BAB IV ANALISIS STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENGATASI GANGGUAN KONSENTRASI ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENGATASI GANGGUAN KONSENTRASI ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENGATASI GANGGUAN KONSENTRASI ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN Hasil dari observasi dan wawancara dengan guru pendidikan agama Islam dan kepala sekolah tentang bentuk-bentuk gangguan konsentrasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita dan strategi dalam pembelajaran guru pendidikan agama Islam untuk mengatasi gangguan konsentrasi anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, pada bab ini peneliti akan menganalisisnya. A. Bentuk-Bentuk Gangguan Konsentrasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Dari hasil observasi pembelajaran pendidian agama Islam di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan diruag kelas III C atau siswa tunagrahita yang berjumlah 13 siswa, dalam kegiatan belajar mengajar pada pukul guru menerangkan materi tentang shalat fardhu yang berkaitan dengan bilangan rakaat dan waktu-waktunya ternyata banyak siswa tungrahita tidak memperhatikan materi yang diajarkan dari guru pendidikan agama Islam di dalam kelas dikarenakan adanya karakteristik anak tunagrahita yang bermacam-macam sehinga mengalami gangguan konsentrasi. 105

2 106 Ibu Munfairoh sendiri menjelaskan sebagai berikut : Karakteristik anak tunagrahita bermaam-macam diantaranya: ada yang memiliki keinginan sendiri bergerak tanpa kontrol, diam sedikit gerak lagi, melamun, tertawa, mengomel, mudah marah, sulit berkomunikasi dengan lisan, berbicara seenaknya sendiri dan melakukan hal-hal lain membuat suasna kelas kurang kondusif sehingga terjadi gangguan konsentrasi dalam pembelajaran. 1 Keterbatasan inilah yang membuat para anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan sulit untuk mengikuti program pendidikan seperti anak pada umumnya. Oleh karena itu anak-anak tunagrahita membutuhkan sekolah khusus dengan pendidikan khusus yang disebut dengan anak berkebutuhan khusus. Dari beberapa adanya karakteristik anak tunagrahita yang terjadi di SDLB Negeri, Wiradesa, Kabupaten Pekalongan dikarenakan : 1) Keterbatasan intelejensi, yang berkaitan dengan kemampuan belajar anak sangat kurang, terutama yang bersifat abstrak, seperti tingkat pemahaman, tingkat membaca, menulis dan berhitung sangat terbatas. 2) Keterbatasan sosial, maksudnya anak tunagrahita mengalami hambatan dalam mengurus dirinya di dalam kehidupan di rumah, sekolah dan masyarakat. Mereka membutuhkan bantuan orang lain biasanya anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya di masyarakat dan ketergantungan terhadap orangtua sangat besar serta tidak dapat mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. 3) Keterbatasan fungsi mental lainnya, maksudnya anak tunagrahita memerlukan waktu yang lebih lama WIB. 1 Observasi di kelas III C jam pelajaran maple PAI, pada tanggal 14 April 2015 pukul

3 107 dalam menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau dalam waktu jangka yang lama. Ia memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa,bukan mengalami kerusakan artikulasi,melainkan karena pusat pengolahan pengindraan biasanya kurang berfungsi. 2 Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Munfairoh: Pembelajaran pada anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan kurikulum masih menggunakan KTSP tetapi berbeda dengan sekolah formal, kalau di sekolah formal atau umum siswa mengikuti kurikulum yang ditetapkan sedangkan kurikulum pendidikan luar biasa kurikulum mengacu anak maksudnya menyesuaikan dengan kemampuan anak tunagrahita atau anak didik yang disandang. 3 Sebagaimana penuturan dari Bapak Nurhadi selaku kepala sekolah SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan menambahkan : Kurikulum SDLB dalam pengembangannya saya serahkan sepenuhnya kepada guru mapel yang bersangkutan biasanya untuk anak tunagrahita atau anak SLB kurikulum menyesuaaikan dengan kemampuan anak. Silahkan kepada masing-masing guru bebas mencari buku-buku atau sumber-sumber pembelajaran yang relevan untuk pengayaan pembelajaran anak tunagrahita, kami dari sekolah mendukung apaun yang menjadi jalan untuk keberhasilan peningkatan kemampuan anak didik. 4 Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh guru PAI : Tujuan kurikulum pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan pada tingkat dasar secara umum mempunyai tujuan 2 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru, pada tanggal 15 April 2015 pukul Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di rung kelas, pada tanggal 14 April 2015 pukul WIB. 4 Wawancara pribadi kepada Nurhadi kepala sekolah di ruang kantor, pada tanggal 16 April 2015 pukul WIB.

4 108 agar peserta didik mempunyai keimanan dan ketaqwaan dalam menjalankan ketentuan kehidupan beragama. 5 Adapun tujuan secara khusus yang tercantum dalam kurikulum SDLB tunagrahita adalah untuk memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama Islam, untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan untuk mengikuti pendidikan pada SLTP LB. Munfairoh menjelaskan sebagai berikut : Pendidikan agama Islam merupakan kesatuan dari kurikulum dalam pendidikan SLB. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan di berikan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran dengan panjang waktu 30 menit pada setiap jam pelajaran untuk kelas I dan II, sedangkan kelas III, IV, V dan VI diberikan 3 jam. Kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan dilaksanakan pada hari senin sampai sabtu dari pukul WIB sampai pukul WIB dengan satu kali pertemuan setiap satu minggunya, sedangkan untuk kelas I dan II istirahat satu kali pukul masuk kembali selesai dipulangkan jam selanjutnya kelas III, VI, V dan VI istirahat dua kal pertama pukul dan istirahat kedua pukul masuk kembali selesai dipulangkan pukul WIB. 6 Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Munfairoh bahwa : 5 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru, pada tanggal 14 April 2015 pukul WIB. 6 Wawancara pribadai kepada Munfairoh guru PAI di ruang kelas III C, pada tanggal 14 April 2015 pukul WIB

5 109 Mata pelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan materi yang diberikan ada empat yaitu Al-Quran, aqidah, akhlak dan fiqih. Materi Al-Quran ditekankan mengenal huruf-huruf hijaiyah dan melafalkan atau menghafal surah-surah pendek piliahan bertujuan anak tunagrahita bisa membaca huruf-huruf Al-Quran supaya bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Materi aqidah ditekankan ketauhitan yang berkaitan dengan keimanan yaitu rukun islam dan rukaun iman, supaya anak tunagrahita bisa meyakini adanya rukun islam dan rukun iman betujuan supaya mengetahui tentang syahahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji sedangkan rukun iman supaya mengetahui beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat,beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada rasul,beriman kepada hari kiyamat dan adanya beriman kepada hari takdir Allah. Materi akhlaq ditekankan pada budi pekerti yang berkaitan dengan perilaku terpuji dan tercela supaya anak tunagrahita bisa berprilaku baik di sekolah maupun di masyarakat seperti rajin belajar, menghormati bapak ibu guru, berbakti kepada kedua orangtua dan berbuat baik sesama teman sedangkan perilaku tercela supaya menjauhi dan menghindari. Materi fiqih ditekankan untuk beribadah bertujuan supaya anak tunagrahita rajin melaksanakan wudhu, shalat, mengaji dan puasa pada bulan ramadhan. 7 Dari materi-materi tersebut diberikan pembelajaran pendidikan agama Islam di 7 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kelas III C,pada tanggal 14 April 2015 pukul WIB.

6 110 SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan pada anak tunagrahita sesuai dengan kemampuan anak yang disandang. 8 Dengan adanya bermacam karakteristik siswa, guru dituntut untuk dapat menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan juga harus dapat mengenali satu persatu karakteristik siswa secara kontinu sehingga langkah demi langkah dapat memberikan pandangan kepada guru untuk memberikan kurikulum, strategi, pendekatan, media, metode pembelajaran sampai dengan evaluasi yang tepat untuk menguji perkembangan kompetensi anak tunagrahita. Munfairoh sendiri menjelaskan sebagai berikut : Guru pendidikan agama Islam untuk mengajarkan anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten pekalongan dalam mengajar diperlukan memiliki kesabaran dengan kasih sayang yang mendalam dan kesabaran yang besar terutam guru yang mengajar di sekolah luar biasa. Guru pendidikan agama Islam dalam menyampaikan materi pembelajaran pada anak tunagrahita harus menggunakan bahasa yang lembut,sabar, supel,pelan-pelan murah senyum, rela berkorban dan memberikan contoh perilaku yang baik agar anak tersebut tertarik dan berusaha mempelajarinya meski dengan keterbatasan kemampuan pemahaman yang dimilikinya. 9 Sebagaimana hasil observasi di salah satu kelas V C tunagrahita yang berjumlah 11 siswa, pada saat pelajaran pendidikan agama Islam dibimbing oleh guru agama Islam di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, peneliti menemukan pembelajaran tesebut masalah-masalah karakteristik anak tunagrahita dalam ditemukannya bentuk-bentuk gangguan konsentrasi 8 Wawancara pribadi Munfairoh guru PAI di ruang kelas III C, pada tanggal 15 April WIB 9 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kelas III C, pada tanggal 14 April 2015 pukul WIB.

7 111 dalam pembelajaraan pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupateten pekalongan. Ibu Munfairoh sendiri menjelaskan sebagai berikut : 1) Berisik atau membuat gaduh, 2) intelegensi rendah, 3) gangguan pemusatan perhatian, 4) usil atau mengganggu teman lain, 5) tidal biasa duduk dengan tenang dan 6) adanya berbagai macam karakteristik. 10 Ibu Munfairoh selaku guru PAI menjelaskan sebagai berikut : Anak tunagrahita memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, walaupun memiliki ketunaan yang sama, namun mereka memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Daya ingat, temperamental, perilaku, kemandirian, dan sifat yang tidak sama satu dengan yang lainnya. Sehingga sering ditemukan siswa siswa tunagrahita kurang serius atau mengalami gangguan konsentrasi dalam pembelajaran yang disampaikan guru untuk memperhatikan materi yang sedang diterangkan. 11 berikut. Hal tersebut diungkapkan oleh Munfairoh selaku guru PAI sebagai Akibat terjadinya gangguan konsentrasi dalam pembelajaran pada anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan dikarenakan terlalu banyak siswa, seperti kelas III C sebanyak 13 siswa kemudian di kelas V C sebanyak 11 itu sangat berpengaruh apalagi kemampuan dan karakteristik anak berbeda-beda, biasanya anak terpengaruh dari teman yang sukanya berisik, berbicara seenaknya sendiri dan tidak bisa duduk dengan tenang, sehingga kelas menjadi gadauh akhirnya tidak fokus dalam pembelajaran kemudian mengalami gangguan konsentrasi, sedangkan tenaga pengajar guru pendidikan agama terbatas hanya satu guru padahal untuk menangani anak- 10 Observasi di kelas V C Tunagarhita, jam pelajaran PAI SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan di ruang kelas pada tanggal 18 April 2015 jam Wawancara pribadai kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru pada tanggal 17 April 2015 pukul WIB.

8 112 anak berkebutuhan khusus tunagrahita tidak mudah memerlukan waktu kesabaran, ketelatenan, keuletan, penuhuh perhatian, kasih sayang dan harus menggunakan strategi melalui pendekatan khusus berupa metode pembelajaran yang paling tepat juga diselingi sambil bernyanyi bertujuan demi kemajuan dan kelancaran dalam kegiatan belajar mengajar. 12 Menurut Munfairoh selaku guru pendidikan agama Islam menjelaskan: Untuk mengurangi dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar di kelas supaya guru tidak terlalu mengalami kesulitan supaya bisa menangani berbagai macam problem terutama gangguan konsentrasi seharusnya satu kelas jangan terlalu banyak atau lebih dari sepuluh siswa, idealnya cukup empat,lima atau enam saja dipilih sesuai kemampuan yang hampir sama kemudian duduknya anak jangan terlalu dekat dengan teman yang sukanya mengganggu atau usil dan mengomel seenaknya saja diberi jarak agak jauh supaya tidak menggangu teman yang lain, berhubungan adanya dari pendidik terbatas hanya satu guru mapel pendidikan agama Islam jadi kegiatan pembelajaran di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan berjalan hanya seadanya saja. 13 Suratmo selaku wakil kepala sekolah menjelaskan sebagai berikut : Secara umum anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan mengalami gangguan konsentasi dalam pembelajaan dikarenakan intelgensi rendah di bawah rata-rata dan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara anak satu dengan lainya, dilihat unik juga merasa kesulitan dalam mengingat, memahami, dan menyelesaikan masalah tersebut sehingga memerluka bimbingan dan layanan penanganan khusus bisa disebut anak berkebutuhan khusus. 14 Nurhadi selaku kepala sekolah menjelaskan faktor-faktor gangguan konsentrasi anak tunagrahita sebagai berikut : 12 Wawancara pribadai kepada Munffairoh guru PAI di ruang kantor guru, pada tanggal 17 April 2015 pukul Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru, Pada tanggal 17 April 2015 pukul Wawancara pribadi kepada Suratmo wakil kepsek di ruang kantor guru, pada tanggal 18 April 2015

9 113 Pertama, Faktor psikologi yaitu keadaan mental anak tingkat kecerdasan yang dimiliki anak sangat terbatas, antara dengan IQ yang rendah. Maka penyampaian materi memerlukan waktu yang sangat terbatas. Kedua, Bervariasinya latar belakang siswa, baik dalam keluarga, lingkungan, ekonomi yang kurang mendukung ada juga dari keluarga yang taat dan tekun menjalankan ajaran agama sehingga siswapun terbiasa dengan tuntutantuntutan dalam islam dan ada juga siswa yang kesadaran sangat minim sehingga kurang mendapat perhatian orangtua dalam hal pengamalan agama. Ketiga, Faktor keturunan, pola makan, salah asuh dan bisa saja jatuh terbelentur mereka bisa terjadi penyandang anak tunagrahita walaupun ketunaanya sama, mereka memiliki karakterstik yang berbeda-beda sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus. 15 Dari gambaran observasi dan beberapa hasil wawancara yang diperoleh peneliti menyimpulkan bahwa anak tunagrahita meiliki kemampuan rendah dan karakteristik yang bermacam-macam ; daya ingat rendah, perilaku mental, sosial, kemandirian dan sifat-sifat yang tidak sama dengan lainnya. Sehingga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam sering ditemukan bentuk-bentuk gangguan konsentrasi atau kurang serius dalam menerima materi pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru. Dari hasil penelitian dan observasi yang ditemukan bentuk-bentuk gangguan konsentrasi anak tunagrahita dalam pembelajaran pendidikan agama Islam berupa usil atau mengganggu teman, intelegensi rendah, berisik atau membuat gaduh, pemusatan perhatian, tidak bisa duduk dengan tenang, dan adanya bermacan karakteristik. B. Strategi Guru PAI Dalam Pembelajaran Untuk Mengatasi Gangguan Konsentrasi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. 15 Wawancara pribadi kepada Nurhadi kepsek di ruang kantor guru, pada tanggal 18 April

10 114 Ada beberapa strategi dan metode yang digunakan guru pendidikan agama Isalm dengan pendekatan pembelajaran untuk mengatasi gangguan konsentrasi anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Ibu Munfairoh sendiri menjelaskan : Secara spesifik penggunaan strategi pembelajaran yang diterapkan sebelum dimulai pelajaran sebagai berikut : 1)Mengetahui karakteristik yang daampu, 2) Mengontrol keadaan kelas, 3) Menenangkan suasana di kelas, 4) Mengatur tempat duduk, 5) Pendekatan individual, 6) Memberikan penghargaan dan pujian dengan kasih sayang, 7) Memberikan penanganan problem khusus dengan anak tersebut, 8) playing of learning. 16 Hal tersebut diungkapkan oleh guru PAI sebagai berikut : Dari Strategi tersebut digununakan berbagai pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan bertujuan supaya siswa anak tunagrahita bisa melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam dan materi yang disampaikan bisa diserap oleh siswa sesuai kemampuan anak-anak tunagrahita untuk mengatasi gangguan konsentrasi. 17 Adapun pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran yang dilakukan pendidik terhadap anak didik tunagrahita di SDLB Negeri, Wiradesa, Kabupaten Pekalongan sebagai berikut: 1. Pendekatan individual Guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka stategi belajar tuntas yang menuntut 16 Observasi di ruang kelas III C pada waktu pembelajaran mapel PAI, Pada Tanggal 13 April 2015, Pukul WIB. 17 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kelas III C, pada tanggal 13 April 2015, pukul WIB.

11 115 penguasaan penuh kepada anak didik dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal. Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar, dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya, untuk menghentikan anak didik yang sukanya berbicara dan usil mengganggu di ruang kelas harus memindahkan salah satu dari anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang sukanya berbicara dan usil disendirikan tempat duduknya. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran Pendekatan kelompok Dalam kegiatan belajar mengajar pendidik menggunakan yang lain yaitu pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosisl anak didik. Hal ini sendiri bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yaitu makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama. Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan di kelas. 18 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru, pada tanggal 14 April 2015 pukul

12 116 Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Misalnya anak belum bisa menghitung dan membaca yang bisa agar mengajarinya sambil pengawasan dan bimbingan dari guru. Inilah yang diharapkan oleh guru supaya peserta didik bisa akatf, kreatif, mandiri dan saling tolong-menolong Pendekatan bervariasi Ketika guru dihadapan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan. Dalam belajar, anak didik mempunyai motifasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik memiliki motivasi yang rendah tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Mereka duduk berbicara atau berbincang-bincang satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran. Cara mengatasinya harus membagi anak didik kedalam beberapa kelompok belajar. Tetapi dalam hal ini, terkadang diperlukan juga 19 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAIdi ruang kantor guru, pada tanggal 14 April 2015 pukul WIB.

13 117 pendapat dan kemauan anak didik. Bagaimana keinginan mereka masingmasing. Boleh jadi dalam suatu pertemuan ada anak didik yang suka belajar dengan kelompok, tetapi ada juga anak didik yang senang belajar sendiri. Bila hal ini terjadi, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu, belajar dalam kelompok dan belajar sendiri, terlepas dari kelompok, tetapi masih dalam pengawasan dan bimbingan dari guru Pendekatan Edukatif Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yaitu membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran caranya dengan menggunakan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan edukatif. Setiap tindakan sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan agama. Cara mengatasinya dengan pendekatan diberi tugas menulis sampai selesai kemudian berikan penghargaan dan pujian dengan kasih sayang berupa nilai selanjutnya berikan pembelajaran diselingi sambil bernyanyi keislaman dan anak didik keinginannya apa kita layani dengan baik. Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak didik. Satu contoh misalnya, ketika anak masuk kelas seharusnya mengucapkan salam dulu, menyalami kepada guru dan siswa di kelas, lalu bersalaman kepada guru. Contoh 20 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru, pada tanggal 14 April 2015 pukul WIB.

14 118 tersebut menggambarkan pendekatan educatif yang telah dilakukan oleh anak didik terhadap pendidik dengan memberikan salam. Pendidik telah meletakkan tujuan untuk membina anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia. 21 2) Metode yang diterapkan di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalonan. Ibu Munfairoh selaku guru PAI menjelaskan sebagai berikut : Metode digunakan sesuai kondisi dan karakteristik anak, metode yang satu digunakan untuk mengatasi gangguan konsentrasi yang satu sedangkan metode yang lain untuk mengatasi gangguan konsentrasi yang lain. Misalnya anak tdak bisa duduk dengan tenang saya beri tugas menulis, pemusatan perhatian saya dekati kemudian berikan tanya jawab, anak sukanya usil atau mengganggu teman saya gunakan playing of learning, anak IQnya rendah saya gunakan metode ceramah dan tanya jawab secara berulang-ulang, anak susah diatur atau problem khusus saya berikan latihan menyalin tulisan kemudian berikan penghargaan berupa nilai, suasana dikelas riuh terus menerus tidak kondusif makin memburuk saya gunakan metode demonstrasi dan driil berupa menghafal surah-surah pendek dan doa sehari-hari dan sebagainya kemudian berikan pertanyaan tanya jawab lalu berikan penghargaan nilai dan pujian kepada semu anakanak tunagrahita. 22 Setelah anak sudah diberikan metode-metode tesebut bentuk-bentuk gangguan konsentrasi bisa teratasi oleh guru pendidikan agama Islam. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan guru PAI sebagai berikut: Masalah metode, sebenarnya kurikulum KTSP sekolah luar biasa tingkat dasar dalam bidang studi pendidikan agama Islam sudah ditentukan bahwa metode mengajar ialah ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, demonstrasi, drill dan karyawista. Penggunaan metode ini didasarkan pada karakteristik siswa, kondisi dan kemampuan siswa, metode-metode 21 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru, pada tanggal 14 April 2015 pukul WIB 22 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di Ruang Kelas III C Tunagrahita, Pada Tanggal 13 April 2015 Pukul WIB.

15 119 tersebut disesuaikan dengan ketunaan dan kemampuan anak didik yang disandang. 23 Dari keenam di atas, yang digunakan oleh para guru dalam pembelajaran untuk anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode drill, metode demonstrasi. Sedangkan metode yang satu tidak digunakan karena guru merasa kesulitan dalam melaksanakannya. Metode karya wisata tidak digunakan karena para siswa tidak mungkin diajak karyawisata tanpa pengantar dan juga masalah biaya yang menyebabkan kesulitan bagi guru. Dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : a. Anak didik Dalam kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik di SDLB dengan latar belakang kehidupan yang berlainan, karakteristik siswa yang berbeda, status sosial mereka juga bermacam-macam dan ketunaan yang disandang siswa juga berbeda-beda. Perbedaan individual anak diidk akan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan metode, yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang telah ditentukan demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. 23 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di kantor guru, pada tanggal 13 April 2015 pukul WIB.

16 120 b. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran di SDLB merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap siswa anak didik, artinya metode harus mendukung kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan. c. Media dan fasilitas belajar Fasilitas dan media di SDLB merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penggunaan metode mengajar. Fasilitas dan media adalah kelengkapan yang menunjang anak didik untuk belajar di sekolah, lengkap tidaknya fasilitas akan mempengaruhi penggunaan metode mengajar. d. Guru Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda, latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensinya. Guru yang mengelola pembelajaran dapat dilihat dari kompetensinya dalam teknik mengajarnya, kebiasaannya, pandangan hidup, latar belakang pendidikan dan kerjasama dengan teman sejawat sesama guru. e. Materi atau bahan ajar Materi atau bahan ajar PAI di SDLB yang akan disampaikan mempengaruhi dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran karena kemampuan situasi kondisi dan karakteristiknya anak tunagrahita berbeda-beda sehingga penggunaan metode yang satu digunakan untuk mencapai yang satu, sementara metode yang lain juga digunakan untuk

17 121 mencapai tujuan yang lain, misalnya materi yang berkaitan dengan tata cara wudhu dan shalat, maka guru akan memilih metode ceramah dan demonstrasi. 24 Dari beberapa metode pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Wiradesa, Kabupaten Pekalongan diantaranya metode ceramah, metode Tanya jawab, metode pemberian tugas, metode driil dan metode demonstrasi. Metode tersebut digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita sesuai dengan materi, kondisi dan situasi serta karakteristik anak yang dihadapi. 25 Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan masingmasing metode yang diterapkan oleh guru pendidikan agama Islam untuk anak tunagrahita SDLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan sebagai berikut : a. Metode Ceramah Metode ceramah disampaikan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan cara guru menerangkan di dalam kelas dan siswa mendengarkan keterangan guru. Adapun materi pendidikan agama Islam yang bisa disampaikan dengan metode ceramah ini adalah akhlaq, 24 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru, pada tanggal 17 April WIB. 25 Wawanara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang ruang kantor guru, pada tanggal 17 April 2015 pukul WIB.

18 122 aqidah, tarikh atau sejarah dan Al-Qur'an. Jadi, hampir semua mata pelajaran dapat disampaikan dengan metode ceramah. Di SDLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan jurusan C tingkat dasar, metode ceramah tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya karena jika terlalu banyak diberikan ceramah siswa akan cepat bosan dan tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Dalam menghadapi masalah ini bagi guru tidak terlalu sulit karena dalam satu kelas jumlah siswa tidak banyak, maka dapat diatasi langsung dengan jalan guru menegur siswa dan memintanya untuk memperhatikan apa yang disampaikan. Namun perlu diingat bahwa daya ingat dan daya tangkap siswa rendah, sehingga apa yang disampaikan oleh guru mereka sudah lupa lagi. 26 Ibu Munfairoh selaku guru PAI menjelaskan sebagai berikut : Mengajar anak tunagrahita dengan metode ceramah kurang efektif karena anak sulit berkonsentrasi dan mudah sekali lupa terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Untuk mengatasi hal ini guru berusaha menggabungkan dengan metode lain seperti metode tanya jawab, pemberian tugas dan demonstrasi. Pelaksanaan metode ceramah untuk anak-anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan guru harus menggunakan kata-kata yang jelas, pelan-pelan agar mudah dipahami oleh anak-anak. Hal ini dilakukan agar para siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru, menginat 26 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru pada tanggal 15 April 2015 pukul WIB.

19 123 siswa yang dihadapi adalah anak-anak tunagrahita yang tingkat kemampuanya rendahh. 27 b. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab sebenarnya merupakan lanjutan dari metode ceramah. Hampir dapat dipastikan setelah guru menjelaskan materi pelajaran dengan metode ceramah dilanjutkan dengan tanya jawab. Metode Tanya jawab dapat mengontrol para siswa dalam hal perhatian apakah antusias dalam belajar atau tidak. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru, para siswa akan lebih mudah terkesan dan mengingatnya. Metode Tanya jawab ini dapat diterapkan pada semua materi pendidikan agama Islam. hal ini untuk menggugah dan membangkitkan minat serta perhatian siswa agar terpusat pada materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. 28 Penerapan metode tanya jawab untuk anak-anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan dilaksanakan sebelum pelajaran inti dimulai dan sesudah materi pelajaran disampaikan pada minggu lalu, kalau tidak ada yang bertanya guru balik bertanya. Ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap pelajaran 27 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kantor guru, pada tanggal 15 April 2015 pukul WIB. 28 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang kelas III C, pada tanggal 15 April 2015 pada pukul WIB.

20 124 yang telah disampaikan. Sesudah materi pelajaran ini disampaikan guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Ibu Munfairoh sendiri menjelaskan sebagai berikut : Metode Tanya jawab bagi siswa tunagrahita memang hanya efektif dari suatu pihak yakni guru mengontrol pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan dari pihak siswa pertanyaan itu jarang sekali ada. 29 Menurut pengamatan penulis yang ditulis saat penyajian materi pendidikan agama Islam dengan metode tanya jawab materi yang disampaikan oleh guru adalah shalat fardhu dengan sub bab waktu-waktu shalat fardhu. Setelah materi disajikan, ternyata pertanyaan-pertanyaan yang ada hanya datang dari pihak guru. Sebaliknya pertanyaan yang datang dari siswa terhadap pelajaran sangat rendah dan mereka mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengungkapkan suatu pertanyaan. 30 c. Metode Pemberian Tugas Metode resitasi merupakan metode penyajian bahan dimana guru meberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas tersebut dapat dilakukan siswa di dalam kelas, di halaman sekolah, di rumah atau di mana saja asal 29 Wawancara pribadi kepada Munfairoh di Ruang Kelas C (tunagrahita), pada tanggal 15 April 2015 pada pukul Hasil Observasi di Kelas III C (Tunagrahita) pada tanggal 16 April 2015, pada pukul WIB.

21 125 tugas itu dapat dikerjakan. Penggunaan metode resitasi dalam materi pendidikan agama Islam sangat tepat, karena pendidikan agama Islam menghendaki pengalaman dan lanjutan praktek di luar. Selain pelajaran yang bersifat teoritis dari buku-buku yang diajarkan di dalam kelas, pengetahuan tersebut dilanjutkan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Metode restasi pada hakikatnya menyuruh siswa untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang baik atau berguna bagi dirinya dalam memperluas dan memperdalam pengetahuan dan pengertian mereka, tujuannya untuk mengatasi gangguan konsentrasi. Metode resitasi pada anak tunagrahita di SDLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan bisa efektif jika tugas itu berupa masalah-masalah yang praktis dan rutinitas, tetapi kurang efektif bila tugas itu berupa teori atau konsep yang jarang ditemui. 31 Ibu Munfairoh sendiri menjelaskan sebagai berikut : Pendidik dalam memberikan materi pembelajaran pendidikan agama Islam didasarkan pada kemampuan dan karakteristik anak didik, jika anak didik belum mampu menguasai maka metode pengulangan diharapkan dapat mengatasinya, karena sebagian besar anak tunagrahita ini dalam memahami sesuatu memerlukan waktu yang lama dibandingkan anak normal. 31 Nurhadi, Kepala Sekolah SDLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan, Wawancara pribadi kepada Nurhadi kepsek di Ruang Kepala Sekolah, pada tanggal 16 April 2015 pada pukul pukul WIB.

22 126 Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam guru menggunakan variasi metode pembelajaran karena dalam setiap kelasnya terdapat anak didik yang bermacam karakteristiknya, sehingga banyak ditemukan bentuk-bentuk gangguan konsentrasi anak tunagrahita diantaranya berisik atau membuat gaduh, tidak bisa duduk dengan tenang, usil mengganggu temannya, gangguan pemusatan perhatian, kemampuan rendah sehingga guru harus menenangkan anakanak tunagrahita dan menggunakan kombinasi metode yang tepat. Ibu Munfairoh sendiri menjelaskan sebagai berikut : ketika menggunakan metode tanya jawab guru memberikan pertanyaan yang bisa diberi penghargaan semisal nilai seratus dan ketika menggunakan metode ceramah dengan penyampaian pelan-pelan dan berulang-ulang supaya anak tunagrahita bisa merespon dan teringat serta ketika menggunakan metode demonstrasi anak tunagrahita diajak praktek seperti wudhu, shalat, menghafal surah-surah pendek dan doa sehari-hari baik di kelas maupun di luar kelas. 32 d. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode ini digunakan dengan jalan guru terlebih dahulu 32 Wawancara Pribadi kepada Munfairoh guru PAI di Ruang Kelas C (tunagrahita), pada tanggal 16 April 2015 pukul WIB.

23 127 memperlihatkan dan memberikan keterangan dengan contohcontoh kemudian para siswa mempraktekkannya. Dalam metode pendidikan agama Islam metode ini biasanya digunakan dalam penyajian materi fiqih atau ibadah, Al-Qur'an dan lain-lain seperti praktek shalat, praktek wudhu, pengenalan sarana ibadah dan penggunaannya, dengan metode ini guru dituntut kesabarannya karena harus mengontrol anak satu persatu dan menuntunnya, misalnya dalam praktek wudhu dan shalat, maka guru menuntun satu persatu anak tunagrahita mempraktekkan wudhu dan shalat. 33 Ibu Munfairoh sendiri menjelaskan sebagai berikut : Metode demonstrasi ini sering dipakai dalam penyampaian materi pelajaran yang bersifat praktis seperti cara-cara wudhu, cara mengerjakan shalat, pengenalan sarana ibadah. Metode demonstrasi sangat efektif diterapkan untuk menyampaikan materi pendidikan agama Islam khususnya pelajaran fiqih yang berkaitan dengan praktek wudhu dan shalat dipraktekkan semua anak-anak tunagrahita secara satu persatu di SDLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan, berguna untuk mengatasi gangguan konsentrasi. 34 e. Metode Latihan (Drill) Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang 33 Wawancara pribadi kepada Munfairoh guru PAI di ruang tempat shalat, Pada tanggal 18 April 2015 pukul WIB. 34 Observasi Kelas V C (Tunagrahita) Jam Pelajaran PAI di Ruang Tempat Shalat, pada tanggal 18 April 2015 Pukul

24 128 telah dipelajari. Drill secara denotatife merupakan tindakan untuk meningkatkan keterampilan dan kemahiran. Sebagaimana yang disampaikan munfairoh sebagai berikut : Sebagai sebuah metode, drill adalah cara membelajarkan siswa untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat pula mengembangkan sikap dan kebiasaan. Latihan atau berlatih merupakan proses belajar dan membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu. 35 Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill. 1) Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lainlain. 2) Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan dan lain-lain. 3) Untuk melatih pembiasaan sehari-hari, misalnya menghagfal surah-surah pendek, menghafal doa-doa, menyanyi keagamaan dan lain-lain. Dari gambaran observasi dan beberapa hasil wawancara peneliti menyimpulkan bahwa strategi dalam pembelajaran sebelum di mulai 35 Wawancara pribadai kepada Munfairoh guru PAI di ruang kelas, pada tanggal 18 April 2015 pukul WIB.

25 129 pelajaran guru harus mengetahui karakteristi anak, mengontrol keadaan anak di kelas, menenangkan suasana di kelas, mengatur tempat duduk, pendekatan individual, memberikan penghargaan berupa pujian dengan kasih saying, memberikan problem khusus dengan anak tersebut, dan playing of learning. Adapun pendekatan-pendekatan pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan pendidik terhadap peserta dididk menggunakan beberapa pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan edukatif dan pendekatan bervariasi. Metode dalam pembelajaran PAI SDLB Negeri Wiradesa,Kabupaten Pekalongan Yang digunakan yaitu metode ceramah, metode Tanya jawab, metode pemberian tugas, metode demonstrasi dan metode driil. Dari metode tersebut digunakan untuk mengatasi gangguan konsentrasi anak tunagrahita sedangkan metode yang lain untuk mengatasi yang lain sesuai dengan kemampuan, karakteristik, situasi dan kondisi anak tunagrahita WIB. 36 Hasil observasi kepada guru PAI di kelas V C pada tanggal 18 Apri 2015 Pukul

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua. mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua. mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

B. Dilematisme Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB D YPAC Semarang

B. Dilematisme Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB D YPAC Semarang BAB IV ANALISIS PEMBELAJARAN PAI BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH LUAR BIASA GOLONGAN TUNADASKA (SLB D) TINGKAT SMPLB DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG A. Orientasi Tujuan Pembelajaran Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga ataupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanamkan agar iman dan taqwa menjadi tumpuan harapan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanamkan agar iman dan taqwa menjadi tumpuan harapan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa yang aktif dan kreatif merupakan pembekalan ilmu pengetahuan yang ditanamkan agar iman dan taqwa menjadi tumpuan harapan bagi pengembang individu-individu terdidik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI MI AL-FALAH BERAN NGAWI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI MI AL-FALAH BERAN NGAWI JAWA TIMUR BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE TILAWATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR`AN DI MI AL-FALAH BERAN NGAWI JAWA TIMUR Bentuk penelitian skripsi kualitatif yaitu penelitian dengan memaparkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 77 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data dan Analisis Data 1. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar peserta didik mata pelajaran Matematika pada materi pembagian peserta didik kelas III MI Darussalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN Proses pembelajaran merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN A. Desain Kurikulum di TKIT Nurul Qomar Pedurungan Semarang Kurikulum di TKIT Nurul Qomar Pedurungan Semarang dipadukan antara: 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pemanfaatan Teknik Menyanyi Dalam Pembelajaran Hafalan Kosakata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA 84 BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab ini akan dilakukan analisis data.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 86 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Setelah melakukan penelitian di RA Al-Hidayah Gombang dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi, dapat didiskripsikan data dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN. (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN. (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR AN (BTQ) PADA SISWA KELAS III MI Al FUTUHIYYAH SUMURKIDANG A. Analisis Penerapan Metode Pembelajaran BTQ Siswa Kelas III MI Al Futuhiyyah Sumurkidang

Lebih terperinci

Panduan Observasi. No. Indikator Hal Yang diamati 1. Guru PAI sebagai membimbing, menuntun, member tauladan, dan membina. disampaikan.

Panduan Observasi. No. Indikator Hal Yang diamati 1. Guru PAI sebagai membimbing, menuntun, member tauladan, dan membina. disampaikan. LAMPIRAN LAMPIRAN Panduan Observasi No. Indikator Hal Yang diamati 1. Guru PAI sebagai membimbing, menuntun, member tauladan, dan membina 1 Memperhatikan bagaimana cara guru PAI mengajar anak tunagrahita

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM Keinginan seorang guru untuk mendidik anak didiknya menjadi orang yang pintar, berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SDLB Negeri Selat Kuala Kapuas 1. Tinjauan Historis Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Selat Kuala Kapuas merupakan satu-satunya sekolah pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan mengenai hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus masalah dalam Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Merangkai Bunga Hias Dari Bahan Daur Ulang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Setelah peneliti melaksanakan penelitian di SMPN 2 Sumbergempol kabupaten Tulungagung, peneliti memperoleh data-data di lapangan melalui wawancara, observasi,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum SMPLB Hj Soemiyati Himawan Candisari Semarang a. Data sekolah 1) Nama Sekolah : SMPLB C Hj. Soemiyati Himawan 2) Nomor Induk Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun individu usaha yang dilakukan secara sadar untuk menanamkan nilai-nilai atau sikap baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak adalah implementasi dari iman dan segala bentuk perilaku. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam Al-Quran surat Luqman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, mengajar adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia dan untuk itu setiap warga Negara termasuk anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pendidikan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG A. Analisis Tujuan Pendidikan Kecerdasan Spiritual Segala macam usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik dan mental. Dan tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik dan mental. Dan tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh para pendidik kepada anak didik dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki anak agar menjadi dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENGHITUNG BILANGAN DUA ANGKA MENGGUNAKAN METODE DRILL. Mundasah SD Negeri 02 Wiradesa Pekalongan

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENGHITUNG BILANGAN DUA ANGKA MENGGUNAKAN METODE DRILL. Mundasah SD Negeri 02 Wiradesa Pekalongan Jurnal Penelitian Pendidikan (JPPI) Vol. 1, No. 1, Januari 2016 ISSN2477-2240 SD Negeri 02 Wiradesa Pekalongan Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas metode latihan atau drill

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan UndangUndang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan meliputi rencana dan proses yang akan menentukan hasil yang ingin di capai sebagaimana termasuk dalam UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat (1) tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 70 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Pada tanggal 4 April 2016 peneliti melakukan penelitian yang pertama. Peneliti datang ke sekolah MTs Darul Hikmah pada pukul 08.30 WIB. Ketika sampai di sekolahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lainnya, perbedaan yang sangat mendasar terlihat pada akal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Setelah peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Srengat dengan metode interview, observasi, dan dokumentasi, maka dapat dipaparkan data sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa negara bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada setiap warga negara dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992) xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi

Lebih terperinci

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi; 5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup berbagai materi, salah satunya memuat materi shalat. Materi shalat sangat penting dalam upaya mendidik anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Lembar Observasi/ Pedoman Panduan Observasi. No Variabel Sub Variabel Deskripsi. cara yang benar

Lembar Observasi/ Pedoman Panduan Observasi. No Variabel Sub Variabel Deskripsi. cara yang benar Lembar Observasi/ Pedoman Panduan Observasi No Variabel Sub Variabel Deskripsi 1 Tujuan pembelajaran 2 Materi pembelajaran a. Pengertian tentang mandi b. Melatih kemandirian anak untuk dapat mandi tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN Pada bab IV akan membahas tentang analisis Pelaksanaan Program Remedial Pada Mata Pelajaran PAI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Wawancara Penggunaan Media Kartu Lambang Bilangan pada Pembelajaran Anak Autis

Lampiran 1. Panduan Wawancara Penggunaan Media Kartu Lambang Bilangan pada Pembelajaran Anak Autis 84 Lampiran 1. Panduan Wawancara Penggunaan Media Kartu Lambang Bilangan pada Pembelajaran Anak Autis Pertanyaan kepada guru: 1. Bagaimana guru mempersiapkan kegiatan belajar mengajar dalam penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya

Lebih terperinci

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecakapan hidup adalah berbagai jenis keterampilan yang memupuk dan melatih remaja putra dan putri menjadi anggota masyarakat yang kreatif, inovatif, produktif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam bagi eks penderita psikotik di Unit Rehabilitasi Sosial Bina Sejahtera Kendal I

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam bagi eks penderita psikotik di Unit Rehabilitasi Sosial Bina Sejahtera Kendal I 128 BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam bagi eks penderita psikotik di Unit Rehabilitasi Sosial Bina Sejahtera Kendal I Hasil yang dapat diketahui bahwa yang dimaksud penyandang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan fokus penelitian yang telah dirumuskan mengenai motivasi belajar membaca Al-Qur an siswa, strategi guru Al-Qur an Hadits dalam menumbuhkan motivasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode role playing pada proses belajar mengajar jarang atau tidak pernah dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SEKOLAH : MIN KUMAI HILIR MATA PELAJARAN : PKn KELAS/SEMESTER : I /I ALOKASI WAKTU : STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR : : Membiasakan tertib di rumah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN A. Analisis Strategi Guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan :

BAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan : BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil paparan penyajian data hasil penelitian mengenai Implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat

Lebih terperinci

AGAMA ISLAM KOMPETENSI YANG DIUJIKAN INDIKATOR

AGAMA ISLAM KOMPETENSI YANG DIUJIKAN INDIKATOR AGAMA ISLAM NO 1 Rajin Belajar 1.1 Siswa dapat mengetahui manfaat belajar 1.2 Siswa dapat melafalkan doa sebelum belajar 1.3 Siswa dapat mengetahui tugas nabi 1.4 Siswa dapat menyebutkan manfaat rajin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan pengamatan awal, ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi selama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV A, yaitu rendahnya hasil belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah dirancang, maka pelaksanaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah dirancang, maka pelaksanaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah dirancang, maka pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan melalui tahap dan proses yang terstruktur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV. ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN 68 BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Penerapan Metode Simulasi di MTs Rifa iyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR

KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR KELAS I 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, berkepribadian mandiri dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan dengan berbagai keberagaman dimana terdapat persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri setiap inividu. Setiap

Lebih terperinci

Pedoman Pengumpulan Data. 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen. a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen?

Pedoman Pengumpulan Data. 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen. a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen? Pedoman Pengumpulan Data 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen? b. Apa visi dan Misi SMP Negeri 7 Kebumen? c. Apa saja sarana dan prasarana

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN 2 Model Banjarmasin Awal berdirinya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Banjarmasin sejak tahun 1998.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K Pengaruh Penggunaan Media Kartu Limbah Rumah Tangga Bungkus Plastik Bermerk Terhadap Kemampuan Membaca Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas DII SLB C YSSD Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam kehidupan. Bangsa yang maju selalu diawali dengan kesuksesan di bidang pendidikan serta lembaga pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A MTs. ARRAHMAH KELAPA DUA WETAN CIRACAS JAKARTA TIMUR Santi Hartika Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data penelitian disajikan untuk mengetahui karakteristik data pokok berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini, peneliti tidak mengalami kendala

Lebih terperinci

CURRICULUM VITAE. : Kusumaning Dwi Nuraini

CURRICULUM VITAE. : Kusumaning Dwi Nuraini LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE Nama : Kusumaning Dwi Nuraini Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, tanggal Lahir : Cilacap, 16 Juli 1994 Alamat Asal : Jl.Raya Buntu Desa Pageralang RT 03 RW 03 Kecamatan.

Lebih terperinci