PENYIAPAN RADIOFARMAKA TECHNETIUM-99M ANTI CEA, PEMANFAATAN FOTOAKTIVASI UNTUK MERE- DUKSI ANTI CEA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYIAPAN RADIOFARMAKA TECHNETIUM-99M ANTI CEA, PEMANFAATAN FOTOAKTIVASI UNTUK MERE- DUKSI ANTI CEA"

Transkripsi

1 64 ISSN M. Yanis Musdja, dkk. PENYIAPAN RADIOFARMAKA TECHNETIUM-99M ANTI CEA, PEMANFAATAN FOTOAKTIVASI UNTUK MERE- DUKSI ANTI CEA M. Yanis Musdja dan Stephen J. Mather Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka, Batan, Serpong ABSTRAK PENYIAPAN RADIOFARMAKA TECHNETIUM-99M ANTI CEA, PEMANFAATAN FOTOAKTIVASI UTNUK MERE-DUKSI ANTI CEA. Salah satu alasan utama tingginya angka kematian pasien kanker adalah disebabkan belum memadainya teknik untuk diagnosis kanker secara dini. Pada saat ini, salah satu cara yang terbaik untuk diagnosis kanker secara dini adalah dengan teknik Radioimmunosintigrafi. Dalam tulisan ini, kami melaporkan penyiapan sediaan Radiofarmaka untuk radioimmunosintigrafi kanker kolorektal dengan menggunakan antibodi monoklonal anti carcino-embrionik antigen (anti CEA) yang dilabel dengan Technetium-. Sebelum penandaan anti CEA dengan technetium-, anti CEA terlebih dahulu direduksi dengan penyinaran menggunakan sinar UV untuk memutuskan gugus sufidril dari anti CEA. Methilen difosfonat (MDP) digunakan sebagai agen chelat berfungsi ganda (bifunctional chelating agent) untuk penandaan anti CEA dengan technetium-. Faktor-faktor yang mempengaruhi penandaan dipelajari melalui penentuan kemurnian radiokimia hasil penandaan yang meliputi variasi waktu fotoaktivasi, konsentrasi reduktor Sn (II) fluorida sebagai agen pereduksi, konsentrasi dari pereaksi chelat MDP dan bahan utama anti CEA. Kemurnian radiokimia hasil penandaan ditentukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis cepat dan kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil penandaan yang optimum didpatkan lebih besar dari 95% dicapai pada kondisi waktu foto aktivasi 3 menit, konsentasi SnF 2.34 mg, konsentrasi MDP,625 mg dan konsentrasi anti CEA 1 mg. Sedangkan pengujian immunoreaktitas hasil penandaan pada antigen dilakukan dengan teknik ELISA yang dikembangkan oleh Durbin dengan kapabilitas pengikatan antigen sekitar 88%. ABSTRACT PREPARATION OF TECHNETIUM- ANTI CARCINO-EMBRYONIC ANTIGEN (CEA) AS RADIOPHARMACEUTICALS; THE APPLICATION OF A PHOTOACTIVATION FOR REDUCING AN ANTI CEA. One of the main reasons for the high mortality rate of cancer diseases is mostly caused by using the improper modality of the early diagnosis practices. However, a radioimmunoscintigraphic technique is wid ely used as a better alternative for the early diagnosis of several cancer diseases. In the present paper, we report the preparation of radioimmunoscintigraphic agents for the diagnosis of colorectal cancer through the Tc labeling of the monoclonal antibody of an anti carcino-embryonic antigen (Anti CEA). Prior to the labeling, the sulphydril group in the antibody was broken off by reducing it using UV light. Methilenediphosphonate (MDP) was used as a bifunctional chelating agent. The labeling condition was studied by varying photoactivation time, the amount of tin (II) fluoride as a reducing agent, the amount of MDP and the amount of anti CEA. The labeling yield and radiochemical purity were determined by means of ITLC and HPLC. The immunoreaactivity test of Tc-anti CEA was performed using an ELISA method developed by Durbin. Results show that the labeling yield 95% was achived at the photoactivation time of 3 Minutes,.34 mg of SnF 2,.625 mg of MDP, and 1 mg of anti CEA. The immunoreactivity test showed the value of 88%. Kata kunci : Kanker koloraktal, Radioimmunoscintigrafi, Antibodi monoklonal anti CEA, Tehcnetium-, Radiofarmasi. (Colorectal cancer, Radioimmunoscintigraphy, Monoclonal antibody anti CEA, Tehcnetium -, Radiopharmacy) PENDAHULUAN

2 M. Yanis Musdja, dkk. ISSN P ada saat ini penyakit kanker merupakan penyakit penyebab kematian nomor tiga bagi penduduk Indonesia setelah penyakit infeksi dan penyakit kardiovaskular (5), menurut laporan berbagai sentra patologi di Indonesia lebih dari 7% penderita kanker tidak dapat disembuhkan dan akhirnya berakhir dengan kematian, sedangkan di negara-negara maju angka kematian penderita kanker bisa di tekan lebih kecil dari 4 % (5, 6). Penyebab tingginya kematian penderita kanker di Indonesia disamping sering terlambatnya pasien datang ke rumah sakit atau tempat pengobatan adalah kurang memadainya teknik untuk dapat mendeteksi kanker secara dini, sedangkan pengobatan kanker yang sudah berkembang pada tahap lanjut sangat sulit dan memerlukan biaya yang mahal. Menghindari faktor penyebab kanker adalah hal yang terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit kanker, namun hal ini sangat sulit untuk dilakukan secara sempurna, karena sebagian besar penyebab dari penyakit kanker belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu strategi penang-gulangan penyakit kanker lebih ditekankan pada upaya deteksi kanker secara dini dan diikuti dengan pengobatan sedini mungkin pula. Salah satu cara yang terbaik untuk dapat melakukan diagnosis kanker secara dini adalah dengan menggunakan teknik radioimmunoscintigraphy (RIS), dan hampir 8% dari jenis kanker telah dapat dideteksi dengan teknik RIS (3, 11). Dengan teknik RIS ini melalui alat kamera gamma lokasi kanker dan penyebarannya dapat dilihat dengan jelas. Ada beberapa keuntungan teknik RIS ini antara lain adalah: (3, 1) 1. Dapat mendeteksi lokasi dan tipe kanker secara dini, sehingga terapi dapat dilakukan lebih awal dan pencegahan perkembangan kanker pada tahap lebih lanjut dapat dicegah atau dihambat. 2. Dapat mendeteksi efek pemakaian kemoterapi terhadap kanker, sehingga dapat diperoleh informasi apakah kemoterapi dapat menghambat atau mematikan perkembangan sel-sel kanker atau tidak berpengaruh sama sekali. 3. Untuk memonitor perkembangan kanker sebelum operasi dan pasca operasi Pada saat ini rumah-rumah sakit di Indonesia belum memanfaatkan teknik RIS ini untuk diagnosis kanker dan diharapkan dari hasil-hasil penelitian dalam negeri, bantuan IAEA atau negara yang telah menguasai sains dan teknologinya, teknik ini dalam waktu dekat dapat dimanfaatkan di Indonesia. Radioisotop yang paling banyak digunakan dalam RIS adalah Technetium-, karena Technetium- mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan radioisotop lainnya, diantaranya adalah mudah untuk didapatkan dan harganya lebih terjangkau, waktu paruhnya sekitar 6 jam tidak terlalu pendek untuk dapat melaksanakan diagnosis dengan baik dan tidak pula terlalu panjang untuk mencegah penerimaan dosis radiasi yang terlalu tinggi pada pasien. Disamping itu radiasi yang dibebaskan adalah gamma murni dengan energi sekitar 14 KeV. Pancaran energi ini disamping tidak begitu membahayakan bagi pasien juga sangat cocok untuk pencitraan kamera gamma SPECT. Ada berbagai macam antibodi yang dapat digunakan untuk RIS, salah satunya adalah anti CEA (carcinogen embrionic antigen). Bila anti CEA disenyawakan dengan radioisotop seperti tech-- netium-, akan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kanker kolorektal, kanker ovarium, kanker payudara dan kanker paru-paru dan yang paling spesifik adalah untuk kanker kolorektal (4, 9). Berkaitan dengan uraian diatas, penelitian yang dilaporkan ini bertujuan untuk mendapatkan teknik dan metodologi dalam penyiapan radiofarmaka Tc-anti CEA untuk deteksi dini kanker. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada upaya pencegahan dini penyakit kanker yang pada gilirannya dapat menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kanker. TATA KERJA Bahan dan alat Antibodi monoklonal anti CEA (PR1A3) didapatkan dari the Hybridoma Development Unit, Imperial Cancer Research, Bartholomew s Hospital, London. Kit radiofarmaka MDP (mengandung medronat 6,25 mg, timah (II) fluorida.34 mg dan asam p-aminobenzoat 2 mg) dan radioisotop Technetium- didapatkan dari Amersham. Instant thin layer chromatography (ITLC) dibeli dari Gelman Science Inc. Thin layer chroma-tography (silica gel, F254) dibeli dari E-Merck. Kit ELISA dari Immunomedics Inc, Ammonium hidroksida, aseton, salin, sodium hidroksida, asam klorida dan reagenreagen kimia lainnya yang biasa digunakan di laboratorium dibeli dari Sigma Chemical Co dan E- Merck. HPLC (Beckman 114M) digunakan untuk menentukan efisiensi penandaan, Gamma Counter (LKB Wallac Compu Gamma) untuk mengukur cacahan keradioaktifan, ph meter digunakan untuk mengukkur ph larutan, lampu UV (Rayonet RMR

3 66 ISSN M. Yanis Musdja, dkk. 3 photochemical) digunakan untuk melakukan fotoaktivasi, UV-Vis Spektrofotometer untuk menentukan konsentrasi antibodi. Komputer yang telah di program untuk test ELISA dan RIA, serta peralatan umum lainnya yang biasa digunakan di laboratorium. Prosedur Kerja Pemeriksaan waktu efektif fotoaktiva-si.terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Disiapkan 6 buah vial steril, masing-masing mengandung anti CEA,5 mg dan,1 ml larutan kit MDP yang dibuat dengan menambahkan 2 ml larutan dapar fosfat salin (PBS) ph 7. Masingmasing vial disinari dengan sinar UV berturut-turut, 1, 15, 2, 4 menit dan 6 menit. Kemudian kedalam setiap vial ditambah dengan larutan technetium- sebanyak,1 ml dengan aktivitas sekitar 5 MBq dan masing-masing vial ditentukan kemurnian radiokimianya setelah 3 menit. Pemeriksaan pengaruh konsentrasi MDP dan stannus fluorida terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Disiapkan 6 buah vial steril, masing-masing mengandung anti CEA,5 mg. Kedalam masingmasing vial berturut-turut ditambahkan 25, 5, 1, 15, 2 µl dan 25 µl larutan kit MDP dan kemudian semua vial disinari dengan sinar UV selama 2 menit. Kemudian pada setiap vial ditambahkan larutan technetium- sebanyak,1 ml dengan aktivitas sekitar 5 MBq, lalu masing-masing vial ditentukan kemurnian radiokimianya setelah 3 menit. Pemeriksaan pengaruh konsentrasi anti CEA terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Disiapkan 6 buah vial steril yang diisi dengan 1 ml larutan anti CEA yang diencerkan dengan larutan PBS ph 7 dengan konssentrasi berturut-turut 1,,,5,,25,,125,,62 dan,31 mg anti CEA per ml, kedalam setiap vial ditambahkan,1 ml larutan kit MDP ( satu vial kit MDP ditambah 2 ml larutan PBS). Selanjutnya disinari selama 2 menit dengan sinar UV dan kedalam masing-masing vial ditambahkan,1 ml (5 MBq) larutan technetium- dan setelah 3 menit ditentukan kemurnian radiokimianya. Pemeriksaan pengaruh waktu penyimpanan terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Anti CEA sebanyak,5 mg dalam larutan PBS ditambah,1 ml larutan kit MDP ( satu vial kit MDP dilarutkan dalam 2 ml larutan PBS) disinari dengan sinar UV dengan waktu fotoaktivasi 2 menit lalu ditambah,1 ml (5 MBq) larutan technetium-, kemudian setelah,5, 1, 2, 4, 8, 1, 2 dan 24 jam ditentukan kemurnian radiokimianya. Pemeriksaan hasil Penandaan Tc-anti CEA Pemeriksaan kemurnian radiokimia dan profil hasil penandaan dilakukan dengan dengan cara: Menggunakan kromatografi ITLC-SG dengan fasa gerak salin, aseton dan ITLC-SG yang direndam dalam HSA 2,5 % kemudian dikromatografi dengan fasa gerak larutan NH4OH :Metanol : Air (1 : 2 : 4). Kromatogram kemudian dicacah menggunakan alat KLB Wallac Compu Gamma CS gamma counter. Menggunakan HPLC. Penentuan profil hasil penandaan ditentukan dengan HPLC size exclusion menggunakan sebuah pompa Beckman 114M dengan suatu detektor 16 UV yang dihubungkan dengan alat Spectra -Physic SP429. Sebagai fasa gerak digunakan,2m Natrium Posfat ph 7, yang dicampur dengan 2 mm EDTA dengan perbandingan volume 1 : 1. Pemeriksaan Pembebasan Gugus Thiol Jumlah gugus sulphidril antibodi yang dib ebaskan oleh penyinaran dengan lampu UV ditentukan dengan reagen Ellmans dengan cara mencampur 5 µl larutan cuplikan dengan 5 µl larutan asam 5,5 -dithio bis -(2-nitro-benzoat) 2mg/ml, kemudian dilarutkan hingga 1 ml dengan larutan dapar posfat,1m ph.8. Campuran diinkubasi pada temperatur ruangan selama 15 menit dan perubahan warna yang terbentuk diukur dengan menggunakan spektro-fotometer UV/Vis pada panjang gelombang 412 nm. Jumlah pembebasan gugus thiol yang dihasilkan dibandingkan dengan suatu standar kurva seri dari senyawa cystein yang dibuat dengan konsentasi,1 sampai,1 mm. Uji Pengikatan Antibodi Terhadap Antigen Untuk melaksanakan pengujian pengikatan antigen oleh antibodi dilakukan dengan menggunakan teknik ELISA yang dikem-bangkan oleh Durbin dengan nomor LS174T, dan dikerjakan oleh staf departemen immunologi, rumah sakit St. Bartholomew, London, yaitu dengan membandingkan aktivitas antara anti CEA yang

4 M. Yanis Musdja, dkk. ISSN sudah ditandai dengan technetium- dengan aktivitas anti CEA sebelum penandaan. (3). HASIL DAN PEMBAHASAN Hal utama yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimum penandaan anti CEA dengan technetium- menggunakan teknik fotoaktivasi sinar UV untuk pemutusan gugus sulfida yang ada pada anti CEA, karena itu teknik yang digunakan untuk pengukuran kemurnian radiokimia Tc-anti CEA merupakan hal yang sangat penting Penggunaan fasa diam kertas fiber gelas ITLC-SG HSA 2,5% dengan fase gerak larutan NH4OH :Metanol : Air (1 : 2 : 4), dapat mengidentifikasi adanya spesi Tc Koloid yang akan tertahan ditempat penotolan (Rf =,), sedangkan Tc MDP-Ab dan Tc-MDP akan naik keatas dengan Rf sekitar,4,6 dan TcO4 - juga akan naik dengan Rf sekitar 1,. Penggunaan kertas fiber gelas ITLC-SG dengan fasa gerak larutan salin, membedakan spesi Tc-MDP-Ab dan Tc-koloid yang akan tertinggal pada titik penotolan dengan TcO4 - dan Tc-MDP yang akan naik keatas dengan Rf,9-1,. Penggunaan kertas fiber gelas ITLC-SG dengan fasa gerak aseton membedakan spesi - Tc-koloid dan TcO4 yang akan tertinggal dititik penotolan dengan Tc-MDP-Ab dan Tc-MDP yang akan naik keatas dengan Rf sekitar,8-1,.,(4, 1). Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi optimum untuk penandaan didapatkan hasil sebagai berikut Pengaruh waktu fotoaktivasi terhadap ke-murnian radiokimia Tc-anti CEA Variasi waktu fotoaktivasi yang dilakukan dari, 5, 1, 15, 2, 4 dan 6 menit, memberikan hasil kemurnian radiokimia sebagai berikut: Untuk waktu tanpa fotoaktivasi ( menit ) didapatkan kemurnian radiokimia sekitar 6%, kemurnian radiokimia masih kecil karena belum ada pemutusan gugusan sulfidril yang disebabkan oleh pengaruh fotoaktivasi sinar UV sehingga technetium tidak dapat berikatan dengan anti CEA. Untuk waktu fotoaktivasi selama 5 menit terjadi peningkatan kemurnian radiokimia yang sangat tajam yaitu dengan kemurnian radiokimia sekitar 88%. Peningkatan kemurnian radiokimia yang sangat tajam ini terjadi karena pengaruh fotoaktivasi dari sinar UV yang menyebabkan pemutusan gugusan-gugusan sulfidril yang ada pada anti CEA. Untuk waktu 1 menit didapatkan kemurnian radiokimia sekitar 97 %. Untuk waktu penyinaran sampai 15 menit didapatkan kemurnian radiokimia sekitar 98 % dan untuk waktu penyinaran 2, 4 dan 6 menit didapatkan kemurnian radiokimia masih tinggi yaitu sekitar 98%. Untuk waktu penyinaran 2 sampai 6 menit tidak didapatkan perubahan kemunian radiokimia kemungkinan disebabkan telah terjadi pemutusan semua gugusan sulfidril yang mampu diputuskan oleh kekuatan sinar UV pada senyawa anti CEA sehinga pengaruh waktu fotoaktivasi tidak lagi mempengaruhi kemurnian radiokimia., sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Dari hal ini kelihatan bahwa untuk pemutusan gugusan sufidril dibutuhkan waktu optimal dan semakin banyak gugusan sulfidril yang putus semakin banyak terbentuk senyawa Tc-anti CEA, karena Tc hanya akan berikatan pada gugus sulfidril yang telah putus pada anti CEA. Pengaruh konsentrasi timah (II) fluorida dan MDP terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Fungsi timah (II) fluorida yang ada dalam kit MDP adalah untuk mereduksi technetium dari valensi 7 menjadi valensi 5, dalam hal ini technetium valensi 5 akan dapat berikatan dengan anti CEA sedangkan technetium valensi 7 tidak berikatan dengan anti CEA. Karena itu jumlah konsentrasi timah (II) fluorida sangat mempe--ngaruhi terhadap efisiensi penandaan radiofarmaka Tc-anti CEA Pengaruh konsentrasi timah (II) fluorida terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA ditunjukkan pada Gambar 2. Dalam hal ini dengan konsentrasi timah (II) fluorida sebesar 4,25 µg per mg antibodi memberikan kemurnian radiokimia sekitar 13 %, untuk konsentrasi timah (II) fluorida 8,5 µg per mg antibodi memberikan kemurnian radiokimia sekitar 33 %, sedangkan untuk konsentrasi 17 µg dan 25,5 µg per mg antibodi didapatkan kemurnian radiokimia sekitar 98 %. Untuk konsentrasi timah (II) fluorida 34 µg per mg terjadi penururnan kemurnian radiokimia manjadi sekitar 94% dan untuk konsentarasi timah (II) fluorida 42,5 µg terjadi penurunan radiokimia menjadi sekitar 88%. Penurunan kemurnian radiokimia terjadi pada konsentrasi timah (II) fluorida 34 µg dan 42,5 µg adalah disebabkan oleh pengaruh jumlah mol Tc-MDP yang terbentuk lebih besar, sedangkan jumlah mol Tc-MDP-anti CEA adalah tetap. Pengaruh ini disebabkan radiofarmaka ini dibuat dengan menggunakan kit MDP, dalam hal ini bila jumlah timah (II) fluorida yang digunakan meningkat maka jumlah MDP yang digunakan juga akan meningkat. Fungsi MDP dalam pembuatan radiofarmaka Tc-anti CEA adalah sebagai ligand yang

5 68 ISSN M. Yanis Musdja, dkk. berfungsi ganda (bifunctional chelating agent) karena itu konsentrasi MDP akan sangat mempengaruhi efisiensi penandaan. Pengaruh konsentarasi MDP terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA adalah mirip dengan pengaruh konsentrasi timah (II) fluorida terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3, karena perbandingan antara timah (II) fluorida dengan MDP dalam satu vial kit selalu tetap. Dalam hal ini untuk konsentrasi MDP sebesar 13 µg per mg antibodi didapatkan kemurnian radiokimia Tc-anti CEA sekitar 13 % untuk konsentrasi MDP 156 µg per mg antibodi didapatkan kemurnian radiokimia sekitar 33 %, untuk konsentrasi MDP 312,5 µg dan 468,75 µg per mg antibodi didapatkan kemurnian radiokimianya sekitar 98%. Untuk konsentrasi MDP 625 µg per mg antibodi terjadi penurunan radiokimia menjadi 94% dan untuk konsentrasi MDP 781,25 µg terjadi penurunan kemurnia radiokimia yang cukup tajam yaitu sekitar 88 %. Untuk konsentrasi MDP 625 µg dan konsentrasi 781,25 µg per mg antibodi terjadi penurunan kemurnian radiokimia Tc-anti CEA adalah disebabkan jumlah mol Tc-MDP yang terbentuk semakin besar sedangkan jumlah Tc- MDP-anti CEA tetap sebagaimana disebutkan diatas. Kemungkinan lain adalah disebabkan kenaikan timah (II) fluorida dan MDP sampai jumlah tertentu akan mendorong pembentukan komplek Tc-anti CEA, tetapi sampai pada batas tertentu kenaikan lebih lanjut akan menginhibisi pembentukan komplek Tc-anti CEA atau dapat memutus kembali ikatan Tc-anti CEA yang sudah terjadi. Pengaruh konsentrasi anti CEA terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Untuk melihat pengaruh konsentrasi anti CEA terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA dibuat variasi konsentrasi anti CEA dengan pengenceran dalam larutan PBS ph 7 dengan konsentrasi berturut-turut 1, mg/ml,,5 mg/ml,,25 mg/ml,,125 mg/ml,,62mg/ml dan,312mg/ml. Dalam hal ini didapatkan hampir tidak ada perubahan kemurnian radiokimia Tc-anti CEA. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah konsentarasi anti CEA yang paling terkecil digunakan dalam percobaan ini yaitu sebesar,312 mg/ml telah mencukupi untuk mengikat jumlah mol technetium- yang ada dalam,1 ml larutan technetium- yang digunakan. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Perubahan kemurnian radiokimia Tc-anti CEA terhadap waktu penyimpanan diamati dari,5 jam, 1. jam, 2, jam, 4, jam 8, jam, 1jam, 2 jam dan 24 jam. Gambar 5 menunjukkan bahwa radiofarmaka Tc-anti CEA masih tetap stabil selama waktu penyimpanan sampai dengan 8 jam. Untuk waktu penyimpanan 1 jam terjadi sedikit penurunan kemurnian radiokima dan setelah waktu penyimpanan 2 jam dan 24 jam didapatkan penurunan kemurnian radiokimia berlanjut sampai mencapai sekitar 95%. Penurunan kemurnian radiokimia ini mungkin disebab kan stabilitas antibodi telah mulai rusak karena pengaruh efek sinar gamma yang dipancarkan oleh technetium-. Namun dengan batas ambang kemurnian radiokimia yang minimal sebesar 95%, sediaan Tc-anti CEA masih dapat digunakan setelah penyimpanan selama 3-4 kali waktu paruh tehcnetium-, apabila aktivitasnya masih mencukupi. Pengaruh waktu fotoaktivasi terhadap jum-lah pembebasan grup thiol Pengaruh waktu aktivasi terhadap jumlah pembebasan grup thiol dilakukan dengan menggunakan reagen Ellman dengan waktu fotoaktivasi, 5, 1, 2, 4 dan 6 menit. Dalam hal ini untuk waktu fotoaktivasi menit atau tanpa foto aktivasi tidak didapatkan pembebasan grup thiol, untuk waktu fotoaktivasi 5 menit didapatkan pembebasan mol grup thiol sekitar 4 dan untuk fotoaktivasi 1, 2, 4 dan 6 menit didapatkan pembebasan grup mol thiol sekitar 6, untuk waktu fotoaktivasi dari 1 menit sampai dengan 6 menit tidak didapatkan jumlah peningkatan pembebasan mol thiol sebagaimana ditunjukan pada Gambar 6. Hal ini barangkali disebabkan pada waktu fotoaktivasi 1 menit semua grup thiol yang ada pada anti CEA telah diputuskan.. Dari pengukuran jumlah mol gugus thiol yang dibebaskan menggunakan reagen Ellman yang diakibatkan oleh pengaruh foto-aktivasi dengan sinar UV ini dapat dinyatakan bahwa sinar UV dapat memutuskan gugusan sulfidril yang ada pada anti CEA sebagaimana pemutusan gugusan sulfidril oleh zat-zat reduktor lainnya sseperti 2- mercaptoethanol dan ion Sn ++ ( 1 ). Semakin banyak pembebasan mol grup thiol berarti semakin banyak gugusan sulfidril yang diputuskan dan semakin banyak pula technetium- untuk dapat berikatan dengan gugusan sulfidril sehingga dari akibat ini akan meningkatkan kemurnian radiokimia komplek Tc-anti CEA. Pemakaian cystein dalam percobaan ini untuk penentuan pembebasan mol grup thiol yang ada pada anti CEA adalah karena satu mol cystein mengandung satu mol thiol. Dengan membuat kurva

6 M. Yanis Musdja, dkk. ISSN standar cystein akan dapat dijadikan sebagai pembanding jumlah mol grup thiol yang dibebaskan pada anti CEA. Mol grup thiol yang dibebaskan bila direaksikan dengan reagen Ellman akan memberikan warna merah. Tingkat warna merah yang terbentuk bila diukur dengan alat spektrofotometer UV/VIS dapat digunakan untuk menentukan jumlah mol grup thiol yang dibebaskan pada anti CEA dengan membandingkannya dengan tingkat warna merah yang terbentuk pada pembebasan mol thiol pada cystein. Pengujian jumlah pengikatan antigen oleh antibodi Pengujian jumlah antigen yang diikat oleh antibodi dilakukan dengan menggunakan metode ELISA menggunakan fluorescence assay yang dikembangkan oleh Durbin ( 8 ). Jumlah pengikatan antigen yang diikat oleh anti CEA sebelum fotoaktivasi dianggap terjadi 1 %, kemudian dibandingkan dengan pengikatan antigen oleh anti CEA setelah fotoaktivasi. Dalam hal ini Tc-anti CEA yang diukur adalah Tc-anti CEA hasil penandaan pada kondisi optimum, dengan waktu fotoaktivasi sekitar 2 menit, ph sekitar 7, konsentrasi anti CEA.5 mg, konsentrasi timah (II) fluorida,17 mg, ko nsentrasi MDP,3125 mg dan larutan Technetium-,1 ml dengan akti-vitas sekitar 5 MBq dengan volume total larutan 2 ml. Didapatkan jumlah pengikatan antigen oleh Tcanti CEA sekitar 88%. Penurunan jumlah pengikatan antigen oleh anti CEA setelah fotoaktivasi yang ditandai dengan technetium- dibandingkan sebelum fotoaktivasi kemungkinan disebabkan proses foaktiavasi tidak hanya memutuskan gugusan sulfidril ( yang dapat meningkatkan pembentukan Tc-anti CEA) tetapi juga merusak struktur aktif gugus antibodi yang dapat mengikat antigen, hal yang terakhir ini menyebabkan penurunan kemampuan untuk mengikat antigen. Kemudian kemungkinan lain adalah pengaruh radiasi sinar gamma yang dipancarkan oleh radioisotop technetium- juga dapat mengurangi kemampuan anti CEA untuk dapat mengikat antigen. Pemeriksaan hasil penandaan dengan HPLC Profil hasil pemeriksaan Tc-anti CEA dengan HPLC menggunakan detektor radioaktif dan detektor UV pada panjang gelombang 254 nm dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. Hasil pemeriksaan kemurnian radiokimia dengan menggunakan detektor radioaktif hampir sama dengan menggunakan kromatografi kertas ITLC-SG dalam fasa gerak saline dan kromatografi kertas ITLC-SG HSA 2,5% dalam fasa gerak larutan NH4OH :Metanol : Air (1 : 2 : 4), profil kromatografi kertas ITLC-SG yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 9. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah disebutkan diatas dapat diambil kesimpulan : 1. Penandaan antibodi monoklonal anti CEA dengan Technetium- bisa dilakukan dengan metode fotoaktivasi menggunakan sinar UV untuk pemutusan gugus sulfidril yang ada pada anti CEA dengan bantuan MDP yang berfungsi sebagai chelat berfungsi ganda (bifunctional chelating agent) dan Sn(II) fluorida yang berfungsi sebagai zat pereduksi technetium. Dari hasil penelitian ini didapatkan kemurnian radiokimia Tc-anti CEA pada kondisi optimum sekitar 98%, dengan waktu fotoaktivasi sekitar 2 menit, ph sekitar 7, konsentrasi anti CEA.5 mg, konsentrasi Sn(II)fluorida sekitar,17 mg atau 2 mg/ml, konsentrasi MDP,3125 mg dan larutan Technetium-,1 ml dengan aktivitas sekitar 5 MBq. 2. Sediaan Radiofarmasi Tc-anti CEA yang disiapkan tidak memerlukan lagi pemurnian hasil penandaan, teknik penandaannya simpel dan hasil pengikatan antibodi-antigen setelah penandaan cukup tinggi yaitu sekitar 88%. SARAN. Tc- Teknik penyiapan radiofarmaka anticea ataupun penandaan antibodi lainnya dengan radioisotop yang dapat digunakan untuk melakukan diagnosis sebagian besar kanker secara dini, kiranya dapat diaplikasikan di Rumah Sakitrumah sakit yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir di Indonesia, karena hal ini akan bermanfaat banyak dalam menanggulangi panyakit kanker di Indonesia UCAPAN TERIMA KASIH Saya sangat berterima kasih kepada Dr. Stephen J Mather M..Pharm, Kepala Departemen Radiofarmasi dan Dr.K. Britton, Kepala Kedok-teran Nuklir, Rumah sakit St. Bartholomew s, London, atas kesempatan yang dia berikan kepada saya untuk bekerja di Departemen Radiofarma si dan Departemen Kedokteran Nuklir selama 3 bulan. Terima kasih yang istimewa saya sampaikan kepada teman kerja saya Dr. J. Davis, karena berkat kerja samanya yang sangat kooperatif, semua pekerjaan saya di Rumah Sakit St. Bartholomew s. London dapat berjalan

7 7 ISSN M. Yanis Musdja, dkk. dengan sukses. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Dr. Maria Stalteri dan Dr. Jane Sosabowski atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian ini. Kepada Dr. Irene Wawra, Direktur Urusan Bantuan Penelitian dan Training, Badan teneaga Atom International, saya mengucapkan terima kasih, karena atas bantuan mereka semua pekerjaan saya dapat berjalan dengan lancar. Penelitian ini dibiayai oleh Badan Tenaga Atom International (IAEA), dalam hal ini saya menyampaikan terima kasih banyak atas segala bantuan dan seleksi yang telah mereka lakukan sehingga penelitian ini dapat saya laksanakan dengan lancar. DAFTAR PUSTAKA 1. Abrar Siddiqui., Syed M. Quadri et al., Tumor Targeting and Pharmacokinatics of Unmodified and Modified (F(ab) 2 Fragments of an Anti-CEA Murine Monoclonal Antibody (Immu-14)., J. Nucl. Med. Biol. Vol. 22, No. 4, 1995: , 2. Burchel J. Gendler., Gendler S., Taylor P. J., et al., Development and Characterization of Breastcancer Reactive.Monoclonal.A.antibodies Directed to the Core Protein of the Human Milk Mucin., Cancer Res: No. 39: 1987: David M. Goldenberg., Steven M. Larson., Radioimmunodetection in Cancer Identification., J. Nucl. Med. No. 33: 1992: Eckelman W.C., Paik C.H., Steigman J., Three Aproaches to Radiolabelling with Tc., Nucl. Med. Biol., No. 16: 1989: Gani. W. Tambunan., Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia., Editor Maylani Handojo., Penerbit buku Kedokteran., EGC, 1995, halaman Janet F. Eary., Robert W. Scroff et al., Successful Imaging of Malignant Melanoma with Technetium- -Labeled Monoclonal Antibodies, J. Nucl. Med. No. 3: 1989: John E., Thakur M. l., Wilder S., Alauddin M. M., Eppstein A.L., Tectnetium-99M-Labeled Monoclonal Antibodies: Influence of Technetium- 99M Binding Sites., J. Nucl. Med. No. 35: 1994: Paik C.H., Phan Lan N.B., Hong J.J., et al., The Labelling of High Affinity Sites of Antibodies with Tc-. J. Nucl. Med. Biol : No. 12: 1985: Rhodes B.A., Direct Labelling of Protein with Tc. Nucl. Med. Boil., No. 18: 1991:: Sykes TR, Woo TK, Qi P, Baum RP, Noujaim AA, Photo labelling of proteins with technetium- (abstract) Nuclear Medicine Communication, No. 14: 1993; Thakur M.L., DeVulvio J., Richard M.D., Paik C.H., Technetium- Labellled Monoclonal Antibodies: Evaluation of Reducing Agents., Nuc. Med. Biol., No. 18: 1991: LAMPIRAN Tc- Persentase kemurnian radiokimia anti CEA Konsentrasi anti CEA,5 mg/,5 ml ph 7 MDP,3125 mg Stannus Fluorida,17 mg Technetium,1 ml ( 5 MBq) Waktu aktivasi Gambar 1. Pengaruh Waktu Fotoaktivasi Terhadap Kemurnian Radiokimia Tc-anti CEA Persentase kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Waktu fotoaktivasi 2 menit ph = 7 Anti CEA,5 mg/,5 ml Technetium-,1 ml (5 MBq) Microgram stannus fluorida per mg antibodi Gambar2. Pengaruh Konsentrasi Stannus Fluorida Terhadap Kemurnian Radiokimia Tc-anti CEA 8. Mather SJ. Ellison D. reduction-mediated technetium- labelling of monoclonal antibodies. J. Nucl. Med No.31: 199;

8 M. Yanis Musdja, dkk. ISSN Tc-anti 12 1 TcO4 - (Rf,8 1,) Persentase kemurnia radiokimia CEA 8 6 Waktu fota aktivasi 2 menit Konsentrasi anti CEA,5 mg/,5 ml 4 ph 7 Technetium,1 ml ( 5 MBq) microgram MDP per mg antibodi Tc - MDP (Rf,8 1,) Gambar 3. Pengaruh konsentrasi MDP terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Tc- MDP-anti CEA Persentase kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Waktu fota aktivasi 2 menit ph 7 4 MDP,3125 mg Stannus Fluorida,17 mg 3 Technetium,1 ml ( 5 MBq) 2 1,2,4,6,8 1 1,2 Konsentrasi anti CEA per ml Tc-Kolloid Kertas ITLC SG menggunakan fasa gerak saline TcO4 (Rf,8-1,) Tc-MDP (Rf,3-,5) Gambar 4. Pengaruh konsentrasi anti CEA terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA 9m Tc-MDP-anti CEA (Rf,3 -,7) Persentase kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Waktu fota aktivasi 2 menit Konsentrasi anti CEA,5 mg/,5 ml ph 7 MDP,3125 mg Stannus Fluorida,17 mg Technetium,1 ml ( 5 MBq) Waktu penyimpanan (jam) Tc-Kolloid (Rf,) Kertas ITLC SG HSA 2,5% menggunakan fasa gerak piridin : metanol : air (1 : 2 : 4) Gambar 5. Pengaruh waktu penyimpanan terhadap kemurnian radiokimia Tc-anti CEA Gambar 9. Profil kromatografi kertas ITLC-SG radiofarmaka Tc-anti CEA Jumlah mol thyol per mol antibodi TANYA JAWAB Lama waktu fotoaktivasi (menit) 9 Gambar 6. Pengaruh waktu fotoaktivasi terhadap jumlah pembebasan grup thyol

9 72 ISSN M. Yanis Musdja, dkk. `

10 M. Yanis Musdja, dkk. ISSN

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-IMUNOGLOBULIN-G SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI/INFLAMASI

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-IMUNOGLOBULIN-G SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI/INFLAMASI PREPARASI 99m Tc-HYNIC-IMUNOGLOBULIN-G SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI/INFLAMASI Widyastuti, Gina Mondrida, Anna Roseliana, Agus Ariyanto, Sri Setiyowati, Maskur Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka

Lebih terperinci

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN 99m Tc-TEREDUKSI RADIOFARMAKA 99m Tc-SIPROFLOKSASIN Eva Maria Widyasari, Nurlaila Zainuddin, Epy Isabela dan Witri Nuraeni Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan

Lebih terperinci

PREPARASI 99m TC-HYNIC-TOC DAN PENCITRAAN PADA PASIEN PENDERITA TUMOR

PREPARASI 99m TC-HYNIC-TOC DAN PENCITRAAN PADA PASIEN PENDERITA TUMOR Widyastuti, dkk. ISSN 0216-3128 89 PREPARASI 99m TC-HYNIC-TOC DAN PENCITRAAN PADA PASIEN PENDERITA TUMOR Widyastuti, Anna Roseliana, Cecep Taufik, Sri Aguswarini Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, Jakarta.

Lebih terperinci

OPTIMASI PENANDAAN CA 15.3 DENGAN NA 125 I PRODUKSI PRR SEBAGAI PERUNUT KIT IRMA CA 15.3 ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

OPTIMASI PENANDAAN CA 15.3 DENGAN NA 125 I PRODUKSI PRR SEBAGAI PERUNUT KIT IRMA CA 15.3 ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN 94 ISSN 026-328 Gina Mondrida, dkk. OPTIMASI PENANDAAN CA 5.3 DENGAN NA I PRODUKSI PRR SEBAGAI PERUNUT KIT IRMA CA 5.3 Gina Mondrida, Puji Widayati, Siti Darwati, Sutari, Agus Ariyanto, V. Yulianti, W.

Lebih terperinci

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan tumor ganas yang terbentuk akibat pertumbuhan sel-sel yang cepat, berlebihan dan tidak beraturan. Salah satu kanker yang banyak menyerang wanita adalah

Lebih terperinci

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-TOC YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK PENCITRAAN TUMOR

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-TOC YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK PENCITRAAN TUMOR Widyastuti, dkk. ISSN 0216-3128 35 PREPARASI 99m Tc-HYNIC-TOC YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK PENCITRAAN TUMOR Widyastuti, Laksmi A., Anna Roseliana, Yunilda, Cecep Taufik, Evi Sovilawati P2RR - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones Valensi Vol. 3 No. 1, Mei 2013 (65-70) ISSN : 1978-8193 Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones Maiyesni, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP Kadarisman, dkk. ISSN 0216-3128 69 EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA Kadarisman, Sri Hastini, Yayan Tahyan, Abidin, Dadang Hafid dan Enny Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penandaan falerin dengan 131 I adalah jenis penandaan tak seisotop. Falerin ditandai dengan menggunakan 131 I yang tidak terdapat dalam struktur falerin. Proses yang

Lebih terperinci

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif Produk Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik g spektrometri Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif Pemeriksaan secara farmasi Pemeriksaan fisika Pemeriksaan

Lebih terperinci

FORMULASI KIT HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSFER SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK STUDI LIMFOSINTIGRAFI DI KEDOKTERAN NUKLIR

FORMULASI KIT HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSFER SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK STUDI LIMFOSINTIGRAFI DI KEDOKTERAN NUKLIR Formulasi Kit Human Serum Albumin (HSA)-Nanosfer sebagai Radiofarmaka untuk Studi Limfosintigrafi di Kedokteran Nuklir (Eva Maria Widyasari) ISSN 1411 3481 FORMULASI KIT HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSFER

Lebih terperinci

5. Diagnosis dengan Radioisotop

5. Diagnosis dengan Radioisotop 5. Diagnosis dengan Radioisotop Untuk studi in-vivo, radioisotop direaksikan dengan bahan biologik seperti darah, urin, serta cairan lainnya yang diambil dari tubuh pasien. Sampel bahan biologik tersebut

Lebih terperinci

RADIOFARMAKA BERBASIS ANTIBODI

RADIOFARMAKA BERBASIS ANTIBODI RADIOFARMAKA BERBASIS ANTIBODI Widyastuti Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN Kawasan Puspiptek, Tangerang, Banten ABSTRAK RADIOFARMAKA BERBASIS ANTIBODI. Antibodi adalah senyawa biologis yang

Lebih terperinci

PENANDAAN MIBI (METOKSI ISOBUTIL ISONITRIL) DENGAN TEKNESIUM-99m SEBAGAI RADIOFARMAKA SIDIK PERFUSI JANTUNG

PENANDAAN MIBI (METOKSI ISOBUTIL ISONITRIL) DENGAN TEKNESIUM-99m SEBAGAI RADIOFARMAKA SIDIK PERFUSI JANTUNG Majalah Farmasi Indonesia, 14(2), 306-311, 2003 PENANDAAN MIBI (METOKSI ISOBUTIL ISONITRIL) DENGAN TEKNESIUM-99m SEBAGAI RADIOFARMAKA SIDIK PERFUSI JANTUNG LABELING OF MIBI (METOXY ISOBUTYL ISONITRYL)

Lebih terperinci

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m Misyetti, Isti Daruwati, Maula Eka Sriyani, Teguh Hafiz A.W Pusat Teknologi

Lebih terperinci

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN Cahya N.A, dkk. ISSN 0216-3128 89 OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI Cahya N.A, Adang H.G, Purwoko, Woro A BATAN - Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP Kadarisman, Sri Hastini, Yayan Tahyan, Abidin, Dadang Hafid dan Enny Lestari Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR),

Lebih terperinci

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI PRODUKSI RADIOISOTOP NANIK DWI NURHAYATI,M.SI nanikdn@uns.ac.id Suatu unsur disebut radioisotop atau isotop radioaktif jika unsur itu dapat memancarkan radiasi. Dikenal dengan istilah radionuklida. Tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA V. Yulianti Susilo, G. Mondrida, S. Setiyowati, Sutari dan W. Lestari Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR),

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR), BATAN ABSTRAK PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM. Iodium- 125 merupakan

Lebih terperinci

Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m

Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m Majalah Nanny Kartini Farmasi Oekar Indonesia, 19(3), 117 127, 2008 Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m Labelling of human serum albumin (HSA)-nanospheres with

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C Nama : Ayu Elvana dan Herviani Sari Tanggal : 19 Desember 2012 Jam : 12.00-15.00 WIB Tujuan : 1. Praktikan dapat menentukan kadar vitamin C menggunakan

Lebih terperinci

Spektrofotometri uv & vis

Spektrofotometri uv & vis LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

OPTIMASI RANCANGAN ASSAY KIT IRMA CA-125

OPTIMASI RANCANGAN ASSAY KIT IRMA CA-125 OPTIMASI RANCANGAN ASSAY KIT IRMA CA-125 P. Widayati *, A. Ariyanto *, Z. Abidin **, F. Yunita *, Sutari * * PRR-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK Serpong ** Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) ABSTRAK OPTIMASI

Lebih terperinci

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL Stabilitas dan Uji Praklinis Tc-EC untuk Radiofarmaka Penatah Fungsi Ginjal (Laksmi A, dkk) STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS Tc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL Laksmi A, Sriaguswarini, Karyadi,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES 12 ISSN 0216-3128, dkk. PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES, Mujinah, Witarti, Dede K, Triani W., Trianto Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) Nama : Rebecca Rumesty Lamtiar (127008016) Yulia Fitri Ghazali (127008007) Paska Rahmawati Situmorang (127008011)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99m Tc PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG

PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99m Tc PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG 116 ISSN 0216-3128 Widyastut, dkk. PERBANDINGAN METODA PENANDAAN 99m Tc PEPTIDA MENGGUNAKAN DUA JENIS SENYAWA HYNIC SEBAGAI LIGAND PENGHUBUNG Widyastuti, Sri Aguswarini, Cecep Taufik, Anna Roseliana, Agus

Lebih terperinci

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C HARI/ TANGGAL PRAKTKUM : KAMIS/ 20 DESEMBER 2012 JAM : 08.00 11.00 WIB Nama Praktikan : KAROLINA BR SURBAKTI (NIM: 20127008018) LUCIA AKTALINA

Lebih terperinci

FORMULASI RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION UNTUK DIAGNOSIS KANKER

FORMULASI RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION UNTUK DIAGNOSIS KANKER Formulasi Radiofarmaka 99m Tc-Glutation untuk Diagnosis Kanker. (Nurlaila Z.) ISSN 1411 3481 FRMULASI RADIFARMAKA 99m Tc-GLUTATIN UNTUK DIAGNSIS KANKER Nurlaila Z., Maula Eka Sriyani Pusat Teknologi Bahan

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAFTAR ISI Pendahuluan Metodologi Hasil dan Pembahasan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP Teguh Hafiz Ambar Wibawa, Misyetti dan Epy Isabela Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Jl.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186 PENANDAAAN 1,4,8,11TETRAAZASIKOTETRADESIL1,4,8,11 TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM Maula Eka Sriyani, Misyetti, Isti Daruwati dan Teguh Hafiz Ambar Wibawa Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN YANG MENGANDUNG ERDOSTEIN 1 Fetri Lestari, 2 Hilda Aprilia 1,2 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk

Lebih terperinci

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA Hajjatun Khairah 1, Dian Milvita 1, Dian Fitriyani 1, Sri Mulyadi Dt.Basa 1, Fadil Nazir 2 1. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

8. PRAKTIUM HPLC; ANALISA TABLET VITAMIN C

8. PRAKTIUM HPLC; ANALISA TABLET VITAMIN C Laporan praktikum 8. PRAKTIUM HPLC; ANALISA TABLET VITAMIN C Hari / tanggal : Rabu, 19 Desember 2012 Pukul : 08.00 wib Praktikan : Sari Hutagaol, Yulia Fitri (A), Nunung Sri mulyani Tujuan : 1. Mampu melakukan

Lebih terperinci

EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE )

EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE ) EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE ) Yayan Tahyan, Enny Lestari, Sudarsih, Endang Sarmini, Karyadi Pusat Radioisotop dan Radofarmaka-BATAN,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml 23 BAB 3 BAHAN dan METODE 3.1 ALAT Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT 2. Detektor PDA 3. Neraca analitik 4. PH meter 5. Erlenmeyer 250 ml 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml 7. Spatula

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)

2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi) LAPORAN PRAKTIKUM 8 HPLC: ANALISA TABLET VITAMIN C Oleh : Maria Lestari dan Henny E. S. Ompusunggu Hari/Tanggal/Jam Praktikum : Rabu/ 19 Desember 2012/ 12.00 s/d selesai Tujuan : 1. Mengetahui prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, 36 BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, bahan, dan cara kerja penelitian. Dibawah ini adalah uraian mengenai tiga hal tersebut. 3.1

Lebih terperinci

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY 9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography Merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan ion berdasarkan muatan Dapat digunakan untk hampir semua molekul bermuatan termasuk proteins, nucleotides

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA Sri Setiyowati, Maskur, Martalena Ramli dan M.Subur Pusat Radioisotop dan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

FORMULASI KIT MIBI SEBAGAI PREPARA T PENATAH JANTUNG. Widyastuti, Hanafiah A., Yunilda, Laksmi A., Sri Setiyowati, dan Veronika Y.

FORMULASI KIT MIBI SEBAGAI PREPARA T PENATAH JANTUNG. Widyastuti, Hanafiah A., Yunilda, Laksmi A., Sri Setiyowati, dan Veronika Y. Formulasi Kit MIBI Sebagai Preparat Penatah Jantung Widyastuti, Hanajiah A., Yunilda, Laksmi A., Sri Setiyowati, dan Veronika Y. FORMULASI KIT MIBI SEBAGAI PREPARA T PENATAH JANTUNG Widyastuti, Hanafiah

Lebih terperinci

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO Muhammad Irfan Firdaus*, Pri Iswati Utami * Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di Laboratorium Biomasa Terpadu Universitas Lampung. 3.2. Alat dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KIT KERING KANAMYCIN * Eva Maria Widyasari, Misyetti, Teguh Hafiz Ambar W dan Witri Nuraeni

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KIT KERING KANAMYCIN * Eva Maria Widyasari, Misyetti, Teguh Hafiz Ambar W dan Witri Nuraeni Karakteristik Fisikokimia Kit Kering Kanamycin ISSN 1411 3481 (Eva) KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KIT KERING KANAMYCIN * Eva Maria Widyasari, Misyetti, Teguh Hafiz Ambar W dan Witri Nuraeni Pusat Teknologi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Sampel yang akan diuji kemudian dimasukkan ke dalam sumuran-sumuran cawan ELISA sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Setiap sumuran cawan berisi sebanyak 100 μl sampel. Cawan ELISA kemudian diinkubasi

Lebih terperinci

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila ISSN 1907-9850 PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Lebih terperinci

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 ) STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 ) Rima Ramadayani 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan mikroorganisme. Pada umumnya mikroorganisme yang patogen bersifat merugikan karena dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL BAB III PERCOBAAN DAN HASIL III.1 Alat dan Bahan Isolasi senyawa metabolit sekunder dari serbuk kulit akar dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut MeOH pada suhu kamar (maserasi). Pemisahan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

STUDI BANDING KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

STUDI BANDING KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG STUDI BANDING KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA DAN SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG Teguh Hafiz AW dan Misyetti Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Tamansari No.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian yang termasuk gabungan dari penelitian jenis eksperimental laboratorik dan eksperimental

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH J. Ris. Kim. Vol. 5, No. 2, Maret 12 OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH Imelda, Zaharasmi Kahar, Maria Simarmata, dan Djufri Mustafa Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas

Lebih terperinci

: Kimia Farmasetika Umum. Status Matakuliah

: Kimia Farmasetika Umum. Status Matakuliah Nama Matakuliah Kode / sks Prasyarat Status Matakuliah : Radio Farmasi : FAK 3531 / 2 SIES : Kimia Farmasetika Umum : Wajib Dieskripsi Singkat Matakuliah. Matakuliah Radio Farmasi terutama mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006 Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN 14108542 PRODUKSI TEMBAGA64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER 1. Nama Mata Kuliah : RADIOKIMIA 2. Kode / SKS : TKN 3. Prasyarat : Kimia Dasar, Fisika Dasar, Fisika Atom dan Inti 4. Status Matakuliah : Wajib 5. Deskripsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci