BAB IV. ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN
|
|
- Verawati Yuliani Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 68 BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Penerapan Metode Simulasi di MTs Rifa iyah Wonokerto Dalam pelaksanaannya kegiatan pembiasaan pembelajaran fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto memerlukan kerjasama yang harmonis antara penanggung jawab pendidik, guru, orang tua, dan masyarakat. Kegiatan pembelajaran pada ketiga lingkungan tersebut harus diusahakan agar saling mendukung. Pembiasaan Pembelajaran fiqih bagi peserta didik di MTs Rifa iyah Wonokerto merupakan hal yang sangat penting dalam perwujudan hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan orang lain, dan lain sebagainya. Dengan demikian berarti bahwa fiqih itu merupakan formulasi dari Al-Qur an dan Sunnah yang berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh ummatnya. Hukum itu berbentuk amaliyah yang akan diamalkan oleh setiap mukallaf. Secara substansial materi fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan pemahaman tentang aturan atau ketentuan kepada pesera didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan seharihari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Materi fiqih merupakan salah satu materi yang bersifat pembiasaan artinya apa yang 68
2 69 dipelajari di sekolah, materi ajar pada materi fiqih harus mampu diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlu di implementasikan kedalam kurikulum MTs Rifa iyah Wonokerto agar nilai-nilai agama islam dapat menjadi karakter dalam kehidupan sehari-hari. Dari wawancara dan setelah dikonfirmasikan dengan hasil observasi dilapangan maka didapatkan suatu kenyataan bahwa peserta didik di MTs Rifa iyah Wonokerto memang diajarkan tentang hukum-hukum syar i yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Hanya saja untuk masalah hasil pembelajaran dikembalikan lagi kepada individu masing-masing peserta didik, ada yang sudah sesuai harapan namun ada juga yang belum sesuai harapan, hal ini dikarenakan tingkat pemahaman dan daya pikir ( intelegensi ) peserta didik yang berbeda-beda. 1 Dalam setiap materi tersebut peserta didik dituntut untuk mampu menguasai dari tujuan pembelajaran tersebut. Paling tidak 3 indikator keberhasilan dari masing-masing indikator keberhasilan yang ada. Kurikulum yang dipakai MTs Rifa iyah Wonokerto adalah kurikulum KTSP yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berdasarkan buku petunjuk penyelenggaraan MTs dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga pedoman kurikulumnya menggunakan standar kompetensi. Standar kompetensi materi fiqih berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh pendidikan materi fiqih di MTs Hasil wawancara dengan guru di MTs Rifa iyah Wonokerto pada tanggal 8 Agustus
3 70 Rifa iyah Wonokerto. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku efektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. 2 Adapun langkah-lnagkah dalam penerapan metode simulasi di MTs Rifa iyah Wonokerto adalah sebagai berikut. a. Persiapan Simulasi 1) Menetapkan topik dan tujuan pembelajaran yaitu pada materi Thoharoh dengan cara Tayamum. 2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan dengan melempar beberapa pertanyaan yaitu a. Apa yang yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan shalat...? b. Apa saja syarat syarat berwudhu...? c. Bagaimana cara besuci seandainya tidak ada air...? 3) Guru mempersiapkan ringkasan materi fikih pada bab thahroh dengan tayamum, berupa lembaran kertas. 4) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen. 5) Guru menjelaskan aturan dalam metode pembelajara simulasi (Peer Teaching) baik peran maupun waktu masing-masing kelompok. 6) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi yang belum paham. 2 Dokumentasi MTs Rifa iyah Wonokerto diambil pada tanggal 6 Agustus 2015.
4 71 b. Pelaksanaan Simulasi 1) Guru membagikan lembaran ringkasan materi yang telah dipersiapkan. 2) Guru memberikan waktu 25 menit untuk memahami dan mendiskusikan dengan anggota kelompok masing-masing. 3) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk menjelaskan materi yang telah di diskusikan yaitu tatacara bersuci dengan tayamum. 4) Siswa berperan aktif dalam mensimulasikan tatacara bersuci dengan tayamum, salah satu siswa menjelaskan alasan dilaksanakannya tayamum : a. Karena tidak adanya air b. Sudah masuk waktu sholat c. Adanya udzur misalkan : sakit, perang, bencana alam dan lain sebagainya. 5) Salah satu anggota lain kelompok tersebut melafalkan bacaan niat thoharoh dengan tayamum, disertai terjemahnya. 6) Siswa yang lain melafalkan bersama-sama niat thoharoh dengan tayamum. 7) Siswa mempraktekkan bersuci dengan cara tayamum dimulai dari mengusap tangan sampai siku dan diakhiri mengusap wajah. 8) Guru menyuruh seluruh siswa untuk mempraktekan dengan sambil berdiri.
5 72 9) Guru hendaknya memberikan bantuan barangkali ada di antara pemain mendapat kesulitan. 10) Guru memberikan sugesti dan dorongan kepada siswa agar percaya diri dan mampu memainkan peranan. 11) Menghentikan simulasi setelah sampai pada tahap akhir. c. Penutup 1) Melakukan diskusi dengan melemparkan pertanyaan : a. Apa alasannya seseorang boleh bertayamum...? b. Bagaimana niat bertayamum...? c. Bagaimana hukumnya tayamum jika seletah sholat kita menemukan air...? 2) Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. 3) Merumuskan kesimpulan. a. Guru menyuruh setiap kelompok untuk menuliskan kesimpulan dalam selembar kertas. b. Guru membacakan salah satu kesimpulan dari salah satu kelompok. 4) Guru menjelaskan kesimpulan dari tayamum. Dari pengamatan di kelas, peneliti mengetahui pengaruh metode simulasi terhadap peserta didik MTs Rifa iyah Wonokerto yaitu : a. Mempercepat peserta didik mengerti b. Memudahkan mengingat pelajaran
6 73 c. Membuat peserta didik berani tampil d. Membuat peserta didik kreatif e. Memperlancar peserta didik berbicara f. Memudahkan pemahaman peserta didik g. Membuat peserta didik ceria, tidak bosan dan tidak tertekan h. Membuat kelas kondusif Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penerapan metode simulasi dapat atau mampu meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto. a) Faktor Pendukung dalam Penerapan Metode Simulasi di MTs Rifa iyah Wonokerto Faktor pendukung tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern. 1) Faktor Intern a. Kemauan Adanya kemauan peserta didik untuk belajar dengan menggunakan metode simulasi. Tanpa adanya kemauan dari peserta didik, pembelajaran mustahil dilaksanakan karena pembelajaran membutuhkan hafalan dan konsentrasi dalam melakukannya. Sehingga dibutuhkan metode yang menarik perhatian peserta didik yang tercatat masih perlu bimbingan. Dari hasil wawancara dapat ditarik suatu informasi bahwa peserta didik di MTs Rifa iyah Wonokerto memang
7 74 memiliki antusias dan semangat yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran materi fiqih melalui penerapan metode simulasi. Hal ini dibuktikan dengan keikut sertaan peserta didik dalam menerima pembelajaran, menghafalkan bacaan-bacaan yang guru ajarkan. b. Media Media menjadi salah satu faktor pendukung di MTs Rifa iyah Wonokerto. baik itu berupa gambar. tempat praktek, dan lain-lain. Dengan adanya media gambar maka banyak membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode simulasi, karena dengan adanya media gambar dan audio visual anak dapat lebih mengerti dan memahami yang sedang diajarkan, penggunaan media berupa gambar dan perangkat audio visual memang dapat membuat guru dalam mengajarkan pembelajaran kepada peserta didik. Akan tetapi tetap adanya pendampingan selama perangkat audio visual tersebut diputarkan agar anak mendapatkan informasi yang jelas. Dari hasil wawancara dapat ditarik suatu informasi bahwa di MTs Rifa iyah Wonokerto memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai guna penerapan metode simulasi, sehingga tidak ada lagi kendala yang berarti untuk menerapkan metode tersebut.
8 75 2) Faktor Ekstern a. Dukungan dari Sekolah Dukungan yang tinggi menjadi nilai tambah dalam penerapan metode simulasi guna meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto. Hal tersebut terlihat dari usaha sekolah yang terus berusaha menggunakan metode simulasi dalam setiap materi pembelajaran, karena penggunaan metode simulasi dirasa oleh guru di MTs Rifa iyah Wonokerto sebagai metode yang mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran, mengingat metode simulasi merupakan metode yang biasa diterapkan sehingga mempermudah peserta didik dalam memahami materi fiqih. Sehingga mempermudah penerapannya dalam kehidupan seharihari. Dan juga memberikan pemahaman tentang aturan/ ketentuan kepada pesera didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT. Dari wawancara dapat ditarik suatu informasi bahwa pengajaran materi di MTs Rifa iyah Wonokerto menggunakan metode simulasi dengan alasan metode tersebut sesuai bagi peserta didik di MTs Rifa iyah Wonokerto yang mana masih perlu bimbingan dari guru sehingga membutuhkan metode
9 76 pengajaran yang tidak monoton. Dengan metode simulasi peserta didik dilibatkan secara langsung serta aktif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik mampu menguasai materi pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan. b. Dukungan orang tua Dukungan orang tua menjadi hal yang cukup signifikan dalam mendukung penerapan metode simulasi. Adanya pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua di rumah membantu peserta dalam menghafal dan memahami materi, sehingga hal ini dapat memudahkan bagi guru dalam mengajarkan pembelajaran kepada peserta didik, contohnya orang tua mengajari tentang bacaan dan tatacara thoharoh serta gerakan-gerakan sholat beserta bacaannya yang sesuai dengan makhrojnya yang diajarkan disekolah. Dengan adanya pengulangan ini maka diharapkan peserta didik dapat mengingat dan menghafal kembali materi yang telah diajarkan di sekolah. Dari hasil wawancara dapat ditarik suatu informasi bahwa orang tua peserta didik MTs Rifa iyah Wonokerto juga memberikan dukungan dan berperan aktif dalam mengajarkan materi kepada anaknya melalui penerapan metode simulasi.
10 77 b) Faktor Penghambat dalam Penerapan Metode Simulasi di MTs Rifa iyah Wonokerto Faktor penghambat tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern. 1) Faktor Intern a. Malas Anak yang malas lebih memilih untuk bercanda dengan teman-temannya. Faktor penghambat yang pertama bagi penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto adalah rasa malas pada anak dan anak cenderung lebih memilih bercanda dengan temannya dari pada memperhatikan gurunya.namun begitu guru MTs Rifa iyah Wonokerto selalu mengkondisikan kelasnya dengan baik. Dari hasil wawancara dapat ditarik suatu informasi bahwa salah satu faktor penghambat dari penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto adalah adanya rasa malas dari peserta didik dan lebih memilih bercanda sendiri dengan temannya. Hal ini dapat terjadi jika guru tidak mampu mengkondisikan kelasnya, untuk itu penerapan metode simulasi perlu dilakukan agar anak menjadi lebih perhatian terhadap apa yang sedang dilakukan oleh gurunya dan mau untuk menirukan apa yang diajarkan oleh guru. Karena salah satu tujuan metode simulasi adalah belajar dengan berbuat.
11 78 Para peserta didik melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interaktif atau ketrampilan-ketrampilan reaktif. b. Tingkat hafalan dan pemahaman anak yang berbeda-beda. Faktor penghambat yang kedua dalam penerapan metode simulasi guna meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto adalah adanya tingkat hafalan dan pemahaman anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Dari hasil wawancara dapat ditarik suatu informasi bahwa peserta didik di MTs Rifa iyah Wonokerto memang memiliki tingkat hafalan dan pemahaman yang berbeda-beda. Karena dari sebagian peserta didik ada yang lulusan berasal dari sekolah dasar negeri sehingga peserta didik tersebut kurang dalam ilmu keagamaannya. Mengingat setiap orang pasti memiliki tingkat intelegensi atau kecerdasan yang berbeda-beda. Peneliti mengharapkan agar orang tua lebih intensif dalam mengajarkan kepada anaknya dengan mengulang kembali apa yang telah diajarkan guru di MTs Rifa iyah Wonokerto dengan menggunakan metode simulasi dirumah, agar anak dapat menguasai materi dengan baik dan sempurna.
12 79 c. Adanya sikap malu dari anak. Faktor penghambat yang ketiga dalam penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto adalah adanya sikap malu pada anak untuk melakukan gerakan yang diajarkan oleh guru. Dari hasil wawancara dapat ditarik suatu informasi bahwa peserta didik di MTs Rifa iyah Wonokerto terkadang adanya rasa malu untuk mengikuti gerakan yang diajarkan oleh guru serta malu untuk bertanya kalau belum faham. Untuk itu hal yang dapat dilakukan oleh guru di MTs Rifa iyah Wonokerto guna mengatasi permasalahan tersebut adalah memberikan motivasi dan reward. Dengan kesabaran dan ketelatenan maka guru di MTs Rifa iyah Wonokerto harus berusaha sebaik mungkin agar peserta didik mau untuk mensimulasikan bersama dan tidak malu untuk bertanya.. 2) Faktor Ekstern a. Kurangnya Buku Penunjang untuk Siswa Faktor penghambat dari faktor ekstern yang pertama dalam penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto adalah kurangnya buku penunjang untuk siswa. Dari hasil wawancara dapat ditarik suatu informasi bahwa peserta didik di MTs Rifa iyah Wonokerto tidak mempunyai buku penunjang siswa, sehingga siswa tidak bisa
13 80 mengembangkan pemahamannya di luar proses belajar mengajar. b. Kurangnya Waktu. Faktor penghambat dari faktor ekstern yang kedua dalam penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto adalah kurangnya waktu. Proses metode simulasi membutuhkan waktu lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Dari hasil wawancara dapat ditarik suatu informasi bahwa kurangnya waktu ketika pelaksanaan praktek berlangsung padahal proses metode simulasi seharusnya membutuhkan waktu lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Itulah beberapa faktor yang mendukung dan menghambat penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto. B. Analisis Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi fiqih di MTs Rifa iyah Wonokerto. Adapun untuk tingkat pemahaman siswa melalui model pembelajaran yang selama ini diterapkan disimpulkan bahwa tingkat pemahaman siswa mengalami peningkatan khususnya pada materi fiqih. Hal ini berdasarkan data nilai setelah penerapan metode simulasi di MTs Rifa iyah Wonokerto
14 81 pada materi fiqih menunjukkan tercapainya KKM khususnya pada Bab Thoharoh. Pada data terlihat bahwa nilai siswa rata-rata kelasnya adalah 76,81 artinya telah mencapai KKM. Tabel 4.1 Data Perbandingan Nilai Siswa No Rentang Nilai Jumlah Siswa Jumlah Siswa Sesudah Sebelum Simulasi Simulasi Jumlah Berdasarkan data nilai diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa di MTs Rifa iyah Wonokerto mengalami peningkatan dan diindikasikan bahwa rendahnya minat belajar siswa menjadi kunci utama dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa. Dan penggunaan metode simulasi menjadi salah satu cara untuk meningkatkan minat belajar siswa. Penggunaan metode simulasi di MTs Rifa iyah Wonokerto dilakukan dengan cara mensimulasikan kegiatan tayamum dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi, sebelumnya guru sudah memberi arahan. Teman yang lainnya memperhatikan setelah kegiatan tersebut dari kelompok itu menanggapinya.
BAB III. PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN
35 BAB III PENERAPAN METODE SIMULASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI FIQIH DI MTs RIFA IYAH WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Gambaran Umum MTs Rifa iyah Wonokerto 1. Sejarah Berdirinya
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan. Oleh: L A S M I N I A
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 02 KWANGSAN JUMAPOLO, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada di Sekolah Dasar. Selain merupakan mata pelajaran pokok IPS juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, seluruh negara di dunia berusaha melakukan pembenahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Kemajuan suatu negara salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Klaten Utara. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah singkat berdirinya MA Negeri 2 Model Banjarmasin
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah singkat berdirinya MA Negeri 2 Model Banjarmasin Pada mulanya MA Negeri 2 Model merupakan bangunan PGAN pada tanggal 25 April
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian
Lebih terperinci2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar terutama pendidikan dari tingkat dasar dan menengah. Bahkan ranah pendidikan saat ini menuai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)
xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang melalui pemberian rangsangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan negara. Undang-undang Republik Indonesia No. 20
Lebih terperinciMetode Metode Instruksional Dina Amelia/
Metode Metode Instruksional Dina Amelia/ 702011094 1. Peer Tutoring Tutor sebaya adalah seorang/ beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah yang ada di sekitar kita sesuai dengan pernyataan Susanto (2014: 6) IPS merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah MTs muhammadiyah kasihan berdiri pada tanggal 17 Agustus 1983. Selalu konsisten mendidik siswanya untuk menjadi lulusan yang dapat diandalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi
efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan siswa dibawah bimbingan guru. Siswa sebagai
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang integral dari pendidikan agama. Memang bukan satu-satunya faktor yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan alquran dan hadis di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian yang integral dari pendidikan agama. Memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi pokok dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Karena itu pengembangan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan senantiasa dapat mengembangkan dan menyempurnakan penguasaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) pembelajaran PKn
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) pembelajaran PKn di SD memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir secara kritis, rasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui meningkatkan produktivitas tenaga kerja terdidik. Disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam dan kegiatan ekonomi, menuntut guru agar dapat menciptakan pembelajaran
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa, sebab melalui pendidikan tercipta sumber daya manusia yang terdidik, yang mampu menghadapi perkembangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 5 SD Negeri Medayu 01 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, dengan jumlah siswa
Lebih terperinciBAB IV EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS DI KELAS V MI WALISONGO TANGKIL TENGAH KEDUNGWUNI
BAB IV EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS DI KELAS V MI WALISONGO TANGKIL TENGAH KEDUNGWUNI A. Analisis Penggunaan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Alquran Hadis di Kelas V MI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk berkomunikasi antar sesamanya. pendapat dan perasaan kita. Selain itu, bahasa juga dapat kita gunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itulah manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Bagaimana langkah-langkah Implementasi metode diskusi dalam. pembelajaran PAI dan Budi Pekerti kelas IV di SDN 01 Ngepoh
103 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Bagaimana langkah-langkah Implementasi metode diskusi dalam pembelajaran PAI dan Budi Pekerti kelas IV di SDN 01 Ngepoh Tanggunggunung Tulungagung Tahun
Lebih terperinciA. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan mulai tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah atas. Mata pelajaran IPS mempunyai peran yang penting
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Untuk mempersiapkan mahasiswa dalam melaksanakan PPL baik yang dipersiapkan berupa persiapan fisik maupun mental untuk dapat mengatasi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan generasi anak bangsa yang potensial dan bermutu. Salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Mekarsari Kecamatan Mekarsari Kabupaten Barito Kuala tahun pelajaran 2012/2013
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Mekarsari Kecamatan Mekarsari Kabupaten Barito Kuala tahun pelajaran 2012/2013
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Untuk mempersiapkan mahasiswa dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) baik yang dipersiapkan
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI METODE SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data disini merupakan uraian yang disajikan untuk mengetahui karakteristik data pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah petunjuk nyata bagi seluruh umat manusia yang kemurniannya terjaga sampai akhir zaman. Salah satu cara menjadi bagian dari orang-orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Sidomulyo sebagian masih menggunakan metode ceramah dan belum memanfaatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP umumnya belum menggunakan metode/stragi yang menarik dan membangkitkan minat belajar siswa. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah untuk UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Fiqih merupakan mata pelajaran penting pada proses. pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah yang bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidik,maka guru harus memahami langkah-langkah sebagai tenaga pengajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan sangat erat hubungannya dengan guru sebagai tenaga pendidik,maka guru harus memahami langkah-langkah sebagai tenaga pengajar agar tercapainya hasil
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP
STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP DAN LKS PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS VIII SMP AL HADI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berkelakuan baik dan mandiri. Permasalahan dalam pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Oleh karena itu pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga mutu prestasi akan menjadi rendah. Dalam motivasi belajar terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Motivasi belajar siswa menjadi lemah karena lemahnya motivasi sehingga mutu prestasi akan menjadi rendah. Dalam motivasi belajar terdapat unsur-unsur cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciBAB IV PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM MENGEMBANGKAN KREATIFITAS PESERTA DIDIK MI SALAFIYAH SENGON SUBAH BATANG
BAB IV PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM MENGEMBANGKAN KREATIFITAS PESERTA DIDIK MI SALAFIYAH SENGON SUBAH BATANG A. Analisis Penerapan Pembelajaran Tematik Dalam Mengembangkan Kreatifitas Peserta Didik
Lebih terperincihlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam proses pembelajaran komponen utama adalah guru dan peserta didik. Agar pembelajaran dapat memperoleh hasil sebaik-baiknya maka guru harus dapat membangkitkan minat
Lebih terperinciPENINGKATAN KETRAMPILAN MENULLIS PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU HURUF PADA SISWA KELAS I SD NEGERI GAMER 02 KOTA PEKALONGAN
PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULLIS PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU HURUF PADA SISWA KELAS I SD NEGERI GAMER 02 KOTA PEKALONGAN Qodaroh SDN Gamer 02 Pekalongan Abstrak Masalah yang diangkat pada
Lebih terperinci... BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang sangat pesat serta perubahan masyarakat yang dinamis, maka perlu dipersiapkan anak didik yang mampu
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
50 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di SMA Swasta Cerdas Murni ini menerapkan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan penggunaan media grafis pada materi pedosfer
Lebih terperinciBAB IV PAPARAN DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV PAPARAN DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Data yang peneliti peroleh dari lapangan adalah data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam hal ini, peneliti tidak mengalami kendala
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Kemampuan bertanya siswa dalam pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasaryang didasarkan atas frekuensi pertanyaan dan tingkatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan informasi hasil penelitian yang terdiri dari: minat dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) peserta didik sebelum diterapkan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan proses pengolahan informasi visual dan. informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi grafis yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Membaca merupakan proses pengolahan informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi grafis yang diperoleh melalui indera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN
79 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Data hasil yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian pada bab I. Adapun deskriptif data hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik itu pelaksana pendidikan, mutu pendidikan, sarana prasarana pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami perubahan, perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan
Lebih terperinciJurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA-KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PERCOBAAN SEDERHANA BERBASIS BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 2 MUARA BATU Juwairiah 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun sering menjadi momok bagi peserta didik, bahkan banyak yang menganggap bahwa Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Kegiatan PPL ini dilaksanakan selama kurang lebih dua setengah bulan, terhitung mulai tanggal 1 Juli sampai dengan 17 September 2014. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ranah kognitif yaitu tentang penyampaian teori, bagaimana agar siswa itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama ini sistem pembelajaran kita masih menekankan kepada ranah kognitif yaitu tentang penyampaian teori, bagaimana agar siswa itu dapat menguasai materi
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
1 BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam mengatasi masalah belajar siswa memerankan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
70 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Pada tanggal 4 April 2016 peneliti melakukan penelitian yang pertama. Peneliti datang ke sekolah MTs Darul Hikmah pada pukul 08.30 WIB. Ketika sampai di sekolahan,
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS. A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas
44 BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas 1. Sejarah TK Pertiwi Pagumenganmas TK Pertiwi Pagumenganmas
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN PPL Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) akan berjalan dengan baik maka diperlukan berbagai hal yang harus dipersiapkan, baik berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan oleh manusia pada sebagian besar aktivitasnya. Tanpa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan seharihari. Bahasa digunakan oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran jurusan di sekolah menengah atas sehingga pelajaran geografi perlu mendapat perhatian
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Tentang Strategi Guru Alqur an Hadits Dalam Mengatasi. Kesulitan Belajar Membaca Alqur an Pada Siswa Kelas VI di MI
65 BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU AL QURAN HADITS DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL QURAN PADA SISWA KELAS VI DI MI SALAFIYAH SIDOREJO WARUNGASEM BATANG A. Analisis Tentang Strategi Guru Alqur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.
BAB II TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA A. Tinjauan Umum Fikih MTs. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. Mata pelajaran fikih dalam kurikulum MTs. adalah salah satu bagian mata
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian 1. Penilaian Kelas Digunakan Dalam Mata Pelajaran Fiqih di MTs N 02 Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. Penilaian menjalankan kelas proses merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional pada Pasal 3 menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciSILABUS MATA PELAJARAN: FIKIH. Mata Pelajaran: Fikih Islam Satuan Pendidikan: Madrasah Tsanawiyah Kelas/Smt : VII(Tujuh)/ Ganjil
SILABUS MATA PELAJARAN: FIKIH Mata Pelajaran: Fikih Islam Satuan Pendidikan: Madrasah Tsanawiyah Kelas/Smt : VII(Tujuh)/ Ganjil Kompetensi Inti* : 1. Menghargai menghayati ajaran agama yang dianutnya 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran karena proses pembelajaran merupakan salah satu segi terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sangat membantu peserta didik dalam usaha mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas masalah pendidikan tidak dapat terlepas dari pengertian pendidikan secara umum. Pendidikan memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Pendidikan pada
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Sebelum pelaksanaan PPL banyak hal yang perlu dipersiapkan dan dilaksanakan oleh mahasiswa. Beberapa hal yang dilakukan mahasiswa dalam rangka
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA SISWA DI SMP 3 TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA SISWA DI SMP 3 TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di SMP 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan masalah yang kompleks karena setiap individu yang belajar melibatkan aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental sehingga akan terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak pernah berhenti untuk belajar baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah berhenti untuk belajar baik di bangku sekolah, keluarga maupun masyarakat karena sesuai ungkapan yang ada bahwa pengalaman
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data tentang Proses Pembelajaran Muatan Lokal Ta limul Muta allim melalui Kitab Hidayatul Mutaallim Berdasarkan hasil observasi
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI
PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI MTs AL IMAN BABADAN PONOROGOTAHUN PELAJARAN 2013/2014 Choyul
Lebih terperinciBAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS
BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS 2.1. DEFINISI DAN TEORI Dalam perancangan game ini, penulis memilih genre game Casual Game. Casual Game merupakan permainan yang mudah dimengerti dan dimainkan oleh siapa
Lebih terperinciBAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Peneliti terlebih dahulu melakukan tahap pratindakan sebelum melaksanakan proses penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Pendidikan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara berkelanjutan
Lebih terperinci