BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor riil saja seperti pertanian, industri, dan agrobisnis,

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada negara yang sedang berkembang, merupakan tugas utama pemerintah untuk senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara. Pemerintah diharapkan tidak hanya memperhatikan pembangunan dalam sektor riil saja seperti pertanian, industri, dan agrobisnis, tetapi juga harus memperhatikan pembangunan dalam bidang penanaman modal atau investasi. Demikian pula halnya dengan Indonesia. Selain melaksanakan pembangunan dengan mengandalkan sektor riil, pemerintah Indonesia juga melaksanakan pembangunan dengan mengandalkan bidang perbankan dan nonperbankan. Selama ini masyarakat secara umum mengetahui bahwa untuk memperoleh dana melalui perbankan, sedangkan lembaga nonperbankan seperti pasar modal, asuransi, dana pensiun, dan sebagainya belum banyak diminati. Menurut data pada tahun 2005 bahwa jumlah tertanggung yang mengikuti asuransi sebesar jiwa atau hanya sekitar 14,34% dari total penduduk Indonesia yang saat itu berjumlah 218,87 juta jiwa (BPS,2007). Hal ini dimungkinkan karena kurangnya dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan pihak swasta dalam memperkenalkan asuransi kepada masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya pengetahuan masyarakat, semakin disadari bahwa salah satu konsekuensi mutlak yang harus dihadapi setiap orang dalam hidupnya yaitu harus bersedia menanggung unsur-

2 2 unsur ketidakpastian atau risiko dari segala kegiatan yang dilakukannya untuk memperoleh keuntungan yang diharapkannya. Risiko yang dihadapi setiap orang tidaklah sama, tergantung seberapa besar keuntungan yang diharapkannya. Menyadari bahwa manusia tidak akan pernah lepas dari risiko, keberadaan asuransi semakin dibutuhkan dan dipandang penting sebagai suatu media pemindahan risiko, baik oleh individu maupun oleh badan usaha. Terdapat beberapa jenis asuransi yang berkembang di Indonesia, antara lain: asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan asuransi sosial. Diantara beberapa jenis asuransi tersebut, salah satu jenis asuransi yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah asuransi jiwa. Menurut Sembiring (1986), secara umum asuransi jiwa dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu asuransi jiwa berjangka, asuransi seumur hidup, dan endowment. Asuransi jiwa berjangka merupakan bentuk asuransi yang paling sederhana dan santunan asuransi akan dibayarkan perusahaan kepada pewaris bila tertanggung meninggal selama jangka waktu tertentu. Dengan asuransi seumur hidup maka santunan asuransi akan diberikan pada akhir tahun tertanggung meninggal. Sedangkan asuransi endowment merupakan perpaduan antara asuransi jiwa berjangka dengan asuransi endowment murni, yang berarti dalam maupun saat berakhirnya masa pertanggungan kepada pemegang polis baik meninggal maupun bertahan hidup akan dibayarkan uang pertanggungan. Pada prinsipnya, ketiga bentuk asuransi jiwa tersebut mempunyai manfaat memberi proteksi terhadap kematian. Tetapi dalam perkembangannya banyak perusahaan asuransi jiwa yang mulai mengkombinasikan bentuk-bentuk

3 3 dasar asuransi jiwa tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bentuk asuransi jiwa yang paling banyak dikombinasikan adalah bentuk asuransi jiwa endowment. Karenanya asuransi jiwa saat ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu disamping memberi proteksi terhadap kematian, memberikan tanggungan pengobatan dan rawat inap, juga dapat berfungsi sebagai media perencana keuangan rumah tangga, serta sebagai perencana dana untuk hari tua. Namun, berdasarkan data tentang Banyaknya Tertanggung, Nilai Pertanggungan Perusahaan Asuransi Jiwa Menurut Jenis Penutupan Tahun 2005, jenis penutupan terhadap asuransi jiwa endowment mempunyai nilai terendah yaitu jiwa. Lebih rendah dibandingkan jenis penutupan terhadap asuransi jiwa berjangka yaitu sebesar jiwa dan asuransi jiwa lainnya sebesar jiwa (BPS,2007). Padahal jenis asuransi jiwa endowment dapat memberikan manfaat ganda dibandingkan jenis asuransi lainnya sehingga sering pula disebut asuransi jiwa dwiguna. Secara umum, untuk memperoleh proteksi dari pihak asuransi, peserta asuransi atau pemegang polis harus membayar terlebih dahulu sejumlah uang atau dalam istilah perasuransian dikenal dengan premi. Besarnya premi untuk setiap bentuk asuransi jiwa tidaklah sama, tergantung pada peluang meninggal (mortalitas), tingkat bunga, dan biaya. Besarnya premi yang dibayarkan tertanggung atau pemegang polis akan menentukan besarnya santunan (claim) yang dapat diterima. Oleh karena itu, penentuan nilai premi haruslah dilakukan secara tepat sehingga dapat menjamin keuangan bagi tertanggung atau pemegang polis tanpa merugikan perusahaan asuransi jiwa.

4 4 Selama ini perhitungan usia tertanggung pada perusahaan asuransi jiwa menggunakan asumsi usia bulat, artinya apabila tertanggung berusia pecahan (fractional ages) maka akan dilakukan pembulatan. Hal tersebut disebabkan karena tabel mortalitas hanya memuat data orang pada usia bulat saja. Namun, kondisi ini kurang realistis dan dapat menimbulkan kesalahan dalam penggunaannya. Tingkat kesalahan yang kecil bagi perusahaan asuransi akan menjadi nilai yang sangat besar ketika berbicara dalam jumlah uang yang besar. Oleh karena itu, pembulatan usia pecahan akan sangat berpengaruh pada penentuan nilai premi. Menurut Bowers et al (1986:67) terdapat tiga asumsi yang digunakan untuk menentukan nilai kemungkinan hidup dan nilai kemungkinan mati untuk usia pecahan, yaitu asumsi distribusi yang seragam (uniform distribution of death, disingkat UDD), asumsi force of mortality yang konstan, dan asumsi Balducci. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Hossain (1994) tentang force of mortality, disebutkan bahwa ketiga asumsi tersebut bersifat kontinu. Selain itu, pada Gerber (1997:21) disebutkan bahwa asumsi UDD mengasumsikan bahwa peluang kematian seseorang berusia x tahun meninggal dalam jangka waktu u tahun ( u q x ) merupakan suatu fungsi linear, asumsi force of mortality yang konstan mengasumsikan adanya unsur percepatan mortalitas yaitu menyatakan tingkat mortalitas selama satu tahun untuk setiap selang waktu t sebagai suatu nilai yang konstan, dan asumsi Balducci mengasumsikan bahwa peluang kematian seseorang berusia x u tahun meninggal dalam jangka waktu 1 u tahun ( 1 u q x u ) merupakan suatu fungsi linear. Mengingat bahwa peluang

5 5 kematian seseorang berupa fungsi eksponensial atau bukan berupa fungsi linear, maka dalam penelitian ini digunakan asumsi force of mortality yang konstan. Mengingat kurangnya minat masyarakat terhadap jenis asuransi jiwa endowment dan perlunya dilakukan tinjauan lebih lanjut terhadap perhitungan usia tertanggung dalam kaitannya untuk perhitungan premi terutama bagi tertanggung yang berusia pecahan, maka penulis mencoba menjabarkan tentang penentuan premi untuk usia pecahan pada jenis asuransi jiwa endowment. Adapun dalam penentuan nilai premi untuk usia pecahan pada asuransi jiwa endowment tersebut terlebih dahulu dilakukan penentuan nilai kemungkinan hidup dan nilai kemungkinan mati untuk usia pecahan menggunakan fungsi survival dan asumsi force of mortality yang konstan, sehingga dapat diperoleh tabel mortalitas untuk usia pecahan dengan memodifikasi Tabel Mortalitas CSO 1958 yang digunakan. Kemudian dilakukan perhitungan nilai tunai santunan dan premi tahunan dengan prinsip ekuivalensi Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang ingin penulis kemukakan adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana nilai kemungkinan hidup dan nilai kemungkinan mati untuk usia pecahan yang diperoleh menggunakan fungsi survival dan asumsi force of mortality yang konstan? 2. Bagaimana tabel mortalitas untuk usia pecahan yang diperoleh dengan memodifikasi tabel mortalitas yang digunakan?

6 6 3. Bagaimana perhitungan nilai tunai santunan untuk asuransi jiwa endowment menggunakan tabel mortalitas untuk usia pecahan yang telah diperoleh? 4. Bagaimana perhitungan premi tahunan untuk asuransi jiwa endowment menggunakan tabel mortalitas untuk usia pecahan yang telah diperoleh? 1.3. Batasan Masalah Untuk lebih memperjelas penelitian agar permasalahan tidak meluas karena keterbatasan waktu dan biaya, maka dilakukan pembatasan masalah yaitu: 1. Perhitungan premi yang dilakukan merupakan perhitungan premi bersih artinya tidak melibatkan adanya pembebanan biaya ke dalam premi. 2. Perhitungan premi asuransi dilakukan untuk satu orang tertanggung. 3. Pada tempat dilakukannya penelitian, suku bunga yang digunakan disesuaikan dengan suku bunga bank. Untuk memudahkan dalam perhitungan, dalam penelitian ini digunakan suku bunga konstan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. mengetahui nilai kemungkinan hidup dan nilai kemungkinan mati untuk usia pecahan yang diperoleh menggunakan fungsi survival dan asumsi force of mortality yang konstan; 2. memperoleh tabel mortalitas untuk usia pecahan;

7 7 3. menghitung besarnya nilai tunai santunan untuk asuransi jiwa endowment menggunakan tabel mortalitas untuk usia pecahan; 4. menghitung besarnya nilai premi tahunan untuk asuransi jiwa endowment menggunakan tabel mortalitas untuk usia pecahan Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi: 1. Penulis Sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan, wawasan, serta keterampilan dan kreatifitas dalam mengaplikasikan teori yang diterima di bangku kuliah ke dunia nyata. 2. Lembaga Perasuransian Sebagai bahan kajian mengenai bidang perasuransian serta dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk melakukan studi lebih lanjut. 3. Pihak Lain Sebagai sarana informasi dalam memahami tentang dunia perasuransian, khususnya life table, serta dapat menjadi sumber inspirasi dan bahan pertimbangan dalam menghadapi permasalahan dengan tema yang sama.