BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA"

Transkripsi

1 84 BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah pelaksanaan metode pembelajaran Individual Pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Batang, Karakteristik Anak Tunagrahita pada pembelajaran Agama Islam di SDLB serta faktor pendukung dan penghambat di SDLB Negeri Batang. Analisis ini didasarkan pada data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang merupakan hasil penelitian yang merupakan bukti dan kenyataan yang ada di SDLB Negeri Batang. A. Analisis Karakteristik Anak Tunagrahita Pada Pembelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang Karakteristik Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang tidak sama dengan kondisi anak anak pada sekolah umum, karena pada dasarnya Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. 1. Keterbatasan Inteligensi. Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilan-ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah

2 85 dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tesebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung, menulis, dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau kecenderungan belajar dengan membeo. Dari wawancara di atas, 1 maka dapat di tarik informasi bahwasannya anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang di lihat dari tingkat IQ yang dimiliki dari masing masing anak di bagi menjadi 3 kelompok yaitu Tunagrahita ringan disebut juga moron atau Debil kelompok ini memiliki IQ antara menurut Skala Weschler (WISC),Tunagrahita Sedang disebut juga Imbesil, kelompok ini memiliki IQ menurut Skala Weschler (WISC). Tunagrahita berat sering juga disebut Idiot memiliki IQ menurut Skala Weschler (WISC). Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar. 2. Keterbatasan sosial Sebagai makhluk individu dan sosial anak tunagrahita mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana 1 Wawancara dengan Responden 1.baris 6-13.

3 86 layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya anak tunagrahita lebih sering mengalami kegagalan dan hambatan yang berarti. Akibatnya anak tunagrahita mudah frustasi, dari perasaan frustasi tersebut pada gilirannya akan muncul perilaku menyimpang sebagai reaksi dari mekanisme pertahanan diri dan sebagai wujud penyesuaian sosial yang salah. Selai itu dari hasil wawancara, 2 maka dapat di tarik informasi bahwasannya anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang cenderung memilih teman bermain yang usianya relatife lebih muda di bandingkan berteman dengan anak yang memiliki umur yang sama, mereka terlalu mengandalkan Orang tuanya dalam setiap kegiatan yang di lakukan sehari hari. Mereka juga tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, dan mereka juga memerlukan pengawasan khusus dan haru selalu di awasi oleh guru maupun orang tuanya. 3. Keterbatasan Fungsi fungsi Mental Lainnya Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan katakata konkret yang sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, 2 Wawancara dengan Responden 1.baris

4 87 pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan pendekatan yang konkret. Dari wawancara di atas, 3 maka dapat di tarik informasi bahwasannya anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu hal yang sedang dia hadapi, kesulitan dan tidak memahami atau membedakan antara hal yang baik dan hal yang buruk, dan membedakan anatara yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan yang dia lakukan. 4. Ciri ciri Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. Untuk ciri ciri Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang dari hasil wawancara di dapatkan informasi, 4 bahwasannya anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang memiliki karakteristik atau ciriciri fisik (penampilan) sebagai berikut. Wajah khas mongol, mata sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan susunan geligi kurang baik, kepala besar, raut muka kecil, tengkorak sering menjadi besar. Ukuran kepala tidak proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar). 3 Wawancara dengan Responden 1.baris Wawancara dengan Responden 1.baris

5 88 B. Analisis Metode Pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB Negeri Batang. Penerapan Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang tidak terlepas dari kebijakan Kepala Sekolah setelah berkordinasi dengan pihak terkait seperti Diknas atau Depag. Disamping itu kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan juga melibatkan sumber-sumber yang lain yang mungkin dapat meningkatkan kualitas pendidikan siswanya agar nantinya mampu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Pengembangan dan implementasi kurikulum pendidikan agama perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Dalam hal ini pemikiran para ahli sangat dibutuhkan, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi ilmu. Hasil wawancara dengan Slamet Makmur,S.Pd selaku Guru Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang mengatakan bahwa : Kebanyakan guru guru di SDLB Negeri Batang ini lebih sering menggunakan metode Pembelajaran Individual dari pada metode yang lain, karena melihat kemampuan dan jenis ketuanaan dari siswa masing-masing. 1. Latar belakang Timbulnya Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Latar belakang timbulnya pembelajaran individual diilhami oleh teori Skinneryang dikenal dengan Reinforcement Theory pada tahun Menurut teori ini tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda antara

6 89 yang satu dengan lainnya. Anak sejak dilahirkan memiliki sejumlah potensi namun dalam perkembangannya dan pertumbuhannya tidak semua potensi dapat berkembang dengan baik. Sedangkan untukdi SDLB Negeri Batang berdasarkan dari hasil wawancara yang di lakukan dapat di peroleh informasi bahwasannya di SLB Negeri Batang khususnya di SDLB nya, anak Tunagrahita memiliki jenis ketunaan yang berbeda beda, jadi penanganannya juga berbeda antara anak yang satu dengan yang lain sesuai dengan ketunaan yang di miliki tiap anak, contohnya anak Tunagrahita sendiri dalam satu kelas memiliki tingkat IQ atau kecerdasan yang berbeda dan perlu penanganan dan pemahaman materi yang berbeda pula sesuai dengan kemampuan anak itu sendiri. Agar potensi pribadi anak dapat berkembang secara wajar (potensi jamaniah, pikir, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani) kemampuan mentalnya (mental ability), prestasi belajar yang dicapai terdahulu (past achievement), kecepatan belajar, motivasi, minat, dan gaya belajar. 2. Tujuan Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Setiap pembaharuan di bidang metodologi pembelajaran oleh para ahli yang berkompeten selalu menetapkan tujuan yang akan dicapai baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Demikian pula metode pembelajaran individual pada mata Pelajaran Agama Islam bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

7 90 a. Membantu Anak Tunagrahita yang mengalami kesulitan belajar terutama Anak Tunagrahita yang tergolong dalam kelompok Tunagrahita yang sangat berat. b. Menyesuaikan materi pelajaran dengan perbedaan individual Anak Tunagrahita,anak dalam belajar dan memperhatikan kepentingan anak secara individual. c. Meningkatkan mutu dan efektivitas proses pengajaran dan d. Pelaksanaan pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan minat individual anak Tunagrahita. 3. Karakteristik Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Untuk karakteristik Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang adalah guru lebih mengutamakan pembelajaran dengan melihat kemampuan dan kebutuhan dari masing masing anak di bandingkan mengejar materi, semua materi pelajaran di fokuskan sesuai dengan jenis ketunaan, IQ dan kemampuan yang di miliki oleh siswa jadi siswa tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang di berikan oleh guru. 5 Perhatian utama terhadap perbedaan individual anak Tunagrahita dan usaha untuk menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan tersebut adalah : 5 Wawancara dengan responden II,baris

8 91 a. Guru lebih mengutamakan proses dari pada mengajar. b. Menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan Anak Tunagrahita sebagai Individual. c. Mengusahakan partisipasi aktif dari Anak Tunagrahita untuk belajar secara individual. d. Merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik sehingga memudahkan bagi Anak Tunagrahita untuk mencapainya. e. Memberikan kesempatan untuk maju sesuai dengan kecepatannya masing-masing Anak Tunagrahita. 4. Prinsip prinsip Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Prinsip prinsip yang di gunakan dalam Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang sebagai berikut : a. Memberikan kesempatan kepada Anak Tunagrahita untuk belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. b. Membuka kemungkinan bagi Anak Tunagrahita untuk mencapai belajar tuntas atas bahan pelajaran yang dipelajari. c. Mendorong Anak Tunagrahita untuk memecahkan masalah dan menggunakan pemikiran dalam memecahkan suatu masalah.

9 92 d. Mengembangkan kesanggupan berinisiatif dan mengatur diri sendiri dalam belajar. e. Memupuk kebiasaan untuk menilai diri sendiri dan mempertinggi motivasi Anak Tunagrahita untuk belajar. f. Menentukan dengan teliti taraf pengetahuan Anak Tunagrahita sebelum di berikan tugas. g. Mengadakan evaluasi yang sering secara individual untuk mengetahui dengan segera hasil yang dicapai sebagai penguatanbagi Anak Tunagrahita maupun guru atau untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Anak Tunagrahita, kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan oleh guru maupun kelemahan-kelemahan tugas yang diberikan oleh guru. h. Dilakukannya diagnosis dan diberikannya remediasi yang tepat dan segera. i. Evaluasi dengan berbagai bentuk (tes dan non tes) dan jadwal yang luwes. j. Pilihan berbagai bentuk pembelajaran (variasi penggunaan metode pembelajaran). k. Pengorganisasian materi pelajaran dalam suatu cara yang memungkinkan tiap Anak TUnagrahita maju sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing (modul pembelajaran, teks pembelajaran terprogram, paket pembelajaran).

10 93 l. Diberikannya bimbingan dan petunjuk instruksional kepada masing- masing siswa sesuai dengan kebutuhannya. 5. Peran siswa dalam metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Peranan siswa dalam metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang adalah bersifat sentral. 6 Pembelajar merupakan pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pembelajaran klasikal, maka siswa memiliki keleluasaan berupa: 1) keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri. 2) kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini Anak Tunagrahita bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya. 3) keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan oleh guru. 4) Anak Tunagrahita melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar. 5) Anak Tunagrahita dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta 6 Wawancara dengan Responden II, baris 61-63

11 94 6) Anak Tunagrahita memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri. 6. Peranan guru dalam metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Peranan guru dalam merencanakan kegiatan belajar dalam metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang sebagai berikut: a. membantu merencanakan kegiatan belajar Anak Tunagrahit dengan musyawarah guru membantu Anak Tunagrahita menetapkan tujuan belajar, membuat program belajar sesuai kemampuan dari Anak Tunagrahita sendiri., b. membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan criteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar. c. berperan sebagai penasihat atau pembimbing, dan d. membantu Anak Tunagrahita dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri. sebagai ilustrasi, guru membantu memilih program belajar dengan suatu modul. 7. Keunggulan dan Keterbatasan dalam metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.

12 95 a. Keunggulan Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang bagi Anak Tunagrahita 1) peningkatan baik dari segi jenjang belajar maupun kadar ingatan. Jumlah anak Tunagrahita yang gagal dan menunjukkan kinerja tidak memuaskan dapat dikurangi secara nyata. 2) Program ini memberikan kesempatan kepada Anak Tunagrahita yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok. 3) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari Anak Tunagrahita oleh program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku pribadi. 4) lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antar Anak tunagrahita dengan guru. 5) Memungkinkan bagi Anak Tunagrahita untuk maju menurut kecepatannya sendiri dengan mempelajari setiap bidang studi atau mata pelajaran. 6) Anak Tunagrahita berhubungan langsung dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari.

13 96 7) Kesempatan memperoleh respon dengan segera untuk menjawab pertanyaan dan segera pula memperoleh balikan, sehingga Anak Tunagrahita merasa puas dengan hasil yang dicapainya. 8) Memungkinkan Anak Tunagrahita untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik karena disusun secara sistematis dan terstruktur. 9) Memungkinkan Anak Tunagrahita untuk mempelajari dan memahami dengan lebih mendalam aspek-aspek mata pelajaran yang dipelajari, melaksanakan tes diagnostik dan mendorong Anak Tunagrahita mempelajari materi dengan lebih luas. 10) Bentuk pengajaran non grade dimana setiap Anak Tunagrahita siswa dapat maju dalam suatu mata pelajaran atau bidang studi sejauh kemampuannya memungkinkan. b. Keunggulan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang bagi guru. 1) Membebaskan guru dari kegiatan mengajar rutin, sehingga guru dapat merencanakan tugas lain misalnya buku kerja yang mencatat kemajuan belajar atau kesalahan-kesalahan yang dilakukan untuk semua Anak Tunagrahita. 2) Guru akan lebih akurat mengenal kebutuhan pengajaran bagi setiap Anak Tunagrahita.

14 97 3) Memberikan kesempatan kepada guru untuk menyediakan tes diagnostik sebagai dasar untuk menentukan kedudukandari Anak Tunagrahita. 4) Guru menyediakan waktu lebih banyak bagi Anak Tunagrahita yang membutuhkan bantuan. 5) Memberikan kesempatan kepada guru agar menghasilkan sesuatu secara sistematis dan teliti walaupun program yang dihasilkan itu dimanfaatkan. 6) Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam program belajar Individual berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan pengajar mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau Anak Tunagrahita dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perseorangan. 7) Timbul rasa kepuasan kerja yang lebih tinggi. c. Keterbatasan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Keterbatasan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang bagi anak Tunagrahita yaitu Anak Tunagrahita yang sudah terbiasa mengikuti pelajaran secara konvensional akan mengalami kesukaran apabila mereka diarahkan untuk belajar secara mandiri. Belajar secara individual membutuhkan disiplin belajar yang

15 98 tinggi,mempunyai kemampuan yang kuat untuk belajar mencapai sukses, memiliki motivasi untuk berprestasi, untuk mencapai tingkat prestasi yang optimal. Hal ini sulit di lakukan oleh anak Tunagrahita yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah anak normal pada umumnya. d. Keterbatasan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Guru menyusun bahan ajar belajar memakan waktu berbulanbulan dan memerlukan biaya yang besar (menulis buku pelajaran misalnya modul, paket belajar, teks pembelajaran terprogram; pembelian bahan ajar, monitoring, menyusun soal tes dan sebagainya) serta membutuhkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang menunjang hasil produksi yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan. Guru merasa di repotkan karena harus memantau tingkat pemahaman anak dan mengajari anak satu per satu sesuai dengan kemampuan Anak Tunagrahita yang ada pada satu kelas. 8. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Materi agama Islam yang diberikan kepada anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang hanya dibatasi pada materi-materi yang sederhana. Muatan materinya meliputi alqur an, aqidah, akhlak, dan

16 99 fiqih. Cara penyampaian materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan Islami seperti doa seharihari, surat-surat pendek, pengenalan huruf hijaiyah, pengenalan rukun iman, rukun Islam, wudhu, shalat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik. Dalam pembelajaran agama Islam di SDLB Negeri Batang guru mengajar dengan rasa sabar, berulang-ulang, serta dengan memberikan contoh-contoh sederhana sehingga Anak Tunagrahita dapat sedikit demi sedikit memahami materi yang diajarkan. Di sini terdapat sesuatu yang khas dalam proses pembelajaran di SDLB Negeri Batang yaitu walaupun metode yang diterapkan sama dengan sekolah umum, namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan. Anak-anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang juga memiliki hak untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-anak pada sekolah umumnya di mana kurikulum dan materinya disesuaikan dengan kondisi mereka dan yang berupa materi-materi sederhana. Sedangkan penyampaian materinya menggunakan metode Pembelajaran Individual dan di sesuaikan dengan jenis ketunaan yang dialami Anak Tunagrahita. 9. Respon anak terhadap metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.

17 100 Dari hasil wawancara di peroleh informasi bahwa respon anak Tunagrahita terhadap metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang yaitu Anak Tunagrahita lebih senang ketika menggunakan pembelajaran Individual karena materi pelajaran yang diberikan guru sesuai dengan kemampuan yang di miliki oleh anak, sehingga anak tidak merasa terbebani dengan beban materi apelajaran tersebut Hasil belajar Anak Tunagrahita setelah menggunakan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Dari hasil wawancara di peroleh informasi bahwa Hasil belajar Anak Tunagrahita setelah menggunakan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang adalah Hasilnya anak Tunagrahita lebih dapat memahami materi Pelajaran karena materi pelajaran yang di pelajarinya di sesuaikan dengan kemampuan anak, sehingga mereka merasa tidak terbebani dengan beban amateri yang ada, dan anak Tunagrahita bisa berlatih untuk mandiri dan bisa lebih percaya diri dalam belajar. 8 7 Wawancara dengan Responden II,baris Wawancara dengan Responden II, baris

18 101 C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang Dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SDLB Negeri Batang, tentunya tidak terlepas dengan adanya faktor pendukung dan penghambat yang akan membawa dampak bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di SDLB Negeri Batang. 1. Faktor penunjang dalam keberhasilan penerapan metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang didapatkan informasi. 9 bahwa Faktor penunjang dalam keberhasilan penerapan metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang adalah : a. Faktor situasi, metode pembelajaran individual akan berjalan dengan baik jika ada situasi yang mendukung, situasi yang mendukung tersebut bisa dilihat dari keadaan guru dan siswanya. b. Faktor dukungan dan kerjasama dari Kepala sekolah dalam hal ini kepala sekolah berperan dalam memfasilitasi media yang akan di gunakan dalam penerapan metode pembelajaran individual. c. Faktor dukungan dan kerjasama dari guru Pendidikan Agama Islam, guru jelas sebagai peran utama dalam penerapan metode 9 Wawancara dengan Responden II, baris

19 102 pembelajaran individual, Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa ikhlas dan sabar. selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah. d. Faktor dukungan dan kerjasama dari orang tua siswa, dalam hal ini berperan sebagai pendidik utama di dalam lingkungan keluarga bagi siswa. 2. Faktor penghambat dalam keberhasilan penerapan metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. Faktor penghambat dalam keberhasilan penerapan metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang adalah 10 : a. Faktor waktu dalam menyampaikan materi, dalam penerapan metode pembelajaran individual persiapan dan pelaksanaannya memakan waktu yang lama. Waktu yang sedikit membuat penerapan metode individual sedikit terganggu, sehingga terkadang membuat pelajaran metode pembelajaran individual harus bersambung dan di ulang kembali. b. Kurangnya tenaga pengajar, dalam pembelajaran bagi anak anak tunagrahita sebaiknya menggunakan sistem satu guru untuk satu murid, tapi di SDLB Negeri Batang dalam pembelajarannya masih 10 Wawancara dengan Responden II, baris

20 103 menggunakan system satu guru satu kelas, sehingga membuat pembelajaran menjadi tidak efisien. c. Faktor media, media yang tidak memadai menjadi tidak efektif bila tidak di tunjang dengan peralatan yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan pada penerapan metode pembelajaran individual. Itulah beberapa faktor yang menghambat dalam pelaksanaan Faktor penghambat dalam keberhasilan penerapan metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang.

BAB V PENUTUP. Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri. Batang maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri. Batang maka dapat di simpulkan sebagai berikut : 104 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarka penelitian Metode Pembelajaran Individual Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang maka dapat di simpulkan sebagai

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut,

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut, BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian yang penulis ajukan dalam bab I dan hasil penelitian lapangan yang penulis uraikan dalam bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan seperti di bawah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada BAB V PEMBAHASAN A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Sebagaimana data yang telah peneliti temukan dan kemukakan di atas, selanjutnya peneliti akan menganalisa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SDLB NEGERI BATANG METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

BAB III GAMBARAN UMUM SDLB NEGERI BATANG METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA BAB III GAMBARAN UMUM SDLB NEGERI BATANG METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA A. Profil Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Batang SLB Negeri Batang adalah sekolah yang

Lebih terperinci

BIMBINGA G N N P ADA S ISWA W DENGAN HAMBATA T N

BIMBINGA G N N P ADA S ISWA W DENGAN HAMBATA T N BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN KECERDASAN (TUNAGRAHITA) DEFINISI Tunagrahita merupakan kondisi yg kompleks, menunjukkan kemampuan intektual yang rendah dan mengalami hambatan dalam perilaku adaptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage),

Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage), TUNA GRAHITA Tunagrahita Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna = Merugi. Grahita = Pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) = terbelakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia di masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam segala bidang kehidupan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai kehidupan manusia, mulai dari bangsa yang sederhana peradabannya sampai kepada bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan suatu bangsa, karena kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua. mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua. mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kecerdasan intelektual yang berada di bawah rata-rata dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kecerdasan intelektual yang berada di bawah rata-rata dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi kecerdasan intelektual yang berada di bawah rata-rata dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial pada umumnya terjadi pada siswa tunagrahita ringan. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar (SD) yang merupakan ujung

Lebih terperinci

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K Pengaruh Penggunaan Media Kartu Limbah Rumah Tangga Bungkus Plastik Bermerk Terhadap Kemampuan Membaca Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas DII SLB C YSSD Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia secara optimal, karena pendidikan merupakan sarana investasi untuk meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika mempunyai peran penting dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika mempunyai peran penting dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Pelajaran matematika diberikan untuk membekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Pendidikan juga mempengaruhi manusia baik dari segi berfikir maupun berprilaku dimana berfikir

Lebih terperinci

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG Pendidikan adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia, sejak

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG

2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap makhluk memiliki keterbatasan baik itu pengetahuan, daya pikir, daya nalar dan daya kreativitas. Ada pula keterbatasan kemampuan fisik dan psikologis

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan meliputi rencana dan proses yang akan menentukan hasil yang ingin di capai sebagaimana termasuk dalam UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat (1) tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN BIDANG KEGIATAN : PKM GT Diusulkan oleh : Okky Wicaksono 09 / 282652 / SA / 14854 English Department UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia. menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia. menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita sedang Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam suatu proses pendidikan. Tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk terjadinya tingkah laku dalam diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada tantangan era globalisasi yang semakin berat, yaitu diharapkan mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial guna menjamin perkembangan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dan tujuan penddikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH KEMANDIRIAN SISWA DALAM MENGERJAKAN TUGAS DAN PERSEPSI SISWA TENTANG GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SIMO TAHUN AJARAN 2008 / 2009 Skripsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan memiliki berbagai istilah tergantung dari sudut pandang para ahli memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A PENGARUH KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam belajar siswa sekolah dasar. Kegiatan pembelajaran di kelas tidak dapat dilepaskan dari kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MATERI SHOLAT BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB SUKOHARJO

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MATERI SHOLAT BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB SUKOHARJO PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MATERI SHOLAT BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB SUKOHARJO Nurian Anggraini, Dwi Aris Himawanto, Abdul Salim Pascasarjana Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai penjuru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang

Lebih terperinci

B. Dilematisme Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB D YPAC Semarang

B. Dilematisme Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB D YPAC Semarang BAB IV ANALISIS PEMBELAJARAN PAI BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH LUAR BIASA GOLONGAN TUNADASKA (SLB D) TINGKAT SMPLB DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG A. Orientasi Tujuan Pembelajaran Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia. Di samping itu, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN TEORI. disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Pada dasarnya pelaksanaan belajar-mengajar ada istilah yang disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan di Sekolah Dasar Sebelum membahas pendidikan di sekolah dasar penulis akan memaparkan pengertian pendidikan terlebih dahulu, dalam dunia pendidikan sebagaimana dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang berhak mendapatkan pendidikan khusus. Pernyataan ini sesuai dengan UU No.20 tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas masalah pendidikan tidak dapat terlepas dari pengertian pendidikan secara umum. Pendidikan memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Pendidikan pada

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) olume 1 Nomor 3 MENINGKATKAN PENGENALAN BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI MEDIA PUZZLE BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Oleh : Elfawati Abstract Latar belakang penelitian ini berawal dari anak tunagrahita ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa untuk terus maju dan berkembang karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

Oleh: Wahyu Trimei Pujilestari SLB Negeri Surakarta ABSTRAK

Oleh: Wahyu Trimei Pujilestari SLB Negeri Surakarta ABSTRAK JRR Tahun 24, No.1, Juni 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYEBUTKAN CONTOH HARGA DIRI DENGAN MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA TUNA GRAHITA RINGAN KELAS VII SLB NEGERI SURAKARTA (Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Allah SWT yang tiada bandingnya, kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan kebahagiaan dan memberikan sinar terang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Implementasinya berkait erat dengan lembaga, pendidik,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Implementasinya berkait erat dengan lembaga, pendidik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN Proses pembelajaran merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam 1 MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA A. Pengertian Dilihat dari tingkat kecerdasannya, ada anak normal, ada anak di bawah normal, dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam belajarnya pun ada anak yang lamban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna untuk ikut serta

Lebih terperinci

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali A. Arti Penilaian Istilah pengukuran, penilaian, dan evaluasi, seringkali digunakan dalam dunia pendidikan. Ketiga kata tersebut memiliki persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah itu sering dikenal dengan pengajaran dimana terjadi proses belajar-mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat melekat pada diri manusia dan menjadi sarana utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kajian yang terbagi menjadi empat bagian yaitu: A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, dan D. Manfaat Penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu begitu pesat, sehingga berdampak kepada jalannya proses penerapan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berasal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri I Paguat terletak di Kecamatan Paguat dengan jarak tempuh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri I Paguat terletak di Kecamatan Paguat dengan jarak tempuh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP Negeri I Paguat terletak di Kecamatan Paguat dengan jarak tempuh kurang lebih 13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan seperti yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 31 ayat (1) yang berbunyi bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemberian layanan agar anak dapat tumbuh

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci