BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin Tahu. Rasa ingin tahu diartikan sebagai sikap untuk selalu mengetahui

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin Tahu. Rasa ingin tahu diartikan sebagai sikap untuk selalu mengetahui"

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu diartikan sebagai sikap untuk selalu mengetahui yang belum dipahami, didengar atau dilihatnya, sikap tersebut dapat menjadikan seseorang lebih tahu dan memahami suatu hal secara mendalam. Karakter ini dapat menjadi modal penting dalam hidup bermasyarakat. Orang yang memilki rasa ingin tahu yang tinggi adalah orang yang senang mengeksplorasi, belajar, dan menemukan hal-hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya, sesuai pernyataan Mustari (2014: 85) menyatakan bahwa rasa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dngan perilaku menggali secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi dan belajar. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Suyadi (2013: 9) bahwa rasa ingin tahu yakni cara berfikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara mendalam. Penjelasan para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan sikap penasaran siswa kemudian mencari dan menggali informasi terhadap sesuatu yang belum diketahui dan muncul ketika siswa melihat, mendengar atau mempelajari sesuatu. Adanya rasa ingin tahu, siswa akan berusaha memecahkan masalah yang membuatnya penasaran. Rasa ingin tahu membuat pikiran siswa menjadi aktif terhadap 7

2 8 keadaan sekitarnya, siswa yang pikirannya akan lebih mudahmelakukan kegiatan belajar dengan baik. Sikap rasa ingin tahu diperlukan siswa dalam pembelajaran untuk mendorong agar siswa tertarik mempelajari dan menggali informasi dalam kegiatan pembelajaran. Terutama menggali informasi tentang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terkait dengan materi sejarah uang, dalam memahami materi ini siswa harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan tetapi pada kenyataannya siswa belum memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika mengikuti proses pembelajaran di kelas. Indikator rasa ingin tahu mempunyai keberhasilan untuk meningkatkan pembelajaran di kelas yang harus dikuasai siswa.. Kemendiknas, (2010: 34) menyebutkan yaitu adanya keterkaitan nilai dan indikator untuk sekolah dasar, khususnya sikap rasa ingin tahu. Adapun indikator sikap rasa ingin tahu tersebut, antara lain: 1. Siswa cenderung bertanya selama pembelajaran jika ada hal yang tidak dipahami. 2. Membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan materi pembelajaran. 3. Membaca atau menduskusikan gejala alam atau pembelajaran yang baru terjadi. 4. Bertanya tentang suatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi diluar yang di bahas di kelas. Uraian indikator rasa ingin tahu di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran salah satunya dapat ditunjukkan aktivitas siswa mencari informasi materi yang sedang diajarkan dengan membaca dari berbagai macam sumber dan bertanya kepada guru atau teman jika ada yang belum dipahami atau dimengerti, dan mendiskusikan sesuatu.

3 9 Proses pembelajaran dapat ditunjukkan dengan cara siswa mencari tahu tentang sesuatu gejala alam yang terjadi di sekitar dengan bertanya kepada guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Ketika proses pembelajaran dapat ditunjukkan aktivitas siswa dengan cara siswa bertanya kepada guru terhadap apa yang telah dicari melalui radio maupun televisi. Pada saat proses pembelajaran dapat ditunjukkan aktivitas siswa dengan cara mencari berita tentang peristiwa yang sedang terjadi di sekitar melalui media cetak. 2. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil dari proses hasil belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, seperti yang diungkap Mulyasa (2014: 189) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. hal tersebut senada dengan Winkel dalam Hamdani (2011: 138) yang mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Penjabaran di atas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diketahui setelah mengalami proses belajar dan kemudian diadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa. Hasil dari evaluasi akan dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran. Prestasi belajar dalam pembelajaran ini dinyatakan dalam bentuk angka-angka (nilai), jadi bentuk angka (nilai yang diperoleh siswa menunjukkan prestasi belajar yang baik.

