ARTIKEL IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SERVICE BULUTANGKIS

Transkripsi

1 ARTIKEL IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SERVICE BULUTANGKIS Oleh I Made Agus Purnama Diantara NIM JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2 IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SERVICE BULUTANGKIS I Made Agus Purnama Diantara NIM PENJASKESREK FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja Bali Tlp. (0362) aguspurnama002@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar service bulutangkis melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal, berjumlah 36 orang dengan rincian 16 orang putra dan 20 orang putri. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis data pada siklus I aktivitas belajar teknik dasar service bulutangkis secara klasikal sebesar 6.93 (cukup aktif), dan pada siklus II sebesar 8.28 (aktif). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar Persentase hasil belajar teknik service bulutangkis secara klasikal pada siklus I sebesar 72.22% (cukup baik), dan pada siklus II sebesar 91.66% (sangat baik). Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 19.44%. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar service bulutangkis meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran 2012/2013. Abstract: This study aims at improving the activities and learning outcomes of the basic service technique in badminton through the application of cooperative learning model type NHT to the VIII A students in SMP Negeri 1 Abiansemal in the academic year 2012/2013. This research is classroom action based research conducted in two cycles which consist of planning, action, observation/evaluation, and reflection. The subject of this research is students in class VIII A at SMP Negeri 1 Abiansemal; 36 students consists of 16 male and 20 female. The data was analyzed by using descriptive statistics analysis. The result of the data analysis in cycle I about the badminton service technique learning activity classically is 6.93 (quite active), and in cycle II is 8.28 (active). There is an improvement for about 1.53 from the first cycle to the second cycle. The percentage of the classical badminton service technique learning activity for the cycle I is 72.22% (quite good), and in cycle II is 91.66% (very good). Therefore, there is an improvement from cycle I to cycle II for about 19.44%.Based on the result of data analysis and discussion, it can be concluded that the activity and learning result in badminton basic service technique is improving through the application cooperative learning model type NHT to the students in class VIII A at SMP Negeri 1 Abiansemal in academic year 2012/1013. Kata-kata kunci: Model NHT, aktivitas dan hasil belajar, service bulutangkis 1

3 PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang menjadi tolak ukur dan memiliki peranan di masa akan datang yang berlangsung seumur hidup dengan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat secara komprehensif. Pembelajaran efektif terjadi apabila para pebelajar secara aktif terlibat dalam tugastugas yang bermakna dan aktif terlibat dalam berinteraksi dengan isi pelajaran (Santyasa dan Sukandi, 2007: 30). Berdasarkan hal tersebut, pemerintah dituntut untuk melakukan penetrasi ataupun penyelesaian terhadap sistem pendidikan nasional yang selama ini telah berjalan. Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, sekolah dan masing-masing satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI), Standar Kelulusan (SKL) dan panduan penyusunan KTSP yang disusun dan dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan atau BSNP (Samsudin, 2009: 3) yang semuanya itu, bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara integral. Salah satu pemikiran kritis itu adalah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Akan tetapi, upaya tersebut ternyata masih belum memberikan hasil yang maksimal, khususnya untuk mata pelajaran penjasorkes. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 1 Abiansemal, pada hari kamis tanggal 22 Agustus 2012 pukul Wita dalam pembelajaran teknik dasar service bulutangkis yang berlokasikan di lapangan Banjar Ulapan Blahkiuh, dapat diketahui bahwa aktivitas belajar tergolong cukup aktif. Hal ini didasarkan pada hasil observasi awal siswa dengan menggunakan instrumen penilaian aktivitas belajar siswa. Dari penilaian aktivitas belajar siswa dapat dilihat bahwa jumlah seluruh aktivitas belajar siswa sebesar 208 dan banyak siswa 36 orang. Jadi rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 5,78. Jika rata-rata tersebut dikonversikan pada kriteria penggolongan aktivitas belajar, maka aktivitas belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal secara klasikal tergolong cukup aktif yaitu pada interval 5 X <7. Aktivitas belajar siswa secara individu dari jumlah siswa 36 orang yaitu 5,56% (2 orang) yang tergolong sangat 2

4 aktif (tuntas), 19,44% (7 orang) yang tergolong aktif (tuntas), 63,89 % (23 orang) yang tergolong cukup aktif (tidak Tuntas), dan 11,11% (4 orang) yang tergolong kurang aktif (tidak tuntas). Aspek-aspek hasil belajar yang diamati yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor, siswa yang tuntas terdiri dari 20 orang (55,56%) dan yang tidak tuntas sebanyak 16 orang (44,44%), siswa yang berada pada kategori sangat baik sebanyak (tuntas) 3 orang (8,33%), baik (tuntas) sebanyak 17 orang (47,22%), cukup baik (tidak tuntas) sebanyak 11 orang (30,56%), kurang baik (tidak tuntas) sebanyak 5 orang (13,89%), dan sangat kurang baik tidak ada (0%). Dengan hasil ini, maka diketahui hasil belajar teknik dasar service bulutangkis secara klasikal yaitu sebesar 55,56%. Angka ini berada pada No 4, pada kriteria dengan kategori kurang baik atau tidak tuntas. Hasil belajar dikatakan berhasil atau tuntas apabila berada pada tingkat ketuntasan 75% secara individu dan 75% secara klasikal. Dengan mengetahui hasil belajar teknik dasar service bulutangkis tersebut, maka dapat digolongkan ke dalam katagori kurang aktif atau belum tuntas. Melihat dari kenyataan yang di temukan dilapangan, maka perlu dilakukan sebuah perubahan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar khususnya teknik dasar service bulutangkis. Perubahan yang dimaksudkan disini yaitu perubahan cara pola pikir yang dilakukan oleh guru Penjasorkes, dimana yang dulunya pembelajaran masih bersifat konvensional. Hal ini menyebabkan guru seolah-olah menjadi sumber ilmu dan siswa hanya menunggu instruksi dari guru. Pembelajaran yang demikian menjadikan siswa kurang aktif dan tidak bisa mengembangkan potensinya karena yang berperan penuh adalah guru (teacher centered). Kondisi tersebut juga menyebabkan siswa menjadi bosan dalam mengikuti pembelajaran dan perhatian siswa terhadap pelajaran akan berkurang. Dengan tetap mempertahankan model pembelajaran konvesional akan sulit untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa karena model pembelajaran konvesional memiliki banyak kelemahan Berdasarkan kendala-kendala atau kesulitan belajar yang diperoleh, maka peneliti mencoba salah satu alternatif pemecahan dari permasalahan tersebut diatas yaitu dengan menerapkan model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) tipe NHT. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen. Dalam mengajukan pertanyaan 3

5 kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT yaitu: fase I penomoran, dalam fase ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberikan mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda. Fase II mengajukan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa, pertanyaan tersebut bisa dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan. Fase III berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu, dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. Fase IV menjawab, guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Trianto, 2007: 62). Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikarenakan model pembelajaran ini dapat melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut, memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Bertitik tolak dari uraian di atas, peneliti mengadakan penelitian yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar service bulutangkis Pada Siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran 2012/2013 dalam materi pelajaran service bulutangkis. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Secara singkat penelitian tindakan kelas (classroom action research) dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktikpraktik pembelajaran di kelas secara profesional (Kanca, 2010: 108). Menurut Ojan SN (dalam Kanca, 2010: 115) mengatakan bahwa ada empat bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu: (1) Guru sebagai peneliti, (2) Penelitian tindakan kolaboratif, (3) Simultan terintegrasi, (4) Administra sisosial eksperimental. Jenis penelitian yang digunakan adalah peneliti sebagai guru. 4

6 Peneliti berperan sebagai guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan), observasi/evaluasi dan refleksi. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal yang berjumlah 36 orang siswa dimana terdiri dari laki-laki 16 orang siswa dan perempuan 20 orang siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Data mengenai aktivitas belajar siswa dikumpulkan berdasarkan lembar observasi yang diamati selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggolongkan aktivitas belajar siswa yang disusun berdasarkan rata-rata skor keaktifan belajar siswa secara klasikal ( X ), mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Rumusan untuk mencari Mi dan Sdi adalah 1 Mi = x (skor tertinggi ideal + skor 2 terendah ideal) 1 Sdi = x Mi 3 (Nurkancana dan Sunartana, 1990: 100). Keterangan : Mi : Mean Ideal (angka rata-rataideal) SMI : Skor maksimal ideal Adapun penggolongan aktivitas siswa secara klasikal menggunakan kriteria yang tersaji pada Tabel sebagai berikut. Tabel Kriteria Penggolongan Aktivitas Belajar Service Bulutangkis No Kriteria Kategori Sangat Aktif 1 X Mi + 1,5 Sdi 2 Mi + 0,5 SDi X < Mi + 1,5 Sdi Aktif 3 Mi 0,5 SDi X < Mi + 0,5 Sdi Cukup Aktif 4 Mi 1,5 SDi X < Mi - 0,5 Sdi Kurang Aktif 5 X < Mi 1,5 Sdi Sangat Kurang Aktif Data mengenai aktivitas belajar siswa dikumpulkan berdasarkan lembar observasi yang diamati selama berlangsungnya proses pembelajaran. Kriteria tingkat penguasaan kompetensi SMP Negeri 1 Abiansemal pada mata pelajaran Penjasorkes dapat dilihat seperti pada tabel 3.19 berikut. Tabel Konversi nilai mata pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 1 Abiansemal No Tingkat Penguasaan Nilai Huruf Predikat A Sangat Baik B Baik C Cukup D Kurang E Sangat Kurang Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Sedangakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar secara klasikal, dihitunga dengan menggunakan rumus : 5

7 Jumlah Siswa yang Tuntas KB = x 100% Jumlah Siswa Keseluruhan Keterangan : KB = Ketuntasan Belajar Penelitian dianggap berhasil apabila aktivitas belajar siswa berada di kategori aktif, sedangkan untuk hasil belajar sesuai dengan KKM yang diterapkan di sekolah. Tabel 4.1 Data Aktivitas Belajar Service No bulutangkis Pada Siklus I Kategori Rentangan Nilai Sangat Aktif Χ > 9 Jumlah Siswa Persentase 4 orang 11.11% 2 Aktif 7 < Χ < 9 17 orang 47.22% 3 4 Cukup Aktif 5 < Χ < 7 15 orang 41.67% Kurang Aktif 3 < Χ < Sangat 5 Kurang Χ < Aktif Jumlah 36 orang 100% HASIL PENELITIAN Pada observasi awal yang dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran 2012/2013 ditemukan data aktivitas dan hasil belajar yang masih rendah. Hal ini terlihat secara klasikal siswa masih belum bisa memenuhi KKM di sekolah yang sebesar 75. Hasil penelitian siklus I pada aktivitas belajar yaitu: dapat diketahui bahwa, siswa yang berada pada kategori sangat aktif 4 orang (11.11%), aktif 17 orang (47.22%), cukup aktif 15 orang (41.67%), kurang aktif dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Rata-rata aktivitas belajar siswa adalah Bila dikonversikan ke dalam penggolongan aktivitas belajar siswa berada pada rentang 5 X < 7 atau berada dalam kategori aktif. Pada data hasil belajar didapatkan bahwa siswa yang berada pada kategori sangat baik 4 (11.11%), kategori baik 22 orang (61.11%), kategori cukup baik 10 orang (27.78%), kategori kurang baik dan kategori sangat kurang baik tidak ada (0%). Ini berarti terdapat 26 orang (72,22%) dapat dikatakan tuntas dan 10 orang (27.78%) dikatakan belum tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 72.22%. Berada pada rentang 60% 74% berada dalam kategori cukup baik Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Service No Rentang Skor Bulutangkis Pada Siklus I Predikat Jumlah Siswa Prosent ase Sangat Baik (A) % Baik (B) 22 orang 61.11% Cukup (C) 10 orang 27.78% Kurang (D) Sangat Kurang (E) - - Jumlah 36 orang 100% 6

8 Hasil penelitian siklus II pada aktivitas belajar yaitu: yang berada pada kategori sangat aktif 13 orang (36.11%), aktif 23 orang (63.89%), cukup aktif tidak ada (0%), kurang aktif tidak ada (0%) dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Adapun nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah Bila dikonversikan ke dalam penggolongan aktivitas belajar siswa berada pada rentang 7 X > 9 atau berada dalam kategori aktif. Tabel 4.3 Data Aktivitas Belajar Service No Kategori Bulutangkis Pada Siklus II Rentangan Nilai 1 Sangat Aktif Χ > 9 2 Aktif 7 < Χ < 9 3 Cukup Aktif 5 < Χ < 7 Jumlah Siswa Persentase 13 orang 36.11% 23 orang 63.89% Kurang Aktif 3 < Χ < Sangat Kurang Aktif Χ < Jumlah 36 orang 100% Data hasil belajar didapatkan bahwa siswa yang berada pada kategori sangat baik 11 orang (30.56%), kategori baik 22 orang (61.11%), kategori cukup baik 3 orang (8.33%), kategori kurang baik tidak ada (0%) dan kategori sangat kurang baik tidak ada (0%). Ini berarti terdapat 30 orang (91.66%) dapat dikatakan tuntas dan 3 orang (8.33%) dikatakan belum tuntas. Ketuntasan siswa secara klasikal mencapai 91,66%. Bila dikonversikan ke dalam tingkat penguasaan kompetensi berada pada rentang 85%-100% berada dalam kategori sangat baik (tuntas). Tabel 4.4 No Rentang Skor Data Hasil Belajar Service Bulutangkis Pada Siklus II Predikat Jumlah Siswa Prosent ase Sangat Baik (A) 11 orang 30.56% Baik (B) 22 orang 61.11% Cukup (C) 3 orang 8.33% Kurang (D) Sangat Kurang (E) - - Jumlah 36 orang 100% PEMBAHASAN Dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dilakukan refleksi melalui diskusi dengan siswa dan guru. Pada penelitian ini ditemukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar service bulutangkis (service pendek backhand dan service panjang forehand) pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran 2012/2013 pada setiap siklus. Peningkatan tersebut terjadi secara bertahap dan akhirnya sesuai dengan tujuan pembelajaran dan mampu memenuhi KKM di sekolah. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada tabel 4.1 dan tabel

9 Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Aktivitas Belajar Service Bulutangkis 10 8,28 8 6, Siklus I Siklus II 1,53 Peningkatan Siklus I ke Siklus II Dari tabel diatas dapat disampaikan bahwa terjadinya peningkatann aktivitas belajar service bulutangkis (service pendek backhand dan service panjang forehand) dari siklus I ke siklus II sebesar 1.53 Berdasarkan data penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar service bulutangkis (service pendek backhand dan service panjang forehand) pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran 2012/2013 Peningkatan ini tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT secara optimal dengan perbaikan perbaikan pembelajaran sesuai dengan kekurangan-kekurangan, hambatan dan kendala-kendala yang terjadi pada setiap siklus sebelumnya. Gambar 4.2 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Service Bulutangkis 91, , Siklus I Siklus II 19,44 Peningkatan Siklus I ke Siklus II Dari tabel diatas dapat disampaikan bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar teknik dasar service bulutangkis (service pendek backhand dan service panjang forehand) dari siklus I ke sikluss II sebesar SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, aktivitas dan hasil belajar service bulutangkis melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NTH pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Abiansemal tahun pelajaran 2012/2013 mengalami peningkatan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar khususnya pada materi servicee bulutangkis (service pendek backhand dan service panjang forehand) 8

10 DAFTAR RUJUKAN Kanca, I Nyoman Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Nurkancana dan Sunartana, Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional. Samsudin, Kurikulum KTSP Pengembangan Model-Model Pembelajaran dan Evaluasi Penjasorkes Makalah disajikan dalam Seminar Jurusan Penjaskesrek Fakultas Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja. Santyasa & Sukadi Model-Model Pembelajaran Inovatif. Singaraja: Undiksha. Trianto Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. 9