Gambar 1. Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan batu kolesterol. 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1. Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan batu kolesterol. 3"

Transkripsi

1 Terapi Batu Empedu: Apakah Harus Operatif? IDN Wibawa Batu empedu adalah salah satu penyakit saluran cerna yang paling sering dan membutuhkan biaya tatalaksana yang cukup tinggi. Insiden penyakit ini meningkat seiring usia. Populasi yang berisiko di antaranya adalah penderita diabetes melitus, penderita obesitas, wanita, mereka yang berat badannya naik turun dengan cepat, dan mereka yang mendapat terapi hormon atau kontrasepsi oral. 1 Batu empedu dikategorikan berdasarkan komposisinya yaitu batu kolesterol (pada 80% pasien), dan batu pigmen (hitam dan coklat, pada 20% pasien). Batu kolesterol mengandung campuran kolesterol (50-99% dari beratnya), matriks glikoprotein, dan sedikit kalsium dan bilirubin. Pembentukan kristal kolesterol membutuhkan satu atau lebih dari faktor berikut: supersaturasi kolesterol, percepatan nukleasi, atau hipomotilitas kandung empedu, stasis cairan empedu, dan faktor genetik. 2 Gambar 1. Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan batu kolesterol. 3 Batu pigmen hitam terutama terbentuk dari polimer pigmen bilirubin insolubel yang bercampur dengan kalsium fosfat dan karbonat. Tidak ada kolesterol di dalamnya. Dikatakan bahwa terbentuknya batu ini adalah akibat supersaturasi cairan empedu dengan bilirubin tak terkonjugasi, perubahan ph dan kalsium, serta produksi berlebih matriks organik (glikoprotein). Mereka yang berisiko mendapat batu jenis ini adalah penderita hemolisis kronik (misalnya sferositosis herediter atau penyakit sel sabit), dan prostese mekanik (misalnya katup jantung) dalam sirkulasi, sirosis (khususnya alkoholik), dan penyakit Crohn. 3

2 Batu pigmen coklat mengandung kalsium bilirubinat, kalsium palmitat, dan stearat, serta kolesterol. Batu jenis ini jarang ditemukan di kandung empedu. Batu ini terbentuk di duktus biliaris dan berhubungan dengan stasis bilier serta cairan empedu yang terinfeksi, dan biasanya radiolusen. Bakteri ditemukan pada 90% kasus dan sering intrahepatik. Mereka yang berisiko mendapat batu jenis ini adalah penderita kolangitis sklerosan, penyakit Caroli, infestasi parasit di traktus biliaris (misalnya oleh Clonorchis sinensis dan Ascaris lumbricoides). 3 Tabel 1. Jenis batu: karakteristik dan asosiasi klinisnya. 2 Komplikasi akibat penyakit batu empedu yang paling umum adalah kolesistitis akut, kolangitis akibat obstruksi dari koledokolitiasis, dan gallstone pancreatitis. 4-6 Meskipun perjalanan alamiah penyakit batu empedu biasanya bersifat jinak, namun dokter harus memutuskan terapi apa yang diperlukan oleh pasien dengan membagi pasien menjadi: penderita batu empedu asimtomatik yang terdeteksi secara tidak sengaja; penyakit batu empedu simtomatik; penderita batu empedu dengan gejala atipikal dan terdeteksi pada pemeriksaan pencitraan; serta mereka dengan gejala yang tipikal namun tidak terdeteksi batu empedu pada pencitraan. 1 Pada pasien dengan penyakit batu empedu asimtomatik yang terdeteksi secara insidental, tatalaksana terbaik adalah dengan expectant management (observasi dengan melakukan pemeriksaan tanpa intervensi medis ataupun terapi). Terapi profilaksis (biasanya dengan kolesistektomi laparoskopik) disarankan pada mereka dengan gejala tipe bilier atau mereka yang mengalami komplikasi akibat batu empedu karena mereka berisiko untuk mengalami gejala yang rekuren dan lebih berat. 1

3 Gambar 2. Algoritme pendekatan yang disarankan untuk tatalaksana batu empedu. 7 Keterangan: ERCP = endoscopic retrograde cholangiopancreaticography; LC = laparoscopic cholecystectomy. Indikasi kolesistektomi pada penyakit batu empedu (open ataupun laparoskopik) adalah kolelitiasis simtomatik (dengan atau tanpa komplikasi), kolelitiasis asimtomatik pada pasien yang berisiko mengalami kolangiokarsinoma atau komplikasi akibat penyakit batu empedu, kolesistitis akalkulus, polip kandung empedu diameter >0,5 cm, porcellain gallbladder, diskinesia bilier (Mayo, AAFP). Kontraindikasi absolut kolesistektomi (laparoskopik) adalah kolangiokarsinoma, ketidakmampuan untuk toleransi bius umum, kolagulopati tidak terkontrol. Sedangkan kontraindikasi relatif adalah sirosis tahap lanjut/gagal hati, koagulopati, peritonitis, riwayat pembedahan di abdomen bagian atas, syok septik, peritonitis akut berat. 1 Pasien dengan penyakit batu empedu simtomatik dibagi menjadi dua kategori: mereka yang mengalami kolik bilier simpel dan mereka yang mengalami komplikasi. Kolesistektomi (biasanya laparoskopik) direkomendasikan untuk sebagian besar pasien dengan batu empedu yang simtomatik. 8 Namun expectant management juga dapat menjadi pilihan. Satu studi terhadap 69 orang dewasa

4 dengan penyakit batu empedu simtomatik yang ditangani dengan expectant management, hanya 35 di antaranya yang membutuhkan kolesistektomi setelah median follow-up selama 5,6 tahun. 9 Saat ini terdapat beberapa prosedur operatif baru dengan invasi seminimal mungkin, di antaranya adalah single incision laparoscopic surgery, totally transumbilical single-port surgery, laparoendoscopic single-site surgery, atau single incision multiport laparoendoscopic surgery. 10 Jenis lain dari tindakan tersebut adalah natural orifice transluminal endoscopic surgery, yang menggunakan orifisium pasien untuk akses abdomen. Pada tindakan kolesistektomi, akses yang paling sering digunakan adalah transvaginal. Namun prosedur ini menjadi sulit karena tidak tersedianya instrumentasi yang sesuai. 11 Tindakan operatif pada penyakit batu empedu dikerjakan dengan memperhatikan indikasi dan kontraindikasi yang ada sehingga dapat dicapai hasil yang diharapkan. Daftar Pustaka 1. Abraham S, Rivero HG, Erlikh IV, Griffith LF, Kondamudi VK. Surgical and nonsurgical management of gallstones. Am Fam Physician. 2014;89(10): Gleeson FC. Gallstones. In: Hauser SC, Oxenteko AS, Sanchez W, eds. Mayo Clinic Gastroenterology and Hepatology Board Review, 5th ed New York: Oxford University Press. pp: Dooley JS. Gallstones and benign biliary diseases. In: Dooley JS, Lok ASF, Burroughs AK, Heathcote EJ, eds. Sherlock's Diseases of the Liver and Biliary System. 12th ed West Sussex: Blackwell Publishing Ltd. pp: Singer AJ, McCracken G, Henry MC, Thode HC Jr, Cabahug CJ. Correlation among clinical, laboratory, and hepatobiliary scanning findings in patients with suspected acute cholecystitis. Ann Emerg Med. 1996;28(3): Rosh AJ, Manko JA, Santen S. Cholangitis in emergency medicine. Accessed September 29, Gardner TB, Berk BS. Acute pancreatitis. com/article/ overview. Accessed January 29, Portincasa P, Ciaula AD, Bonfrate L, Wang DQ. Therapy of gallstone disease: what it was, what it is, what it will be. World J Gastrointest Pharmacol Ther. 2012;3(2):9. 8. Keus F, de Jong JA, Gooszen HG, van Laarhoven CJ. Laparoscopic versus

5 open cholecystectomy for patients with symptomatic cholecystolithiasis. Cochrane Database Syst Rev. 2006;(4):CD Vetrhus M, Søreide O, Solhaug JH, Nesvik I, Søndenaa K. Symptomatic, non-complicated gallbladder stone disease. Operation or observation? A randomized clinical study. Scand J Gastroenterol. 2002;37(7): Gurusamy KS, Samraj K, Ramamoorthy R, Farouk M, Fusai G, Davidson BR. Miniport versus standard ports for laparoscopic cholecystectomy. Cochrane Database Syst Rev. 2013;(8):CD Navarra G, Currò G. SILS and NOTES cholecystectomy: a tailored approach. ANZ J Surg. 2010;80(11):

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang terletak di persimpangan antara saluran cerna dan bagian tubuh lainnya, mengemban tugas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pencernaan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada proses pencernaan, makanan yang dimakan oleh manusia dicerna sampai dapat diabsorpsi

Lebih terperinci

KOLELITIASIS A. PENGERTIAN

KOLELITIASIS A. PENGERTIAN KOLELITIASIS A. PENGERTIAN Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kolelitiasis Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR TEORI

BAB I KONSEP DASAR TEORI BAB I KONSEP DASAR TEORI A. Pengertian Kolelitiasis disebut juga Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.

Lebih terperinci

ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP)

ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP) ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (ERCP) PENDAHULUAN Pemeriksaan penunjang dilakukan dalam rangka penegakan diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan salah satunya adalah pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis terutama ditemukan di negara-negara

Lebih terperinci

Profil kasus batu empedu di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2015-Oktober 2016

Profil kasus batu empedu di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2015-Oktober 2016 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016 Profil kasus batu empedu di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Oktober 2015-Oktober 2016 1 Andreyne L. Z. Tuuk 2 Jimmy Panelewen 2 A.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN CHOLELITHIASIS DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

KARAKTERISTIK PASIEN CHOLELITHIASIS DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 KARAKTERISTIK PASIEN CHOLELITHIASIS DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012 31 DESEMBER 2012 CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH CHOLELITHIASIS IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG PERIOD 1 JANUARY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cholecystolithiasis merupakan pembentukan batu empedu yang berlokasi di kandung empedu. 1 Sekitar 10%-15% penduduk Amerika Serikat memiliki batu empedu. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al., BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al., 2002). Kolelitiasis

Lebih terperinci

Profil Kolelitiasis pada Hasil Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Profil Kolelitiasis pada Hasil Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Artikel Penelitian Profil Kolelitiasis pada Hasil Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Suzanna Ndraha, Helena Fabiani, Henny Tannady Tan, Marshell Tendean Dosen Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran empedu atau kedua-duanya. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran empedu atau kedua-duanya. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BATU EMPEDU Batu empedu atau cholelithiasis adalah timbunan Kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau kedua-duanya. Batu kandung empedu merupakan gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada saluran empedu atau bisa pada keduanya. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

Modul 32. (No. ICOPIM: 5-511)

Modul 32. (No. ICOPIM: 5-511) Modul 32 Bedah Digestif KOLESISTEKTOMI TERBUKA (No. ICOPIM: 5-511) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dan fisiologi sistem

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter PERBANDINGAN TEKNIK OPERASI MINI LAPAROTOMI KOLESISTEKTOMI DENGAN LAPAROSKOPI KOLESISSTEKTOMI PADA KOLESISTOLITIASIS TERHADAP LAMA RAWAT INAP DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan

Lebih terperinci

Hasil. Hasil penelusuran

Hasil. Hasil penelusuran Pendahuluan Karsinoma hepatoselular (KHS) adalah keganasan kelima tersering di seluruh dunia, dengan angka kematian sekitar 500.000 per tahun. Kemajuan dalam pencitraan diagnostik dan program penapisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi kandung empedu dan saluran bilier (sumber:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi kandung empedu dan saluran bilier (sumber: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Kandung Empedu Gambar 2.1. Anatomi kandung empedu dan saluran bilier (sumber: www.pennstatehershey.adam.com) Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol

BAB 1 PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia memiliki prevalensi yang tinggi hampir di seluruh negara. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol total serum melebihi

Lebih terperinci

Kolelitiasis pada Anak

Kolelitiasis pada Anak Tinjauan Pustaka Kolelitiasis pada Anak I W. Gustawan, K. Nomor Aryasa, I P. G. Karyana, I G. N. Sanjaya Putra Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RS Sanglah Denpasar Abstrak:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JENIS BATU DAN PERUBAHAN MUKOSA KANDUNG EMPEDU PADA PASIEN BATU KANDUNG EMPEDU

HUBUNGAN ANTARA JENIS BATU DAN PERUBAHAN MUKOSA KANDUNG EMPEDU PADA PASIEN BATU KANDUNG EMPEDU HUBUNGAN ANTARA JENIS BATU DAN PERUBAHAN MUKOSA KANDUNG EMPEDU PADA PASIEN BATU KANDUNG EMPEDU 1 David S. Kereh 1 Harsali Lampus 1 Hebert B. Sapan 2 Lily L. Loho 1 Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI POLA DISTRIBUSI PASIEN KOLELITIASIS DI RSU DR. SOEDARSO PONTIANAK PERIODE JANUARI 2010-DESEMBER 2011 KRISANTUS HENDRIK I

NASKAH PUBLIKASI POLA DISTRIBUSI PASIEN KOLELITIASIS DI RSU DR. SOEDARSO PONTIANAK PERIODE JANUARI 2010-DESEMBER 2011 KRISANTUS HENDRIK I NASKAH PUBLIKASI POLA DISTRIBUSI PASIEN KOLELITIASIS DI RSU DR. SOEDARSO PONTIANAK PERIODE JANUARI 2010-DESEMBER 2011 KRISANTUS HENDRIK I11107062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis Oleh Rosiana Putri, 0806334413, Kelas A Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi

Lebih terperinci

Kolangitis et causa Koledokolitiasis

Kolangitis et causa Koledokolitiasis Kolangitis et causa Koledokolitiasis Debora Semeia Takaliuang 102011304 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email : deboratakaliuang@ymail.com

Lebih terperinci

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN KOLELITIASIS DI RUANG BEDAH LANTAI 5 RSPAD GATOT SOEBROTO

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN KOLELITIASIS DI RUANG BEDAH LANTAI 5 RSPAD GATOT SOEBROTO UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN KOLELITIASIS DI RUANG BEDAH LANTAI 5 RSPAD GATOT SOEBROTO KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah

Lebih terperinci

GAMBARAN ULTRASONOGRAFI BATU EMPEDU PADA PRIA & WANITA DI BAGIAN RADIOLOGI FK UNSRAT BLU RSUP PROF. DR. R. D

GAMBARAN ULTRASONOGRAFI BATU EMPEDU PADA PRIA & WANITA DI BAGIAN RADIOLOGI FK UNSRAT BLU RSUP PROF. DR. R. D Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 GAMBARAN ULTRASONOGRAFI BATU EMPEDU PADA PRIA & WANITA DI BAGIAN RADIOLOGI FK UNSRAT BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE OKTOBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolelitiasis atau batu saluran empedu merupakan penyakit yang umumnya lebih sering ditemukan di negara maju dan jarang ditemukan di negara-negara berkembang. Namun,

Lebih terperinci

CASE REPORT BEDAH KOLELITIASIS

CASE REPORT BEDAH KOLELITIASIS CASE REPORT BEDAH KOLELITIASIS Disusun oleh : Putri Mutiara Sari 1102011212 Pembimbing : Dr. Yeppy AN, Sp.B, FINaCS, MM KEPANITERAAN KLINIK BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI RSUD SOREANG 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan komplikasi dan dapat mengancam jiwa (Sjamsuhidayat, 2010;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan komplikasi dan dapat mengancam jiwa (Sjamsuhidayat, 2010; 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Batu empedu merupakan deposit kristal padat yang terbentuk dikandung empedu dimana batu empedu dapat bermigrasi ke saluran empedu sehingga dapat menimbulkan komplikasi

Lebih terperinci

VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL

VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL Dipresentasikan Oleh : Aji Febriakhano Pembimbing : dr. Hanis S,Sp.BS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA CHOLELITHIASIS. Dikenal dengan istilah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Kolelitiasis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA CHOLELITHIASIS. Dikenal dengan istilah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Kolelitiasis BAB II TINJAUAN PUSTAKA CHOLELITHIASIS I. DEFINISI Dikenal dengan istilah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung

Lebih terperinci

DEWAAMOER STUDIODIGITAL Jl pramuka NO 14 (toko pak santo) KEMILING BANDAR LAMPUNG tel ,

DEWAAMOER STUDIODIGITAL Jl pramuka NO 14 (toko pak santo) KEMILING BANDAR LAMPUNG tel , dunia kesehatan DEWAAMOER STUDIODIGITAL Jl pramuka NO 14 (toko pak santo) KEMILING BANDAR LAMPUNG tel 081379730011, 0721271545 BATU EMPEDU (KOLELITIASIS) GAMBARAN PENDERITA BATU EMPEDU (KOLELITIASIS) DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia laki-laki yang terletak mengelilingi vesica urinaria dan uretra proksimalis. Kelenjar prostat dapat mengalami pembesaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang terjadi oleh apapun penyebabnya yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi di dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Very Low Calorie Diet (VLCD) terhadap Pembentukan Batu Empedu Kolesterol serta Pencegahannya

Pengaruh Very Low Calorie Diet (VLCD) terhadap Pembentukan Batu Empedu Kolesterol serta Pencegahannya Pengaruh Very Low Calorie Diet (VLCD) terhadap Pembentukan Batu Empedu Kolesterol serta Pencegahannya Hilna Khairunisa Shalihat Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Kekhususan Ilmu Gizi Klinik Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

Diagnosis dan Tata Laksana Kolesistitis Akalkulus Akut

Diagnosis dan Tata Laksana Kolesistitis Akalkulus Akut CASE REPORT Diagnosis dan Tata Laksana Kolesistitis Akalkulus Akut M. Adi Firmansyah SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Tangerang ABSTRAK Kolesistitis akalkulus akut adalah inflamasi akut dari kandung empedu

Lebih terperinci

Diagnosis dan Tatalaksana Kolesistitis Akut. dan Kolelitiasis. Di SUSUN OLEH: Vinsensia Dita NIM PEMBIMBING : 1. Dr.Devy J Iskandar SpPD

Diagnosis dan Tatalaksana Kolesistitis Akut. dan Kolelitiasis. Di SUSUN OLEH: Vinsensia Dita NIM PEMBIMBING : 1. Dr.Devy J Iskandar SpPD Diagnosis dan Tatalaksana Kolesistitis Akut dan Kolelitiasis Di SUSUN OLEH: Vinsensia Dita NIM 11 2015 114 PEMBIMBING : 1. Dr.Devy J Iskandar SpPD KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF ILMU

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS I. KONSEP DASAR PENYAKIT

ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS I. KONSEP DASAR PENYAKIT ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS I. KONSEP DASAR PENYAKIT A. DEFINISI Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan

Lebih terperinci

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO) 1 Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO) Sakit : pola respon yang diberikan oleh organisme hidup thd

Lebih terperinci

Perbandingan Terapi Drainase Bilier pada Pasien Kolangiokarsinoma melalui Pendekatan Perendoskopik dan Perkutaneus

Perbandingan Terapi Drainase Bilier pada Pasien Kolangiokarsinoma melalui Pendekatan Perendoskopik dan Perkutaneus Evidence Based Case Report in Hepatology Perbandingan Terapi Drainase Bilier pada Pasien Kolangiokarsinoma melalui Pendekatan Perendoskopik dan Perkutaneus Oleh dr. Kristoforus Hendra Djaya 0706311081

Lebih terperinci

Modul 33. (No. ICOPIM 5-511)

Modul 33. (No. ICOPIM 5-511) Modul 33 Bedah Digestif KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPIK (No. ICOPIM 5-511) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

ATRESIA BILIARIS RISTA D SOETIKNO

ATRESIA BILIARIS RISTA D SOETIKNO ATRESIA BILIARIS RISTA D SOETIKNO Pendahuluan Atresia biliaris adalah suatu kaeadaan dimana terjadi gangguan dari sistim bilier ekstra hepatik.karakteristik dari atresia biliarias adalah tidak terdapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien

Lebih terperinci

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah ABSTRAK Menurut WHO, kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah satu jenis kanker yang tingkat kejadiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan kondisi yang progresif meskipun pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi diabetes menimbulkan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia. Menurut laporan pada Global Burden of Disease (2014), PJK merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keadaan ikterus obstruktif sering ditemukan pada praktik sehari-hari dengan berbagai penyebab. Data dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) Jakarta,

Lebih terperinci

Hasil Penelitian PERBEDAAN KOMPOSISI BATU KANDUNG EMPEDU DENGAN BATU SALURAN EMPEDU PADA PENDERITA YANG DILAKUKAN EKSPLORASI SALURAN EMPEDU

Hasil Penelitian PERBEDAAN KOMPOSISI BATU KANDUNG EMPEDU DENGAN BATU SALURAN EMPEDU PADA PENDERITA YANG DILAKUKAN EKSPLORASI SALURAN EMPEDU Hasil Penelitian PERBEDAAN KOMPOSISI BATU KANDUNG EMPEDU DENGAN BATU SALURAN EMPEDU PADA PENDERITA YANG DILAKUKAN EKSPLORASI SALURAN EMPEDU DI RSHS BANDUNG Oleh : M. Nuhadi Pembimbing I : Prof.DR.Dr. Basrul

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

Referat Radiology CHOLELITHIASIS. Disusun oleh : Aulya Novaldy Pratomo Muhammad Oky Firmansyah Neng Ipah Fauziyah

Referat Radiology CHOLELITHIASIS. Disusun oleh : Aulya Novaldy Pratomo Muhammad Oky Firmansyah Neng Ipah Fauziyah Referat Radiology CHOLELITHIASIS Disusun oleh : Aulya Novaldy Pratomo 1102008048 Muhammad Oky Firmansyah 1102008164 Neng Ipah Fauziyah 1102008330 Novia Ardiani 1102008179 Puetri Sariasih Saptlya 1102007214

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibroadenoma mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah tumor jinak dengan karakter tidak nyeri, dapat digerakkan, berbatas tegas dan berkonsistensi padat kenyal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : AVYSIA TRI MARGA WULAN J 500 050 052

Lebih terperinci

Kolesistitis adalah proses inflamasi atau peradangan akut pada kandung empedu yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu.

Kolesistitis adalah proses inflamasi atau peradangan akut pada kandung empedu yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu. Kolesistitis (Radang Kandung Empedu) Kolesistitis adalah proses inflamasi atau peradangan akut pada kandung empedu yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu. Kasus kolesistitis ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis setiap

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN DISLIPIDEMIA DAN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PADA TAHUN

PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN DISLIPIDEMIA DAN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PADA TAHUN PROPORSI PENDERITA BATU EMPEDU DENGAN DISLIPIDEMIA DAN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PADA TAHUN 2015 2016 Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu divertikulum pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi dari 7 sampai 15 cm, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang sering terjadi. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens apendisitis akut di Negara

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penatalaksanaan nyeri pasien operasi selalu menjadi tantangan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penatalaksanaan nyeri pasien operasi selalu menjadi tantangan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penatalaksanaan nyeri pasien operasi selalu menjadi tantangan karena sifatnya yang subyektif, terutama pada pasien pasca operasi orthopedi yang merasakan nyeri sangat

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET IdentitasMataKuliah IdentitasdanValidasi Nama TandaTangan Kode Mata Kuliah Dosen Pengembang RPS

Lebih terperinci

Stent Gastroduodenal Pada Gastric Outlet Obstruction (GOO) dan Stent Pankreas

Stent Gastroduodenal Pada Gastric Outlet Obstruction (GOO) dan Stent Pankreas Stent Gastroduodenal Pada Gastric Outlet Obstruction (GOO) dan Stent Pankreas Muhammad Begawan Bestari Divisi Gastroenterohepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI PRE OPERATIF DENGAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI

HUBUNGAN STATUS GIZI PRE OPERATIF DENGAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI HUBUNGAN STATUS GIZI PRE OPERATIF DENGAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI HERNIORAPHY DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN 4 Wihardi ABSTRAK Hernioraphy adalah memperbaiki defek dengan pemasangan jarring ( mesh

Lebih terperinci

BAB II ILUSTRASI KASUS

BAB II ILUSTRASI KASUS BAB I PENDAHULUAN Keganasan pada saluran bilier merupakan salah satu penyebab ikterus obstruktif. Kanker saluran empedu termasuk cholangiocarcinoma, carcinoma ampullary dan karsinoma yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA Evaluasi Keluaran dari Operasi Koreksi yang Ditunda untuk Cedera Duktus Bilier pada Tindakan Laparoskopi Kolesistektomi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Periode Juni 2010 Juni 2015

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR GENETIK PADA CHOLELITHIASIS. Pembimbing : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S.

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR GENETIK PADA CHOLELITHIASIS. Pembimbing : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S. ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR GENETIK PADA CHOLELITHIASIS Shylvia Lie, 2007 Pembimbing : Freddy Tumewu Andries, dr., M.S. Cholelithiasis adalah terdapatnya batu kolesterol atau batu pigmen di vessica fellea. Beberapa

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit tidak menular (Non Comunicable Disease) terdiri dari penyakit jantung, kanker, penyakit pernafasan kronis dan diabetes, penyakit ini bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Disfungsi hati (liver disfunction) pada pasien-pasien kritis dengan gagal organ multipel (MOF), sering tertutupi atau tidak dikenali. Pada penderita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Populasi lanjut usia (lansia) di dunia akan bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Prevalensi di dunia tahun 2014 sebanyak 9%, di Indonesia meningkat dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi

Lebih terperinci

Perbandingan Efektivitas Drainase Unilateral dengan Drainase Bilateral pada pasien dengan Keganasan Hilus : Sebuah Laporan Kasus Berbasis Bukti

Perbandingan Efektivitas Drainase Unilateral dengan Drainase Bilateral pada pasien dengan Keganasan Hilus : Sebuah Laporan Kasus Berbasis Bukti Perbandingan Efektivitas Drainase Unilateral dengan Drainase Bilateral pada pasien dengan Keganasan Hilus : Sebuah Laporan Kasus Berbasis Bukti Pendahuluan Stasis cairan empedu dapat menyebabkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara berkembang meskipun frekuensinya lebih rendah di negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan akan memberikan beban mortalitas, morbiditas dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita,

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012 DIABETES UNTUK AWAM Desember 2012 Apa itu Tubuh Manusia? Tubuh manusia seperti mesin yang komplex Glukosa adalah bahan bakar dari tubuh manusia Bagaimana tubuh kita menggunakan glukosa? Glukosa digunakan

Lebih terperinci