4 10 Peningkatan prestasi belajar siswa membutuhkan kreativitas guru dalam pembelajaran agar siswa merasa tertarik, nyaman dan senang dalam belajar. salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk senang bagi siswa ketika proses belajar dengan pemberian reward atau hadiah kepada siswa. Hadiah atau reward ini merupakan suatu pancingan bagi siswa untuk selalu berusaha menyelesaikan dan memahami tugas dari guru. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam individu maupun luat diri individu. Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Hamdani (2011: ) menyatakan ada dua faktor dalam prestasi belajar yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal) sebagai berikut : 1) Faktor Internal a) Kecerdasan (inteligensi) Kecerdasan adalah kemamapuan belajar disertasi kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. b) Faktor Jasmaniah atau psikologis Pada umumnya kondisi jasmaniah atau psikologis sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. c) Sikap

5 11 Yaitu kecenderungan untuk merekasi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. d) Minat Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu terajadi karena perasaan senang pada sesuatu. e) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seeorang untuk mencapai kebebasan pada masa yang akan datang. f) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. 2) Faktor Eksternal a) Keadaan Keluarga Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pedidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. b) Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa sebab dalam kehidupan seharihari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat berada. Penjelasan di atas mengenal faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal keduanya berpengaruh besar dalam hasil prestasi belajar siswa. Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor eksternal) individu. karena itu pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam membantu mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.

6 12 b. Fungsi utama prestasi belajar Prestasi belajar memiliki fungsi dalam proses pembelajaran. Arifin (2013: 12) mengemukakan prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antar lain: 1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, dan merupakan kebutuhan umum manusia. 3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, dengan asumsi bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam mingkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di masyarakat. 5) Dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa, dalam proses pembelajaran siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan karena siswalah yang diharapkan menyerap seluruh materi pokok pembelajaran. Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi untuk siswa. Fungsi tersebut diantaranya yaitu bahwa prestasi belajar dijadikan sebagai indikator kesuksesan dalam mencapai proses pembelajaran, selain itu mengetahui prestasi belajar siswa juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan bimbingan terhadap siswa.

7 13 3. Model Pembelajaran Make A Match Pembelajaran yang menyenangkan dibutuhkan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Suprijono. A, (2015: 113) make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Make A Match adalah sebuah model pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah serta menyampaikan informasi yang diperolehnya di depan kelas. Pembelajaran ini menuntut siswa supaya aktif dan tidak pasif. Model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk menumbuhkan sikap rasa ingin tahu siswa dalam menyampaikan pendapatnya dalam pembelajaran di kelas. Lie, (2008: 55) yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) Pada dasarnya model pembelajaran make a match siswa mendapatkan satu kartu pertanyaan atau jawaban kemudian setiap siswa mencari pasangan dari kartunya. Siswa yang dapat menemukan pasangan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan akan mendapatkan poin. Dalam pembelajaran Make a Match ini siswa saling bekerjasama untuk saling mencari jawaban dengan teman yang ada dihadapannya untuk mencari pasangan pertanyaan dan jawaban yang cocok. Diharapkan dengan model pembelajaran ini siswa memiliki rasa ingin tahu yang lebih meningkat serta mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru.

8 14 a. Langkah-langkah model pembelajaran Make a Match Model pembelajaran make a match memilki langkahlangkah. Suprijono. A, (2015: 113). Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartukartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga adaah kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok terbentuk huruf U. upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. Langkah selanjutnya jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Ketika mereka diskusi alngkah baiknya jika ada music instrumentalia yang lembut untuk mengiringi aktivitas belajar mereka. Hasil-hasil diskusi ditandai oleh pasanganpasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.

9 15 Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan pertanyaanjawaban itu cocok. Setelah penilaian dilakukan, ataurlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut di atas dipecah menjadi dua, sebagaian lainnya memegang kartu jawaban. Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. Guru kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari, mencocokan, dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban. Berikutnya adalah masing masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada tim penilai. Model pembelajaran make a match tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran make a match adalah membuat potongan kertas berisi pertanyaan dengan jawabannya, kocok sehingga tercampur semua. Dengan aktivitas berpasangan maka separuh siswa mendapat pertanyaan dan separuh yang lain mendapat jawaban. Siswa diminta untuk mencari pasangan kelompoknya. Setelah semua berpasangan siswa harus membaca pertanyaan dan jawabannya. Akhir teknik ini yaitu dengan memberi klarifikasi dan kesimpulan. Perlu diketahui bahwa tidak semua siswa baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang

10 16 kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaa-jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi siswa kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pasangan pertanyaan-jawaban. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh siswa dan mengkonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian. b. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Make a Match Model pembelajaran Make A Match mempunyai kelebihan dan kekurangan. Huda (2013: 253) kelebihan dan dan kekurangan model pembelajaran Make A Match sebagai berikut: Kelebihan: 1) Dapat meningkatkan aktivitas siswa belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. 2) Karena ada unsure permainan, model pembelejaran ini menyenangkan. 3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 4) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. 5) Efektif melatih kedisiplinan siswa mengahrgai waktu untuk belajar. Kelemahan: 1) Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang. 2) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya.

11 17 3) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan 4) Guru harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu. 5) Menggunakan metode ini secara terus-manerus akan menimbulkan kebosanan. Model pembelajaran make a match memang terdapat kekurangan tetapi apabila guru sudah menguasai model ini dengan baik maka guru dapat mengelola kelas dan perilaku siswa disamping itu manajemen kelas juga bisa dilakukan dengan baik. Karena itu guru harus terlatih dan memiliki pemahaman yang baik terlebih dahulu sebelum menerapkan model pembelajaran ini dikelas. Supaya ketika proses pembelajaran sedang berlangsung dapat berjalan dengan baik dan prestasi belajar lebih meningkat. 4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD a. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Aunurrahman, (2012: 176) menjelaskan bahwa keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktifitas yang dilakukan guru dan siswa. Untuk mencapai keberhasilan pada pembelajaran maka dibutuhkan keterlibatan aktif siswa agar dapat memperoleh pengetahuannya.

12 18 Pembelajaran IPS sangat penting bagi siswa. Sapriya, (2008: 2) istilah Ilmu Pengetahuan Sosial disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi. Pendapat tersebut didukung oleh Susanto, (2013: 153) yang menjelaskan bahwa pendidikan IPS di sekolah dasar diberikan kepada siswa mulai dari materi yang bersifat konkret menuju ke yang abstrak, dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin luas dan pendekatan spiral. IPS merupakan suatu mata pelajaran yang mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana dia tumbuh. Mereka akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Simpulan dari beberapa pendapat para ahli di atas bahwa Pembelajaran IPS di SD adalah pembelajaran yang harus dari yang nyata atau bersumber kepada masyarakat yang dimulai dari lingkungan sekolah, tempat tinggal, kemudian desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan akhiranya dunia. Gejala atau masalah yang ada di lingkungan sekitar siswa dapat dijadikan perangsang untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran IPS di SD. Pembelajaran IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada

13 19 jenjang pendidikan persekolahan. Bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan masyarakat. Sikap rasa ingin tahu bagi siswa dapat diterapkan melalui pembelajaran, salah satunya IPS. Karena IPS merupakan mata pelajaran yang mempersiapkan siswa untuk kehidupan masyarakat, Sebab sikap rasa ingin tahu perlu ditanamkan ke siswa sejak dini, yaitu pada jenjang sekolah dasar Pembelajaran IPS di SD yang perlu diketahui siswa diantaranya kenampakan alam dan keragaman sosial budaya, pemanfaatan SDA dalam kegiaatan ekonomi, keanekaragaman suku bangsa, peninggalan sejarah, peristiwa masa lampau serta masalah sosial di lingkungan setempat, dan lain-lain. Penelitian yang akan dilaksanakan materi yang akan digunakan yaitu Sejarah Uang. Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

14 20 Tabel 2.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 2.3 menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan menyebutkan peristiwa dan pertempuran dalam rangka mempertahankan kemerdekaan (pertempuran Surabaya, Pertempuran Semarang, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran medan area, Pertempuran Bandug Lautan api) Menjelaskan peristiwa/ pertempuranpertempuran dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. (Pertempuran Surabaya, Pertempuran Semarang, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran medan area, Pertempuran Bandung lautan api) Menjelaskan peristiwa agresi militer Belanda I dan II Menjelaskan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda Menyebutkan beberapa tokoh perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Menjelaskan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan (Ir. Soekarno. Drs. Moh Hatta, Jendral Soedirman, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Bung Tomo) Materi yang diajarkan tentang mengharagai perjuangan tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan mencakup: Kemenangan Sekutu atas Jepang tanggal 29 September 1945 tentara Inggris mendarat di Jakarta. Tentara Inggris dalam hal ini mewakili Sekutu. Pasukan tersebut dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Tentara Inggris datang ke Indonesia bertujuan melucuti tentara Jepang.

15 21 1) Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya Pada tanggal 25 Oktober 1945, pasukan Sekutu dari Inggris mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pasukan ini dipimpin oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Mereka diberi tugas untuk melucuti persenjataan pasukan Jepang di Indonesia dan menyelamatkan tawanan perang. Meskipun telah tercapai gencatan senjata, akan tetapi masih terjadi pertempuran berskala kecil di beberapa penjuru kota Surabaya. Masalah ini ditangani oleh Kontak Biro, sebuah lembaga yang menangani masalah insiden rakyat Surabaya dan pasukan Inggris. Pemuda Surabaya meminta pasukan Inggris menyerahkan senjata dan meninggalkan Gedung Bank Internatio di Jalan Jembatan Merah. Permintaan ini ditolak oleh pihak Inggris. Kontak Biro gagal menyelesaikan perselisihan sehingga meletus pertempuran. Dalam peristiwa tersebut Mallaby terbunuh. Mallaby terbunuh menimbulkan kemarahan pasukan Inggris. Pada tanggal 9 November 1945, Mayor Jenderal E. C. Mansergh memberi ultimatum kepada rakyat Surabaya dan pemimpin Republik Indonesia untuk menyerah. Ancaman ditolak sehingga pasukan Inggris melancarkan serangan besarbesaran pada tanggal 10 November Kota Surabaya dibom dari pesawat udara, kapal perang, dan tank Inggris. Pasukan

16 22 Inggris yang dilengkapi persenjataan modern ini dilawan oleh rakyat Surabaya dengan menggunakan bambu runcing. Tokoh pemuda Surabaya, Bung Tomo, mengobarkan semangat rakyat Surabaya. Pertempuran rakyat Surabaya melawan pasukan Inggris pada tanggal 10 November 1945 hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. 2) Pertempuran Ambarawa Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 November 15 Desember Pembebasan tawanan perang oleh pasukan Sekutu dimanfaatkan tentara NICA (Netherland Indies Civil Administration). Tentara NICA adalah tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Tentara NICA mempersenjatai bekas tawanan perang yang dibebaskan. Hal ini menyebabkan pecahnya Perang Ambarawa, yang diawali dengan serangan fajar oleh pasukan TKR dari Magelang. Pertempuran antara Sekutu dan TKR (Tentara Kemanan Rakyat) tidak bisa dihindari lagi. Pada tanggal 26 November 1945, pimpinan TKR dari Puwokerto yaitu Letnan Kolonel Isdiman gugur dalam pertempuran. Akhirnya, pimpinan pertempuran diambil alih oleh Kolonel Soedirman. Kehadiran Kolonel Soedirman, menumbuhkan semangat baru bagi pasukan TKR. Pasukan TKRdi bawah pimpinan Kolonel Soedirman menggunakan siasat gerilya. Pada tanggal 15 Desember 1945, TKR berhasil mengusir Sekutu. Untuk mengenang pertempuran Ambarawa didirikanlah monumen Palagan Ambarawa.

17 23 3) Pertempuran Medan Area Gelombang kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia memasuki kota Medan. Pasukan yang dipimpin T.E.D. Kelly mendarat di Medan tanggal 9 Oktober Tugas tentara Sekutu adalah membebaskan tentara Belanda yang ditawan Jepang. Namun ternyata tawanan itu kemudian dipersenjatai dan dijadikan anggota KNIL. Tindakan ini membuat rakyat Medan marah. Di bawah pimpinan Ahmad Tahir, para pemuda membentuk lascar perjuangan dan TKR Sumatra Timur. Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi sebuah insiden di sebuah hotel di Jalan Bali. Awalnya, anggota NICA merampas dan menginjak lencana Merah Putih milik seorang pemuda. Peristiwa tersebut memicu kemarahan para pemuda. Akhirnya berkembang menjadi pertempuran di berbagai tempat. Terjadinya pertempuran tersebut, Sekutu mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum yaitu melucuti senjata yang dibawa para pemuda dan larangan membawa senjata. Puncak kemarahan rakyat Medan terjadi pada tanggal 10 Desember Waktu itu Sekutu memasang papan pembatas bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area (batas wilayahkekuasaan Sekutu). TKR dan para pemuda pun mengadakan perlawanan. Pertempuran yang terjadi di Kota Medan dikenal dengan Pertempuran Medan Area.

18 24 4) Peristiwa Bandung Lautan Api (23 Maret 1946) Tentara Sekutu (Inggris) menuntut agar rakyat menyerahkan senjata- senjata yang diperoleh dari tangan Jepang. Pada tanggal 23 Maret 1946 sekutu mengekuarkan ultimatum yang isinya Agar kota Bandung seluruhnya dikosongkan. Menanggapi ultimatum tersebut TRI Bandung menerima perintah dari Jakarta agar kota Bandung dikosongkan. Rakyat Bandung mematuhi perintah dari Jakarta, namun sebelum meninggalkan kota mereka membumihanguskan kota Bandung bagian selatan. Tujuan tindakan ini agar pos-pos penting dan tempat-tempat yang vital tidak dapat dipergunakan oleh pihak lawan. Peristiwa politik bumi hangus itulah kemudian dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api. Dalam peristiwa tersebut gugur pahlawan Mohammad Toha. b. Tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari hari baik menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

19 25 Tujuan pembelajaran IPS di Sekolah menurut Mutakin dalam Ahmad Susanto, (2013: 145), dirumuskan sebagai berikut: 1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalahmasalah sosial. 3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelsaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. 4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. 5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS agar siswa dapat memahami lingkungan sekitar dan mampu berinteraksi di lingkungannya.siswa dapat mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengn kehidupan masyarakat di lingkungan. IPS juga memberikan kemampuan dasar siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat siswa. 5. Media Film Dokumenter a. Pengertian Media Media adalah alat yang digunakan untuk mempermudah atau menunjang sebuah pembelajaran. Anitah (2008: 2) menyebutkan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Briggs (Sadiman, 2008: 6) berpendapat bahwa media adalah segala

20 26 alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar. namun asosiasi pendidikan nasional (National Education Assosiation/ NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Adapun batasan yang diberikan, ada persamaan antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, peraba, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Adapun ciri-ciri media yang dikemukakan oleh Arsyad (2007: 6), yaitu: 1) Memilki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indra. 2) Memilki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik. 3) Penekanan media terdapat pada visual dan audio 4) Memilki pengertian, alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. 5) Digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 6) Dapat digunakan secara asal (misalnya: radio, televise, kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, Overhead Project, atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio, tape/kaset, video recorder). 7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan pendapatan atau ilmu.

21 27 Media pembelajaran mempunyai manfaat yang sangat baik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancer. Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2007: 21) menyebutkan manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku. 2) Pembelajaran bisa lebih menarik. 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam partisisipasi siswa, umpan baik dan penguatan. 4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa. 5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas. 6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk secara individu. 7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka peajari dan terjhadap proses pembelajaran dapat ditingkatkan. 8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai media yang sudah dipaparkan secara jelas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah sebuah alat untuk memudahkan menyampaikan pesan kepada siswa dari gurunya, dapat dimanipulasi sesuai keinginan untuk memudahkan pembelajaran, dapat dirasakan oleh panca indera manusia dan dapat memotivasi siswa ketika belajar. media dikatakan berhasil ketika pesan yang terkandung dalam media tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa serta menimbulkan motivasi belajar.

22 28 b. Film atau Gambar Hidup Film atau gambar hidup adalah perkembangan dari gambar biasa. Pada sebuah film, setiap gambar disebut frame. Hamalik (1983: 102) film itu diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis, dan pada layar yang terlihat gambar yang hidup. Film itu bergerak frame demi frame de depan lensa dan pada layar, gambargambar itu juga dengan cepat bergantian dan memberikan proses visual yang kontinu, kecepatan bergerak didepan lensa itu siantar gambar demi gambar tak ada celah-celah, tetapi bergerak dengan cepat dan pada layar itu terlihat gambar-gambar yang berurutan dan melukiskan satu peristiwa, cerita-cerita, benda-benda murni seperti pada kejadian yang sebenarnya. Di bawah ini akan dijelaskan secara singkat jenis-jenis film menurut Hamalik (1983: 111) diantaranya adalah: 1) Film Dokumenter Film Dokumenter memberikan gambaran yang sebenarnya tentang satu cerita. Film ini bukan pengulangan sesuatu kejadian atau dibuat sepertin film-film yang diproduksi, tetapi menggunakan masyarakat yang nyata dan dalam situasisituasi yang nyata pula. 2) Film Episode Film yang terdiri dari edisi-edisi yang pendek. Biasanya muncul dalam jenis film rekreasi, industry atau film televisi.

23 29 3) Film Provokasi Film provokasi dimaksudkan untuk melayani tujuantujuan kelompok studio orang dewasa, tetapi juga diperhunakan untuk anak-anak di sekolah dalam pelajaran tertentu seperti studi sosial, etika dan sebagainya. Fungsi film bagi pendidikan menurut Hamalik (1983: 103) adalah sebagai berikut: 1) Film adalah suatu media yang baik digunakan guna melengkapi pengalaman-pengalaman dasar bagi kelas untuk membaca, diskusi, konstruksi dan kegiatan belajar lainnya. 2) Film memberikan penyajian yang lebih baik tk terikat pada kemampuan intelektual, baik anak-anak yang kurang pandai maupun anak yang pandai akan merasakan manfaat dari film, walaupun tingkatnya berbeda. 3) Mengikat perhatian anak dan terjadi berbagai asoasiasi dalam jiwanya. 4) Mengatasi pembatasan-pembatasan dalam jarak dan waktu, melalui film, hal-hal yang terlalu kecil, terlalu lambat, dapat diamati dengan penglihatan mata. 5) Film memperuntukan satu subyek dengan perbuatan, film dapat mendemonstrasikan berbagai hal yang tak mungkin dialami secara langsung misalnya jatuhnya bom di Hiroshima, kekejaman Nazi jerman dan sebagainya. Fungsi film di atas dapat disimpulkan bahwa film dapat digunakan sebagai salah satu media yang menjanjikan karena dapat menarik perhatian siswa, membantu siswa melihat peristiwa yang tidak mungkin dilihat langsung oleh siswa dikarenakan ada batasan. Namun guru juga harus film yang akan ditayangkan agar informasi yang disampaikan sesuai dengan kriteria pada jenjang usia tertentu.

24 30 B. Penelitian Yang Relevan 1. Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match yang dilakukan oleh Ayu Febriana (2011) dalam jurnalnya dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match untuk Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 kota Semarang terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match mengalami peningkatan pada setiap siklusnya yaitu pada siklus I nilai rata-rata 62,67, pada siklus II yaitu 71,46, dan siklus III 79,90. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar belajar siswa. Terkait dengan hal ini peneliti ingin mengetahui dan menganalisis lebih lanjut tentang upaya meningkatkan prestasi belajar IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan di kelas V melalui model pembelajaran Make A Match di SD Negeri Pangebatan, Kecamatan Karanglewas. Inovasi perbedaan antara penelitian saya dengan penelitian orang lain yaitu penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu pada pemilihan mata pelajaran. Diharapkan penelitian tersebut dapat menjadi dasar penelitian yang akan dilaksanakan.

25 31 2. Penelitian yang dilakukan oleh Vivit Nurul Fadilah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III mata pelajaran Pkn tema harga diri di SDN 04 Ampel wuluhan Jember terbukti dapat meningkatkan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match mengalami peningkatan pada setiap siklusnya yaitu pada siklus I nilai rata-rata 53,25, pada siklus II yaitu 71,19, dan meningkat lagi di siklus III menjadi 73,78. Kesimpulannya bahwa model kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan nilai yang diperoleh pada setiap siklusnya selalu meningkat. Selain itu, penelitian tersebut juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu pada pemilihan mata pelajaran. 3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna Zawil (2016) yang berjudul Using Make A Match Technique to Each Vocabulary menyatakan bahwa menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make A Match lebih dari 75% siswa mengalami peningkatan yaitu dalam peningkatan penguasaan kosakata. Hasil uji t disimpulkan bahwa siswa diajarkan menggunakan teknik make a match teknik pertandingan mendapat skor lebih baik dalam penggunaan kosakata. Teknik Make a Match ini baik digunakan untuk mengajar membaca sebagai alternative untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa inggris.

26 32 4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmudatin Arifah (2013) yang berjudul The Effectivenes Of Make A Match Technique For Teaching Writing Descriptive Text To The Seventh Grade Of Smpn 1 Karangbinangun Lamongan menjelaskan bahwa penelitian ini tentang eksperimen dengan menggunakan dua kelompok. Data diperoleh sari skor menulis siswa dalam pre test dan post test. Kemudian skor siswa dikumpulkan untuk mengetahui hasil dari pre test dan post test. Uji t digunakan untuk menghitung test dan pos test para siswa. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penggunan model kooperatif tipe make a match dapat membantu siswa untuk mendapatkan skor yang lebih tinggi dalam menulis tes deskriptif. Inovasi perbedaan antara penelitian saya dengan penelitian yang dilakukan oleh orang lain adalah di dalam penelitian saya menggunakan model pembelajaran make a match berbantu media film dokumenter materi perjuangan mempertahankan di kelas V SD Negeri Pangebatan. Selain itu perbedaan lainnya yaitu pada variabel yang akan diukur, yaitu motivasi, prestasi belajar dan rasa ingin tahu serta pemahaman materi yang akan digunakan dalam penelitian. Model pembelajaran make a match yaitu pembelajaran dengan menggunakan kartu-kartu. Kartu-kartu ini berisi kartu pertanyaan-jawaban. Kemudian di tambahkan dengan kartu make a match dan media film dokumenter untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran.

27 33 C. Kerangka Pikir Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. proses pembelajaran yang dilakukan baik guru maupun siswa dituntut untuk aktif sehingga membutuhkan sebuah metode pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran Make a Match yang dapat memberikan kepada siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Tahap awal guru mengadakan pembelajaran dengan metode ceramah atau bercerita, materi sejarah uang menggunakan metode pembelajaran ceramah atau bercerita kurangnya rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa belum meningkat ditunjukkan dengan perolehan nilai ulangan dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti ingin mencoba melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan tipe Make a Match ini berupa permainan untuk mencari pasangan pertanyaanjawaban yang cocok dan siswa harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk untuk menemukan pasangan masing-masing. Model pembelajaran Make a Match ini membuat proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa terutama pada materi Ilmu Pengetahuan Sosial materi sejarah uang melalui model pembelajaran Make a Match (mencari pasangan). Secara sistematis kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.3 sebagai berikut:

28 34 Kondisi Awal Masih menggunakan metode ceramah, penggunaan alat peraga yang seadanya, Kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Prestasi belajar siswa yang masih rendah Tindakan Menggunakan model pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa di kelas V SD Negeri Pangebatan Siklus I Penggunaan model pembelajaran tipe Make a Match dalam pembelajaran Siklus II Penggunaan model pembelajaran Make a Match dalam pembelajaran Penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat secara maksimal sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakannya sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu pada mata pelajaran IPS materi menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan di kelas V SD Negeri Pangebatan. 2. Model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS materi mengahargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemeerdekaan di kelas V SD Negeri Pangebatan.

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Purwanto, S.Pd.SD SD Negeri 3 Slogohimo Multimedia Pembelajaran IPS Sekolah Dasar Kelas V B Skip >> SK/KD TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Cinta Tanah Air a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan

Lebih terperinci

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946 BANDUNG LAUTAN API PETA KONSEP BANDUNG LAUTAN API LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946 PENGOSONGAN BANDUNG Peristiwa Bandung Lautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Karakter Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Karakter Rasa Ingin Tahu Karakter dapat diperoleh melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PERTEMPURAN DI SURABAYA UNTUK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 KALITIDU- BOJONEGORO

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PERTEMPURAN DI SURABAYA UNTUK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 KALITIDU- BOJONEGORO PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PERTEMPURAN DI SURABAYA UNTUK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 KALITIDU- BOJONEGORO Tenny Widya, Universitas Negeri Malang E-mail : kristiana.tenny@yahoo.com ABSTRAK :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Arifin (2013:12)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS II SD 1) Oleh: Siti Qodriyatun 1), Suhartono 2), Ngatman 3)

PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS II SD 1) Oleh: Siti Qodriyatun 1), Suhartono 2), Ngatman 3) PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS II SD 1) Oleh: Siti Qodriyatun 1), Suhartono 2), Ngatman 3) Abstract: The using of Make a Match method for Improving Social

Lebih terperinci

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga Kecamatan Argomulyo. Kepala Sekolah dari SD

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN Soal Evaluasi Nama Sekolah : Hari, tanggal : Mata Pelajaran : Nama : Kelas : No.absen : Nilai: Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Disiplin Disiplin merupakan sebuah karakter yang harus ditanamkan pada anak sejak dini. Menurut Kemendiknas (2010: 9) disiplin adalah tindakan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa

I. PENDAHULUAN. Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa mengenal lelah. Terlebih-lebih mereka mengalami penderitaan yang amat sangat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semangat perjuangan bangsa Indonesia merupakan kekuatan mental spiritual yang dapat melahirkan sikap perilaku heroik dan patriotik serta menumbuhkan kekuatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:114) keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat terlepas dari ilmu pengetahuan alam. Ruang lingkup IPA berkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud antara lain seperti tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat hasil penelitian yang dapat dilihat dibawah ini. A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran ilmiah. Keduanya merupakan alat untuk mengkomunikasikan setiap materi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran ilmiah. Keduanya merupakan alat untuk mengkomunikasikan setiap materi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Munir (2008) bahasa dan media memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran ilmiah. Keduanya merupakan alat untuk mengkomunikasikan setiap materi ataupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2012. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Prestasi Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman/

Lebih terperinci

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio.

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio. Tugas IPS. Drama : Sejak pagi hari sebelum naskah Proklamasi dikumandangkan, sejumlah pemuda yang mengikuti pertemuan di kediaman Maeda disibukkan dengan kegiatan menyebarkan berita Proklmasi. Dengan semangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru diharapkan dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Beberapa ahli merumuskan tentang pengertian belajar. Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Tanggung Jawab a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab Rasa tanggung jawab merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di tingkat Sekolah Dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Setelah mempelajari mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil perbaikan pelasanaan tindakan kelas melalui

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil perbaikan pelasanaan tindakan kelas melalui BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perbaikan pelasanaan tindakan kelas melalui model pembelajaran Group Investigation (GI) pada mata pelajaran IPS kelas V A SD Kasihan Bantul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing a. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran memerlukan inovasi agar pembelajaran berjalan lebih bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang terjadi dikelas V, penelitian ini dilakukan dalam pengelolaan kelas antara lain disebabkan oleh guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Matematika a. Pengertian Matematika Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola struktur, perubahan dan ruang (Hariwijaya,2009:29).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Proses perbaikan pembelajaran yang peneliti laksanakan dapat peneliti uraikan secara singkat tentang hasil-hasil yang diperoleh dari setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang telah bangsa Indonesia dapatkan merupakan suatu perjalanan yang sangat panjang yang diwarnai dengan bentuk perjuangan rakyat Indonesia. Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1 Deskripsi Prasiklus Pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Kenconorejo 03 Kecamatan Tulis Kabupaten Batang pada kondisi prasiklus menggunakan metode

Lebih terperinci

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) BERBANTUAN MAKE A MATCH SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Fembriani Universitas Widya Dharma

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS SISWA KELAS IV ISSN Cetak 2476-9886 ISSN Online 2477-0302 Jurnal EDUCATIO, Hlm 80-85 Akses Online : http://jurnal.iicet.org Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET) Info

Lebih terperinci

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Kondisi awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning Tipe STAD diketahui ketuntasan hasil belajar IPA semester I kelas

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG Dwi Wahyuning Tiyas 1, Suminah 2, Sutansi 3 Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau melatih. bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau melatih. bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom ction research) yang bersifat refleksi dan. Proses Penelitian Tidakan Kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom ction research) yang bersifat refleksi dan. Proses Penelitian Tidakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitia tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan metode penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Pendidikan berkualitas memerlukan suatu pembelajaran yang berkualitas. Pada proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah gabungan dari ilmu sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah gabungan dari ilmu sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah gabungan dari ilmu sosial manusia secara individu atau sebagai anggota masyarakat. Tujuan dari pembelajaran IPS adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) LAMPIRAN 70 71 Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 72 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Sekolah : SD Negeri Salatiga 02 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas/Semester

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan Teknik Two Stay- Two Stray (Ts-Ts) dengan Multimedia untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Hasruddin Abstrak Perkembangan biologi sebagai sains murni dan aplikasinya dalam teknologi yang semakin pesat mendorong upaya-upaya inovasi pemanfaatan hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Percaya Diri Pembelajaran IPA pada SD Negeri 1 Karanggude khususnya kelas V masih belum sepenuhnya menunjukkan rasa percaya diri terhadap pembelajaran berlangsung, karena masih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Kenconorejo 03 dan berjalan dalam 2 siklus. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang

TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang 11 TINJAUAN PUSTAKA A. Media maket Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model Quantum Teaching Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan. 2 prasarana, mutu dan biaya juga sebagai kemudahan lain dari guru yang perlu disediakan agar tidak mengganggu jalannya proses belajar mengajar, misalnya seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan secara bersama dengan teman sekelas lainnya. Menurut Hamruni 2009: 290, Model pembelajaran Make A Match adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan secara bersama dengan teman sekelas lainnya. Menurut Hamruni 2009: 290, Model pembelajaran Make A Match adalah 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Teknik Make A Match 2.1.1 Pengertian Teknik Make A Match Make a match merupakan salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif. Sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (kamus besar bahasa Indonesia, 2005:895). Tri Anni

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Kelompok Eksperimen. Sekolah : SD Negeri Dukuh 02. Kelas/ Semestar:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Kelompok Eksperimen. Sekolah : SD Negeri Dukuh 02. Kelas/ Semestar: 49 Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I Kelompok Eksperimen Sekolah : SD Negeri Dukuh 02 Mata Pelajaran : Kelas/ Semestar: Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Sosial V

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka 4 BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah proses kegiatan dan bukan hasil suatu tujuan (Oemar Hamalik, 2008). Hasil belajar menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 2.1.1.1 Pengertian IPA Sains berasal dari kata "science" yang berarti ilmu. sains adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diera globalisasi dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diera globalisasi dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diera globalisasi dewasa ini telah menyebabkan perubahan mendasar dalam kehidupan bangsa. Dalam menghadapi berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan a. Landasan Teoritis 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Dalam setiap kegiatan belajar memiliki suatu tujuan yang

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPS dengan pembelajaran Kontekstual dan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPS dengan pembelajaran Kontekstual dan V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPS dengan pembelajaran Kontekstual dan temuan pembelajaran siswa kelas 5 SDN 01 Rejosari Kotabumi diperoleh kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR

PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR Vol. 3 No. 2 tahun 2014 [ISSN 2252-6641] Hlm. 17-21 PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR Aninda Dratriarawati Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang historiaunnes@gmailcom

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci