BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Nilai Tukar Mata Uang Negara OKI. 1978), sistem nilai tukar mengambang terkendali (1978-Juli 1997), dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Nilai Tukar Mata Uang Negara OKI. 1978), sistem nilai tukar mengambang terkendali (1978-Juli 1997), dan"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Nilai Tukar Mata Uang Negara OKI 1. Indonesia Nilai tukar Rupiah yang stabil merupakan salah satu tujuan otoritas moneter Indonesia. Dari tahun 1970 hingga 2007 Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yakni sistem nilai tukar tetap ( ), sistem nilai tukar mengambang terkendali (1978-Juli 1997), dan sistem nilai tukar mengambang bebas (sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang). Pada periode sistem nilai tukar tetap Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valas untuk menjaga kestabilan nilai tukar. Nilai tukar yang overvalued mendorong pemerintah untuk mendevaluasi Rupiah sebanyak tiga kali (17 April 1970, 23 Agustus 1971, dan 15 November 1978). Devaluasi ini bertujuan untuk menjaga daya saing produk ekspor di pasar internasional. Sumber: International Financial Statistic dalam Yonathan, 2003 Gambar 4.1 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah/USD

2 digilib.uns.ac.id 60 November 1978-Juli 1997 merupakan periode penerapan sistem nilai tukar mengambang di Indonesia. Pemerintah menetapkan kurs indikasi dan membiarkan pergerakan kurs pada kisaran tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, pemerintah melakukan intervensi jika kurs bergejolak melebihi batas atas (bawah) kisaran. Penerapan sistem ini dibagi atas tiga periode yakni managed floating I ( ), managed floating II ( ), dan crawling band (1992-Agustus 1997). Sejak Juli 1998 Rupiah kembali menguat. Hal ini didukung oleh kebijakan moneter yang ketat dan intervensi valas yang tepat waktu. Rupiah kemudian terapresiasi sebesar 7,68% (1999). Pada tahun 2000 dan 2001 Rupiah terdepresiasi sebesar 32,56% dan 11,03%. Apresiasi Rupiah terjadi secara berturut-turut sebesar 15,38% di tahun 2002 dan 4,78% di tahun 2003 hingga mencapai nilai Rp 8.500/USD. Sepanjang tahun 2012, nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi. Pergerakan nilai tukar Rupiah selama kuartal III 2012 masih mengalami pelemahan namun dengan intensitas yang menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yaitu dari tingkat Rp /USD ke tingkat Rp /USD. Pelemahan Rupiah ini dipengaruhi oleh ketidakpastian penanganan masalah krisis utang dan fiskal di Eropa serta tingginya permintaan valas untuk membiayai impor (Macroeconomic Dashboard, 2012). 2. Turki Sistem perbankan Turki terkenal korup pada akhir 1990-an. Sepanjang tahun 1998, 1999 dan semester pertama tahun 2000, banyak bank-bank Turki yang meminjam Dollar AS dalam jumlah besar dari luar

3 digilib.uns.ac.id 61 Turki dan mengkonversi mata uang Dollar AS ke dalam bentuk mata uang Lira yang kemudian digunakan oleh bank-bank tersebut untuk membeli obligasi pemerintah Turki sebagai bentuk investasi mereka. Ketika itu Turki menganut sistem nilai tukar tetap. Namun karena tingginya tingkat inflasi yang sepanjang 1998 dan 1999, pemerintah Turki kemudian menetapkan kebijakan devaluasi secara gradual. Namun kebijakan devaluasi yang diberlakukan tersebut tidak mencukupi. Lira terdevaluasi pada suatu tingkat yang secara signifikan kurang dari apa yang disebut sebagai diferensial inflasi. Sumber : Ali Firman Herlambang et.al, 2009 Gambar 4.2 Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Mata Uang Turki Pada tahun 2001, pemerintah Turki menerapkan sistem floating (mengambang) untuk mata uang Lira. Sejak tahun 2001, nilai Lira jatuh dari TL /USD menjadi lebih dari TL /USD. Selanjutnya Lira Turki terus jatuh dan banyak bank yang bangkrut. Sepanjang tahun 2012, nilai tukar Lira Turki terus anjlok ke level TL.2,19447/USD, jatuh lebih commit dalam to user dari periode sebelumnya pada level

4 digilib.uns.ac.id 62 TL.2,17/USD. Kondisi ini akibat tekanan skandal korupsi tingkat tinggi yang melibatkan sejumlah pejabat pemerintah. 3. Saudi Arabia Riyal adalah mata uang yang berlaku di Saudi Arabia. Mata uang Riyal ini sudah digunakan sebagai mata uang di Arab Saudi sejak negara ini didirikan. Mata uang ini kemudian dibagi menjadi 100 Halala. Sementara itu Ghirs setara dengan 5 Halala. Pada tahun 1960, sistem mata uang Riyal mengalami perubahan sistem yaitu 1 Riyal sama dengan 20 Ghirs. Sistem ini kemudian diikuti pada tahun 1963 dengan munculnya pecahan Halala. Halala senilai dengan satu per seratus Riyal. Sejak bulan Juni 1986, International Monetary Fund (IMF) sudah menerapkan nilai tukar tetap untuk mata uang Riyal. Dalam kenyataannya, 1 US Dollar setara dengan 3,75 Riyal, maka 1 Riyal berarti setara dengan Dollar. Adanya nilai tukar untuk Riyal terhadap Dollar ini secara resmi digunakan sejak tanggal 1 Januari Nilai tukar mata uang Riyal Arab selalu mengalami peningkatan yang tajam pada saat menjelang puncak musim haji. 4. Iran Rial (IRR) merupakan mata uang resmi negara Iran. Nilai 1 Dollar Amerika bisa mencapai IRR atau lebih, dan nilai tukar terhadap Euro bisa lebih dari IRR Perekonomian Iran terus merosot berawal dari krisis Iran yang sudah ada sejak tahun Krisis ekonomi yang mendalam disebabkan karena politik ekonomi pemerintah di bawah pemerintahan Ahmadinejad. Nilai mata uang Iran turun ke tingkat

5 digilib.uns.ac.id 63 terendah terhadap Dolas AS akibat sanksi yang diterapkan AS dan Uni Eropa meskipun pemerintah berusaha menghentikan penurunan mata uang. Gagasan untuk menjalankan Troubled Currencies Project muncul di tengah inflasi Iran pada tahun Pelemahan nilai tukar Rial Iran merupakan akibat dari beratnya sanksi pihak barat pada Nilai tukar resmi Rial terhadap Dollar saat itu berbeda sangat tipis dengan nilai tukar di pasar gelap. Sejak menerima dampak dari sanksi tersebut, perbedaan nilai tukarnya terlihat menguat. Iran sempat mengalami penurunan permintaan mata uang terparah di awal September 2012 dan yang kedua terjadi di pertengahan Oktober saat nilai inflasinya mencapai lebih dari 50% per bulan. Namun sejak saat itu, Rial mulai stabil dan Gubernur Bank Sentral Iran mulai menetapkan kurs tetap tunggal untuk Dollar yang akan menjadi IRR Melemahnya mata uang Iran yang terpuruk dalam beberapa pekan terakhir dari IRR /USD menjadi lebih dari IRR /USD mendorong pemerintah pada pertengahan November untuk menetapkan kurs nilai tukar tetap sebesar IRR , sementara tetap mempertahankan kurs resmi IRR Namun langkah ini telah menimbulkan pasar gelap dimana Dollar melesat hingga USD. 5. Malaysia Ringgit Malaysia merupakan mata uang negara Malaysia atau juga disingkat RM. Istilah Ringgit sebagai mata uang resmi Malaysia mulai diberlakukan secara resmi sejak bulan Agustus Pasca krisis

6 digilib.uns.ac.id 64 ekonomi dunia yang terjadi pada tahun 1997 sampai dengan 1998, Ringgit Malaysia tetap dipatok dalam nilai yang tidak berubah yaitu RM 3,80/USD. Bank Nasional Malaysia pada bulan Juli 2005 memutuskan untuk tetap mengembangkan mata uang Ringgit Malaysia untuk beberapa mata uang besar. Hal tersebut dilakukan pada hari yang sama dengan terjadinya revaluasi mata uang Yuan. Malaysia merupakan negara berperekonomian terbesar ketiga di Asia Tenggara. Namun sejak 2010, nilai tukar Ringgit Malaysia dinilai telah melemah terlalu jauh, meskipun perekonomian Negeri Jiran ini diprediksi akan terus menguat. Ringgit mengalami depresiasi yang mencapai level terendah dalam 2 tahun terakhir sejak Nilai tukar Ringgit anjlok menjadi RM 3,3020/USD dan merupakan yang terlemah sejak Juni Mesir Di bawah sistem syariah dan kepemimpinan President Mursi, kondisi ekonomi di Mesir semakin memburuk. Pengendalian modal dan harga telah menyebabkan kelangkaan dan penurunan nilai mata uang Mesir, yaitu Pound Mesir. Akibatnya para penduduk Mesir menyaksikan inflasi mengacaukan standar biaya hidupnya. Pengendalian tersebut menyebabkan kelangkaan mata uang asing dan banyak barang lain seperti bensin. Dalam menghadapi kebijakan syariah yang keliru, statistik harga dan inflasi semakin jauh dari realitas. Selain itu pasar gelap menjadi sumber dukungan materi yang tidak bisa disediakan pemerintah.

7 digilib.uns.ac.id Pakistan Pakistan merupakan salah satu negara yang menggantungkan harapan pada International Monetary Fund (IMF) untuk mengatasi krisis keuangan dan anjloknya aktivitas ekonomi di negara yang terus-menerus dilanda berbagai tindak kekerasan itu. Pakistan membutuhkan paket bantuan sebesar 10 miliar sampai 15 miliar Dollar AS untuk menstabilkan ekonominya. Krisis keuangan global telah menyebabkan macetnya aliran modal swasta. Berdasarkan laporan IMF, ketidakstabilan politik, merebaknya tindak kekerasan, serta tingginya harga minyak dan komoditas pangan telah memperburuk prospek perekonomian Pakistan. Cadangan devisa negara ini terkuras dari 14,3 miliar Dollar AS pada tahun 2007 menjadi 4,7 miliar Dollar AS pada tahun Nilai tukar Rupee turun 25% sepanjang tahun Perbedaan perdagangan internasional Pakistan meningkat 31,38% dalam 4 bulan pertama tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya karena peningkatan impor dan jatuhnya ekspor. Akibatnya defisit perdagangan mencapai 6,9 miliar USD pada Juli- Oktober 2011, meningkat dari 5,2 miliar USD dibandingkan periode sebelumnya. Defisit anggaran juga membesar ke tingkat 1,2 miliar pada periode Juli-September 2011 dibandingkan 597 USD pada periode sebelumnya. Sebelum membangun suatu mata uang tunggal, perlu diketahui korelasi nilai tukar masing-masing negara anggota OKI. Penelitian ini menggunakan

8 digilib.uns.ac.id 66 uji korelasi Pearson dengan hasil uji korelasi signifikan diantara nilai tukar negara-negara anggota OKI, yang dirangkum dalam tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Korelasi Nilai Tukar 7 Negara OKI IND Turki, Saudi Arabia, Iran, Malaysia, Mesir, Pakistan TUR Indonesia, Saudi Arabia, Iran, Malaysia, Mesir, Pakistan SAU Indonesia, Turki, Iran, Malaysia, Mesir, Pakistan IRN Indonesia, Turki, Saudi Arabia, Malaysia, Mesir, Pakistan MYS Indonesia, Turki, Saudi Arabia, Iran, Mesir, Pakistan MSR Indonesia, Turki, Saudi Arabia, Iran, Malaysia, Pakistan PAK Indonesia, Turki, Saudi Arabia, Iran, Malaysia, Mesir Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, 6 negara yang mewakili negaranegara anggota OKI memiliki korelasi yang kuat antara satu sama lain ditunjukkan oleh arah korelasi yang positif, sedangkan Saudi Arabia tidak memiliki korelasi dengan keenam negara anggota OKI lainnya yang ditunjukkan oleh arah korelasi yang negatif. B. Analisa Data dan Interpretasi 1. Hasil Analisis Volatilitas Nilai Tukar (OCA Indeks) OCA indeks didefinisikan sebagai nilai prediksi dari keragaman/variabilitas/volatilitas nilai tukar (Bayoumi dan Eichengreen dalam Partisiwi, 2008). Volatilitas nilai tukar diukur dari standar deviasi perubahan logaritma nilai tukar negara i pada tahun t ke tahun t+1. Semakin rendah nilai OCA indeks, maka semakin meningkat keuntungan untuk membentuk currency union dibandingkan dengan biaya yang harus ditanggung. Sebaliknya, semakin tinggi nilai OCA indeks maka semakin rendah keuntungan untuk membentuk currency union. Hal ini dikarenakan negara-negara dengan symetric shock yang tinggi akan cenderung

9 digilib.uns.ac.id 67 memiliki volatilitas nilai tukar yang stabil dan semakin mudah untuk membentuk mata uang tunggal (Hovart dalam Partisiwi, 2008). Hasil perhitungan OCA indeks dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 OCA Indeks Tujuh Negara Anggota OKI Negara OCA Indeks Indonesia 0, Turki 0, Saudi Arabia 0, Iran 0, Malaysia 0, Mesir 0, Pakistan 0, Sumber : Data Olahan Microsoft Excel 2007 Berdasarkan hasil perhitungan OCA indeks tersebut diperoleh negara dengan nilai OCA indeks yang terkecil yaitu Saudi Arabia. Hal ini mengindikasikan bahwa keuntungan untuk membentuk currency union akan diperoleh lebih tinggi oleh Saudi Arabia dibandingkan dengan biaya yang akan ditanggungnya. Terlihat pula tiga negara anggota OKI lainnya dengan nilai OCA indeks yang kecil yaitu Pakistan, Iran, dan Turki. Kemudia disusul oleh Malaysia, Mesir, dan Indonesia di posisi terakhir karena nilai OCA indeksnya yang paling besar dan memungkinkan Indonesia belum bisa bergabung membentuk currency union karena volatilitas nilai tukar Indonesia yang sangat tinggi. 2. Hasil Estimasi VAR/VECM a. Uji Stasioneritas Data Kestasioneran data merupakan hal yang sangat penting dalam analisis data time series commit dikarenakan to user penggunaan data yang tidak

10 digilib.uns.ac.id 68 stasioner dalam model dapat menyebabkan regresi lancung (spurious regression). Uji stasioneritas data pada penelitian ini dengan cara Unit Root Test (uji akar unit) menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) test. Pada tahap ini akan diuji apakah suatu variabel mengandung akar unit (unit root) atau tidak. Suatu variabel dikatakan stasioner apabila nilai ADF t-statisticnya lebih kecil dari nilai kritis McKinnon, atau nilai probabilitas-nya kurang dari nilai selang kepercayaan (α) yang digunakan (dalam penelitian ini menggunakan α=5% atau 0,05). Hasil uji stasioneritas dari variabel-variabel yang akan dianalisis terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Hasil Uji Stasioneritas (α=5%) Variabel Level First Difference Indonesia 0,0028 0,0000 Turki 0,9868 0,0000 Saudi Arabia 0,5221 0,0000 Iran 0,0125 0,0000 Malaysia 0,0088 0,0000 Mesir 0,5776 0,0000 Pakistan 0,0335 0,0000 Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Hasil pengujian pada tingkat level uji stasioneritas menghasilkan nilai probabilitas ADF-nya lebih besar dari tingkat kepercayaan (α) 5%, maka data pada analisis ini termasuk data tidak stasioner. Hal ini kemudian dilakukan pengujian pada tingkat diferensiasi pada data agar semua variabel menjadi stasioner. Hasil selanjutnya ditemukan setelah dilakukan uji derajat integrasi, yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui pada tingkat berapa data yang diamati stasioner. Apabila data yang diamati commit belum to user stasioner pada derajat satu maka

11 digilib.uns.ac.id 69 pengujian harus dilanjutkan pada derajat berikutnya sampai data yang diamati stasioner. Hasil uji stasioneritas pada tingkat level menghasilkan data stasioner untuk variabel IND, IRN, MYS, PAK dikarenakan nilai probabilitas ADF-nya lebih kecil dari tingkat kepercayaan (α) 5%. Tiga variabel lainnya yaitu TUR, SAU, dan MSR tidak stasioner pada tingkat level karena nilai probabilitas ADF-nya yang lebih besar dari tingkat kepercayaan (α) 5%. Selanjutnya dilakukan uji derajat integrasi pada tingkat diferensiasi pertama untuk mendapatkan hasil data stasioner. Hasil uji derajat integrasi pada tingkat diferensiasi pertama secara keseluruhan yaitu variabel Indonesia, Turki, Saudi Arabia, Iran, Malaysia, Mesir dan Pakistan menghasilkan data stasioner karena nilai probabilitas ADF lebih kecil dari tingkat kepercayaan (α) yang digunakan yaitu 5%. Dengan demikian, variabel-variabel penelitian berarti mempunyai hubungan jangka panjang. Pada langkah selanjutnya data yang digunakan adalah data pada tingkat diferensiasi pertama. b. Penentuan Lag Optimal Penentuan lag optimal dalam analisis VAR sangat penting dilakukan karena suatu variabel dipengaruhi oleh lag dari variabel itu sendiri dan lag dari variabel lainnya. Penentuan lag optimal dapat diidentifikasi melalui Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), dan Hannan-Quinn Criterion (HQ). Penelitian

12 digilib.uns.ac.id 70 menggunakan kriteria informasi AIC untuk menentukan panjang lag maksimum, kemudian nilai AIC terkecil digunakan sebagai acuan dalam penentuan tingkat lag yang paling optimal. Lag Tabel 4.4 Hasil Uji Penentuan Lag Optimal AIC IND TUR SAU IRN MYS MSR PAK 0-2, , , , , , , , ,320295* -17, , , , , ,349395* -7, , , , ,073151* -10, , , ,99310* -7,065772* -8,209247* 0, ,40829* Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Keterangan : *Lag optimum Tabel 4.4 memperlihatkan nilai terkecil dari AIC untuk proksi dari variabel IND dan MSR terjadi lag optimal pada lag 2, variabel SAU, IRN, MYS, dan PAK terjadi lag optimal pada lag 3, sedangkan variabel TUR terjadi lag optimal pada lag 1. Lag optimal inilah yang selanjutnya akan digunakan untuk langkah-langkah metode VECM. c. Uji Stabilitas VAR Berdasarkan uji stabilitas VAR, dapat disimpulkan bahwa estimasi VAR yang akan digunakan untuk analisis IRF dan FEVD sudah stabil, dapat dilihat pada nilai modulusnya yang kurang dari satu. Hasil uji stabilitas VAR ini menunjukkan bahwa model VAR yang dibentuk sudah stabil hingga lag optimalnya. Hasil pengujian stabilitas VAR dapat dilihat pada Lampiran 5.

13 digilib.uns.ac.id 71 d. Uji Kointegrasi Pengujian kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar unit dan derajat kointegrasi. Tujuan dari uji kointegrasi pada penelitian ini adalah untuk menentukan apakah grup dari variabel yang tidak stasioner pada tingkat level tersebut memenuhi persyaratan proses integrasi, dimana semua variabel stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat 1, I(1). Berdasarkan hasil yang terlihat pada tabel 4.4, maka pengujian kointegrasi pada penelitian ini menggunakan metode uji kointegrasi Johansen Trace Statistic Test. Informasi jangka panjang diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu rank kointegrasi untuk mengetahui berapa sistem persamaan yang dapat menerangkan dari keseluruhan sistem yang ada. Kriteria pengujian kointegrasi pada penelitian ini didasarkan pada trace statistic. Jika nilai trace statistic lebih besar daripada critical value 5%, maka hipotesis alternatif yang menyatakan jumlah kointegrasi diterima sehingga dapat diketahui berapa jumlah persamaan yang terkointegrasi dalam sistem. Hasil uji kointegrasi Johansen dengan menggunakan Eviews 6.0 dijelaskan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5 merupakan rangkuman dari hasil pengolahan data pengujian kointegrasi Johansen. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pada uji kointegrasi untuk proksi TUR, SAU, IRN, dan MYS lolos pada uji ini dan memiliki hubungan jangka panjang, sedangkan untuk proksi IDN, MSR, dan PAK tidak lolos uji

14 digilib.uns.ac.id 72 kointegrasi atau dapat dikatakan model ini tidak memiliki hubungan jangka panjang. Tabel 4.5 Hasil Uji Kointegrasi Johansen Rank Trace Statistic 0,05 Critical Value IND 0 19, , , , , , TUR 0* 32, , , , , , SAU 0* 36, , , , , , IRN 0* 66, , * 28, , , , MYS 0* 44, , , , , , MSR 0 24, , , , , , PAK 0 28, , , , , , Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Keterangan: *Terdapat kointegrasi Informasi jumlah rank menunjukkan adanya kointegrasi dari variabel-variabel tersebut. Untuk analisis selanjutnya akan digunakan model VECM yang dapat melihat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek secara bersamaan.

15 digilib.uns.ac.id 73 e. Analisis Vector Error Correction Model (VECM) VECM merupakan bentuk VAR yang terestriksi. Restriksi tambahan ini harus diberikan karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner namun terkointegrasi. VECM kemudian memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasinya, karena itulah VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series non stasioner yang memiliki hubungan kointegrasi. Hasil estimasi model VECM dari proksi variabilitas nilai tukar masing-masing negara dijelaskan sebagai berikut: 1) Hasil Estimasi VECM Model Variabilitas Nilai Tukar Indonesia (IDN) Estimasi VECM model variabilitas nilai tukar Indonesia (IDN) pada tahun menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (GDPIDN) dalam jangka panjang signifikan dan mempengaruhi volatilitas nilai tukar (VEXCIDN) secara negatif yaitu sebesar -0, Sedangkan variabel inflasi (INFIDN) dalam jangka panjang signifikan dan mempengaruhi volatilitas nilai tukar (VEXCIDN) secara positif yaitu sebesar 0, Hal ini berarti bahwa jika variabel GDP meningkat sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan volatilitas nilai tukar sebesar 0,017821%, di sisi lain jika variabel inflasi meningkat sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan volatilitas nilai tukar sebesar 0,170867%.

16 digilib.uns.ac.id 74 Tabel 4.6 Model VECM Volatilitas Nilai Tukar Indonesia (IDN) Variabel VEXCIDN t-statistik Keterangan GDPIDN -0,017821*** -0,34253 Signifikan Negatif INFIDN 0,170867*** 1,45659 Signifikan Positif ECT -0,807481*** -1,05048 Signifikan Negatif Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Keterangan: ***stasioner critical value level 1% **stasioner critical value level 5% *stasioner critical value level 10% Error Correction Term (ECT) yang menggambarkan pengaruh dari persamaan kointegrasi terhadap perubahan VEXCIDN menunjukkan sebagai variabel yang signifikan secara statistik tetapi berhubungan negatif. Ini berarti bahwa vector kointegrasi yang menjelaskan kesesuaian VEXCIDN terhadap hubungan jangka panjangnya dengan GDPIDN dan INFIDN signifikan dan negatif terhadap VEXCIDN. Nilai ECT yang negatif menunjukkan bahwa variabel independen dalam jangka panjang sudah dapat mengembalikan pada titik seimbangnya. Hubungan yang signifikan dalam jangka pendek terdapat antara VEXCIDN terhadap VEXCIDN itu sendiri mempunyai pengaruh yang positif, terjadi di lag 1, yaitu 0, pada tingkat signifikansi 1%. Hubungan antara GDPIDN terhadap VEXCIDN memiliki pengaruh yang signifikan namun negatif pada lag 2 sebesar -0, pada tingkat signifikansi 1%, serta hubungan antara INFIDN terhadap VEXCIDN memiliki pengaruh yang signifikan positif pada lag 1 sebesar 6, pada tingkat signifikansi 1%.

17 digilib.uns.ac.id 75 2) Hasil Estimasi VECM Model Volatilitas Nilai Tukar Turki (TUR) Estimasi VECM model variabilitas nilai tukar Turki (TUR) pada tahun menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (GDPTUR) dan variabel inflasi (INFTUR) dalam jangka panjang signifikan dan mempengaruhi volatilitas nilai tukar (VEXCTUR) secara negatif yaitu sebesar -0, dan - 0, Hal ini berarti bahwa jika variabel GDP dan inflasi meningkat sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan volatilitas nilai tukar sebesar 0,050934% dan 0,177103%. Tabel 4.7 Model VECM Volatilitas Nilai Tukar Turki (TUR) Variabel VEXCTUR t-statistik Keterangan GDPTUR -0,050934*** -0,92545 Signifikan Negatif INFTUR -0,177103*** -5,59477 Signifikan Negatif ECT -0,309147*** -0,54953 Signifikan Negatif Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Keterangan: ***stasioner critical value level 1% **stasioner critical value level 5% *stasioner critical value level 10% Error Correction Term (ECT) yang menggambarkan pengaruh dari persamaan kointegrasi terhadap perubahan VEXCTUR menunjukkan sebagai variabel yang signifikan secara statistik tetapi berhubungan negatif. Ini berarti bahwa vector kointegrasi yang menjelaskan kesesuaian VEXCTUR terhadap hubungan jangka panjangnya dengan GDPTUR dan INFTUR signifikan negatif terhadap VEXCTUR. Nilai ECT yang negatif menunjukkan bahwa variabel independen dalam jangka panjang sudah dapat mengembalikan pada titik seimbangnya.

18 digilib.uns.ac.id 76 Hubungan yang signifikan dalam jangka pendek terdapat antara VEXCTUR terhadap VEXCTUR itu sendiri mempunyai pengaruh yang negatif, terjadi di lag 1, yaitu -0, pada tingkat signifikansi 1%. Hubungan antara GDPTUR terhadap VEXCTUR memiliki pengaruh yang signifikan namun negatif pada lag 1 sebesar -0, pada tingkat signifikansi 1%. Namun, dalam hal ini tidak ditemukan hubungan antara INFTUR terhadap VEXCTUR. 3) Hasil Estimasi VECM Model Volatilitas Nilai Tukar Saudi Arabia (SAU) Estimasi VECM model variabilitas nilai tukar Saudi Arabia (SAU) pada tahun menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (GDPSAU) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap variabel volatilitas nilai tukar (VEXCSAU), sedangkan variabel inflasi (INFSAU) dalam jangka panjang signifikan dan mempengaruhi volatilitas nilai tukar (VEXCTUR) secara negatif yaitu sebesar -1,99E-05. Hal ini berarti bahwa jika variabel inflasi meningkat sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan volatilitas nilai tukar sebesar 1,99E-05%. Error Correction Term (ECT) yang menggambarkan pengaruh dari persamaan kointegrasi terhadap perubahan VEXCSAU menunjukkan sebagai variabel yang signifikan secara statistik tetapi berhubungan negatif. Ini berarti bahwa vector kointegrasi yang menjelaskan kesesuaian VEXCSAU terhadap hubungan

19 digilib.uns.ac.id 77 jangka panjangnya dengan GDPSAU dan INFSAU signifikan negatif terhadap VEXCSAU. Nilai ECT yang negatif menunjukkan bahwa variabel independen dalam jangka panjang sudah dapat mengembalikan pada titik seimbangnya. Tabel 4.8 Model VECM Volatilitas Nilai Tukar Saudi Arabia (SAU) Variabel VEXCSAU t-statistik Keterangan GDPSAU 0,000454*** 3,42396 Tidak Signifikan INFSAU -1,99E-05*** -0,89132 Signifikan Negatif ECT -0,087316*** -0,17744 Signifikan Negatif Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Keterangan: ***stasioner critical value level 1% **stasioner critical value level 5% *stasioner critical value level 10% Hubungan yang signifikan dalam jangka pendek terdapat antara VEXCSAU terhadap VEXCSAU itu sendiri mempunyai pengaruh yang positif, terjadi di lag 3, yaitu 0, pada tingkat signifikansi 1%. Hubungan antara GDPSAU terhadap VEXCSAU memiliki pengaruh yang signifikan positif pada lag 1 sebesar 226,3765 pada tingkat signifikansi 1%, serta hubungan antara INFSAU terhadap VEXCSAU memiliki pengaruh yang signifikan dan positif pada lag 2 sebesar 3144,392 pada tingkat signifikansi 1%. 4) Hasil Estimasi VECM Model Volatilitas Nilai Tukar Iran (IRN) Estimasi VECM model variabilitas nilai tukar Iran (IRN) pada tahun menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (GDPIRN) dan variabel inflasi (INFIRN) berpengaruh signifikan namun negatif terhadap variabel volatilitas nilai tukar

20 digilib.uns.ac.id 78 (VEXCIRN) dalam jangka panjang yaitu sebesar -0, dan - 0, Hal ini berarti bahwa jika variabel GDP dan inflasi meningkat sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan volatilitas nilai tukar sebesar 0,036336% dan 0,671242%. Tabel 4.9 Model VECM Volatilitas Nilai Tukar Iran (IRN) Variabel VEXCIRN t-statistik Keterangan GDPIRN -0,036336*** -0,36414 Signifikan Negatif INFIRN -0,671242*** -3,81354 Signifikan Negatif ECT -0,275033*** -0,63730 Signifikan Negatif Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Keterangan: ***stasioner critical value level 1% **stasioner critical value level 5% *stasioner critical value level 10% Error Correction Term (ECT) yang menggambarkan pengaruh dari persamaan kointegrasi terhadap perubahan VEXCIRN menunjukkan sebagai variabel yang signifikan secara statistik tetapi berhubungan negatif. Ini berarti bahwa vector kointegrasi yang menjelaskan kesesuaian VEXCIRN terhadap hubungan jangka panjangnya dengan GDPIRN dan INFIRN signifikan negatif terhadap VEXCIRN. Nilai ECT yang negatif menunjukkan bahwa variabel independen dalam jangka panjang sudah dapat mengembalikan pada titik seimbangnya. Hubungan yang signifikan dalam jangka pendek terdapat antara VEXCIRN terhadap VEXCIRN itu sendiri mempunyai pengaruh yang negatif, terjadi di lag 1, yaitu -0, pada tingkat signifikansi 1%. Hubungan antara INFIRN terhadap VEXCIRN memiliki pengaruh yang signifikan dan positif pada lag 3 sebesar 0, pada tingkat signifikansi 1%. Namun, dalam

21 digilib.uns.ac.id 79 hal ini tidak ada hubungan dan pengaruh GDPIRN terhadap VEXCIRN. 5) Hasil VECM Model Volatilitas Nilai Tukar Malaysia (MYS) Estimasi VECM model variabilitas nilai tukar Malaysia (MYS) pada tahun menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (GDPMYS) dan variabel inflasi (INFMYS) berpengaruh signifikan namun negatif terhadap variabel volatilitas nilai tukar (VEXCMYS) dalam jangka panjang yaitu sebesar - 0, dan -0, Hal ini berarti bahwa jika variabel GDP dan inflasi meningkat sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan volatilitas nilai tukar sebesar 0,035160% dan 0,067285%. Tabel 4.10 Model VECM Volatilitas Nilai Tukar Malaysia (MYS) Variabel VEXCMYS t-statistik Keterangan GDPMYS -0,035160*** -12,6652 Signifikan Negatif INFMYS -0,067285*** -20,5801 Signifikan Negatif ECT -3, ,22789 Signifikan Negatif Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Keterangan: ***stasioner critical value level 1% **stasioner critical value level 5% *stasioner critical value level 10% Error Correction Term (ECT) yang menggambarkan pengaruh dari persamaan kointegrasi terhadap perubahan VEXCMYS menunjukkan sebagai variabel yang signifikan secara statistik tetapi berhubungan negatif. Ini berarti bahwa vector kointegrasi yang menjelaskan kesesuaian VEXCMYS terhadap hubungan jangka panjangnya dengan GDPMYS dan INFMYS signifikan negatif terhadap VEXCMYS. Nilai ECT yang negatif menunjukkan

22 digilib.uns.ac.id 80 bahwa variabel independen dalam jangka panjang sudah dapat mengembalikan pada titik seimbangnya. Hubungan yang signifikan dalam jangka pendek terdapat antara VEXCMYS terhadap VEXCMYS itu sendiri mempunyai pengaruh yang positif, terjadi di lag 3, yaitu 1, pada tingkat signifikansi 1%. Hubungan antara GDPMYS terhadap VEXCMYS memiliki pengaruh yang signifikan namun negatif pada lag 1 sebesar -6, Hubungan antara INFMYS terhadap VEXCMYS memiliki pengaruh yang signifikan namun negatif pada lag 3 sebesar -17,12028 pada tingkat signifikansi 1%. 6) Hasil Estimasi VECM Model Volatilitas Nilai Tukar Mesir (MSR) Estimasi VECM model variabilitas nilai tukar Mesir (MSR) pada tahun menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (GDPMSR) dan variabel inflasi (INFMSR) dalam jangka panjang tidak signifikan dan tidak mempengaruhi volatilitas nilai tukar (VEXCMSR). Tabel 4.11 Model VECM Volatilitas Nilai Tukar Mesir (MSR) Variabel VEXCMSR t-statistik Keterangan GDPMSR -5, ,08727 Tidak Signifikan INFMSR 14, ,01614 Tidak Signifikan ECT 0, ,52628 Tidak Signifikan Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Keterangan: ***stasioner critical value level 1% **stasioner critical value level 5% *stasioner critical value level 10% Error Correction Term (ECT) yang menggambarkan pengaruh dari persamaan kointegrasi terhadap perubahan VEXCMSR

23 digilib.uns.ac.id 81 menunjukkan sebagai variabel yang tidak signifikan secara statistik tetapi berhubungan positif. Ini berarti bahwa vector kointegrasi yang menjelaskan kesesuaian VEXCMSR terhadap hubungan jangka panjang GDPMSR dan INFMSR tidak signifikan secara statistik terhadap VEXCMSR. Nilai ECT yang positif menunjukkan bahwa variabel independen dalam jangka panjang belum dapat mengembalikan pada titik keseimbangannya. Hubungan yang signifikan dalam jangka pendek terdapat antara VEXCMSR terhadap GDPMSR yang mempunyai pengaruh positif, terjadi pada lag 2, yaitu 4, pada tingkat signifikansi 1%. Pengaruh yang negatif juga membuktikan keberadaan yang signifikan antara GDPMSR terhadap VEXCMSR, yaitu -0, pada lag 1 dengan tingkat signifikansi 1%. Hubungan antara INFMSR terhadap VEXCMSR juga memiliki pengaruh yang signifikan dan positif pada lag 1 sebesar 0, pada tingkat signifikansi 1%. 7) Hasil Estimasi VECM Model Volatilitas Nilai Tukar Pakistan (PAK) Estimasi VECM model variabilitas nilai tukar Pakistan (PAK) pada tahun menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (GDPPAK) dan variabel inflasi (INFPAK) berpengaruh signifikan namun negatif terhadap variabel volatilitas nilai tukar (VEXCPAK) dalam jangka panjang yaitu sebesar -0, dan - 0, Hal ini berarti bahwa jika variabel GDP dan inflasi

24 digilib.uns.ac.id 82 meningkat sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan volatilitas nilai tukar sebesar 0,003793% dan 0,002842%. Tabel 4.12 Model VECM Volatilitas Nilai Tukar Pakistan (PAK) Variabel VEXCPAK t-statistik Keterangan GDPPAK -0,003793*** -0,61158 Signifikan Negatif INFPAK -0,002842*** -0,45542 Signifikan Negatif ECT -2,456358*** -2,06614 Signifikan Negatif Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Keterangan: ***stasioner critical value level 1% **stasioner critical value level 5% *stasioner critical value level 10% Error Correction Term (ECT) yang menggambarkan pengaruh dari persamaan kointegrasi terhadap perubahan VEXCPAK menunjukkan sebagai variabel yang signifikan secara statistik tetapi berhubungan negatif. Ini berarti bahwa vector kointegrasi yang menjelaskan kesesuaian VEXCPAK terhadap hubungan jangka panjangnya dengan GDPPAK dan INFPAK signifikan negatif terhadap VEXCPAK. Nilai ECT yang negatif menunjukkan bahwa variabel independen dalam jangka panjang sudah dapat mengembalikan pada titik seimbangnya. Hubungan yang signifikan dalam jangka pendek terdapat antara VEXCPAK terhadap VEXCPAK itu sendiri mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif, terjadi di lag 1, yaitu 1, pada tingkat signifikansi 1%. Hubungan antara GDPPAK terhadap VEXCPAK memiliki pengaruh yang signifikan dan positif, terjadi pada lag 2 sebesar 2, pada tingkat signifikansi 1%, serta hubungan antara INFPAK terhadap

25 digilib.uns.ac.id 83 VEXCPAK memiliki pengaruh yang signifikan dan positif pada lag 1 sebesar 17,32504 pada tingkat signifikansi 1%. f. Analisis Impulse Response Function (IRF) Analisis IRF dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perubahan dari suatu variabel pada variabel itu sendiri atau variabel lainnya. Estimasi yang dilakukan IRF dititikberatkan pada respon suatu variabel pada perubahan satu standar deviasi dari variabel itu sendiri maupun variabel lainnya yang terdapat dalam model. Analisis IRF dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak guncangan variabel volatilitas nilai tukar terhadap GDP dan inflasi masingmasing negara OKI serta dampak guncangan GDP dan inflasi terhadap volatilitas nilai tukar masing-masing negara OKI. Penelitian ini akan melihat IRF dalam kurun waktu periode 22 tahun. Pada sumbu vertikal menandakan angka respon variabelnya, sedangkan sumbu horizontal adalah periode waktu dari sebuah data yang digunakan. 1) Analisis IRF Indonesia (IDN) Analisis IRF yang menunjukkan volatilitas nilai tukar (VEXCIDN) Indonesia pada periode dari adanya pengaruh guncangan (shock) variabel VEXCIDN itu sendiri dan GDP (GDPIDN) serta inflasi (INFIDN) ditunjukkan dalam Grafik 4.3 bahwa terlihat grafik respon VEXCIDN dari shock VEXCIDN itu sendiri dan terhadap GDPIDN dan INFIDN serta respon

26 digilib.uns.ac.id 84 GDPIDN dan INFIDN dari shocks GDPIDN dan INFIDN itu sendiri juga terhadap VEXCIDN.

27 digilib.uns.ac.id 85 Response to Cholesky One S.D. Innovations.00 Response of GDPIDN to VEXCIDN Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of VEXCIDN to GDPIDN Response of INFIDN to VEXCIDN Response of VEXCIDN to INFIDN Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Gambar 4.3 Impulse Response Indonesia (IDN) Grafik pertama menjelaskan pada awal periode guncangan VEXCIDN belum menyebabkan respon yang berarti untuk variabel GDPIDN, tetapi pattern yang bergerak berfluktuasi di baseline garis bawah berkisar negatif 0, pada periode ke-9 dan guncangannya mulai stabil di kisaran negatif 0, sejak periode ke-13 hingga akhir periode sebesar negatif 0, Guncangan VEXCIDN telah menyebabkan respon yang berarti bagi INFIDN sejak periode pertama yaitu berkisar negatif 0, dan selanjutnya berfluktuasi di baseline garis atas dan bawah berkisar positif 0, pada periode kedua. Hal ini berarti bahwa volatilitas nilai tukar Indonesia yang semakin menurun tidak akan

28 digilib.uns.ac.id 86 meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun meningkatkan inflasi negara tersebut. Guncangan GDPIDN selalu meningkatkan VEXCIDN yang ditandai oleh pergerakan positif sejak periode awal hingga periode akhir, sedangkan guncangan INFIDN tidak meningkatkan VEXCIDN yang ditunjukkan oleh pergerakan negatif sejak periode ke-2 sebesar 0, hingga akhir periode sebesar negatif 0, Hal ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan meningkatkan volatilitas nilai tukar, namun tidak didorong oleh pergerakan inflasi negara tersebut. 2) Analisis IRF Turki (TUR) Grafik pertama pada awal periode telah menjelaskan guncangan VEXCTUR telah menyebabkan respon dari GDPTUR yang cukup berarti sebesar positif 0, Namun sejak periode ke-2 hingga akhir periode menunjukkan pattern VEXCTUR terhadap GDPTUR yang berfluktuasi di baseline bawah cenderung negatif sebesar 0, Sedangkan guncangan VEXCTUR telah menyebabkan respon INFTUR yang sangat berarti dimana menunjukkan fluktuasi positif sejak periode awal hingga akhir periode. Hal ini mengindikasikan bahwa volatilitas nilai tukar Turki yang semakin menurun akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dan volatilitas nilai tukar Turki yang meningkat akan meningkatkan pergerakan inflasi negara tersebut.

29 digilib.uns.ac.id 87 Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of GDPTUR to VEXCTUR Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of VEXCTUR to GDPTUR Response of INFTUR to VEXCTUR Response of VEXCTUR to INFTUR Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Gambar 4.4 Impulse Response Turki (TUR) Guncangan GDPTUR dan INFTUR belum menyebabkan respon terhadap VEXCTUR pada periode pertama. Mulai periode ke-2 hingga akhir periode menyebabkan respon yang berarti yang ditandai dengan pergerakan pattern positif di kisaran 0,005 untuk GDPTUR dan 0,002 untuk INFTUR. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pergerakan inflasi Turki yang semakin meningkat positif akan meningkatkan pergerakan volatilitas nilai tukar di negara tersebut.

30 digilib.uns.ac.id 88 3) Analisis IRF Saudi Arabia (SAU) Respon GDPSAU dan INFSAU pada periode dari adanya guncangan (shocks) variabel VEXCSAU serta respon VEXCSAU dari adanya guncangan GDPSAU dan INFSAU dijelaskan dengan grafik 4.5. Kemiripan pola terjadi diantara respon variabel VEXCSAU dan respon variabel GDPSAU serta respon variabel INFSAU. Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of GDPSAU to VEXCSAU Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of VEXCSAU to GDPSAU Response of INFSAU to VEXCSAU Response of VEXCSAU to INFSAU Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Gambar 4.5 Impulse Response Saudi Arabia (SAU) Grafik pertama pada awal periode sampai dengan akhir periode menunjukkan pattern VEXCSAU terhadap GDPSAU dan INFSAU yang berfluktuasi di atas baseline. Guncangan berkisar antara 0,06-0,07 untuk GDPSAU dan berkisar antara 0,04-0,05

31 digilib.uns.ac.id 89 untuk INFSAU. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya guncangan positif dari volatilitas nilai tukar Saudi Arabia terhadap pertumbuhan ekonomi dan pergerakan inflasi yang mendorong Saudi Arabia dalam melakukan penyatuan mata uang karena hal ini akan mempermudah penggunaan kebijakan bersama untuk mengoreksi kesalahan. Guncangan GDPSAU terhadap VEXCSAU berfluktuasi di bawah baseline, dimana fluktuasi yang negatif dan rendahmengindikasikan kecilnya guncangan asimetrik antara kedua variabel tersebut. Sedangkan guncangan INFSAU terhadap VEXCSAU berfluktuasi di atas dan bawah baseline di kisaran positif 4,62E-06 pada periode 12 dan kisaran negatif -9,49E-07 pada periode 13 dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya guncangan inflasi direspon secara fluktuatif oleh volatilitas nilai tukar negara tersebut. 4) Analisis IRF Iran (IRN) Analisis IRF dari VEXCIRN pada tahun dari adanya pengaruh guncangan (shocks) variabel GDPIRN dan variabel INFIRN dan respon variabel GDPIRN dan variabel INFIRN terhadap variabel VEXCIRN ditunjukkan oleh grafik 4.6. Grafik pertama dalam gambar adalah grafik respon GDPIRN dari adanya guncangan VEXCIRN yang menunjukkan fluktuasi positif dari awal sampai akhir periode di kisaran 0,03 sampai kisaran 0,06. Begitupun halnya dengan respon INFIRN dari adanya

32 digilib.uns.ac.id 90 guncangan VEXCIRN yang menunjukkan fluktuasi positif dari awal sampai akhir periode dari kisaran 0,04 hingga kisaran 0,06. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya guncangan (shock) yang positif antar variabel akan mendorong terjadinya penyatuan mata uang bagi negara tersebut karena hal ini mempermudah penggunaan kebijakan bersama untuk mengoreksi kesalahan. Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Gambar 4.6 Impulse Response Iran (IRN) Pola yang hampir sama terjadi pada respon VEXCIRN dari adanya guncangan GDPIRN dan INFIRN. Respon VEXCIRN terhadap GDPIRN menunjukkan fluktuasi di awal periode ke-3 naik 0, kemudian menembus baseline bawah di titik - 0, pada periode ke-5. Respon VEXCIRN naik positif memuncak di titik 0, pada periode ke-6 yang kemudian menembus baseline bawah kembali di titik -0, pada periode

33 digilib.uns.ac.id 91 ke-8. Respon fluktuatif diantara baseline terus terjadi hingga akhir periode yang artinya guncangan pertumbuhan ekonomi direspon secara fluktuatif oleh volatilitas nilai tukar Iran. Lain halnya dengan respon VEXCIRN terhadap guncangan INFIRN. Pada periode ke-5, guncangan INFIRN menyebabkan respon negatif sebesar 0, yang kemudian naik memuncak ke baseline atas sebesar 0, Guncangan memiliki pattern yang fluktuatif di baseline bawah mulai periode ke-11 hingga akhir periode yang mengartikan bahwa guncangan yang rendah dan negatif mengindikasikan kecilnya guncangan asimetrik antara kedua variabel. 5) Analisis IRF Malaysia (MYS) Grafik pertama pada awal periode menunjukkan pattern positif variabel VEXCMYS terhadap GDPMYS yang menyebabkan guncangan sebesar 0, Kemudian pattern menurun tajam pada periode ke-3 di kisaran negatif 0,050646, dan periode selanjutnya hingga akhir periode berfluktuasi di bawah baseline. Guncangan berkisar negatif 0,02-0,03. Respon INFMYS berfluktuasi di atas baseline dari awal hingga akhir periode pada kisaran 0,03-0,14. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya guncangan volatilitas nilai tukar Malaysia tidak meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut, namun mendorong pergerakan inflasi yang positif.

34 digilib.uns.ac.id 92 Response to Cholesky One S.D. Innovations Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of GDPMYS to VEXCMYS Response of VEXCMYS to GDPMYS Response of INFMYS to VEXCMYS Response of VEXCMYS to INFMYS Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Gambar 4.7 Impulse Response Malaysia (MYS) Guncangan GDPMYS baru memberikan dampak terhadap VEXCMYS pada periode ke-2 sebesar negatif 0, Sejak periode ke-3 hingga akhir periode, guncangan GDPMYS terhadap VEXCMYS berfluktuasi di atas baseline dan mulai mendekati stabil dari periode ke-9 hingga periode ke-22. Pergerakan guncangan negatif terjadi pada variabel INFMYS terhadap VEXCMYS di kisaran 0, pada periode ke-10 dan 0, pada periode ke-22. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan volatilitas nilai tukar dan penurunan pergerakan inflasi akan menurunkan volatilitas nilai tukar.

35 digilib.uns.ac.id 93 6) Analisis IRF Mesir (MSR) Analisis IRF yang menunjukkan respon volatilitas nilai tukar Mesir dari adanya guncangan GDP dan inflasi serta respon GDP dan inflasi dari adanya guncangan volatilitas nilai tukar ditunjukkan dalam grafik 4.8 berikut. Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of GDPMSR to VEXCMSR Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of VEXCMSR to GDPMSR Response of INFMSR to VEXCMSR Response of VEXCMSR to INFMSR Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Gambar 4.8 Impulse Response Mesir (MSR) Guncangan VEXCMSR yang ditunjukkan oleh grafik pertama terhadap GDPMSR memberikan dampak positif yang ditandai dengan fluktuasi pattern GDPMSR di atas baseline sejak periode awal hingga akhir periode. Berbanding terbalik dengan guncangan VEXCMSR terhadap INFMSR yang memberikan dampak positif dalam jangka pendek dari periode ke-1 hingga periode ke-3 yang kemudian mengalami fluktuasi negatif dari periode ke-4 hingga periode ke-22 di kisaran 0,04-0,09. Hal ini

36 digilib.uns.ac.id 94 mengindikasikan bahwa adanya dorongan yang kuat dari volatilitas nilai tukar Mesir untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, berbanding terbalik pada pergerakan inflasi Mesir terkena dampak negatif apabila terjadi guncangan volatilitas nilai tukar. Grafik ketiga menjelaskan guncangan GDPMSR terhadap VEXCMSR yang berfluktuasi di bawah baseline berkisar negatif 0, pada periode ke-2. Selanjutnya guncangan memiliki pattern yang stabil mulai dari periode ke-16 sampai periode ke-22 di kisaran negatif 0, Hal ini menunjukkan bahwa guncangan GDP tidak meningkatkan volatilitas nilai tukar Mesir. Guncangan INFMSR terhadap VEXCMSR konsisten berfluktuasi positif di atas baseline pada periode ke-5 sampai periode ke-22 di kisaran 0,08-0,18. Guncangan memiliki pattern yang stabil dari periode ke-15 sampai akhir periode. Hal ini menjelaskan bahwa guncangan inflasi direspon positif stabil oleh volatilitas nilai tukar. 7) Analisis IRF Pakistan (PAK) Analisis IRF Negara Pakistan pada tahun yang menguraikan respon variabel GDPPAK dan INFPAK dari adanya guncangan variabel VEXCPAK serta respon variabel VEXCPAK dari adanya guncangan variabel GDPPAK dan INFPAK dijelaskan oleh grafik 4.9.

37 digilib.uns.ac.id 95 Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of GDPPAK to VEXCPAK Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of VEXCPAK to GDPPAK Response of INFPAK to VEXCPAK Response of VEXCPAK to INFPAK Sumber: Data Olahan Eviews 6.0 Gambar 4.9 Impulse Response Pakistan (PAK) Guncangan VEXCPAK pada awal periode telah menyebabkan respon dari GDPPAK yang cukup berarti di kisaran positif 0, Pada periode ke-2 sampai akhir periode, pattern berfluktuasi di bawah baseline. Hal ini berarti volatilitas nilai tukar memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Pakistan. Tidak jauh berbeda dengan respon INFPAK dari adanya guncangan VEXCPAK. Sejak awal hingga akhir periode, respon INFPAK berfluktuasi negatif di bawah baseline hingga jatuh di kisaran negatif 0, pada periode ke-5. Hal ini pun mengindikasikan bahwa volatilitas nilai tukar memberikan dampak negatif terhadap inflasi Pakistan. Kedua variabel ini tidak dapat mendorong dalam melaksanakan penyatuan mata uang karena

38 digilib.uns.ac.id 96 respon yang negatif dan rendah terhadap volatilitas nilai tukar sehingga mempersulit penggunaan kebijakan bersama. Respon VEXCPAK terhadap guncangan GDPPAK dan INFPAK sangat berarti dimana respon terhadap keduanya hampir menunjukkan pola yang sama. Pattern bergerak fluktuatif di baseline garis atas dan bawah. Respon VEXCPAK terhadap guncangan GDPPAK mengalami penurunan yang tajam menyentuh baseline bawah di kisaran negatif 0, pada periode ke-2, sedangkan respon VEXCPAK terhadap guncangan INFPAK sempat mengalami kenaikan yang tajam di kisaran positif 0, pada periode ke-4. Namun sejauh periode tersebut, fluktuasi respon VEXCPAK terhadap guncangan GDPPAK dan INFPAK cenderung menunjukkan fluktuasi yang konsisten di batas baseline atas dan bawah. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan volatilitas nilai tukar dan penurunan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan volatilitas nilai tukar, begitu pun dengan inflasi terhadap volatilitas nilai tukar. Korelasi guncangan yang berbanding lurus diantara ketiga variabel ini merupakan pendorong dalam penyatuan mata uanguntuk Negara Pakistan.

39 digilib.uns.ac.id 97 Kemiripan struktur ekonomi Mesir Indonesia Malaysia Turki Saudi Arabia Iran Pakistan Tahap II Tahap I Gambar 4.10 Tahapan Pembentukan currency unification Berdasarkan hasil analisis Impulse Response Function (IRF), terlihat sekali bahwa terdapat empat negara yang keterkaitannya erat dimana mempunyai kesamaan/kemiripan struktur perekonomian sehingga berpotensi untuk membentuk suatu currency union yaitu Turki, Saudi Arabia, Iran, dan Pakistan. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian di negara-negara anggota OKI sangat berbeda bahkan dapat dikatakan timpang sehingga sulit untuk disatukan. Namun, masih ada kemungkinan negara Indonesia dan Malaysia ikut bergabung dengan Turki, Saudi Arabia, Iran, dan Pakistan dalam penyatuan mata uang. Sedangkan Mesir berada pada posisi yang tertinggal karena struktur perekonomiannya yang belum sejajar dengan negara anggota OKI lainnya.

40 digilib.uns.ac.id 98 g. Analisis Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD) FEVD yaitu metode yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana perubahan dalam suatu variabel ditunjukkan oleh perubahan variance error yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Melalui metode ini juga dapat dilihat kekuatan dan kelemahan dari masing-masing variabel dalam mempengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang. Dengan menggunakan metode FEVD, penelitian ini akan melihat peran variabilitas nilai tukar dalam menjelaskan GDP dan inflasi masing-masing negara. 1) Variance Decomposition Variabilitas Nilai Tukar Indonesia (IDN) Variance error pada periode pertama model variabilitas nilai tukar Indonesia menunjukkan bahwa variabel GDPIDN dan INFIDN lebih mempengaruhi dirinya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan nilai penjelasnya sebesar 99% untuk variabel GDPIDN dan 1% untuk variabel INFIDN. Sedangkan variabel VEXCIDN belum bisa mempengaruhi variabel GDPIDN dan INFIDN karena angka penjelasnya hanya sebesar 0 (nol).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia. masih menunjukkan fluktuasi seperti pada Gambar 4.1. Rata-rata inflasi tahun 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1. Gambaran Umum Laju Inflasi di Indonesia Laju inflasi tahunan Indonesia selama kurun waktu 2000 hingga 2011 masih menunjukkan fluktuasi seperti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

Perkembangan M1 dan M2

Perkembangan M1 dan M2 2011 Juni Des Maret Sept 2013 Juni Des Maret Sept 2015 Juni Des Maret Sept dalam miliar rupiah 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pergerakan Permintaan Uang di Indonesia Dalam melihat pergerakan permintaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA 101 IX. INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA Meskipun industri minyak goreng sawit telah tersebar di 19 propinsi, sentra produksi minyak goreng yang utama masih terpusat di Indonesia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN.... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskripstif merupakan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif 4.1.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Produksi padi Indonesia meskipun mengalami fluktuasi namun masih menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA 81 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISA Pembahasan pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil regresi yang dimulai dari tahap awal hingga terakhir, sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana penerapan model

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penilitian ini adalah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework 63 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework (BMTF) periode

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 6 (1) (2017) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj ANALISIS PENGARUH VOLATILITAS CAPITAL INFLOW DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut : BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan memiliki tujuan yang pada dasarnya mendapatkan keuntungan demi kelancaran usahanya dan mampu bersaing dalam lingkungan bisnis secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Datadata yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Stasioneritas Dalam meneliti data time series, yang pertama harus dilakukan adalah dengan menggunakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regressive (VAR) perlu melakukan uji stasioneritas. Uji

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regressive (VAR) perlu melakukan uji stasioneritas. Uji IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Pra Estimasi 4.1.1 Uji Kestasioneritasan Data Sebelum mengestimasi variabel dengan data time series dan menggunakan metode Vector Auto Regressive (VAR) perlu melakukan

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka,

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka, BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Yang dimaksud dengan penelitian

Lebih terperinci

Peramalan Laju Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dengan Menggunakan Model vector autoregressive

Peramalan Laju Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dengan Menggunakan Model vector autoregressive Peramalan Laju Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dengan Menggunakan Model vector autoregressive (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM) Eva Naviatun Ni mah 1, Safa at Yulianto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract

KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* Abstract KAUSALITAS INFLASI DAN KURS DI INDONESIA Mirza Winanda 1, Chenny Seftarita 2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: Mirza.winanda38@gmail.com 2)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci