenangkan yang ditimbulkan, tetapi juga dari segi keindahan. Menurut Simonds (1983), pedestrian adalah yang diibaratkan sebagai anak sungai, mengalir mengikuti alur dengan mempunyai sedikit hambatan. Dalam kaitannya dengan pedestrian, yang perlu diperhatikan adalah jalur pedestrian. Menurut Nurisjah dan Qodarian (1995), pada umumnya jalur pedestrian direncanakan hanya sebagai jalur pejalan kaki, dan jalur ini dapat dikembangkan menjadi suatu sistem sirkulasi pedestrian yang indah, menyenangkan, nyaman dan tak terasa panjangnya bila berjalan diatasnya. Caranya yaitu dengan memanfaatkan topografi dan pemandangan alami serta pemandangan yang menarik lainnya sehingga membentuk suatu visualisasi bentuk perjalanan yang menarik Kriteria Teknis Ruang Pedestrian Terkait dengan ruang pedestrian, Harris dan Dines (1988) menjelaskan tentang kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian, diantaranya adalah : 1. Kriteria dimensional Kriteria dimensional ruang pedestrian dapat dilihat pada Gambar 2.

28 10 1,8 m A (Tempat umum) 2,8 3,6 m B (Tempat belanja) 4,6 5,5 m C (Berjalan Normal) > 10,6 m D (Jalan santai) Gambar 2 Jarak ruang yang dibutuhkan antar pejalan kaki di depannya sesuai lokasi (Harris dan Dines, 1988). 2. Kriteria pergerakan Faktor kecepatan pergerakan akan menurun bila jumlah pejalan kaki meningkat, ada persimpangan dan naik atau turun tangga. 3. Kriteria visual Kriteria atau persyaratan visual (pemandangan) disesuaikan dengan tinggi mata dan sudut pandang pejalan kaki dan nyaman untuk melihat pada pandangan normal setinggi mata (misalnya untuk penempatan rambu-rambu lalu-lintas). Harris dan Dines (1988) juga menjelaskan tentang standar ruang untuk pedestrian, yaitu : 1. Lebar a. Lebar jalur pedestrian tergantung pada tujuan dan intensitas pemakaian b. 1 orang = 24 inchi (60 cm) dengan lebar minimum jalan setapak = 4 ft (120 cm). c. Memperhatikan kelengkapan dan perlengkapan jalan (street furniture). 2. Kemiringan a. Longitudinal, dengan dasar pertimbangan kebiasaan atau kemudahan bergerak dan tujuan desain. 1) Ideal : 0-3% 2) Maksimum : 5% 3) Tergantung iklim : 5-10%

29 11 4) Untuk ramp : 1,5-8% b. Transversal 1) Minimum tergantung material : 1% 2) Ideal rata-rata : 3% 3) Maksimum untuk drainase baik : 3% 3. Perhitungan dimensi untuk lebar pedestrian VxM Lebar jalan (W) = S Keterangan : V = Volume (orang/menit) M = Modul ruang (ft 2 /orang) S = Kecepatan berjalan (ft/menit) Vegetasi pada Jalur Pedestrian Carpenter et. al. (1975), mengemukakan bahwa kehadiran tanaman di lingkungan perkotaan memberikan suasana alami. Tanaman mempengaruhi penampakan visual yang kita lihat. Secara umum di dalam lanskap, pohon merupakan sebuah elemen utama. Secara individual maupun berkelompok, pohon-pohon dapat memberikan kesan yang berbeda-beda jika dilihat dari jarak yang berbeda-beda pula. Pada jarak dekat, daun, batang pohon dan cabang-cabang dapat dilihat secara jelas. Jika dilihat dari jarak menengah puncak-puncak pohon terlihat membentuk seperti garis. Jarak ini merupakan bagian yang penting dalam lanskap karena memberkan kesan kedalaman yang kuat, perubahan secara halus dalam pencahayaan dan perspektif. Bila dilihat dari jarak jauh, perbedaan ketinggian dari puncak-puncak pohon tidak dapat dinikmati, biasanya dari jarak ini pohon digunakan sebagai latar belakang. Tujuan dari penanaman vegetasi tepi jalan adalah untuk memisahkan pejalan kaki dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan (Lynch, 1981). Dalam usaha mencapai kesatuan atau unity didalam pengaturan penanamannya perlu diperhatikan pemilihan jenis tanamannya terutama untuk jalur pedestrian. Menurut Department of Transport of British (1986), vegetasi tidak seharusnya menghalangi jalan dan harus dipangkas secara teratur. Ditegaskan menurut Chaniago (1980) dalam Widjayanti (1993) pemilihan pohon harus memperhatikan karakteristiknya seperti :

30 12 1. Akar, harus cukup kuat untuk menahan vibrasi yang disebabkan oleh kendaraan yang lewat. Jenis yang digunakan sebaiknya tidak mempunyai akar yang menembus aspal dan beton sehingga kerusakan utilitas dapat dihindari. 2. Batang dan cabang, cukup elastis dan kuat untuk mencegah roboh dan rusaknya pohon akibat tiupan yang kencang. 3. Naungan, yang sangat berhubungan dengan penetrasi radiasi matahari sehingga temperatur udara di sekitar jalur pedestrian menurun. Dalam pemilihan jenis pohon menurut Arnold (1980), tinggi dan diameter tajuk merupakan hal yang paling penting diperhatikan oleh arsitek lanskap. Pada beberapa tempat, ketinggian percabangan pohon yang nyaman berjalan di bawahnya berkisar dari 2,4 4,5 meter. Pergerakan kendaraan membutuhkan kejelasan pandangan sehingga diperlukan pohon peneduh jalan dengan ketinggian percabangan minimum 4,5 meter. Pohon berukuran kecil (5,5 10,5 meter) dapat digunakan sebagai tirai (screening) dan seringkali tepat digunakan sebagai pohon tingkat bawah untuk menambah tekstur dan warna Kelengkapan dan Perlengkapan Jalan (Street Furniture) Harris dan Dines (1988) mengartikan kelengkapan dan perlengkapan jalan (street furniture) secara kolektif sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan atau streetscape untuk kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi pengguna jalan. Elemen-elemen ini harus merefleksikan karakter dari lingkungan setempat dan menyatu dengan sekitarnya Rambu-rambu lalu lintas Ketinggian penempatan rambu lalu lintas pada sisi jalan minimum 1,75 meter dan maksimum 2,65 meter, sedangkan untuk lokasi fasilitas pedestrian minimum 2 meter dan maksimum 2,65 meter (Keputusan Menteri Perhubungan No. 63 tahun 1993) Lampu jalan Menurut Harris dan Dinnes (1988), penerangan jalan bertujuan untuk mengakomodasikan pergerakan yang aman bagi pejalan kaki dan kendaraan. Dalam pergerakan, pemakai jalan dapat dibantu orientasinya untuk mengenal zona yang berbeda dari penggunaan suatu tapak melalui hirarki efek penerangan yang

31 13 tepat. Hirarki penerangan terlihat dari perbedaan jarak, ketinggian dan warna cahaya lampu yang digunakan. Penerangan juga harus cocok secara fungsional dan dalam skala yang sesuai baik bagi pejalan kaki maupun jalur kendaraan. Untuk penerangan jalur pejalan kaki dapat digunakan lampu dengan ketinggian relatif agar memberikan skala manusia dan menerangi kanopi bawah dari pohon tepi jalan. Sifat penerangan untuk jalur pedestrian sebaiknya tidak seragam sepanjang jalan dan distribusi pencahayaan harus mencapai 2 meter agar penglihatan ke arah pejalan kaki lain tetap jelas Halte Harris dan Dinnes (1988) mengemukakan bahwa persyaratan untuk halte bus adalah memiliki kebebasan pandangan ke arah kedatangan kendaraan baik dalam posisi berdiri maupun duduk di halte dan zona perhentian bus harus merupakan bagian dari jaringan akses pejalan kaki. Didalam Keputusan Menteri Perhubungan No. 65 tahun 1993 juga disebutkan bahwa fasilitas halte harus dibangun sedekat mungkin dengan fasilitas penyeberangan pejalan kaki. Halte dapat ditempatkan di atas trotoar atau bahu jalan dengan jarak bagian paling depan dari halte sekurang-kurangnya 1 meter dari tepi jalur lalu lintas. Persyaratan struktur bangunan memiliki lebar minimal 2 meter, panjang 4 meter dan tinggi bagian atap paling bawah minimal 2,5 meter dari lantai Utilitas Elemen yang termasuk dalam utilitas meliputi hidran, boks kabel telepon, listrik, penutup saluran bawah gril penutup pohon dan lain-lain. Secara ideal, tempat pejalan kaki seharusnya relatif bebas dari penutupan utilitas. Jika tidak memungkinkan, penutup utilitas dapat dimasukkan sebagai bagian dari pola lantai keseluruhan (Harris dan Dinnes, 1988) Papan reklame Papan reklame merupakan elemen informasi, dalam peletakannya memerlukan pengaturan yang sesuai. Menurut Simonds (1978), pengontrolan peletakan papan reklame diperlukan untuk melindungi pemandangan menarik (vista) dan pemandangan yang ada serta mempertahankan kualitas jalan dan lingkungan sekitarnya. Salah satu cara untuk mengontrol adalah dengan

32 14 mengelompokkan berbagai informasi dan ditempatkan pada titik lain yang mudah terlihat. Standar jarak dalam Harris dan Dinnes (1988) untuk letak papan informasi ini dimasukkan sebagai zona penglihatan yang dibedakan untuk jarak tangkap setinggi mata. Dalam kondisi berdiri, jarak pandangan setinggi mata berkisar 1,4 1,8 meter dan dalam kondisi duduk dalam kendaraan berkisar 1 1,2 meter Tempat duduk Prinsip disain tempat duduk harus menekankan kenyamanan, bentuk dan detail yang sederhana, mudah dipelihara, tahan lama dan mencegah kemungkinan perusakan (vandalisme). Peletakan tempat duduk sebaiknya terlindung dari gangguan angin kencang, menempati lokasi yang memiliki pemandangan (view) yang bagus, terletak di luar jalan sirkulasi serta memberikan pilihan kepada pengguna jalan seperti terbuka di bawah cahaya matahari, teduh, tempat yang tenang, tempat beraktivitas, formal dan informal. Pemilihan dan peletakan elemen tempat yang tenang, tempat yang tenang, tempat beraktivas, formal dan informal. Pemilihan dan peletakan elemen tempat duduk harus disesuaikan dengan elemen lainnya agar menyatu dengan lingkungan sekitarnya (Harris dan Dinnes, 1988) Telepon, kotak pos dan tempat sampah Elemen-elemen ini harus ditempatkan pada lokasi yang mudah terlihat dan mudah dicapai. Telepon dapat ditempatkan pada halte bus atau tempat tertentu untuk memudahkan pemakaian, demikan juga dengan kotak pos dapat diletakkan pada lokasi yang memudahkan pengangkutan. Tempat sampah untuk menjaga kebersihan setiap jalan atau ruang terbuka umum dan dapat diletakkan pada tempat yang ramai dilalui orang (Harris dan Dinnes, 1988) Sistem Sirkulasi dan Sistem Pedestrian Harris dan Dines (1988) memberikan pembagian secara umum sistem sirkulasi menjadi dua kategori, yaitu sistem yang telah memiliki struktur dasar dan yang tidak ada sirkulasi sebelumnya. Pada sistem yang telah ada, proyek terutama berhubungan dengan peningkatan estetik dari sistem sirkulasi yang telah diperlengkapi berbagai kenyamanan (amenity). Untuk sistem yang baru, pertama kali harus direncanakan sesuai dengan usulan titik awal dan titik tujuan jalan serta

33 15 memiliki lebar yang cukup untuk diakomodasikan bagi beban lalu lintas pejalan kaki (pedestrian) terutama pada periode puncak penggunaan. Sebagai bagian dari proses perencanaan, aspek estetik dari sistem yang diusulkan harus dipelajari dan diintegrasikan dengan aspek fungsionalnya. Aspek fungsional yang penting dalam sistem pedestrian adalah kenyamanan yang diberikan kepada pejalan kaki. Dalam Kodariyah (2004) dijelaskan bahwa sistem pedestrian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Kelongggaran, sistem ini memberikan kebebasan perancangan yang tinggi karena sistem ini memanfaatkan kemampuan manusia/pejalan dalam membelok pada sudut-sudut tajam, berubah arah dan berhenti. 2. Fleksibilitas, perancang harus dapat memberikan arah aliran/pergerakan menuju lokasi-lokasi yang diinginkan. 3. Berkecepatan rendah, terdapat hierarki intensitas penggunaan, misalnya melebar pada lokasi yang padat dan menyempit pada lokasi lalu lintas yang ringan. 4. Skala kecil, luas ukuran dari sirkulasi berskala manusia. Semua pengguna jalan menggunakan kegiatan berjalan untuk satu atau lebih tahap dari setiap perjalanannya, untuk jarak yang relatif dekat lebih disesuaikan untuk menggunakan kakinya dan lebih dari 60% perjalanan dengan jarak kurang dari 1,5 km menggunakan kaki. Tetapi jarang sekali pejalan kaki di daerah urban yang melakukan kegiatan berjalan kaki lebih dari 3 km (Departemen of Transport of British, 1986). Selanjutnya aktivitas pejalan kaki dapat dibedakan antara pejalan kaki yang hanya mempunyai kepentingan mencapai dari satu titik ke titik lain dan pejalan kaki yang mempunyai kepentingan lain atau mempunyai karakter rekreasi. Pada beberapa tempat footway juga digunakan sebagai tempat bermain, berkumpul ataupun bercakap-cakap. Semua aspek ini harus dipertimbangkan dalam mendesain fasilitas pedestrian. Pada beberapa tempat, panjang jalan yang khusus, aktivitas pejalan kaki yang memberikan tingkat pengalaman yang tinggi merupakan hal yang diutamakan dalam skema membuat pedestrian. Skema ini biasanya digunakan pada daerah perbelanjaan, dapat pula menguntungkan pada daerah perkantoran dan daerah konservasi atau daerah lain yang keadaan lingkungannya sangat berharga.

34 16 Menurut Brooks (1988), fungsi sistem pedestrian paling sedikit mempunyai dua aturan yang umum, yaitu ruang untuk berjalan kaki dan tempat untuk duduk. Sebagai tempat untuk berjalan, kondisinya beragam sesuai dengan penggunaan lahan yang disediakan dan kualitas lingkungannya. Tujuan perencanaan sistem pedestrian sebaiknya menfokuskan pada : 1. Pengembangan dari sistem pedestrian yang fungsinya sebagai penghubung dan memberikan pengalaman yang menyenangkan. 2. Desain dari sistem pedestrian yang disesuaikan dengan konteks lingkungan sekitarnya yang telah ada. 3. Desain dari sistem pedestrian yang ada sesuai secara skala. 4. Desain dari jalur yang dapat meningkatkan sense of place dari tapak tersebut. Persyaratan ukuran lebar trotoar atau jalur pejalan kaki berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki (Departemen Perhubungan, 1993), dapat dilihat dalam Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Lebar trotoar berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki No Lokasi Trotoar Jalan di daerah perkantoran atau kaki lima Daerah perkantoran utama Daerah industri : a. Jalan primer b. Jalan akses Di wilayah pemukiman a. Jalan primer b. Jalan akses Jumlah Pejalan Kaki/Detik/Meter 6 orang 3 orang 2 orang 1 orang Sumber : Departemen Perhubungan (1993) Lebar Trotoar Minimum (m) ,75 2 2,3 5,0 1,5 2,3 0,9 1,5 0,6 0,9 Hal-hal yang harus dipertimbangkan di dalam rancangan atau modifikasi sistem pedestrian adalah (Kodariyah, 2004) : 1. Permukaan, permukaan pedestrian harus stabil dan kuat dan tekstur relatif rata tetapi tidak licin dan sambungan harus dibuat sekecil mungkin.

35 17 2. Tempat istirahat, terdapat pada tempat-tempat tertentu sangat menyenangkan dan membantu para pejalan kaki, terutama bagi para cacat fisik sehingga membuat perjalanan kaki yang jauh menjadi terasa lebih ringan. 3. Kemiringan, untuk pedestrian kemiringan maksimal 5% sedangkan ukuran idealnya dalah 0-3%. 4. Penerangan, sangat dibutuhkan untuk keamanan, kenyamanan dan estetika. 5. Pemeliharaan. 6. Ramp, perubahan permukaan pedestrian dari suatu ketinggian menuju ketinggian yang berbeda dapat menimbulkan persoalan bagi orang cacat fisik. Untuk memudahkan pergerakan dibuat suatu ramp dengan permukaan yang tidak boleh licin. Kemiringan ramp ini maksimal adalah 17%. 7. Struktur drainase, faktor drainase air perlu diperhatikan agar pedestrian tidak tergenang air pada saat hujan. 8. Ukuran, lebar trotoar berbeda menurut jumlah dan jenis lalu lintas yang melaluinya. Lebar minimum adalah 4 kaki (1,2 meter) Jenis Pedestrian Harris dan Dines (1988) membedakan pedestrian menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Pedestrianisasi penuh (Full pedestrianitation) Dengan menghilangkan/melarang semua kendaraan bermotor untuk sepanjang waktu, terkecuali untuk pemeliharaan tapak, full pedestrianitation biasanya menghilangkan badan jalan untuk kendaraan dan menjadikan jalan secara kontinyu ditutupi oleh paving dengan tekstur permukaan yang konsisten. Pedestrian ini membutuhkan jalan terdekat sebagai akses lokal jalur bus/angkutan umum. Dengan ditiadakannya kendaraan bermotor maka dibutuhkan sekali suatu desain yang sangat baik, untuk mencapai daerah pedestrian ini harus menberikan kesan yang jelas bahwa kendaraan akan memberikan gangguan terhadap lingkungan pejalan kaki. Contohnya adalah pedestrian street dan pedestrian mall yang biasanya terdapat di daerah komersial dan ditujukan untuk kenyamanan berbelanja. 2. Pedestrianisasi sebagian (Partial pedestrianitation) Dengan mengurangi jenis kendaraan bermotor, terutama kendaraan pribadi, daerah ini diprioritaskan untuk kepentingan pejalan kaki. Jalur pejalan kaki

36 18 diperbesar dan jalur kendaraan bermotor diperkecil maksimum dua jalur. Kendaraan pribadi biasanya dilarang masuk terkecuali angkutan umum, taksi dan bus. Laju kendaraan dibatasi pada kecepatan tertentu. 3. Pedestrian distrik Dibuat dengan menghilangkan lalu lintas kendaraan dari sebagian daerah perkotaan, dengan mempertimbangkan alasan adanya unit arsitektural, komersial maupun sejarah. Kota-kota di Eropa seringkali menggunakan jenis ini karena sesuai dengan kondisi daerah pusat kota yang bersejarah Bahan Permukaan Pedestrian Bahan permukaan pedestrian yang biasa digunakan menurut McDowel (1975) dalam Kodariyah (2004) adalah batu, bata, cetakan beton dan batu kerikil. Setiap bahan-bahan ini mempunyai karakter yang membuatnya sesuai untuk suatu situasi. Hampir semua batu dengan bagian atas datar, dapat digunakan untuk perkerasan pedestrian. Batu merupakan bahan alami yang paling disukai, karena salah satu sifatnya yang mempunyai daya tahan lama. Beberapa jenis yang biasa digunakan adalah sebagai berikut (Kodariyah, 2004): 1. Jenis sedimen seperti batu pasir, batu coklat, batu biru dan batu kapur. Jenis tersebut merupakan jenis yang lunak, sehingga mudah dipotong dan dibentuk, tetapi mudah berubah warnanya dan terpengaruh oleh perubahan cuaca karena karakternya yang berpori. 2. Bentuk metamorfik dari batu kapur adalah keramik, yang lebih keras, kuat, mudah dipahat dan diasah, dan sangat sering digunakan karena pola dan keindahannya. 3. Bentuk metamorfik dari batu tulis (shale) adalah tipis, keras, dan merupakan batu yang kuat serta bervariasi mulai dari warna abu-abu hingga hitam, disamping beberapa jenis yang berwarna merah. 4. Bentuk batu karang api adalah granit, yang keras dan jelas sangat kuat. Warnanya berkisar mulai dari keputihan sampai abu-abu tua, dengan beberapa jenis yang memiliki warna agak merah muda. Batu jenis ini dapat dipahat dan dipotong dalam banyak bentuk dan ukuran. Jenis ini tahan terhadap goresan dan cuaca.

37 19 5. Batu vulkanik memiliki karakter warna gelap dan terbatas dalam penggunaan dengan ukuran terpecah-pecah. Hal ini menjadikannya tidak praktis untuk dipahat. Batu ini digunakan seperti jenis batuan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jenis batu ini tidak berbentuk, tajam dan berbahaya untuk kulit. 6. Batuan jenis kecil, jenis batu keras seperti trap rock. Batuan ini mudah dibentuk dan sangat berguna sebagai bahan dasar beton, lapisan dasar perkerasan, alas untuk kandang, dan sebagainya. Bata dapat memberikan kontribusi yang menarik antara barat dan timur. Bata ini bersifat hangat, bernuansa tanah, cenderung berwarna coklat, permukaannya kasar dan bentuknya tidak rata. Bata dengan warna tua, yang berbunyi apabila saling berbenturan, biasanya lebih kuat, merupakan unit yang terbakar dengan baik, dan dapat dipastikan lebih tahan pecah. Bata dapat digunakan untuk semua tipe untuk membentuk perkerasan yang baik atau bisa dikombinasikan dengan batu alami. Batas standar yang dirancang untuk sambungan 3/8 inci adalah bata dengan tebal 2-1/4 inci, lebar 3-5/8 inci dan panjang 7-5/8 inci. Cetakan beton tidak mempunyai penampilan yang alami dari batu, tetapi bisa dikombinasikan dengan bata untuk membentuk pedestrian yang bagus, sebagai perkerasan. Batu kerikil memiliki beberapa keuntungan di luar bahanbahan permukaan untuk pedestrian. Batu kerikil untuk pedestrian relatif murah, sederhana untuk dipasang, dan mudah untuk dipelihara. Batu kerikil mengering dengan cepat. Baik pada waktu hujan atau ada siraman air akan menggenang, dengan kata lain, batu kerikil mempunyai permukaan yang tidak nyaman dan lambat. Terdapat tiga kriteria yang mempengaruhi pemilihan perkerasan, yaitu (Steven, 1991 dalam Kodariyah, 2004) : 1. Kegunaan Hal yang pertama dipikirkan adalah kegunaan dari dibuatnya perkerasan baik untuk jalan kendaraan, pedestrian ataupun patio. Ketiga hal ini dapat diakomodasi sesuai dengan kondisinya, dapat dilihat sebagai tiga hal yang terpisah dari teknik konstruksi dan bahan permukaan yang berbeda. Permukaan dari bahan perkerasan juga berpengaruh pada tujuan penggunaan

38 20 area, tekstur perkerasan penting untuk pejalan kaki, juga mempunyai dampak pada kecepatan pergerakan. Perkerasan dengan tekstur yang tidak licin, lebih digemari karena dapat menjamin keamanan pejalan kaki, biasanya dipakai di area sekitar display elemen air, atau tempat berbahaya. Perkerasan dengan tekstur yang lebih kasar dipakai di tepian sungai atau pada jalur dengan kemiringan cukup tajam. 2. Estetika Pedestrian yang dibuat dengan mengikuti tema yang sangat sederhana atau sebaliknya dapat dibuat dengan sangat rumit dengan tujuan untuk menarik perhatian. Kombinasi yang dirancang secara cermat terutama menyangkut perubahan warna dan tekstur sangat membantu dalam menciptakan kesan kontras, variasi dan juga skala yang diinginkan. Mengenali keragaman jenis material berikut variasi tekstur dan warnanya sangat perlu mengingat untuk area yang luas, agar tidak terkesan monoton, dapat pula dipilih tema yang berbeda untuk masing-masing bagian tapak. 3. Biaya Pemilihan material juga tergantung pada biaya yang akan dikeluarkan, jumlah tenaga manusia yang tinggi dibutuhkan dalam pemasangan bata, batu dan perkerasan pracetak, mengakibatkan biaya untuk jenis perkerasan ini menjadi tinggi. Penggunaan pola yang sulit dan keterbatasan tenaga kerja terlatih bisa menambah rumit masalah pembiayaan selanjutnya. Menurut Reisig (1995) dalam Kodariyah (2004), area perkerasan dapat mempunyai dampak lingkungan yang berarti, karena perkerasan dapat mengganggu keseimbangan dari sistem air. Untuk tapak-tapak dimana banyak menggunakan tanaman, maka pemilihan perkerasan dianjurkan agar mempertimbangkan tingkat porositasnya, agar air dapat merembes masuk mencapai ke akar tanaman. Apabila dipilih perkerasan yang tidak poros, maka dianjurkan agar di sekeliling tanaman diberi ruang 1 m 2 untuk menjamin perolehan air dari tapak sekitarnya.

39 Persepsi dan Preferensi Persepsi adalah suatu gambaran, pengertian serta interpretasi seseorang mengenai suatu objek, terutama bagaimana orang tersebut menghubungkan informasi ini dengan dirinya dan lingkungan dimana ia berada (Porteous, 1977). Menurut Allport (1962), persepsi seseorang terhadap lingkungan tergantung kepada seberapa jauh suatu objek membuat arti terhadap dirinya. Persepsi juga melibatkan derajat pengertian kesadaran, suatu arti, atau suatu penghargaan terhadap objek tersebut. Menurut Lime dan Stanley (1971) persepsi berhubungan dengan suatu proses dimana individu menerima informasi dari lingkungan sosial ataupun fisik, kemudian menafsirkan dalam pengalaman dan sikapnya. Persepsi bukanlah proses yang pasif tetapi proses yang aktif dari suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, dan merupakan suatu pencapaian (Hilgard, 1978). Persepsi masyarakat menurut Porteous (1977) dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dari dalam diri dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indera pada proses melihat, merasakan, mencium aroma, mendengar, dan meraba. Faktor-faktor tersebut kemudian dikombinasikan dengan faktor eksternal, yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial, yang kemudian menjadi suatu respon dalam bentuk tindakan. Menurut Brockman dan Merriem (1973), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah jenis kelamin dan umur, latar belakang kebudayaan, pendidikan, pekerjaan, asal/tempat tinggal, status ekonomi, waktu luang, dan kemampuan fisik dan intelektual. Menurut Grilick dalam Porteous (1977), semakin tinggi pendidikan seseorang, maka persepsinya akan semakin baik. Sedang menurut Tood (1987), persepsi seseorang akan ruang tergantung pada ukuran usia dan latar belakang budaya, suasana pikiran, pengalaman-pengalaman masa lalu dan pengharapanpengharapannya. Proses yang melandasi persepsi menurut Boedojo, et al. (1986) berawal dari adanya informasi dari lingkungan. Tidak semua informasi diterima dan disadari oleh individu, melainkan diseleksi berdasarkan orientasi nilai yang dimilikinya dan juga pengalaman pribadi (Gambar 3). Kekurangan yang melekat pada informasi, begitupun bagian-bagian yang kabur, dilengkapi sendiri oleh individu,

40 22 baik melalui imajinasi maupun pikiran dan nalar untuk memperoleh suatu keutuhan dan kebulatan yang bermakna. Keseluruhan informasi yang telah membulat menjadi sesuatu yang utuh, kemudian diberi tafsiran (interpretasi, makna) antara lain atas dasar orientasi nilai dan pengalaman pribadi individu. Keluaran keseluruhan proses ini ialah penghayatan. Antara seleksi, pembulatan dan tafsiran terjadi hubungan ketergantungan, namun ciri khas individualnya diperoleh dari orientasi nilai dan pengalaman pribadi. Preferensi adalah kecenderungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang lain. Menurut Porteous (1977), studi perilaku individu dapat digunakan oleh ahli lingkungan dan para desainer untuk menilai keinginan pengguna (user) terhadap suatu objek yang akan direncanakan. Dengan melihat preferensi dapat memberikan masukan bagi bentuk partisipasi dalam proses perencanaan. ORIENTASI NILAI BUDAYA DAN PENGALAMAN INFORMASI PERSEPSI SELEKSI INTERPRETASI PENGUKUHAN PEMBULATAN SUBYEKTIF Gambar 3 Proses persepsi (Boedojo, et al., 1986). Porteous (1977) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara preferensi dan sikap. Sikap selalu melibatkan preferensi yang merupakan komponen yang mempengaruhi sikap. Preferensi juga dihubungkan dengan kepuasan akibat dari penilaian persepsi yang berulang-ulang Kenyamanan Lanskap Menurut Marsh (1991), kenyamanan dapat dibentuk melalui 2 hal, yaitu kenyamanan klimatik dan kenyamanan visual. Kenyamanan klimatik dihubungkan dengan kesesuaian faktor-faktor iklim mikro dalam mempengaruhi temperatur kulit dan persepsi manusia terhadap panas dan dingin, yaitu radiasi

41 23 matahari, temperatur udara, angin dan kelembaban. Sedangkan kenyamanan visual dihubungkan dengan kesesuaian pemandangan yang ditangkap oleh mata pengamat terhadap lingkungannya melalui persepsi dan preferensi. Kedua bentuk kenyamanan di atas pada suatu lingkungan tidak dapat terbentuk secara spontan, melainkan merupakan interaksi antara objek-objek dalam lanskap dan elemen klimatik. Apabila terbentuk keselarasan dan keseimbangan antara-antara faktorfaktor tersebut, maka kenyamanan lingkungan dapat terciptakan. Faktor lain yang sering ditambahkan sebagai penunjang kenyamanan yaitu kenyamanan fisik. Kenyamanan fisik berkaitan erat dengan kesesuaian bentuk dan disain objek atau elemen-elemen yang dibangun terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya kesesuaian bangku taman, lampu-lampu taman, pedestrian, papan reklame dan infrastruktur lainnya. Kenyamanan fisik ini sering dikaitkan dengan konsep ergonomis, yaitu objek atau stuktur yang dibangun secara dimensional dan strukturalnya mengikuti lekuk tubuh manusia penggunanya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat optimal dan nyaman untuk digunakan oleh penggunanya Kenyamanan Klimatik Faktor-faktor iklim mikro yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu, radiasi matahari, kelembaban nisbi dan angin. Kenyamanan menurut Albert dalam Hakim (1991) adalah kenikmatan atau kepuasan di dalam melaksanakan aktivitasnya. Menurut Tood (1987), seseorang yang terbiasa dengan iklim tropis akan merasa nyaman pada suatu zona yang beberapa derajat lebih hangat dari suhu efektif maksimum yang secara nyaman dialami seseorang dari Inggris. Menurut Laurie (1986), standar kelembaban bagi kenyamanan manusia dalam beraktivitas berkisar antara 40% - 70%, dengan temperatur antara 15 0 C 27 0 C. Sehingga pada kisaran itu disebut sebagai comfort zone atau zona kenyamanan, yaitu zona atau kisaran dimana temperatur/suhu dan kombinasinya dengan kelembaban, seusai dengan kenyamanan manusia. Kenyamanan manusia bergantung pada faktor yang berdampak pada temperatur kulit dan persepsi terhadap panas dan dingin. Temperatur optimal bagi tubuh manusia yaitu 37 0 C. Perpindahan energi ini pada saat kondisi ekstrim dapat

42 24 menciptakan sengatan radiasi atau hipotermia. Tubuh menetralkan panas lewat metabolisme, oleh karena itu panas harus dieliminasi. Panas dieleiminasi tubuh melalui: radiasi, konveksi dan evaporasi. Energi panas diradiasikan oleh manusia ke lingkungannya. Terdapat dua cara perubahan radiasi, yaitu jika lingkungan lebih dingin daripada tubuh, radiasi akan hilang dari tubuh dan kondisi dingin akan tercipta. Kedua, jika lingkungan lebih panas maka radiasi akan menuju pada tubuh. Panas juga berpindah melalui konveksi, jika udara lebih dingin daripada kulit atau pakaian, transport konvektif panas akan menuju udara. Pendinginan evaporatif yaitu hilangnya panas melalui proses pernafasan dan kontak dengan udara. Penurunan kelembaban dan meningkatnya kecepatan angin akan meningkatakan pendinginan evaporatif. Pepohonan, semak dan rumput menyamankan temperatur udara pada lingkungan perkotaan melalui kontrol radiasi. Dedauanan menerima, memantulkan, menyerap dan mentransimisikan radiasi. Efektifitasnya bergantung pada kerapatan dan bentuk daun serta pola percabangan. Pepohonan dan vegetasi lainnya juga berfungsi memberikan kenyamanan melalui proses evapo-transpirasi. Alasan utama mempertimbangkan iklim mikro di dalam disain lanskap adalah untuk menciptakan habitat yang nyaman bagi manusia. Terutamanya, sebuah lanskap tidak akan dipakai oleh manusia apabila tidak mendukung sebuah lingkungan yang nyaman secara termal (Brown and Gillespie, 1995). Aliran energi yang menuju dan keluar dari seseorang dapat dinilai dan keseimbangan yang dihasilkan dapat diestimasi bagaimana kenyamanan seseorang dalam sebuah iklim mikro tertentu. Tujuan dari perencanaan yaitu menciptakan lanskap yang berinteraksi dengan atmosfer menghasilkan iklim mikro, dimana manusia memiliki keseimbangan budget energi mendekati nol (tidak kepanasan dan kedinginan) Kenyamanan Fisik Kenyamanan pengguna dalam beraktivitas di ruang lanskap tidak terlepas oleh kenyamanan fisik ruang itu sendiri. Kenyamanan fisik muncul karena fasilitas-fasilitas atau struktur yang dibangun di dalam ruang tersebut, termasuk faktor tanaman. Kelengkapan fasilitas atau struktur tersebut tergantung ruang lanskapnya, misalnya pada lanskap jalan, fasilitas yang melengkapinya antara

43 25 lain: jalur pedestrian, halte dan tempat tunggu, rambu-rambu jalan, papan iklan dan street furniture lainnya. Sedangkan pada lanskap taman, fasilitas penunjang kenyamanan fisik antara lain: jogging track, bangku dan meja taman, lampu taman, badan-badan air buatan (seperti air mancur, kolam, danau atau situ buatan), shelter, playground untuk anak-anak dan lainnya. Fasilitas atau struktur bangunan yang dibuat tersebut harus mengikuti standar-standar dimensi manusia penggunanya. Kenyamanan fisik ini sering dikaitkan dengan konsep ergonomis, yaitu objek atau stuktur yang dibangun secara dimensional dan strukturalnya mengikuti lekuk tubuh manusia penggunanya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat optimal dan nyaman untuk digunakan oleh penggunanya. Sebagai contoh pada lanskap jalan, fasilitas atau struktur bangunan yang dibuat harus sesuai dengan dimensi manusia penggunanya, seperti lebar jalur pedestrian disesuaikan volume pengguna (rendah, sedang, tinggi) dan karakter penggunaannya (berjalan di tempat umum, berjalan di tempat belanja, berjalan normal atau berjalan santai). Selain dimensi/ukuran pedestrian juga perlu diperhatikan mengenai bahan perkerasannya, disain dan pola, sudut kemiringan dan lainnya. Sehingga fasilitas atau struktur jalur pedestrian tersebut secara fungsional mampu mengakomodasikan pergerakan pengguna secara nyaman. Hal ini juga berlaku pada fasilitas/struktur atau street furniture lainnya pada lanskap jalan tersebut, halte dibangun berdasarkan potensi volume pengguna yang akan menggunakannya, standar ergonomi manusia yang nyaman untuk duduk, kesesuaian peletakan pada konsentrasi pengguna. Rambu-rambu jalan, papan petunjuk, papan iklan dibuat sesuai dengan sudut ketinggian dan jarak pandang mata, dimensi dan disainnya tidak mengganggu pemandangan dan standar teknis lainnya. Salah satu objek lanskap lain yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk kenyamanan fisk melalui modifikasi iklim mikro, yaitu vegetasi. Vegetasi memiliki peranan besar dalam memodifikasi elemen-elemen iklim mikro dalam lingkungan, baik radiasi matahari, temperatur udara, angin dan kelembaban. Vegetasi baik secara individu atau soliter maupun dalam suatu konfigurasi memiliki nilai penting di dalam menciptakan kenyamanan.

44 26 Konfigurasi pohon-pohon menciptakan naungan, keindahan dan keuntungankeuntungan lainnya Kenyamanan Visual Kenyamanan visual dihubungkan dengan kesesuaian pemandangan yang ditangkap oleh mata pengamat terhadap lingkungannya melalui persepsi dan preferensi. Pohon dan semak baik secara individu maupun kelompok dapat membentuk keindahan pada seluruh susunan. Keindahan dapat muncul dari garis, bentuk, warna dan tekstur yang tampak. Pepohonan dan semak membingkai pemandangan, memperhalus garis-garis arsitektural, meningkatkan dan melengkapi elemen-elemen arsitektural, menyatukan elemen-elemen yang beragam dan menciptakan suasana alami. Sedang keindahan menurut Hakim (1991) merupakan hal yang perlu diperhatikan sekali dalam hal penciptaan kenyamanan karena hal tersebut dapat mencakup masalah kepuasan batin dan panca indera. Pemandangan sebagian besar didasarkan pada estetika (buatan manusia), tetapi pada beberapa hal juga berhubungan dengan konservasi dan preservasi. Pemandangan yang merupakan suatu karya seni dalam lanskap (karya seni alam) lebih bersifat artifisial, yang memandang alam bukan sebagai suatu totalitas tetapi hanya memandang sebagian atau relatif jarang memperhatikan. Bentuk pengartikulasian lingkungan oleh seseorang dilakukan melalui hubungan langsung dengan alam dan selalu mengobservasinya. Persepsi kita merupakan dasar utama bagi fungsi penglihatan. Perwujudan ruang atau spasial dicapai melalui jarak pada elemen yang terhalang oleh pandangan. Perwujudan ruang dicapai melalui tekstur dan naungan. Pepohonan dan semak membentuk dinding dan kanopi pada lanskap dan bersama dengan komponen arsitektural lainnya dapat digunakan untuk mendekatkan, mengisi, membingkai, mengubungkan, memperluas, mengurangi dan mengartikulasi ruang eksterior. Perilaku estetika manusia tergantung pada tingkat ketidaktertarikan dan jarak konsepsi yang diartikan dalam asumsi-asumsi terhadap objek. Tindakan ini dibagi menjadi model objek, model lanskap atau pemandangan, dan model lingkungan. Bentuk dari tindakan tersebut akan mempengaruhi penilaian

45 27 seseorang terhadap karya seni hubungannya dengan lanskap, sejauh mana orang tersebut mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan gaya-gaya alam yang diterimanya termasuk model atau objek (baik artifisial atau alami). Manusia membuat objek menjadi sebuah karya seni (alam), yang merupakan wujud metafora alam, objek atau model lanskap, unit, totalitas terbatas atau karya spasial, dimana seseorang bergerak. Daniel dan Booster (1976) mengungkapkan bahwa, sentimen dan pernyataan-pernyataan publik yang memerlukan pertimbangan estetika dan konsekuensi tak terukur lainnya terhadap tata guna lahan publik harus dipertimbangkan. Keindahan pemandangan lanskap adalah salah satu sumberdaya alami yang paling penting. Dari beberapa sumberdaya yang kita pakai, dipreservasi dan dicoba untuk dikembangkan, keindahan pemandangan (scenic beauty) telah terbukti merupakan sumberdaya yang paling sulit untuk dihitung dengan objektif secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena keindahan hanya secara parsial didefinisikan oleh karakteristik lingkungan dan tergantung pada penilaian manusia Pendugaan Keindahan Pemandangan Menurut Daniel dan Booster (1976), keindahan pemandangan lanskap merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting walaupun secara obyektif keindahan pemandangan sulit untuk diukur. Namun pendekatan yang bisa mendukungnya bahwa keindahan pemandangan lanskap tidak hanya ditentukan oleh karakteristik lingkungan dan kekayaan lanskapnya saja namun sebagian besar ditentukan oleh penilaian manusia. Lebih lanjut Daniel dan Booster (1976) juga mengemukakan, bahwa pendugaan keindahan dapat menggunakan metode pengukuran keindahan pemandangan (scenic beauty) yang ditentukan oleh penilaian responden sebagai persepsi manusia terhadap suatu lanskap. Menurut Dharmawandhani (1997), penilaian responden sebagai pengguna tapak merupakan partisipasi dari masyarakat umum untuk memberikan tanggapan kepada perencana (planner), karena pendapat dari responden sebagai masyarakat umum digunakan dalam pembentukan kebijaksanaan atau keputusan dalam perencanaan suatu lingkungan.

46 28 Scenic Beauty Estimation (SBE) merupakan metode yang menyediakan ukuran secara kuantitatif dari suatu hal yang disukai keindahannya terhadap alternatif sistem manajemen lanskap alam. SBE menunjukkan arti keefektifan dan keobjektifan dari keputusan scenic beauty dari lanskap alam secara umum dan juga menduga konsekuensi keindahan dari alternatif tata guna lahan. Scenic beauty diartikan sebagai keindahan alami, estetik lanskap atau sumber pemandangan untuk memecahkan kemonotonan (Daniel dan Booster, 1976).

47 III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur pedestrian kawasan Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta (Gambar 4). Jalur pedestrian pada Jalan M.H. Thamrin yang diamati adalah sisi Timur (T) dan Barat (B) dari Air Mancur Bank Indonesia sampai dengan Jembatan Dukuh Atas, sedangkan pada Jalan Jenderal Sudirman yang diamati adalah sisi Timur (T) dan Barat (B) dari Jembatan Dukuh Atas sampai Tugu Api Nan Tak Kunjung Padam, dengan total panjang ± 6200 meter. Pengamatan dan pengukuran dilaksanakan mulai bulan Mei 2007 sampai dengan Oktober Analisis dan penyelesaian studi dilakukan hingga Juli PETA DKI JAKARTA A KETERANGAN : B C A B C D E F : Air Mancur BI : Bunderan HI : Jembatan Dukuh Atas : Fly-Over Semanggi : Kompleks Gelora Bung Karno : Tugu Api Nan Tak Kunjung Padam : Lokasi Studi A C : Jl. M.H. Thamrin C F : Jl. Jend. Sudirman D E F meter Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

48 Metode Penelitian Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey lapang, studi dokumentasi/pustaka dan wawancara. Data yang dikumpulkan meliputi data mengenai aspek fisik ruang, aspek kepuasan pengguna dan aspek kebijakan dan pengelolaan, baik berupa data primer yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara ataupun data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka. Pendalaman teori sesuai tujuan dan ruang lingkup studi. Penetapan lokasi studi: - Jalur pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta Pusat. - Panjang area studi ± 6200 meter, melintang Selatan- Utara, dengan area studi di sisi Barat-Timur. Tahap Pra-Survey Pengambilan data primer dan sekunder mengenai kondisi tapak. Tahap Survey/ Pengumpulan Data Aspek Fisik Ruang Aspek Kepuasan Pengguna Aspek Kebijakan dan Pengelolaan Iklim : - Umum; - Mikro: Suhu; Kelembaban. Elemen Fisik : - Aksessibilitas; - Lebar pedestrian; - Disain paving; - Bahan perkerasan; - Street furniture; - Vegetasi; - Elemen lainnya. Kualitas Visual : View di dalam ruang pedestrian. Data mengenai Persepsi dan Preferensi - Kebijakan-kebijakan terkait penyediaan dan pengelolaan ruang pedestrian. - Pengelola dan pengelolaan ruang pedestrian. Kondisi Klimatik Kondisi Fisik/Fungsi Kualitas Visual (SBE) Chi Square : Persepsi dan Preferensi Deskriptif : - Dukungan; - Kendala. Analisis dan Sintesis Analisis keterkaitan antara aspek fisik dan aspek kenyamanan pengguna (kenyamanan klimatik, fisik dan visual). Saran kebijakan dan pengelolaan Rekomendasi perencanaan dan pengelolaan ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta Pusat. Gambar 5 Proses studi. Data mengenai aspek fisik ruang terdiri atas data iklim (umum dan mikro), elemen fisik (aksessibilitas, lebar pedestrian, disain paving, bahan perkerasan, street furniture, vegetasi dan elemen fisik lainnya), serta data mengenai visual,

49 31 yaitu pemandangan (view dalam ruang pedestrian). Aspek kepuasan pengguna diperoleh melalui data persepsi dan preferensi pengguna ruang dengan cara membagikan kuisioner mengenai faktor-faktor kenyamanan dalam ruang pedestrian. Sedangkan aspek kebijakan dan pengelolaan terdiri atas kebijakankebijakan yang terkait dengan penyediaan dan pengelolaan ruang pedestrian, serta hal-hal yang terkait dengan pengelola dan usaha-usaha pengelolaannya. Untuk lebih jelasnya, proses dan langkah-langkap metode yang dipergunakan pada studi ini dapat dilihat pada Gambar 5 di atas. Adapun jenis data, bentuk data dan sumber pengambilan data pada masingmasing aspek dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Aspek, jenis, bentuk dan sumber pengambilan data Aspek Jenis Data Bentuk Data Sumber Pengambilan Data Kondisi Umum Lokasi tapak Aksessibilitas Letak, luas dan batasbatas Bappeda dan lapang Bappeda dan lapang Fisik Ruang Iklim Umum Mikro Elemen Fisik Aksessibiltas Lebar pedestrian Disain paving Bahan perkerasan Street furniture Vegetasi Elemen lainnya Visual View dalam ruang Data iklim Data suhu dan kelembaban bulanan, tahun Akses dan jaringan jalan Lebar pedestrian Detail disain/site plan Bahan perkerasan Inventarisasi perlengkapan dan kelengkapan jalan (lampu penerangan jalan, tempat sampah, pagar, jembatan penyeberangan, sarana komunikasi, kios, shelter, bangku, dan lainnya) Jenis dan pola penanaman Inventarisasi lapang dan data sekunder Dokumentasi foto BMKG, Bappedalda dan lapang BMKG, Bappedalda dan lapang Bappeda dan lapang Bappeda, Dinas Pertamanan dan Lapang Bappeda, Dinas Pertamanan dan Lapang Bappeda, Dinas Pertamanan dan Lapang Lapang Bappeda, Dinas Pertamanan dan Lapang Bappeda, BMKG, Dinas Pertamanan dan Lapang Lapang Kepuasan Pengguna Karakteristik, persepsi dan preferensi Karakteristik, persepsi dan preferensi terhadap kenyamanan ruang Lapang (kuisioner dan wawancara) Kebijakan dan Pengelolaan Peraturan yang berlaku Keputusan, aturan dan RUTR Jakarta Pusat Bappeda dan instansi/dinas terkait

50 Tahap Analisis Analisis Klimatik Menurut Brown and Gillespie (1995), iklim mikro berkaitan erat dengan rasa nyaman, suhu yang nyaman. Suhu yang nyaman dapat diwujudkan dengan memahami (1) unsur-unsur iklim mikro (angin, temperatur udara) yang dapat mempengaruhi kenyamanan suhu pada manusia; (2) unsur-unsur lanskap (tanaman, air) yang mempengaruhi iklim mikro. Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan air di udara. Pada kelembaban udara yang cukup tinggi, NO 2 di udara dapat bereaksi dengan massa air membentuk HNO 3, dan unsur S bereaksi dengan O 2 membentuk SO 4, yang akhirnya SO 3 bereaksi dengan massa air membentuk H 2 SO 4 (Purnomohadi, 1995). Temperature Humidity Index (THI) merupakan suatu indeks untuk menetapkan kenyamanan secara kuantitatif dengan mengkombinasikan suhu dan kelembaban relatif udara (Nieuwolt, 1977), dengan rumus: THI = 0,8 Ta + (RH x Ta ) / 500 Keterangan: THI = indeks kenyamanan Ta = suhu udara ( O C) RH = kelembaban relatif udara (%) Analisis Kondisi Fisik Kondisi fisik area studi yang terdiri atas aksessibilitas, lebar pedestrian, disain paving, bahan perkerasan, street furniture, vegetasi dan elemen fisik lainnya dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan secara faktual kondisikondisi yang ada pada saat ini. Kondisi faktual yang ditemukan di lapang akan dibandingkan kesesuaiannya dengan standar-standar dimensi ruang dan ilmu Arsitektur Lanskap. Hal ini sangat penting, untuk melihat sejauh mana kondisi fisik yang telah terbangun saat ini memberikan dampak dan kesan yang nyaman bagi penggunanya. Fasilitas atau struktur bangunan yang dibuat tersebut harus mengikuti standar-standar dimensi manusia penggunanya. Kenyamanan fisik ini sering dikaitkan dengan konsep ergonomis, yaitu objek atau stuktur yang dibangun secara dimensional dan strukturalnya mengikuti lekuk tubuh manusia

51 33 penggunanya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat optimal dan nyaman untuk digunakan oleh penggunanya Analisis Visual/Scenic Beauty Estimation (SBE) Aspek bio-fisik yaitu visual, dianalisis dengan SBE. Metode SBE terdiri dari tiga langkah utama, yaitu penentuan titik pemotretan, presentasi foto dan analisis data hasil survey (Daniel dan Booster, 1976). Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penentuan Titik dan Pemotretan Proses menentukan titik dan pemotretan dimulai dengan survey lapang terlebih dahulu. Penentuan titik ini dilakukan di sepanjang jalur pedestrian pada Jalan M. H. Thamrin (sisi timur dan barat sejak Air Mancur Bank Indonesia hingga Jembatan Dukuh Atas) dan Jalan Jenderal Sudirman (sisi timur dan barat sejak Jembatan Dukuh Atas hingga Tugu Api Tak Kunjung Padam). Jarak antara titik satu dengan yang lain adalah 200 meter. Menurut Dharmawadhani (1997), titik pandang 200 meter merupakan jangkauan relatif mata normal untuk melihat pemandangan hingga batas titik maksimum (tidak terlihat) terhadap objek dalam lanskap. Setelah penentuan titik pemotretan selesai baru dilakukan pemotretan. Tujuan pemotretan adalah untuk mendokumentasikan pemandangan lanskap pedestrian kawasan jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman yang nantinya akan dinilai oleh publik. Pada tiap titik dilakukan pemotretan sebanyak dua kali, yaitu arah Utara dan Selatan dengan pengambilan foto dalam bentuk panorama. Tinggi pemotretan adalah setinggi mata manusia (150 cm) dan sejajar dengan arah pandangan normal. Foto lanskap hasil dokumentasi lapang sebanyak 128 foto, yang kemudian dilakukan seleksi oleh pakar (komisi pembimbing) dihasilkan sebanyak 50 foto. Foto-foto ini yang kemudian dijadikan sebagai bahan presentasi kuesioner kualitas visual. Dalam tahap ini alat dan bahan yang digunakan adalah kamera digital, kompas dan tripod kamera. 2. Presentasi Foto Terhadap foto yang terseleksi terlebih dahulu dilakukan editing untuk mengurangi bias akibat pengaruh cuaca, sehingga diharapkan foto yang

52 34 dipresentasikan pada responden memiliki kualitas gambar yang sama. Selanjutnya foto dipresentasikan dengan menggunakan LCD Projector. Presentasi foto merupakan tahap penilaian lanskap oleh responden. Jumlah total responden adalah 59 orang, yang diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu mahasiswa Arsitektur Lanskap dari Institut Pertanian Bogor (45 orang) dan Universitas Trisakti (14 orang). Menurut Daniel dan Booster (1976), mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang dianggap peduli dan kritis terhadap lingkungan sekitarnya. Sebelum dilakukan presentasi foto, terlebih dahulu responden diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, cara mengisi kuisioner, cara melihat dan menilai foto. Setiap foto disajikan dengan waktu ± 8 detik. Responden menilai setiap foto dengan cara memberi bobot dari skala 1 sampai 10 pada kuisioner (Daniel dan Booster, 1976). Presentasi 2 foto pertama merupakan foto contoh, sebagai gambaran mengenai ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Sebelum memasuki pemutaran foto utama, responden diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Setelah seluruh foto dipresentasikan, tahap terakhir dari presentasi foto ini adalah pengisian biodata responden dan komentar bebas mengenai ruang pedestrian tersebut. 3. Analisis Data Data yang diperoleh diolah secara statistik untuk mendapatkan nilai SBE pada setiap titik pemotretan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan nilai z, dengan rumus sebagai berikut : Zij = (Rij Rj)/Sj Keterangan : Zij : standar nilai Z untuk penilaian ke-i dari pengamatan ke-j Rj : rata-rata dari seluruh penilaian pengamat ke-j Rij : nilai ke-i dari pengamat ke-j Sj : standar deviasi dari seluruh pengamat ke-j Perhitungan nilai Z pada kasus ini dilakukan secara tabulasi untuk setiap pemandangan lanskap. Nilai Z total untuk setiap titik pemotretan merupakan hasil rata-rata nilai Z dua pemandangan. Nilai Z yang dihasilkan digunakan sebagai standar penilaian untuk menduga keindahan pemandangan (Nilai SBE). Nilai SBE diperoleh dengan rumus :

53 35 SBEx = (Z LX Z LS ) x 100 Keterangan : SBEx : nilai SBE pemandangan ke-x Z LX : nilai rata-rata Z pemandangan ke-x : nilai rata-rata Z pemandangan yang digunakan sebagai standar. Z LS Setelah diperoleh nilai SBE, dilakukan analisis secara deskriptif untuk mengevaluasi setiap pemandangan Analisis Chi-Square (Persepsi dan Preferensi ) Aspek sosial, yaitu persepsi dan preferensi pengguna (user), dianalisis dengan Chi-Square dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu dengan memilih responden yang sering atau pernah berinteraksi dengan lokasi penelitian, sebagai pengguna (user) ruang pedestrian pada tapak. Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 250 eksemplar kepada responden yang dipilih secara acak pada titik-titik tempat pengambilan sampel yang telah ditentukan (pusatpusat aktivitas, halte dan kantor). Dari jumlah tersebut, sebanyak 215 kuisioner (86%) yang dikembalikan. Sedangkan validitas data dari 215 kuisioner tersebut berkisar antara 76,7% - 100%. Selain mengajukan kuisioner, juga dilakukan wawancara secara langsung (indepedent interview) dengan responden untuk memperoleh informasi yang lebih detil berkaitan dengan ruang pedestrian pada tapak (misalnya kondisi, bentuk dan fasilitas-fasilitas penunjang kenyamanan yang diinginkan). Penyebaran kuisioner dilakukan pada hari kerja dan hari libur dengan waktu pada pagi, siang dan sore hari. 2. Analisa Data Data persepsi dan preferensi pengguna (user) terhadap kenyamanan ruang pedestrian pada tapak dipersentasekan terhadap jumlah masing-masing pilihan dalam kuisioner atau bersifat independen karena responden dapat menjawab dengan lebih dari satu pilihan jawaban. Kemudian data yang diperoleh dianalisa dengan uji Chi-Square.

54 36 Menurut Santoso (2002), uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan diantara dua variabel tertentu atau tidak. Uji ini dilakukan dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan α = 0,05. Menurut Suharjo dan Siswadi (1999), dari uji ini diketahui nilai uji Pearson chisquare. Bila nilai uji Pearson chi-square > 0,05 maka antar kategori yang diuji tidak saling terikat (bebas), dapat diartikan bahwa besarnya frekuensi (nilai) profil pada satu kategori tidak dipengaruhi oleh profil pada kategori lainnya. Sedang bila nilai uji Pearson chi-square < 0,05 maka antar kategori yang diuji saling terkait, dapat diartikan bahwa besarnya frekuensi (nilai) profil pada satu kategori dipengaruhi oleh profil pada kategori yang lainnya. Rumus analisis uji Chi-Square yang digunakan adalah sebagai berikut (Johnson and D.W. Wichern, 1988): ( Oij Eij) X 2 = ij Eij Keterangan : X 2 = Chi-Square O ij = jumlah pilihan jawaban pada kolom i sampai baris j E ij = nilai harapan pada kolom i dan baris j Analisis Kebijakan dan Pengelolaan Aspek legal/kebijakan dan pengelolaan yaitu kebijakan pemerintah dianalisis secara deskriptif. Di dalam analisis ini mencakup kebijakan-kebijakan yang terkait dengan penyediaan dan pengelolaan ruang pedestrian, serta tanggung jawab pemerintah daerah di dalam usaha-usaha pengelolaannya. Berdasarkan analisa deskripsi tersebut, maka akan dapat dirumuskan hal-hal yang memungkinkan atau mendukung pengembangan ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman menuju ke arah perbaikan, sekaligus menganalisis kendala atau hambatan yang menyertainya Perumusan Rekomendasi Berdasarkan hasil-hasil analisis, maka dapat diketahui potensi dan kendala pengembangan tapak yang bisa dijadikan sebagai bahan-bahan pertimbangan dalam menyusun konsep ruang pedestrian pada kawasan Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman. Sehingga diharapkan konsep ruang yang terbentuk, mampu 2

55 37 mengakomodasikan kepentingan pengguna ruang (user) dan membentuk sebuah ruang yang memiliki kenyamanan tinggi serta selaras dengan kondisi lingkungan perkotaan.

56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lanskap Pedestrian Lanskap Jalan M.H. Thamrin dan Jend. Sudirman, Jakarta adalah salah satu contoh lanskap jalan yang sangat dinamis, baik elemen penyusun dan aktivitas yang terjadi di dalamnya. Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman merupakan salah satu jalan utama di ibukota yang dapat dijadikan sebagai path kota Jakarta. Berbagai golongan masyarakat sangat berkepentingan dengan lanskap ini, baik sebagai jalur mobilitasnya dan/ atau sebagai tempat aktivitasnya. (a) (b) (c) (d) Gambar 6 Elemen-elemen penyusun jalan (street furniture): (a) halte; (b) telepon umum; (c) shelter; (d) jembatan penyeberangan. Pada tahun 2003, pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun fasilitas ruang publik berupa ruang pedestrian di Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Saat ini pembangunan jalur pedestrian di Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman, Jakarta telah selesai dengan panjang keseluruhan ± 6200 meter, lebar

57 39 pedestrian bervariasi tergantung kesepakatan antara pemilik kavling dengan pemda DKI Jakarta (rata-rata ± 3 meter). Jalur pedestrian di Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman ini merupakan jalur pedestrian pertama yang dibangun di Jakarta yang cukup lengkap fasilitas dan elemen-elemen penunjangnya. Fasilitas-fasilitas yang telah dibangun antara lain: pedestrian, tanda-tanda jalan, lampu jalan, jembatan pemyeberangan, shelter, halte dan lainnya, termasuk vegetasi tepi jalan (Gambar 6). Lanskap koridor Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman dibentuk oleh jajaran gedung-gedung bertingkat tinggi, sehingga koridor ini berkesan masif dan artifisial. Lanskap ini memberikan pemandangan efek visual berupa bayangan bangunan dan secara struktural memberikan ruang binaan yang berkesan kokoh, serta mempersempit dimensi pergerakan manusia yang melewatinya (Gambar 7). Gambar 7 Konfigurasi dan struktur bangunan di sepanjang lanskap Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman. Setiap blok dan grid dalam lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman memiliki karakteristik yang relatif seragam, yaitu konfigurasi bangunan-bangunan masif berupa gedung-gedung bertingkat tinggi. Oleh karena itu, setiap titik pengamatan (vantage point) akan memperlihatkan karakteristik yang relatif sama, tetapi yang cukup khas yaitu setiap titik pengamatan akan memperlihatkan karakter gedung yang berbeda-beda. Konfigurasi blok dan grid kawasan Jalan M.H. Thamrin dapat dilihat pada Gambar 8. Sedangkan konfigurasi blok dan grid kawasan Jalan Jend. Sudirman dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah.

58 40 BAN NK INDONESIA PLAZA INDONESIA HOTEL INDONESIA PT. NUSA ANTARA PLAZA R REALTY TANAH KOSONG KEDUBES GEDUNG PBB (UNDP) JEPANG K SURYA CHANDRA BANK GEDUNG JAYA MENAR RA THAMR RIN ATD PLA AZA GEDUNGDEPARTEMEN BPPT AGAMA RI S/D JEMBATAN DUKUH ATAS PT. MANDARIN HOTEL KEDUBES INGGRIS GEDUNG WISMA MENARA BII PERMATA OIL KOSGORO PLAZA CENTER R P WISMA NUSANTARA PT. HOTEL NIKKO KEDUBES PERANCIS PT. SARINAH HOTE EL MENARA BANK DKI AN CAKRAWALA SARI PA TANAH PASIF FIC SKY KOSONG BUILDING BDN (BANK MANDIRI) BA ANK RA AMA BANGKOK MIGAS BANK DEPARTEMEN ENERGI ENERGI DAN SUMBER DAYA ALAM mbar 8 Konffigurasi blokk dan grid lannskap Jalan M M.H. Thamrrin. Gam (a) (b) G Gambar 9 K Konfigurasi blok b dan grid lanskap Jaalan Jend. Suudirman, (a) sejak jemb batan Dukuhh Atas hinggga fly oveer Semangggi, (b) sejak k fly over S Semanggi hinngga bunderran Patung Api A Tak Kunj njung Padam. Aktiviitas yang terjadi t padaa tapak ini lebih didoominasi oleh h aktivitas p perkantoran yang banyaak terdapat di sepanjan ng jalan ini. Pada jam-jjam masuk k kantor (pagii hari), istiraahat (siang hhari) dan sellesai kantor (sore hari), lalu lintas p pada jalan inni mengalam mi peningkattan jumlah pengguna p jalaan. Fasilitas halte pada k kawasan jallan ini dibanngun cukup baik dengaan jarak anttar halte ± meter,

59 41 meskipun demikian hal ini tidak cukup mampu mengatasi kepadatan tersebut, sehingga menimbulkan berbagai masalah lalu-lintas, seperti yang terlihat pada Gambar 10 di bawah ini. (a) (b) (c) Gambar 10 Beragam aktivitas pengguna lanskap, (a) halte Ratu Plaza, (b) dan (c) pedestrian di depan Sarinah Plaza Kebijakan dan Pengelolaan Berdasarkan SK Gubernur No. 72 tahun 2003 tentang penataan pedestrian di kawasan Jalan M.H. Thamrin, Instruksi Gubernur No. 169 tahun 2003 tentang penataan pedestrian di Kawasan Jalan M.H. Thamrin dan SK Gubernur No. 48 tahun 2005 tentang penataan pedestrian di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, maka dibuatlah nota kesepakatan antara Pemda DKI yang diwakili oleh Dinas Pertamanan, dengan pemilik kavling di sepanjang Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, mengenai lebar pedestrian kawasan jalan ini. Oleh karena itu, lebar pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman beragam, tergantung kesepakatan. Rata-rata lebar pedestrian yang direncanakan ± 3 meter. Meskipun demikian, pada

60 42 beberapa titik lebar pedestrian sangat sempit, hal ini menyebabkan ketidaknyamanan pergerakan pengguna yang melalui titik tersebut, misalnya di depan Bangkok Bank dan Bank Indonesia (Gambar 11). (a) (b) Gambar 11 Pedestrian yang sempit (a) Bangkok Bank; (b) Bank Indonesia. Meskipun beberapa kebijakan dan peraturan-peraturan telah dibuat untuk menunjang kenyamanan para pengguna jalan, khususnya pejalan kaki di lanskap Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, berdasarkan pengamatan lapang, hal itu belum sepenuhnya berjalan efektif. Seperti lebar pedestrian yang sempit pada beberapa titik, efektivitas fungsi elemen-elemen street furniture dalam menunjang kenyamanan belum dapat mengakomodasikan kepentingan pejalan kaki dalam bermobilisasi. Penempatan struktur seperti jembatan penyeberangan orang (JPO), tiang-tiang lampu, bollard masih mengganggu pergerakan pengguna. Elemenelemen lain seperti papan-papan iklan, penunjuk jalan dan rambu lalu-lintas kurang memperhatikan standar dimensi dan ketersediaan ruang dalam penempatannya. Hal ini patut dipahami bahwa penetapan kebijakan dan peraturan tersebut termasuk terlambat, karena program penataan pedestrian di Kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman baru ditetapkan sekitar awal tahun 2000-an, meskipun gagasan penataan sudah mulai dimunculkan sejak pertengahan tahun 1900-an. Kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta telah menjadi akses dan jalur utama sejak tahun 1960-an. Sudah selayaknya Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah mempunyai site planning serta grand design yang dituangkan dalam kebijakan dan peraturan-peraturan yang terstruktur dan berkelanjutan sejak saat

61 43 itu. Lanskap yang telah terlanjur terbangun sangat solid dan masif ini tidak dapat dirubah melalui kebijakan dan peraturan secara cepat atau instant, karena dapat mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan mendasar, terutama pada bangunan-bangunan yang telah dibangun sejak lama, sebagai contoh Bank Indonesia, Gedung Departemen Agama, Gedung PBB. Bangunan-bangunan tersebut telah lama dibangun, sehingga pada saat pelaksanaan kebijakan mengenai penataan pedestrian di Kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, pihak pengelola hanya menyisakan sedikit ruang bagi pedestrian (kurang dari 3 meter). Tetapi usaha-usaha penataan pedestrian di Kawasan Jalan M. H. Thamrin- Jend. Sudirman tetap perlu dilanjutkan, dengan memperhatikan kepentingan berbagai pihak (pengguna jalan, pejalan kaki dan pihak pengelola gedung). Sebagai kawasan bisnis dan perdagangan, kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman merupakan path kota Jakarta yang sangat penting. Hendaknya lanskap yang terbangun tidak hanya memiliki keberpihakan pada pemilik bangunan dan pengguna jalan, tetapi juga pada pejalan kaki. Menambah atau mengurangi elemen-elemen fisik pada lanskap ini perlu mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin timbul. Misalnya dengan membangun underpass sebagai pengganti JPO, untuk memberikan ruang yang lebih lebar bagi pejalan kaki dalam bermobilisasi di pedestrian. Kebijakan ini akan menimbulkan dampak lingkungan yang sangat signifikan terhadap pengguna jalan dan pemilik gedung. Oleh karena itu, dalam penetapan kebijakan penataan pedestrian di Kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman selain mengakomodasikan pejalan kaki, harus memperhatikan pula pengguna jalan dan pemilik bangunan. Hal lain yang penting adalah penegakan hukum yang tegas dan jelas. Selain itu keberlanjutan program penataan ini dari tahun ke tahun harus secara konsisten dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta, melalui dinas-dinas yang terkait Persepsi dan Preferensi Analisis mengenai persepsi dan preferensi pengguna dilakukan untuk melihat sejauh mana apresiasi pengguna pedestrian dalam memandang fungsi, kondisi fisik dan visual pedestrian saat ini. Apresiasi pengguna ini menjadi bahan

62 44 pertimbangan dalam pengembangan perencanaan ruang pedestrian kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Analisis Persepsi Pengguna Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan crosstab analysis dengan masing-masing indikator serta variabel pengendali (kontrol). Kontrol disini sangat diperlukan untuk menghindari bias yang berlebihan. Pada analisis penelitian ini terdapat 4 indikator kategori pengguna, yaitu kategori gender/jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan. Indikator ketegori gender/jenis kelamin dijadikan sebagai indikator atau variabel kontrol. Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 250 eksemplar kepada responden yang dipilih secara acak pada titik-titik tempat pengambilan sampel yang telah ditentukan (pusat-pusat aktivitas, halte dan kantor). Dari jumlah tersebut, sebanyak 215 kuisioner (86%) yang dikembalikan. Sedangkan validitas data dari 215 kuisioner tersebut berkisar antara 76,7% - 100%. Lebih lengkapnya karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Dengan 34 macam indikator variabel persepsi diharapkan dapat mewakili penjabaran tentang persepsi pengguna tapak terhadap kenyamanan ruang pedestrian. Tabel 3 Karakteristik responden analisis persepsi dan preferensi. No. Karakter Responden 1 Jenis Kelamin 2 Umur 3 Pendidikan 4 Pekerjaan Kategori - Laki-laki : 97 org - Perempuan : 118 org - 20 tahun : 22 org tahun: 122 org tahun: 36 org tahun: 27 org - 51 tahun : 8 org - Perguruan tinggi : 109 org - Akademi/diploma : 25 org - SMA/aliyah : 78 org - Tidak sekolah : 1 org - Tidak menjawab : 2 org - Karyawan swasta : 76 org - Pelajar/mahasiswa : 66 org - PNS/TNI/POLRI : 53 org - Wiraswasta : 12 org - Pedagang informal : 2 org - Tdk bekerja : 4 org - Tidak menjawab : 1 org

63 45 Hasil data yang ditunjukkan pada Tabel 4, terutama pada materi-materi kuisioner yang saling terkait dengan kategori uji pada penelitian ini (nilai α < 0,05) lebih diperinci pada Tabel 5. Berdasarkan persepsinya, karakter pilihan jawaban kuisioner dan karakter responden secara jelas memilih bahwa kondisi fisik pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman berada pada tingkatan biasa/sedang hingga baik, dengan latar belakang faktor jenis pekerjaan yang sangat berpengaruh dalam memilih jawaban kuisioner yang diujikan. Sedangkan faktor jenis kelamin, umur dan pendidikan hanya berkaitan dengan beberapa materi-materi kuisioner. Selain itu juga tampak bahwa aspek-aspek kenyamanan dan kualitas visual pada tapak tidak banyak terkait dengan persepsi responden. Responden lebih cenderung memandang bahwa kenyamanan fisik pedestrian itu sendiri sebagai faktor utama penunjang kenyamanan tapak. Berdasarkan hasil data pada Tabel 4 dan 5, maka tampak bahwa kategori uji jenis pekerjaan saling berkaitan (dependent) dengan 14 materi kuisioner yang ditanyakan atau 41,18% dari keseluruhan materi kuisioner; kategori umur saling berkaitan dengan 4 materi kuisioner atau 11,76% dari keseluruhan materi kuisoner; tingkat pendidikan berkaitan dengan 2 materi kuisioner atau 5,88% dari keseluruhan materi kuisioner; dan, jenis kelamin hanya berkaitan dengan 1 materi kuisioner atau 2,94% dari keseluruhan materi kuisioner. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan sangat berpengaruh terhadap persepsi responden dalam menjawab materi-materi kuisioner yang ditanyakan. Hal ini diduga karena faktor pekerjaan responden memiliki keterkaitan langsung yang erat dengan kehadiran pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka mencapai titik-titik atau ruang-ruang di dalam lanskap tersebut. Secara terperinci persentase karakteristik responden yang saling terkait atau dependent dengan materi kuisioner persepsi adalah sebagai berikut (Gambar 12).

64 46 Gambar 12 Persentase karakteristikk responden yang saling terkait atau dependent dengan materi kuisioner persepsi. Kategori uji umur berdasarkan berkaitan dengan persepsinya terhadap materi-materi kuisioner yang berhubungan dengan aksessibilitas lokasi studi. Misalnya kemudahan pencapaian (dari halte ke tujuan), fasilitas papan reklame, fasilitas papan informasi dan pertanyaan kuisioner yang berkaitan dengan perlunya fasilitas penyandang cacat. Hal ini diduga karena faktor umur sangat berpengaruh dengan kondisi fisik seseorang, artinya semakin mudah/dekat jarak pencapaian atau aksessibilitas titik atau ruang, makaa akan tidak terlalu menurunkann kondisi fisik seseorang. Tetapi sebaliknya, semakin sulit/jauh jarak pencapaian, maka semakin membutuhkan tenaga sehingga menurunkan kondisi fisik seseorang atau cepat lelah. Selain itu, kemudahan aksessibilitas juga harus ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang memberikan keterangan terhadap posisi pengguna maupun lokasi yang akan dituju. Sedangkan kategori uji tingkat pendidikan responden menunjukkan keterkaitannya dengan materi kuisioner mengenai kebersihan dan fasilitas lampu jalan. Keterkaitan 2 materi kuisioner tersebut dengan tingkat pendidikan diduga erat berhubungan dengan pengetahuan dan wawasan respondenn terutama mengenai arti penting kebersihan, hubungannya dengan kenyamanan dan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka cenderung semakin meningkat pula kesadarannya didalam menjaga kebersihan ruang. Mobilisasi menuju dan dari tempat pekerjaan memerlukan fasilitas lampu jalan yang baik dalam hubungannya dengan pergerakan di dalam ruang pedestrian. Hal ini juga disadari oleh pengetahuan responden bahwa fasilitas lampu jalan sangat menunjang kenyamanan n dan keamanan bagi pengguna ruang selama bermobilisasi pada pedestrian.

65 47 Pada Tabel 4 dan 5 di bawah, juga terlihat bahwa kategori uji jenis kelamin hanya berkaitan dengan pertanyaan kuisioner yang berhubungan dengan keamanaan. Faktor keamanan ruang pedestrian secara jelas terlihat keterkaitannya dengan kategori jenis kelamin, yaitu nilai α < 0,05. Hal ini diduga kategori jenis kelamin (terutama untuk perempuan) menuntut suatu perasaan yang aman didalam melewati suatu ruang lanskap, termasuk pedestrian untuk menuju atau dari tempat tujuannya. Responden cenderung menuntut suatu jaminan keamanan di dalam ruang lanskap terutama pada saat berangkat atau pulang dari tempat kerjanya. Tabel 4 Hasil uji Chi-Square persepsi responden terhadap lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Kategori Uji No. Aspek Kenyamanan Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Materi Kuisioner 1 FISIK / FUNGSI Fungsi Pedestrian 0,431 0,741 0,369 *0,000 Kebersihan 0,126 0,733 *0,039 0,060 Keamanan *0,048 0,984 0,937 *0,000 Ukuran/Lebar 0,747 1,000 0,963 0,589 Kelengkapan Street Furniture 0,138 0,725 0,737 0,743 Kemudahan Pencapaian (dari halte ke tujuan) 0,713 *0,049 0,253 0,871 Informasi Penunjuk Jalan 0,726 0,709 0,749 *0,003 Kenyamanan Paving 0,841 0,644 0,945 *0,012 Pengganggu Kenyamanan 0,774 0,509 0,368 *0,000 Tata Letak Penempatan Elemen Jalan 0,262 0,476 0,614 *0,000 Tanaman 0,158 0,364 0,882 0,354 Fasilitas Rambu Lalu-lintas 0,609 0,582 0,643 0,276 Fasilitas Lampu Jalan 0,124 0,149 *0,014 *0,028 Fasilitas Halte 0,939 0,893 0,540 *0,000 Fasilitas Papan Reklame 0,101 *0,001 0,371 0,942 Fasilitas Tempat Duduk 0,186 0,956 0,581 *0,000 Fasilitas Telepon Umum 0,175 0,190 0,088 *0,020 Fasilitas Kotak Pos 0,531 0,289 0,788 *0,000 Fasilitas Papan Informasi 0,493 *0,000 0,206 0,265 Fasilitas Tempat Sampah 0,693 0,310 0,097 *0,005 Fasilitas Pos Keamanan 0,441 0,404 0,085 0,761 Fasilitas Penyandang Cacat 0,563 0,181 0,480 0,314 Bolehkah areal pedestrian dipasang papan reklame? 0,297 0,073 0,129 *0,031 Apa ruang pedestrian yang ada sekarang telah terpelihara dengan baik? 0,484 0,314 0,430 0,203 Apakah adanya vegetasi pada ruang pedestrian sudah memberikan keteduhan? 0,524 0,173 0,362 0,188

66 48 Bagaimana pendapat saudara tentang pedestrian yang sudah ada dan manfaatnya? 0,308 0,507 0,182 0,081 Menurut anda siapa yang bertanggung jawab mengelola dan memelihara ruang pedestrian? 0,473 0,501 0,765 0,636 Perlukah fasilitas untuk penyandang cacat di areal pedestrian? 0,161 *0,000 0,981 0,656 2 KLIMATIK Iklim Mikro 0,480 0,996 0,136 0,792 Polusi/Kualitas Udara 0,706 0,965 0,137 0,356 3 VISUAL Gangguan yang Merusak Pemandangan 0,343 0,116 0,621 0,403 Disain Paving 0,357 0,934 0,961 *0,015 Disain Elemen Jalan 0,314 0,843 0,953 0,168 Kualitas Visual Di Luar Jalur 0,555 0,976 0,905 0,525 Nilai α = 0,05 bila nilai uji > 0,05, maka kategori yang diuji tidak saling terikat (bebas) dengan materi kuisioner yang ditanyakan bila nilai uji < 0,05, maka kategori yang diuji saling terikat dengan materi kuisioner yang ditanyakan Cetak tebal (*), menunjukkan nilai-nilai uji α < 0,05. Data-data pada Tabel 4 dan 5 juga menunjukkan bahwa materi-materi kuisoner yang berkaitan dengan kualitas dan kenyamanan visual tidak mendapatkan perhatian yang signifikan dari persepsi responden. Hal ini terlihat bahwa materi-materi kuisioner yang berkaitan dengan kualitas dan kenyamanan visual tidak berkaitan dengan kategori uji pada studi ini (memiliki nilai α > 0,05). Berdasarkan hal tersebut, diduga bahwa pengguna tapak lebih mengutamakan kegunaan dan fungsi pedestrian sebagai jalur mobilisasi untuk mengakses titik atau lokasi pada tapak daripada mengapresiasikannya sebagai elemen ornamental ruang yang menunjang kenyamanan. Data pada Tabel 4 dan 5 juga menunjukkan bahwa tidak ada satu-pun materi kuisioner yang berkaitan (memiliki nilai α < 0,05) dengan seluruh kategori uji sekaligus, tetapi hanya terkait dengan 1 atau 2 kategori uji saja, dan beberapa materi kuisioner tidak berkaitan sama sekali dengan salah satu kategori uji apapun.

67 10.70% 7% 1.40% 9.30% 31.20% 49 Tabel 5 Karakter hasil uji Chi-Square terhadap persepsi responden, pada materi kuisioner yang memiliki nilai α < 0,05 No. Aspek Kenyamanan Materi Kuisioner Karakter Pilihan Keterangan 1 FISIK / FUNGSI 1.40% 0.50% 5.60% 23.70% 27.90% 33% Fungsi Pedestrian - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memilih pedestrian sebagai tempat berjalan kaki sebanyak 198 org (92,1%) - Karyawan swasta: 71 org (33%) - Pelajar/mahasiswa: 60 org (27,9%) - PNS/TNI/POLRI: 51 org (23,7%) - Wiraswasta: 12 org (5,6%) - Tdk bekerja: 3 org (1,4%) - Tdk menjawab: 1 org (0,5%) 19.10% Kebersihan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, memberikan penilaian baik sebanyak 118 org (54,9%) - Perguruan Tinggi: 62 org (28,8%) - SMA/Aliyah: 41 org (19,1%) - Akademi/diploma: 15 org (7%) 28.80% 7% 27.40% 21.90% Keamanan - Kategori uji yang berkaitan adalah Jenis kelamin, memberikan penilaian baik sebanyak 106 org (49,3%) - Laki-laki: 59 orang (27,4%) - Perempuan: 47 orang (21,9%) 0.50% 1.90% 14.40% 14.40% 16.30% 1.40% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 105 org (48,8%) - Karyawan swasta: 35 org (16,3%) - Pelajar/mahasiswa: 31 org (14,4%) - PNS/TNI/POLRI: 31 org (14,4%) - Wiraswasta: 4 org (1,9%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 3 org (1,4%) Kemudahan Pencapaian (dari halte ke tujuan) - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, memberikan penilaian baik sebanyak 117 org (54,4%) - 20 tahun: 9 org (9,3%) tahun: 67 org (31,2%) tahun: 23 org (10,7%) tahun: 15 org (7%) - 51 tahun: 3 org (1,4%) 3.30% 0.90% 1.90% 7.90% 8.80% 18.60% Informasi Penunjuk Jalan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 89 org (41,4%) - Karyawan swasta: 40 org (18,6%) - Pelajar/mahasiswa: 19 org (8,8%) - PNS/TNI/POLRI: 17 org (7,9%) - Wiraswasta: 7 org (1,9%) - Pedagang informal: 2 org (0,9%) - Tdk bekerja: 4 org (3,3%) 14.90% 0.90% 0.50% 3.70% 12.10% 19.10% Kenyamanan Paving - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 110 org (51,2%) - Karyawan swasta: 41 org (19,1%) - Pelajar/mahasiswa: 26 org (12,1%) - PNS/TNI/POLRI: 32 org (14,9%) - Wiraswasta: 8 org (3,7%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 2 org (0,9%) 12.10% 0.50% 0.50% 0.50% 2.80% 16.70% 15.80% Pengganggu Kenyamanan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 105 org (48,8%) - Karyawan swasta: 34 org (15,8%) - Pelajar/mahasiswa: 36 org (16,7%) - PNS/TNI/POLRI: 26 org (12,1%) - Wiraswasta: 6 org (2,8%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 1 org (0,5%) - Tdk menjawab: 1 org (0,5%) 12.10% 0.90% 0.50% 1.90% 10.70% 16.30% Tata Letak Penempatan Elemen Jalan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 94 org (43,7%) - Karyawan swasta: 35 org (16,3%) - Pelajar/mahasiswa: 23 org (10,7%) - PNS/TNI/POLRI: 26 org (12,1%) - Wiraswasta: 7 org (1,9%) - Pedagang informal: 2 org (0,9%) - Tdk bekerja: 1 org (0,5%)

68 21.90% 34.90% % 0.50% Fasilitas Lampu Jalan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, memberikan penilaian baik sebanyak 134 org (62,3%) - Perguruan Tinggi: 75 org (34,9%) - SMA/Aliyah: 47 org (21,9%) - Akademi/diploma: 11 org (5,1%) - Tdk sekolah: 1 org (0,5%) 17.70% 1.40% 0.50% 4.70% 16.70% 20.90% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 133 org (61,9%) - Karyawan swasta: 45 org (20,9%) - Pelajar/mahasiswa: 36 org (16,7%) - PNS/TNI/POLRI: 38 org (17,7%) - Wiraswasta: 10 org (4,7%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 3 org (1,4%) 0.90% 0.50% 4.20% 14% 12.60% 15.30% Fasilitas Halte - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 102 org (47,4%) - Karyawan swasta: 27 org (12,6%) - Pelajar/mahasiswa: 33 org (15,3%) - PNS/TNI/POLRI: 30 org (14%) - Wiraswasta: 9 org (4,2%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 2 org (0,9%) 0.90% 4.70% 8.40% 7% 38.40% Fasilitas Papan Reklame - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, memberikan penilaian biasa sebanyak 106 org (49,3%) - 20 tahun: 15 org (7%) tahun: 61 org (38,4%) tahun: 18 org (8,4%) tahun: 10 org (4,7%) - 51 tahun: 2 org (0,9%) 0.90% 0.50% 2.80% 8.40% 17.70% 13% Fasilitas Tempat Duduk - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 93 org (43,3%) - Karyawan swasta: 28 org (13%) - Pelajar/mahasiswa: 38 org (17,7%) - PNS/TNI/POLRI: 18 org (8,4%) - Wiraswasta: 6 org (2,8%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 2 org (0,9%) 8.40% 0.50% 2.30% 10.20% Fasilitas Telepon Umum - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 74 org (34,4%) - Karyawan swasta: 22 org (10,2%) - Pelajar/mahasiswa: 28 org (13%) - PNS/TNI/POLRI: 18 org (8,4%) - Wiraswasta: 5 org (2,3%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) 13% 10.20% 0.50% 0.50% 1.90% 11.60% 11.60% Fasilitas Kotak Pos - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 78 org (36,3%) - Karyawan swasta: 25 org (11,6%) - Pelajar/mahasiswa: 25 org (11,6%) - PNS/TNI/POLRI: 22 org (10,2%) - Wiraswasta: 4 org (1,9%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 1 org (0,5%) 3.70% 1.90% 7.40% 5.10% 27.90% Fasilitas Papan Informasi - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, memberikan penilaian biasa sebanyak 99 org (46%) - 20 tahun: 11 org (5,1%) tahun: 60 org (27,9%) tahun: 16 org (7,4%) tahun: 8 org (3,7%) - 51 tahun: 4 org (1,9%) 0.90% 0.50% 2.30% 7.90% 16.30% 15.80% Fasilitas Tempat Sampah - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 94 org (43,7%) - Karyawan swasta: 34 org (15,8%) - Pelajar/mahasiswa: 35 org (16,3%) - PNS/TNI/POLRI: 17 org (7,9%) - Wiraswasta: 5 org (2,3%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 2 org (0,9%) 15.40% 9.30% 3.30% 10.20% 53.50% Perlukah fasilitas untuk penyandang cacat di areal pedestrian? - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, memberikan penilaian perlu sebanyak 197 org (91,6%) - 20 tahun: 22 org (10,2%) tahun: 115 org (53,5%) tahun: 33 org (15,4%) tahun: 20 org (9,3%) - 51 tahun: 7 org (3,3%)

69 % 0.50% 0.50% 4.20% 12.60% 24.20% 19.50% Bolehkah areal pedestrian dipasang papan reklame? - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan pilihan terbatas (dimensi+jumlah) sebanyak 135 org (62,8%) - Karyawan swasta: 42 org (19,5%) - Pelajar/mahasiswa: 52 org (24,2%) - PNS/TNI/POLRI: 27 org (12,6%) - Wiraswasta: 9 org (4,2%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 3 org (1,4%) - Tdk menjawab: 1 org (0,5%) 2 VISUAL 0.50% 0.90% 0.50% 5.10% 16.70% 15.30% 9.80% Disain Paving - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 105 org (48,8%) - Karyawan swasta: 36 org (16,7%) - Pelajar/mahasiswa: 21 org (9,8%) - PNS/TNI/POLRI: 33 org (15,3%) - Wiraswasta: 11 org (5,1%) - Pedagang informal: 2 org (0,9%) - Tdk bekerja: 1 org (0,5%) - Tdk menjawab: 1 org (0,5%) Analisis Preferensi Pengguna Sampel data pada studi preferensi pengguna tapak (user) ini sebanyak 215 kuisioner yang didapatkan dari responden-responden yang secara acak di beberapa titik ruang pedestrian Jalan M.H Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. Dengan 30 macam indikator variabel diharapkan mewakili preferensi pengguna tapak (user) terhadap kenyamanan ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Data tersebut kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan indikator gender/jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) sebagai pengendali atau kontrol serta pekerjaan sebagai indikator penguji. Dalam pengujian data-data kuisioner dilakukan secara acak berdasarkan 4 kategori utama yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan serta pekerjaan. Ke-empat variabel bebas tersebut diharapkan mampu mewakili berbagai pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada responden. Dari hasil analisis yang dilakukan pada 215 reponden didapatkan hasil-hasil seperti pada Tabel 6. Hasil data yang ditunjukkan pada Tabel 6, terutama pada materi-materi kuisioner mengenai preferensi responden yang saling terkait dengan kategori uji pada penelitian ini (nilai α < 0,05) lebih diperinci pada Tabel 7. Kategori uji yang dominan berkaitan dengan materi-materi pertanyaan kuisioner mengenai preferensi responden berturut-turut yaitu pendidikan, jenis pekerjaan dan umur. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan responden sangat mempengaruhi apresiasi keinginannya mengenai kondisi fisik pada pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, maka tampak bahwa kategori uji tingkat pendidikan saling berkaitan (dependent) dengan 12 materi kuisioner yang

70 52 ditanyakan atau 40% dari keseluruhan materi kuisioner; jenis pekerjaan saling berkaitan dengan 11 materi kuisioner atau 36,67 % dari keseluruhan materi kuisoner; kategori umur berkaitan dengan 10 materi kuisioner atau 33,33 % dari keseluruhan materi kuisioner; dan, jenis kelamin hanya berkaitan dengan 1 materi kuisioner atau 3,33 % dari keseluruhan materi kuisioner. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan kategori umur berpengaruh terhadap preferensi responden dalam menjawab materi-materi kuisioner yang ditanyakan. Diduga ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan langsung, terutama dalam mengapresiasikan keinginan-keinginannyaa terhadap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Secara terperinci, persentase karakteristikk responden yang saling terkaitatau dependent dengan materi kuisioner preferensi adalah sebagai berikut (Gambar 13). Gambar 13 Persentase karakteristikk responden yang saling terkait atau dependent dengan materi kuisioner preferensi. Pada Tabel 6 dan 7 dapat diamati bahwa kategori pendidikann memiliki keterkaitan dengan preferensi responden terhadap fungsi dan bentuk pedestrian yang diinginkannya. Dengan kata lain bahwa pendidikan responden dan preferensinya terhadap fungsi dan bentuk pedestrian yang diinginkan merupakan kategori yang saling terikat/depen ndent satu sama lain. Hal ini memberikan gambaran bahwa apresiasi responden yang ditunjukkan dengan preferensinya terhadap fungsi dan bentuk ruang pedestrian yang diinginkan sudah cukup baik. Fungsi utama pedestrian sebagai tempat mobilisasi pejalan kaki telah dipahami dengan baik, selain bentuk dan fungsi-fungsi lain yang menyertainya. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka pemahaman mengenai pedestrian semakin baik.

71 53 No. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh kategori uji pekerjaan dan umur, yang memberikan apresiasi cukup baik, mengenai preferensinya terhadap fungsi dan bentuk ruang pedestrian yang diinginkan. Kenyataan-kenyataan ini memberikan kecenderungan yang lebih baik, artinya bahwa masyarakat sudah lebih sadar terhadap lingkungannya terutama hubungannya dengan kebijakan-kebijakan publik. Sehingga preferensi-preferensi masyarakat sebagai pengguna ruang publik itu sendiri, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan (policy maker) dalam merencanakan, mendisain dan melaksanakan kebijakan publik. Sedangkan kategori faktor gender/jenis kelamin, hanya berkaitan dengan materi kuisioner jenis pohon yang diinginkan. Hal ini diduga disebabkan oleh preferensi responden mengenai jenis pohon yang diinginkan mempengaruhi kualitas dan kenyamanan visual dalam ruang pedestrian tersebut. Sehingga responden sangat apresiatif dengan jenis pohon yang diinginkannya. Jenis pohon yang berbunga merupakan jenis pohon yang paling banyak diinginkan. Tabel 6 Hasil uji Chi-Square preferensi responden terhadap lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Aspek Kenyamanan Jenis Kelamin Kategori Uji Umur Pendidikan Pekerjaan Materi Kuisioner 1 FISIK / FUNGSI Fungsi ruang pedestrian yang diinginkan 0,085 0,907 *0,010 0,462 Bentuk ruang pedestrian yang diinginkan 0,185 0,976 0,307 0,574 Bahan perkerasan yang diinginkan 0,987 0,573 0,055 *0,019 Elemen yang harus ada pada ruang pedestrian 0,901 0,594 *0,019 0,091 Lebar jalur pedestrian yang diinginkan 0,541 1,000 0,508 0,317 Tanaman yang diinginkan 0,390 0,232 0,665 *0,000 Tanaman jenis pohon dengan bentuk fungsi vegetasi yang diinginkan 0,165 *0,001 *0,000 *0,004 Jenis pohon yang diinginkan *0,047 *0,018 *0,034 *0,018 Kesesuaian penempatan utilitas yang diinginkan 0,402 *0,000 0,418 0,893 Bentuk fasilitas pengamanan yang diinginkan 0,471 *0,003 *0,005 *0,020 Saran untuk kebersihan 0,962 0,998 *0,006 0,215 Saran untuk keamanan 0,187 0,997 0,056 *0,010 Saran untuk ukuran/lebar 0,096 0,887 0,058 0,099 Saran untuk kelengkapan street furniture 0,432 0,981 *0,010 *0,000 Saran untuk kemudahan pencapaian (dari halte ke tujuan) 0,504 0,983 0,105 0,781 Saran untuk informasi penunjuk jalan 0,071 0,091 0,073 0,110

72 54 Saran untuk kenyamanan paving 0,170 *0,005 *0,009 0,398 Saran untuk pengganggu kenyamanan 0,442 *0,014 *0,009 0,162 Saran untuk tata letak penempatan elemen jalan 0,351 0,122 *0,013 0,969 Saran untuk pengelolaan dan pemeliharaan 0,598 0,101 0,068 0,561 2 KLIMATIK Saran untuk iklim mikro 0,963 *0,006 0,141 *0,003 Saran untuk polusi/kualitas udara 0,480 *0,000 0,325 *0,020 3 VISUAL Pola perkerasan yang diinginkan 0,370 *0,010 *0,006 *0,002 Warna perkerasan yang diinginkan 0,105 *0,000 0,756 0,244 Pola perkerasan yang baik untuk pedestrian yang diinginkan 0,542 0,393 0,519 0,199 Saran untuk disain paving 0,281 0,808 0,380 0,129 Saran untuk disain elemen jalan 0,710 0,864 0,141 0,569 Saran untuk bentuk pola tanam 0,423 0,960 0,812 0,440 Saran untuk gangguan yang merusak pemandangan 0,320 0,358 *0,019 *0,004 Saran untuk kualitas visual di luar jalur pedestrian 0,197 0,843 0,072 0,419 Nilai α = 0,05 bila nilai uji > 0,05, maka kategori yang diuji tidak saling terikat (bebas) dengan materi kuisioner yang ditanyakan bila nilai uji < 0,05, maka kategori yang diuji saling terikat dengan materi kuisioner yang ditanyakan Cetak tebal (*) menunjukkan nilai-nilai uji yaitu nilai α < 0,05. Menurut Simonds (1983), suatu lanskap jalan dapat dibuat lebih menarik dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suatu pemandangan menarik (vista) melalui penanaman tanaman. Sedangkan menurut Carpenter et. al (1975) tanaman memiliki nilai estetika yaitu fungsi estetika akan tercapai jika elemen-elemen lanskap dikombinasikan dengan tepat dan baik sehingga tercapai suatu kesatuan yang serasi dan harmonis, memberikan kesenangan dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Penanaman vegetasi juga untuk memperlunak pemandangan terhadap pola-pola bangunan yang monoton, terkesan kaku dan keras. Selain berkaitan dengan kategori gender/jenis kelamin, materi kuisioner jenis pohon yang diinginkan ternyata juga berkaitan dengan ketiga kategori uji lainnya (nilai α < 0,05). Hal ini semakin mempertegas bahwa jenis pohon yang diinginkan oleh responden sangat mempengaruhi preferensinya sebagai faktor penunjang kenyamanan selama bermobilisasi di dalam ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Jenis pohon berbunga mendapat apresiasi antara 154 hingga 155 orang (71,63% hingga 72,09%) pada masing-masing

73 55 kategori uji, dari keseluruhan responden daripada jenis pohon yang tidak berbunga. Hal ini diduga karena pohon yang berbunga memberikan kesan yang lebih baik dalam membentuk kenyamanan ruang, tidak hanya melalui fungsi dan manfaatnya secara fisik ataupun mekanik, tetapi juga memberikan kenyamanan visual berupa pengalaman estetis bagi pengguna pada ruang tersebut. Tabel 7 Karakter hasil uji Chi-Square terhadap preferensi responden, pada materi kuisioner yang memiliki nilai α < 0,05 No. Aspek Kenyamanan Materi Kuisioner Pilihan Terbanyak Keterangan 1 FISIK / FUNGSI 30.23% 48.37% Fungsi ruang pedestrian yang diinginkan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, menginginkan tempat berjalan kaki sebanyak 191 org (88,83%) - Perguruan Tinggi: 104 org (48,37%) - SMA/Aliyah: 65 org (30,23%) - Akademi/diploma: 22 org (10,23%) 10.23% 0.90% 1.86% 1.39% 9.76% 16.27% 13.48% Bahan perkerasan yang diinginkan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, menginginkan batu kerikil sebanyak 94 org (43,72%) - Karyawan swasta: 29 org (13,48%) - Pelajar/mahasiswa: 35 org (16,27%) - PNS/TNI/POLRI: 21 org (9,76%) - Wiraswasta: 3 org (1,39%) - Pedagang informal: 2 org (0,9%) - Tdk bekerja: 4 org (1,86%) 29.30% 42.79% Elemen yang harus ada pada ruang pedestrian - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, menginginkan tanaman: pohon peneduh, semak, perdu dan rumput sebanyak 170 org (79,07%) - Perguruan Tinggi: 92 org (42,79%) - SMA/Aliyah: 63 org (29,30%) - Akademi/diploma: 15 org (6,97%) 6.97% 2.32% 12.55% 1.39% 21.39% Tanaman yang diinginkan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, menginginkan Pohon, semak dan perdu, pohon dan rumput, pohon dan semak perdu sebanyak 101 org (46,97%) - Karyawan swasta: 27 org (12,55%) - Pelajar/mahasiswa: 46 org (21,39%) - PNS/TNI/POLRI: 20 org (9,30%) - Wiraswasta: 5 org (2,32%) - Tdk bekerja: 3 org (1,39%) 9.30% 8.83% 1.86% 12.09% 7.44% Tanaman jenis pohon dengan bentuk fungsi vegetasi yang diinginkan - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, menginginkan pohon peneduh sebanyak 158 org (73,48%) - 20 tahun: 16 org (7,44%) tahun: 93 org (43,25%) tahun: 26 org (12,09%) tahun: 19 org (8,83%) - 51 tahun: 4 org ( 1,86%) 43.25% 27.44% 39.07% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, menginginkan pohon peneduh sebanyak 158 org (73,48%) - Perguruan Tinggi: 84 org (39,07%) - SMA/Aliyah: 59 org (27,44%) - Akademi/diploma: 15 org (6,97%) 6.97%

74 % 0.93% 0.46% 3.72% 26.04% 26.97% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, menginginkan pohon peneduh sebanyak 157 org (73,02%) - Karyawan swasta: 58 org (26,97%) - Pelajar/mahasiswa: 56 org (26,04%) - PNS/TNI/POLRI: 32 org (14,88%) - Wiraswasta: 8 org (3,72%) - Pedagang informal: 1 org (0,46%) - Tdk bekerja: 2 org (0,93%) 35.81% 36.28% Jenis pohon yang diinginkan - Kategori uji yang berkaitan adalah Jenis Kelamin, menginginkan berbunga sebanyak 155 org (72,09%) - Laki-Laki: 77 org (35,81%) - Perempuan: 78 org (36,28%) 12.09% 10.23% 2.32% 4.18% - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, menginginkan berbunga sebanyak 155 org (72,09%) - 20 tahun: 9 org (4,18%) tahun: 93 org (43,25%) tahun: 26 org (12,09%) tahun: 22 org (10,23%) - 51 tahun: 5 org (2,32%) 43.25% 22.32% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, menginginkan berbunga sebanyak 154 org (71,63%) - Perguruan Tinggi: 85 org (39,53%) - SMA/Aliyah: 48 org (22,32%) - Akademi/diploma: 20 org (9,3%) - Tdk sekolah: 1 org (0,46%) 39.53% 9.30% 0.46% 20.46% 1.39% 0.46% 3.25% 18.14% 28.37% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, menginginkan berbunga sebanyak 155 org (72,09%) - Karyawan swasta: 61 org (28,37%) - Pelajar/mahasiswa: 39 org (18,14%) - PNS/TNI/POLRI: 44 org (20,46%) - Wiraswasta: 7 org (3,25%) - Pedagang informal: 1 org (0,46%) - Tdk bekerja: 3 org (1,39%) 9.30% 1.39% 10.23% 6.04% Kesesuaian penempatan utilitas yang diinginkan - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, menginginkan ditanam dibawah pedestrian sebanyak 137 org (63,72%) - 20 tahun: 13 org (6,04%) tahun: 79 org (36,74%) tahun: 22 org (10,23%) tahun: 20 org (9,30%) - 51 tahun: 3 org (1,39%) 36.74% 6.97% 1.39% 9.76% 8.84% Bentuk fasilitas pengaman yang diinginkan - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, menginginkan ada pembatas bagi jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki sebanyak 132 org (61,39%) - 20 tahun: 19 org (8,84%) tahun: 74 org (34,41%) tahun: 21 org (9,76%) tahun: 15 org (6,97%) - 51 tahun: 3 org ( 1,39%) 34.41% 22.32% 33.48% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, menginginkan ada pembatas bagi jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki sebanyak 132 org (61,39%) - Perguruan Tinggi: 72 org (33,48%) - SMA/Aliyah: 48 org (22,32%) - Akademi/diploma: 12 org (5,58%) 5.58%

75 % 0.46% 3.25% 18.60% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, menginginkan ada pembatas bagi jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki sebanyak 132 org (61,39%) - Karyawan swasta: 40 org (18,60%) - Pelajar/mahasiswa: 50 org (23,25%) - PNS/TNI/POLRI: 34 org (15,81%) - Wiraswasta: 7 org (3,25%) - Tdk bekerja:1 org (0,46%) 23.25% 15.81% 6.04% 0.46% Saran untuk kebersihan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 128 org (59,53%) - Perguruan Tinggi: 80 org (37,20%) - SMA/Aliyah: 34 org (15,81%) - Akademi/diploma: 13 org (6,04%) - Tdk sekolah: 1 org (0,46%) 37.20% 2.32% 0.46% 16.27% 23.25% Saran untuk keamanan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 138 org (64,18%) - Karyawan swasta: 50 org (23,25%) - Pelajar/mahasiswa: 47 org (21,86%) - PNS/TNI/POLRI: 35 org (16,27%) - Wiraswasta: 5 org (2,32%) - Tdk bekerja: 1 org (0,46%) 21.86% 10.69% Saran untuk kelengkapan street furniture - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 142 org (66,04%) - Perguruan Tinggi: 83 org (46,51%) - SMA/Aliyah: 44 org (34,41%) - Akademi/diploma: 15 org (10,69%) 46.51% 34.41% 20.00% 0.46% 3.72% 23.72% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 1423org (66,51%) - Karyawan swasta: 51 org (23,72%) - Pelajar/mahasiswa: 40 org (18,60%) - PNS/TNI/POLRI: 43 org (20,00%) - Wiraswasta: 8 org (3,72%) - Tdk bekerja: 1 org (0,46%) 18.60% 5.11% 1.86% 8.37% 3.25% Saran untuk kenyamanan paving - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, memberikan saran kurang sebanyak 101 org (46,97%) - 20 tahun: 7 org (3,25%) tahun: 61 org (28,37%) tahun: 18 org (8,37%) tahun: 11 org (5,11%) - 51 tahun: 4 org (1,86%) 28.37% 13.95% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 101 org (46,97%) - Perguruan Tinggi: 65 org (30,23%) - SMA/Aliyah: 30 org (13,95%) - Akademi/diploma: 6 org (2,79%) 2.79% 30.23% 8.83% 11.63% 1.39% 4.18% 32.56% Saran untuk pengganggu kenyamanan - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, memberikan saran kurang sebanyak 126 org (58,60%) - 20 tahun: 9 org (4,18%) tahun: 70 org (32,56%) tahun: 25 org (11,63%) tahun: 19 org (8,83%) - 51 tahun: 3 org (1,39%) 17.67% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 126 org (58,60%) - Perguruan Tinggi: 76 org (35,34%) - SMA/Aliyah: 38 org (17,67%) - Akademi/diploma: 12 org (5,58%) 35.34% 5.58%

76 6.04% 1.39% 10.23% 8.83% 32.09% % 18.14% Saran untuk tata letak penempatan elemen jalan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, memberikan saran baik sebanyak 94 org (43,72%) - Perguruan Tinggi: 39 org (18,14%) - SMA/Aliyah: 41 org (19,07%) - Akademi/diploma: 13 org (6,04%) - Tdk sekolah: 1 org (0,46%) 6.04% 0.46% 2 KLIMATIK 6.97% 3.25% 10.69% 5.58% Saran untuk iklim mikro - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, memberikan saran kurang sebanyak 139 org (64,65%) - 20 tahun: 12 org (5,58%) tahun: 82 org (38,14%) tahun: 23 org (10,69%) tahun: 15 org (6,97%) - 51 tahun: 7 org (3,25%) 38.14% 19.07% 0.46% 2.79% 22.32% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 139 org (64,65%) - Karyawan swasta: 48 org (22,32%) - Pelajar/mahasiswa: 43 org (20%) - PNS/TNI/POLRI: 41 org (19,07%) - Wiraswasta: 6 org (2,79%) - Tdk bekerja: 1 org (0,46%) 20% 7.90% 2.32% 13.48% 7.44% Saran untuk polusi/kualitas udara - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, memberikan saran kurang sebanyak 151 org (70,23%) - 20 tahun: 16 org (7,44%) tahun: 84 org (39,07%) tahun: 29 org (13,48%) tahun: 17 org (7,90%) - 51 tahun: 5 org (2,32%) 39.07% 20.46% 3.72% 1.39% 24.65% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 151 org (70,23%) - Karyawan swasta: 53 org (24,65%) - Pelajar/mahasiswa: 43 org (20,00%) - PNS/TNI/POLRI: 44 org (20,46%) - Wiraswasta: 8 org (3,72%) - Tdk bekerja: 3 org (1,39%) 20.00% 3 VISUAL 2.32% Pola perkerasan yang diinginkan - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur menginginkan berpola sebanyak 126 org (58,60%) - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, menginginkan berpola sebanyak 125 org (58,14%) - 20 tahun: 19 org (8,83%) tahun: 69 org (32,09%) tahun: 22 org (10,23%) tahun: 13 org (6,04%) - 51 tahun: 3 org (1,39%) - Perguruan Tinggi: 71 org (33,02%) - SMA/Aliyah: 49 org (22,79%) - Akademi/diploma: 5 org (2,32%) 22.79% 33.02% 16.74% 0.93% 3.25% 13.48% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, menginginkan berpola sebanyak 125 org (58,14%) - Karyawan swasta: 29 org (13,48%) - Pelajar/mahasiswa: 51 org (23,72%) - PNS/TNI/POLRI: 36 org (16,74%) - Wiraswasta: 7 org (3,25%) - Tdk bekerja: 2 org (0,93%) 23.72%

77 % 0.93% 6.04% 6.51% Warna perkerasan yang diinginkan - Kategori uji yang berkaitan adalah Umur, menginginkan berwarna lebih sederhana sebanyak 87 org (40,46%) - 20 tahun: 14 org (6,51%) tahun: 48 org (22,32%) tahun: 13 org (6,04%) tahun: 10 org (4,65%) - 51 tahun: 2 org ( 0,93%) 22.32% 20.93% Saran untuk gangguan yang merusak pemandangan - Kategori uji yang berkaitan adalah Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 141 org (65,58%) - Perguruan Tinggi: 80 org (37,20%) - SMA/Aliyah: 45 org (20,93%) - Akademi/diploma: 15 org (6,97%) - Tdk sekolah: 1 org (0,46%) 37.20% 6.97% 0.46% 19.53% 0.93% 4.65% 24.18% - Kategori uji yang berkaitan adalah Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 142 org (66,04%) - Karyawan swasta: 52 org (24,18%) - Pelajar/mahasiswa: 36 org (16,74%) - PNS/TNI/POLRI: 42 org (19,53%) - Wiraswasta: 10 org (4,65%) - Tdk bekerja: 2 org (0,93%) 16.74% 4.4. Analisis Aspek Kenyamanan Kenyamanan dapat dibentuk melalui 3 hal, yaitu kenyamanan klimatik, kenyamanan fisik dan kenyamanan visual. Kenyamanan klimatik berhubungan dengan kesesuaian faktor-faktor iklim mikro terkait dengan yang dirasakan oleh manusia, yaitu radiasi matahari, temperatur udara, angin dan kelembaban. Kenyamanan fisik berkaitan erat dengan kesesuaian bentuk dan disain objek atau elemen-elemen yang dibangun terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya kesesuaian bangku taman, lampu-lampu taman, pedestrian, papan reklame dan infrastruktur lainnya. Sedangkan kenyamanan visual dihubungkan dengan kesesuaian pemandangan yang ditangkap oleh mata pengamat terhadap lingkungannya melalui persepsi. Ketiga bentuk kenyamanan di atas pada suatu lingkungan tidak dapat terbentuk secara spontan, melainkan merupakan interaksi antara objek-objek dalam lanskap dan elemen klimatik. Apabila terbentuk keselarasan dan keseimbangan antara-antara faktor-faktor tersebut, maka kenyamanan lingkungan dapat terciptakan Kenyamanan Klimatik Kenyamanan klimatik berkaitan erat dengan kondisi iklim mikro tapak. Kondisi iklim mikro yang tidak nyaman, sangat mengganggu kenyamanan pengguna dalam beraktivitas sekaligus apresiasi yang ditunjukkannya pada tapak.

78 60 Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, sepanjang tahun 2008 suhu di wilayah Jakarta Pusat berkisar antara 25,56 O C-30,3 O C dengan kelembaban berkisar antara 62,4%-81,35%. Data mengenai kondisi klimatik di wilayah Jakarta Pusat selama tahun 2008, disajikan pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 Kondisi klimatik di wilayah Jakarta Pusat, bulan Januari-Oktober No. Kondisi Bio-Fisik Tahun 2008 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Min Maks Ratarata 1 Suhu ( O C) Kelembaban (%) Kecepatan Angin (m/s) Konsentrasi PM 10 (µg/m 3 ) Sumber: BMKG, 2008 lokasi stasiun klimatik BMKG berada di Kemayoran, Jakarta Pusat; metode pengukuran dilakukan harian, dengan interval pengukuran tiap 30 menit. Berdasarkan tabel di atas, secara umum suhu dan kelembaban di wilayah Jakarta Pusat beragam antar bulannya. Menurut Laurie (1986), standar kelembaban bagi kenyamanan manusia dalam beraktivitas berkisar antara 40% - 70%, dengan temperatur antara 15 O C 27 O C. Pada daerah tropis kondisi kenyamanan relatif yang dirasakan manusia bila berada pada suhu 27 O C 28 O C (Laurie, 1986). Meskipun demikian, pada bulan-bulan kering (Juli-Oktober) kondisi suhu akan meningkat dan cenderung panas. Data yang diambil oleh BMKG tersebut, merupakan data harian dengan interval pengamatan tiap 30 menit. Untuk mengetahui lebih lanjut tingkat kenyamanan klimatik berdasarkan kondisi suhu dan kelembaban udara di wilayah Jakarta Pusat ini, maka dilakukan analisis mengenai indeks suhu dan kelembaban atau THI seperti pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Indeks suhu dan kelembaban (THI) wilayah Jakarta Pusat Tahun No. 1 Kondisi Bio-Fisik Temperature Humidity Index (THI) Tahun 2008 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt

79 61 Analisis nilai Temperature Humidity Index (THI) pada tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa pada Tahun 2008 kondisi klimatik di wilayah Jakarta Pusat pada bulan Pebruari, Maret, Mei dan Juni masih dalam kondisi nyaman, nilai THI berkisar antara 24,61-25,78. Menurut Mulyana et al. dalam Tursilowati (2007), kondisi klimatik yang nyaman bagi pengguna ruang dalam beraktivitas berada pada kisaran nilai THI antara 20 hingga 26. Sedangkan pada bulan Januari, April, Juli, Agustus, September dan Oktober tahun 2008, kondisi kenyamanan udara sudah melampaui batas nyaman (THI > 26). Selain itu, nilai PM 10 (floating dust) pada Tabel 8, masih berada dibawah ambang batas yang ditentukan yaitu 150 µg/nm 3 (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 1999), meskipun demikian perlu diperhatikan pula untuk bulan-bulan kering antara bulan April hingga September, konsentrasi PM 10 cenderung tinggi dibandingkan bulan-bulan basah, sehingga diperlukan usaha-usaha untuk mereduksi dampak dari pencemaran udara ini. Kaitannya dengan hal tersebut, menurut Carpenter et al. (1975), tanaman memiliki fungsi kontrol polusi (debu, suara dan asap). Karakteristik tanaman yang memiliki fungsi sebagai penjerap debu adalah permukaan daun yang berbulu, kasar atau memiliki lapisan lilin, karakteristik ini ditunjang massa daun yang rapat dan lebat. Beberapa jenis tanaman tersebut antara lain: Kidamar (Agathis alba), Bunga kupu-kupu. (Bauhinia spp), Kasia (Cassia spp.), Flamboyan (Delonix regia), Ketapang (Terminalia catappa), Kihujan (Samanea saman). Untuk membandingkan antara pengukuran kondisi klimatik BMKG dengan kondisi faktual pada lokasi studi, maka dilakukan pengukuran lapang mengenai suhu dan kelembaban relatif menggunakan alat ukur thermo-hygro digital, pada tanggal 23 Juni 2008, dengan mengambil interval waktu pengukuran: pagi (pukul ), siang (pukul ), sore (pukul ) dan malam (pukul ). Sampel pengukuran suhu dan kelembaban relatif (RH) pada lokasi studi dilakukan pada 32 titik pengamatan, dengan jarak tiap titik ± 200 meter pada sisi sebelah Timur pedestrian jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Selengkapnya data disajikan pada Tabel 10 di bawah ini.

80 62 DATA LAPANG Tabel 10 Perbandingan hasil pengamatan suhu dan kelembaban relatif pada lokasi studi WAKTU PENGAMBILAN DATA PAGI SIANG SORE MALAM ( WIB) ( WIB) ( WIB) ( WIB) Min. Maks. Rata-rata Min. Maks. Rata-rata Min. Maks. Rata-rata Min. Maks. Rata-rata Ratarata Harian Pengukuran Sendiri *) Suhu ( O C) Kelembaban Relatif/RH (%) THI BMKG **) Suhu ( O C) Kelembaban Relatif/RH (%) THI *) **) periode tanggal 23 Juni 2008; lokasi pengukuran pedestrian Jl. M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. periode tanggal 23 Juni 2008; lokasi pengukuran Kemayoran, Jakarta Pusat; metode pengukuran dilakukan harian, dengan interval pengukuran tiap 30 menit. Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan antara hasil pengukuran sendiri dengan data yang diperoleh dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). Berdasarkan pengukuran lapang terhadap suhu dan kelembaban relatif (RH) pada lokasi studi menunjukkan bahwa suhu rata-rata berkisar antara 31,9 O C hingga 35,1 O C, sedangkan kelembaban relatif (RH) rata-rata berkisar antara 38,8% hingga 50,2%. Sedangkan data dari BMKG menunjukkan bahwa suhu rata-rata berkisar antara 28,03 O C hingga 32,26 O C, sedangkan kelembaban relatif (RH) rata-rata berkisar antara 40,58% hingga 64,41%. Pada pengukuran sendiri, kondisi klimatik rata-rata harian, yaitu nilai THI telah melampaui batas ambang kenyamanan (THI > 26), sedangkan data dari BMKG menunjukkan bahwa pada wilayah Jakarta Pusat (Kemayoran), kondisi klimatik masih berada pada kondisi yang nyaman (THI=26). Perbedaan ini dapat dimaklumi bahwa terdapat perbedaan dalam metode pengambilan data, terutama dalam interval waktu dan lokasi pengukuran. Interval waktu yang digunakan pada pengukuran sendiri lebih difokuskan pada waktu-waktu saat intensitas penggunaan ruang pada tingkat tinggi dan/ atau sangat tinggi, hal ini dihubungkan dengan kenyamanan termal lokasi studi

81 63 terhadap aktivitas pengguna ruang. Sedangkan interval waktu yang digunakan oleh BMKG lebih difokuskan untuk memperoleh data berdasarkan rata-rata harian. Pada daerah tropis, suhu bumi tertinggi biasanya terjadi pada pukul dan suhu bumi terendah terjadi pada pukul Tetapi data yang dihasilkan melalui pengukuran sendiri dengan data hasil BMKG tetap akan secara signifikan berbeda antar interval waktu. Perbedaan antar lokasi pengamatan juga sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran sendiri mengambil lokasi di sepanjang jalur pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Pusat, dengan mengambil 32 titik sampel pengukuran (sesuai lokasi studi). Karakteristik tapak yang dipengaruhi oleh lanskap jalan dan intensitas penggunaan ruang di sekelilingnya yang berupa CBD (Central Bussiness District) akan sangat berbeda dengan lokasi pengamatan BMKG di sekitar daerah Kemayoran, Jakarta Pusat, terutama iklim mikro yang terbentuk antara kedua lokasi tersebut. Berdasarkan data pengukuran sendiri terhadap kondisi klimatik lokasi studi, maka dapat dilihat bahwa pada kondisi puncak lingkungan yaitu pada pukul WIB, suhu dan kelembaban wilayah ini telah melampaui batas kenyamanan lingkungan untuk manusia beraktivitas di dalamnya (Tabel 10). Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk memodifikasi ketidak-nyamanan tersebut dengan memperbaiki lingkungan mikro tapak, terutama pada lokasi studi. Meskipun faktor klimatik merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kenyamanan ruang, ternyata secara perseptual hal ini tidak mendapatkan perhatian dari responden (Tabel 4), yang ditunjukkan oleh nilai Chi- Square > 0,05. Secara preferensi responden, faktor klimatik mendapatkan apresiasi yang tinggi (Tabel 6 dan 7), yang ditunjukkan oleh nilai Chi-Square < 0,05. Secara umum, responden menilai bahwa kondisi iklim mikro dan kualitas udara/polusi pada lokasi studi masih kurang, responden menginginkan adanya perbaikan-perbaikan terhadap kondisi tersebut. Pembentukan iklim mikro yang nyaman bagi pengguna tapak tidak dapat dilakukan secara menyeluruh. Hal ini disebabkan bahwa tata ruang di kawasan ini telah terbentuk, untuk merubahnya maka akan merubah kebijakan tata ruang secara keseluruhan pada kawasan ini, sehingga hal ini sangat sulit dilakukan. Hal yang bisa dilakukan adalah

82 64 membentuk lingkungann mikro pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman nyaman untuk aktivitas berjalan kaki. Kenyamanan berjalan kaki diarahkan supaya pengguna mendapatkan efek naungan atau bayangan sehingga terlindungi dari sinar matahari dan hujan. Efek naungan atau bayangann dapat terbentuk melalui struktur fisik seperti bangunan atau fasilitass lainnya (misalnya kanopi) atau melalui tajuk tanaman. Penempatan fasilitas atau penanaman tanaman tersebut diarahkan untuk tidak mengganggu mobilisasi pengguna tapak di dalam ruang. Usaha lain yang bisa dilakukan adalah dengan pembatasan volume kendaraan, car free day atau usaha lain yang berfungsi untuk membatasi jumlah gas buang kendaraan pada lokasi studi dan mereduksi dampak negatif yang ditimbulkannya. Pedestrian pada Jalan M. H. Thamrin Jend. Sudirman diharapkan sebagai bagian terintegrasi pada program peningkatan kualitas pelayanan perkotaan lainnya. Saat ini pengguna kendaraan pribadi lebih diutamakan, sedangkan pejalan kaki mendapatkan ruang yang kecil proporsinya dibandingkan dengann jalan dan ruang parkir. Kecenderungan ini diperparah dengan tidak adanya koneksitas antar kavling, tiap-tiap kavling terlihat berdiri sendiri tidak sebagai sebuah kesatuan ruang kota. Pada beberapa titik lanskap pedestrian, efek bayangan yang ditimbulkan oleh gedung-gedung tinggi tersebut dan lebar pedestrian yang lebar akan mendukung kenyamanan pedestrian tersebut bagi pengguna ruang, seperti pedestrian di depan gedung BPPT, Jalan M.H. Thamrin (Gambar 14). Gambar 14 Pemandangan pedestrian depan Gedung BPPT, Jalan M.H.. Thamrin.

83 Kenyamanan Fisik/Fungsi Sesuai dengan karakteristiknya, kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman merupakan kawasan CBD (Central Bussiness District) dengan aktivitas pengguna tapak yang sangat tinggi. Aktivitas ini hendaknya disertai dengan pembangunan infrastruktur yang lengkap dan baik, sehingga mampu mengakomodasikan kebutuhan pengguna tapak dalam beraktivitas. Salah satu fasilitas yang penting adalah pedestrian, karena fasilitas ini berfungsi sebagai penghubung antar titik-titik pada lokasi ini. Sesuai dengan fungsinya tersebut, maka seharusnya pembangunan pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman mampu memberikan kenyamanan, baik kenyamanan fisik maupun kanyamanan visual. Berdasarkan pengamatan di lapang, kondisi pedestrian Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman sudah lebih baik, terutama setelah selesai dibangunnya program penataan pedestrian di kawasan jalan ini. Meskipun demikian, kondisi ini belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan pengguna tapak, terutama aspek kenyamanan. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih terbatasnya penggunaan pedestrian, terutama pada saat pengguna berpindah tempat di sepanjang kawasan ini. Pengguna tapak lebih memilih menggunakan kendaraan untuk berpindah tempat daripada menggunakan pedestrian untuk berjalan kaki. Hal ini diduga disebabkan oleh kenyamanan fisik pedestrian itu sendiri (misalnya lebar pedestrian, bahan perkerasan, disain paving dan lainnya) dan/ atau iklim mikro yang terbentuk di dalam ruang pedestrian. Kondisi lanskap yang telah terbangun sejak lama dan menjadi ruang yang masif, menyebabkan permasalahan yang kompleks apabila dilakukan perubahanperubahan di dalam lanskap Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman ini. Sebagai contoh yaitu penataan pedestrian pada kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman ini, pada beberapa titik ruang pedestrian yang terbentuk tidak optimal, baik secara fisik maupun visual. Permasalahan itu antara lain: lebar pedestrian yang sempit, penempatan struktur seperti jembatan penyeberangan orang (JPO), tiang-tiang lampu, bollard masih mengganggu pergerakan pengguna. Elemenelemen lain seperti papan-papan iklan, penunjuk jalan dan rambu lalu-lintas

84 66 kurang memperhatikan standar dimensi dan ketersediaan ruang. Hal ini dapat dilihat pada ruang pedestrian di depan gedung Bangkok Bank (Gambar 15). Gambar 15 Kondisi fisik ruang pedestrian yang tidak nyaman bagi pejalan kaki (Bangkok Bank). Kenyamanan fisik menjadi bahan pertimbangan yang signifikan bagi pengguna dalam mengapresiasikan persepsi dan preferensinya terhadap lokasi studi. Hal ini dapat diamati bahwa pada studi ini, faktor-faktor fisik sangat mempengaruhi apresiasi responden dalam menjawab kuisioner yang ditanyakan. Hal ini diduga karena faktor-faktor fisik berkaitan erat dan langsung dengan kepentingan responden dalam beraktivitas, terutama dalam hal bermobilisasi. Karakteristik jenis pekerjaan responden memiliki keterkaitan yang erat dalam mengapresiasikan persepsi dan preferensinya terhadap kondisi fisik tapak. Hal ini sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka mencapai titik-titik atau ruang-ruang (masuk-keluar gedung) di dalam lanskap kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Selain itu, materi-materi kuisioner yang berkaitan dengan badan pedestrian (seperti bahan, pola dan warna perkerasan), tanaman, kondisi dan ketersediaan fasilitas/infrastruktur jalan (site furniture), keamanan dan kebersihan, berkaitan erat dengan apresiasi responden, seperti yang ditunjukkan data-data pada Tabel 4, 5, 6 dan 7. Penataan ruang pedestrian dalam rangka membangun lanskap yang nyaman, harus memperhatikan berbagai aspek, tidak hanya kepentingan pejalan kaki, tetapi juga kenyamanan pengguna jalan dan pemilik bangunan di sepanjang Jalan M.H.

85 67 Thamrin-Jend. Sudirman. Menambah, mengurangi atau memindahkan elemenelemen fisik pada lanskap ini perlu mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas tersebut. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efektifitas fungsi fisik ruang pedestrian antara lain dengan mengurangi fasilitas/struktur yang mengganggu pergerakan pejalan kaki (seperti tiang-tiang kabel) untuk ditanam di bawah tanah, JPO yang telah ada diganti dengan jalur underpass, memindahkan konsentrasi massa (terutama pada saat masuk dan keluar kantor) untuk mengurai kemacetan yang mungkin timbul misalnya dengan memindahkan halte dan menertibkan angkutan umum. Untuk memodifikasi ikim mikro pada tapak dapat dilakukan dengan menambahkan efek naungan, seperti membangun shelter dan/atau dengan tajuk tanaman. Sedangkan fasilitas-fasilitas seperti papan informasi, papan penunjuk jalan, rambu-rambu lalu lintas dan papan iklan harus memperhatikan kenyamanan sudut pandang mata pengguna dan tidak mengganggu pemandangan. Selain itu diperhatikan pula penempatan, ketersediaan ruang serta dimensi dari fasilitas tersebut Kenyamanan Visual Lanskap Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman sejak dibangun hingga perkembangannya, termasuk ke dalam bentuk lanskap perkotaan yaitu lanskap yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia, terletak di daerah perkotaan dan didominasi oleh struktur dan budaya manusia. Struktur tersebut berupa fasilitasfasilitas yang mendukung fungsi sosial - ekonomi, seperti bangunan-bangunan gedung tinggi dan pedestrian, sebagai tempat mobilisasi. Sebagai sebuah lanskap perkotaan, fasilitas-fasilitas tersebut harus memiliki nilai estetika yang tinggi. Nilai estetika yang tinggi akan menjamin kenyamanan vsiaul bagi pengguna yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, pada studi ini aspek kenyamanan visual menjadi salah satu pertimbangan di dalam membentuk kenyamanan ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. Jumlah responden dalam studi kualitas visual/estetika ini adalah 59 orang yang terdiri atas mahasiswa program studi arsitektur lanskap Institut Pertanian Bogor (IPB) sebanyak 45 orang dan mahasiswa program studi arsitektur lansekap Universitas Trisakti sebanyak 14

86 68 orang. Responden yang dipilih merupakan mahasiswa jurusan arsitektur lanskap tingkat akhir (semester VI dan/atau lebih). Responden terdiri atas mahasiswa semester VI yaitu sebanyak 41 orang (69,5 %) dan mahasiswa semester VIII sebanyak 18 orang (30,5 %). Maksud dan tujuan dipilihnya responden terbatas pada mahasiswa jurusan arsitektur lanskap tingkat akhir adalah responden memiliki pemahaman mengenai fungsi dan estetika lanskap yang lebih dalam dan relatif seragam, sehingga diharapkan bentuk apresiasi yang diberikan pada studi ini lebih tepat dan lengkap dalam mencapai tujuan studi ini. Gambar 16 memperlihatkan keindahan pemandangan pada setiap titik pengamatan di lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. Adanya keragaman nilai SBE yang diperoleh memperlihatkan adanya perbedaan preferensi responden terhadap keindahan pada masing-masing lanskap di dalam lanskap ini. Hasil di bawah memperlihatkan bahwa kualitas estetika lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman sangat beragam. Beberapa lanskap terlihat sangat indah, namun banyak juga lanskap yang kurang menarik, kurang terpelihara dan tidak nyaman secara visual. Lanskap yang memiliki nilai SBE paling tinggi menggambarkan kualitas estetika tinggi dan paling disukai, demikian pula sebaliknya. Lanskap yang tidak disukai atau paling tidak indah, dalam hal ini diindikasikan dengan nilai SBE yang rendah pula. Skor S B E Titik-Titik Pengamatan Pada Lanskap Pedestrian Jl. MH. Thamrin - Jend. Sudirman, Jakarta Pusat Gambar 16 Pendugaan nilai keindahan pemandangan (SBE) pada lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. Lanskap 14 mempunyai nilai SBE tertinggi yaitu sebesar 98,8 jika dibandingkan dengan lanskap lainnya. Nilai SBE terendah dimiliki oleh lanskap

87 69 12 dengan nilai sebessar -76,2. Tingginya nilai SBE lanskap 144 mungkin d disebabkan oleh o karakteeristik lanskaap tersebut, yaitu tatanann yang rapi dari pohon p pedestrian y yang mulai tiinggi dan lebbar dari peddestrian yangg cukup lebaar sehingga m memberikan n kesan luaas terhadapp ruang terrsebut. Lansskap ini memberikan m p pemandanga an efek visuual berupa bayangan gedung g Plazza ABDA dan d secara ruang yangg nyaman daan teduh, seerta konfigu s struktural memberikan m urasi taman d depan gedu ung yang menunjang keindahan pemandangan penggu una ruang ( (Gambar 17)). Dapat mem mberikan stiimulus kepada penggunaa ruang untu uk bergerak l leluasa dan pandangan yang luas sserta menyeeluruh, di teengah-tengahh dinamika b bangunan-ba angunan berrtingkat tingggi yang ada di d sekitarnyaa. G Gambar 17 Pemandanggan-pemandaangan lansk kap pedestriaan yang mem miliki nilai SBE tertingggi.

88 70 Lanskap dengan nilai SBE tertinggi memiliki karakteristik ruang yang hampir sama. Badan pedestrian yang lebar merupakan pertimbangan utama responden di dalam memilih lanskap yang memiliki nilai estetika tinggi. Kemudahan dan keleluasaan bergerak di dalam ruang pedestrian akan memberikan kenyamanan mobilisasi, baik bergerak santai atau cepat tanpa mengganggu pergerakan pengguna lainnya. Selain itu, modifikasinya dengan elemen tanaman yang ditanam secara baik, teratur dan terpelihara memberikan efek visual yang tinggi. Faktor lain adalah efek keteduhan pada lanskap tersebut, keteduhan dapat muncul melalui struktur bangunan dan/atau tajuk pohon. Keteduhan secara tidak langsung mempengaruhi psikologi dan fisik pengguna terhadap iklim mikro tapak. Sebaliknya, rendahnya nilai SBE lanskap 12 (nilai SBE sebesar -76,2) mungkin disebabkan oleh penanaman tanaman estetika yang terdapat di bak tanaman yang tidak terawat dan tumbuh baik (Gambar 18). Selain itu, lebar pedestrian yang terlalu sempit, menyebabkan pergerakan pengguna ruang menjadi tidak leluasa dan memberikan efek tidak nyaman sewaktu berjalan melewati titik ini. Pedestrian ini juga berbatasan dengan pagar dari lahan kosong yang tidak terawat, terlihat tanaman pagar tersebut terkesan tumbuh liar, sehingga secara visual tidak menunjang kenyamanan pemandangan. Hasil perhitungan kualitas estetika (SBE) yang telah dilakukan dikelompokan kedalam 3 kategori kualitas, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan dilakukan dengan metode kuartil. Kuartil adalah nilai-nilai yang membagi segugus pengamatan menjadi 4 (empat bagian) yang sama besar, yaitu masing-masing 25% (Walpole, 1988). Pada studi ini, yang dimaksud gugus adalah nilai SBE seluruh lanskap yang diurutkan dari yang terendah sampai dengan tertinggi. Kualitas tinggi adalah 25% gugus nilai SBE tertinggi, sedangkan kualitas rendah adalah 25% gugus nilai SBE terendah. Kualitas sedang adalah 50% gugus yang mempunyai nilai di antara kedua kualitas tersebut sebelumnya. Tetapi dalam studi ini, untuk meningkatkan selang kualitas estetika, maka pengelompokan pada kualitas sedang diubah, yaitu 50% gugus dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 25% untuk gugus tertinggi dan 25% untuk gugus terendah. Untuk 25% gugus tertinggi dikelompokkan pada kualitas sedang, sedangkan 25% gugus

89 71 t terendah dikkelompokkann pada kualitas rendah. Lebih jelassnya dapat dilihat d pada T Tabel 11 dan n Gambar 199 di bawah. G Gambar 18 Pemandanggan-pemandaangan lansk kap pedestriaan yang mem miliki nilai SBE terenddah. Berdaasarkan fakto or persepsi ddan preferenssi respondenn terhadap keenyamanan v visual, mem mandang peerlunya peniingkatan daalam hal dissain, pola dan d warna p perkerasan paving pedeestrian saat ini. Secaraa umum, diisain, pola dan warna p perkerasan t tersebut terllihat monotoon pada tapaak sehinggaa diduga meenimbulkan k kebosanan t terhadap peemandangann yang ditim mbulkan. Oleh O karena itu, perlu a adanya variaasi disain daan pola perkkerasan padaa jarak terteentu, sehinggga terdapat k keragaman p pemandanga an, misalnyaa setiap 200 meter. m Selaiin itu, pemiliihan warna

90 72 perkerasan dipilih warna-warna yang tidak memantulkan sinar sehingga tidak menyilaukan mata pengguna. Tabel 11 Hasil pengelompokan nilai SBE berdasarkan kualitas estetika Kualitas Estetika Rendah Interval Nilai SBE Sedang LANSKAP KE ; 11 ; 12 ; ; 7 ; 13 ; 27 ; 35 ; 36 ; 47 ; 48 3 ; 5 ; 16 ; 20 ; 21 ; 22 ; 23 ; 25 ; 26 ; 28 ; 30 ; 32 ; 34 ; 37 ; 39 ; 40 ; 43 ; 44 ; 46 ; 49 ; 50 Prosentase ( % ) Tinggi ; 6 ; 8 ; 9 ; 10 ; 14; 15; 17 ; 19 ; 24 ; 29 ; 31 ; 33 ; 38 ; 41 ; 42 ; Nilai S B E Rendah Sedang Tinggi Titik-titik Pengamatan pada Lanskap Pedestrian Jl. M.H. Thamrin - Jend. Sudirman Gambar 19 Pembagian pengelompokan nilai SBE berdasarkan kualitas estetika Analisis Integratif dan Rekomendasi Apabila diamati pada data-data persepsi dan preferensi di atas, maka akan ditemukan inkonsistensi data, baik dalam aspek persepsi, preferensi maupun hubungan antar keduanya. Misalnya pada aspek persepsi akan kebersihan dan fasilitas tempat sampah, kategori uji yang berkaitan dengan kebersihan adalah faktor pendidikan, sedangkan kategori yang berkaitan dengan fasilitas tempah sampah adalah faktor pekerjaan responden. Contoh lain yaitu, pada aspek preferensi kesesuaian peletakkan utilitas, saran untuk street furniture dan saran untuk informasi penunjuk jalan. Pada tabel preferensi, kesesuaian peletakan utilitas kategori yang berkaitan yaitu faktor umur, saran untuk street furniture kategori yang berkaitan adalah faktor pendidikan dan pekerjaan, sedangkan saran untuk informasi penunjuk jalan tidak ada kategori yang berkaitan.

91 73 Inkonsistensi data ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, diduga disebabkan oleh faktor psikologi responden pada saat mengisi kuisioner yang dibagikan. Faktor konsentrasi yang tidak terjaga sepanjang waktu mengisi kuisioner yang disebabkan oleh kesibukan pekerjaan, tergesa-gesa dan lainnya menyebabkan kuisioner diisi seadanya. Kedua, adalah faktor kurangnya pengetahuan, wawasan dan pemahaman responden mengenai konsep pedestrian yang baik. Kurang atau tidak adanya referensi pedestrian yang baik, yang dibangun atau pernah dilalui oleh responden, sehingga tidak ada tolak ukur yang menjadi pegangan responden selama mengisi kuisioner. Faktor ketiga yaitu keberagaman latar belakang (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan) responden. Keberagaman tersebut menyebabkan pola pikir antar responden menjadi tidak sama, karena tidak ada dasar pemahaman yang sama. Sehingga pada saat mengisi kuisioner hanya didasarkan menurut pola pikir masing-masing responden. Faktor terakhir yaitu intensitas dan durasi (lama) interaksi responden dengan lokasi studi, meskipun responden sering atau bahkan bekerja di perkantoran sepanjang lokasi studi, pemahaman pada tapak atau feel of the land masih rendah. Durasi (lama) responden berinteraksi dengan pedestrian hanya pada saat masuk dan keluar perkantoran, sedangkan pada saat berpindah titik tujuan, rata-rata memanfaatkan angkutan umum atau pribadi, jarang sekali pengguna ruang berpindah lokasi tujuan dengan berjalan kaki (dengan berbagai alasan), yang memungkinkan durasi interaksi dengan pedestrian menjadi lebih lama. Ketiadaan pemahaman pada tapak atau feel of the land yang mendalam menyebabkan apresiasi yang dituangkan dalam kuisioner menjadi tidak mendalam pula. Meskipun demikian, dari kedua aspek persepsi dan preferensi di atas, dapat dilihat bahwa kategori pekerjaan berpengaruh sangat besar pada saat responden memberikan apresiasi terhadap penelitian ini. Faktor-faktor yang berpengaruh langsung dengan kepentingan pekerjaan responden cenderung mempengaruhi persepsi dan preferensinya terhadap ruang pedestian Jalan M..H. Thamrin Jend. Sudirman. Oleh karena itu faktor ini menjadi salah satu perhatian penting didalam penyusunan perencanaan lanskap pedestrian yang nyaman.

92 74 Kenyamanan pada studi ini dibentuk oleh 3 aspek kenyamanan, yaitu secara fisik/fungsi, yaitu material dan bahan perkerasan pedestrian; klimatik, yaitu kondisi iklim mikro tapak; dan secara visual, yang dibentuk oleh kondisi dan suasana pemandangan (view) di sekitar lokasi studi. Kenyamanan fisik/fungsi sangat mempengaruhi pengguna ruang (user) terutama dalam kaitannya dengan kelancaran, kemudahan serta aksessibilitas pengguna ruang terhadap pekerjaannya (masuk-keluar kantor dan berpindah lokasi). Pengguna ruang memandang serta menginginkan perkerasan pedestrian yang tidak mengganggu aktivitas pekerjaannya. Sedangkan faktor-faktor kelengkapan dan perlengkapan jalan (street furniture) serta utilitas yang menyertainya sedapat mungkin mempermudah pergerakan pengguna di dalam ruang pedestrian. Kenyamanan klimatik berkaitan erat dengan perasaan tentang sejuk atau panas pada suatu lokasi. Pengguna cenderung memilih titik atau lokasi yang memberikan keteduhan selama berakfitas atau bermobilisasi pada ruang pedestrian. Modifikasi iklim mikro dapat dilakukan dengan membangun shelter atau menanam pohon sehingga menimbulkan naungan di bawahnya. Naungan ini akan menghalangi penetrasian sinar matahari, sekaligus mengurangi panas permukaan yang diakibatkannya, sehingga terjadi penurunan suhu dan peningkatan kelembaban udara. Sedangkan kenyamanan visual lebih diprioritaskan pada pengguna ruang secara umum (masyarakat). Sebagai salah satu koridor jalan yang sangat penting di ibukota Jakarta, lanskap Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman hendaknya mencerminkan sebuah ruang yang humanis dan nyaman. Maksudnya adalah selain didominasi oleh bangunan-bangunan tinggi pencakar langit, hendaknya lanskap jalan (termasuk pedestrian) ini tetap memelihara keberpihakannya pada masyarakat umum sebagai sebuah ruang publik yang diciptakan melalui kualitas visualnya. Kualitas visual tidak hanya muncul dari bentuk fisik pedestriannya saja, tetapi juga merupakan satu kesatuan dengan elemen-elemen lanskap penunjang yaitu tanaman, kelengkapan dan perlengkapan jalan (street furniture) serta utilitas yang menyertainya.

93 75 Hubungan antara aspek kenyamanan fisik/fungsi, klimatik, visual dengan persepsi dan preferensi pengguna ruang ditunjukkan oleh matriks Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12 Hubungan antara aspek kenyamanan fisik/fungsi, klimatik, visual dengan persepsi dan preferensi pengguna ruang. Aspek Kenyamanan Elemen Lanskap Persepsi dan Preferensi Rekomendasi Perencanaan FISIK/FUNGSI Badan pedestrian Tanaman Papan reklame - Bahan perkerasan terlihat licin dan kurang memudahkan pergerakan. - Lebar pedestrian yang memadai. Kurang kombinasi antar jenis tanaman. Kurang memperhatikan struktur, dimensi dan penempatannya. - Bahan perkerasan yang tidak licin dan memudahkan pergerakan pengguna tapak. - Lebar ideal pedestrian ± 6 meter. - Jenis tanaman yang ditanam hendaknya merupakan perpaduan antara pohon, perdu, semak, penutup tanah atau rumput. - Jenis-jenis pohon pelindung harus ada pada tapak. - Lebih memperhatikan jumlah dan peletakkannya, terutama pada pusat-pusat keramaian. Fasilitas tempat duduk Fasilitas telepon umum Fasilitas kotak pos Fasilitas papan informasi Fasilitas tempat sampah Fasilitas street furniture lainnya Fasilitas penyandang cacat Jaringan utilitas lainnya Kurang memperhatikan struktur, dimensi dan penempatannya. - Perlu disediakan. - Perlu ditandai dengan bahan, warna dan disain perkerasan yang berbeda dengan jalur biasa. Masih terdapat jaringan utilitas yang mengganggu pergerakan. - Lebih memperhatikan jumlah dan peletakkannya, terutama pada pusat-pusat keramaian. - Perlu dibangun jalur pergerakan bagi penyandang cacat pada areal pedestrian. - Lebar jalur disesuaikan dengan lebar pedestrian. - Jalur ini dapat ditandai dengan bahan, warna atau disain perkerasan yang berbeda dengan jalur biasa. - Kabel listrik, telepon, gas dan air hendaknya ditanam.

94 76 KLIMATIK VISUAL Kebersihan dan keamanan Iklim mikro dan polusi/kualitas udara Badan pedestrian Tanaman Pengganggu kualitas visual Beberapa daerah masih belum terawat kondisi kebersihan dan keamanannya. - Suhu udara saat siang masih tidak nyaman. - Antisipasi terhadap polusi. - Pola perkerasan kaku. - Warna perkerasan mencolok dan memantulkan sinar matahari. - Perlu kombinasi dengan tanaman berbunga. - Penataan tanaman kurang baik. Pengaturan dan penataan infrastruktur/street furniture kurang rapi dan mengganggu pemandangan. - Lebih ditingkatkan kembali, terutama pada pusat-pusat keramaian. - Usaha-usaha peningkatan kebersihan dan keamanan, selain oleh pihak pemda, pemilik kavling, pengguna tapak dan masyarakat sekitar harus dilibatkan. - Memperbanyak efek teduh melalui naungan dan/atau bayangan, baik struktur dan tajuk tanaman. - Pembatasan jumlah kendaraan yang melintas. - Penetapan batas ambang emisi kendaraan. - Penanaman tanaman penyerap polusi. - Pola perkerasan diusahakan membentuk pola organik yang tidak kaku. - Warna perkerasan lebih sederhana dan tidak mencolok-memantulkan cahaya. - Jenis pohon yang dipilih adalah jenis pohon berbunga. - Ditata dan dipelihara lebih baik dan intensif. - Pengaturan dan penataan yang rapi, sehingga tidak menggangu pemandangan. Kombinasi ketiga kenyamanan tersebut di atas, merupakan unit yang menyatu di dalam sebuah lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Ketiadaan salah satunya akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap kualitas ruang pedestrian secara keseluruhan. Ketidak-nyamanan fisik/klimatik akan menyebabkan terganggunya aktivitas pengguna ruang untuk mengakses tujuan di sekitar lanskap ini. Begitu juga dengan kurangnya kenyamanan visual, hal ini akan menyebabkan interaksi pengguna ruang dengan pedestrian akan rendah yang pada akhirnya apresiasi pengguna ruang terhadap

95 77 pedestrian ini menjadi tidak optimal (menjadi tidak peduli). Beberapa titik atau daerah yang perlu segera mendapat perhatian dalam rangka perbaikan fungsi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman dapat dilihat pada Gambar 20 di bawah ini. Bangkok Bank Lebar pedestrian yang sempit dan JPO yang mengganggu pergerakan. Rekomendasi: Perlu pertimbangan untuk menambah lebar pedestrian dan merelokasi fasilitas umum dan sosial di sekitarnya. Tanah kosong di dekat BEJ Pemandangan yang tidak nyaman dan terkesan tidak teraw at. Rekomendasi: Perlu penataan dan peraw atan yang lebih baik terhadap tanaman yang ada dan/atau introduksi tanaman yang lebih baik. Jembatan Dukuh Atas Iklim mikro yang tidak nyaman. Rekomendasi: Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan, baik buatan atau tajuk tanaman. Etty Tow e r Iklim mikro yang tidak nyaman dan pemandangan sekitar yang terkesan tidak terpelihara. Rekomendasi: - Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan, baik buatan atau tajuk tanaman. - Perlu keragaman pemandangan dengan mengintroduksi tanaman, untuk memperlembut pemandangan sekitarnya. Fly-over Semanggi Iklim mikro yang tidak nyaman; pemandangan sekitar yang terkesan tidak terpelihara; dan pedestrian yang kurang memadai. Rekomendasi: - Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan. - Perlu keragaman pemandangan dengan mengintroduksi tanaman. - Perlu penataan kembali pedestrian di sekitarnya. Gambar 20 Beberapa titik yang perlu segera mendapat perhatian dalam perbaikan fungsi pedestrian. Penanaman tanaman, serta kombinasi konfigurasi antar jenis akan memberikan keragaman pemandangan, diantara dominasi pemandangan struktur serta bangunan lainnya di sepanjang Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Perpaduan antar jenis tanaman memberikan kesan alami di tengah-tengah bangunan-bangunan yang artifisial. Meskipun demikian, sebagai sebuah lanskap perkotaan dengan didominasi lanskap binaan maka seharusnya penempatan antar elemen harus disusun dengan rapi dan teratur sehingga memudahkan dalam pemeliharaan dan pengelolaannya. Oleh karena itu, kenyamanan fisik/klimatik dan visual pada lanskap pedestrian Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta harus dapat direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu menciptakan kenyamanan ruang yang baik.

96 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Secara umum, kondisi ruang pedestrian yang terbangun tersebut belum sepenuhnya mendukung kenyamanan klimatik, hal ini terlihat terutama pada kondisi puncak panas harian (antara pukul WIB), nilai THI lebih dari 26. Kondisi klimatik tersebut menyebabkan pengguna ruang merasa tidak nyaman dalam beraktivitas di sepanjang jalur pedestrian ini, lebih baik berkendara daripada berjalan kaki. Berdasarkan persepsi responden, kategori uji jenis pekerjaan sangat mempengaruhi latar belakang responden dalam mengapresiasikan persepsinya terhadap kondisi ruang pedestrian (41,18%). Hal ini sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka mencapai titik-titik atau ruang-ruang di dalamnya. Sedangkan preferensi responden menunjukkan bahwa kategori uji tingkat pendidikan (40%), jenis pekerjaan (36,67%) dan umur (33,33%) mempengaruhi apresiasi keinginannya terhadap kondisi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Menurut persepsi dan preferensi responden tersebut, kondisi fisik ruang pedestrian merupakan faktor yang lebih dominan sebagai penunjang kenyamanan beraktivitas pada ruang pedestrian. Sedangkan kenyamanan visual bukan merupakan faktor dominan sebagai penunjang kenyamanan. Meskipun demikian, untuk membentuk sebuah fasilitas publik yang baik maka hendaknya selain kenyamanan fisik fasilitas itu sendiri, kenyamanan visual harus juga diperhatikan. Kenyamanan visual pada tapak dapat dibentuk melalui kualitas visual yang tinggi. Kualitas visual tinggi, yang diinginkan oleh pengguna tapak adalah pemandangan yang memiliki karakteristik tatanan yang rapi dari pohon serta konfigurasi tanaman pada ruang pedestrian dan di sekelilingnya, badan pedestrian yang cukup lebar sehingga memberikan kesan luas terhadap ruang tersebut. Selain itu, kesan nyaman dan teduh yang ditimbulkan bayangan gedung-gedung memberikan stimulus kepada pengguna ruang untuk bergerak leluasa dan pandangan yang luas serta menyeluruh.

97 79 Kombinasi kenyamanan fisik/fungsi, klimatik dan visual tersebut merupakan unit yang menyatu di dalam sebuah lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Untuk ke depannya, kebijakan perencanaan mengenai penataan pedestrian Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman seharusnya mampu mengakomodasikan faktor-faktor kenyamanan tersebut. Melalui perencanaan yang lebih baik, hendaknya lanskap yang terbangun tidak hanya memiliki keberpihakan pada pemilik bangunan tetapi juga terhadap pengguna ruang pedestrian Saran Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini Dinas Pertamanan dan dinas-dinas terkait lainnya, harus lebih memperhatikan keinginan-keinginan pengguna tapak pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Pusat terutama sebagai bahan masukan dan pertimbangan didalam pengelolaan ruang pedestrian tersebut. Hal ini dimaksudkan agar ruang publik pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman dapat optimal sesuai dengan fungsinya sebagai tempat berjalan kaki, nyaman bagi penggunanya dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Peningkatan kenyamanan lebih diarahkan pada kenyamanan fisik/klimatik pedestrian, hubungannya dengan kemudahan pergerakan pengguna. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi iklim mikro (suhu, kelembaban, angin dan sinar matahari), peningkatan kualitas fisik pedestrian, dari bahan dan material serta disain serta penempatan dan kesesuaian kelengkapan dan perlengkapan jalan (street furniture). Sedangkan kenyamanan visual, sebagai faktor pendukung kenyamanan dapat dicapai melalui penataan yang rapi antara elemen-elemen lunak (softscape) seperti tanaman dan elemen keras (hardscape) yaitu kelengkapan dan perlengkapan jalan.

98 DAFTAR PUSTAKA Allport FH Theories of Perceptions and The Concept of Structures. John Willey and Sons. New York. 65p. Arnold HF Trees in Urban Design. Van Nostrand Reinhold Co. New York. 168p. Boedojo P, Kumoro BJ, Supranoto T, Sasmita A, Prianto D, Sielie JT, Kusnadi TH Arsitektur, Manusia dan Pengamatannya. Djambatan. Jakarta. 120hal. Brockman CF, Merriem LC Recreational Use of Wild Land. Mc. Graw- Hill Book Inc. Co. New York. 346p. Brooks RG Site Planning Environment, Process and Development. Prentice Hall Career and Technology. New Jersey. 322p. Carmona M, Heath T, Oc T, Tiesdell S Public Places-Urban Spaces: The Dimensions of Urban Design. Architectural Press. An imprint of Elsevier. Oxford. 312p. Carpenter PL, Walker TD, Lanphear FO Plants in The Landscape. W H Freeman and Co. San Fransisco. 481p. Daniel TC, Booster RS Measuring Landscape Aesthetic: The Scenic Beauty Estimation Method. USDA Forest Service Research Paper RM p. Dharmawandhani D Pendugaan Keindahan Pemandangan (Scenic Beauty Estimation) Lansekap Kebun Raya Bogor. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 74hal. Departemen of Transport of British Roads and Traffic in Urban Areas. British. 418p. Departemen Perhubungan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 65. Tentang Fasilitas Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Departemen Perhubungan. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta. 9hal. Eckbo G Urban Landscape Design. Mc.Graw-Hill Book Inc.Co. New York. 248p. Effendi Dasar-Dasar Klimatologi. Menara. Jakarta. 150 hal. Hakim R Unsur Perancangan Dalam Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 176hal.

99 81 Hakim R, Utomo Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Prinsip, Unsur dan Aplikasi Desain. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 242hal. Harris CW, Dines NT Time Saver Standards for Landscape Architecture: Design and Construction Data. Mc. Graw-Hill Book Inc. Co. New York. 800p. Hilgard ER The Goals of Perception. In. Stephen Kaplan and Rachel Kaplan Humanscape. Duxburry Press North Scituate. Massachussets. p: Johnson R, Wichern DW Aplied Multivariate Statistical Analysis. Prentice-Hall International, Inc. 816p. Kodariyah R Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Perdagangan di Kota Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 34hal. Laurie M Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Intermatra. Bandung. 133hal. Lime DW, Stanley GH Carrying Capasity: Maintaning Outdoor Recreation Quality. In. Carlton S. Van Doren, George B. Priddle, John E Lewis Land and Leasure: Consepts and Methods in Outdoor Recreation. Maarufa Press Inc. Chicago. p: Lynch K The Image of The City. Cambridge Mass. M.I.T.press. 226p. Nieuwolt S Tropical Climatology: An Introduction to The Climates of Low Latitudes.John Willey and Sons. London. 207p. Nurisjah S, Qodarian P Penuntun Praktikum Perencanaan Lansekap. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 59hal. Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Jakarta. 17hal. Porteous JD Environment and Behavior: Planning and Everyday Urban Life. Addison-Wesley Publishing Inc.Co. Massachussets. 446p. Santoso S Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta. 390hal. Simonds JO Landscape Architecture. McGraw-Hill, Inc. New York. 331p. Suharjo B, Siswadi Analisis Eksplorasi Data Peubah Ganda dan SPSS 7,5. Jurusan Matematika, FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 87hal. Tood KW Tapak, Ruang dan Struktur (Terjemahan). Intermatra. Bandung. 187hal.

100 82 Tursilowati L Use of Remote Sensing And GIS To Compute Temperature Humidity Index As Human Comfort Indicator Relative With Land Use- Land Cover Change (LULC) In Surabaya. Proceeding of The 73 th International Symposium On Sustainable Humanosphere. LAPAN. Bandung. p: Walpole RE, Penga ntar Statistika. Edisi Ke-3 (Terjemahan). PT. Gramedia. Jakarta.511 Hal. Widjayanti Perencanaan Lansekap Jalan Tol Arteri Semarang. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). 97hal.

101 L A M P I R A N

102 84 Lampiran 1 Format Kuesioner Studi Persepsi dan Preferensi KUESIONER STUDI PERSEPSI DAN PREFERENSI TERHADAP KENYAMANAN RUANG PEDESTRIAN KAWASAN JALAN THAMRIN-SUDIRMAN JAKARTA Segmen Trotoar : Tanggal : 2006, Jam : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Jenis kelamin : L / P 3. Umur : th 4. Pendidikan formal terakhir: a. Tidak Sekolah c. SMP / Tsanawiyah b. SD / Madrasah d. SMA / Aliyah e. Akademi / Diploma f. Perguruan Tinggi 5. Pekerjaan utama: a. Tidak Bekerja c. PNS / TNI / Polri e. Wiraswasta b. Pelajar / mahasiswa d. Pedagang Informal f. Karyawan Swasta II. PERSEPSI PENGGUNA (JAWABAN BOLEH LEBIH DARI SATU) 1. Menurut anda, apa fungsi ruang pedestrian di Jl. MH Thamrin dan Sudirman? No. FUNGSI Prioritas 1 Tempat Berjalan Kaki 2 Tempat Tunggu Kendaraan 3 Tempat Interaksi 4 Tempat berteduh 5 Keindahan Kota 6 Tempat Olahraga 7 Tempat Rekreasi 8 Tempat PKL 9 Lainnya, sebutkan: 2. Bagaimana pendapat Saudara tentang ruang pedestrian yang sudah ada? URAIAN Kenyamanan: PERSEPSI - Kebersihan a.sangat baik, b. Baik, c.biasa d. Tidak baik, e. Sangat tidak baik - Keamanan a.sangat baik, b. Baik, c.biasa d. Tidak baik, e. Sangat tidak baik - Ukuran /lebar a.sangat baik, b. Baik, c.biasa d. Tidak baik, e. Sangat tidak baik

103 85 - Iklim mikro (suhu kelembaban curah hujan sinar matahari) a.sangat baik, b. Baik, c.biasa d. Tidak baik, e. Sangat tidak baik -Kelengkapan street furniture : a Sangat baik,b.baik, c.biasa d Tidak baik, e. Sangat tidak baik Kemudahan pencapaian(dari halte ketujuan) a Sangat baik,b.baik, c.biasa d Tidak baik, e. Sangat tidak baik Informasi / penunjuk jalan a Sangat bai k, b.baik, c. Biasa d/.tidak baik, e. Sangat tidak baik Kenyamanan paving(perkerasan permukaan jalan) a Sangat baik, b. Baik, c. Biasa d.tidak baik, e. Sangat tidak baik Polusi / Kualitas udara a.sangat baik, b. Baik, c. Biasa d.tidak baik, e. Sangat tidak baik Pengganggu kenyamanan sebutkan (PKL, Kebersihan) a Sangat banyak, b Banyak, ctidak banyak, d. tidak ada Keindahan (visual): - Disain paving ( pekerasan a Sangat baik, b. Baik, c.biasa. permukaan jalan d.tidak baik, e. Sangat tidak baik - Disain elemen jalan a Sangat baik, b. Baik, c. Biasa d.tidak baik, e. Sangat tidak baik - Tata letak penempatan elemen a Sangat baik, b. Baik, c. Biasa jalan d.tidak baik, e. Sangat tidak baik - Tanaman a Sangat baik, b. Baik, c. Biasa d.tidak baik, e. Sangat tidak baik -Gangguan yang merusak a Sangat baik, b. Baik, c. Biasa pemandangan ( Papan reklame, d.tidak baik, e. Sangat tidak baik tiang listrik, lampu jalan, telpon,vandalisme -Kualitas visual diluar jalur a Sangat baik, b. Baik, c. Biasa d.tidak baik, e. Sangat tidak baik 3. Menurut Anda, apa penyebab utama ketidaknyamanan ruang pedestrian? Sebutkan!

104 86 4. Menurut Anda, apa penyebab utama ketidakindahan ruang pedestrian? Sebutkan! Bagaimana pendapat anda tentang fasilitas yang tersedia pada ruang pedestrian di kawasan Jl. Thamrin Sudirman Fasilitas Ada Tidak Kondisi a. Rambu Lalulintas a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik b. Lampu Jalan a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik c. Halte a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik d. Papan Reklame a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik e. Tempat Duduk a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik f. Telepon Umum a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik g. Kotak Surat a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik h. Papan Informasi a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik i. Tempat Sampah a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik j. Pos Keamanan a.sangat baik, b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik k. Penyandang Cacat a.sangat baik,

105 87 b.baik, c.biasa d.tidak baik e. Sangat tidak baik 6. Perlukah fasilitas-fasilitas untuk penyandang cacat di areal pedestrian? a. Perlu b. Tidak perlu 7. Bolehkah areal pedestrian dipasang papan reklame? a. Boleh b. Terbatas (dimensi+jumlah) c. Tidak 8. Apa ruang pedestrian yang ada sekarang telah terpelihara dengan baik? a. Sudah b. Kurang c. Belum 9. Apakah adanya vegetasi pada ruang pedestrian sudah memberikan keteduhan? a. Sudah b. Kurang c Belum 10. Bagaimana pendapat saudara tentang pedestrian yang sudah ada dan manfaatnya? a. Sangat baik b. Baik c. Tidak baik d. Sangat tidak baik 11. Menurut saudara siapa yang bertanggung jawab mengelola dan memelihara ruang pedestrian? a. Pemda DKI b. Pemilik kavling c. Lain-lain III. PREFERENSI PENGGUNA (JAWABAN BOLEH LEBIH DARI SATU) 1. Apa fungsi ruang pedestrian yang anda inginkan? No. FUNGSI Prioritas 1 Tempat Berjalan Kaki 2 Tempat Tunggu Kendaraan 3 Tempat Interaksi 4 Tempat Berteduh 5 Keindahan Kota 6 Tempat Olahraga 7 Tempat Rekreasi 8 Tempat PKL 9 Lainnya, sebutkan: 2. Seperti apa bentuk ruang pedestrian yang anda inginkan? a. penuh pengerasan, b. Kombinasi perkerasan dan tanaman c. Kombinasi perkerasan dan fasilitas penunjang d. Kombinasi perkerasan, tanaman,dan fasilitas penunjang. 3. Bahan perkerasan apakah yang anda inginkan untuk ruang pedestrian pada kawasan Jl. Thamrin dan Sudirman? a. Beton cor b. Batu kali c. Con Blok d. Batu kerikil e. Lain-lain 4. Bagaimana pola perkerasan yang anda inginkan untuk ruang pedestrian pada kawasan Jl. Thamrin dan Jl. Sudirman? a. Berpola b. Bertekstur c. Polos d. Lain-lain

106 88 5. Apa warna perkerasan yang anda inginkan? a. Berwarna cerah b. Berwarna lebih sederhana c. Polos( warna putih, warna abu-abu) d. Lain- lain sebutkan Bagaimana pola perkerasan yang baik untuk pedestrian yang diinginkan? a. Zig zag b. Lurus, tidak ada pola c. Bentuk geometris d. Bentuk Asimetris e. Bentuk abstrak /tidak beraturan 7. Berapa lebar jalur pedestrian dikawasan Jl. Thamrin Sudirman yang anda inginkan? a. 2,8 meter 3,6 meter b. 4,5 meter 5,5 meter c. > 10,6 meter 8. Menurut anda elemen apa yang harus ada pada ruang pedestrian di kawasan Jl. Thamrin Sudirman? a. Tanaman : Pohon peneduh, semak perdu, rumput b. Tempat duduk c. Tempat sampah d. Papan informasi e. Pos penjagaan f. Telepon umum g. Lampu penerangan h. Air minum bersih i. Lain-lain 9. Tanaman apakah yang anda inginkan terdapat pada ruang pedestrian pada kawasan Jl. Thamrin Sudirman? a. Pohon b. Semak dan perdu c. Pohon dan rumput d. Pohon dan semak perdu d. Kombinasi a, b,c, 10. Apabila anda memilih tanaman jenis pohon, dengan bentuk fungsi vegetasi apa yang anda inginkan? a. Peneduh b. Pengarah c. Buffer terhadap kebisingan d. Pembatas bagi jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki e. Lain-lain 11. Menurut jenis pohon apa yang anda inginkan? a. Berbunga b. Tidak berbunga 12. Menurut anda penempatan yang sesuai untuk utilitas seperti Hidran, Boks kabel telepon, Boks kabel listrik, Penutup saluran bawah gril penutup pohon, Saluran drainase, Saluran air bersih, diletakkan di? a. Ditanam dibawah pedestrian b. Dimasukan kedalam batas kavling

107 89 c. Diletakan dipermukaan pedestrian. 13. Bagaimana bentuk fasilitas Pengamanan yang anda inginkan? a. Ada pembatas bagi jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki b. Menambah lampu penerangan c. Pos keamanan d. Petugas keamanan sepanjang jalan e. Lain-lainnya 14. Saran atau komentar saudara tentang kondisi dan permasalahan ruang pedestrian? Permasalahan Kenyamanan -Kebersihan Saran/komentar -Keamanan -Ukuran /lebar -Iklim mikro -Kelengkapan Street Furniture -Kemudahan pencapaian dari halte ke tujuan -Informasi penunjuk jalan -Kenyamanan paving -Polusi/kualitas udara -Pengganggu kenyamanan Permasalahan Keindahan: - Disain Paving Saran/komentar - Disain elemen jalan - Tata letak Penempatan elemen jalan - Bentuk pola tanaman - Gangguan yang merusak pemandangan -Kualitas visual diluar jalur pedestrian

108 90 Pengelolahan dan pemeliharaan Lainnya: Terima Kasih atas Partisipasi Anda

109 91 Lampiran 2 Format Kuesioner Penilaian Pendugaan Keindahan PENILAIAN PENDUGAAN KEINDAHAN LANSKAP PEDESTRIAN JL. MH. THAMRIN JEND. SUDIRMAN JAKARTA Responden Nama : Pekerjaan : Mahasiswa / Non Mahasiswa *) Semester :... Intensitas ke Tapak : Sering / Jarang / Tidak Pernah *) SKOR S B E (Scenic Beauty Estimation) semakin tidak indah semakin indah NILAI sangat tidak indah sedang sangat indah LANSKAP Penilaian secara umum kondisi estetika tapak: sangat baik / baik / sedang / buruk / sangat buruk *) *) Lingkari yang benar

110 92 Lampiran 3 Tabel 1 Nilai Z dan SBE masing-masing lanskap Lanskap ke- Nilai Z Nilai SBE Lanskap ke- Nilai Z Nilai SBE

111 93 Lampiran 4 Lanskap 14 Lanskap 29 Lanskap 24 Lanskap 33 Lanskap 38 Lanskap 4 Gambar 1 Foto-foto lanskap yang memiliki nilai SBE tertinggi.

112 94 Lampiran 5 Lanskap 12 Lanskap 1 Lanskap 11 Lanskap 18 Lanskap 13 Lanskap 36 Gambar 2 Foto-foto lanskap yang memiliki nilai SBE terendah.

113 95 Lampiran 6 Sebelum Lanskap 12 Sesudah Sebelum Lanskap 1 Sesudah Sebelum Sesudah Lanskap 18 Gambar 3 Foto-foto hasil mountage untuk meningkatkan kualitas kenyamanan lanskap pedestrian Jl. M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta.

114 96 L a n j u t a n Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkotaan dan Ruang Terbuka

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkotaan dan Ruang Terbuka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkotaan dan Ruang Terbuka Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 tahun 1987, kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah administrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur pedestrian kawasan Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta (Gambar 4). Jalur pedestrian pada Jalan M.H. Thamrin

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan Pembangunan perkotaan membawa perubahan pada lingkungan fisikdan atmosfer kota. Pada lingukungan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul berbagai macam permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang muncul berkembang tersebut disebabkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Padat Kumuh Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Jalur pedestrian di Jalan Sudirman Kota Pekanbaru dinilai dari aktivitas pemanfaatan ruang dan Pedestrian Level of Service. Jalur pedestrian di Jalan Sudirman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Luaran Kegunaan

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Luaran Kegunaan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi ekologis dan sosial. Salah satu RTH yang dimiliki oleh Kota Bogor yaitu Kebun Raya Bogor (KRB). Selain sebagai RTH, KRB juga memiliki

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Wibowo (2010), dalam Analisis Kelayakan Sarana Transportasi Khususnya Trotoar, yang mengambil lokasi penelitian di Pasar pakem, Sleman, Yogyakarta, membahas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak AGUS RULIYANSYAH 1* 1. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak 1049, Indonesia *E-mail: agus.ruliyansyah@faperta.untan.ac.id

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Fasilitas pejalan kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan

Lebih terperinci

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November Prosiding SN SMAP 09 UJI SCENIC BEAUTY ESTIMATION TERHADAP KONFIGURASI TEGAKAN-TEGAKAN VEGETASI DI KEBUN RAYA BOGOR Imawan Wahyu Hidayat 1 1 Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pacet

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang berkembang sangat pesat dengan ciri utama pembangunan fisik namun di lain sisi, pemerintah Jakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap. Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap. Lanskap Jalan 4 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Menurut Simonds (1983) lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Umum Jalur sepeda adalah jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan bagi pengguna sepeda, dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci