III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI"

Transkripsi

1 III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI Povinsi Bali merupakan pulau yang relatif kecil dan mempunyai sebaran topografi dari dataran rendah sampai dataran tinggi serta memiliki keanekaragaman hayati (flora dan fauna). Berbagai jenis flora dan fauna dijumpai dalam sebaran tipe ekosistem (tipe hutan dataran rendah, hutan hujan tropis pegunungan dan hutan pegunungan). Keanekaragaman flora dan fauna juga ditemukan pada berbagai kawasan konservasi seperti cagar alam, hutan lindung, taman wisata alam, taman hutan raya (mangrove), Kebun Raya dan Taman Satwa. Adanya beberapa gangguan atau tekanan terhadap keamanan hutan di Bali misalnya pembalakan liar, perburuan flora dan fauna, kebakaran, perambahan hutan serta alih fungsi kawasan hutan untuk kepentingan diluar kegiatan Kehutanan akan menyebabkan perubahan keseimbangan ekosistem dan berdampak terhadap terganggunya habitat dan kenyamanan fauna sekaligus akan menyebabkan menurunnya keanekaragaman hayati. Permasalahan yang menonjol adalah perubahan habitat alami satwa Bali seperti habitat Jalak Bali di TNBB dan Kakatua putih jambul kuning di Nusa Penida, disamping percepatan pertumbuhan penduduk memerlukan sumber daya alam yang cukup besar pula dan memberikan tekanan terhadap sumber daya alam Bali serta terjadi perubahan iklim pada lingkungan. Provinsi Bali memiliki wilayah seluas Ha atau 0,29 % dari luas Indonesia, Pulau Bali yang pulau relatif kecil dan memiliki luas kawasan hutan masih dibawah luas minimal ( 30%) dari luas daratan sangat memerlukan perhatian serius dari masyarakat Bali untuk menjaga kelestarian dan keamanannya. 11

2 Kawasan hutan Provinsi Bali yang sudah dikukuhkan dan ditetapkan seluas ,66 Ha yang terdiri kawasan hutan daratan dan perairan dengan fungsi seperti pada table 3.1. Tabel Fungsi Kawasan Hutan Provinsi Bali No Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha) Ket. 1 Hutan Taman Wisata 4.113,19 2 Hutan Cagar Alam 1.773,80 3 Taman Nasional ,86 4 Hutan Taman Raya 1.129,19 5 Hutan Lindung ,95 6 Hutan Produksi Terbatas 7.204,09 7 Hutan Produksi Tetap 1.872,80 8 Hutan Produksi yang dapat dikonversi 186,78 Sumber : SK. Penetapan Kawasan Hutan Provinsi Bali Tahun 2014 Kawasan hutan Provinsi Bali dibagi menjadi 23 Kelompok hutan yang menyebar di Seluruh Pulau Bali dan Nusa Penida. Sejarah dan Kronologis masing-masing kelompok hutan dapat disajikan sebagai berikut : 3.1. Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd tanggal 6 Januari 1926 dengan penetapan penunjukan G.B. tanggal 29 Mei 1927 nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 6 Desember 1932 dan pengesahan penetapan batas hutan tanggal 6 Mei Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang batas 26,6 Km, luas 590 Ha dengan fungsi hutan lindung. Pada Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1) terdapat 1 buah enklave dengan luas 1,15 Ha dan topografinya sangat berat/curam. 12

3 Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK.1) secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada, UPT KPH Bali Tengah SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK. 99/Menhut-II/2014 tanggal 28 Januari 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Puncak Landep (RTK.1) seluas 590 (Lima Ratus Sembilan Puluh) Hektar yang terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali Permasalahan Kawasan Hutan Tidak terdapat pelanggran atau konflik yang cukup signifikan yang dapat mengancam keberadaan kawasan hutan pada kelompok hutan ini, namun kerawanan gangguan hutan berupa penebangan liar, pengerjaan kawasan hutan untuk perladangan tetap ada sehingga koordinasi dengan masyarakat sekitar kawasan hutan untuk tetap menjaga kelestarsian baik kawasan maupun hutan itu sendiri tetap harus dilakukan. 13

4 3.1.4 Peta Kawasan Hutan Gambar 3.1. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung Puncak Landep (RTK.1) 3.2 Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 denagn penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927 nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Januari 1932 dan pengesahan penetapan batas hutan tanggal 6 Mei Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang batas 38,96 Km, luas Ha dengan fungsi hutan lindung. Pada Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2) terdapat 2 buah enklave dengan luas total 32,43 Ha dan topografinya sangat berat/curam. 14

5 Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK.2) secara administratif terletak di wilayah Desa Sukasada Kecamatan Sukasada, Kab. Buleleng, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada, UPT KPH Bali Tengah Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan di kelompok hutan Gunung Mungsu seperti pada Tabel 3.2: NO PENGGUNA UNTUK LUAS DOKUMEN KETERANGAN (Ha) 1. PLN PLTB SUTT 150 KV Kapal- Pemaron 19,24 - Persetujuan Prinsip No.: 576/Menhut_II/1 985 (digabung dengan RTK.4 dan termasuk luas digabung ) - Perjanjian Pinjam Pakai No /Kwl-5/93, 001BA/1033/93/ PLJTB tgl Berlaku dari s/d Kompensasi di Sangeh seluas 3 Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha dan Abang Agung seluas 176,0 Ha (sudah ditetapkan) Sumber : Data Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Hutan BPKH Wilayah VIII SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK. 100/Menhut-II/2014 tanggal 28 Januari 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Gunung Mungsu (RTK.2) seluas (seribu seratus tiga puluh empat) Hektar yang terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. 15

6 3.2.4 Permasalahan Kawasan Hutan Terdapat kerawanan gangguan hutan berupa perambahan untuk perladangan, perkebunan dan penebangan liar sporadis. serta terdapat penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan Peta Kawasan Hutan Gambar 3.2. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung Gunung Seraya (RTK.2) 3.3 Kelompok Hutan Gunung Silangjana (RTK.3) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927 nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 1 Agustus 1933 dan pengesahan penetapan batas hutan tanggal 23 Pebruari Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor : 16

7 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memiliki panjang batas temu gelang 19,50 Km, luas 415,00 Ha dengan fungsi hutan lindung. Kelompok hutan Gunung Silangjana (RTK. 3) secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Sukasada dan sebagian di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada dan RPH Kubutambahan, UPT KPH Bali Tengah Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Pada kelompok hutan ini tidak ada Kawasan hutan yang dipinjam pakai atau tukar menukar kawasan hutan dengan pihak diluar kehutanan dan memang pada kelompok hutan ini tidak terdapat penggunaan diluar kawasan hutan SK Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.2551/Menhut-VII/KUH/2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Silangjana (RTK.3) seluas 415 (Empat Ratus Lima Belas) Hektar di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. 17

8 3.3.4 Peta Kawasan Hutan Gambar 3.3. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung Gunung Silangjana (RTK.3) 3.4. Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 15 Agustus 1933 dan pengesahan penetapan batas hutan tanggal 23 Pebruari Pada tahun 1956 berdasarkan SK. Ketua Dewan Pemerintahan Tabanan tanggal No. 33, Kawasan Hutan Gunung Batukau (RTK.4) dikeluarkan seluas 169,18 Ha untuk veteran Pejuang Kemerdekaan (tanah penampung sementara) seperti pada tabel berikut ini. 18

9 Tabel 3.4 Peruntukan Pelepasan Kawasan Hutan No Peruntukan/Tujuan Luas (Ha) Keterangan 1 Veteran Pejuang Kemerdekaan 140,00 B.969 B Karang Desa penampung 6,16 B.969 B Karang Desa Abang 2,00 B.969 B Laba Pura Beratan 5,02 B.969 B Orang-orang di Desa Abang 16,00 B.969 B.792 TOTAL 169, 18 Sumber : Data Pelepasan Kawasan Hutan Tanah tersebut di atas dimasukkan kembali sebagai kawasan hutan berdasarkan Surat Gubernur Bali No. EK/I.C/7/77 karena tanah tersebut ditelantarkan (kecuali tanah untuk Laba Pura Beratan dan orang-orang di Desa Abang) diukur pada tahun 1979 sehingga luas kawasan tersebut menjadi ,98 Ha. Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Bali melalui surat Nomor 412/IV/2, tanggal 22 Oktober 1980 memberikan sementara areal lahan garapan dan pemukiman kepada eks pejuang sebanyak 6 KK yang tidak bersedia ditransmigrasikan dengan catatan apabila mereka telah mendapatkan lahan pengganti sesuai janji Bupati Kepala Daerah Tk II Tabanan, mereka segera meningggalkan tanah hutan penampungan dimaksud. (lokasi diantara pal batas B.971/7 smpai dengan B.971/14). Hasil Pertemuan tanggal 5 September 1980 sebagaimana surat bagian Perencanaan Hutan No. 339/V/7 tanggal 6 September 1980 intinya Para penggarap (6 KK) bersedia pindah dari kawasan hutan apabila Bupati KDH Tk. II Tabanan telah memenuhi janjinya. Ditunjuk kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor : 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang batas temu gelang 188,60 Km, luas ,28 Ha dengan fungsi hutan lindung. Tahun 1984 dilaksanakan tata batas fungsi dengan rincian seperti pada tabel berikut ini : 19

10 Tabel 3.5 Tata batas fungsi pada tahun 1984 No Fungsi yang di Tata Batas Luas (Ha) 1 Hutan Lindung seluas ,40 2 Hutan Wisata seluas 1.269,60 3 Cagar Alam 1.762,80 4 Kebun Raya 129,20 Sumber : Berita Acara Tata Batas Fungsi Dengan SK Menhut Nomor 144/Kpts-II/1996 danau Buyan Tamblingan seluas 1.336,50 Ha ditetapkan sebagai TWA Buyan Tamblingan. Pada Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) terdapat 3 (tiga) danau yaitu danau Beratan, danau Buyan dan danau Tamblingan serta terdapat 6 buah enklave dengan luas total 108,11 Ha. Topogarfinya landai sampai sangat curam. Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) secara administratif terletak di Lintas Kabupaten Buleleng, Badung dan Tabanan. Untuk Kabupaten Buleleng melintas di Kecamatan Banjar, Sukasada, Sawan dan Kubutambahan, untuk Kabupaten Tabanan melintas di Kecamatan Baturiti, Penebel dan Pupuan, untuk Kabupaten Badung melintas di Kecamatan Petang secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Sukasada Banjar, Kubutambahan, Petang, Candikuning, Penebel dan Pupuan Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Pada kelompok hutan Gunung Batukau terdapat beberapa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan diluar kehutanan seperti pada tabel dibawah ini. 20

11 Tabel 3.6 Penggunaan kawasan hutan Gunung Batukau (RTK.4) No PENGGUNA UNTUK 1. PLN PLTB SUTT 150 KV Kapal - Pemaron LUAS (Ha) DOKUMEN 19,24 - Persetujuan Prinsip No.: 576/Menhut_II/1985 (digabung dengan RTK.2 dan termasuk luas digabung ) - Perjanjian Pinjam Pakai No /Kwl-5/93, 001BA/1033/93/PLJTB tgl KETERANGAN - Berlaku dari s/d Kompensasi di Sangeh seluas 3 Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha dan Abang Agung seluas 176,0 Ha (sudah ditetapkan) 2. PLN Wil. XI SKTM 20 KV 0,34 - Persetujuan Prinsip No.: 382/Menhut_VI/1991 (digabung dengan RTK.20) - Perjanjian Pinjam Pakai No. 702/Kwl-5/92, 091PJ/449/1992/M tgl Berlaku dari s/d Tanpa kompensasi 3. PT. Telkom Kandatel Bali Rural Areal III 0,03 - Persetujuan Prinsip No.: 587/Menhut_II/ Perjanjian Pinjam Pakai No. 260/II/Kwl.Bl-5/90, 58/06/KH010/N / Berlaku dari s/d Tanpa kompensasi 4. LIPI Kebun Raya Eka Karya 157,49 - Persetujusn Menhut No.:251/menhut-VII/2001 menjadi KDTK - Belum membuat kesepakatan /Perjanjian Pinjam Pakai 5. Bupati Buleleng Jalan Br. Bingin (Ds. Galungan) 0,19 - Persetujuan Prinsip No.: 079/Menhut_II/ Perjanjian Pinjam Pakai No. 375/II/Kwl.Bl-5/88, 590/684/Pem/ Berlaku dari s/d Tanpa kompensasi 6. PT. Bali Energy Lmt Eksplorasi Panas Bumi Sumber : Data Penggunaan Kawasan Hutan - Sudah dilaksanakan pengukuran pada 3 lokasi - Perjanjian Pinjam Pakai belum jelas hinggan kini SK Penetapan - Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 144/Kpts-II/1996 tanggal 4 April 1996 tentang Penetapan sebagian kawasan hutan Batukau (RTK.4) yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng, Provinsi Daerah Tingkat I Bali, seluas 1.336,50 (Seribu tiga ratus tiga puluh enam, lima puluh perseratus) 21

12 Hektar sebagai Taman Wisata Alam dengan Nama Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan. - Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.2847/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Gunung Batukau (RTK.4) seluas ,90 (Lima belas ribu seratus dua dan Sembilan Puluh Perseratus) Hektar di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali Permasalahan Kawasan Hutan - Terdapat permasalahan kawasan hutan yaitu Pemukiman, dari masyarakat di Munduk Andong Kaja, Gunung Kangin dan Bangli Kaja seluas ± 118,10 Ha. - Permohonan Tukar Menukar an. I. Wayan Puja Umbara belum jelas permohonannya dan belum ada penyelesaiannya. - Terdapat lahan garapan dan rumah/villa oleh masyarakat disekitar Desa Candikuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. 22

13 3.4.5 Peta Kawasan Hutan Gambar 3.4. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Batukau (RTK.4) 3.5. Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd tanggal 6 Januari 1926 dengan penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Januari 1930 dan pengesahan penetapan batas hutan tanggal 29 Oktober Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor : 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang batas temu gelang 44,05 Km, luas 613,00 Ha dengan fungsi hutan lindung. Pada Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5) terdapat 2 buah enklave dengan luas total 22,04 Ha dan topografinya bergelombang sampai curam. 23

14 Kelompok Hutan Munduk Pengajaran (RTK.5) secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Kintamani Barat, UPT KPH Bali Tengah Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tidak ada penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan SK Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.2555/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Munduk Pengajaran (RTK.5) seluas 613 (Enam ratus tiga belas) Hektar di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Peta Kawasan Hutan Gambar 5.5. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung Munduk Pengajaran (RTK.5) 24

15 3.6 Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 9 Agustus 1932 dan pengesahan penetapan batas hutan tanggal 30 Juli Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7) ditata batas pada tahun 1985 dengan Berita Acara Tata Batas luar tanggal dan disahkan tanggal dengan SK Penetapan Nomor : 335/Kpts-II/1987 tanggal Kelompok hutan ini memiliki panjang batas luar keliling 44,20 Km luas 2.528,00 Ha dengan fungís pokok Hutan prduksi terbatas (453,00 Ha) dan Hutan Wisata/Taman Wisata Alam (2.075,00 Ha). Pada Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK. 7) terdapat 1 buah enklave dengan luas 21,8 Ha. Topografinya datar sampai curam. Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK. 7) secara administratif terletak di Desa Kintamani (Kaldera Penelokan), desa Kedisan, Toyo Bungkah, Songan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Penelokan, UPT KPH Bali Timur. 25

16 3.6.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tabel 3.7 penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan NO PENGGUNA UNTUK LUAS DOKUMEN KETERANGAN (Ha) Bupati Bangli Jalan Kedisan - Toyobun gkah - Berlaku dari s/d ,01 - Persetujuan Dirjenhut No.: 3820/07/I/ Perjanjian Pinjam Pakai tanpa Nomor, tgl Sumber : Data Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Hutan Tabel 3.8 permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan N o Pemohon Untuk Luas (Ha) Dokumen Lahan Pengganti (Ha) 1. I Wayan Merta Bangun an 0,45 Persetujuan Menhut no:621/me nhut- VII/1977 Kab Bangli seluas ± 1,05 (menempel KH Gn Batur Bk Payang) - Tanpa Kompensasi. Keterangan Belum ditata batas karena lokasi yang dimohon berfungsi TWA Sumber : Data Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Hutan SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.204/Menhut-II/2014 tanggal 3 Maret 2014 tentang Penetapan Kelompok Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7) seluas (dua ribu lima ratus dua puluh delapan) Hektar dengan fungsi kawasan Taman Wisata Alam seluas (dua ribu tujuh puluh lima) Hektar dan kawasan Hutan produksi terbatas seluas 453 (empat ratus lima puluh tiga) Hektar, yang terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali Permasalahan Kawasan Hutan Kerawanan gangguan hutan yang intensitasnya tinggi adalah kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun pada saat musim kemarau. 26

17 3.6.5 Peta Kawasan Hutan Gambar 3.6. Peta Lampiran SK Penetapan Kelompok Hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK.7) 3.7 Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari 1926 dengan penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Juli 1941 dan pengesahan penetapan batas hutan tanggal 9 Pebruari Sebagian Kelompok hutan ini disekitar Penelokan ditunjuk oleh Menteri Pertanian Nomor. 655/Kpts/Um/10/1978, tanggal 25 Oktober 1978 sebagai Hutan Wisata cq. Taman Wisata Alam seluas 540 Ha. Adanya perluasan kawasan hutan pinjam pakai dengan kompensasi dan tukar menukar kawasan hutan seperti rincian pada tabel dibawah ini. 27

18 Tabel 3.9 Kompensasi dan tukar menukar kawasan hutan Asal BA TB Luas (Ha) Keterangan Fungsi TWA 8 Mei ,27 Penunjukan Penelokan disahkan Mentan Perluasan 10 Agustus1983 disahkan ,87 Penunjukan Mentan Perluasan 15 Agustus 1983 disahkan ,98 Penunjukan Mentan Perluasan 21 Januari ,00 Penunjukan Mentan Perluasan 24 Pebruari 1990 disahkan Perluasan 25 Januari 1992 disahkan PLN PLJTB 22 Mei 1989 disahkan ,10 Penunjukan Mentan 62,50 Kompensasi 176,00 Kompensasi SUTT 150 KV Yayasan Sarana Wana Jaya 15 Januari ,50 Tukar menukar PLN PLJTB 29 Maret 1997 disahkan ,41 Kompensasi SUTT 150 KV Lagoon dan Pipa Avtur Pertamina Waduk Grokgak 26 April1997 disahkan Agustus1999 disahkan ,04 Kompensasi 2,092 Kompensasi PT. BTID 19-Agustus ,200 Tukar menukar Sumber : Data Pinjam Pakai dengan kompensasi Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) terdapat sebanyak 39 buah enklave dengan luas total 908,46 Ha. Topografinya datar, bergelombang sampai sangat curam. Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) secara administratif terletak di Kecamatan Rendang, Selat, Bebandem, Manggis, Abang dan Kubu Kabupaten Karang asem serta Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi 28

19 Hutan (RPH) Rendang, Selat, Bebandem, Karangasem Manggis, Abang, Kubu dan Daya (Karangasem), RPH Penelokan (Bangli), UPT KPH Bali Timur Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tabel 3.10 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan NO PENGGUNA UNTUK LUAS (Ha) DOKUMEN 1. Bupati Bangli Pasar Seni 0,04 - Persetujuan Penelokan Dirjenhut No.: 4293/DJ/I1980 tgl Perjanjian Pinjam Pakai No. :22/TGH- 132/ Perjanjian Kerjasama antara Dirjen Geologi, Sumberdaya Mineral, Pemprov Bali dan BKSDA Bali ttg Kolaborasi KETERANGAN - Perpanjangan sampai Tanpa Kompensasi. 2. Dirjen Pulkanologi Pos Penganma tan Gunung Berapi 3. Diparda Tempat Parkir Penelokan Persetujuan Dirjen PHKA no : 731/DJ- VII/Prog/86, ,17 - Belum ada ijin dari Menhut - Ijin pinjam pakai berakhir tahun Lahan telah bergabung dengan Museum Gunung Berapi 4. PT. Adi Murti Galian Golongan C - Persetujuan prinsip no. : 177/Menhut- II/96, Perjanjian pinjam pakai no : 1284/Kwl- 5/1996, A.3/336/AM/IX/ Ijin sudah dicabut - Berlaku dari s/d 2001 Tabel 3.11 Permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan No Pemohon Untuk Luas (Ha) Dokumen Lahan Pengganti (Ha) Keterangan 1. Md Naris Sanjaya Pura Keluarga 0,15 - Persetujua n Menhut no:639/m enhut- VII/ Kab Bangli seluas ± 1,05 (menempel KH Gn Batur Bk Payang) Sumber : Data Tukar Menukar dan Penggunaan Kawasan Hutan - Belum ditata batas karena lokasi yang dimohon berfungsi TWA 29

20 3.7.3 SK. Penetapan - Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 28/Kpts-II/1990 Tanggal 13 Januari 1990 tentang Penetapan Areal Tanah seluas 275 Ha yang terletak di Wilayah Banjar Pemuteran Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) yang sebagai Kawasan Hutan Lindung. - Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 227/Kpts-II/1990 Tanggal 8 Mei 1990 tentang Penetapan Areal Tanah seluas 176 Ha yang terletak di Wilayah Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) yang sebagai Kawasan Hutan. - Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 247/Kpts-II/1991 Tanggal 6 Mei 1991 tentang Penetapan Perluasan Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 436,10 Ha yang terletak di Wilayah Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali sebagai Kawasan Hutan Lindung. - Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 535/Kpts-II/1995 Tanggal 5 Oktober 1995 tentang Penetapan Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 62,5 Ha yang terletak di Wilayah Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali sebagai Kawasan Hutan Lindung - Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 306/Kpts-II/1998 tentang Penetapan Perluasan kelompok hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 2,41 (Dua, Empat puluh satu perseratus) Hektar yang terletak di Wilayah Kecamatan Kubu, Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem, Provinsi Daerah Tingkat I Bali, Sebagai Kawasan Hutan dengan Fungsi Hutan Lindung. - Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK- 2846/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Gunung 30

21 Abang Agung (RTK.8) seluas ,17 (Empat belas ribu Delapan Ratus Lima Puluh Tujuh dan Tujuh Belas Perseratus) Hektar di kabupaten Bangli dan Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali Peta Kawasan Hutan Gambar 3.7. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) 3.8 Kelompok Hutan Gunung Seraya (RTK.9) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari Penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 17 April 1935 dan pengesahan penetapan batas hutan Tahun Pengukuran lanjutan dan disyahkan tanggal 3 Nopember 1980 dan disahkan pada tanggal Di dalamnya terdapat pura yang disakralkan dalam 31

22 rangkaian Nyegara Gunung yaitu Pura Lempuyang dan topografinya rata-rata sangat curam. Ditetapkan kembali oleh Menteri Pertanian dengan Keputusan nomor : 821/Kpts/Um/11/82, tanggal 10 Nopember 1982 memilik panjang batas keliling/temu gelang 30,10 Km, luas Ha dengan fungsi hutan lindung. Kelompok Hutan Gunung Seraya (RTK. 9) secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Abang dan RPH Karangasem/Manggis, UPT KPH Bali Timur. Terdapat perambahan berupa perladangan oleh masyarakat di wilayah dusun Banyuning dan bangunan tempat ibadah berupa rangkaian Pura Lempuyang Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tidak ada Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan non Kehutanan SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK. 2554/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Gunung Seraya (RTK.9) seluas (Seribu Seratus Sebelas) Hektar di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. 32

23 3.8.4 Peta Kawasan Hutan Gambar 3.8. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung Gunung Seraya (RTK.9) 3.9 Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) Kronologis/Sejarah Kawasan Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10) ditunjuk sebagai kawasan hutan berdasarkan Surat Penunjukkan G.B No. 28 B.b.2 batas definitive mulai berlaku pada tahun Pada tahun 1952 dilaksanakan tata batas namun belum sampai penyelesaian Berita Acara Tata Batasnya. Ditetapakn kembali oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 821/Kpts/Um/II/1982 tanggal 10 Nopember 1982 seluruh kawasan hutan di Provinsi Bali ditunjuk kembali termasuk Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10) dengan luas Ha. 33

24 Pada tahun 1984/1985 Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10) dilaksanakan pengukuran batas fungsi Hutan Lindung dan Hutan produksi. Pada tahun 1987 dilaksanakan pengukuran batas Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10) dengan Berita Acara Tata Batas tanggal 5 Pebruari 1987 dan disyahkan Menteri Kehutanan pada tanggal 10 Pebruari 1988 yang terbagi dalam 4 sub blok yakni: - (RTK.10 A) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di barat laut kelompok hutan yang bersangkutan desa Kuta Kecamatan Kuta mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal batas B.486 sampai kembali ke B.1. - (RTK.10 B) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di barat laut kelompok hutan yang bersangkutan desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal batas B.146 sampai kembali ke B.1. - (RTK.10 C) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di Timur laut kelompok hutan yang bersangkutan desa Serangan Kecamatan Denpasar Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal batas B.128 sampai kembali ke B.1. - (RTK.10 D) tanda batas dimulai dari B.1 yang terletak di Barat laut kelompok hutan yang bersangkutan desa Tanjung Benoa Kecamatan Kuta Selatan mengikuti trayek ukur hingga sampai dengan pal batas B.26 sampai kembali ke B.1. Hasil tata batas Kelompok Hutan ini ditetapkan Menteri Kehutanan dengan SK. Penetapan No. 067/Kpts-II/88 tanggal 15 Pebruari 1988 dengan luas Ha. Akibat adanya tukar menukar kawasan hutan untuk kepentingan yayasan Sarana Wana Jaya seluas 7,5 Ha dan perluasan Bandara Ngurah Rai Tahap I seluas 11 Ha maka luas kawasan hutan Prapat Benoa menjadi 1.373,5 Ha. Berdasarkan SK. Menhut No. 885/Kpts-II/92 tanggal 8 September 1992 Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) diubah 34

25 fungsinya menjadi Taman Wisata Alam. Berdasarkan SK. Menhut No. 544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September 1993 fungsinya dirubah menjadi Taman Hutan Raya (TAHURA) dengan nama TAMAN HUTAN RAYA NGURAH RAI. Berdasarkan SK. Menhut No. 517/Kpts-II/1997 tanggal 12 Agustus 1997, kawasan hutan Tahura Ngurah Rai khususnya Blok C (P. Serangan) dengan luas ± 80,14 ha dirubah fungsinya menjadi Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi untuk pengembangan Pariwisata an. PT.BTID. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.447/Menhut-II/2014 tanggal 30 April 2014 tentang Perubahan Fungsi Antar Fungsi Pokok Kawasan Hutan dari Sebagian Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai menjadi Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi, Yang terletak di Kabupaten Badung, Provinsi Bali seluas ± (Seratus Enam Puluh Sembilan dan Sembilan Puluh Lima Perseratus) Hektar Pada Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) terdapat sebanyak 4 buah enklave dengan luas total 5,35 Ha topografinya ratarata datar karena merupakan hábitat mangrove. Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) secara administratif terletak di Lintas Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Untuk Kabupaten Badung melintas di Kecamatan Kuta, untuk Kota Denpasar melintas di Kecamatan Denpasar Selatan, secara pembagian pemangkuan hutan terletak di wilayah UPT KPH Taman Hutan Raya Ngurah Rai. 35

26 3.9.2 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tabel 3.12 penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan NO PENGGUNA UNTUK LUAS (Ha) DOKUMEN 1. PT. BTDC Lagoon 29,97 - Persetujuan Dirjenhut No.: 492/DJ/I/1977 tgl Perjanjian Pinjam Pakai No. :131/Kwl.Bl-5/1994, 08/SP/II/1994 KETERANGAN - Berlaku dari s/d Kompensasi.telah seslesai - Belum ada perpanjangan waktu 2. PT. BTDC Jalan Pintas Utara 3,03 - Persetujuan Prinsip Menhut no : 903/Menhut-II/90, - Perjanjian Pinjam Pakai No. :1030/Kwl.Bl-2/ Berlaku dari s/d Kompensasi.telah seslesai - Belum ada perpanjangan waktu 3. Dep. PU Estuary DAM 4. PT. PLN PLJTB SUTT 150 KV 46,65 - Persetujuan Prinsip Menhut no : 1223/Menhut-II/93, - Perjanjian Pinjam Pakai No. :36.1/Kwl-5/1994 dan 001//SPK-W14/II/1994 4,66 38,55 8,10 0,63 0,09 - Persetujuan prinsip no. : 795/VIII-4/84 untuk Pesanggaran Kuta - Persetujuan prinsip no. : 93/VIII-4/85 untuk Pesanggaran-Nusa Dua I - Persetujuan prinsip no. : 800/VIII-4/84 untuk Pesanggaran-Sanur - Perjanjian pinjam pakai no : 342.1/Kwl-5/1993 dan, 001BA/1033/93/PLJTB - Persetujuan prinsip no. : 828/Menhut-II/91 untuk SUTT dan Perluasan Gardu Induk Nusa Dua tahap II - Perjanjian pinjam pakai no : 2645/Kwl-5/2000 dan, 341.A/PJ/060/P3B/ Persetujuan prinsip no. : 952/Menhut-VI/95 untuk Ka[al-Pesanggaran-Sanur - Perjanjian pinjam pakai no : 1836.a/Kwl-5/1996 dan, 001PJ/1033/PikitringJIN/96 - Berlaku dari s/d Kompensasi.belum ditata batas - Belum ada perpanjangan waktu - Berlaku dari s/d Kompensasi di Sangeh seluas 3 Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha dan Abang Agung seluas 176,0 Ha (sudah ditetapkan) - Berlaku dari tahun 2000 s/d Kompensasi di gabung dengan kompensasi perluasan GI Pesanggaran luas menjadi 2,41 Ha digabung dengan KH Gn Abang Agung (RTK.8) - Berlaku dari tahun 1996 s/d Kompensasi di Melaya dan Blimbing sari ± 3,367 Ha belum ditata batas 5. PT. Indonesia Power Perluasan Gardu Induk Pesanggar an tahap I dan II 6. PLN Wil XI Tranmisi 70 KV Jimbaran- Bualu- Serangan 0,20 0,63 - Persetujuan prinsip no. : 450/Menhut-II/92 untuk perluasan GI Pesanggaran - Perjanjian pinjam pakai no : 529/Kwl-5/1992 dan, 037PJ/071/92 M - Perjanjian pinjam pakai no : 342.1/Kwl-5/1993 dan, 001BA/1033/93/PLJTB M 14,34 - Persetujuan prinsip no. : 3618/DJ/I/77 - Perjanjian pinjam pakai no : 06/TGH.132/ Berlaku dari s/d Berlaku dari s/d Kompensasi di gabung dengan kompensasi perluasan GI Nusa Dua luas menjadi 2,41 Ha digabung dengan KH Gn Abang Agung (RTK.8 - Berlaku dari s/d Tanpa kompensasi 36

27 7. Dep. PU Jln Bay pass Nusa Dua 7,9 - Persetujuan prinsip no. : 3613/DJ/I/78 - Perjanjian pinjam pakai no : 26/TGH.132/ Berlaku dari s/d Tanpa kompensasi 8. Gubernur Bali BPP Kramik 1,37 - Perpanjangan Kakanwil Hut Bali no. : 1583/KWL-5/96 - Perjanjian pinjam pakai no : 1536/KWL-5/ Perjanjian Kerjasama no : 522/1113/DISHUT-4/2007, no : S1143/IV-K17/PPA-2/07 dan 229/PSTKP/BPPT/X/07 - Berlaku dari s/d Tanpa kompensasi - 9. Dep. PU TPA Sampah 10. BMG Menara Pemantau Angin 14,4 - Persetujuan prinsip no. : 231/Menhut-II/84 seluas 10 Ha - Perjanjian pinjam pakai no : 823/II/Kwl.BL-5/88 dan TN.1014-W.14/828 - Telah ada Berita Acara Pengembalian. - Berita Acara Adendum no : 928/Kwl-5/1992 tentang serah terima oleh Dinas PU 0,02 - Persetujuan prinsip no. : 1135/Menhut-II/90 - Perjanjian pinjam pakai no : 382/Kwl.BL-II/ Dep. PU IPAL 10,0 - Persetujuan prinsip no. : 680/Menhutbun-VIII/ Ijin Menhut no : 1493/Menhut- IV/2002 ttg ijin penggunaan KH Tahura Ngurah Rai untuk IPAL 12. PT. Pertamina Lintasan Pipa Avtur 13. SARBAGITA Instalasi pengelolaa n sampah terpadu 14. PT. BTID Jalan menuju Serangan 15. Dep. PU Jalan TOL Nusa Dua- Ngurah Rai-Benoa 16. Dinas PU U Turn Timur Underpass Simpang Dewaruci 0,04 - Persetujuan prinsip no. : 322/Menhut-II/92 - Perjanjian pinjam pakai no : 551/Kwl-5/1994 dan 015A/F5000/94/SO - Perpanjangan pinjam pakai no : 2128/Kwl-5/ ,0 - Persetujuan prinsip no. : S.113/Menhut-IV/2004 ttg ijin penggunaan seluas 10 Ha dan seluas 20 Ha untuk direhabilitasi - Penetapan lahan IPST di TAHURA Ngurah Rai no : 233/BPKS IV/2007 5,28 - Persetujuan prinsip no. : 1161/Menhut-IV/1994 ttg blok pemanfaatan TAHURA Ngurah rai seluas 445 Ha diserahkan pengelolaannya kepada PT. BTID - Persetujuan Menhut No : 474/Menhut-IV/2011 dan no : S.534/Menhut-IV/2011 dan no : S.220/Menhut-IV/2013 tgl. 21 Maret ,17 - Surat Persetujuan Menteri Kehutanan No.S.220/MENHUT-IV/2013 tanggal 21 Maret 2013 Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan - Berlaku dari s/d Berlaku dari s/d Tanpa kompensasi - - Kompensasi di Jembrana bergabung dengan KH Budeng (RTK.30) - Berlaku dari s/d Kompensasi gabung dengan kompensasi lagoon di Abang Agung - Belum ada perjanjian pnjam pakai - Belum ada perjanjian pinjam pakai - Kerjasama/kolaborasi - Sudah ditatabatas dan sudah di supervisi, dituangkan dalam berita acara tgl 24 Pebruari Luas 1700 M2, panjang 291,73 meter. 37

28 Tabel 3.13 Tukar Menukar Kelompok Hutan Prapat benoa (RTK.10) No Pemohon Peruntuka n 1. PT. BTID Pengemban gan Pariwisata Luas (Ha) 62,1 Dokumen - Persetujuan Menhut no:904/menhut- II/97-647/Menhutbun- II/ S.480/Menhut- VII/ 2004 Lahan Pengganti (Ha) - Kab. Karangasem seluas 40,02 - Kab Jembrana seluas 44,05 Keteranga n - Areal yang dilepas sudah disahkan - Lahan pengganti sudah disahkan dan ditetapkan 2. Angkasa Pura Perluasan Bandara Ngurah Rai 12,0 - Persetujuan Menhut no.942?menhut- VII/ /Menhutbun- VII/ 1999 (lahan pengganti) Sumber : Data Tukar Menukar kawasan Hutan - Kab Jembrana seluas 12,97 - Areal yang dilepas fungsi TAHURA - Lahan pengganti sudah disahkan/ ditetapkan Tabel 3.14 permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan No 1. Pemoho n AA. Rosiawati Peruntuka n Pura Keluarga Luas (Ha) 0,023 Dokumen - Persetujuan Menhutbun no:650/menhutbun- VII/ Perpanjangan ijin no : S.436/Menhut-II/04 Lahan Pengganti (Ha) - Kab Badung seluas 0,08 Keteranga n - Belum ditata batas karena tidak ada rekomendas i dari DPRD 2. IB Sura Kusuma Bangunan 0,023 - Permohonan baru sampai di DISHUT Bali - Kab Badung seluas 0,03 - Lahan yang dimohon sudah ada bangunan bersertifikat Sumber : Data Permohonan Tukar Menukar Kawasan Hutan SK. Penetapan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 067/Kpts-II/88 tanggal 15 Pebruari 1988 tentang Penetapan Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK.10) seluas HA di Kabupaten Dati II Badung, Propinsi Dati I Bali. 38

29 3.9.4 Permasalahan Kawasan Hutan Tabel 3.15 Permasalahan di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) seperti persertifikatan kawasan hutan adalah sebagai berikut : No Nama Pemilik Luas Penggunaan No. Sertifikat Posisi 1. I wayan Suka Bangunan rumah No tanggal B.469-B Ps. No. 86, PP No I wayan Suka Bangunan rumah No tanggal Ps No. 9, PP No. 396 B.469-B Ni Wayan Sudarti Bangunan rumah No tanggal Ps No. 89, PP No. 908 B.469-B I wayan Rembyok Bangunan rumah No tanggal Ps no. 89c, PP No. 334 B.469-B I Ketut Urip Bangunan rumah No tanggal Ps no. 89c, PP No. 908 B.469-B I Wayan Lunas Bangunan rumah No tanggal Ps no. 89c, PP No. 908 B.469-B I Wayan Suadi Bangunan rumah No tanggal Ps no. 517c, PP No. 89c B.469-B I Ketut Konde Bangunan rumah No.- tanggal - Ps no. 89c, PP No. 517 B.469-B I wayan Buda I made Dogor, Luh Sendri, Ni Putu Wati, Made Warta dan Nyoman Wartika Bangunan rumah Tanah Kaplingan dan Bangunan rumah No. - tanggal - Ps no. 89c, PP No. 53 No tanggal B.469-B.470 B.41 B I Wayan Wija/ Tjegeg Bangunan rumah No tanggal B.78 B I B Surakusuma/I B Lolek Bangunan rumah No tanggal B.226 B I Nyoman Sudri/ Artono - No tanggal B.37 B I Ketut Lolong, Made Kadiana, Nyoman Suarta (PT. Bali Siki Utama) Tanah kaplingan dan Bangunan rumah No. 257 tanggal tahun 1978 B.283 B

30 15. Ds. Adat Kedonganan Bangunan Sekolah SMA N 2 No tanggal Drs. I Wayan Suwitra Dipagar seng dan telah diurug No tanggal Sumber : Data persertifikatan di atas diperoleh dari RPH Tahura Ngurah Rai - 40

31 3.9.5 Peta Kawasan Hutan 41

32 Gambar 3.9. Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) 3.10 Kelompok Hutan Yeh Ayah (RTK.11) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari Penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 13 Juni pengesahan penetapan batas hutan tanggal 25 September Adanya perluasan 1933 dan seluas 83,73 Ha yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dengan SK. Penetapan No375/Kpts-II/86 tanggal 24 Nopember 1986, dengan luas total 575,73 Ha. memilik panjang batas 35,84 Km, dengan fungsi hutan lindung. Topografinya sangat curam. Kelompok hutan Yeh Ayah (RTK.11) secara administratif terletak di Kecamatan Selemadeg dan Pupuan Kabupaten Tabanan, 42

33 secara administrasi pengelolaan/ kepemangkuan hutan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Antosari, UPT. KPH Bali Barat. merupakan Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tabel.3.16 penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan non Kehutanan. No Pengguna Untuk Luas (Ha) 1. Balai Meteorolgi dan Geofisika Alat sensor Telemetri Dokumen 0,04 - Persetujuan Prinsip Menhut No.: 521/Menhut-II/1989. Perjanjian Pinjam Pakai no : 1442.A/II/Kwl.BL-5/91 dan HK.303/1999/VIII.III-91 Keterangan - Berlaku dari s/d Tanpa Kompensasi. 2. Gubernur Bali Jln Juwuk Manis Pangiyangan 3,0 - Persetujuan Prinsip Menhut No.: 370/Menhut-II/ Belum ada Perjanjian Pinjam Pakai - Lahan kompensasi belum terealisasi 3. PT. Telkom UPNR Jalan menuju Relay Microwave 0,24 - Perjanjian Pinjam Pakai No:1371.1/Kwl-5/1997 dan Tel10A/02/HK810/UN10.00/ 9 - Persetujuan Perpanjangan Menhut No.: S.696/Menhut- VII/2006 tgl dengan kompensasai 1 : 2. - Perjanjian pinjam pakai tahap II belum ada - Lahan kompensasi belum disiapkan Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.2553/Menhut-VII/KUH/2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Yeh Ayah (RTK.11) seluas 575,73 (Lima Ratus Tujuh Puluh Lima dan Tujuh Puluh Tiga Perseratus) Hektar di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali Permasalahan Kawasan Hutan Kerawanan gangguan hutan berupa penggunaan kawasan hutan untuk kebun kopi, coklat dan lain-lain oleh masyrakat. Tidak ada Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan non Kehutanan. 43

34 Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung Yeh Ayah (RTK.11) 3.11 Kelompok Hutan Yeh Leh Yeh Lebah (RTK.12) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari Penunjukan penetapan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4. Pengumuman pemancangan sementara tanggal 13 Juni pengesahan penetapan batas hutan tanggal 25 September Adanya perluasan 1933 dan seluas 83,73 Ha yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dengan SK. Penetapan No375/Kpts-II/86 tanggal 24 Nopember 1986, dengan luas total 575,73 Ha. memilik panjang batas 35,84 Km, dengan fungsi hutan lindung. Topografinya sangat curam. 44

35 Kelompok hutan Yeh Ayah (RTK.11) secara administratif terletak di Kecamatan Selemadeg dan Pupuan Kabupaten Tabanan, secara administrasi pengelolaan/ kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Antosari, UPT. KPH Bali Barat Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tidak ada Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan non Kehutanan SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.2552/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 7 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Yeh Leh Yeh Lebah (RTK.12) seluas 4.686,30 (Empat Ribu Enam Ratus Delapan Puluh Enam dan Tiga Puluh Perseratus) Hektar di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Jembranan, Provinsi Bali Permasalahan Kawasan Hutan Kerawanan gangguan hutan yang intensitasnya paling tinggi adalah pengerjaan kawasan hutan untuk kebun kopi, kakau dan pisang dan pengerjaannya sudah sejak tahun

36 Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung Yeh Leh Yeh Lebah (RTK.12) 3.12 Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan bali Barat (RTK.19) merupakan gabungan dari lima kelompok hutan antara lain : - Kelompok Hutan Gunung Sanghyang (RTK.13) ditunjuk berdasarkan SK Gubernur Hindia Belanda tanggal 29 Mei 1927 No. 28 Sub A.a.2 dan b.1; - Kelompok Hutan Gunung Bakungan (RTK.14) ditunjuk berdasarkan SK Gubernur Hindia Belanda tanggal 29 Mei 1927 No. 28 Sub A.a.1; - Kelompok Hutan Gunung Prapat Agung (RTK.16) ditunjuk berdasarkan usul penetapan No 1643/71/IV, tanggal 2 Oktober 1936; 46

37 - Banyuwedang ditunjuk dengan usul penunjukan No 2077/42, tanggal 16 Juni 1947 dan Keputusan Dewan Raja-raja Bali Nomor : E1/4/4 tanggal 13 Agustus 1947; - Kelompok Hutan Gunung Candikusuma ditunjuk berdasarkan dengan usul penunjukan No 5241/71/IV, tanggal 2 Nopember 1940 dan SK Residen Bali tanggal 24 Maret 1941 No. 12/P.A.S; Tata batas untuk wilayah Kabupaten Jembrana dilaksanakan tahun 1977, Berita acara tata batas di buat tanggal 31 maret 1977 disyahkan tanggal 7 September 1977 dan tata batas untuk wilayah Kabupaten Buleleng dilaksanakan tahun 1977 dan tahun 1990, Berita acara tata batas di buat tanggal 29 Juli 1991 disyahkan tanggal 24 Pebruari 1993 dengan surat Keputusan Penetapan Menteri Kehutanan No. 204/Kpts-II/1993, tanggal 27 Pebruari 1993 dengan luas ha Kawasan Taman Nasional Bali Barat - Keputusan Dewan Raja-raja di Bali Nomor : E.1/4/5/47 tanggal 13 Agustus 1947 menetapkan kawasan Banyuwedang seluas ,6 Ha sebagai Taman Perlindungan Alam Bali. - Oleh Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor 429/Kpts/Org/7/1978, namanya di rubah menjadi Suaka Alam Bali Barat. - Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor 169/Kpts/Um/3/1978, tanggal 30 Nopember 1978 menunjuk Pulau Menjangan, Pulau Kalong, Pulau Burung dan Pulau Gadung seluas 193 Ha sebagai Kawasan Suaka Alam dan digabung dengan Suaka Alam Bali Barat. - Pada tahun 1989 dilakukan tata batas Suaka Alam Pulau Menjangan dan Gunung Prapat Agung Berita Acara Panitia Tata batas di buat bulan Maret

38 - Dideklarasikan oleh Menteri Pertanian menjadi calon Taman Nasional Bali Barat melalui Surat Keputusan Nomor 736/Mentan/X/1982, tanggal 14 Oktober Oleh Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor 096/Kpts- II/1984, tanggal 12 Mei 1984 kawasan Suaka Alam Bali Barat ditunjuk menjadi Taman Nasional Bali Barat yang dikelola oleh UPT TNBB. - Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 493/Kpts-II/1995, tanggal 15 September 1995 tentang Perubahan fungsi dari kawasan hutan Suaka Alam Bali Barat menjadi Taman Nasonal Bali Barat dengan luas ,89 Ha (termasuk perairan laut dan sekitarnya seluas Ha). Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19) secara administratif terletak di Lintas Kabupaten Buleleng (Gerokgak, Seririt dan Busungbiu) dan Kabupaen Jembrana Kecamatan Pekutatan, Mendoyo, Negara dan Melaya). Secara pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Pekutatan, Yeh Embang, Tegal Cangkring, Candi Kusuma, Penginuman, Sumber Kelampok, Sumberkima, Gerokgak, Seririt, Busungbiu dan Dadap Putih, UPT KPH Bali Barat Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tabel 3.17 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan Non Kehutanan NO PENGGUNA UNTUK 1. PT. PLN PLJTB SUTT 150 KV Kapal- Gilimanuk LUAS (Ha) 46,56 DOKUMEN - Persetujuan Prinsip Menhut No.: 684/VII-4/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 342.1I/Kwl.BL-5/93 dan 001BA/1033/93/PLJTB KETERANGAN - Berlaku dari s/d Kompensasi di Sangeh seluas 3 Ha, Penulisan Kintamani seluas 26,6 ha dan Abang Agung seluas 176,0 Ha (sudah ditetapkan) 2. PT. PLN PLJTB SUTT 150 KV Lampu Nerah- Gilimanuk- Pemaron Rural Areal III 3,22 - Persetujuan Prinsip Menhut No.: 252/Menhut-VI/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 1837.a/Kwl-5/96 dan 002/PI/1033/Pikitring/JTN/9 6 - Berlaku dari s/d Kompensasi di Melaya dan Blimbingsari seluas ± 3,367 Ha dan belum ditata batas 48

39 3. PT. Telkom Rural Areal II Banyupoh 0,03 - Persetujuan Prinsip Menhut No.: 1844/Menhut-II/91 tgl Perpanjangan Kanwil no : 767/Kwl-5/97 tgl Perjanjian Pinjam Pakai no : 872.A/Kwl-5/97 dan Tel.17/03/HK.810/UN1000/ 96 - Berlaku dari s/d Tanpa ada kompensasi 4. Bupati Buleleng Jl Pucak sari - Pelaga Pemberian ijin prinsip Dirjenhut no 4473/DJ/I/80 tgl Perjanjian Pinjam Pakai no : 4/TGH.132/1981 tgl Surat Bupati no 522/6239/Ek/91 perihal mohon perpanjangan ijin - Berlaku dari s/d Tanpa ada kompensasi 5. Bupati Buleleng SD Sumber Klampok dan lap olah raga 1,0 - Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 3067/DJ/I/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 04/TGH.132/ Berlaku dari s/d Tanpa ada kompensasi 6. Dirjen Bina Marga Jalan Denpasar- Gilimanuk Jalan dan Relay 8,16 - Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 138/DJ/I/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 7/TGH.132/ Berlaku dari s/d Tanpa ada kompensasi 7. PT. Telkom UNPR Microwave 4,69 - Persetujuan Kakanwil no 1347/Kwl-5/96 tgl Perjanjian Pinjam Pakai No : 1663/Kwl-5//96, Tel.17/03/HK810/UN.10.00/ 97 - Persetujuan Perpanjangan Menhut No.: S.696/Menhut- VII/2006 tgl dengan kompensasai 1 : 2. - Berlaku dari tgl s/d Perjanjian pinjam pakai tahap II belum ada - Lahan kompensasi belum disiapkan 8. Balai Meteoro logi dan goefisika Alat sensor telemetri Persetujuan Prinsip Menhut No.: 521/Menhut-II/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 1442.A/II/Kwl.BL-5/91 dan HK.303/1999/VIII.III-91 - Berlaku dari s/d Tanpa Kompensasi 9. PT. Cipta Karya Bronkopteri ng bak Pengumpul dan Sumur Bor air bersih 0,18 - Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 572/DJ/I/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 8/TGH.132/ Berlaku dari s/d Tanpa Kompensasi 10. Dispenda Bali Kantor Pangkalan Dispenda di cekik 1,0 - Persetujuan Prinsip Menhut No.: 1508/Menhut-II/ Persetujuan menhut perpanjangan pinjam pakai no :1820/Menhut-II/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 141.4/II/Kwl.BL-5/96 dan /1065/Dispenda - Berlaku dari s/d Lahan kompensasi belum selesai - Lokasi pinjam pakai telah berubah menjadi Jembatan Timbang 49

40 11. Dinas PU Bangunan Pos PU 0,25 - Persetujuan Prinsip Dirjenhut No.: 4190/DJ/I/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 25/TGH.132/ Persetujuan menhut perpanjangan pinjam pakai no :526/Menhut-II/ Berlaku dari s/d Lahan kompensasi belum ada/selesai - Lahan sudah tidak digunakan lagi 12. Dinas Hub. Jembatan Timbang 1,0 - Ijin Dinas Kehutanan No.: 2 tahun Perjanjian Pinjam Pakai no : 3 tahun Ijin Dirjen PHKA no :S.99/IV-KKBHL/2011 (perpanjangan pinjam pakai dgn system Kerjasama/Kolaborasi sama TNBB - Lahan pnjam pakai diperluas dan Pos Dispenda tidak kelihatan - Terdapat bangunan mess Dispenda - Lahan kompensasi belum selesai RRI Kepala Dusun Klatakan Tapak station Relay RRI Bangunan Balai Dusun Klatakan 4,687 0,03 Sumber: Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan Tabel 3.18 Tukar menukar kawasan hutan No Pemohon Peruntukan Luas (Ha) 1. Gubernur Bali Waduk Palasari - Persetujuan Prinsip Menhut No.:370/Menhut-II/ Persetujuan Dirjen PHKA No.: 387/DJ- IV/BinProg/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 2881.A/PPA.030/TNBB/198 7 Dokumen 115,0 - Persetujuan Menhut no:1024/dj/i/1 976 Sumber: Data Tukar Menukar Kawasan Hutan SK Penetapan Lahan Pengganti (Ha) - Kab Jembrana (Sombang) seluas Belum pernah diukur - Tanpa kompensasi - Berlaku dari 1987 s/d Tanpa kompensasi Keterangan - Tukar menukar telah selesai - Lahan pengganti setelah diukur seluas 383,10 Ha - Pada lahan pengganti terdapat lahan garapan masyarakat seperti sawah dan hingga sekarang masih berada dalam kawasan hutan dan sudah bersrtifikat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.2849/Menhut-VII/KUH/ 2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan pada kelompok hutan Bali Barat (RTK.19) seluas ,84 (Delapan puluh enam ribu enam ratus empat puluh 50

41 sembilan dan delapan puluh empat perseratus) Hektar di Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali Permasalahan Kawasan Hutan Kerawanan gangguan hutan intensitasnya sangat tinggi yaitu mulai dari perambahan dan pengerjaan kawasan hutan untuk ladang, kebun kopi, pisang dan lainnya. Penebangan liar pucaknya terjadi awal reformasi tahun 1999 dilakukan secara masal sehingga tanaman jati dibabat habis dan hingga sekarang secara sporadis penebangan ilegal masih ada. Kebakaran hutan sering terjadi di Hutan Produksi seperti di Pegunungan Klatakan serta pencarian kayu bakar yang berintensitas tinggi oleh penduduk sehingga jangka panjang dapat merusak hutan. Terdapat lahan bersertifikat diwilayah kecamatan Melaya dan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Tabel 3.19 permasalahan kawasan hutan pada keompok Hutan Bali barat (RTK.19) No Oleh Permasalahan Saran Tindak Lanjut Eksodus Timor Timur - Pada tahun 1999 Timor Timur lepas dari NKRI - Pemerintah Prov dan Kab Buleleng mengarahkan pada Kawasan Hutan Produksi Bali Barat (RPH. Sumber Klampok) - Terjadi perambahan kawasan hutan dan pengkavlingan lokasi - Terdapat Bangunan permanen dal lahan garapan oleh masyarakat semakin meluas - Kerjasama Dep Transmigrasi dan pemukiman Perambah Hutan untuk melakukan sosialisasi transmigrasi yang diarahkan di Wilayah NTB. - Permasalahan belum diselesaikan hingga sekarang Sumber : Data Identifikasi Permasalahan Tenurial Kawasan Hutan 51

42 Peta Kawasan Hutan Gambar Peta lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Bali Barat (RTK.19) 52

43 3.13 Kelompok Hutan Penulisan Kintamani (RTK.20) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda Nomor 19/90/Va Insp/Bw 6a.Afd, tanggal 6 Januari Penetapan penunjukan G.B. tanggal 29 Mei 1927, nomor 28 Sub A.a.4. Kelompok Hutan ini merupakan penggabungan 2 kelompok hutan yaitu Penulisan dan Kintamani. Tata batas untuk wilayah Kabupaten Bangli dilaksanakan tahun 1980, Berita acara tata batas dibuat tanggal 9 Nopember 1980 disyahkan 29 Januari Adanya perluasan akibat kompensasi PLN dengan Berita Acara Tata Batas dibuat tanggal 30 Juni 1989 disyahkan 18 Oktober 1990 dengan penetapan Menhut nomor : 611/Kpts-II/90 tanggal 23 Oktober 1990 dengan luas 26,6 Ha. Tata batas untuk wilayah Kabupaten Buleleng dilaksanakan tahun 1990, Berita acara tata batas di buat tanggal 27 Maret 1991 di syahkan tanggal 16 Mei 1995 dengan surat Keputusan Penetapan Menteri Kehutanan No. 616/Kpts-II/1995 tanggal 16 Nopember 1995 dengan luas 1.629,95 ha. Kelompok Hutan ini memiliki panjang batas luar keliling 223,73 Km luas 5.849,25 dengan fungsi pokok Hutan Lindung (5.663,73 Ha) dan Hutan prduksi terbatas (185,55 Ha). Pada Kelompok hutan Penulisan Kintamani (RTK. 20) terdapat sebanyak 9 buah enklave dengan luas total 673,81 Ha. Topografinya mulai datar dibagian atas sampai sangat curam pada lereng selatan dan utara. Kelompok hutan Penulisan Kintamani (RTK. 20) secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli dan Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Kintamani Timur dan RPH Tejakula, UPT KPH Bali Timur. 53

44 Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tabel 3.20 Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan pada kelompok hutan Kintamani (RTK.20) NO PENGGUNA UNTUK LUAS (Ha) DOKUMEN KETERANGA N PT. Telkom Stasiun 0,14 - Persetujuan Prinsip Menhut - Tanpa Lahan Repeatur UHF No.: 370/Menhut-II/1988. Kompensasi 2. PLN Wil XI SKTM 20 KV 1,03 - Persetujuan Prinsip Menhut No.: 382/Menhut-VI/ Perjanjian Pinjam Pakai no : 702/Kwl-5/1992 dan 091.PJ/449/1992/M - Berlaku dari s/d Tanpa Lahan Kompensasi Sumber : Data Pinjam Pakai Kawasan Hutan Tabel 3.21 permohonan Tukar menukar Kawasan Hutan pada kelompok hutan Kintamani (RTK.20) No Pemohon Peruntukan Luas (Ha) Dokumen Lahan Pengganti (Ha) Keterangan I Nengah Rumah 0,05 Aryana Keluarga I Md Kaler I Ketut Seker Rumah Keluarga Bangunan 0, Persetuju an Menhut no:138/m enhut- II/ Persetuju an Menhut no:136/m enhut- II/ Belum ada ijin Menteri Kehutanan Sumber : Data Tukar Menukar Kawasan Hutan - Kab Bangli seluas 0,35 (menempel KH Penulisan Kintamani) - Kab Bangli seluas 1,17 (menempel KH Penulisan Kintamani) - Kab. Bangli seluas 0,06 (menempel dengan Enklave Siakin) - Sudah ditata batas areal dimohon dan pengganti tapi belum dibuat Berita Acara oleh Sub BIPHUT Singaraja - Sudah ditata batas areal dimohon dan pengganti tapi belum dibuat Berita Acara oleh Sub BIPHUT Singaraja - Sudah ada bangunan sejak

45 SK. Penetapan - Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 432/Kpts-II/1987 tanggal 31 Desember 1987 tentang Penetapan sebagian Kelompok Hutan Penulisan Kintamani seluas 190,4 Ha di Dati II Buleleng, Provinsi Dati I Bali sebagai Kawasan Hutan dengan fungsi sebagai Hutan Produksi Terbatas. - Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 611/Kpts-II/1990 tanggal 20 Oktober 1990 tentang Penetapan perluasan Kelompok Hutan Penulisan Kintamani seluas 26,6 Ha di Dati II Bangli, Provinsi Dati I Bali sebagai Hutan Lindung. - Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 616/Kpts-II/1995 tanggal 16 Nopember 1995 tentang Penetapan kelompok Hutan Penulisan-Kintamani (RTK.20), terletak di Provinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 5.822,65 (Lima ribu delapan ratus dua puluh dua, enam puluh lima perseratus) Hektar yang terdiri dari seluas 4.192,7 (Empat ribu seratus sembilan puluh dua, tujuh persepuluh) Hektar di Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli, sebagai kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas dhan seluas 1.629,95 (Serib enam ratus dua puluh sembilan, sembilan puluh lima perseratus) Hektar di Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng, sebagai Kawasan Hutan dengan Fungsi Hutan Lindung Permasalahan Kawasan Hutan Kerawanan gangguan hutan relatif tinggi berupa perambahan pada musim hujan, penebangan liar kayu pinus, perladangan dan pencarian kayu bakar oleh penduduk setempat serta terdapat galian C. 55

46 Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK. Penetapan Kelompok Hutan Penulisan Kintamani (RTK.20) 3.14 Kelompok Hutan Sangeh (RTK.21) Kronologis/Sejarah Kawasan Usul penunjukan dengan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Van Nederlands tanggal 21 Pebruari 1919 Nomor 6 Stbl 1919 no 90 sebagai Cagar Alam (Natuur monumenten) seluas 10,8 Ha dengan panjang batas 1,28 Km dengan pal batas sejumlah 17 buah. Berita Acara Tata batas (panitia) tanggal 31 Juli 1979, pengesahan Berita acara oleh Menteri Pertanian tanggal 3 Desember 1979 penetapan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember Pada tahun 1988/1989 mendapat perluasan dengan kompensasi SUTT 150 KV seluas 3,17 Ha Berita 56

47 Acara dibuat tanggal 19 Mei sehingga luasnya menjadi 13,97 Ha dengan panjang batas 1,94 Km dan pal batas sejumlah 37 buah dengan fungsi hutan Cagar Alam. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 87/Kpts-II/93 tanggal 16 Pebruari 1993 dirubah fungsinya nenjadi Taman Wisata Alam. Telah ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dengan surat nomor : SK.203/Menhut-II/2014 tanggal 3 Maret 2014 seluas 13,91 Ha dengan fungsi sebagai Cagar Alam (CA). Kelompok Hutan Sangeh (RTK.21) secara administratif terletak di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Petang, UPT KPH Bali Tengah. Pengelolaan TWA ini dilakukan oleh Desa Adat Sangeh, Pihak Kehutanan cq Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali hanya melakukan pembinaan habitat dan pengamanan hutan serta Satwanya SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.203/Menhut-II/2014 tanggal 3 Maret 2014 tentang Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.21) seluas 13,91 (tiga belas dan sembilan puluh satu perseratus) Hektar di Kabupaten Badung, Provinsi Bali. 57

48 Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.22) 3.15 Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK.22) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK.22) ditunjuk berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1013/Kpts/Wn/12/1981, tanggal 10 Desember Ditetapkan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan Nomor 821/Kpts/Um- II/82. Kelompok hutan ini diukur definitif pada tahun 1980 dan Berita Acara Tata Batas tanggal 6 Pebruari 1982 disahkan tanggal 2 April 1984 dengan luas 202 Ha memiliki panjang batas luar keliling 11,80 Km dengan fungsi pokok hutan lindung. Telah ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dengan surat nomor : SK.172/Menhut-II/2014 tanggal 3 Pebruari 2014 seluas 202,00 Ha dengan fungsi sebagai Hutan Lindung (HL). Topografinya datar karena merupakan hábitat mangrove. 58

49 Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK. 22) secara administratif terletak di Kecamatan Nusa Penida/Pulau Lembongan, Kabupaten Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida, UPT KPH Bali Timur Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non Kehutanan dan tidak ada kerawanan gangguan hutan SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.172/Menhut-II/2014 tanggal 19 Pebruari 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Nusa Lembongan (RTK.22) seluas 202 (Dua ratus dua) Hektar yang terletak di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. 59

50 Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK Penetaan Kawasan Hutan Lindung Nusa Lembongan (RTK.22) 3.16 Kelompok Hutan Bunutan (RTK.23) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan Bunutan (RTK.23) ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 579/Kpts/Um-II/1978 tanggal 18 September Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor.369/Kpts/II/1986 tanggal 29 Nopember Kelompok hutan ini diukur definitif pada tahun 1986 dan Berita Acara Tata Batas tanggal 29 Januari 1986 disahkan tanggal 11 Nopember 1986 dengan luas 126,70 Ha memiliki panjang batas luar keliling 15,28 Km dengan fungsi pokok hutan Lindung. Kelompok hutan ini terdiri dari 3 bagian yaitu Bukit Balang (86,10 ha), Bukit Pengelengan (37,10 Ha) dan Yeh Mesong (3,5 Ha). Topografinya landai sampai curam. 60

51 Kelompok hutan Bunutan (RTK. 23) secara administratif terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Abang, UPT KPH Bali Timur Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untu kepentingan non Kehutanan dan tidak ada kerawanan gangguan hutan SK. Penetapan Surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 369/Kpts- II/ November 1986 tentang Penetapan Kawasan Hutan Lindung Bunutan (RTK.23) seluas ± 126,70 Ha di DATI II Karangasem, DATI I Bali Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK Penetapan Hutan Lindung Bunutan (RTK.23) 61

52 3.17 Kelompok Hutan Bukit Gumang (RTK.24) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan Bukit Gumang (RTK.24) ditunjuk sebagai Kawasan Hutan akibat dari tukar menukar sebagian Kawasan Hutan Prapat Benoa seluas 11 Ha untuk pengembangan Bandara Udara Ngurah Rai Tahap I. Kelompok hutan ini ditunjuk dengan SK Menteri Kehutanan Nomor : 390/Menhut-II/1987 tanggal 26 Oktober Kelompok Hutan ini diukur definitif pada tahun 1987 dengan Berita Acara dibuat tanggal 20 Pebruari 1988 disyahkan tanggal 20 Maret 1989 dengan luas 22,0 Ha memiliki panjang batas luar keliling 3,8 Km Jumlah pal batas 60 buah dengan fungsi sebagai hutan Lindung. Topografinya landai pada bagian utara dan curam pada bagian selatan. Kelompok Hutan Bukit gumang rencana ada perluasan karena kompensasi pinjam pakai kawasan hutan oleh Departemen PU untuk Estuary DAM di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) namun hingga sekarang belum ditata batas karena terdapat kepemilikan lahan masyarakat pada rencana lokasi lahan kompensasi tersebut. Kelompok Hutan ini secara administrasi terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Manggis, UPT KPH Bali Timur Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 136/Kpts-II/1989, tanggal 23 Maret 1989 seluas 22,00 Ha dengan fungsi sebagai Hutan Lindung (HL). 62

53 Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung Bukit Gumang (RTK.24) 3.18 Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25) merupakan program perluasan kawasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember Diukur definitif pada tahun 1990 dengan Berita acara Tata Batas dibuat tanggal 24 Pebruari 1990 disyahkan tanggal 1 Mei 1991 dengan luas 35,0 Ha memiliki panjang batas 2,4 Km Jumlah pal batas 32 buah dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 247/Kpts-II/1991, tanggal 6 Mei 1991 seluas 35,00 Ha dengan fungsi sebagai Hutan Lindung (HL). Topografinya bergelombang ringan. 63

54 Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK.25) secara administrasi terletak di Kecamatan Bebanden, Kabupaten Karangasem, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Manggis, UPT KPH Bali Timur Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 247/Kpts-II/1991 tentang Penetapan Perluasan Kelompok hutan Gunung Agung (RTK.8) seluas 436,10 Ha yang terletak diwilayah kecamatan Rendang dan Kecamatan Kubu, Daerah Tingkat II Karang Asem serta Areal Hutan Bukit Pawon (RTK.25) seluas 35 Ha, yang terletak dikecamatan Bebandem, Daerah Tingkat II Karang Asem, Provinsi Dati I Bali, sebagai Kawasan hutan dengan Fungsi Lindung Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung Bukit pawon (RTK.25) 64

55 3.19 Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) merupakan program perluasan kawasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember Diukur definitif pada tahun 1992, Berita acara dibuat tanggal 25 Januari 1992 disyahkan tanggal 4 Januari 1995 dengan luas 89,50 Ha memiliki panjang batas 12,43 Km dan jumlah pal batas 91. Pada Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) terdapat sebanyak 2 buah enklave dengan luas total 7,99 Ha. Topografinya bergelombang sampai berbukit. Kelompok Hutan Kondangdia (RTK.26) secara administratif terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Abang, UPT KPH Bali Timur Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan SK Penetapan (Peta Penetapan) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 535/Kpts-II/1995 tentang Penetapan kelompok hutan Gunung Abang Agung (RTK.8) seluas 62,5 (enam puluh dua lima persepuluh) Hektar dan kelompok hutan Kondang Dia (RTK.26 dan RTK.26A) seluas 89,5 (Delapan puluh Sembilan, lima persepuluh) Hektar yang terletak di Daerah Tingkat II, Karang asem, Propinsi Daerah Tingkat I Bali sebagai kawasan hutan dengan fungsi kawasan hutan Lindung. 65

56 Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK Penetapan Kawasan Hutan Lindung Kondangdia (RTK.26) 3.20 Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) merupakan program perluasan hutan berdasarkan TGHK dengan Surat Keputusan Penunjukan Nomor 821/Kpts/Um-II/82 tanggal 10 Nopember Diukur definitif pada tahun 1992 dan Berita Acara Tata Batas dibuat tanggal 25 Maret 1992 disyahkan tanggal 24 Pebruari 1993 dengan luas 244 Ha memiliki panjang batas 29,59 Km dan jumlah pal batas 252 buah. Pada Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) terdapat sebanyak 6 buah enklave dengan luas total 5,61 Ha. Topografinya daerah perbukitan dengan kelerengan datar sampai landai. Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) secara administratif terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten 66

57 Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida, UPT KPH Bali Timur SK Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 191/ Kpts-II/93 tanggal 27 Februari 1993 tentang Penetapan Kelompok hutan Tanjung Bakung (RTK.27a, RTK.27b dan RTK.28C) yang terletak dikabupaten Daerah Tingkat II, Klungkung, Propinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 244 (Dua ratus empat puluh empat) Hektar sebagai kawasan hutan tetap dengan fungsi Hutan Produksi Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK. Penetapan Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK.27) 67

58 3.21 Kelompok Hutan Suana (RTK.28) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan Suana (RTK.28) merupakan program perluasan hutan berdasarkan Surat Keputusan Penunjukan Gubernur Bali No. 694 Tahun 1992 dan Keputusan Menhut Nomor 761/Kpts/Um- II/1993 tanggal 18 Nopember Diukur definitif pada tahun Berita Acara Tata Batas dibuat tanggal 25 Maret 1995 disyahkan tanggal 10 Desember 1996 dengan luas 329,5 Ha memiliki panjang batas 31,15 Km, terdiri dari 4 lokasi yaitu Hutan Suana I di dusun Karangsari (103 Ha), Hutan Suana II di dusun Celagilan (29,3 Ha), Hutan Suana III di dusun Suana (157,7 Ha), dan Suana IV di Dusun Karang Gede (39,5 Ha). Kelompok Hutan Suana (RTK.28) secara administratif terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida, UPT KPH Bali Timur Pinjam Pakai dan Tukar Menukar Kawasan Tidak terdapat penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan SK. Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.459/Menhut- II/2005 tanggal 13 Desember 2005 tentang Penunjukan dan Penetapan Sebagian kelompok hutan Suana (RTK.28C) seluas 157,70 (seratus lima puluh tujuh dan tujuh puluh perseratus) Hektar di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali sebagai Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus untuk Hutan Penelitian Nusa Penida. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 759/Kpts-II/1996 tentang Penetapan Kelompok Hutan Suana (RTK.28A, 28B,28C dan 28D) yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung, Propinsi 68

59 Daerah Tingkat I Bali, seluas 329,50 (Tiga ratus dua puluh Sembilan, lima puluh perseratus) Hektar, sebagai kawasan hutan tetap Permasalahan Kawasan Hutan Untuk permasalahan kelompok hutan ini memilki kerawanan gangguan hutan berupa perambahan di musim hujan untuk perladangan dan pencarian kayu bakar oleh penduduk setempat Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan hutan Lindung Suana (RTK.28) 3.22 Kelompok Hutan Sakti (RTK.29) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan Sakti (RTK.29) merupakan program perluasan hutan berdasarkan Pola TGHK, penunjukan berdasarkan Keputusan Menhut Nomor 76/Kpts - II/1995 tanggal 6 Pebruari Diukur definitif pada tahun 1994 dengan Berita Acara tata Batas tanggal 23 Maret 1995 disyahkan tanggal 6 Pebruari 1996 dengan luas 69

60 273 Ha memiliki panjang batas 39,20 Km dan jumlah pal batas 410 buah. Kelompok Hutan Sakti (RTK. 29) secara administratif terletak di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Klungkung/Nusa Penida SK Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 49/Kpts-II/1996, tanggal 8 Pebruari 1996 tentang Penetapan Kelompok Hutan Sakti (RTK.29) yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung, Provinsi Daerah Tingkat I Bali, seluas 273 (Dua Ratus Tujuh Puluh Tiga) Hektar sebagai Kawasan Hutan Tetap Peta Kawasan Hutan Gambar Peta lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Lindung Sakti (RTK.29) 70

61 3.23 Kelompok Hutan Budeng (RTK.30) Kronologis/Sejarah Kawasan Kelompok Hutan Budeng (RTK.30) merupakan proses tukar menukar kawasan hutan di Kelompok Hutan Prapat Benoa (RTK.10) antara Departemen Kehutanan dengan PT. Angkasa Pura dan antara Departemen Kehutanan dengan PT. Bali Turtle Island Development (BTID) serta tanah kompensasi oleh IPAL. Kelompok Hutan ini diukur definitif pada tahun 1999 dengan Berita Acara tata Batas tanggal 10 Nopember 1999 disyahkan tanggal 16 Oktober 2000 dengan luas 67,03 Ha memiliki panjang batas 13,92 Km dengan fungsi pokok Hutan Produksi Tetap (HP). Kelompok Hutan Budeng (RTK. 30) secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, secara administrasi pengelolaan/kepemangkuan hutan merupakan wilayah Resort Polisi Hutan (RPH) Tegal Cangkring UPT KPH Bali Barat SK Penetapan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.2848/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Produksi Tetap Budeng (RTK.30) seluas 66,99 (Enam puluh enam dan sembilan puluh sembilan perseratus) Hektar di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. 71

62 Peta Kawasan Hutan Gambar Peta Lampiran SK. Penetapan Kawasan Hutan Produksi Tetap Budeng (RTK.30) 72

63 BAB IV. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI SEKITAR KAWASAN HUTAN Untuk beberapa kawasan hutan atau kelompok hutan di Provinsi Bali, dalam buku ini kami sajikan gambaran keadaan Sosial, Perekonomian dan Budaya secara umum pada salah satu Desa dan diambil secara sample pada beberapa Desa yang masih berada di sekitaran kawasan hutan masing-masing KPH sebagai berikut : 4.1 KPH Bali Tengah diwakilkan Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Sejarah Desa Menurut cerita para pendahulu, yang dituturkan oleh seorang tokoh masyarakat yang bernama : I Nyoman Dumira (Alm.) dalam bukunya yang berjudul Desa Sambangan Riwayat Kejuangan dan Pengembangannya, yang disusun pada tahun 1990, maka dapat deceritakan sebagai berikut : Bahwa Desa Sambangan sebelum bernama Desa Sambangan, awalnya disebut Lapang karena daerah ini masih kosong/belum dihuni oleh penduduk. Lama kelamaan mulai ada pendatang ke daerah/tanah lapang tersebut karena ingin mendapat lahan tanah/lahan. Adapun para pendatang itu ada yang berasal dari Lumbanan, Runuh, Panji, Bale Agung, Delod Peken, dan Banjar Tegal. Para pendatang itu akhirnya berkembang dan membentuk satu Banjar yang disebut Banjar Sambangan. Dimana secara filosopis kata Sambangan mempunyai makna nyambang (datang), karena penduduknya semua pendatang. Banjar Sambangan berada dibawah keperbekelan Desa Sukasada. Lambat laun Desa Sukasada merasa tidak mampu menangani masalahmasalah adat di Banjar Sambangan disebabkan luasnya wilayah yang ditangani. Oleh karena itu Desa Sukasada menyerahkan wilayah Banjar Sambangan kepada Desa Panji. Kemudian ± tahun 1880 an, warga Banjar Sambangan dibawah pimpinan Wayan Diarta memohon kepada 73

64 pemerintah agar Banjar Sambangan bisa terlepas dari Perbekelan Desa Panji karena ingin membentuk satu perbekelan sendiri. Permohonan tersebut dikabulkan Raja namun dengan syarat harus dibangun Kahyangan Tiga. Syarat itu disanggupi Wayan Diarta dan lanjut mulai menyusun organisasi adat yang waktu itu diketuai Bapak Gusti Putu Gempuk, wakin ketua Pan Luh Sriasih dan panganteb caru adalah Guru Ketut Kandel. Untuk penyawangan sementara dibangun sebuah Jero Gede di pertengahan Desa yaitu di Bale Banjar Sambangan, dibangunnya Kantor Desa, Kemudian membuat kuburan dan dilanjutka pembangunan Pura Dalem. Dengan telah dipenuhinya syarat yang diminta Raja, maka raja mengeluarkan surat keputusan mengenai status Desa Sambangan menjadi desa yang berdiri sendiri terlepas dari perbekelan Desa Panji. Gambar 4.1 Kantor Kepala Desa Sambangan Kec. Sukasada Pemukiman Dari hasil kegiatan di lapangan, dapat diketahui bahwa mayoritas pemukiman Desa Sambangan sudah semi permanen. Dimana pemukiman mereka umumnya berkelompok antara satu rumah dengan rumah yang lainnya, tetapi ada sebagian pemukiman yang berpencar mendekati lokasi lahan garapan yang dimiliki oleh masingmasing penduduk. 74

65 4.1.3 Tata Guna Lahan Desa Luas wilayah Desa Sambangan menurut informasi yang diperoleh yaitu seluas 7,67 Km 2. Di dalam penggunaan lahannya, sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian dengan luas 223,00 Ha. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Desa Sambangan No. Penggunaan Lahan Luas 1 Sawah 223,00 Ha 2 Tegalan 202,00 Ha 3 Perkebunan 183,00 Ha 4 Pekarangan 45,00 Ha 5 Kuburan 3,00 Ha 6 Lainnya 88,00 Ha Total 7,67 Km 2 Sumber : Monografi Desa Sambangan Sistem dan Struktur Masyarakat Masyarakat Desa Sambangan menurut agama yang dianut menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Sambangan mayoritas penduduknya beragama Hindu dimana mayoritas penduduknya memiliki sistem dan struktur masyarakat yang homogen, yaitu merupakan penduduk asli dan turun temurun lahir, tinggal, dan bekerja di desa tempat tinggal mereka. Bahasa yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari adalah bahasa Bali. Masyarakat Desa Sambangan masih menjunjung tinggi adat istiadat terutama yang berkaitan dengan upacara keagamaan, perkawinan serta dalam upacara pemakaman. Di Desa Sambangan juga sudah memiliki lembaga-lembaga kemasyarakatan, seperti BPD (Badan Perwakilan Desa), LPM (lembaga Pemberdayaan Masyarakat), PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), HANSIP (Pertahanan Sipil), BPAM (Badan Pengelola Air 75

66 Minum), Karang Taruna yang diberi nama Teratai Putih serta Kelompok Tani Wana Lestari yang sekarang dikenal dengan Kelompok Tani Perambah Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Secara umum, kondisi perekonomian Desa Sambangan dari hasil pengamatan di lapangan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani pangan, perkebunan, selain itu juga ada yang bermata pencaharian sebagai peternak, pedagang, PNS ABRI dan yang lainnya. Komoditi utama dari hasil pertanian yaitu padi dan jagung. Sedangkan komoditi dari perkebunannnya seperti kelapa, kopi, cengkeh, vanili dan tembakau. Hasil pertanian Desa Sambangan cukup maju, hal ini didukung dengan adanya subak yang berjumlah 4 (empat) buah serta sebuah bendungan yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk keperluan pertanian. Selain itu juga, masyarakat memperoleh tambahan penghasilan dari bidang pariwisata yang dimiliki Desa Sambangan. Hal ini terlihat dari adanya wisata air terjun yang dikenal dengan nama air terjun Aling-aling. Menurut sekretaris Desa Sambangan, selama ini pengembangan wisata air terjun adalah murni swadaya masyarakat terutama untuk jalan menuju lokasi dengan mengandalkan bantuan PNPM Mandiri, masyarakat setempat telah berhasil membuat jalan yang menyisiri tebing air terjun. Dengan pengembangan wisata air terjun Aling-aling, membawa dampak positif bagi bagi masyarakat sekitar. Ide kreatif masyarakat mulai tumbuh dengan menciptakan berbagai kerajinan yang bisa dijual kepada wisatawan. Hal lain yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Sambangan dari hasil kegiatan di lapangan, diperoleh informasi bahwa masih banyak ditemukan perambahan oleh masyarakat setempat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, hal ini dikarenakan ada sebagian masyarakat Desa Sambangan yang tinggal 76

67 di sekitar kawasan hutan dimana mereka tidak memiliki lahan garapan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka tidak memiliki lahan garapan, yang pada akhirnya lahan garapan yang mereka manfaatkan merupakan hasil dari merambah kawasan hutan disekitar pemukiman mereka Kondisi Politik Lokal yang mempengaruhi Keberadaan Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa Dari hasil pengamatan di lapangan, bahwa masyarakat Desa Sambangan khususnya di dusun yang kami kunjungi sebagian besar tidak memiliki lahan garapan pertanian maupun perkebunan. Maka dari itu mereka merambah kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan munculnya masyarakat perambah hutan, Dinas Kehutanan Kabupaten Buleleng akhirnya membentuk kelompok Tani dengan nama Kelompok Tani Perambah Hutan. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi kawasan hutan yang telah rusak. Masyarakat Desa Sambangan yang tinggal di sekitar kawasan hutan belum seluruhnya memahami pentingnya keberadaan hutan. Pembentukan Kelompok Tani ini merupakan kelompok tani hutan binaan, karena posisinya masih dalam taraf binaan KPH Bali Tengah. Dimana kelompok ini memberikan pernyataan antara lain : bersedia menjaga kawasan hutan dari segala bentuk jenis gangguan dan permasalahan, melakukan penanaman dengan cara swadaya, masyarakat boleh mengambil hasil penanamannya dengan catatan tidak boleh memperluas atau membuka lahan garapan baru. Agar masyarakat tidak merambah hutan maka Dinas Kehutanan Kabupaten Buleleng mengadakan program penanaman di luar kawasan hutan (di sekitar kawasan hutan) dimana yang tadinya masyarakat mengharapkan tanaman jenis kayu (Albisia), diganti dengan jenis buah-buahan. Sehingga sekitar kawasan hutan ini menjadi hutan penyangga. Program ini bertujuan untuk meningkatkan 77

68 kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keberadaan fungsi hutan lindung, mencegah masyarakat untuk kembali merambah serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk bantuan bibit diharapkan dari pihak BPPT dan BPTH dapat memberikan bantuan MPTS (Multi Purpose Tree Species) atau dikenal dengan tanaman multi guna. 4.2 KPH Bali Timur diwakilkan Desa Siakin, Kecamatan Kintamani Sejarah Desa Desa Siakin merupakan desa hasil pemekaran dari Desa Pinggan pada tahun 1968 yang terdiri dari Banjar Siakin dan Banjar Batih. Semenjak terpisah dari desa Pinggan desa Siakin dalam pembangunan di desanya dapat dilakukan sendiri dan dapat berjalan dengan baik dan teratur. Gambar 4.2 Kantor Perbekel Desa Saikin Pemukiman Penduduk Desa Siakin pada umumnya hidup secara berkelompok dalam satu pemukiman, yang sebagian besar rumah penduduknya sudah permanen terbuat dari tembok dengan lantai keramik atau semen, dan beratap genteng/seng/asbes, tetapi masih ada beberapa rumah masyarakat yang masih semi permanen dindingnya terbuat dari kayu atau bambu dengan lantai dari kayu maupun tanah, dan beratap kayu/bambu/daun ilalang. Gambar 4.3 Pemukiman Desa Saikin 78

69 Luas wilayah desa Siakin berdasarkan penggunaan lahannya adalah 8,84 Km 2. Penduduk Desa Siakin sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani lahan kering, sehingga dalam penggunaan tanah/lahan umumnya digunakan untuk tegalan dengan luas 269 hektar dan untuk perkebunan dengan luas 138 hektar Sistem dan Struktur Masyarakat Desa Siakin mayoritas penduduknya memiliki sistem dan struktur masyarakat yang homogen, yaitu merupakan penduduk asli dan turun temurun lahir, tinggal, dan berkreasi di desa tempat tinggal mereka. Hubungan kekerabatan antar penduduk sangat kental terjalin dengan mayoritas etnis Bali serta bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Bali dan Agama/kepercayaan penduduk desa terpilih mayoritas beragama Hindu. Dalam pembangunan desa masyarakat telah berperan aktif didalamnya, baik perencanaan, Maupun dalam pembangunan desa masih diterapkan. Semangat gotongroyong masyarakat Desa Siakin dalam berbagai kegiatan, seperti dalam pembangunan rumah, pengolahan tanah, pemeliharaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, dalam proses pemakaman orang meninggal, dalam menjaga kebersihan desa dan lain-lain. Adapun adat istiadat yang berkembang dalam masyarakat Desa Siakin diantaranya adalah adat istiadat dalam perkawinan, dalam upacara -upacara Yadnya, dalam upacara kematian, dalam pengelolaan hutan, dalam tanah pertanian, dalam memecahkan konflik warga, dan dalam menjauhkan bala penyakit dan bencana alam, adat istiadat tersebut masih berkembang hingga sekarang, selain itu di Desa Siakin juga terdapat lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan yang masih aktif hingga sekarang, adapun organisasi-organisasi anggota lembaga masyarakat yang masih aktif tersebut adalah LKMD/LPM, PKK, Karang Taruna, RT, RW, Lembaga Adat, Posyandu, Kelompok Tani, Organisasi Perempuan, Kelompok Gotong Royong, dan Organisasi Keagamaan. 79

70 4.2.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pada umumnya penduduk desa Siakin bermatapencaharian pokok sebagai petani dan beternak sebanyak 600 orang. Selain itu ada juga yang bermatapencaharian sebagai buruh tani, Pegawai Negeri Sipil, Pengrajin Industri Rumah Tangga, Montir, Pembatu Rumah Tangga, TNI, POLRI dan Karyawan Perusahaan Swasta. Pada lahan pertanian umumnya ditanami tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Tanaman pangan yang diusahakan oleh penduduk Desa Siakin adalah tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, cabai, bawang merah, bawang putih, tomat, buncis, dan talas. Sedangkan tanaman buah-buahan yang diusahakan penduduk adalah jeruk, alpukat, mangga, pepaya, pisang, limau, jeruk nipis, dan nangka. Untuk pemasaran hasil tanaman pangan dan tanaman buahbuahan biasanya dijual langsung ke konsumen atau ke pasar, tetapi ada sebagian penduduk yang menjualnya ke tengkulak atau pengecer, dan sebagian lagi tidak dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Penjualan dilakukan di pasar kecamatan yang jaraknya kurang lebih 12 km dari desa, yang diangkut dengan menggunakan kendaraan kecil (pick up). Tanaman perkebunan yang diusahakan penduduk Desa Siakin adalah kelapa, kopi, cengkeh, dan coklat. Adapun pemasaran hasil perkebunan tersebut sama seperti pemasaran tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Selain sebagai petani, penduduk Desa Siakin juga bermatapencaharian pokok sebagai peternak. Jenis ternak yang diusahakan oleh penduduk adalah sapi, babi, ayam kampung, bebek, dan angsa. Hasil yang diambil dari beternak adalah telur dan dagingnya. Pemasaran hasil beternak adalah dijual langsung ke konsumen, dijual ke pasar hewan, selain itu ada yang dijual melalui tengkulak dan pengecer, dan ada juga yang tidak dijual untuk dikonsumsi sendiri. 80

71 Di Desa Siakin sudah terdapat sarana dan prasarana pendidikan walaupun kurang memadai yaitu dengan adanya sekolah TK dan SD (lihat Tabel 3). Untuk jenjang yang lebih tinggi, masyarakat Desa Siakin pada umumnya tidak ragu untuk menyekolahkan anaknya ke desa lain bahkan ke kecamatan lain. Di Desa Siakin sudah terdapat fasilitas kesehatan berupa Posyandu, Pustu, tempat praktek dokter, dan pos KB dengan tenaga kesehatannya adalah bidan. Dengan adanya fasilitas tersebut sangat membantu penduduk, terutama bagi kesehatan wanita hamil dan anak-anak. Pihak-pihak yang bekerja di dinas kesehatan tersebut juga sering melakukan penyuluhan mengenai kesehatan terutama masalah kebersihan dalam penggunaan air. Air yang digunakan masyarakat Desa Siakin pada umumnya berasal dari sumber mata air sehingga perlu perhatian khusus dalam penggunaannya agar tidak tercemar ketika sampai ke rumah-rumah masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat bergotong-royong membuat pipa-pipa untuk menyalurkan air-air tersebut sampai ke rumah penduduk. Selain masalah penggunaan air bersih masalah sanitasi seperti penggunaan jamban juga disosialisasikan petugas kesehatan kepada penduduk Desa Siakin Kondisi Politik Lokal yang Mempengaruhi Keberadaan Hutan dan Mempengaruhi Masyarakat Desa Penduduk Desa Siakin tinggal dan menetap secara turun temurun yang pada umumnya masyarakat mengetahui batas desanya berdasarkan data geografis dan cerita asal usul desa dari sesepuh desa, yang berada di tepi kawasan hutan. Menurut penduduk Desa Siakin kondisi hutan di sekitar tempat tinggal mereka masih dalam keadaan baik, batas kawasan hutan diwilayah desa dapat diketahui secara jelas dengan adanya pal atau tanda batas dilapangan. Kebijakan lokal yang terdapat di Desa Siakin adalah masyarakat dilarang menebang dan mengambil kayu dari kawasan hutan. Walaupun penduduk Desa Siakin sudah mengetahui 81

72 adanya kawasan hutan namun penduduk desa masih melakukan aktifitas di dalam kawasan hutan dengan menanam tanaman rumput gajah untuk pakan ternak sapi dan mengambil ranting-ranting pohon untuk kayu bakar, tetapi kelestarian hutan tetap terjaga Analisis Usaha Kehutanan dan Tani Masyarakat Usaha pertanian yang dikembangkan penduduk Desa Siakin adalah berupa tanaman pangan dan tanaman buah-buahan. Untuk tanaman kehutanan masyarakat bekerjasama dengan dinas kehutanan mengadakan penghijauan, pada tahun 2002 lahan kritis yang terdapat di desa ini dilakukan penghijauan dengan menanam tanaman cemara/ Pinus (Pinus mercusii). Pada tahun 2004 Kepala Dusun mengadakan program penanaman tanaman semusim, seperti cabai, jahe, kunyit, dan daun sirih. 4.3 KPH Bali Barat diwakili Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak Sejarah Desa, Pemukiman, dan Tata Guna Lahan Desa Desa Pejarakan berdiri sejak pada tahun Desa yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa sehingga dapat berjalan dengan baik dan teratur. Gambar 4.4 Kantor Kepala Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak 82

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2015. Bali Dalam Angka 2015. Denpasar Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar 2015, Sejarah/Kronologi Kawasan Hutan Provinsi Bali s/d Tahun 2015. Denpasar

Lebih terperinci

ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali

ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali HUTAN ALAM PENGERTIAN HUTAN Satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam

Lebih terperinci

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Oleh: Prof. Dr. H. Rizal Djalil

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Oleh: Prof. Dr. H. Rizal Djalil HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Oleh: Prof. Dr. H. Rizal Djalil. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN (PP No. 71 Tahun 2010) 1. Laporan Realisasi Anggaran 7. CaLK 2. Laporan

Lebih terperinci

Statistik BPKH Wilayah VIII Tahun

Statistik BPKH Wilayah VIII Tahun 5.16. Perkembangan Pinjam Pakai Kawasan Hutan di Provinsi Bali sampai dengan Desember 2013. NO PENGGUNA PERUNTUKAN LOKASI/ FUNGSI LUAS Ha DOKUMEN KEWAJIBAN MASALAH UPAYA TINDAK LANJUT KETERANGAN 1 2 3

Lebih terperinci

II. KEADAAN UMUM PROVINSI BALI

II. KEADAAN UMUM PROVINSI BALI II. KEADAAN UMUM PROVINSI BALI 2.1. Letak dan Luas Provinsi Bali terdiri dari 1 (satu) pulau besar yaitu Pulau Bali dan beberapa pulau kecil seperti Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. b. c. bahwa dengan Peraturan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Statistik BPKH Wilayah VIII Tahun

Statistik BPKH Wilayah VIII Tahun 5. PEMOLAAN KAWASAN HUTAN 5.1. Perkembangan Luas Kawasan Hutan dan Perairan per Provinsi sampai dengan Desember 2015 NO PROPINSI SA/PA/TB/CA/ TN/TWA/THR FUNGSI HUTAN HL HPT HP KDTK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Lebih terperinci

TANAH KAWASAN HUTAN YANG DISERTIFIKATKAN OLEH MASYARAKAT PADA DINAS KEHUTANAN PROPINSI BALI SAMPAI DESEMBER 2003

TANAH KAWASAN HUTAN YANG DISERTIFIKATKAN OLEH MASYARAKAT PADA DINAS KEHUTANAN PROPINSI BALI SAMPAI DESEMBER 2003 TANAH KAWASAN HUTAN YANG DISERTIFIKATKAN OLEH MASYARAKAT PADA DINAS KEHUTANAN PROPINSI BALI SAMPAI DESEMBER 2003 LOKASI TANAH/ NAMA/ALAMAT LUAS TANAH BUKTI KEPEMILIKAN TINDAK LANJUT NO. KETERANGAN RTK/RPH

Lebih terperinci

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 KATA PENGANTAR Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI Bulan November 2015 memuat informasi hasil analisis: Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Indonesia merupakan negara yang memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI KATA PENGANTAR Booklet Data dan Informasi Propinsi Bali disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran secara singkat mengenai keadaan Kehutanan di Propinsi

Lebih terperinci

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 KATA PENGANTAR Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI Bulan Oktober 2015 memuat informasi hasil analisis: Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Juli

Lebih terperinci

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan KHDTK Carita Cakupan bahasan A. Status B. Progres C. Permasalahan status Landasan hukum : SK. Menhut No. 290/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003 Lokasi : Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Denpasar, April 2010 Kepala Balai. Ir. BUDI SUSETIYO, M.M. NIP Statistik BPKH Wilayah VIII Tahun 2009

KATA PENGANTAR. Denpasar, April 2010 Kepala Balai. Ir. BUDI SUSETIYO, M.M. NIP Statistik BPKH Wilayah VIII Tahun 2009 i KATA PENGANTAR Buku Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Tahun 2009 disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan data dan informasi Planologi Kehutanan, yang mencakup wilayah kerja Provinsi

Lebih terperinci

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 PENGERTIAN Standardized Precipitation Index (SPI) adalah indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan curah hujan terhadap normalnya, dalam suatu

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN UPT. KPHL BALI TENGAH RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN 2014-2023 UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) BALI TENGAH MATRIKS RENCANA KEGIATAN UPT.KPH BALI TIMUR 2013-2022 Denpasar,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

this file is downloaded from

this file is downloaded from th file PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut

Lebih terperinci

KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA NO DOKUMEN TENTANG ISI RINGKASAN LAMPIRAN KET 1. Surata Gubernur Jawa Tengah Nomor : 556/21378 Tanggal 26 Oktober 1982 2. SK Menteri Kehutanan Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

Lampiran I.51 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.51 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 09/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Jakarta, Juni 2012 KATA PENGANTAR Buku ini merupakan penerbitan lanjutan dari Buku Statistik Bidang Planologi Kehutanan tahun sebelumnya yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang- Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan

Lebih terperinci

BAB V LAHAN DAN HUTAN

BAB V LAHAN DAN HUTAN BAB LAHAN DAN HUTAN 5.1. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan Kota Denpasar didominasi oleh permukiman. Dari 12.778 ha luas total Kota Denpasar, penggunaan lahan untuk permukiman adalah 7.831 ha atau 61,29%.

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut -II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi

Lebih terperinci

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial) UU No 5 tahun 1990 (KSDAE) termasuk konsep revisi UU No 41 tahun 1999 (Kehutanan) UU 32 tahun 2009 (LH) UU 23 tahun 2014 (Otonomi Daerah) PP No 28 tahun 2011 (KSA KPA) PP No. 18 tahun 2016 (Perangkat Daerah)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.84/MENHUT-II/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.84/MENHUT-II/2004 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.84/MENHUT-II/2004 TENTANG PENETAPAN BATAS AREAL KERJA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM (DAHULU HAK PENGUSAHAAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani 4.1.1. Luas Letak Wilayah Lokasi dari areal kerja dari UPTD KPHP Gedong Wani terletak pada empat register Kawasan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL LAUT DAN REKLAMASI TELUK BENOA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL LAUT DAN REKLAMASI TELUK BENOA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL LAUT DAN REKLAMASI TELUK BENOA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Taman Nasional Laut Dasar pengelolaan : UU NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG PENUNJUKAN KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA SELUAS ± 3.742.120 (TIGA JUTA TUJUH RATUS EMPAT PULUH DUA RIBU SERATUS DUA PULUH) HEKTAR

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM KEPADA PT. MITRA PERDANA PALANGKA ATAS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 33-1970 lihat: UU 41-1999 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 146, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENETAPAN JALUR DAN SYARAT KETINGGIAN PENERBANGAN UNTUK KEGIATAN WISATA UDARA ATAU OLAH RAGA DIRGANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI 1 KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Klas II Negara - Bali secara berkala menerbitkan Buletin Analisis dan Prakiraan Hujan Propinsi Bali, yang didasarkan pada data yang diperoleh dari stasiun UPT BMKG

Lebih terperinci

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI i KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Klas II Negara - Bali secara berkala menerbitkan Buletin Analisis dan Prakiraan Hujan Propinsi Bali, yang didasarkan pada data yang diperoleh dari stasiun UPT BMKG

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) BALI BARAT RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN 2014-2023 UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) BALI BARAT Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk

Lebih terperinci

LUAS KAWASAN HUTAN PERUM PERHUTANI BERDASARKAN PERUNTUKANNYA TAHUN

LUAS KAWASAN HUTAN PERUM PERHUTANI BERDASARKAN PERUNTUKANNYA TAHUN Tabel I.A.. KABUPATEN Blora (Jateng) Lamongan Gresik Magetan Ponorogo 0 Pacitan (Kota) Trenggalek Tulungagung 0 Kota Batu Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Lumajang Jember 0 Situbondo Banyuwangi Tiap

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. No.377, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN DUKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI. Oleh. Komang Arthawa Lila, MS

DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI. Oleh. Komang Arthawa Lila, MS DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI Oleh Ir. Komang Arthawa Lila, MS JURUSAN ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 RINGKASAN Secara geografis daerah Bali memang bukan

Lebih terperinci

MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA

MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: SK.733/Menhut-II/2014 TENTANG KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN PROVINSI KALIMANTAN BARA T MENTER! KEHUTANAN

Lebih terperinci

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan BB. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan 2. Pengukuhan Produksi, Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam dan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi

Lebih terperinci

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA (Bahan Kata Sambutan Gubernur Sumatera Utara pada Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan

Lebih terperinci

Peraturan Perundangan. Pasal 33 ayat 3 UUD Pasal 4 UU 41/1999 Tentang Kehutanan. Pasal 8 Keppres 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Peraturan Perundangan. Pasal 33 ayat 3 UUD Pasal 4 UU 41/1999 Tentang Kehutanan. Pasal 8 Keppres 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung LAMPIRAN 129 130 Lampiran 1. Peraturan Perundanga Undangan Aspek Hak Kepemilikan Terhadap Kawasan HLGD Pemantapan dan Penetapan Peraturan Perundangan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 Pasal 4 UU 41/1999 Tentang

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN LAMPIRAN XXVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Inventarisasi Hutan 1. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) KODE KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) KODE KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI BALI KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 5101 JEMBRANA 4 6 10 5102 TABANAN 4 16 20 5103 BADUNG 3 10 13 5104 GIANYAR 4 9 13 5105 KLUNGKUNG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 399/Kpts-II/1990 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 399/Kpts-II/1990 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 399/Kpts-II/1990 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

RISET KESEHATAN DASAR 2010 ( RISKESDAS 2010 ) DAFTAR SAMPEL BLOK SENSUS

RISET KESEHATAN DASAR 2010 ( RISKESDAS 2010 ) DAFTAR SAMPEL BLOK SENSUS DAFTAR SENSUS 01 JEMBRANA KLASIFIKASI MOR MOR 010 MELAYA 004 TUWED 2 005B 100018 2 DUSUN MUNDUK BAYUR ASHADI 020 NEGARA 013 LELATENG 1 029B 105081 3 LINGKUNGAN KETAPANG I GST NGR PUTRA 021 JEMBRANA 001

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN BALI

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN BALI DATA DASAR PROVINSI KEPULAUAN BALI KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI BALI KAB/KOTA RAWAT INAP

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Nomor : P. 14/VII-PKH/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PINJAM PAKAI KAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA AREAL PENGGUNAAN LAIN (APL) ATAU KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG - 563 - AA. PEMBAGIAN URUSAN AN KEHUTANAN PROVINSI 1. Inventarisasi Hutan prosedur, dan kriteria inventarisasi hutan, dan inventarisasi hutan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 365/Kpts-II/2003 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN TANAMAN KEPADA PT. BUKIT BATU HUTANI

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; PERATURAN BERSAMA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : PER-23/MENIXI/2007 NOMOR : P.52 IVIENHUT-II/2007 TENTANG PELEPASAN KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998 Tentang PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DENGAN SISTEM TEBANG PILIH DAN TANAM JALUR KEPADA ATAS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 16 TAHUN 2014 T E N T A N G

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 16 TAHUN 2014 T E N T A N G RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 16 TAHUN 2014 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN PADA PERUSAHAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

Lebih terperinci

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH - 140 - AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Hutan 1. Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam daerah. 2. Penunjukan Kawasan Hutan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.94/MENHUT-II/2005 TENTANG PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM KEPADA PT. NUSA PADMA CORPORATIAON

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TIMUR TAHUN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TIMUR TAHUN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TIMUR TAHUN 2014 2023 Disusun Oleh, KEPALA UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TIMUR Ir.

Lebih terperinci

Standar waktu maksimal adalah 1 (satu) hari kerja terhitung permohonan diterima di pelayanan umum dengan persyaratan lengkap.

Standar waktu maksimal adalah 1 (satu) hari kerja terhitung permohonan diterima di pelayanan umum dengan persyaratan lengkap. Standar waktu maksimal adalah 1 (satu) hari kerja terhitung permohonan diterima di pelayanan umum dengan persyaratan lengkap. Diagram 2.2 Alur Layanan Perijinan Di Pelayanan Umum Satu Loket Pemerintah

Lebih terperinci

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo Hutan Kemasyarakatan (HKm) menjadi salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan untuk menekan laju deforestasi di Indonesia dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam PP No. 6 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) diartikan sebagai wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENANAMAN BAGI PEMEGANG IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REHABILITASI DAERAH ALIRAN SUNGAI Menimbang

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

this file is downloaded from

this file is downloaded from PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN UMUM Perencanaan kehutanan perlu dusun secara konsepsional dan terpadu dalam satu kesatuan yang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI IV. ANALISIS DAN PROYEKSI Analisis dan Proyeksi dimaksud adalah menjelaskan analisis situasi pengelolaan hutan di wilayah KPH Bali Timur yang mencakup aspek manajemen pengelolaan KPH Bali Timur, yang meliputi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1242, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Pengukuhan. Standar. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 743/KPTS-II/1996 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 299.975 (DUA RATUS SEMBILAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA PULAU BALI 1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" -

Lebih terperinci

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan - 130-27. BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam wilayah daerah. 2. Penunjukan,,, Pelestarian Alam, Suaka Alam dan Taman Buru

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN. NOMOR : 900/Kpts-II/1999 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN. NOMOR : 900/Kpts-II/1999 TENTANG MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR : 900/Kpts-II/1999 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN SURVEI POTENSI, PENGUKURAN DAN PENATAAN BATAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa Taman

Lebih terperinci