PENGGUNAAN ALAT BANTU GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU PADA JALAN LICIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN ALAT BANTU GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU PADA JALAN LICIN"

Transkripsi

1 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3 November 2014 ISSN E-ISSN PENGGUNAAN ALAT BANTU GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU PADA JALAN LICIN Using of auxiliary tools for increasing productivity of hauling on slipper road Yuniawati & Dulsalam Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, JL. Gunung Batu No. 5 BOGOR ABSTRACT. Hauling have purpose issued wood from the forest to the industry or directly to consumers. Because of these purpose, the activities of hauling is expected to distribute the wood quickly and smoothly. But the reality on the field, hauling will be constrained the slip, especially on slippery roads. In addition to slippery roads, road conditions have a certain slope is a distinct problem for truck drivers to control the pace of his truck. As a result of the slip could cause a decline in the productivity of timber transportation and the high cost of production of timber transport. Therefore, auxiliary tools are needed to reduce slippage. This paper aims to determine the productivity and cost of production of timber transport by using a auxiliary tool to reduce the occurrence of slip on truck tires. The research method is the measurement of slip that occurs, the measurement of the volume of timber transported, mileage, and transportation times. The experiment was conducted in 2013, in KPH Sukabumi Perhutani Unit III West Java and Banten. The results showed that the average slip that occurred on slopes 18% higher than the slope of 8% and 12%. With high slip, then the average productivity of the slope 18% lower than the slope of 8% and 12% is m3km/jam. The low average productivity of hauling on slope 18% followed by a higher average cost of production hauling is Rp 9.578,43/m3.km. Keywords: hauling, slip, produktivity, cost ABSTRAK. Kegiatan pengangkutan kayu memiliki tujuan utama yaitu mengeluarkan kayu dari dalam hutan menuju industri atau langsung ke konsumen. Karena tujuan tersebut, maka kegiatan pengangkutan kayu diharapkan dapat mendistribusikan kayunya dengan cepat dan lancar. Tetapi kenyataan di lapangan, kegiatan pengangkutan kayu akan mengalami kendala terjadinya selip terutama pada jalan yang licin. Selain jalan yang licin, kondisi jalan yang memiliki kelerengan tertentu merupakan kendala tersendiri bagi supir truk untuk mengendalikan laju truknya. Akibat selip tersebut dapat menyebabkan turunnya produktivitas pengangkutan kayu dan tingginya biaya produksi pengangkutan kayu. Oleh karena itu dibutuhkan alat bantu yang dapat mengurangi selip. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan biaya produksi pengangkutan kayu dengan menggunakan alat bantu untuk mengurangi terjadinya selip pada ban truk. Metode penelitian yaitu pengukuran selip yang terjadi, pengukuran volume kayu yang diangkut, jarak tempuh, dan waktu pengangkutan. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013, di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ratarata slip yang terjadi pada kelerengan 18% lebih tinggi daripada kelerengan 8% dan 12%. Dengan slip yang tinggi, maka rata-rata produktivitas pada kelerengan 18% menjadi lebih rendah daripada kelerengan 8% dan 12% yaitu 24,638 m 3 km/jam. Rendahnya rata-rata produktivitas pengangkutan kayu pada kelerengan 18% diikuti oleh tingginya rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu yaitu Rp 9.578,43/m 3.km. Kata kunci : pengangkutan kayu, selip, produktivitas, biaya Penulis untuk korespondensi, surel: yunia_las@yahoo.co.id 213

2 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 PENDAHULUAN Agar kayu dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomis sangat dibutuhkan kegiatan pengangkutan kayu. Pengangkutan kayu sebagai salah satu rangkaian kegiatan pemanenan kayu memiliki peranan sangat penting. Tujuan pengangkutan kayu adalah agar kayu dapat sampai di tempat tujuan dengan waktu yang tepat secara kontinyu dengan biaya minimal. Kayu akan turun kualitasnya jika terlalu lama dibiarkan di dalam hutan. Teknik dan jarak pengangkutan kayu dari tempat panen sampai tiba ke tempat pengolahan sangat menentukan kualitas kayu. Pengangkutan kayu di hutan tanaman lahan kering menggunakan truk. Truk adalah alat khusus yang digunakan sebagai alat angkut karena kemampuannya, dapat bergerak cepat, kapasitas besar, luwes dalam jarak angkut dekat dan mudah mengemudikannya. Tetapi karena truk menggunakan ban karet seringkali memiliki kendala selip terutama jika dioperasionalkan di jalan tanah yang licin. Jalan pengangkutan kayu untuk truk di Perhutani Jawa umumnya masih merupakan jalan dengan permukaan berupa tanah, terutama dari areal TPn (dipetak tebang) dimana kayu akan segera diangkut menuju keluar hutan. Jalan tanah tersebut berpotensi terjadinya selip pada roda truk. Menurut Elias (2008) tipe jalan diperkeras penuh pada umumnya merupakan jalan utama, sedangkan jalan tapak roda dan jalan tanah di hutan jati merupakan jalan cabang dan jalan ranting yang juga berfungsi sebagai alur pembatas kompartemen hutan dalam penataan hutan jati. Adhi, et al., (2013) menyebutkan bahwa salah satu performa yang penting adalah kemampuan kendaraan untuk melakukan percepatan, melawan gaya tanjakan dan kemampuan untuk menarik suatu beban (truk yang bermuatan). Gaya yang timbul pada roda penggerak merupakan gaya traksi. Gaya traksi yang terjadi pada bidang kontak roda penggerak dan jalan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya karakteristik kontak roda dengan jalan. Kondisi jalan tanjakan harus menjadi perhatian serius dalam menentukan kelayakan suatu truk angkutan bisa beroperasi. Ada dua jenis kontak yang terjadi antara ban dan permukaan jalan, yaitu static contact dan dynamic contact. Static contact artinya bahwa ban dan permukaan jalan tidak mengalami selip relatif satu dengan yang lainnya. Dimana koefisien gesek dari static contact adalah lebih tinggi daripada dynamic contact, sehingga static contact di sini berfungsi untuk mempersiapkan traksi yang lebih baik. Sedangkan dynamic contact artinya ban mengalami selip relatif terhadap permukaaan jalan. Koefisien geseknya lebih rendah, sehingga memiliki traksi yang lebih tidak mencukupi (Siahaan, 2013). Selip yang terjadi pada kegiatan pengangkutan kayu dapat menghambat pekerjaan. Akibatnya produktivitas pengangkutan dapat menurun dengan biaya produksi yang meningkat. Tidak jarang kecelakaan kerja sering terjadi akibat selip. Banyak truk yang bermuatan kayu terguling karena selip. Bahkan keselamatan supir dan kernet truk juga dapat terancam. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan biaya produksi pengangkutan kayu dengan menggunakan alat bantu untuk mengurangi terjadinya slip pada ban truk. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013, di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kondisi topografi di KPH Sukabumi cukup variasi khususnya pada kelas perusahaan pinus yang cenderung berada pada daerah dataran rendah dan tinggi. Secara keseluruhan kondisi topografi lapangan terdiri dari hutan dataran rendah dan hutan pegunungan. Pada umumnya bentuk lapangan bergelombang dan berbukit-bukit dengan kelerengan curam, miring sampai landai berkisar antara mdpl. Plot ukur penelitian dilakukan pada kelerengan 8%, 12% dan 18% dengan tekstur tanah lempung berliat. Kondisi jalan angkutan berupa tanah yang basah. 214

3 Yuniawati & Dulsalam: Penggunaan Alat Bantu...(2): Bahan yang digunakan adalah truk pengangkut kayu, alat yang digunakan adalah alat bantu rangkaian besi siku, meteran, stopwatch dan alat tulis. Metode penelitian yaitu :menetapkan petak ukur terpilih dilakukan dengan cara purposif,yang mewakili kondisi tanah licin, menetapkan perlakuan pada tiga kelerengan yaitu pada jalan angkut dengan kelerengan 8%, 12% dan 18%, masing-masing perlakuan dengan 5 ulangan pada kondisi truk bermuatan dan tidak bermuatan. Yang diamati terdiri dari panjang plot ukur (m), waktu pengangkutan pada plot ukur tersebut (detik) dan jarak 5 perputaran roda truk, melaksanakan pengamatan dan pengukuran selip pada roda truk dengan cara memberi tanda pada roda truk menggunakan cat putih, pada saat truk berjalan dan tanda tersebut menyentuh tanah dihitung jumlah putaran rodanya, melaksanakan pengukuran selip pada roda truk dengan cara mengukur selisih jarak tempuh truk tanpa muatan kayu dengan truk bermuatan kayu pada 5 putaran roda yang sama, dan melaksanakan pencatatan jarak tempuh, volume kayu, waktu tempuh dan 5 perputaran roda. HASIL DAN PEMBAHASAN Selip (%) Pada Penggunaan Alat Bantu Rangkaian Besi Siku selip yang terjadi pada penggunaan alat bantu rangkaian besi siku disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata selip yang paling besar terjadi pada kelerengan 18% yaitu sebesar 7,99%. Pada saat truk mendaki jalan pada kelerengan 18% membutuhkan daya tarik atau traksi maksimal untuk menjaga keseimbangan antara gerakan maju truk dengan kelerengan. Truk merupakan kendaraan yang berat dan terkadang membawa muatan di dalam bak truknya. Kondisi muatan yang penuh dengan kelerengan 18% menyebabkan kecepatan truk akan berkurang. Sedangkan pada kelerengan kurang dari 18% kendala terhadap gerak maju truk tidak begitu nyata untuk terjadinya selip. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kelerengan 18% dan tekstur tanah lempung berliat yang basah dapat menyebabkan selip yang besar. Tabel 1. selip pada penggunaan alat bantu rangkaian besi siku Table 1. Average slip to use auxiliary tools of angle Lereng (slope) (%) iron series / kosong (contain/ empty) Jarak tempuh (milage) (m) 3,98 2,76 2,99 3,47 2,13 /kosong (contain/ empty) Jarak tempuh (milage) (m) Selip 4,04 1,49 2,82 2,12 3,08 2,92 3,61 3,88 2,22 4,05 3,07 3,15 2,89 4,19 3,89 3,22 4,78 3,89 4,39 4,55 4,12 5,58 3,34 3,59 4,93 3,04 4,15 6,27 3,99 4,19 4,61 4,26 4,05 4,33 4,29 4,12 4,61 7,59 4,35 6,89 4,66 7,08 4,69 8,53 4,57 9,85 4,21 4,58 7,99 (slip) (%) Menurut Lan et al., (2003) Kemampuan kendaraan pada kondisi jalan yang landai umumnya ditentukan oleh kekuatan mesin dan bagianbagian mekanis kendaraan yang lainnya. Untuk mobil penumpang dilengkapai dengan mesin yang memiliki tenaga yang cukup besar, sehingga dalam keadaan normal mobil tersebut mampu mendaki sampai kelandaian 10% tanpa mengalami selip. Berbeda halnya dengan truk. Truk memiliki berat relatif besar yang berpengaruh terhadap kekuatan 215

4 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 mesinnya, sehingga sering pengurangan kecepatan pada saat mendaki. Sedangkan hasil penelitian Pinanyungan (2009) menyebutkan bahwa untuk mengatasi kelandaian jalan, supir truk akan mempercepat laju truknya sebesar-besarnya, keadaan dimana sering menimbulkan bahaya keselamatan jiwa. Dalam menghadapi jalan landai tersebut truk akan kehabisan momentum yang dimiliki truk. Akibatnya truk akan berjalan dengan kecepatan rendah. Kemampuan kendaraan truk pada jalan mendaki tergantung dari perbandingan antara berat dan tenaga truk yang bersangkutan. Truk dapat bergerak maju kedepan karena adanya gaya gesek yang diberika oleh tanah dan tanah memberikan gaya reaksi pada roda truk (gaya normal yang memberikan traksi tersebut bekerja sepanjang jalan yang dilewati oleh truk). Ketika roda memberikan gaya aksi pada jalan maka gaya akan mempengaruhi jalan (Akbar et al., 2012). Kondisi tanah dan kelerengan merupakan faktor luar yang menyebabkan terjadinya slip pada truk. Beberapa tekstur tanah memiliki sifat fisik tersendiri yang turut memperbesar slip. Tanah yang bertekstur pasir memiliki luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara. Lain halnya dengan tanah yang bertekstur liat, luas permukaan lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus akan lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Produktivitas Pengangkutan Kayu produktivitas pengangkutan dengan menggunakan alat bantu rangkaian besi siku untuk setiap kelerengan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. produktivitas pengangkutan kayu Table 2. The average productivity of hauling Lereng (Slope), % Volume kayu, (Volume of wood) m 3 Waktu tempuh (Travel time) jam 8 0,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0, ,114 0,01482 Jarak tempuh (Milage) Jarak total (Total distance) km Produktivitas (Productivity) m 3 km/jam 5 putaran roda (5 wheel Ke TPK km rotation) m 3,98 2,5 2, ,76 2,5 2, ,99 2,5 2, ,47 2,5 2, ,13 2,5 2, ,06 2,5 2, ,19 2,9 2, ,89 2,9 2, ,22 2,9 2, ,78 2,9 2, ,89 2,9 2, ,99 2,9 2, ,26 3,2 3, ,05 3,2 3, ,33 3,2 3, ,29 3,2 3, ,12 3,2 3, ,21 3,2 3, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,6386 Pada kelerengan 8%,12% dan 18% memiliki rata-rata produktivitas dan biaya pengangkutan masing-masing sebesar 39,284 m 3 km/jam, 32,244 m 3 km/jam dan 24,638 m 3 km/jam. Pada kelerengan 18% rata-rata produktivitas yang dihasilkan lebih rendah daripada kelerengan yang lain, hal ini dikarenakan pada kelerengan tersebut menghasilkan rata-rata nilai slip yang tinggi dimana jarak tempuh 5 perputaran roda pada saat pengukuran lebih panjang. Dengan jarak tempuh 5 putaran roda yang panjang memiliki waktu tempuh lebih lama, hal tersebut mengakibatkan rata-rata produktivitas akibat slip menjadi menurun. Slip ikut mempengaruhi rata-rata produktivitas pengangkutan kayu. Pada penggunaan alat bantu rangkaian besi siku, operator tidak banyak menemui kendala saat mengendarai truk. Slip yang terjadi juga rendah. Hal tersebut disebabkan karena bentuk rangkaian besi siku memiliki kemampuan untuk mencengkeram 216

5 Yuniawati & Dulsalam: Penggunaan Alat Bantu...(2): ban truk sehingga dapat menahan laju ban saat supir truk melakukan kegiatan penginjakan gas untuk mencari traksi. Kemampuan besi siku yang dapat mencengkeram ban truk tersebut merupakan traksi bagi truk, sehingga laju truk dapat terkendali tanpa mengalami slip. Dengan slip yang rendah, waktu yang digunakan saat pengangkutan menjadi lebih cepat. Slip dapat dikatakan sebagai kendala tersendiri bagi lajunya ban truk dalam mengangkut kayu. Jika slip dapat diatasi maka waktu yang digunakan untuk pengangkutan menjadi lebih cepat. Tetapi jika terjadi slip maka waktu banyak habis terbuang dengan tidak bergeraknya roda truk. Bahkan dengan terjadinya slip pemborosan bahan bakar terlihat nyata. Slip menyebabkan operator truk melakukan penginjakan gas dan rem secara terus menerus, sehingga bahan bakar menjadi terbuang sia-sia dan ban truk menjadi cepat aus akibat gesekan dengan tanah atau landasan permukaan. Hasil uji Anova terhadap pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap produktivitas pengangkutan kayu dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Anova pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap produktivitas pengangkutan kayu Table 3. Anova the effect of slope and auxiliary tools to productivity of hauling Sumber variasi Jumlah Derajat bebas Tengah F hitung (F-calculated) Probabilitas (Sig.) (Source of variant) (Sum of Squares) (Degree of freedom) (Mean Square) Corrected a Model Intercept Kelerengan (slope) Besi (iron) kelerengan * besi (slope *Iron) Error Total Corrected Total a. R Squared =.992 (Adjusted R Squared =.990) Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari 0,005 sehingga kelerengan dan alat bantu berpengaruh nyata terhadap produktivitas pengangkutan kayu. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas pengangkutan kayu dipengaruhi oleh kelerengan, artinya kelerengan 8%, 12% dan 18% memberikan pengaruh terhadap produktivitas pengangkutan kayu. Demikian juga dengan faktor alat bantu juga mempengaruhi produktivitas pengangkutan kayu. Untuk mengetahui pengaruh faktor kelerengan dan alat bantu dilakukan uji lanjut. Tabel 4 berikut ini disajikan uji lanjut Tukey. Tabel 4. Hasil uji Tukey pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap produktivitas pengangkutan Table 4. Tukey test result influence of slope and Tukey HSD a,b auxiliary tools to productivity of hauling Kelerengan (Slope) dimension1 N Subset 18% % % Sig Dari Tabel 4 uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pengaruh kelerengan 8% tidak sama dengan kelerengan 12% dan 18%, kelerengan 12% tidak sama dengan kelerengan 18%. Setiap kelerengan memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap produktivitas pengangkutan kayu. Produktivitas yang terjadi pada kelerengan 18% ternyata lebih rendah dibandingkan pada dua kelerengan yang lain. Biaya Pengangkutan Kayu Hasil perhitungan rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu dengan menggunakan alat bantu rangkaian besi siku pada setiap kelerengan disajikan pada Tabel 5. Rendahnya rata-rata produktivitas turut mempengaruhi rata-rata biaya produksi pengangkutan. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi pengangkutan pada kelerengan 18% lebih tinggi daripada dua kelerengan yang lain, yaitu Rp 9.578,43/m 3.km. Perhitungan biaya produksi dilakukan dengan membagi jumlah biaya yang dikeluarkan terhadap produktivitas pengangkutan, sehingga dengan rata-rata 217

6 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 produktivitas pengangkutan kayu yang rendah akan diikuti oleh biaya produksi pengangkutan kayu yang tinggi. Untuk menurunkan biaya produksi tersebut maka perlu adanya peningkatan produktivitas pengangkutan kayu melalui pengurangan terjadinya slip. Tabel 5. biaya produksi pengangkutan kayu Table 5. The average of cost hauling Lereng (Slope) % Produktivitas (Productivity) m 3 km/jam 39, , , , , , , , , , , , , , , , , ,6386 Biaya pengangkutan (Cost of hauling) Rp/m 3 km 5.990, , , , , , , , , , , , , , , , , ,43 Hasil uji Anova terhadap pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap biaya pengangkutan kayu dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Anova pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap biaya produksi pengangkutan kayu Table 6. Anova the effect of slope and auxiliary Sumber variasi (Source of variant) Corrected Model tools to cost hauling Jumlah (Sum of Squares) Derajat bebas (Degree of freedom) Tengah (Mean Square) F hitung (F-calculated) Probabilitas (Sig.) a Intercept besi kelerengan besi * kelerengan Error Total Corrected Total a. R Squared =.984 (Adjusted R Squared =.981) Tabel 6 menunjukkan bahwa probablitas 0,000 lebih kecil dari 0,005 sehingga kelerengan dan alat bantu berpengaruh nyata terhadap biaya produksi pengangkutan kayu. Hal ini menunjukkan bahwa biaya produksi pengangkutan kayu dipengaruhi oleh kelerengan, artinya kelerengan 8%, 12% dan 18% memberikan pengaruh terhadap biaya produksi pengangkutan kayu. Demikian juga dengan faktor alat bantu juga mempengaruhi biaya produksi pengangkutan kayu. Untuk mengetahui pengaruh faktor kelerengan dan alat bantu dilakukan uji lanjut. Tabel 7 berikut ini disajikan uji lanjut Tukey. Tabel 7. Hasil uji Tukey pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap biaya produksi pengangkutan Table 7. Tukey test result influence of slope and Tukey HSD a,b auxiliary tools to cost hauling Kelerengan (slope) dimension1 N Subset 8% % % Sig Dari Tabel 7 uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pengaruh kelerengan 8% tidak sama dengan kelerengan 12% dan 18%, kelerengan 12% tidak sama dengan kelerengan 18%. Setiap kelerengan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap biaya 218

7 Yuniawati & Dulsalam: Penggunaan Alat Bantu...(2): produksi pengangkutan kayu. Biaya produksi pengangkutan yang terjadi pada kelerengan 18% ternyata lebih tinggi dibandingkan pada dua kelerengan yang lain. Artinya pada kelerengan 18% biaya produksi pengangkutan menjadi lebih mahal daripada dua kelerengan lainnya. Dengan kata lain, kegiatan pengangkutan kayu pada kelerengan 18% tersebut tidak efektif dimana pengeluaran biaya produksi pengangkutan kayu menjadi mahal. Hal tersebut dikarenakan kegiatan truk yang berjalan di atas jalan menanjak banyak melakukan pengereman dan injak gas, ini berakibat pada semakin berkurangnya bahan bakar, ban yang cepat aus dan biaya lainnya. SIMPULAN slip yang terjadi pada kelerengan 18% lebih tinggi daripada kelerengan 8% dan 12%. Dengan slip yang tinggi, maka rata-rata produktivitas pada kelerengan 18% menjadi lebih rendah daripada kelerengan 8% dan 12% yaitu 24,638 m 3 km/jam. Rendahnya rata-rata produktivitas pengangkutan kayu pada kelerngan 18% diikuti oleh tingginya rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu yaitu Rp 9.578,43/m 3.km. Lan J, Chang, Monica M Truck speed profile models for critical length of grade. J of Transportation Engineering. 10: ASCE. Washington. Pinanyungan E Bab II Tinjauan Pustaka. chapter_ii.pdf. [12 September 2013]. Siahaan, H Kajian Wheel s Slip Angle (α) pada Model Traktor Semi trailer akibat tekanan rem di jalan menikung. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri- Universitas Kristen Petra Surabaya. Lab Pengaturan dan Uji konstruksi. Fportfolio. petra.ac.id/user_files/03-005/te-015-doc (diakses pada 15 Juli 2013). Lampiran foto DAFTAR PUSTAKA Adhi, C, IGAK., AAIA Sri Komaladewi, I Ketut Adi Atmika, dan IGAK Suriadi Analisis traksi untuk kendaraan truk angkutan barang jalur Denpasar-Gilimanuk. Universitas Udayana. Denpasar. Gambar 1. Alat bantu rangkaian besi siku Akbar Y, Darusman, Syawan AA Pemadatan tanah dan hasil kedelai (Glycinemax L merill) akibat pemupukan urea dan tekanan ban traktor. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan 1(1): Program Studi magister Konservasi Sumberdaya Lahan (KSDL). Pascasarjana Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala dan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Aceh. Aceh. Elias Pembukaan Wilayah Hutan. IPB Press. Bogor. Gambar 2. Alat bantu diletakkan di atas tanah sisi kiri dan kanan ban truk 219

Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sona Suhartana & Sukadaryati

Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sona Suhartana & Sukadaryati Penelitian Hasil Hutan Vol. No. 4, Desember 2015: 87-95 ISSN: 0216-429 Terakreditasi No.: 642/AU /P2MI-LIPI/07/2015 ALAT BANTU TRUK ANGKUTAN KAYU UNTUK MENGURANGI SELIP RODA PADA JALAN HUTAN TANPA PERKERASAN

Lebih terperinci

Pengaruh Selip Terhadap Kerusakan Tanah Pada Kegiatan Pengangkutan Kayu Pinus Merkusi

Pengaruh Selip Terhadap Kerusakan Tanah Pada Kegiatan Pengangkutan Kayu Pinus Merkusi Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 7, Nomor 2, Juni 2015 Hal. 95-107 Pengaruh Selip Terhadap Kerusakan Tanah Pada Kegiatan Pengangkutan Kayu Pinus Merkusi Yuniawati; Sona Suhartana

Lebih terperinci

ALAT BANTU LOGGING UNTUK MENGURANGI SELIP PADA JALAN YANG LICIN Oleh : Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sukadaryati dan Sona Suhartana

ALAT BANTU LOGGING UNTUK MENGURANGI SELIP PADA JALAN YANG LICIN Oleh : Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sukadaryati dan Sona Suhartana ALAT BANTU LOGGING UNTUK MENGURANGI SELIP PADA JALAN YANG LICIN Oleh : Yuniawati, Dulsalam, Maman Mansyur Idris, Sukadaryati dan Sona Suhartana Abstrak Kegiatan pengangkutan kayu membutuhkan kelancaran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RANTAI SEBAGAI ALAT BANTU MENGURANGI SELIP DALAM PENGANGKUTAN KAYU (The Use of Chain to Reduce Tire Slip During Log Hauling)

PENGGUNAAN RANTAI SEBAGAI ALAT BANTU MENGURANGI SELIP DALAM PENGANGKUTAN KAYU (The Use of Chain to Reduce Tire Slip During Log Hauling) ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 PENGGUNAAN RANTAI SEBAGAI ALAT BANTU MENGURANGI SELIP DALAM PENGANGKUTAN KAYU (The Use of Chain to Reduce Tire Slip During Log Hauling) Yuniawati,

Lebih terperinci

Pengurangan Selip pada Jalan Tanah Angkutan Kayu Acacia Mangium

Pengurangan Selip pada Jalan Tanah Angkutan Kayu Acacia Mangium Pengurangan Selip pada Jalan Tanah Angkutan Kayu Acacia Mangium Yuniawati *) Peneliti Pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan & Pengolahan Hasil Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan, JL. Gunung

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan yang akan dibicarakan dalam bab ini, seperti kendaraan rencana, kecepatan rencana,

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008)

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008) BAB III TEORI DASAR 3.1. Penggunaan Bahan Bakar pada Mesin Kendaraan 3.1.1 Sistem Penggerak Daya mesin dan gigi pengoperasian merupakan faktor utama yang menentukan besar tenaga yang tersedia untuk drawbar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),

Lebih terperinci

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Nama : Fatimah NIM : 20214039 Mata Kuliah :Metodelogi Penelitian PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Secara prinsip mobil terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah mesin sebagai

Lebih terperinci

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Kinerja Ban Dump Truck Pada Pengangkutan di Tambang Lempung-pasiran PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu,

TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Selain itu, TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan hasil hutan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lain menjadi bentuk yang dapat bermanfaat bagi kehidupan

Lebih terperinci

Jarak pandang berguna untuk :

Jarak pandang berguna untuk : E. JARAK PANDANG Definisi jarak pandang : Yaitu panjang jalan di depan kendaraan yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh pengemudi yang diukur dari titik kedudukan pengemudi. Jarak pandang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Dalam perancangan geometri jalan, alinyemen jalan harus diperhatikan karena alinyemen jalan merupakan faktor utama untuk menentukan tingkat aman dan efisien di

Lebih terperinci

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM Muhdi, *) Abstract The objective of this research was to know the productivity skidding by tractor of Komatsu

Lebih terperinci

SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN

SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN PEMNENAN KAYU RAMAH LINGKUNGAN Oleh: Dulsalam SINTESIS RPI 20 KETEKNIKAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN Koordinator: Dulsalam TARGET OUTPUT RPI 2010-1014 SINTESIS OUTPUT 1 Teknologi penentuan luas petak tebang

Lebih terperinci

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara. subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam memilih kendaraan, masyarakat hendaknya mengetahui karakteristik dari kendaraan tersebut, baik secara subyektif maupun obyektif. Penilaian secara subyektif kendaraan

Lebih terperinci

Cara menguasai kopling saat mengemudi mobil transmisi manual

Cara menguasai kopling saat mengemudi mobil transmisi manual Cara menguasai kopling saat mengemudi mobil transmisi manual Mengemudi mobil dengan transmisi manual bagi sebagian pengemudi terutama pemula yang baru belajar nyetir merupakan hal yang sulit. Meskipun

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor)

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) Radite P.A.S 2, Wawan Hermawan, Adhi Soembagijo 3 ABSTRAK Traktor tangan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkendara, ketika kendaraan telah mencapai sebuah tikungan dan akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer dan

Lebih terperinci

PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1

PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1 PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1 1 Universitas Tarumanagara, Jl. LetJen S.Parman, Jakarta ABSTRAK Tol CIPULARANG merupakan

Lebih terperinci

MENGEMUDI PADA JALAN LOGGING

MENGEMUDI PADA JALAN LOGGING PROSEDUR OPERASI STANDAR (SOP) SOP - HSE - 001 PENGESAHAN NAMA POSISI TANGGAL TANDA TANGAN Dibuat oleh Tejo Prihantoro HSE Superintendent Disetujui Oleh Daan Saputra Project Manager REVISI REV. ALASAN

Lebih terperinci

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN A. PENGERTIAN DAN KONSEP Pembukaan wilayah hutan merupakan kegiatan yang merencanakan dan membuat sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka mengeluarkan kayu. Prasarana

Lebih terperinci

BAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian

BAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian BAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian Jarak pandang adalah panjang bagian jalan di depan pengemudi yang dapat dilihat dengan jelas, diukur dari tempat kedudukan mata pengemudi. Kemampuan untuk dapat melihat

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : HERDI HARYADI NIM :

Disusun Oleh : Nama : HERDI HARYADI NIM : Disusun Oleh : Nama : HERDI HARYADI NIM : 5353103082 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makalah Sistem Rem ABS membahas tentang system pengereman pada motor ataupun mobil. Tujuan dari makalah ini adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kualitas Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) 5.1.1 Kerapatan Jalan (WD) Utama dan Jalan Cabang Berdasarkan pengukuran dari peta jaringan jalan hutan PT. Inhutani I UMH Sambarata

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2301-9271 A-35 Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan Faisal

Lebih terperinci

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan.

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan. Gaya Doronglah daun pintu sehingga terbuka. Tariklah sebuah pita karet. Tekanlah segumpal tanah liat. Angkatlah bukumu. Pada setiap kegiatan itu kamu mengerahkan sebuah gaya. Gaya adalah suatu tarikan

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

FINAL KNKT

FINAL KNKT FINAL KNKT-08-09-04-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TRUK KAYU PADI MAS NOMOR KENDARAAN EB 2144 AC MASUK JURANG DI JALAN JURUSAN

Lebih terperinci

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika.

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika. Dinamika mempelajari penyebab dari gerak yaitu gaya Hukum I Newton Hukum Newton Hukum II Newton Hukum III Newton DINAMIKA PARTIKEL gaya berat jenis gaya gaya normal gaya gesek gaya tegangan tali analisis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya BAB II DASAR TEORI Pada jalan luar kota dengan kecepatan yang rencana yang telah ditentukan harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat terhalangnya penglihatan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin Dan Industri (SNMI8) 2013 Riset Multidisiplin Untuk Menunjang Pengembangan Industri Nasional Jakarta, 14 November 2013 ANALISA PERILAKU GULING KENDARAAN TRUK ANGKUTAN BARANG (STUDI

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Beban Dan Sudut Kemiringan Jalan Terhadap Jarak Pengereman Pada Mobil Prototype Gasoline

Analisis Pengaruh Beban Dan Sudut Kemiringan Jalan Terhadap Jarak Pengereman Pada Mobil Prototype Gasoline Analisis Pengaruh Beban Dan Sudut Kemiringan Jalan Terhadap Jarak Pengereman Pada Mobil Prototype Gasoline Muhammad Rafqi, Cahyo Budi Nugroho S.T., M.Sc., Andrew Mantik S.T., GCEngSc. Batam Polytechnics

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA KENDARAAN BERAT PADA TURUNAN RUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN SEMARANG

ANALISA KINERJA KENDARAAN BERAT PADA TURUNAN RUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN SEMARANG JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 487 496 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 487 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan

TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan TINJAUAN PUSTAKA Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu menurut Conway (1987) adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memudahkan pengeluaran kayu dari hutan ketempat

Lebih terperinci

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) 1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) Memuat berlebihan tidak hanya memperpendek usia kendaraan anda, tetapi juga berbahaya, oleh sebab itu hindarkanlah. Berat muatan harus dibatasi oleh GVM ( berat kotor

Lebih terperinci

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com Gesekan Hoga Saragih Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Beberapa cara memperkecil gaya gesekan dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA

PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA PENGANGKUTAN KAYU MENGGUNAKAN LIMA JENIS TRUK DI DUA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI SUMATERA (Log Hauling Uses Five Types of Trucks in Two Industrial Plantation Forest in Sumatera) Oleh/By: Sukadaryati ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mempengaruhi pembangunan pada suatu negara dan tidak lepas dari alat transportasi. Karena itu, transportasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keamanan, kenyamanan, kestabilitas kendaraan terhadap jalan dan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keamanan, kenyamanan, kestabilitas kendaraan terhadap jalan dan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ban menjadi satu-satunya komponen pada kendaraan yang bersentuhan langsung dengan permukaan jalan. Maka perannya penting dan turut menentukan keamanan, kenyamanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasiakan, baik komponen utama maupun komponen pendukung. Dari. beberapa komponen yang melekat pada kendaraan salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. operasiakan, baik komponen utama maupun komponen pendukung. Dari. beberapa komponen yang melekat pada kendaraan salah satu komponen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan mempunyai banyak komponen untuk dapat di operasiakan, baik komponen utama maupun komponen pendukung. Dari beberapa komponen yang melekat pada kendaraan salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Tebang Habis Jati Kegiatan tebang habis jati di Perum Perhutani dilaksanakan setelah adanya teresan. Teresan merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif. Hal

Lebih terperinci

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu... (Muhdi, Elias, dan Syafi i Manan) PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT (Soil Compaction Caused

Lebih terperinci

bidang utama keahlian Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. 2) Peneliti yunior pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan

bidang utama keahlian Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan. 2) Peneliti yunior pada Pusat Litbang Hasil Hutan Bogor, Departemen Kehutanan PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU DENGAN TRUK DAN TUGBOAT DI HUTAN RAWA GAMBUT : KASUS DI SATU PERUSAHAAN HUTAN DI JAMBI Oleh/By : SONA SUHARTANA 1 & YUNIAWATI 2 1) Peneliti pada Pusat Litbang Hasil Hutan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB V PERSIAPAN MENGHIDUPKAN, MENGHIDUPKAN, MEMATIKAN DAN MENJALANKAN TRAKTOR Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

EFFECT OF A CLIMBING LANE ON SPEED, FLOW AND VEHICLE OPERATING COST

EFFECT OF A CLIMBING LANE ON SPEED, FLOW AND VEHICLE OPERATING COST EFFECT OF A CLIMBING LANE ON SPEED, FLOW AND VEHICLE OPERATING COST SUMMARY EFFECT OF A CLIMBING LANE ON SPEED FLOW AND VEHICLE OPERATING COST, ARDHAHNI, 1996, Program Magister Sistem dan Teknik Jalan

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT. Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG DI HUTAN RAKYAT Oleh: Dulsalam 1) ABSTRAK Pengeluaran kayu sistem kabel layang di hutan rakyat perlu mendapat perhatian mengingat sampai saat ini kegiatan pengeluaran

Lebih terperinci

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012.

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. Nama : Kelas : Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. 1. Besaran yang satuannya didefinisikan lebih dulu disebut

Lebih terperinci

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT

Oleh/By : Marolop Sinaga ABSTRACT PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PRODUKSI PENEBANGAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PT INHUTANI II PULAU LAUT (Productivity and Cost of Felling Forest Plantation in PT Inhutani II Pulau Laut) Oleh/By : Marolop Sinaga

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Tegakan Sebelum Pemanenan Kegiatan inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) dilakukan untuk mengetahui potensi tegakan berdiameter 20 cm dan pohon layak tebang.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik - Universitas Gadjah Mada PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MODUL - 6 JARAK PANDANG HENTI DAN MENYIAP Disusun oleh: Tim Ajar Mata Kuliah Perancangan Geometrik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN VI TRUK OLEH FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 1969066 19950 00 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN

BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN A. GAYA SENTUH Gaya merupakan besaran vector, karena memiliki satuan, besaran, dan arah. Gaya adalah sesuatu yang dapat berupa dorongan atau tarikan. Pengaruh gaya dapat berupa:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gokart saat ini sangat berkembang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam bidang otomotif.

Lebih terperinci

TUGAS PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM GESEKAN STATIS DAN KINETIS

TUGAS PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM GESEKAN STATIS DAN KINETIS TUGAS PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM GESEKAN STATIS DAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : 23 Oktober 2017 Nama : Raudatul Wardah NIM : 11170161000024 Kelompok : 2 Nama Anggota : Ningrum Sri Indriani (11170161000002)

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. KENDARAAN RENCANA Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi (termasuk radius putarnya) dipilih sebagai acuan dalam perencanaan geometrik jalan raya.

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM. GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016

LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM. GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016 LAPORAN PRA PRAKTIKUM FISIKA UMUM GESEKAN STATIS DAN GESEKAN KINETIS Tanggal Pengumpulan : Senin, 28 November 2016 Nama ` : Nur Apriliani Rachman NIM : 11160162000062 Kelompok : 3 (Tiga) Nama Anggota :

Lebih terperinci

Sistem bahan bakar Sistem pelumasan

Sistem bahan bakar Sistem pelumasan Sistem bahan bakar a. Sistem bahan bakar pada motor bensin Berfungsi untuk : 1. Mengatur perbandingan campuran bahan bakar dan udara 2. Mengatur jumlah pemasukan bahan bakar dan udara ke silinder 3. Merubah

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol. Besarnya tarif tol tidak boleh melebihi 70 % nilai BKBOK yang merupakan selisih antara BOK

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc E1 Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc Irvan Ilmy dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA MEKANISME ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BOBOT KENDARAAN DI PERLINTASAN PORTAL AREA PARKIR

PENINGKATAN UNJUK KERJA MEKANISME ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BOBOT KENDARAAN DI PERLINTASAN PORTAL AREA PARKIR PENINGKATAN UNJUK KERJA MEKANISME AAT PEMBANGKIT ISTRIK TENAGA BOBOT KENDARAAN DI PERINTASAN PORTA AREA PARKIR Anthony Nugroho 1) Joni Dewanto 2) Program Otomotif Program Studi Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar!

Pilihlah jawaban yang paling benar! Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Besarnya momentum yang dimiliki oleh suatu benda dipengaruhi oleh... A. Bentuk benda B. Massa benda C. Luas penampang benda D. Tinggi benda E. Volume benda. Sebuah

Lebih terperinci

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM KUDA-KUDA DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) PENDAHULUAN MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN Bab II SISTEM PEMANENAN HASIL HUTAN Pengertian sistem Suatu sistem menyangkut seperangkat komponen yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lainnya dan bekerja bersama-sama untuk dapat mewujudkan

Lebih terperinci

ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS A r m e d y NRP : 9021048 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MODEL POMPA AIR DENGAN TENAGA ANGIN UNTUK PEMANFAATAN IRIGASI SAWAH

MODEL POMPA AIR DENGAN TENAGA ANGIN UNTUK PEMANFAATAN IRIGASI SAWAH C.9 MODEL POMPA AIR DENGAN TENAGA ANGIN UNTUK PEMANFAATAN IRIGASI SAWAH Benny Syahputra Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNISSULA Jl. Kaligawe Km.4 Semarang 50112 E-mail : abu_fadiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR ABSTRAK Ban merupakan komponen penting dalam suatu sistem pengangkutan tambang khususnya alat angkut. Sebagai komponen yang langsung bersinggungan dengan jalan yang kondisinya bervariasi, ban berisiko

Lebih terperinci

KODE SOAL B (NO ABSEN GENAP) SOAL ULANGAN FORMATIF II Nama : MATA PELAJARAN : FISIKA Kelas / No Absen :.../...

KODE SOAL B (NO ABSEN GENAP) SOAL ULANGAN FORMATIF II Nama : MATA PELAJARAN : FISIKA Kelas / No Absen :.../... KODE SOL (NO SEN GENP) SOL ULNGN FORMIF II Nama : M PELJRN : FISIK Kelas / No bsen :.../... KELS : X Pilihlah Jawaban yang benar dengan memberi tanda silang pada pilihan jawaban yang tersedia!!! (Cara

Lebih terperinci

Oleh/By: Dulsalam 1 & Agustinus Tampubolon 1. Diterima, 9 April 2010; disetujui, 9 September 2010 ABSTRACT

Oleh/By: Dulsalam 1 & Agustinus Tampubolon 1. Diterima, 9 April 2010; disetujui, 9 September 2010 ABSTRACT PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENANAMAN BIBIT SECARA SEMI MEKANIS DI LAHAN KERING (Productivity and Cost of Semi Mechanical Seedling Cultivation on a dry land) Oleh/By: Dulsalam 1 & Agustinus Tampubolon 1 1

Lebih terperinci

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT

EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT EFISIENSI KEBUTUHAN PERALATAN PEMANENAN DI HUTAN TANAMAN INDUSTRI, DI KALIMANTAN BARAT Oleh/By SONA SUHARTANA 1), YUNIAWATI 1) & RAHMAT 2) 1) Peneliti Pusat Litbang Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Bogor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako USULAN JUDUL Kepada Yth Bapak Ketua Jurusan Teknik Petambangan Di,- Makassar Dengan Hormat, Dengan ini saya sampaikan kepada Bapak bahwa kiranya dengan tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Pemanenan merupakan kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa kayu maupun non kayu dari dalam hutan. Menurut Suparto (1979) pemanenan hasil hutan adalah serangkaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Pemanenan hutan merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon atau biomassa lain menjadi bentuk yang bisa dipindahkan ke lokasi lain sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

TEKNIK PENYARADAN KAYU

TEKNIK PENYARADAN KAYU TEKNIK PENYARADAN KAYU Penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan

Lebih terperinci

Gaya dan Tekanan. A. Gaya B. Gerak Dipercepat. Bab 8 Gaya dan Tekanan 213. Sumber:

Gaya dan Tekanan. A. Gaya B. Gerak Dipercepat. Bab 8 Gaya dan Tekanan 213. Sumber: BAB 8 Gaya dan Tekanan A. Gaya B. Gerak Dipercepat Sumber: http://www.k53.pbase.com Bab 8 Gaya dan Tekanan 213 BAB Gaya dan Tekanan Amatilah gerak benda-benda di sekitarmu; dedaunan yang melambai-lambai,

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp HUBUNGAN DURASI PARKIR DENGAN KARAKTERISTIK OPERASIONAL ANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI LINEAR (STUDI KASUS : JALAN KI MANGUN SARKORO JALAN SUMPAH PEMUDA JALAN RING ROAD SURAKARTA) Dewi Handayani

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.2 Hubungan Tahanan Kemiringan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar

BAB V PEMBAHASAN. 5.2 Hubungan Tahanan Kemiringan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar BAB V PEMBAHASAN 5.1 Besar Kemiringan Jalan pada Jalur Angkut Dari beberapa jalur angkut yang diamati, terdapat kemiringan jalan yang bervariasi sehingga akan mempengaruhi nilai tahanan kemiringan yang

Lebih terperinci

Gambar 12.2 a. Melukis Penjumlahan Gaya

Gambar 12.2 a. Melukis Penjumlahan Gaya Bab 12 Gaya Sumber: image.google.com Gambar 12.1 Mengayuh sepeda Apakah kamu pernah naik sepeda? Jika belum pernah, cobalah. Apa yang kamu rasakan ketika naik sepeda? Mengapa sepeda dapat bergerak? Apakah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanenan Hasil Hutan Pemanenan kayu sebagai salah satu kegiatan pengelolaan hutan pada dasarnya merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengubah pohon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia otomotif yang tidak bisa dipisahkan, ban digunakan untuk. jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan dalam menahan

BAB I PENDAHULUAN. dunia otomotif yang tidak bisa dipisahkan, ban digunakan untuk. jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan dalam menahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan otomotif di Indonesia, membuat industri ban semakin berkembang dan menghasilkan produk yang bervariasi, ban merupakan salah satu komponen penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA BEBAN MUATAN TRUK DAN TKPH

BAB IV ANALISA BEBAN MUATAN TRUK DAN TKPH BAB IV ANALISA BEBAN MUATAN TRUK DAN TKPH 4.1 Analisa Beban Muatan Truk Berdasarkan data ban yang rusak pada bulan juni 2012, maka dapat dianalisa muatan truk CAT 785C sebagai berikut : a. Distribusi muatan

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 2. GAYA DAN HUKUM NEWTONLatihan Soal 2.5

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 2. GAYA DAN HUKUM NEWTONLatihan Soal 2.5 SMP kelas 8 - FISIKA BAB 2. GAYA DAN HUKUM NEWTONLatihan Soal 2.5 1. Sebuah benda bermassa 6 kg pada bidang datar yang licin, kecepatan benda berkurang dari 25 m/s menjadi 9 m/s setelah bergerak selama

Lebih terperinci

ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015

ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015 ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani 13320001 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015 Defenisi Rem REM merupakan salah satu elemen paling dalam kendaraan

Lebih terperinci

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG Purnawan Titi Kurniati Deddy Noveyusa Staf Pengajar Staf Pengajar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERFORMANSI TRAKTOR TANGAN RODA DUA MODIFIKASI MENJADI RODA EMPAT MULTIFUNGSI (PENGOLAHAN DAN PENYIANGAN) UNTUK KACANG TANAH DI KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERFORMANSI TRAKTOR TANGAN RODA DUA MODIFIKASI MENJADI RODA EMPAT MULTIFUNGSI (PENGOLAHAN DAN PENYIANGAN) UNTUK KACANG TANAH DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 217 PERFORMANSI TRAKTOR TANGAN RODA DUA MODIFIKASI MENJADI RODA EMPAT MULTIFUNGSI (PENGOLAHAN DAN PENYIANGAN) UNTUK KACANG TANAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah .

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah  . BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rem merupakan komponen yang sangat penting dalam kendaraan. Rem yang tidak bekerja dengan baik / blong (lepas kendali) dapat mengakibatkan kendaraan sulit

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab.

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab. Labuhanbatu Selatan dan Kab. Padang Lawas Utara) SKRIPSI Warsein

Lebih terperinci

KRITERIA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA

KRITERIA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA KRITERIA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA Karakteristik Pengguna Jalan Rencana : Masalah utama dalam memperhitungkan karakteristik pengguna jalan untuk perancangan jalan adalah sangat bervariasi

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci