PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA Ni Wayan Suitriani 1, Ni Wayan Arini 2, Ni Nyoman Garminah 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia suitriani@yahoo.com 1, wayanarini@yahoo.co.id 2, garminyoman@gmail.com 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keaktifan belajar dan (2) meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran course review horay bebantuan media monopoli. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanakan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 4 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA. Pengumpulan data keaktifan belajar menggunakan metode observasi dan pengumpulan data hasil belajar menggunakan tes. Data dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase keaktifan belajar dan hasil belajar IPA pada siswa kelas V di SD Negeri 4 Banyuning. Pada siklus I, persentase rata-rata keaktifan belajar diperoleh sebesar 71,9% (cukup aktif) dan persentase rata-rata hasil belajar IPA diperoleh sebesar 72% (cukup). Pada siklus II persentase rata-rata keaktifan belajar diperoleh sebesar 84,75% (aktif) dan persentase rata-rata hasil belajar IPA diperoleh sebesar 82% (tinggi). Jadi, penerapan model pembelajaran course review horay berbantuan media monopoli dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 4 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: course review horay, hasil belajar,keaktifan, media monopoli Abstract This study aims (1) improve the activity of learning and (2) improve the learning outcomes of by application the learning model of media-assisted course review horay monopoly. This type of research is classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of stages planning, action, observation and evaluation, and reflection. The subjects were grade V students at SD Negeri 4 Banyuning academic year 2015/2016 of 15 people. The object of this research was the increase in activity and learning outcomes IPA. Data collection in the study carried out by the method observation and tests. Data were analyzed with descriptive statistical analysis methods. The results showed that there was an increase percentage activity and learning outcomes IPA on grade V students at SD Negeri 4 Banyuning. In the first cycle the average percentage of activity of learning gained by 71,9% (quite active) and the average percentage of learning outcomes obtained by 72% (quite). In the second cycle the average percentage of activity of learning gained by 84,74% (active), and the average percentage IPA learning outcomes obtained by 82% (high). Become application of learning models course review horay assisted monopoly media can increase the activity of learning and learning outcomes IPA grade V SD Negeri 4 Banyuning academic year 2015/2016. Keywords: activity of learning, course review horay, learning outcomes, monopoly media 1

2 PENDAHULUAN Manusia tidak pernah terlepas dari alam, segala kebutuhan yang diperlukan berasal dari alam. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA), kekayaan alam yang dimilikinya mengharuskan sumber daya manusia (SDM) mampu mempelajari dan mengolah sumber daya alam ini. Alam ini ditentukan oleh kemampuan manusia, kemampuan manusia untuk mengelola alam dan melestarikan alam dapat menjamin kebutuhan dan kemakmuran manusia. Keseimbangan kehidupan manusia dan alam ini dapat terganggu akibat perbuatan manusia. Menghindari gangguan alam yang disebabkan manusia, maka perlu menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dan terampil untuk mengolah sumber daya alam ini dan diperlukan sebuah ilmu yang mempelajari tentang alam melalui ilmu pengetahuan alam. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum sekolah dasar (SD) di Indonesia. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Mempelajari IPA hendaknya mampu memupuk rasa ingin tahu manusia secara alamiah. Hal ini akan membantu mengembangkan kemampuannya berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Samatowa (2010) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA) yang berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Jadi, IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. IPA tidak hanya mengumpulkan pengetahuan melainkan juga memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Belajar tentang IPA sudah dimulai sejak usia dini dengan belajar lewat lingkungan sekitar. Pada jenjang tingkat SD, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa dan diupayakan untuk mengarah pada pencapaian tujuan IPA agar dapat terjadinya pengalaman belajar yang bermakna. Apabila pembelajaran IPA diajarkan dengan cara yang baik dan tepat maka tujuan pembelajaran IPA yang ingin dicapai dapat tercapai secara maksimal. Prihantoro (dalam Trianto, 2014) menyatakan bahwa tujuan-tujuan pembelajaran IPA tersebut yaitu memberi pengetahuan kepada siswa, menanamkan sikap ilmiah, memberikan keterampilan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 4 Banyuning pada tanggal 12 Januari 2016 diketahui bahwa pembelajaran IPA di kelas V kurang kreatif dan inovatif. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Menurut Rasana (2009), pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang ditandai dengan pengalaman yang berkaitan dengan konsep, pemberian tugas, ceramah, dan tanya jawab. Pembelajaran menggunakan ceramah dan pemberian tugas ditunjukkan pada saat guru menyajikan materi terkait dengan percobaan menggunakan media magnet. Beberapa siswa melaksanakan kegiatan dengan baik dan ada siswa hanya bermain dengan menggunakan magnet. Selain itu, pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai percobaan maupun materi yang disampaikan guru. Padahal, belum semua siswa paham dan mengerti dengan materi yang disampaikan. Siswa cenderung menerima penjelasan guru tanpa adanya respon dari siswa. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa yang mampu lebih mendominasi dalam menjawab pertanyaan, sehingga siswa yang kurang mampu terkesan pasif. Pembelajaran konvensional yang diterapkan guru ini tidak dikombinasikan dengan model-model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa pasif dalam proses pembelajaran. Meski sudah menggunakan media magnet namun siswa masih saja pasif dalam proses pembelajaran karena media yang digunakan tidak menarik bagi siswa dan belum adanya modifikasi dalam 2

3 menggunakannya, sehingga siswa tidak bersemangat dalam proses pembelajaran. Kemenarikan media bisa memengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa. Jika suatu media dibuat menarik, siswa akan cenderung memerhatikan penjelasan guru. Selanjutnya, hasil wawancara dengan wali kelas V yang dilakukan di SD Negeri 4 Banyuning Kecamatan Buleleng pada tanggal 7 Januari 2016, membuktikan bahwa pembelajaran IPA di kelas V kurang menarik dan membosankan, sehingga siswa kurang berpatisipasi dalam pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran guru belum menerapkan model atau metode pembelajaran yang inovatif karena guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, sehingga mengakibatkan suasana kelas menjadi membosankan, siswa tidak memerhatikan penjelasan guru dan siswa kurang tanggap terhadap materi yang disampaikan guru. Permasalahan ini menyebabkan keaktifan siswa dalam pembelajaran rendah, sehingga dapat memengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini juga diketahui dari pencatatan dokumen yang dilakukan pada tanggal 7 Januari 2016 mengenai hasil UTS IPA siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yakni ratarata 68, sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah adalah 70. Jumlah siswa kelas V yaitu 15 siswa hanya 4 orang memperoleh nilai di atas KKM, sedangkan 11 orang memperoleh nilai di bawah KKM. Berdasarkan hasil penelitian awal tersebut, diperlukan solusi untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA. Solusi yang diperlukan adalah menerapkan model dan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran course review horay berbantuan media monopoli. Kurniasih dan Sani (2015) menyatakan, model pembelajaran course review horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak hore sehingga mampu meningkatkan keaktifan siswa di kelas. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan model ini, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan pengujian pemahaman siswa menggunakan soalsoal yang berkaitan dengan materi melalui permainan pada media monopoli. Soal yang dijawab benar berarti siswa mampu memahami permasalahan maupun materi yang disampaikan. Pemahaman inilah yang mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran course review horay sangat tepat diterapkan karena dilihat dari langkah-langkah pembelajarannya lebih menekankan pada pengujian pemahaman siswa, menanggapi permasalahan, bekerja sama dengan kelompok, dan mampu mengurangi siswa yang lebih mendominasi pembicaraan sehingga setiap siswa maupun kelompok bisa menyampaikan tanggapannya dengan baik. Langkah-langkah model pembelajaran course review horay menurut Kurniasih dan Sani (2015) yaitu sebagai berikut. (1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, (2) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab, (3) Guru membagi siswa dalam kelompokkelompok, (4) Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru, (5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu yang nomornya disebutkan guru, (6) Kelompok yang sudah selesai menjawab langsung menyampaikan jawabannya, (7) Kelompok lain mengulangi jawaban dari kelompok yang menjawab pertama, (8) Guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah dijawab tadi, (9) Bagi kelompok yang benar, siswa memberi tanda check list ( ) dan langsung berteriak horay, (10) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay, (11) Guru memberikan reward yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh horay, (12) Siswa dibantu guru menyimpulkan materi dan metutup pelajaran. 3

4 Model pembelajaran course review horay memiliki kelebihan seperti yang dijelaskan Kurniasih dan Sani (2015), yaitu pembelajaran yang menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun didalamnya, pembelajaran tidak menonton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana hati saat siswa belajar tidak menegangkan, siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan dan melatih kerja sama antarsiswa di dalam kelas. Media pembelajaran yang akan digunakan untuk membantu model pembelajaran course review horay adalah media monopoli. Media monopoli terinspirasi dari permainan monopoli yang terkenal di dunia. Menurut Wulandari dan Sukirno (2012), monopoli adalah satu permainan papan dan pemain berlomba untuk mengumpulkan kekayaan melalui satu pelaksanaan sistem permainan menjawab pertanyaan dengan benar oleh peserta permainan. Pemilihan media monopoli karena pada dasarnya anakanak usia sekolah dasar pemikirannya selalu ingin bermain. Menciptakan suasana baru dalam pembelajaran yaitu bermain sambil belajar menggunakan media monopoli. Maka dari itu, media monopoli ini diharapkan siswa aktif dalam proses pembelajaran dan mampu meningkatkan hasil belajar. Adapun kelengkapan model pembelajaran course review horay berbantu permainan monopoli adalah papan permainan, kotak soal, lembar pertanyaan, chek list ( ) untuk memberikan reward. Media pembelajaran monopoli yang digunakan mempunyai kelebihan, Rahman dan Amri (2013) mengemukakan bahwa kelebihan media monopoli adalah bersifat fleksibel, dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, mudah dibuat, ekonomis, dapat menambah keterampilan siswa, menambah semangat siswa karena mendapatkan reward, dan siswa lebih mudah mengingat dan memahami materi yang diberikan melalui permainan. Media pembelajaran monopoli ini akan mampu menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran dan dapat membangkitkan suasana kelas yang menyenangkan. Media monopoli yang digunakan dimodifikasi dalam pembuatan papan dan berisi nomor soal serta gambar-gambar yang sesuai dengan materi yang diberikan. Penentuan jalannya permainan tidak menggunakan dadu seperti permainan pada umumnya melainkan menggunakan undian nomor soal. Siswa yang akan dibagi menjadi kelompok kecil dan saling berkompetisi menjawab pertanyaan yang terdapat kotak soal secara acak sesuai nomor pertanyaan yang didapat. Siswa yang menjawab benar diwajibkan meneriakkan hore dan akan diberikan reward berupa tanda chek list ( ). Kelompok yang banyak meneriakkan hore dan mendapatkan reward, maka kelompok tersebut dianggap sebagai pemenang. Model pembelajaran course review horay berbantuan media monopoli ini diharapkan dapat membangkitkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka diadakan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay Berbantuan Media Monopoli untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Kelas V di SD Negeri 4 Banyuning Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dipilihnya PTK kerena penelitian ini melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada tiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Negeri 4 Banyuning Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 4 Banyuning yang berjumlah 15 orang siswa yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah keaktifan belajar siswa, hasil belajar siswa, dan model pembeajaran course review horay berbantuan media monopoli. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi. 4

5 Gambar 1.Siklus PTK (Sumber:Dimodifikasi dari Arikunto, 2015) Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode tes. Metode observasi digunakan dalam pengumpulan data keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi keaktifan belajar siswa. Aspek keaktifan yang diobservasi adalah bekerja sama, bertanya, menjawab, dan mengemukakan ide. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA, tes dalam penelitian ini dibuat berdasarkan kisi-kisi tes. Tes yang digunakan berjumlah 20 butir soal pilihan ganda dengan menggunakan empat pilihan (options), yaitu a, b, c, dan d. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan statistik deskriptif. Metode analisis data keaktifan belajar dan hasil belajar yang digunakan adalah menghitung nilai, rata-rata (mean), dan persentase ratarata. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, pelaksanaan siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan. Hasil penelitian keaktifan belajar setiap petemuan pada siklus I disajikan pada Tabel 1. Tabel 1.Data keaktifan belajar tiap petemuan pada siklus I Pertemuan Rata-rata Pertemuan I 12,47 Petemuan II 14,47 Pertemuan III 16,20 Rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus I adalah 14,38. Persentase tingkat keaktifan belajar pada siklus I adalah 71,9%. Selanjutnya, rata-rata keaktifan belajar dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat keaktifan belajar pada siklus I berada pada rentangan 65 M < 80 dengan kriteria cukup aktif. Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 4 Banyuning pada siklus I adalah 14,40. Persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus I adalah 72%. Selanjutnya, rata-rata hasil belajar dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus I berada pada rentangan 65 M < 80 dengan kriteria cukup. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi serta evaluasi yang telah dilaksanakan, penerapan model pembelajaran course review horay berbantuan media monopoli dalam pembelajaran IPA pada siklus I belum dikatakan sepenuhnya berhasil. Walaupun telah terjadi peningkatan, baik peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa, namun peningkatan keaktifan dan hasil belajar belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu sebagai berikut. (1) Siswa belum dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik menggunakan model course review horay berbantuan media monopoli. Pada saat menjelaskan langkah-langkah pembelajaran course review horay berbantuan media monopoli siswa kurang paham dan masih bingung mengenai petunjuk kegiatan pembelajaran, sehingga siswa kurang 5

6 aktif dalam proses pembelajaran, (2) Siswa masih membeda-bedakan teman dalam memilih kelompok, sehingga banyak waktu terbuang, (3) Saat kegiatan diskusi, kebanyakan siswa masih kurang aktif. Hal ini terlihat dalam kelompok siswa, hanya 1 sampai 2 orang yang terlihat tekun menulis dan menjawab pertanyaan, sedangkan siswa yang lain hanya mengandalkan temannya untuk menulis dan menjawab pertanyaan (4) Belum ada pemberian reward kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Selain kendala yang ditemui selama pelaksanaan siklus I terdapat juga beberapa kelebihan setelah pelaksanaan siklus I yaitu sebagai berikut. (1) Siswa berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran karena rasa ingin tahu dan rasa bersaing antarkelompok yang tinggi untuk menjawab pertanyaan yang ada pada media monopoli, (2) Siswa memiliki kesempatan yang sama dalam bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. Kegiatan course dilakukan dengan menggunakan kartu soal setiap jawaban ditulis pada kartu, sehingga siswa berkompetisi untuk menulis jawaban dengan cepat dan benar apabila sudah yakin dengan jawaban yang sudah ditulis, siswa langsung menyampaikan jawabannya. Sedangkan kegiatan review digunakan agar semua siswa fokus dalam proses pembelajaran karena kegiatan review melibatkan setiap siswa yang ditunjuk guru agar mengulangi hal-hal yang telah disampaikan temannya, baik itu pertanyaan, jawaban, maupun pendapat. Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka perbaikan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Menekankan kembali langkah-langkah atau petunjuk yang belum dipahami siswa dalam penerapan model pembelajaran course review horay berbantuan media monopoli, sehingga kegiatan siswa menjadi lebih aktif, (2) Kelompok ditentukan secara heterogen, tidak berdasarkan jenis kelamin maupun kemampuan siswa dan guru memberikan arahan kepada siswa untuk tidak membeda-bedakan teman dalam memilih anggota kelompok agar tidak menghabiskan banyak waktu, (3) Guru mendekati dan memberikan perhatian pada setiap kelompok agar bisa bekerja bersama dalam berdiskusi dan memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif, (4) Guru memberikan reward berupa tepuk tangan atau hadiah kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan. Refleksi yang telah dilaksanakan tersebut kemudian digunakan sebagai acuan dalam pemberian tindakan pada siklus II. Sehingga diharapkan akan mampu memeperbaiki proses pembelajaran pada siklus I dan mampu mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. HASIL PENELITIAN SIKLUS II Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I, maka tindakan pada siklus II mengalami beberapa perubahan. Berdasarkan perubahan-perubahan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II, hasil penelitian keaktifan belajar setiap pertemuan pada siklus II disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Data keaktifan belajar tiap pertemuan pada siklus II Pertemuan Rata-rata Pertemuan I 16,20 Petemuan II 16,93 Pertemuan III 17,73 Rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II adalah 16,95. Persentase tingkat keaktifan belajar pada siklus II adalah 84,75%. Selanjutnya, rata-rata keaktifan belajar dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat keaktifan belajar pada siklus II berada pada rentangan 80 M < 90 dengan kategori aktif. 6

7 Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 16,40. Persentase tingkat hasil belajar IPA pada siklus II adalah 82%. Selanjutnya, rata-rata hasil belajar dikonversikan ke dalam PAP skala lima, persentase tingkat hasil belajar IPS pada siklus II berada pada rentangan 80 M < 90 dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil observasi pada setiap pertemuan siklus II, adapun temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut. (1) Proses pembelajaran telah berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, sehingga keaktifan belajar dan hasil belajar dapat meningkat, (2) Siswa tidak lagi membeda-bedakan teman dalam memilih kelompok, (3) Pada pelaksanaan tindakan siklus II, siswa lebih berani dalam mengemukakan ide, bertanya, menjawab pertanyaan serta mampu bekerja sama kelompok dengan baik, dan (4) interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru meningkat. Hasil penelitian siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa pada Siklus I dan Siklus II Variabel Siklus I Siklus II M% M% Keaktifan Belajar 71,9% (cukup aktif) 84,75% (aktif) Hasil Belajar 72% (cukup) 82% (tinggi) PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan keaktifan belajar IPA siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan keaktifan belajar IPA siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, siswa berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan berupa penyelesaian soal-soal yang harus dijawab dengan cepat dan benar oleh kelompok, sehingga setiap siswa ikut berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran agar kelompok mampu menjawab soal yang diberikan. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran mampu untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini terbukti dari kegiatan siswa yang dimunculkan selama proses pembelajaran adanya keinginan dan keberanian siswa ikut aktif dalam kegiatan belajar, adanya keingintahuan yang besar ditunjukkan dengan siswa sering mengajukan pertanyaan yang baik, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya. Hal ini senada dengan Setiawan (dalam Agung, 2005) menyatakan, ciri-ciri keaktifan belajar yang dapat ditunjukkan oleh siswa dalam keaktifan belajar adalah keinginan dan keberanian siswa untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, rasa ingin tahu yang besar, mengajukan pertanyaan dengan baik, dan mengungkapkan pendapat sendiri. Kedua, penggunaan media monopoli memudahkan siswa memahami materi dan terlibat aktif memecahkan masalah bersama kelompok. Media monopoli yang digunakan dalam proses pembelajaran disajikan melalui permainan yang berisi soal-soal yang harus dijawab kelompok dengan cepat dan benar. Soalsoal yang dijawab siswa berkaitan dengan materi yang diberikan, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami materi. Soal-soal yang diberikan cepat terjawab karena siswa terlibat aktif untuk memecahkan masalah bersama kelompok. Temuan dalam penelitian ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soegeng dan Dewi (2013) yang menemukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media monopoli dapat membantu siswa memahami konsep materi pelajaran dan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran untuk memecahkan masalah bersama kelompok. Ketiga, pemberian reward berupa tanda check list ( ) dan pujian setelah siswa memunculkan perilaku yang diharapkan yaitu perilaku sesuai dengan indikator keaktifan belajar. Keaktifan belajar yang meliputi bekerja sama dengan kelompok, berani bertanya, 7

8 menjawab, dan mengemukakan ide. Siswa berkompetisi untuk memperoleh tanda check list ( ) yang ditempelkan pada nomor soal media monopoli yang dijawab benar, sehingga diperlukannya kerja sama antaranggota kelompok. Siswa yang berani bertanya, menjawab, dan mengemukakan ide dengan baik diberikan pujian, sehingga mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini sesuai dengan Sadirman (2002) menyatakan, melalui pemberian reward dapat merespon aktif kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan data hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPA siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar IPA siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, penerapan model course review horay dapat meningkatkan semangat belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari kegiatan siswa mendengarkan dengan baik pertanyaan yang diberikan, sehingga mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Siswa yang kurang berinteraksi dan bekerja sama dengan kelompok mampu melakukan interaksi dan kerja sama dengan baik pada saat diskusi kelompok dan selama proses pembelajaran berlangsung diselingi dengan sedikit hiburan yaitu berteriak horay bagi kelompok yang menjawab benar, sehingga suasana kelas tidak menegangkan dan siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan. Temuan dalam penelitian ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Giri, dkk (2013) yang menemukan bahwa penerapan model pembelajaran course review horay dapat meningkatkan semangat belajar, siswa dapat menjawab soal-soal dan langsung berteriak horay bila jawaban benar serta dapat melatih interaksi dan kerja sama siswa melalui diskusi kelompok yang pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kedua, penggunaan media monopoli dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran. Media monopoli disajikan dalam bentuk permainan soalsoal yang harus dijawab dengan benar. Media monopoli yang dibuat menggunakan gambar-gambar dan soalsoal sesuai dengan materi yang disajikan, sehingga mampu meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini terbukti dari kegiatan yang dimunculkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa memerhatikan dan mengikuti permainan soal-soal menggunakan media monopoli dengan baik, mendengarkan pertanyaan, jawaban dan pendapat temannya dengan baik. Temuan dalam penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soegeng dan Dewi (2013) yang menemukan bahwa media monopoli dapat meningkatkan minat belajar siswa yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran adalah memerhatikan dan mengikuti permainan menggunakan media monopoli, mendengarkan pertanyaan, jawaban dan mendengarkan pendapat dengan baik. Ketiga, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari kegiatan yang dimunculkan siswa dalam proses pembelajaran yaitu kegiatan fisik dan psikis. Kegiatan fisik yang dimunculkan yaitu mendengarkan penjelasan, jawaban, pertanyaan maupun pendapat dari temannya, menulis jawaban pada kartu soal secara bergantian serta adanya keterampilan yang dilakukan siswa yaitu membuat kartu soal dengan kelompok. Selain itu, kegiatan psikis yang dilakukan siswa memecahkan masalah bersama kelompok dan mampu mengingat kembali materi yang telah diberikan. Kegiatan fisik dan psikis yang dimunculkan siswa mampu memengaruhi hasil belajar siswa karena siswa yang aktif mampu meningkatkan hasil belajar. Rusman (2013) menyatakan bahwa keaktifan belajar dapat berupa kegiatan fisik dan psikis yang dilakukan selama proses pembelajaran, keaktifan belajar tersebut akan mampu mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA 8

9 melalui penerapan model pembelajaran course review horay berbantuan media monopoli pada siswa kelas V SD Negeri 4 Banyuning Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persentase rata-rata keaktifan belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata keaktifan belajar IPS siswa adalah 14,38 dengan persentase rata-rata adalah 71,9% (kriteria cukup aktif). Pada siklus II, rata-rata keaktifan belajar meningkat menjadi 16,95 dengan persentase ratarata 84,75% (kriteria aktif). Dengan demikian, tingkat keaktifan belajar siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 12,85%. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran course review horay berbantuan media monopoli pada siswa kelas V SD Negeri 4 Banyuning Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persentase rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar IPA siswa adalah 14,40 dengan persentase rata-rata 72% (kriteria cukup). Pada siklus II, rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 16,40 dengan persentase rata-rata 82% (kriteria tinggi), dengan demikian tingkat hasil belajar siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 10%. Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. (1) Siswa disarankan agar lebih giat belajar, mampu memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, dan berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga nantinya keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA meningkat dan memuaskan, (2) Guru disarankan agar memahami dan mampu menerapkan model pembelajaran course review horay berbantuan media monopoli untuk mencapai kompetensi optimal siswa, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, (3) Peneliti lain disarankan agar mampu menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran course review horay dengan baik untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di sekolah dasar. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. G Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Pendidikan Negeri Singaraja. Arikunto, S., dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Giri, K. R., dkk Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 di SD Negeri Patas Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Tersedia pada ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ JJPGSD/article/view/1486 (diakses pada tanggal 11 Januari 2016). Kurniasih, I. dan B. Sani Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena. Rahman, M. dan S. Amri Strategi & Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Rasana, R Model-Model Pembelajaran. Singaraja: DIPA PNBP FIP UNDIKSHA Rusman Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta: Rajawali. Sadirman Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Samatowa, U Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Soegeng, A. Y dan Dewi, S. K. S Keefektifan Metode Permainan Monopoli Materi Operasi Hitung Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SD Negeri 1 Kedungsuren Kendal. Tersedia pada e-jurnal. upgrismg.ac.id/ index.php/malihpeddas/article/625/ 567 (diakses pada tanggal 3 Mei 2016). 9

10 Trianto Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: Bumi Aksara. Wulandari, E. dan Sukirno Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Berbantuan Media Monopoli dalam Peningkatan Aktivitas Belajar Akuntasi Siswa Kelas X Akuntasi 2 SMK Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran 2011/2012. Tersedia pada Tersedia pada ticle.php?article=52461&val=480&t itle= (diakses pada tanggal 11 Januari 2016). 10